PENDAHULUAN
Cedera pada umumnya diartikan sebagai keadaan tidak berfungsi pada fisik
secara khusus cedera dijelaskan sebagai akibat kerusakan yang terjadi pada
struktur jaringan seperti tulang, otot dan jaringan lunak lainnya akibat benturan,
(Sanusi et al., 2020). Cedera yang terjadi pada tubuh akan menimbulkan nyeri,
panas, merah, bengkak, dan keadaan tidak berfungsi baik pada otot, tendon,
ligamen, persendian ataupun tulang akibat aktivitas gerak yang berlebihan atau
kecelakaan (Satria, Ali dan Priyonoadi, 2012). Respon tubuh pada saat terkena
cedera seringkali ditandai dengan radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor
(Setiawan, 2011).
Low Back Pain merupakan salah satu cedera atau kondisi yang umum
penyebab kecacatan global tertinggi. Sistem kesehatan dan sosial tidak dilengapi
dengan baik dalam menangani kasus ini tidak seperti halnya menangani kasus
meringankan beban hal ini yang membuat nyeri pungung bawah menjadi
masalah kesehatan global (Hartvigsen et al., 2018). Low Back Pain adalah
penyebab utama di seluruh dunia dari tahun ke tahun yang hilang karena adanya
kecacatan dan beban dari kasus Low Back Pain terus bertambah seiring dengan
terbesar kecacatan yang disebabkan oleh Low Back Pain dalam beberapa
termasuk di negara Asia, Afrika, dan Timur Tengah (Hoy et al., 2014).
Nyeri punggung bawah atau sering disebut lower back pain merupakan
banyak dijumpai dari ratusan juta orang di dunia adalah keluhan nyeri punggung
bawah. Laporan ini berkaitan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO
sebagai dekade tulang dan persendian (Zhari Zafitri Goin, Lely M Pontoh, 2019).
Pada tahun 2015, prevalensi titik global nyeri punggung bawah yang membuat
keterbatasan aktivitas adalah 7-3%, menunjukan bahwa 540 juta orang yang
terpengaruh pada satu waktu dan nyeri punggung bawah sekarang menjadi
penyebab kecacatan nomor satu di dunia (T. Vos et al., 2016). Efek negatif dari
punggung bawah menjadi bagian yang cukup jinak dari kehidupan sehari-hari
al., 2018).
Global Burden of Disease Study 2019 dalam Cieza et al., (2020) Low
Back Pain menjadi salah satu penyebab kecacatan global tertinggi karena
gangguan muskuloskeletal dengan pravalensi 568 juta orang pada tahun 2019,
dengan perubahan presentase 47%, rata-rata umur 62-79 tahun. Sedangkan
Years of lived with disability 64 juta orang dengan rata-rata umur 45-85 tahun
dan dengan perubahan presentase 47% pada tahun 2019. Nyeri punggung
bawah akan lebih parah dan terjadi kelumpuhan apabila titik nyeri ada pada
bagian lain daerah tubuh dan ada bukti yang konsisten bahwa nyeri pada banyak
lebih buruk dibandingkan dengan nyeri pada satu bagian (Hartvigsen et al.,
2013). Mekanisme yang terjadi perubahan dan cedera struktur tulang belakang
ligamen kolom vertebra dan jaringan lunak disekitarnya (Tavee & Levin, 2017).
