Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cedera pada umumnya diartikan sebagai keadaan tidak berfungsi pada fisik

yang disebabkan terjadinya kerusakan pada bagian tubuh tertentu. Sedangkan

secara khusus cedera dijelaskan sebagai akibat kerusakan yang terjadi pada

struktur jaringan seperti tulang, otot dan jaringan lunak lainnya akibat benturan,

aktivitas berlebihan (overload), kondisi lingkungan sampai kesalahan teknik

(Sanusi et al., 2020). Cedera yang terjadi pada tubuh akan menimbulkan nyeri,

panas, merah, bengkak, dan keadaan tidak berfungsi baik pada otot, tendon,

ligamen, persendian ataupun tulang akibat aktivitas gerak yang berlebihan atau

kecelakaan (Satria, Ali dan Priyonoadi, 2012). Respon tubuh pada saat terkena

cedera seringkali ditandai dengan radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor

(bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri) dan functiolaesa (penurunan fungsi)

(Setiawan, 2011).

Low Back Pain merupakan salah satu cedera atau kondisi yang umum

ditemukan di masyarakat, namun keberadaanya menjadi salah satu cedera

penyebab kecacatan global tertinggi. Sistem kesehatan dan sosial tidak dilengapi

dengan baik dalam menangani kasus ini tidak seperti halnya menangani kasus

penyakit menular lainnya serta perawatan dengan biaya tinggi di negara-negara

berpenghasilan rendah hingga menengah akan menambah dan tidak

meringankan beban hal ini yang membuat nyeri pungung bawah menjadi

masalah kesehatan global (Hartvigsen et al., 2018). Low Back Pain adalah
penyebab utama di seluruh dunia dari tahun ke tahun yang hilang karena adanya

kecacatan dan beban dari kasus Low Back Pain terus bertambah seiring dengan

peningkatan dan penuaan populasi (Theo Vos et al., 2017). Peningkatan

terbesar kecacatan yang disebabkan oleh Low Back Pain dalam beberapa

dekade terakhir telah terjadi di kalangan berpenghasilan rendah dan menengah,

termasuk di negara Asia, Afrika, dan Timur Tengah (Hoy et al., 2014).

Nyeri punggung bawah atau sering disebut lower back pain merupakan

sakit punggung yang terjadi karena adanya gangguan pada muskuloskeletal.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa gangguan

muskuloskeletal telah menjadi masalah yang sering ditemukan di pusat

pelayanan masyarakat, nyeri akibat gangguan muskuloskeletal yang paling

banyak dijumpai dari ratusan juta orang di dunia adalah keluhan nyeri punggung

bawah. Laporan ini berkaitan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO

sebagai dekade tulang dan persendian (Zhari Zafitri Goin, Lely M Pontoh, 2019).

Pada tahun 2015, prevalensi titik global nyeri punggung bawah yang membuat

keterbatasan aktivitas adalah 7-3%, menunjukan bahwa 540 juta orang yang

terpengaruh pada satu waktu dan nyeri punggung bawah sekarang menjadi

penyebab kecacatan nomor satu di dunia (T. Vos et al., 2016). Efek negatif dari

perawatan kesehatan mencerminkan perubahan pandangan, dan nyeri

punggung bawah menjadi bagian yang cukup jinak dari kehidupan sehari-hari

sehingga menjadi masalah yang membutuhkan perhatian medis (Buchbinder et

al., 2018).

