Anda di halaman 1dari 15

Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim paru, mediastinum, diafragma serta

tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura parietal. Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan
yang memisahkan kedua pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa
hambatan selama proses respirasi.1

Cairan pleura berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial paru, kelenjar
getah bening intratoraks, pembuluh darah intratoraks dan rongga peritoneum. Jumlah cairan pleura
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura
sesuai hukum starling serta kemampuan eliminasi cairan oleh sistem penyaluran limfatik pleura
parietal. Tekanan pleura merupakan cermin tekanan di dalam rongga toraks. Perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh pleura berperan penting dalam proses respirasi. 1

Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.
Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk tersebut dapat menghambat
pengembangan paru-paru sehingga pertukaran udara terganggu. Hal ini mengakibatkan insufisiensi
pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah.Banyak
penyakit yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura. 3,4,5

2.1.Anatomi dan Fisiologi

Pleura merupakan membran serosa yangtersusun dari lapisan sel yang embriogenik berasal
dari jaringan selom intraembrional dan bersifat memungkinkan organ yang diliputinya mampu
berkembang, mengalami retraksi atau deformasi sesuai dengan proses perkembangan anatomis dan
fisiologis.1,4

Pleura viseral membatasi permukaan luar parenkim paru termasuk fisura interlobaris,
sementara pleura parietalmembatasi dinding dada yang tersusun dariotot dada dan tulang iga, serta
diafragma,mediastinum dan struktur servikal. 1,4

Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi. Pleura viseral
diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi pulmoner, sementara pleura
parietal diinervasi sarafsaraf interkostalis dan nervus frenikus serta mendapat aliran darah sistemik.
Pleura viseral dan pleura parietal terpisah oleh rongga pleura yang mengandung sejumlah tertentu
cairan pleura.Ujung saraf sensorik berada di pleura parietal kostalis dan diafragmatika. Pleura kostalis
diinervasi oleh saraf interkostalis, bagian tengah pleura diafragmatika oleh saraf frenikus. Stimulasi
oleh infl amasi dan iritasi pleura parietal menimbulkan sensasi nyeri dinding dada dan nyeri tumpul
pada bahu ipsilateral. Tidak ada jaras nyeri pada pleura viseral walaupun secara luas diinervasi oleh
nervus vagus dan trunkus simpatikus.1,4

1
Antara kedua lapis membran serosa pleura terdapat rongga potensial, yang terisi oleh sedikit
cairan yakni cairan pleura. Rongga pleura mengandung cairan kira-kira sebanyak 0,3 ml kg -1. Jumlah
cairan pleura tergantung mekanisme gaya Starling (laju filtrasi kapiler di pleura parietal) dan sistem
penyaliran limfatik melalui stoma di pleura parietal.Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/ mL,
terdiri dari makrofag (75%), limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel bebas.Cairan pleura normal
mengandung protein 1 – 2 g/100 mL.1,4

Pleura berperan dalam sistem pernapasan melalui tekanan pleura yang ditimbulkan oleh
rongga pleura. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas akan menimbulkan tekanan
transpulmoner yang selanjutnya akan memengaruhi pengembangan paru dalam proses respirasi. 1,4

Pengembangan paru terjadi bila kerja otot dan tekanantranspulmoner berhasil mengatasi
recoil elastik (elastic recoil) paru dan dinding dada sehingga terjadi proses respirasi. Jumlah cairan
rongga pleura diatur keseimbangan Starling yang ditimbulkan oleh tekanan pleura dan kapiler,
kemampuan sistem penyaliran limfatik pleura serta keseimbangan elektrolit.Ketidakseimbangan
komponen-komponen gaya ini menyebabkan penumpukan cairan sehingga terjadi efusi pleura. 1,4

2.2.Definisi

Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang tidak normal di rongga pleura yang diakibatkan
oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Dalam keadaan normal terdapat
10-20 cc cairan.4,5,6

Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan
seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. Efusi pleura bukan merupakan suatu
penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. 4,5

