Anda di halaman 1dari 12

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA NYERI PINGGANG

AKIBAT DISC BULGING LUMBAL L5-S1

Laporan Kasus

Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Profesi Fisioterapi

Diajukan oleh:

Ni Kadek Dwi Wulandari


20190607067

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2021
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA NYERI PINGGANG
AKIBAT DISC BULGING LUMBAL L5-S1

Ni Kadek Dwi Wulandari, Sugijanto


wulan0080@gmail.com
Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebun Jeruk, Jakarta

Abstrak

Latar Belakang Disc bulging lumbal adalah suatu keadaan patologis akibat adanya suatu penonjolan
pada discus intervertebralis karena kerusakan dan kelemahan pada annulus fibrosus sehingga nucleus
pulposus bergeser ke arah posterior atau posterolateral dan menekan ligamen longitudinal posterior dan
jaringan sekitarnya. Hal ini terjadi karena mengangkat beban yang berat dalam posisi membungkuk, atau
duduk dalam posisi statis dan posisi yang salah. Gangguan gerak dan fungsi yang terjadi berupa
keterbatasan mobilitas sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam beraktivitas sepeti berjalan,
duduk, tidu tidak leluasa yang lama kelamaan menjadi sebuah disabilitas.

Tujuan Untuk mengetahui keberhasilan program treatment terapi manual dan eletroterapi untuk kasus
disc bulging L5-S1

Case Presentation Seorang pasien dengan nama Ny. V yang merupakan seorang wanita berusia 30
tahun dan merupakan seorang ibu rumah tangga, mengeluhkan nyeri pinggang, nyeri bertambah saat
membungkuk, nyeri saat bangun dari duduk lama dan nyeri pada saat posisi duduk ke berdiri. Kemudian
pasien datang ke klinik untuk melakukan treatment fisioterapi.

Hasil Dimana setelah 3 kali pertemuan pasien menjalankan intervensi fisioterapi berupa Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulations (TENS), SNAG’s Extension, Diafragma Breathing Exercise and Kinesio
Tapping kemajuan yang diperoleh ialah meningkatnya ROM lumbal pasien, menurunnya nyeri yang
dirasakan oleh pasien dan peningkatan aktivitas sehari-harinya.

Keyword: Studi Kasus,Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS), SNAG’s Extension,


Diafragma Breathing Exercise and Kinesio Tapping, Pengelolaan Fisioterapi
Abstract

Background Lumbar bulging disc is a pathological condition due to a protrusion of the intervertebral
disc due to damage and weakness in the annulus fibrosus so that the nucleus pulposus shifts posteriorly
or posterolaterally and compresses the posterior longitudinal ligament and surrounding tissue. This
occurs due to lifting heavy weights in a bent position, or sitting in a static position in the wrong position.
Movement and function disorders that occur are in the form of limited mobility so that it can cause
disturbances in activities such as walking, sitting, not feeling freely which over time becomes a disability.

Objective To determine the success of manual therapy and electrotherapy treatment programs for L5-
S1 bulging disc cases
Case Presentation A patient by the name of Mrs. V, who is a 30 year old woman and a housewife,
complained of back pain, increased pain when bending over, pain when getting up from sitting for a long
time and pain from sitting to standing. Then the patient comes to the clinic for physiotherapy treatment.

Results Where after 3 meetings the patient carried out physiotherapy interventions in the form of
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS), SNAG Extension, Diaphragm Breathing Exercise
and Kinesio Tapping, the progress obtained was an increase in the patient's lumbar ROM, decreased pain
felt by the patient and increased daily activity.