Global Burden of Disease Study 2019 dalam Cieza et al., (2020) Low

Back Pain menjadi salah satu penyebab kecacatan global tertinggi karena

gangguan muskuloskeletal dengan pravalensi 568 juta orang pada tahun 2019,
dengan perubahan presentase 47%, rata-rata umur 62-79 tahun. Sedangkan

Years of lived with disability 64 juta orang dengan rata-rata umur 45-85 tahun

dan dengan perubahan presentase 47% pada tahun 2019. Nyeri punggung

bawah akan lebih parah dan terjadi kelumpuhan apabila titik nyeri ada pada

bagian lain daerah tubuh dan ada bukti yang konsisten bahwa nyeri pada banyak

tempat (bagian tubuh) dikaitkan dengan penurunan fungsi bahkan prognosis

lebih buruk dibandingkan dengan nyeri pada satu bagian (Hartvigsen et al.,

2013). Mekanisme yang terjadi perubahan dan cedera struktur tulang belakang

degeneratif ke struktur tulang belakang lokal, yang diantaranya meliputi otot,

ligamen kolom vertebra dan jaringan lunak disekitarnya (Tavee & Levin, 2017).

Nyeri Punggung Bawah (NPB) miogenik atau Low Back Pain myogenic

dapat mengakibatkan nyeri, spasme otot dan muscle imbalance, sehingga

stabilitas otot perut dan punggung bawah mengalami penurunan, mobilitas

lumbal terbatas, serta mengakibatkan penurunan aktivitas fungsional (Pramita et

al., 2015). Low Back Pain didefinisikan sebagai suatu kondisi tidak spesifik yang

mengacu pada keluhan nyeri akut atau kronik dan ketidak nyamanan pada atau

didekat daerah lumboscral, yang dapat disebabkan oleh inflamasi, degeneratif,

kelainan ginekologi, trauma dan gangguan metabolik (Ningsih, 2017). Gerakan

yang berulang-ulang atau penggunaan otot secara berlebihan di daerah otot

paraspinal, terutama pada otot yang tidak siap bekerja atau tidak aktif

menyebabkan nyeri dan kekauan pada otot karena hiperaktif metabolik dan

produksi asam laktat (Tavee & Levin, 2017).

Nyeri pada punggung bagian bawah yang dapat diakibatkan oleh berbagai sebab

antara lain karena beban berat yang menyebabkan otot otot yang berperan

dalam mempertahankan keseimbangan seluruh tubuh mengalami luka atau iritasi


pada diskus intervertebralis dan penekanan diskus terhadap saraf yang keluar

melalui antar vertebra, Low back pain Low back pain juga dianggap sebagai

suatu sindroma nyeri yang terjadi pada punggung bagian bawah dan merupakan

work related musculoskeletal disorders (Hadyan 2015). Kebanyakan kasus yang

terjadi terlokalisasi di daerah tulang belakang dan daerah paraspinal tanpa ada

gejala neurologis dan dianggap muskuloskeletal atau non-neurologis (Tavee &

Levin, 2017).  Nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh muskuloskeletal

bisa sangat menyakitkan tetapi bisa hilang dengan sendiri setelah beberapa hari

sampai sebulan dan obat-obatan dan olahraga dapat membantu untuk

mengurangi nyeri ( Chou et al., 2011). Rasa nyeri pada cedera low back pain

terjadi akibat dari susunan saraf tepi di area punggung bawah tejepit, kondisi

tersebut karena aktivitas sehari-hari dari setiap individu. Nyeri punggung bawah

dianggap nyeri, ketegangan atau kekakuan otot yang terjadi di daerah bawah

margin costal dan inferior gluteal, dengan atau tanpa sciatica (linu panggul yang

menjalar dari punggung bawah ke kaki). (Vlaeyen et al., 2018).

Banyak faktor yang mempegaruhi seseorang bisa terkena cedera nyeri

punggung bawah baik dari seorang yang aktif berolahraga maupun yang sama

sekali tidak melakukan olahraga dan beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri

punggung bawah pada pekerja kantor atau office worker, antara lain: 1)

peletakan posisi meja komputer yang salah, 2) suhu ruangan yang telalu dingin,

3) jenis kelamin wanita dan wania yang sudah menikah (Ye et al., 2017). Nyeri

punggung bawah dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko antara lain: umur,

jenis kelamin, indeks masa tubuh, jenis pekerjaan yang biasanya berkaitan

dengan sikap tubuh tertentu (duduk, berdiri, mengangkat, mendorong,

membengkokkan badan) dan masa kerja. Kebiasaan sehari-hari juga dapat


merupakan faktor risiko terjadinya NPB antara lain kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, olahraga, dan aktivitas rumah tangga seharihari (Gaya, 2015).