2.3.Epidemiologi

Efusi pleura merupakan gejala dari penyakit yang mendasarinya, oleh karena itu sulit untuk
menentukan angka kejadiannya. Namun, insiden efusi pleura di Amerika diperkirakan sekitar 1,5 juta
kasus per tahunnya. Diperkirakan prevalensi efusi pleura adalah didapatkan 320 kasus dari 100.000
penduduk di negara industri.4

Pada penelitian yang dilakukan oleh Khairani dkk di RS Persahabatan tahun 2010-2011, dari
119 pasien dengan efusi pleura didapatkan 66 pasien laki-laki dan 53 sisanya adalah wanita.
Kelompok umur terbanyak adalah antara 40-59 tahun dengan sisi hemotoraks lebih dominan sebelah
kanan (68,9%). Efusi pleura pada sebagian besar subjek penelitian adalah bersifat eksudat (87%)
dengan penyebab terbesar adalah infeksi dan malignansi, sisanya sebanyak 13% pasien bersifat
transudat.6

2
Selain itu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth di RSUP H Adam Malik tahun
2011, dari 136 kasus, proporsi jenis kelamin pasien tertinggi adalah pada laki-laki (89 orang) dan
perempuan (47 orang), dimana kelompok umur terbanyak adalah 45-59 tahun. Menurut lokasi cairan
terbanyak di sebelah kanan (68 orang), proporsi etiologi efusi pleura tertinggi adalah TB paru (60
orang).2

2.4.Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein
dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi
melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan
jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.
Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura. 3

Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan. Bila
proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/ nanah, sehingga terjadi empiema/ piotoraks.
Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks. Proses
terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pleura parietalis sehingga udara akan masuk
ke dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah
tersebut yang kurang elastis lagi seperti pada pasien emfisema paru. 3

Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer paru
seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis peritoneum, hipoalbuminemia
oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumotoraks. 3,4

Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler
pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan
terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering
adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.
Sebab lain seperti parapneumonia, parasit, jamur, pneumonia atipik, keganasan paru, proses
imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti
pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan akibat radiasi. 3,4

2.5.Etiologi

Macam-macam penyakit infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura antara lain:

1. Pleuritis karena Virus dan mikoplasma


Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya pun
tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-jenis virusnya adalah : Echo virus,

3
Coxsackie virus, Chlamidia, Rickettsia, dan mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat dan
berisi leukosit antara 100-6000 per cc.
2. Pleuritis karena bakteri Piogenik
Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim
paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diafragma, dinding
dada atau esophagus.
Aerob : Streptococcus pneumonia, Streptococcus mileri, Saphylococcus aureus,
Hemofilus spp, E. coli, Klebsiella, Pseudomonas spp. Anaerob : Bacteroides spp,
Peptostreptococcus, Fusobacterium.
3. Pleuritis Tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang bersifat eksudat. Penyakit
kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek
atau melalui aliran getah bening.
Cairan efusi yang biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemoragis. Jumlah
leukosit antara 500-2000 per cc. mula-mula yang dominan adalah sel polimorfonuklear, tapi
kemudian sel limfost. Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tuberculosis.
4. Pleuritis karena Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi dari
jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah : aktinomikosis, koksidioidomikosis,
aspergillus, kriptokokus, histoplasmosis, blastomikosis, dll. Patogenesis timbulnya efusi
pleura adalah karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi.
5. Pleuritis karena parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba. Bentuk
tropozoit datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim paru dan rongga
pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi karena peradangan yang ditimbulkannya. Di
samping ini dapat terjadi empiema karena karena ameba yang cairannya berwarna khas merah
coklat.di sini parasit masuk ke rongga pleura secara migrasi dari perenkim hati. Dapat juga
karena adanya robekan dinding abses amuba pada hati ke arah rongga pleura.

Adapun penyakit non infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura antara lain 4,5 :

1. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi


a. Gangguan Kardiovaskuler
Payah jantung (decompensatio cordis) adalah penyebab terbanyak timbulnya
efusi pleura. Penyebab lainnya dalah perikarditis konstriktiva dan sindrom vena kava
superior. Patogenesisnya dalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik
dan tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh

4
darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga
filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat.
b. Emboli Pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal.
Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark. Emboli menyebabkan
turunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan
parenkim paru dan memberikan peradangan dengan efusi yang berdarah (warna
merah). Di samping itu permeabilitas antara satu atau kedua bagian pleura akan
meningkat, sehingga cairan efusi mudah terbentuk.
Cairan efusi biasanya bersifat eksudat, jumlahnya tidak banyak, dan biasanya
sembuh secara spontan, asal tidak terjadi emboli pulmonal lainnya. Pada efusi pleura
denga infark paru jumlah cairan efusinya lebih banyak dan waktu penyembuha juga
lebih lama.
c. Hipoalbuminemia
Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti sindrom
nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta anasarka. Efusi terjadi
karena rendahnya tekana osmotic protein cairan pleura dibandingkan dengan tekana
osmotic darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.
2. Efusi pleura karena neoplasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan
umumnya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak
nafas dan nyeri dada. Gejala lain adalah adanya cairan yang selalu berakumulasi kembali
dengan cepat walaupun dilakukan torakosentesis berkali-kali.

Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma, yakni :

 Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatnya permeabilitas pleura terhadap air


dan protein
 Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan
getah bening, sehingga rongga pleura gagal memindahkan cairan dan protein
 Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul
hipoproteinemia.
3. Efusi pleura karena sebab lain
a. Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yaitu trauma tumpul, laserasi, luka tusuk
pada dada, rupture esophagus karena muntah hebat atau karena pemakaian alat waktu
tindakan esofagoskopi.

5
b. Uremia, Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang terdiri dari
efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal (asites). Mekanisme penumpukan
cairan ini belum diketahui betul, tetapi diketahui dengan timbulnya eksudat terdapat
peningkatan permeabilitas jaringan pleura, perikard atau peritoneum. Sebagian besar
efusi pleura karena uremia tidak memberikan gejala yang jelas seperti sesak nafas,
sakit dada, atau batuk.
c. Miksedema. Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagai bagian miksedema.
Efusi dapat terjadi tersendiri maupun secara bersama-sama. Cairan bersifat eksudat
dan mengandung protein dengan konsentrasi tinggi.
d. Limfedema. Limfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka, tangan dan
efusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Pada beberapa pasien terdapat
juga kuku jari yang berwarna kekuning-kuningan.
e. Reaksi hipersensitif terhadap obat
Pengobatan dengan nitrofurantoin, metisergid, praktolol kadang-kadang memberikan
reaksi/perubahan terhadap paru-paru dan pleura berupa radang dan dan kemudian
juga akan menimbulkan efusi pleura.
f. Efusi pleura idiopatik
Pada beberapa efusi pleura, walaupun telah dilakukan prosedur diagnostic secara
berulang-ulang (pemeriksaan radiologis, analisis cairan, biopsy pleura), kadang-
kadang masih belum bisa didapatkan diagnostic yang pasti. Keadaan ini dapat
digolongkan daloam efusi pleura idiopatik.
4. Efusi pleura karena kelainan Intra-abdominal
Efusi pleura dapat terjadi secara steril karena reaksi infeksi dan peradangan yang
terdapat di bawah diafragma, seperti pankreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut
pankreatitis kronik, abses ginjal, abses hati, abses limpa, dll. Biasanya efusi terjadi pada
pleura kiri tapi dapat juga bilateral. Mekanismenya adalah karena berpindahnya cairan yang
kaya dengan enzim pancreas ke rongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi disini
bersifat eksudat serosa, tetapi kadang-kadang juga dapat hemoragik. Efusi pleura juga sering
terjadi setelah 48-72 jam pasca operasi abdomen seperti splenektomi, operasi terhadap
obstruksi intestinal atau pascaoperasi atelektasis.
a. Sirosis Hati
Efusi pleura dapat terjadi pada pasien sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura timbul
bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan asites dengan
cairan pleura, karena terdapat hubungnan fungsional antara rongga pleura dan rongga
abdomen melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma.
b. Sindrom Meig

6
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium (jinak atau
ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis terjadinya efusi pleura masih
belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut dioperasi, efusi pleura dan
asitesnya pun segera hilang. Adanya massa di rongga pelvis disertai asites dan
eksudat cairan pleura sering dikira sebagai neoplasma dan metastasisnya.
c. Dialisis Peritoneal
Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialysis peritoneal. Efusi
terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga
peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan
samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.