Keyword: Case Studies, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS), SNAG's Extension,
Diaphragm Breathing Exercise and Kinesio Tapping, Physiotherapy Management
A. Pendahuluan Sensasi nyeri yang timbul akibat
Dalam rangka melakukan aktivitas rangsangan pada nocisensorik
produktifnya manusia membutuhkan menyebabkan terjadinya spasme pada
kesehatan. Namun banyak permasalahan otot. Spasme membuat jaringan otot
kesehatan yang dapat timbul, salah menjadi ischemic, sehingga terjadinya
satunya nyeri pinggang bawah. Nyeri penurunan pH dan munculnya zat
pinggang bawah atau low back pain bradykinin, ATP, dan H+ yang
merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang menyebabkan timbulnya nyeri dan
terjadi di daerah pinggang bawah. menjadi sebuah siklus (Mense, 2008).
Disc bulging lumbal adalah suatu Dengan adanya guarding spasm
keadaan patologis akibat adanya suatu pada otot dan untuk menghindari
penonjolan pada discus intervertebralis timbulnya tekanan diskus pada jaringan di
karena kerusakan dan kelemahan pada bagian posterior yang menyebabkan nyeri
annulus fibrosus sehingga nucleus maka gerak fleksi menjadi terbatas. Lama-
pulposus bergeser ke arah posterior atau kelamaan dapat terjadi perubahan postur
posterolateral dan menekan ligamen straight lumbar. Terdapat hubungan nyeri
longitudinal posterior dan jaringan pinggang dengan perubahan postur dalam
sekitarnya. Hal ini terjadi karena menghindari nyeri, dan menurunnya kurva
mengangkat beban yang berat dalam lordosis lumbal pada individu dengan
posisi membungkuk, atau duduk dalam gangguan pada diskus (Chun et al, 2017).
posisi statis dan posisi yang salah. Nyeri pinggang diskogenik
Diskus berfungsi sebagai peredam merupakan nyeri pinggang bawah yang
beban, pembawa nutrisi, stabilisasi fungsi, diakibatkan oleh kerusakan pada diskus.
dan fasilitasi gerak. Pada diskus normal, Diskogenik dapat mengganggu berbagai
jika menerima suatu beban, maka beban jaringan yaitu, ligamen, duramater, radix,
akan diterima oleh nukleus pulposus yang n. Spinals dan otot. Hal utama yang
kemudia beban tersebut akan diubah dari menjadi titik permasalahan adalah nyeri
tekanan aksial menjadi tekanan tangensial yang ditimbulkan sehingga mengganggu
dan nantinya akan didistribusikan ke mobilitas fleksi lumbal yang diakibatkan
annulus fibrosus yang selanjutnya akan oleh degenerasi, trauma aktivitas dan
disebarkan oleh seluruh diskus. Apabila postural yang buruk.
diskus mengalami gangguan, maka fungsi Agar study kasus ini tepat dilakukan
pinggang sebagai penerima beban tubuh pada penderita nyeri pinggang diskogenik,
pun akan terganggu. maka diperlukan cara untuk
Nyeri pinggang bawah dapat terjadi mengidentifikasi kondisi yang dapat
pada individu dengan berbagai rentang dijadikan sampel penelitian. Proses
usia, pria atau wanita, dan bermacam identifikasi dilakukan untuk mencari
kelompok etnis dengan pengaruh yang keluhan yang sesuai sampai memastikan
besar terhadap kapasitas fungsional dan bahwa terjadi nyeri pinggang diskogenik.
aktivitas kerja. Nyeri pinggang bawah juga Peran fisioterapi sangatlah penting
dapat di pengaruhi oleh faktor psikososial, pada penderita disgkogenik lumbal, untuk
seperti stress, depresi dan gangguan meningkatkan ROM fleksi lumbal dan
kecemasan. Dengan berbagai latar mengurangi ketidakmampuan pasien
belakang yang bermacam-macam, dalam melakukan aktivitas sehari-hari
evaluasi dari diagnosa pasien Nyeri akibat nyeri pinggang diskogenik.
pinggang bawah membutuhkan Penanganan fisioterapi pada nyeri
pembuatan keputusan klinis yang pinggang diskogenik dapat dilakukan
kompleks (Allegri et al, 2016). dengan metode terapi latihan dan manual
terapi. Metode terapi latihan yang dapat jaringan saraf dibagian posterior
diaplikasikan pada kondisi ini menyebabkan periferalisasi. Diskogenik
