Anda di halaman 1dari 2

EMFISEMA

DEFINISI
Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif  kronik yang melibatkan kerusakan pada kantung
udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan sehingga
membuat penderita sulit bernafas dan juga batuk kronis. Rokok adalah penyebab utama timbulnya
emfisema.

JENIS-JENIS EMFISEMA
 Panlobular/panacinar
Terjadi kerusakan bronkus pernapasan, duktus alveolar, dan alveoli. Semua ruang udara di
dalam lobus sedikit banyak membesar, dengan sedikit penyakit inflamasi. Ciri khasnya yaitu
memiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai oleh dispnea saat aktivitas, dan penurunan
berat badan.
 entrilobular/sentroacinar
Perubahan patologi terutama terjadi pada pusat lobus sekunder, dan perifer dari asinus
tetap baik. Seringkali terjadi kekacauan rasio perfusi-ventilasi, yang menimbulkan hipoksia,
hiperkapnia (peningkatan CO2 dalam darah arteri), polisitemia, dan episode gagal jantung
sebelah kanan. Kondisi mengarah pada sianosis, edema perifer, dan gagal napas.
 Emfisema Paraseptal
Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam alveoli)
sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari
pneumotorak spontan.

ETIOLOGI
1. Faktor Genetik
2. Hipotesis Elastase-Anti Elastase
3. Rokok
4. Infeksi
5. Polusi
6. Faktor Sosial Ekonomi

MANIFESTASI KLINIS
1. Penampilan umum
a. Kurus, warna kulit pucat, dan flattened hemidiafragma
b. Tidak ada tanda CHF kanan dengan edema dependen pada stadium akhir
c. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun.
2. Usia 65-75 tahun
3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
a. Nafas pendek persisten dengan peningkatan dipsnea
b. Infeksi system respirasi
c. Pada auskultasi terdapat penurunan suara nafas meskipun dengan nafas dalam
d. Wheezing ekspirasi tidak ditemukan dengan jelas
e. Produksi sputum dan batuk jarang
f. Hematocrit <60%.
4. Pemeriksaan jantung
5. Riwayat merokok

PATOFISIOLOGI
Emfisema merupakan kelainan atau kerusakan yang terjadi pada dinding alveolar yang dapat
menyebabkan overdistensi permanen ruang udara. Perjalanan udara terganggu akibat dari
perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema merupakan akibat dari adanya dekstruksi
dinding (septum) diantara alveoli, kolaps napas sebagian, dan kehilangan elastisitas recoil. Pada saat
alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan diantara ruang alveolar (blebs) dan diantara
parenkim paru (bullae). Proses ini akan menyebabkan peningkatan ventilator pada dead space atau
aren yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.
Pada paru normal ada keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru keluar (yang
disebabkan tekanan intrapleural dan otot-otot dinding dada) dengan tekanan yang menarik jaringan
paru ke dalam (elastisitas paru).
Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan
berkurang, sehingga saluran pernapasan bagian bawah paru akan tertutup.
Pada pasien dengan emfisema, saluran-saluran pernapasan tersebut akan lebih cepat dan lebih
banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan menutup dan dinding alveoli yang rusak,
akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Namun, semua itu bergantung pada
kerusakannya. Mungkin saja terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada, tetapi perfusinya baik
sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke alveoli tidak sama dan merata.
Pada tahap akhir penyakit, system eliminasi karbon dioksida mengalami kerusakan. Hal ini
mengakibatkan peningkatan tekanan karbon dioksida dalam darah arteri (hiperkapnea) dan
menyebabkan asidosis respiratorik. Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, maka
jaring-jaring kapiler pulmonal berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan
dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam area pulmonal.

GANGGUAN FUNGSI/GERAK
• Sekresi yang meningkat dan tertahan menyebabkan klien tidak mampu melakukan batuk
efektif untuk mengeluarkan sekresi.
• Paru berada dalam keadaan hiperekspansi kronis.
• Terjadi penurunan progresif dalam kapasitas vital paru.
• Kekakuan dada dan iga-iga terfiksasi dalam persendiannya dengan bermanifestasi pada
perubahan bentuk dada dimana rasio diameter AP: Transversal mengalami peningkatan
(barrel chest).
• Barrel chest terjadi akibat kifosis dimana tulang belakang bagian atas secara abnormal
bentuknya membulat atau cembung.
• Beberapa klien membungkuk ke depan untuk dapat bernapas dan menggunakan otot-otot
bantu napas.
• Retraksi fossa supraclaficula yang terjadi pada inspirasi mengakibatkan bahu melengkung ke
depan.

Anda mungkin juga menyukai