2.6.Manifestasi Klinis

Efusi pleura sering ditemukan dari pemeriksaan fisik, biasanya manifestasi klinisnya adalah
penyakit yang mendasari. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,
sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Jumlah cairan efusi akan
menentukan derajat beratnya gejala. Efusi yang luas akan menyebabkan sesak napas. Area yang
mengandung cairan akan menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali,pada perkusi
didapatkan suara beda. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan
cairan pleural yang signifikan. Bila terdapat efusi pleura kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja
tidak ditemukan.4,5

2.7.Diagnosis

Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan berdasarkan 3,4,5 :

1. Anamnesis
Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita membatasi pergerakan rongga
dada dengan bernapas pendek atau tidur miring ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas
terutama bila berbaring ke sisi yang sehat disertai batuk batuk dengan atau tanpa dahak. Berat
ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan yang lain adalah
sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena cembung selain melebar dan
kurang bergerak pada pernapasan. Fremitus vokal melemah, redup sampai pekak pada

7
perkusi, dan suara napas lemah atau menghilang. Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi
yang sehat.
3. Foto thorax
Foto thorax biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi
pleura yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Foto dada juga dapat menerangkan asal
mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor,
adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya densitas parenkim yang lebih
keras pada pneumonia atau abses paru
4. USG Thorax
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan. Jumlahnya sedikit dalam
rongga pleusa. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi
cairan dalam rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan thorax.

5. CT Scan Thorax
CT scan thorax dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan
sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Selain itu
juga bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan
ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
6. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis.
Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara
sel iga ke dalam rongga dada di bawah pengaruh pembiasan lokal dalam dan berguna sebagai
sarana untuk diuagnostik maupun terapeutik.
Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita dengan posisi duduk.
Aspirasi dilakukan toraks, pada bagian bawah paru di sela iga v garis aksilaris media dengan
memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak
melebihi 1000 – 1500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-
ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock (hipotensi)
atau edema paru.
Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme
sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang
tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang
abnormal.
7. Biopsi Pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka dilakukan biopsi
dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau

8
beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50 -75% diagnosis kasus-kasus pleuritis
tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat
dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Komplikasi
biopsi antara lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding
dada.
8. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-xantho-ctrorne.
Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan.
adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini
menunjukkan adanya empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses
karena ameba
b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Perbedaan Transudat Eksudat

- Kadar protein dalam efusi (g/dl) < 3. > 3.

- Kadar protein dalam efusi < 0,5 > 0,5

Kadar protein dalam serum

- Kadar LDH dalam efusi (I.U) < 200 > 200

- Kadar LDH dalam efusi < 0,6 > 0,6

Kadar LDH dalam Serum

- Berat jenis cairan efusi < 1,016 > 1,016

- Rivalta negatif positif

Di samping pemeriksaan tersebut di atas. secara biokimia diperiksakan juga pada


cairan pleura :

 kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi,


artitis reumatoid dan neoplasma

9
 kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastasis
adenokarsinoma.
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit
pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
o Sel neutrofil : Menunjukkan adanya infeksi akut.
o Sel limfosit : Menunjukkan adanya infeksi kronik sepertipleuritis
tuberkulosa atau limfomamalignum
o Sel mesotel : Bila jumlahnya meningkat, inimenunjukkanadanya infark
paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.
o Sel mesotel maligna : Pada mesotelioma
o Sel-sel besar dengan banyak inti : Pada arthritis rheumatoid
o Sel L.E : Pada lupus eritematosus sistemik
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung
mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen, (menunjukkan empiema). Efusi
yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis
kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokok, E. coli,
Kleibsiella, Pseudomonas, Entero-bacter.Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan
terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20%.
9. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-kasus neoplasma, korpus alineum dalam paru,
abses paru dan lain-lain
10. Scanning Isotop
Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli paru.
11. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)
Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau tuberculosis
pleura.Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding dada (dengan resiko kecil
terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan dengan memakai penghisap dan udara
dimasukkan supaya bias melihat kedua pleura. Dengan memakai bronkoskop yang lentur
dilakukan beberapa biopsy.

2.9.Penatalaksanaan

10
Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan pleura akan
menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa macam pengobatan atau tindakan yang
dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah sebagai berikut 3,4,5 :

 Obati penyakit yang mendasarinya


 Torakosentesis, Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk
diagnostic maupun terapeutik.
 Chest tube

 Pleurodesis, dimaksudkan untuk menutup rongga pleura sehingga akan mencegah


penumpukan cairan pluera kembali. Hal ini dipertimbangkan untuk efusi pleura yang rekuren
seperti pada efusi karena keganasan. Sebelum dilakukan pleurodesis cairan dikeluarkan
terlebih dahulu melalui selang dada dan paru dalam keadaan mengembang. Tindakan
melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan menggunakan zat kimia
(tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk) atau tindakan pembedahan.
Tindakan dilakukan bila cairan sangat banyak dan selalu terakumulasi kembali.Pleurodesis
dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang dimasukkan ke dalam rongga pleura.
Efektifitas dari bahan ini tergantung pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan
obliterasi kapiler pleura. Setelah tidak ada lagi cairan yang keluar masukkanlah tetrasiklin
sebanyak 500 mg yang sudah dilarutkan dalam 20-30 ml larutan garam fisiologis ke dalam
rongga pleura, selanjutnya diikuti segera dengan 20 ml larutan garam fisiologis. Kemudian
kateter diklem selama 6 jam, ada juga yang melakukan selama 30 menit dan selama itu posisi
penderita diubah-ubah agar tetrasiklin terdistribusi di seluruh rongga pleura. Bila dalam 24-48
jam cairan tidak keluar lagi selang dada dicabut.

2.10.Prognosis

Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari kondisi itu.
Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan pengobatan lebih dini akan lebih jauh terhindar dari
komplikasi daripada pasien yang tidak memedapatkan pengobatan dini. 4,5

A. Definisi
Efusi Pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ektravasasi cairan ke
dalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti membran tipis yang terdiri
dari dua lapisan, yaitu pleura viseralis dan pluera perietalis. Sehingga dapat disimpulkan Efusi
Pleura adalah ekstravasasi cairan yang terjadi di antara lapisan viseralis perietalis. (Sudoyo,
2006).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam
rongga pleura. (Imran Sumantri, 2008).

11
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa
cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995).
Efusi Pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya akumulasi cairan pleura
dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidak
seimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura (Widirahardjo, 2013).

B. Klasifikasi

Berdasarkan jenis cairan yang terbetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat dan eksudat.
1) Eksudat
Ekstravasasi (bocornya cairan intravena) ke dalam jaringan atau kavitas.Sebagai akibat
inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC, trauma
dada, infeksi virus.Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal
jantung kongestif.TBC, pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma
bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik.(Suzanue C Smeltezer
dan Brenda G. Bare, 2002).
2) Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi
jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura
terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik.Transudasi
menandakan kondisi seperti asites, perikarditis.Penyakit gagal jantung kongestik atau
gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.(Suzanue C Smeltezer dan Brenda G.
Bare, 2002).