Transcutaneous Electrical Nerve banyak terjadi pada lumbal, khususnya
Stimulations (TENS), SNAGs Extension, pada segmen L4-L5 dan L5-S1 serta gejala
Diafragma Breathing Exercise dan Kinesio yang timbul berupa nyeri yang
Tapping. menyebabkan keterbatasan gerak dan
fungsi.
B. Tinjauan Pustaka Mobilitas sendi adalah ruang atau
Pinggang adalah salah satu anggota lingkup gerak sendi yang dicapai oleh
tubuh yang memiliki fungsi penting dalam suatu sendi dalam melakukan gerak
melakukan aktivitas sehari-hari. Fungsi optimal. Mobilitas fleksi punggung pada
penting pinggang adalah sebagai nyeri pinggang diskogenik terganggu
pendukung gerakan dan penyangga beban akibat terjadinya penonjolan diskus secara
atau berat tubuh. Fungsi tersebut akan tiba-tiba pada gerak fleksi atau fleksi
terganggu apabila terjadi gerakan atau dengan rotasi yang menimbulkan nyeri.
posisi duduk yang salah secara berulang- Sensasi nyeri yang terjadi pada nyeri
ulang sehingga beban yang diterima oleh pinggang diskogenik menyebabkan
pinggang berlebihan dan menyebabkan stimulasi pada nocisensorik, sehingga
terjadinya disabilitas pada pinggang, salah menimbulkan respon spasme pada otot
satu penyebab disabilitas yang timbul atau disebut dengan guarding spasm yang
pada nyeri pinggang diskogenik. mempengaruhi mobilitas pada lumbal.
Diskus sebagai shock absorber Selain itu, dengan adanya sensasi nyeri
hydrolik, pembawa nutrisi, stabilitasi pada gerak fleksi menyebabkan gerak
fungsi, dan fasilitas gerak. Pada diskus fleksi dihindari agar tidak terjadi rasa nyeri
yang normal, jika menerima suatu beban, sehingga mobilitas fleksi lumbal dapat
maka beban akan di terima oleh nukleus terpengaruhi.
pulposus yang kemudian beban tersenut C. Anatomi Dan Fisiologi
akan di ubah dari tekanan aksial menjadi 1. Anatomi
tekanan tangensial dan nantinya akan Anatomi pinggang terdiri dari vertebra,
didistribusikan ke annulus fibrosus yang diskus intervertebralis, posterior
selanjutnya akan disebarkan ke seluruh longitudinal ligamen, saraf, otot-tot pada
discus. Apabila diskus mengalami lumbal dan biomekanik. Lumbal terdiri dari
gangguan, maka fungsi pinggang sebagai 5 vertebra, terletak sesudah vertebra
penerima beban tubuh akan terganggu. thorakal dan terdapat sacrum sesudahnya.
Disabilitas pada diskogenik ditandai Vertebra lumbal memiliki mobilitas yang
dengan adanya keterbatasan ataupun besar dan spesifik sehingga menuntut
ketidakmampuan pinggang dalam konsekuensi stabilitas yang besar dan
melakukan aktivitas yang melibatkan fleksi spesifik pula yang dibentuk secara pasif
pada lumbal. Terdapat nyeri apabila oleh jaringan non kontraktil. Beban
melakukan gerak fleksi, nyeri yang timbul terbesar diterima oleh discus, kemudian
karena pembebanan yang berlebihan pada facets, ligament dan otot.
diskus dan menyebabkan rusaknya Intervertebral disc terletak di antara
annulus fibrosus sehingga nucleus corpus vertebra, menghubungkan ke dua
bergeser kearah posterior atau vertebra. Peran utama dari diskus adalah
posterolateral yang menyebabkan fungsi mekanis, sebagaimana diskus
penekanan pada ligamen longitudinal menerima beban dari berat tubuh dan
posterior yang banyak terdapat serabut gerakan dari kolom spinal. Pada bagian
saraf afferent dan penekanan pada superior dan inferior, diskus dibatasi oleh
lapisan kartilago yang disebut sebagai Disc bulging adalah suatu keadaan
vertebral endplate (Raj P, 2008). patologis yang disebabkan oleh kerusakan
Posterior longitudinal ligamen diskus. Kerusakan pada diskus umumnya
melekat pada sisi posterior dari badan
di klasifikasikan menjadi disc bulging,
vertebra dan disc, dari oksipital hingga ke
sacrum. Berbentuk lebar dan seragam herniated protrusion, extruded dan
pada bagian servikal, namun pada bagian fragmented. Pada nyeri pinggang