Nyeri Punggung Bawah (NPB) miogenik atau Low Back Pain myogenic
al., 2015). Low Back Pain didefinisikan sebagai suatu kondisi tidak spesifik yang
mengacu pada keluhan nyeri akut atau kronik dan ketidak nyamanan pada atau
paraspinal, terutama pada otot yang tidak siap bekerja atau tidak aktif
menyebabkan nyeri dan kekauan pada otot karena hiperaktif metabolik dan
Nyeri pada punggung bagian bawah yang dapat diakibatkan oleh berbagai sebab
antara lain karena beban berat yang menyebabkan otot otot yang berperan
melalui antar vertebra, Low back pain Low back pain juga dianggap sebagai
suatu sindroma nyeri yang terjadi pada punggung bagian bawah dan merupakan
terjadi terlokalisasi di daerah tulang belakang dan daerah paraspinal tanpa ada
bisa sangat menyakitkan tetapi bisa hilang dengan sendiri setelah beberapa hari
mengurangi nyeri ( Chou et al., 2011). Rasa nyeri pada cedera low back pain
terjadi akibat dari susunan saraf tepi di area punggung bawah tejepit, kondisi
tersebut karena aktivitas sehari-hari dari setiap individu. Nyeri punggung bawah
dianggap nyeri, ketegangan atau kekakuan otot yang terjadi di daerah bawah
margin costal dan inferior gluteal, dengan atau tanpa sciatica (linu panggul yang
punggung bawah baik dari seorang yang aktif berolahraga maupun yang sama
sekali tidak melakukan olahraga dan beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri
punggung bawah pada pekerja kantor atau office worker, antara lain: 1)
peletakan posisi meja komputer yang salah, 2) suhu ruangan yang telalu dingin,
3) jenis kelamin wanita dan wania yang sudah menikah (Ye et al., 2017). Nyeri
punggung bawah dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko antara lain: umur,
jenis kelamin, indeks masa tubuh, jenis pekerjaan yang biasanya berkaitan
Sedangkan faktor resiko terjadinya nyeri punggung bawah pada atlet atau pegiat
olahraga dalam tinjauan resiko dan pravalensi nyeri punggung bawah pada
2017). Secara garis besar, Low Back Pain dapat dihubungkan dengan beberapa
fibrosus diskus intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio
hal tersebut didasarkan atas masalah yang dialami oleh masing-masing individu,
dan fungsi otot serta daya tahan (Rohman, 2019). Olahraga atau exercise efektif
dalam penanganan masalah nyeri punggung bawah, terlepas dari jenis latihan
pasien dialihkan ke sport performance yang ditangani oleh seorang pelatih dari
dengan pelatih atletik dan atau terapis fisik olahraga, mereka kemudian sering
melanjutkan "latihan ruang beban" dan kembali reintegrasi dengan tim (Reiman,
Klinik olahraga SPPOI Eminence, terdapat 10 pasien Low Back Pain Myogenic
manual (manual therapy), dan latihan kekuatan (strength training) untuk terapi
rehabilitasi.
Latihan fisik atau sering disebut latihan penguatan (strength training) dan
terapi manual terhadap terapi rehabilitasi chronic low back pain memberikan
dampak baik dan efektif untuk penurunan nyeri, perbaikan fungsional dan
kualitas hidup, pada sendi sacroiliac dan mobilitas tulang belakang yang
atau latihan penguatan (strength training) dan terapi manual menunjukan hasil
positif pada pemulihan fungsional (Ulger et al., 2017). Terapi rehabilitasi dalam
Jakarta, pada program terapi rehabilitasi low back pain myogenic di di SPPOI
training).
training) Terhadap Derajat Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Myogenic di Sppoi
Eminence Jakarta”.
tulang, otot dan jaringan lunak lainnya akibat benturan, aktivitas berlebihan
global.
4) Low Back Pain Myogenic juga bisa terjadi pada sport enthusiast dan bahkan
5) Usia dan bentuk antropometri bisa mempengaruhi timbulnya Low Back Pain
Myogenic.
maka penulis perlu membatasi masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu
therapy, strength training) terhadap derajat nyeri pada pasien Low Back Pain
nyeri yang dilakukan pasien di SPPOI Eminence untuk menangani Low Back
Pain Myogenic.
Sesuai dengan pokok-pokok pikiran pada uraian latar belakang masalah dan
myogenic ?
strength training) terhadap derajat nyeri low back pain myogenic di SPPOI
Eminence ?
3) Apakah program rehabilitasi pada pasien nyeri low back pain myogenic efektif
therapy, strength training) untuk pasien low back pain myogenic di SPPOI
Eminence Jakarta.
2) Untuk mengetahui program rehabilitasi (modality therapy, manual therapy,
strength training) terhadap penurunan derajat nyeri low back pain myogenic di
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu akan diketahui perbedaan jumlah sesi
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar informasi mengenai
program rehabilitasi Low Back Pain Myogenic. Serta sebagai refensi bagi peneliti