Tabel Perbedaan cairan transudat dan eksudat

Kriteria Transudat Eksudat


Warna Kuning pucat, dan jernih Jernih, keruh, purulen, dan
hemoragik
Bekuan - -/+
Berat Jenis <1018 >1018
Leukosit < 1000/ul Bervariasi >1000/ul
Eritrosit Sedikit Biasanya banyak
Hitung Jenis MN (limfosit/mesotel) Terutama PMN

12
Protein Total < 50 % serum > 50 % serum
LDH < 60 % serum > 60 % serum
Glukosa - plasma -/< plasma
Fibrinogen 0.3-4 % 4-6 % atau lebih
Amylase - >50% serum
Bakteri - -/+

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi dua yaitu
1) Unilateral
Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya
2) Bilateral
Effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini : Kegagalan jantung
kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan
tuberkolosis.

C. Etiologi
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium)
dan sindroma vena kava superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana
masuk cairan berdarah dan karena trauma. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul
pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan
oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
1) Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
2) Penurunan tekanan osmotic koloid darah
3) Peningkatan tekanan negative intrapleural
4) Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

D. Manifestasi Klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar.
Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,sementara efusi
malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusiakan menentukan keparahan
gejala. Efusi yang luas akan menyebabkan sesak napas.
Gejala klinis efusi pleura bervariasi dan seringkali bergantung pada penyakit yang
mendasari. Gejala yang paling sering ditemui adalah sesak napas, batuk, dan nyeri dada.
Batuk pada penderita efusi pleura umumnya ringan dan tidak berdahak. Nyeri dada
disebabkan oleh iritasi pleura, dapat bersifat ringan sampai berat, dirasakan sebagai nyeri
yang tajam, dan memburuk dengan tarikan napas dalam (nyeri dada pleuritik). Nyeri dapat
menyebar ke bahu di sisi yang sama atau perut bagian atas.
Adanya gejala lain menujukkan penyakit yang mendasari efusi pleura.
Pembengkakan tungkai, sesak saat berbaring, dan riwayat terbangun tiba – tiba karena sesak
merupakan gejala gagal jantung. Tuberkulosis paru menyebabkan gejala keringat malam,
demam, batuk darah, dan penurunan berat badan. Batuk darah juga dapat ditemui pada

13
keganasan, gangguan saluran napas, dan kematian jaringan paru. Efusi pleura pada radang
paru – paru (pneumonia) menimbulkan gejala demam, batuk berdahak, dan sesak napas.

Manifestasi klinis yang menurut ( Tierney, 2002 dan Tucker 1998 ) adalah
1) Sesak nafas
2) Nyeri dada
3) Kesulitan bernafas
4) Peningkatan suhu tubuh jika terjadi infeksi
5) Keletihan
6) Batuk

Manifestasi klinis menurut Suzanne & Brenda, 2002  yang dapat ditemukan pada Efusi Pleura
adalah
1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri dada pleuritis
4) Dispnea
5) Batuk Suara nafas ronchi
6) Manifestasi klinis menurut Irman Somantri, 2008 adalah

Kebanyakan efusi pleura bersifat asimpomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik.
Ketika efusi sudah membesae dan menyebar kemungkinan timbul dispenea dan batuk. Efusi
pleura yang besar akan mengakibatkan nafas sesak. Tanda fisik meliputi deviasi trakea
menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi dan penurunan bunyi pernafasan pada sisi
yang terkena.

E.  Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya effusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat
sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena perbedaan
tekanan osmotic plasma dan jaringan interstitial submesotelial kemudian melalui sel
mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh
limfe sekitar pleura. Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga
terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah dapat menyebabkan
hemotoraks. Efusi dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer
paru,seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis
peritoneum,hipoalbuminemia, oleh beberapa keadaan, perikarditis konstriktiva, keganasan,
atelektasisdan pneumotoraks. Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang
menyebabkan permeabilitaskapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial
beruba menjadi bulat ataukuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura.
Penyebab pleuritiseksudatifa yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis
dan di kenal sebagai pleuritis eksudatifa tuberkulosa. Sebeb lain seperti parapenuomonia,
parasit !amuba, paragonimiosis, ekinokokkus", jamur pneumonia atipik virus, mikoplasma,
fever,legionella", keganasan paru, proses imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis

14
rematoid,sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dam
akibatradiasi.

15

Anda mungkin juga menyukai