thorakal dan lumbal berbentuk tipis pada diskogenik terjadi perpindahan dari isi
bagian tengah. intervertebral disc yaitu Nukleus Pulposus
Lumbal memiliki berbagai jenis mendorong lapisan luarnya annulus
saraf, dimana focus utamanya adalah fibrosus sehingga terbentuk penonjolan
lumbal spinal nerve. Terletak pada
discus kearah posterior atau
foramen intervertebral dan terhubung
dengan spinal cord oleh akar saraf spinal. posterolateral, hingga terjadinya
Saraf spinal dibagi menjadi dua cabang kerobekan annulus fibrosus menyebabkan
yaitu ventral dan dorsal rami. keluarnya nukleus pulposus (Luis Roberto
Lumbal dikelilingi oleh otot-otot Vialle, 2010).
yang memiliki dasar fungsi tertentu. Otot- Intervertebral disc yang mengalami
otot tersebut dibagi menjadi tiga grup pembebanan berlebih dan berkelanjutan
otot, antara lain m.psoas major yang
dapat berakibat pada kerusakan mekanis
melapisi bagian depan dari lumbal,
m.intertransversari lateralis dan pada annulus sehingga menonjol. Seiring
m.quadratus lumborum yang bertambahnya usia nukleus yang bersifat
menghubungkan dan melapisi bagian hidrostatik berkurang volumenya,
depan processus transversus, dan lumbar sehingga pembebanan kompresi diterima
back muscles yang melindungi dan lebih banyak pada annulus fibrosus.
melapisi bagian posterior dari tulang Namun usia juga berdampak pada
lumbal.
annulus fibrosus yang mengalami
Gerakan umum pada thorakal dan
lumbal adalah fleksi, ekstensi, lateral penurunan jumlah proteoglycan, sehingga
fleksi, dan rotasi. Keluasan pergerakan annulus menjadi lebih kaku dan lemah
pada bidang-bidang gerak ini dibatasi oleh (Amin et al, 2017).
berbagai struktur seperti ekstensibilitas Pada kondisi disc yang menonjol
ligament longitudinal, permukaan articular ke posterior/posterolateral akan menekan
dan kapsul, cairan dalam diskus, dan jaringan-jaringan dan menimbulkan
kelenturan otot. Terdapat perbedaan
keluhan berdasarkan jaringan yang
karakteristik struktur pada tiap segmen
sehingga adanya variasi dari keluasan mengalami penekanan. Penekanan
pada bidang-bidang gerak tertentu. Ligament longitudinal posterior yang
Posisi gerakan dan beban yang terdapat sinuvertebral nerve yang terdiri
mempengaruhi diskus intervertebralis dari saraf autonom dan somatic yang
adalah posisi gerakan fleksi atau menekuk merangsang nociception (Adams, 2006).
badan karena pada saat tubuh ke arah
Penekanan disc pada duramater akan
fleksi terjadi penekanan pada discus
menghasilkan reffered pain. Berlanjut
intervetebalis sehingga beban pada discus
sangat berat. hingga penekanan pada dural sleeve
2. Patologi disc bulging yang. Pada penekanan n.ischiadicus akan
menghasilkan sensasi paresthesia atau Keterbatasan aktivitas
kesemutan. fungsional akibat nyeri pinggang
Prognosis pada nyeri pinggang diskogenik, meliputi :
diskogenik sangat baik dengan lebih dari 1) Keterbatasan aktivitas pada
90% penderita tetap bekerja. Dari mereka saat duduk lama yang
yang tidak hadir kerja, kurang lebih 75% disebabkan karena diskus
akan mulai bekerja kembali dalam waktu intervertebralis yang bergeser
kurang dari 4 minggu (Staal et al, 2013) sehingga tidak dapat
menahan beban yang
3. Patologi fungsional
Gangguan pada fungsi tubuh pada
diterima, misalnya pada saat
patologi nyeri pinggang diskogenik, bekerja dikantor dengan
meliputi : posisi duduk statis sitting
1) Adanya nyeri pada daerah (d4103).
pinggang dan sekitarnya yang 2) Keterbatasan pada saat
diakibatkan oleh penonjolan diskus mengangkat benda atau
intervertebralis yang kemudian barang, biasanya dari
menekan ligament longitudinal jongkok ke berdiri karena
posterior dan merangsang serabut nyeri dan keterbatasan ROM
saraf nosiseptor, “pain in back” akibat penonjolan pada
(b28013). diskus sehingga timbul
2) Adanya nyeri radikular pada mekanisme guarding spasm