Sedangkan faktor resiko terjadinya nyeri punggung bawah pada atlet atau pegiat

olahraga dalam tinjauan resiko dan pravalensi nyeri punggung bawah pada

cabang olahraga olimpiade antara lain karakteristik olahraga yang spesifik

menggunakan tulang belakang, bentuk antropometri tubuh (Trompeter et al.,

2017). Secara garis besar, Low Back Pain dapat dihubungkan dengan beberapa

kondisi seperti proses degeneratif pada vertebra lumbusakralis dan annulus

fibrosus diskus intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio

diskus intervertebralis yang akhirnya menyebabkan hernia nukleus pulposus

(HNP) (Hadyan 2015).

Rehabilitasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

melakukan aksi pencegahan, peningkatan, penyembuhan memberikan serta

memulihkan kemampuan kepada individu yang membutuhkan layanan khusus.

Kaitan dengan cedera olahraga tersebut, tindakan rehabilitasi sangat diperlukan,

hal tersebut didasarkan atas masalah yang dialami oleh masing-masing individu,

layanan diberikan secara terpadu dan berkesinambungan (Prasetyo, 2015).

Program rehabilitasi yang diberikan harus memulihkan gerakan dan

proprioception, menjaga kebugaran kardiovaskular, dan meningkatkan kekuatan

dan fungsi otot serta daya tahan (Rohman, 2019). Olahraga atau exercise efektif

dalam penanganan masalah nyeri punggung bawah, terlepas dari jenis latihan

yang diberikan (Whitehead, 2017).

Kegiatan program rehabilitasi dimulai dari pemeriksaan oleh dokter

spesialis keolahragaan yang kemudian dilakukan tahap terapi modalitas

(modality therapy), terapi manual (manual therapy), dan latihan kekuatan


(strength training) yang dilakukan oleh seorang fisioterapis. Tinjauan sistematis

terbaru menyarankan bahwa latihan tersebut harus digunakan dalam program

fisioterapi (Franke et al., 2014). Setelah program rehabilitasi selesai kemudian

pasien dialihkan ke sport performance yang ditangani oleh seorang pelatih dari

lulusan olahraga Setelah atlet menyelesaikan rehabilitasi pasca-cedera mereka

dengan pelatih atletik dan atau terapis fisik olahraga, mereka kemudian sering

beralih ke pelatih kekuatan dan pengkondisian (Strength and Conditioning) untuk

melanjutkan "latihan ruang beban" dan kembali reintegrasi dengan tim (Reiman,

Michael P., Lorenz, 2011). Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di

Klinik olahraga SPPOI Eminence, terdapat 10 pasien Low Back Pain Myogenic

yang melakukan terapi rehabilitasi sepanjang bulan bulan Oktober 2019 –

Desember 2020 dengan menggunakan terapi modalitas (modality therapy), terapi

manual (manual therapy), dan latihan kekuatan (strength training) untuk terapi

rehabilitasi.

Latihan fisik atau sering disebut latihan penguatan (strength training) dan

terapi manual terhadap terapi rehabilitasi chronic low back pain memberikan

dampak baik dan efektif untuk penurunan nyeri, perbaikan fungsional dan

kualitas hidup, pada sendi sacroiliac dan mobilitas tulang belakang yang

sebelumnya dilakukan test ditemukan disfungsi, setelah diberikan latihan fisik

atau latihan penguatan (strength training) dan terapi manual menunjukan hasil

positif pada pemulihan fungsional (Ulger et al., 2017). Terapi rehabilitasi dalam

penelitian tersebut berbeda dengan terapi rehabilitasi yang di SPPOI Eminence

Jakarta, pada program terapi rehabilitasi low back pain myogenic di di SPPOI

Eminence Jakarta menggunakan terapi modalitas yang didalamnya terdapat

TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), dan Ultrasound Therapy


dan terapi manual dengan massage, serta beberapa latihan penguatan (strength

training).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efektifitas Perbedaan