segmen tertentu yang diakibatkan yang akhirnya menyebabkan
karena penyempitan foramen kontraktur otot-otot para
intervertebralis dan mengiritasi lumbal “lifting” (d4300).
radiks “ radiating pain in 3) Keterbatasan pada saat
dermatome” (b2803). meraih benda atau objek
3) Timbulnya hypersensitife otot yang dimeja atau dilantai karena
diakibatkan karena aktivitas dari adanya keterbatasan ROM
serabut saraf simpatis yang pada saat gerak fleksi lumbal.
menimbulkan mekanisme guarding “reaching” (d4452).
spasme dan berujung pada Keterbatasan partisipasi pada
pemendekan otot paralumbal nyeri pinggang diskogenik,
“sensitivity to a noxious meliputi :
stimulus”(b2703) dan “muscle 1) Keterbatasan partisipasi
tone function”(b735). dalam bekerja yang
4) Adanya keterbatasan ROM karena disebabkan oleh
pemendekan otot-otot paralumbal ketidakmampuan duduk lama
akibat diskogenik “mobility of pada saat bekerja. Misalnya
lumbar spine” (b7209). seorang pekerja kantor,
mahasiswa, dan supir serta
pekerjaan yang keluhannya ini mulai mengganggu
membutuhkan duduk dalam aktivitasnya sehari-hari, namun pasien
waktu lama “full-time masih bisa tidur di malam hari. Barulah
pada pertengahan bulan November pasien
employment”(d8502). memeriksakannya sekaligus menjalani
2) Keterbatasan partisipasi terapi pertamanya di klinik NK Health
dalam beribadah yang
disebabkan karena 2. Diagnostic assessment
ketidakmampuan Pasien datang dalam keadaan
memegang pinggangnya pada saat
membungkukan badan,
berjalan. Ketika dilakukan pemeriksaan
misalnya kesulitan inspeksi statis terdapat hyperlordosis dan
melakukan gerakan pelvic anterior tilt. Lalu kemudian pasien
ruku’pada saat solat mengalami nyeri tekan pada paravertebral
berjamaah. muscle lumbal kiri dan nyeri pada
quadratus lumborum. Test khusus dan
3) Keterbatasan partisipasi
quick test yang dilakukan kepada pasien:
dalam berolahraga yang Spurling test (+), Ekstensi test (-),
disebabkan terbatasnya Straight Leg Raise test (SLR) (+ 30°),
gerakan pinggang karena PCAVP dan LVAVP L5-S1 nyeri dan firm
nyeri “sport” (d9201). and feel (+), Slump test (-) dan Valsavah
manoevere (+).
4) Keterbatasan dalam Dalam kondisi ini ditemukan pasien
melakukan pekerjaan rumah memegang pinggangnya pada saat
berjalan. Berikut hasil pengukuran tingkat
karena ketidakmampuan
nyeri pada pasien menggunakan alat ukur
untuk mengangkat, VRS :
membungkuk, dan meraih ROM Skala Nyeri
Nyeri Diam 4 dari 10
“doing housework” (d6408). Nyeri Tekan 6 dari 10
D. Case Presentation Nyeri Gerak 7 dari 10
1. Informasi Pasien Tabel 1 Hasil Pemeriksaan VRS
Seorang pasien dengan nama Ny. V Sendi Gerakan Nyeri ROM
yang merupakan seorang wanita berusia
30 tahun dan merupakan seorang ibu Lumbal Fleksi Nyeri 45°
rumah tangga. Pada bulan November Ekstensi Tidak 30°
nyeri
tahun 2019 mengeluhkan nyeri pinggang, Lateral
15°
nyeri bertambah saat membungkuk, nyeri flexsi Nyeri
saat bangun dari duduk lama dan nyeri kiri
Lateral Tidak
pada saat posisi duduk ke berdiri. flexi nyeri
30°
Nyeri dirasakan seperti tersetrum kanan
dan menjalar hingga ke bokong dan paha Rotasi Nyeri
15°
bawah. Nyeri dirasakan sepanjang hari kiri
Rotasi Tidak
terutama saat duduk. Nyeri juga dirasakan kanan nyeri 30°
memberat saat bersin dan mengejan,
sedangkan nyeri dirasakan berkurang saat
pasien tidur tengkurap. Saat berjalan
pasien tetap mesakan nyeri namun pasien
masih bisa berjalan sendiri. Pasien merasa Tabel 2 Hasil Tes Gerak Aktif
Pemeriksaan mobilitas MODI Intervensi yang diberikan kepada
(Modified Oswestry Disability Index) pasien yaitu berupa manual terapi dan
elektroterapi :
Keterangan Skala Nyeri
MODI 58% severe disability a. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulations)
Tabel 3 Hasil Questionnaire MODI
Terapi TENS dilakukan sesi terdiri
3. Problem gerak dan fungsi (ICF) dari 10 menit terapi. Dosis TENS disetel
Sesuai hasil pemeriksaan diatas pada frekuensi 1-10 Hz, intensitas 29.0 Ma
maka disimpulkan body structure (tergantung toleransi pasien). Pasang
impairment : muscle thighness para elektroda pada titik nyeri, kemudian
verteba lumbal upper dan lower, terapis mengatur intensitasnya sesuai
muscle weakness para verteba lumbal toleransi pasien . Terapis selalu
upper dan lower, disc bulging L5-S1 memonitor pasien selama terapi
dan muscle guarding spasm berlangsung. Jika tidak lagi merasakan
Body function impairment : arus, maka intensitas harus dinaikan.
fleksi lumbal nyeri, ekstensi lumbal Setelah terapi selesai turunkan intensitas
tidak nyeri serta terjadi penurunan dan mesin dimatikan. Lepaskan elektroda
mobilitas fleksi. periksalah daerah yang diterapi, apakah
Activity limitation : duduk ke terdapat warna kemerah-merahan sebagai
berdiri, jongkok ke bediri dan tanda iritabilitas kemudian rapikan dan
membungkuk simpanlah unit TENS setelah digunakan.
Participation restriction :
kesulitan saat menggendong anak b. SNAGS Extension
serta saat melakukan aktivitasnya Pemberian SNAGS extension
senam bertujuan untuk mereposisi diskus ke
4. Penyusunan rencana program posisi normal. Kembalinya diskus ke posisi
Perencanaan sesuai dengan normal akan mengurangi penekanan pada
target impairment, target disabilitas jaringan sekitar sehingga akan
maupun target prognosis. menurunkan nyeri, memperbaiki fungsi
Jangka pendek : menurunkan dan meningkatkan mobilitas fleksi lumbal
nyeri, menurunkan spasme otot dan (Hussien Mohamed et al., 2017).
meningkatkan ROM. Pemberian SNAGS dilakukan dengan posisi
Jangka panjang : meningkatkan pasien telungkup dan ekstensi lumbal
quality of life dan duduk lama tanpa dengan posisi tangan sejajar dengan bahu
nyeri dan dapat menggendong anak membentuk sudut 90˚. Posisi kepala
tanpa nyeri pada saat posisi duduk ke menghadap lurus kedepan. . Fisioterapis
bediri. berdiri disamping pasien, melakukan
palpasi pada processus spinosus dan
5. Intervensi Fisioterapi
processus spinosus. Tangan fisioterapi
Fisioterapi seharusnya dilakukan
lainnya berada pada bagian anterior
selama 3 hari seminggu selama 3 minggu,
shoulder untuk memfiksasi gerakan
namun karena kesibukan pasien waktu
ekstensi lumbal pasien. Kemudian,
tergantung dari pasien sendiri. Tujuan
fisioterapis memberikan dorongan pada
pada treatment fisioterapi ialah tentunya
processus spinosus L5-S1 ke arah ventral
mengurangi nyeri, mengurangi spasme
selama gerakan ekstensi lumbal. Pada
otot, meningkatkan ROM.
akhir gerakan diberikan dorongan lebih
untuk meregangkan celah foramen
intervertebralis. Dilakukan sebanyak 10 Outcome
kali. Setelah 3 kali pertemuan pasien
melaksanakan treatment fisioterapi di
klinik NK Health berikut hasil yang
c. Diafragma Breathing Exercise didapatkan :
Latihan pernafasan diafragma
dirancang untuk meningkatkan efisiensi Jenis Skala Nyeri
ventilasi, mengurangi kerja pernafasan, Nyeri Diam 0 dari 10
meningkatkan turun atau naiknya Nyeri Tekan 3 dari 10
Nyeri Gerak 4 dari 10
diafragma dan meningkatkan pertukaran Tabel 1 Pengukuran VRS
gas dan oksigen. Prosedurnya posisikan
pasien semi supine. Tangan terapis Sendi Gerakan Nyeri ROM
diletakkan diatas rectus abdominis di
Lumbal Fleksi Nyeri 75°
bawah kosta anterior dan pasien akan Ekstensi Tidak 30°
diminta bernafas perlahan, dalam melalui nyeri
hidung. Pasien akan diminta untuk rileks, Lateral
25°
buang nafas perlahan melalui mulut. flexsi Nyeri
kiri
Kemudian pasien akan diminta meletakkan Lateral Tidak
tangannya dibawah kosta anterior dan 30°
flexi nyeri
merasakan gerakan perut. Latihan ini kanan
Rotasi Nyeri
diberikan selama 30 menit yang dibagi kiri 25°
kedalam 3 set dengan 1 setnya 10 menit. Rotasi Tidak
kanan nyeri 30°

Tabel 5 Hasil Tes Gerak Aktif

Pemeriksaan mobilitas MODI


(Modified Oswestry Disability Index)

Keterangan Skala Nyeri


d. Kinesio Tapping
MODI 38% Moderate
Merupakan perekat berupa kinesio Disability
tape pada kulit yang memberikan ruang
pada kulit dan otot, memperlancar aliran Tabel 6 Hasil Questionnaire MODI
darah dan cairan limfatik, mengembalikan
fungsi otot. Kinesio tape diberikan dalam E. Pembahasan
bentuk star yang menggunakan empat I Berdasarkan treatment yang telah
shape tape yang ditempelkan pada posisi dilakukan oleh pasien selama 3 hari
maximal. Diaplikasikan pada regio lumbal terbukti dapat menurunkan nyeri yang
yang mengalami nyeri. dirasakannya dan meningkatkan lingkup
gerak sendinya. Menurut (Vance et al.,
(2015) Secara umum nyeri dibagi menjadi
nyeri akut dan nyeri kronik. Dalam
menangani nyeri dari HNP, intervensi yang
dapat diberikan adalah TENS. Mekanisme
terjadinya penurunan nyeri, berdasarkan
mekanisme gate control. Hal ini bisa
terjadi karena impuls nyeri dapat diatur menurunkan rasa nyeri dan meningkatkan
atau dihambat oleh mekanisme ROM secara signifikan.
pertahanan di sepanjang sistem saraf
pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls F. Limitasi
nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan Keterbatasan dalam penelitian
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah adalah dikarenakan waktu pemberian
pertahanan tertutup. Upaya menutup intervensinya dan faktor internal (aktivitas
pertahanan tersebut merupakan dasar dirumah) tidak dapat melanjutkan
teori menghilangkan nyeri. fisioterapi, oleh karena itu untuk
Menurut penelitian (Warude & menunjang limitasi ini pasien disarankan
Shanmugam, 2016) menguatkan jurnal tetap melakukan terapi mandiri sesuai
yang memberikan kesimpulan bahwa latihan yang telah diajarkan.
SNAGs extension menyebabkan reposisi
aspek artikular yang memungkinkan
fungsi gerak normal bebas nyeri,
memobilisasi sendi zygapophyseal dan G. Kesimpulan
mempengaruhi seluruh unit fungsional Dari Hasil treatment yang dilakukan
tulang belakng, termasuk diskus menunjukan hasil yang lebih baik dari
intervertebral. Sehingga terjadi kondisi pasien sebelumnya. Dimana
peningkatan ROM lumbal dalam jangka setelah 3 kali pertemuan pasien
waktu yang lama. menjalankan treatment kemajuan yang
Dan dijelaskan juga dalam jurnal diperoleh ialah meningkatnya ROM lumbal
bahwa SNAGs extension dilakukan pasif pasien, menurunnya nyeri yang dirasakan
glide pada sendi facet bersamaan dengan oleh pasien dan peningkatan aktivitas
gerakan extension lumbal aktif oleh sehari-harinya.
pasien, dimana pada akhir ROM diberikan Serta memberikan edukasi tentang
tahanan atau rengangan secara pasif. lifting technique yaitu cara mengangkat
Pemberian SNAGs extension dapat dan mengambil barang yang benar serta
mereposisi diskus ke posisi normal mengajarkan diafragma breathing exercise
sehingga akan mengurangi penekanan agar dapat dilakukan diumah saat tidak
pada jaringan sekitar sehingga akan ditempat fisioterapi.
menurunkan nyeri, memperbaiki fungsi
dan meningkatkan mobilitas fleksi lumbal
(Hussien Mohamed et al., 2017).
Menurut (Syah et al., 2020) Pada
pasien disc bulging kempuan
diafragmanya menjadi menuruh sehingga
kemampuan intraabdominal presure (IAP)
menjadi menurun. Diafragma breathing
mampu meningkatkan kinerja otot
transversus abdominis dan otot multifidus
dari dasar panggul sehingga membentuk
intraabdominal presure yang akan
berperan sebagai stabilisasi lumbal.
Menurut (Keles et al., 2016) kinesio
tapping berperan dalam vasilitasi otot
yang lemah, yang dapat merangsang
aktifasi dari sistem sarah sehingga mampu
Referensi

Allegri, M. Montella, S. Salici, F. Valente, Shah, S., Shirodkar, S., Deo Medha. 2020.
A. Marchesini, M. Compagnone, C. Effectiveness of Core Stability and
Baciarello, M. Manferdini, M. Fanelli, Diaphragmatic Breathing V/S Core
G. (2016). Mechanisms of low back Stability `Alone on Pain and
pain: a guide for diagnosis and Function in Mechanical Non-Specific
therapy, F1000 Research. Lumbar Disc Herniation Patients: A
Hussein, H., Abdel-Raoof, N.A., Kattabei, Randomised Control Trial.
O.M. and Ahmed, H.H. 2017. Effect International Journal of Health
of Mulligan Concept Lumbar SNAG Sciences and Research Vol 10: Issue
on Chronic Nonspecific Low Back 2.
Pain. Journal of Chiropractic Vance, GT. C., Dailey, L. D., Rakel, A. B.
Medicine. 16 (2) : 94-102. and Sukla, A. K. 2014. Using TENS
Keles, Y. B., Yalcinkaya, Y. E., Gunduz, B., for Pain Control: The State of the
Bardak, N. A. and Erhan, B. 2017. Evidence. The University of Iowa
Kinesio Taping in Patients with Physical Therapy & Rehabilitation
Lumbar Disc Herniation : A Science Department, IA, USA. 4 (3),
Randomised, Controlled, Double- 197–209.
Blind Study. Vol. 30 , no 3, pp. 543- Warude, T. and Shanmugam, S. 2012.
550. The Effect of Mckenzie Approach
Mense, S (2008). Muscle Pain: and Mulligan’s Mobilisation (SNAGS)
Mechanisms and Clinical in Lumbar Disc Prolapse with
Significance, Deutsches Ärzteblatt Unilateral Radiculopathy. India :
International, 105(12): 214–219. International Journal of Science and
Raj P (2008), Intervertebral Disc :Anatomy Research (IJSR). 3 (10) : 59-63.
– Physiology – Pathophysiology
-Treatment, World Institute of Pain,
8(1): 18-44

Anda mungkin juga menyukai