Jumlah Sesi Program Rehabilitasi (modality therapy, manual therapy, strength

training) Terhadap Derajat Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Myogenic di Sppoi

Eminence Jakarta”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis

mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dalam penelitian ini yaitu :

1) Cedera merupakan kerusakan yang terjadi pada struktur jaringan seperti

tulang, otot dan jaringan lunak lainnya akibat benturan, aktivitas berlebihan

(overload), kondisi lingkungan sampai kesalahan teknik.

2) Nyeri punggung bawah merupakan penyakit penyumbang terbesar kecacatan

global.

3) Low Back Pain Myogenic dapat disebabkan oleh faktor pekerjaan.

4) Low Back Pain Myogenic juga bisa terjadi pada sport enthusiast dan bahkan

atlet pada cabang olahraga yang mempunyai karkateristik tertentu.

5) Usia dan bentuk antropometri bisa mempengaruhi timbulnya Low Back Pain

Myogenic.

6) Obat-obatan dan Olahraga dapat membantu mengurangi rasa nyeri akibat

Low Back Pain.

7) Program rehabilitasi merupakan metode yang dilakukan untuk menangani

masalah cedera sekaligus upaya untuk mencegah terjadinya cedera kembali.

1.3 Pembatasan Masalah


Usaha untuk mencapai penelitian yang lebih terarah, terfokus dan tidak meluas,

maka penulis perlu membatasi masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu

analisis perbedaan jumlah sesi program rehabilitasi (modality therapy, manual

therapy, strength training) terhadap derajat nyeri pada pasien Low Back Pain

Myogenic. Penelitian ini difokuskan pada perbedaan jumlah sesi program

rehabilitasi (modality therapy, manual therapy, strength training) terhadap derajat

nyeri yang dilakukan pasien di SPPOI Eminence untuk menangani Low Back

Pain Myogenic.

1.4 Perumusan Masalah

Sesuai dengan pokok-pokok pikiran pada uraian latar belakang masalah dan

identifikasi masalah, maka dirumuskan sebuah masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana manajemen program rehabilitasi untuk pasien low back pain

myogenic ?

2) Bagaimana pengaruh program rehabilitasi (modality therapy, manual therapy,

strength training) terhadap derajat nyeri low back pain myogenic di SPPOI

Eminence ?

3) Apakah program rehabilitasi pada pasien nyeri low back pain myogenic efektif

untuk menurunkan derajat nyeri pada pasien di SPPOI Eminence ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1) Untuk mengetahui manajemen program rehabilitasi (modality therapy, manual

therapy, strength training) untuk pasien low back pain myogenic di SPPOI

Eminence Jakarta.
2) Untuk mengetahui program rehabilitasi (modality therapy, manual therapy,

strength training) terhadap penurunan derajat nyeri low back pain myogenic di

SPPOI Eminence Jakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu akan diketahui perbedaan jumlah sesi

yang dilakukan pasien di SPPOI Eminence Jakarta dalam melakukan program

rehabilitasi untuk mengurangi derajat nyeri Low Back Pain Myogenic.

1.6.1 Manfaat Teoriitis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini memberikan manfaat sebagai sarana

dalam memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang

olahraga kesehatan untuk pencegahan cedera, khususnya mengenai program

rehabilitasi pasien Low Back Pain Myogenic.

1.6.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar informasi mengenai

program rehabilitasi Low Back Pain Myogenic. Serta sebagai refensi bagi peneliti

selanjutnya untuk lebih dalam tentang analisis efektivitas program rehabilitasi

(modality therapy, manual therapy, strength training) terhadap derajat nyeri

pasien Low Back Pain Myogenic di SPPOI Eminence Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai