Anda di halaman 1dari 51

PROSOSAL SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN

POWER OTOT TUNGKAI PADA TENDANGAN DWI

CHAGI TAEKWONDO DI KABUPATEN SEMARANG

Oleh

Muhammad Bagus Andrieana (6211417044)

ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
PENGESAHAN

Proposal Skripsi yang berjudul:

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DAN POWER


OTOT TUNGKAI PADA TENDANGAN DWI CHAGI TAEKWONDO
DI KABUPATEN SEMARANG

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Bagus Andrieana

NIM : 6211417044

Jurusan/Prodi : Ilmu Keolahragaan/Ilmu Keolahragaan

Telah disahkan dan disetujui pada tanggal……,… 2021 oleh:

Menyetujui:

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

Sugiarto, S.Si., M.Sc. AIFM. Prof. Dr. Sugiharto, M.S., AIFO


NIP. 198012242006041001 NIP. 195711231985031001

ii
PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi

dengan judul “Analisis Hubungan Antara Keseimbangan dan Power Otot Tungkai

Pada Tendangan Dwi Chagi Taekwondo Kabupaten Semarang”. Proposal Skripsi

ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 guna memperoleh gelar

Sarjana Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik. Hal tersebutlah yang

mendorong penelitia dengan ketulusan dan kerendahan hati ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sugiharto, M.S., AIFO. Selaku Pembimbing Pendamping yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan

proposal skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk

menyelesaikan studi.

3. Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan dorongan dan semangat untik menyelesaikan proposal

skripsi.

4. Seluruh Dosen Ilmu Keolahragaan, yang telah memberikan ilmunya

selama dibangku perkulihan.

5. Bapak Rochmad, selaku pelatih pemusatan latihan Taekwondo

Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin untuk penelitian.

iii
6. Kedua orangtua yang selalu membimbing, mendokan dan dorongan

motivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini.

7. Temanku Lady, Huda, Amin, Nilam, Dzulfikri, dan Haidar yang telah

memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Atas bantuannya, peneliti mendo’akan semoga mendapat balasan kebaikan

dari Allah SWT. Peneliti telah berusaha sebaik-baiknya dalam menyelesaikan

penyusunan proposal skripsi ini, namum apabilan masih terdapat kesalahn dan

kekurangan itu karena keterbatasan peneliti. Akhir kata semoga proposal skripsi

ini bermanfaat bagi semua.

Semarang, Agustus 2021

Peneliti

DAFTAR ISI

iv
PENGESAHAN...............................................................................................................2
BAB 1...............................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................5
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................9
1.4 Rumusan Masalah............................................................................................10
1.5 Tujuan Penelitian..............................................................................................10
1.6 Manfaat Penelitian............................................................................................10
BAB II.............................................................................................................................11
2.1 Landasan Teori.....................................................................................................11
2.1.2 Hakikat Olahraga...........................................................................................11
2.1.3 Hakikat Taekwondo.......................................................................................13
2.1.4 Sejarah Taekwondo di Indonesia..............................................................15
2.1.5 Sejarah Taekwondo di Korea......................................................................17
2.1.6 Teknik Taekwondo........................................................................................20
2.1.7 Tendangan Dwi Chagi.....................................................................................23
2.1.8 Hakikat Power Otot Tungkai.......................................................................26
2.1.9 Hakikat Keseimbangan................................................................................26
2.1.10 Penelitian yang Relevan............................................................................27
2.2 Kerangka Berpikir.................................................................................................28
2.3 Hipotesis.................................................................................................................29
BAB III............................................................................................................................29
3.1 Jenis dan Desain Penelitian...........................................................................29
3.2 Variabel Penelitian............................................................................................30
3.3 Definisi Operasional.........................................................................................30
3.3.1 Keseimbangan...........................................................................................31
3.3.2 Power Otot Tungkai..................................................................................31
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel....................................31
3.4.1 Populasi.......................................................................................................31
3.4.2 Sampel.........................................................................................................31
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel........................................................................31
v
3.5 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................32
3.6 Instrumen Penelitian........................................................................................32
3.6.1 Standing stork tes.....................................................................................33
3.6.2 Standing Board Jump...............................................................................35
3.6.3. Tendangan Dwi Chagi........................................................................37
3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................38
Daftar Pustaka..............................................................................................................45

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga di zaman modern seperti saat ini tidak hanya untuk menjaga

kesehatan dan kebugaran saja melainkan sudah menjadi tren atau gaya hidup

bagi sebagian masyarakat umum. Olahraga menjadi kebutuhan mendasar yang

berguna dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Hal tersebut sama dengan yang

diamanatkan dalam (UU No 3 Tahun 2005) bahwa, “Olahraga adalah segala

kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan

potensi jasmani, rohani, dan sosial”.

Salah satu olahraga yang banyak diminati masyarakat yakni beladiri, sebab

beladiri dapat berguna untuk olahraga dan melindungi diri. Beladiri adalah

sebuah usaha untuk melindungi diri dari seorang manusia ataupun lainnya

(Firdaus & Hazrati, 2013). Dengan mempelajari beladiri dan mempunyai ilmu

beladiri kita mampu berjaga-jaga jika ada seseorang yang ingin menyerang

ataupun mempunyai niat buruk terhadap diri kita, akan tetapi mempunyai ilmu

beladiri sangat dilarang keras untuk menyakiti satu sama lain terutama kepada

yang lebih lemah. Ada beberapa pembagian kategori dalam seni beladiri yaitu:

bersenjata tajam, senjata tidak tajam, dan seni tempur tangan kosong. Beladiri

memiliki berbagai macam jenis di dunia yaitu: Aikido, Capoeira, Gulat, Hapkido,

Jiu Jitsu, Jogo do pau, Judo, Karate, Kempo, Kendo, Kick boxing, Krav maga,

Kung fu, Muay Thai, NEST, Ninjutsu, Silambam, Silat, SOCP, Systema,

Taekwondo, Tai chi, Taido, Tarung derajat, Tomo, Tinju, Thifan, Wing Tsun,

Wun-hup-keun-do, Wushu. Pada umumnya beladiri mempertandingkan dua

kategori yaitu seni keindahan gerak jurus dan pertarungan. Seni keindahan jurus

1
2

sistem penilaiannya adalah ketepatan teknik dan juga keindahan gerak

sedangkan pada kategori pertarungan yang menjadi penilaiannya ketepatan

teknik yang mengenai sasaran lawan baik teknik pukulan, tendangan, maupun

bantingan dan kuncian.

Salah satu cabang olahraga beladiri yang menarik dalam segi

pertarungannya adalah taekwondo. Taekwondo berasal dari warisan budaya

Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata yaitu Tae, kwon dan do. Tae berarti kaki

atau menghancurkan dengan kaki, Kwon yang berarti tangan atau menghantam

dan mempertahankan diri dengan tangan serta Do sebagai seni atau cara untuk

mendisiplinkan diri. Taekwondo adalah olahraga atau seni beladiri yang

menggunakan teknik kaki dan tangan kosong (Puspodari & Ahmad, 2018).

Kyorugi atau pertarungan adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan

dasar atau poomse, dimana dua orang yang bertarung saling mempraktek teknik

serangan dan teknik pertahanan diri. Taekwondo mengandung aspek filosofi

yang mendalam sehingga dalam mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga

secara menyeluruh akan ditumbuhkan dan dikembangkan, taekwondo berarti

seni beladiri yang menggunakan teknik sehingga menghasilkan suatu bentuk

keindahan gerakan. Taekwondo memiliki kelebihan dalam aspek fisik seperti

keahlian betarung dan mengajarkan aspek disiplin mental. Dengan demikian,

taekwondo akan membentuk sikap mental yang kuat dan etika yang baik bagi

manusia yang secara sungguh-sungguh mempelajarinya.

Mempelajari taekwondo tidak hanya dengan menyentuh aspek

keterampilan teknik beladiri saja, akan tetapi juga meliputi aspek fisik, mental dan

spiritualnya agar terdapat keseimbangan. Untuk itu, seorang taekwondoin dalam

berlatih sudah seharusnya menunjukkan kondisi fisik yang prima, mental kuat
3

dan semangat yang tinggi. Usaha yang dilakukan untuk mencapai prestasi

merupakan usaha yang multikomples yang melibatakan banyak faktor baik

internal maupun eksternal, kualitas latihan merupakan penopang utama

tercapainya prestasi olahraga, sedangkan kualitas latihan itu sendiri ditopang

oleh faktor internal yakni kemampuan atlet (bakat dan motivasi) serta faktor

eksternal (Resky, dkk., 2012).

Terdapat dua teknik serangan taekwondo yaitu: teknik pukulan (Jireugi)

dan teknik tendangan (Chagi). Teknik pukulan (Jireugi) antara lain teknik sabetan

(Chigi) dan teknik tusukan (Chireugi). Teknik tendangan (Chagi) itupun beragam

jenisnya seperti tendangan ke depan (Ap Chagi), tendangan mengayun atau

cangkul 11 (Naeryo Chagi), tendangan melingkar (Dollyo Chagi), tendangan ke

samping (Yeop Chagi), tendangan ke belakang (Dwi Chagi), tendangan sodok

depan (Milyo Chagi), dan tendangan balik dengan mengkait (Dwi Huryeo Chagi)

dan lain-lain dengan aplikasi teknik lainnya. Dari banyaknya teknik ada salah

satu teknik yang menarik yakni teknik tendangan ke belakang (Dwi Chagi), sebab

saat pertandingan tendangan ini dapat menghasilkan poin yang tinggi dan jika

tepat sasaran serta waktu yang tepat sehingga dapat mengalahkan lawan.

Tendangan dwi chagi yaitu tendangan balik menyodok ke arah perut (Dofi,

2014). Pertandingan taekwondo tendangan dwi chagi ketika mengenai

badan/body protector mendapatkan 4 poin sehingga saya bertujuan untuk

menganalisa apakah ada hubungan keseimbangan dan power otot tungkai.

Tendangan dwi chagi melibatkan peran antara keseimbangan dan power otot

tungkai.

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas

setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali
4

(Santika, 2017). Keseimbangan ini terdiri atas keseimbangan statis (tubuh dalam

posisi diam) dan keseimbangan dinamis (tubuh dalam posisi bergerak).

Keseimbangan statis diperlukan saat duduk atau berdiri diam. Keseimbagan

dinamis diperlukan saat jalan, lari atau gerakan berpindah dari satu titik ke titik

yang lainnya dalam suatu ruang (Lasmaida, 2016). Kemudian power merupakan

gabungan beberapa unsur fisik yaitu unsur kekuatan dan unsur kecepatan,

artinya kemampuan power otot dapat dilihat dari hasil suatu untuk kerja yang

dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan kecepatan (Indra & Marheni,

2020). Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan untuk melakukan aktifitas

secara tiba-tiba dan cepat dengan mengarahkan seluruh kekuatan dalam waktu

yang singkat, bila pelatihan ditekankan pada komponen kekuatannya, maka

menjadilah daya ledak kekuatan otot tungkai (Alnia, 2019). Kekuatan otot tungkai

yaitu atlet itu sendiri ketika melakukan suatu gerak komplek dan dapat bertahan

lama. Oleh karena itu, dalam seorang atlet taekwondo dituntut memiliki power

yang baik, hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan

diraih oleh atlet tersebut.

Pengurus Kabupaten Semarang mempersiapkan atlet untuk POPDA tahun

2021, akan tetapi adanya pandemi covid-19 POPDA tahun 2021 diundur.

Pengurus Kabupaten Semarang berinisiatif untuk menjaga kondisi fisik dan

teknik atlet mengadakan latihan tanding dengan Kota Salatiga. Latihan tanding

dilaksanakan oleh pengurus taekwondo Kabupaten Semarang setiap sebulan

sekali. Latihan rutin dalam 1 minggu dilaksanakan 3 kali pertemuan di Gor

Gotong Royong setiap Kamis sore, Sabtu sore, dan Minggu pagi.

Peneliti melakukan observasi dan pengamatan pada tanggal 20 Februari

2021 yang terjadi saat latihan tanding dengan kota Salatiga di tempat latihan Gor
5

Gotong Royong Ambarawa, ternyata banyak atlet yang sering terjatuh ketika

melakukan tendangan dwi chagi, gerakan yang dilakukan oleh atlet belum

memaksimalkan komponen pendukung dalam melakukan tendangan, seperti

mempentingkan power tungkai mengakitbatkan tendangan atlet lemah, dan

keseimbangan sehingga banyak atlet yang melakukannya terjatuh. Atlet di

Kabupaten Semarang sebenarnya banyak yang memiliki potensi melakukan

tendangan dwi chagi, Rochmad mengatakan memang banyak atlet yang salah

ketika melakukan tendangan dwi chagi. sehingga merugikan atlet karena atlet

terjatuh akan mendapatkan poin tambahan 1. Keseimbangan dan power otot

tungkai merupakan salah satu dari kurangnya tendangan dwi chagi atlet

Kabupaten Semarang, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

dan menganalisis hubungan keseimbangan dan power otot tungkai pada atlet

Kabupaten Semarang.

Simpulan dari pernyataan diatas, peneliti bermaksud meneliti hubungan

keseimbangan dan power otot tungkai atlet taekwondo Kabupaten Semarang

yang mengikuti pemusatan latihan di ambarawa. Peneliti memilih yang hanya

mengikuti pemusatan latihan di ambarawa dikarenakan banyak atlet taekwondo

di Kabupaten Semarang. Di pusat pelatihanpun atlet masih banyak yang terjatuh

ketika melakukan tendangan dwi chagi. Sehingga peneliti berkeingan untuk

melakukan suatu penelitian tentang “Analisis Hubungan Keseimbangan dan

Power Otot Tungkai Pada Tendangan Dwi Chagi di Kabupaten Semarang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang muncul dan dapat di identifikasi masalah sebagai

berikut :
6

1.2.1 Kurangnya power otot tungkai terhadap kemampuan tendangan dwi chagi

bagi atlet Kabupaten Semarang.

1.2.2 Kurangnya keseimbangan terhadap kemampuan tendangan dwi chagi bagi

atlet Kabupaten Semarang.

1.2.3 Kesalahan yang sering dilakukan dalam tendangan dwi chagi atlet

Kabupaten Semarang.

1.3 Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini harus dibatasi, karena mengingat

luasnya permasalahan yang dihadapi dan keterbatasan yang ada pada peneliti,

serta agar peneliti terarah, terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok

penelitian. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dan mengikat kerbatasan

tenaga, biaya, pengalaman, dan waktu penelitian maka masalah yang akan

dibahas pada penelitian ini dibatas pada “Analisis hubungan antara

keseimbangan dan power otot tungkai terhadap tendangan dwi chagi di

Kabupaten Semarang”.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah : “ Apakah

keseimbangan dan power otot tungkai berpengaruh terhadap kemampuan

tendangan dwi chagi di Kabupaten Semarang? ”.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah saling berhubungan antara keseimbangan dan power otot

tungkai terhadap tendangan kemampuan tendangan dwi chagi di Kabupaten

Semarang.
7

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat bagi

semua pembaca antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bekal ketika melatih mencetak

atlet yang berkualitas dan dapat menyelesaikan penelitian.

2. Bagi Atlet

Mengetahui kemampuan dirinya sendiri ketika melakukan tendangan dwi

chagi. Dan meningkatakan kemampuan tendangan dwi chagi.

3. Bagi Pelatih

Memberikan referensi latihan untuk penguatan otot tungkai yang

sederhana dan gerakan dasar yang benar dengan tujuan mencetak atlet yang

berkualitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.2 Hakikat Olahraga

Masalah kesehatan pada individu sedang meningkat karena kurang

olahraga dan aktivitas fisik, seperti mesin melakukan sebagian besar pekerjaan,

yang membuat aktivitas tubuh penting secara individual. Di sisi lain, lewat acara

olahraga, banyak orang terlibat dengan olahraga secara langsung atau tidak

langsung, baik dengan aktif tampil atau dengan menonton olahraga. Secara

umum, olahraga membantu individu menjaga kesehatan fisik dan mental mereka

dan menjadi sumber kesenangan dan hiburan. Dari hal inilah bahwa dengan

melakukan aktifitas fisik atau dengan kita berolahraga akan memberikan

berbagai manfaat bagi tubuh kita (Yildiz, 2012).

Olahraga saat ini menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi sebagian

masyarakat umum, bahkan hingga menjadi sebuah kebutuhan mendasar dalam

hidup. Olahraga menjadi kebutuhan yang sangat penting karena tidak terlepas

dari kebutuhan mendasar dalam melaksanakan aktivitas gerak sehari-hari.

Olahraga itu sendiri pada dasarnya merupakan serangkaian gerak raga yang

teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak,

serta bertujuan untuk mempertahankan, dan meningkatkan kualitas hidup

seseorang. Hal tersebut sejalan dengan yang diamanatkan dalam (UU No 3

Tahun 2005) bahwa, “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis 14 untuk

mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan

sosial”.

8
9

Secara sederhana olahraga dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun,

dimanapun, tanpa memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, ras, dan

lain sebagainya. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu

masyarakat, yang terpantul melalui hasrat mewujudkan diri melalui prestasi

olahraga. Kita sering mendengar kata-kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah

satunya dapat tercermin dari prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga

di Indonesia dijadikan alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya

insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta

mampu membentuk manusia seutuhnya.

Berolahraga atau melakukan aktifitas fisik yang teratur dapat mengurangi

resiko penyakit kronis, mengurangi stress dan depresi, meningkat kesejahteraan

emosional, tingkat energi, kepercayaan 15 diri dan kepuasan dengan aktivitas

sosial (Jane E. Ruseski dkk dalam Aliansyah, 2016). Olahraga pada dasarnya

merupakan suatu aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, melibatkan gerakan

tubuh dan sebagai peningkatan kebugaran jasmani (Rasang, 2019). Ketika

Olahraga menyatukan individu dan komunitas, menyoroti kesamaan dan

menjembatani perbedaan budaya atau etnis. Olahraga menyediakan forum untuk

belajar keterampilan seperti disiplin, kepercayaan diri, dan kepemimpinan dan

mengajarkan prinsip-prinsip inti seperti toleransi, kerja sama, dan rasa hormat.

Olahraga mengajarkan nilai usaha dan bagaimana mengatur kemenangan dan

juga kekalahan. Saat ini aspek positif dari olahraga ditekankan, olahraga menjadi

kendaraan yang kuat yang melaluinya.

Berdasarkan penjelasan menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa olahraga merupakan suatu kegiatan yang bersifat fisik mengandung

unsur-unsur permainan serta berisi perjuangan dengan diri sendiri dengan orang
10

lain yang terkait dengan interaksi lingkungan atau unsur alam yang terbuka bagi

seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesenangan.

Kegiatan olahraga tergantung dari sikap sesorang dari mana dia memaknainya,

karena beragam definisi olahraga disebabkan oleh karakteristik olahraga itu

sendiri yang semakin berkembang, semakin lama semakin berubah dan semakin

kompleks baik dari jenis kegiatannya, dan juga penekanan motif yang ingin

dicapai ataupun konteks lingkungan sosial budaya tempat pelaksanaannya.

2.1.3 Hakikat Taekwondo

Taekwondo adalah olahraga beladiri Korea yang paling popular dan juga

merupakan salah satu jenis olahraga nasional Korea (Dofi, 2014). Taekwondo

terdiri dari tiga kata yaitu Tae, kwon dan do. Tae berarti kaki atau

menghancurkan dengan kaki, Kwon yang berarti tangan atau menghantam dan

mempertahankan diri dengan tangan serta Do sebagai seni atau cara untuk

mendisiplinkan diri. Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak hanya

mengajarkan aspek fisik semata, seperti keahlian dalam bertarung, tetapi juga

menekankan pengajaran aspek disiplin mental. Dengan demikian, taekwondo

akan membentuk sikap mental yang kuat dan etika yang baik bagi orang yang

secara sungguh-sungguh mempelajarinya.

Taekwondo adalah mendisiplinkan diri atau seni beladiri yang

menggunakan teknik kaki dan tangan kosong (Suryadi dalam Novianto &

Rahayuni, 2016). Kyorugi atau pertarungan adalah latihan yang mengaplikasikan

teknik gerakan dasar atau poomse, dimana dua orang yang bertarung saling

mempraktek teknik serangan dan teknik pertahanan diri (Darmawan, 2016).

Taekwondo mengandung aspek filosofi yang mendalam sehingga dalam


11

mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga secara menyeluruh akan

ditumbuhkan dan dikembangkan, taekwondo berarti seni beladiri yang

menggunakan teknik sehingga menghasilkan suatu bentuk keindahan gerakan.

Power adalah hasil kali antara kekuatan dan kecepatan.

Perkembangannya terdapat dua jenis aliran besar taekwondo yang

berkembang di dunia, begitu juga di Indonesia yang mulai masuk pada tahun 70-

an, dua aliran taekwondo itu adalah aliran yang berafiliasi dengan International

Taekwondo Federation (ITF) yang berpusat di Toronto, Kanada, dan aliran yang

berafiliasidengan World Taekwondo Federation (WTF) yang berpusat di

Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan. Pada awal tahun 1980-an kedua aliran tersebut

memiliki organisasi ditingkat nasionalnya sendiri. Hingga kemudian, dengan hasil

keputusan Musyawarah Nasional Taekwondo, berdirilah organisasi yang

menanungi kedua aliran tersebut di Indonesia. Dan pada tanggal 28 Maret 1982

secara resmi berdirilah Taekwondo Indonesia (TI) yang berkeinginan

mewujudkan taekwondo menjadi olahraga beladiri yang berwatak dan

berkepribadian Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan berasaskan

kekeluargaan. Olahraga taekwondo tidak hanya mengajarkan aspek fisik semata,

melainkan juga sangat menekankan pengajaran aspek disiplin mental. Dengan

demikian, taekwondo akan membentuk sikap mental yang kuat dan etika yang

baik bagi orang yang sacara sungguh-sungguh mempelajarinya dengan benar.

Taekwondo mengandung unsur filosofi yang mendalam sehingga dengan

mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga secara menyeluruh akan dapat

ditumbuh kembangkan. Tiga materi terpenting dalam berlatih taekwondo adalah

taeguk, kyukpa, dan kyoruki. Mempelajari taekwondo tidak dapat hanya

menyentuh aspek keterampilan teknik bela dirinya saja, namun harus meliputi
12

aspek fisik, mental dan spiritualnya. Untuk itu, seseorang yang berlatih

taekwondo sudah seharusnya menunjukan kondisi fisik yang baik, mental yang

kuat dan semangat yang tinggi. Dasar-dasar taekwondo terbentuk dari kombinasi

berbagai teknik gerakan menyerang dan bertahan yang menggunakan bagian

tubuh untuk menghadapi lawan. Untuk menjadi taekwondoin yang handal harus

menguasai teknik dasar.

2.1.4 Sejarah Taekwondo di Indonesia

Olaharaga beladiri taekwondo dikenal di Indonesia sejak pertengahan

tahun 1960-an. Pada tahun 1968, atlet taekwondo Korea datang langsung ke

Indonesia mempertunjukan kebolehannya dan berdemonstrasi di alun-alun

Yogyakarta (Dofi, 2014). Berbagai aktrasi jurus-jurus tendangan dan pematahan

benda- benda keras diperagakan. Sekitar awal tahun 1970-an, masuklah

Taekwondo ITF (International Taekwondo-do Federation) secara resmi ke

Indonesia melalui Malaysia meuju medan yang diperkenalkan oleh para pelajar

dan mahasiswa medan yang belajar di Penang Malaysia .

Perkembangan selanjutnya nampak makin banyak penggemar olahraga

Taekwondo, maka muncul kebutuhan organisai yang bisa menampung amino

para pengemar. Maka, lahirlah secara resmi perguruan Taekwondo di Indonesia,

pada awal tahun 1970-an. Dampak dari adanya dua aliran yang berkembang di

dunia itu juga ikut mempengaruhi orientasi organisasi Taekwondo di Indonesia.

Pada waktu itu, pengaruh dari perkembangan kedua aliran itu membuat masing-

masing mempunyai organisasi ditingkat nasional Indonesia yaitu lahirnya

organisasi Persatuan Taekwondo Indonesia (PTI).

Taekwondo ITF lebih mementingkan aspek beladirinya (self defence), ketat


13

menjaga tradisi melestarikan pakem-pakem dasar teknik, ritual dan secara

konsisten mempertahankan pola lama (originalitas) yang dulu dirumuskan oleh

pendiri Taekwondo Choi Hong Hi. Para atlet memiliki kualifikasi mahir, melalui

proses latihan intensif yang memakan waktu lama. Namun ada kelebihan lain

yang dimiliki oleh Taekwondo ITF yaitu kaya cabang yang dipertandingkan

sampai lima jumlahnya, sedangkan Taekwondo WTF lebih memang nampak

lebih dinamis dan mengikuti perubahan arus zaman pada gaya hidup. Sehingga

tanpa terbebani macam-macam persyaratan dan lebih mekanistis.

Taekwondo di Indonesia telah berkembang diseluruh provinsi di Indonesia.

Anggota aktif tercatat lebih dari 200.000 orang. Taekwondo Indonesia telah telah

dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi diarena Pekan Olahraga

Nasional (PON). Dalam perkembangan belakang ini, Indonesia kini memiliki

pusat latihan Taekwondo kelas dunia yang disebut sebagai Indonesia

Taekwondo Training Center (ITTC) yang terletak dikawasan perumahan elite

Pantai Indah kapuk (PIK), Jakarta Utara. Secara resmi ITTC telah dibuka dan

diresmikan oleh Ketua Umum KONI Pusat Rita Subowo bersama ketua pengurus

besar Taekwondo Indonesia Erwin Sujono.

ITTC sengaja dibangun tak jauh dari tempat tinggal Lioe. “Supaya setiap

hari saya bisa mengawasi atlet-atlet berlatih”, jelas pemegang sabuk hitam Dan 4

Taekwondo pertama di Indonesia ini yang diperoleh dari pusat latihan

Taekwondo Internasional Kuk Ki Won di Seoul, Korea Selatan pada tahun 1983.

Semua sarana dan perlatan yang ada di ITTC, termasuk asrama untuk atlet

berkelas internasional yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia.

Pembangunannya mendapatkan supervisi dan pengawasan langsung

Taekwondo dunia.
14

Janji Taekwondo Indonesia :

Kami Taekwondo Indonesia, Berjanji :

1. Menjunjung tinggi nama bangsa negara RI yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945.

2. Mentaati azas-azas Taekwondo Indonesia

3. Menghormati pengurus, pelatih senior dan sesama Taekwondoin dalam

mengembangkan Taekwondo Indonesia.

4. Selalu berperilaku jujur dan bertanggung jawab dalam menjaga nama

baik taekwondo Indonesia.

5. Menjadi pembela keadilan dan kebenaran.

2.1.5 Sejarah Taekwondo di Korea

Taekwondo yang kita kenal sekarang, mempunyai proses sejarah yang

sangat panjang seiring dengan perjalanan bangsa Korea. Sebutan taekwondo

sendiri baru dikenal sejak 1954, merupakan modifikasi dari berbagai aliran

beladiri yang berkembang di semenanjung Korea. Pada zaman primitif, secara

alamiah dan naluriah mempertahankan diri dari segala gangguan kehidupannya.

Sejaka timbul inisiatif untuk menciptakan cara-cara tangan kosong dan senjata

utnuk membebaskan diri dari berbagai ancaman bahaya. Hal inilah yang untuk

mengembangkan teknik bertarung tangan kosong, mengembangkan kekuatan

fisik dan mental.

Kerajaan Koguryo berdiri pada 57 tahun sebelum masehi di Semenanjung

Korea bagian utara untuk membentuk kesatuan para ksatria tangguh disebut

Sonbae, artinya laiki-laki bersifat baik. Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa
15

saat Dinasti Chosun memerintah,diadakan ulang tahun pada setiap tanggal 10

Maret yang diperingati sebagai hari raya Koguryo. Penemuan beberapa lukisan

dinding makam pada masa Koguryo menggambarkan adanya dua orang laki-laki

sedang bertarung dalam sikap Takkayon, membuntikan bahwa seni beladiri yang

Pada saat Korea dipimpin Dinasti Koryo dari tahun 918 sampai 1392 Masehi

terjadi penyatuan Semenanjung Korea. Kim yu Sin dan Kim Chun Chu

merupakan orang-orang yang memberikan kontribusi besar bagi penyatuan tiga

kerjaan di Semenanjung Korea. Pada awal kekuasaan Dinasti Koryo, penguasa

seni beladiri menjadi ukuran standar kualifikasi bagi tiap personel militer pada

kemampuan beladiri Taekkyon sangat menentukan pangkat seseorang dalam

ketentaraan. Raja-raja dari Dinasti Koryo sangat tertarik pada kontes Taekkyon

yang disebutnya sebagai Subakhui, populer dimasyarakat dan dijadikan sebagai

ajang perekrutan personel tentara. Menurut penggunaan perkataan pom yang

beri maksud kedudukan.

Sisa-sisa peninggalan Taekyon yang masih hidup dan diajarkan dengan

secara rahasia oleh guru beladiri seperti kuil-kuil buddha dan beberapa sekolah

melatih Taekyon kepada anak didiknya secara tertutup dan mewujudkan tentara

penentang untuk tujuan kebebasan negara. Hingga kini konon Taekyon masih

terus hidup ditengah masyarakat secara eksklusif. Taekyon diakui secara rasmi

sebagai seni beladiri tradisional Korea pada 1 Juni 1938 dan dipersembahkan

sebagai aset kebudayaan Korea ke-26. Seni beladiri Taekkyon yang populer di

Koguroyo, ternyata tertulis juga di Shilla. Keduanya memiliki sistem yang sama,

menurut catatan sejarah Sonbae di Koguryo digunakan dalam kompetisi

Taekkyon saat perayaan hari nasional.

Masa modern Korea, saat Dinasti Chosun pada tahun 1932 sampai 1910,
16

Kerajaan Korea dan zaman penjajahan Jepang sampai tahun 1945, Subakhuri

dan Taekkyon mengalami kemunduran dan tidak mendapat dukungan dari

pemerintah karena telah memodernisasi tentara dengan senjata api.

Dinasti Yi yang didirikan dengan berpegang teguh pada ideologi Konfusius,

lebih mementingkan kegiatan kebudayaan dari pada seni beladiri. Kemudian,

saat raja Jungjo diinvasi Jepang pada tahun 1952, kemudin pemerintah kerajaan

membangun kembali pertahanan yang kuat dengan memperkuat latihan

ketentaraan dan praktik seni beladiri.

Beladiri Korea itu ketika pulang ke Korea diam-diam memberi

pengetahuannya yang diperoleh dari Jepang untuk diajarkan di Korea. Sewaktu

terjadi konflik antara Rusia dan Jepang, guru judo di Britain Gunji Koizumi

mempelajari Kenjutsu dan Jujutsu disebuah sekolah di Korea milik seorang

bangsa Jepang bernama Nobukatsu Yamada. Beberapa tahun kemudian, Teruo

Yamaguchi juga sempat mempelajari Karate-do sewaktu tinggal di Korea. Yong-

Shul Choi mengklaim dirinya telah berlatih bertahun-tahun di Daito-ryu Aikijutsu

di bawah asuhan Sokaku Takeda.

Sejak berakhirnya perang dunia II hingga awal 1960-an, taekwondo masih

menggunakan pakaian yang menunjukan pewarisan identitas beladiri Jepang.

Pakaian yang menunjukan yang masih mengajar kata Shorin-ryu dan Shorei-ryu

seperti Heian 1-5, Empi, Rohai, Bassai, Kusanku, Jion, Tekki 1-3, Hangetsu dan

Jitte bersama-sama pola yang dibangun dinamakan Set Ch’ang Hon.

Tahun 1968, Sihak Henry Cho menyatakan bahwa taekwondo serupa

dengan karate. Cho juga menyatakan, rakyat Korea masih menggunakan

sebutan Karate dalam pembicaraan sehari-hari jika merujuk kepada taekwondo

berasal dari sejarah Korea sendiri. Generasi muda yang telah mencapai
17

kualifikasi master, memodifikasi bentuk pertandingan yang sama sekali berbeda

dengan yang dikembangkan jepang. Ini menjadikan taekwondo untuk dengan

Karate Jepang.

Ahli beladiri Korea itu ketika pulang ke Korea diam-diam mengajarkan

pengetahuannya yang diperoleh dari Jepang untuk diajarkan di Korea. Sewaktu

terjadi konflik antara Rusia dan Jepang, guru Judo di Britain Gunji Koizumi

mempelajari Kenjutsu dan Jujutsu di sebuah sekolah di Korea milik seorang

bangsa Jepang bernama Nobukatsu Yamada. Beberapa tahun kemudian, Terou

Yamaguchi juga sempet mempelajari taekowondo sewaktu di Korea.

2.1.6 Teknik Taekwondo

Teknik gerakan-gerakan Taekwondo lebih banyak dimainkan

dengan menggunakan kaki atau pertarungan atas (standing fighting),

tetapi bukan berarti tidak diajarkan gerakan-gerakan tangan gerakan

tangan juga diajari tapi hanya sekitar kurang lebih 20 persen saja.

Gerakan-gerakan tangan ini biasanya hanya dipakai untuk menangkis,

baik tangkisan atas (chukio maki, dalam bahasa Korea). Tangkisan bawah

(are maki), merupakan gerakan tangan ini juga dapat dipergunakan untuk

melengkapi keindahan jurus-jurus didalam Taekwondo.

Teknik-teknik taekwondo harus dikuasai oleh seorang taekwondoin di

antaranya (Yoyok dalam Puspodari & Muharram Nur Ahmad, 2020) :

a. Kuda-kuda (Seogi/Stance)

Sikap kuda-kuda terdiri dari kuda-kuda rapat (Moa Seogi), kuda-

kuda sejajar (Naranhi Seogi), sikap jalan kecil (Ap Seogi), kuda-kuda

duduk sejajar (Juchum Seogi), kuda-kuda panjang (Ap Kubi) dan juga

kuda-kuda L (Dwi Kubi), kuda-kuda sikap harimau (Beom Seogi), kuda-


18

kuda silang (Dwi Koa Seogi dan Ap Koa Seogi).

b. Serangan (Kyongkyok kisul)

Teknik serangan ini terdiri dari serangan melalui pukulan (Jireugi),

sabetan (Chigi), tusukan (Chireugi) dan tendangan (Chagi). Teknik

tendangan (Chagi) beragam jenisnya seperti tendangan ke depan (Ap

Chagi), tendangan mengayun atau cangkul (Naeryo Chagi), tendangan

melingkar (Dollyo Chagi), tendangan ke samping (Yeop Chagi),

tendangan ke belakang (Dwi Chagi), tendangan sodok depan (Milyo

Chagi), dan tendangan balik dengan mengkait (Dwi Huryeo Chagi).

c. Tangkisan (Makki/ Block)

Tangkisan dasar seperti tangkisan ke bawah (Arae Makki),

tangkisan ke atas (Eolgol Makki), tangkisan pengambilannya dari luar ke

dalam (Momtong An Makki), tangkisan dari dalam keluar (Momtong Bakat

Makki), tangkisan dengan pisau tangan (Sonna Makki).

d. Sasaran tubuh (Keup so)

Sesuai dengan competition rules & interpretation permitted area,

daerah sasaran yang diperbolehkan dalam sebuah pertandingan

taekwondo adalah:

1. Badan

Serangan yang dilakukan dengan tangan dan kaki di daerah badan

yang dilindungi oleh body protector adalah diperbolehkan. Tetapi tidak

diperbolehkan di sepanjang tulang belakang

2. Muka

Daerah ini tidak termasuk daerah kepala bagian belakang dan


19

hanya diperbolehkan dengan serangan kaki saja.

Metode melatih teknik taekwondo adalah suatu rencana atau prosedur

yang direncanakan mengenai jenis-jenis latihan teknik taekwondo dan

penyusunannya berdasarkan tingkat kesulitan dan kompleksitas dari latihan

(Tirtawirya & Hariono, 2016).

1. Teknik dasar

Teknik yang diajarkan harus benar-benar kuat agar pondasi

menuju teknik selanjutnya lebih kuat, sasaran masih dalam keadaan

diam atau tidak bergerak yang Perlu diperhatikan dalam teknik dasar

adalah posisi badan, dan ,Saat melakukan tendangan. Sebagat

contoh: taekwondoin belajar tendingan dollyo harus benar-benar

matang dilihat dari teknik pengambilan awal, bentuk tendangan, agar

nanti dalam melanjutkan ke teknik berikutnya tidak kesulitan. Cara ini

harus diulang-ulang, setelah itu memperkenalkan teknik tendangan

baru.

2. Teknik menengah

Pada teknik menengah sasaran sudah mulai digerakkan tetapi

masih diatur atau ditentukan, contoh latihan ini sebagai berikut: atlet A

memberi umpan dengan target maju ke arah atlet B, dan atlet B

menggunakan step mundur kemudian menendang target yang

diumpankan dengan tendangan mat badan.

3. Teknik tinggi

Teknik tinggi adalah kelanjutan latihan dari teknik dasar dan


20

menengah. Pada teknik tinggi komponen yang diperlukan adalah

power, ketepatan, dan koordinasi yang baik sebagai contoh counter

dengan dwi chagi saat lawan melakukan attack.

2.1.7 Tendangan Dwi Chagi

Tendangan sangat dominan untuk beladiri taekwondo karena olahraga ini

lebih sering menggunakan kaki dari pada tangan, tendangan adalah kelebihan

dalam seni beladiri taekwondo. Teknik tendangan sangat penting karena

perannya lebih dari teknik pukulan. Untuk melakukan teknik tendangan

dibutuhkan kecepatan, kekuatan, dan keseimbangan yang prima. Selain itu juga

harus menguasai jarak dan ketepatan yang tepat agar tendangan tersebut bisa

maksimal.

Olahraga beladiri taekwondo dibagi dua kategori, yaitu kyorugi (fight) dan

poomsae (jurus). Dari kedua katagori tersebut tentu saja memiliki perbedaan

yang cukup mencolok jika diperhatikan, secara teknik memang semuannya

sama, secara fisik juga sama. Kedua katagori tersebut yang membedakan

adalah gerakannya, jika kyorugi gerakannya harus selalu cepat, baik melakukan

tendangan dan kemudian harus kembali ke posisi semula, itu semua

memerlukan gerakan yang dinamis dan cepat kesempurnaan teknik tidak terlalu

penting, tetapi poin adalah tujuannya.

Teknik tendangan dalam olahraga beladiri taekwondo yang baik

dipengaruhi oleh posisi kaki, keseimbangan badan, pinggang, dan sudut saat

mengangkat lutut, agar mendapatkan hasil ledakan yang keras dan tepat

sasaran. Dalam olahraga beladiri taekwondo ada beberapa macam tendangan,

yaitu:
21

1) Tendangan serong atau memutar (dollyo chagi)

2) Tendangan kebelakang (dwi chagi dan dwi hurigi)

3) Tendangan samping (yeop chagi)

4) Tendangan mencangkul (naeryo chagi)

5) Tendangan depan (ap chagi)

6) Mat badan (merupakan tendangan dollyo mundur)

Teknik tendangan dwi chagi yaitu lutut dan paha diangkat dengan

menekuk kearah perut, kekuatan tendangan diperkuat dengan memutar tubuh ke

arah sasaran, perkenaan pada bantalan kaki, kaki pada saat menendang benar-

benar lurus setelah mengenai sasaran (Lee dalam Ita, 2017). Tendangan dwi

chagi yaitu tendangan balik menyodok ke arah perut (Dofi, 2014). Dwi Chagi,

lutut kaki jangan sampai keluar dari garis sisi tubuh, karena tenaga yang

dihentakan menjadi tidak maksimal dan keseimbangan tubuh menjadi goyah

(Rachmahani, 2017). Adapun langkah-langkah melakukan tendangan dwi chagi :

(1) Posisi awalan kaki yang digunakan tarik ke belakang selebar bahu,

kedua tangan berada di depan dada dalam posisi siap.

(2) Angkat lutut kaki yang digunakan setinggi perut , tangan berada di

depan dada dan salah satu kaki sebagai tumpuan tetap lurus, Putar

kaki sebagai tumpuan 360 derajat.

(3) Kaki yang digunakan menendang ke belakang untuk lawan yang

berada di belakang seperti menyepak ke belakang menggunakan


22

pisau kaki (balnal) ataupun tumit (dwi chuk) ke arah perut dan badan

agak condong ke belakang.

(4) Tarik kembali kaki yang digunakan menendang dengan menekuk

lutut setinggi perut.

(5) Kaki yang digunakan dan kaki tumpuan kembali pada posisi semula

dan tangan tetap pada posisi siap di depan dada.

Gambar 2.1 Dwi Chagi

(Sumber: Taekwondo Revolution Kicking, 2011)

2.1.8 Hakikat Power Otot Tungkai

Otot tungkai adalah otot-otot yang terdapat pada kedua tungkai antara

lain otot tungkai bagian bawah : otot tibialis anterior, extentson digitorium,

longus, poroneus longus, oroneus longus, gastrocnemius , soleus, sedangkan

otot tungkai atas adalah tensor fosialata, abductor sartorius, rectus femoris,
23

vastus lateralis dan vastus medialis (Pearse dalam Yusran, 2018). Otot-otot

tungkai dapat dibagi 4 golongan: 1) golongan depan dibentuk oleh tulang kering

dapan dan otot kedang jari yang mengangkat ujung kaki dan dan merengangkan

jari-jari kaki. 2) otot-otot betis yang terletak pada bagian luar dan menggerakkan

kaki keluar disendi loncat bawah. 3) otot tricep betis yang melekat pada tumit

dengan perantara urat kering.apa bila otot ini memendek secara aktif maka ujung

jari kaki menurut atau tubuh kita akan diangkat diatas jari- jari. 4) otot-otot ketul

dalam yang menurunkan ujung kaki dan menggerakkan kaki kedepan.otot-otot

kaki pendek pada punggung kaki dan telapak kaki melekat pada jari- jari kaki

(Munizar, Razali, 2016) Dapat disimpulkan bahwa otot tungkai bagian bawah

dibagi menjadi empat bagian, sedangkan otot tungkai bagian atas dibagi menjadi

2 bagian yang semuanya sangat diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan

tungkai dalam hampir semua gerakan pada cabang olahraga.

2.1.9 Hakikat Keseimbangan

Keseimbangan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mempertahankan pusat gravitasi tubuh (center of gravity) dalam basis

dukungannya (base of support). Keseimbangan merupakan komponen utama

dalam menjaga postur tubuh manusia agar mampu tegak dan mempertahankan

posisi tubuh. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat

gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak (Ayu Mekayanti,

Indrayani, 2015). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan tubuh ketika ditempatkan diberbagai posisi (Abdillah, 2016).

Keseimbangan dimulai dari informasi sensori (visual, vestibular, somatosensory)

diteruskan ke intregasi informasi di SSP (cerebellum, cortex cerebal, brainstem)


24

dengan hasil berupa informasi motorik yang akan mengaktifasi otot-otot

postural yaitu otot-otot ekstensor sebagai otot anti gravitasi (Habut et al.,

2018).

Dalam kegiatan olahraga terdapat dua macam keseimbangan, yaitu

keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Kedua bentuk keseimbangan

keseimbangan ini seringkali sangat dibutuhkan dalam olahraga. Untuk

mengembangakan dan meningkatkan kelincahan atlet, salah satunya harus

mengembangkan terlebih dahulu adanya keseimbangan tubuh, terutama

keseimbangan dinamis. Keseimbangan dinamis yang baik akan dapat

menghindarkan seseorang dari jatuh, apabila polsa gerakan berubah secara

tidak terduga.

2.1.10 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan sangat dibutuhkan guna mendukung kajian

teoritik yang dikemukakan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar membuat

kerangka berpikir. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Arisman Ariansyah (2017) dengan judul “Hubungan

Keseimbangan dan Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan

Tendangan Dolly Chagi Pada Atlet UKM (Unit Kegiatan

Mahasiswa) Taekwondo Universitas Bengkulu”.

2. Ayu Atik Saputri (2017) dengan judul “ Hubungan Power Otot

Tungaki dan Fleksibiltas Terhadap Kemampuan Tendangan

Dollyo Chagi pada Siswa Putra Ekstrakulikuler Taekwondo SD

Darma Bangsa Bandar Lampung Tahun 2017”.


25

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam peneltian ini dapat disusun berdasarkan dari

beberapa penjelasan yang telah dijabarkan pada latar belakang dan tinjauan

pustaka bahwa olahraga beladiri full body contact yang mengharuskan memiliki

fisik dan mental yang kuat. Terdapat permasalahan keseimbangan dan power

otot tungkai yang mempengaruhi penguasaan teknik tendangan dwi chagi di

pemusatan latihan taekwondo Kabupaten Semarang. Tendangan dwi chagi yang

benar semestinya sudah dipahami oleh pelatih dan atlet itu sendiri. Tendangan

dwi chagi digunakan untuk counter attack dalam suatu pertandingan sehingga

pelatih dapat merencanakan cara melatih tendangan itu untuk counter attack

yang baik. Sedangkan untuk atlet mengetahui cara tepat dan reflek yang baik

ketika melakukan tendangan dwi chagi sehingga dapat mendapatkan poin

maksimal dan tidak merugikan dirinya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan keseimbangan dan power otot tungkai tendangan dwi

chagi.

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban semetara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2018:63). Berdasarkan pada latar belakang

masalah dan landasan teori yang telah dijelaskan tersebut, maka dapat diajukan

hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan

kemampuan tendangan dwi chagi pada pemusatan atlet taekwondo

kabupaten semarang.
26

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara power otot tungkai dengan

kemampuan tendangan dwi chagi pada pemusatan atlet taekwondo

kabupaten semarang.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara keseimbangan dan power otot

tungkai dengan kemampuan tendangan dwi chagi pada pemusatan atlet

taekwondo Kabupaten Semarang.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dimana penelitian korelasi ini

adalah penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih

dengan mengukur koefisien dengan menggunakan statistik. Penelitian

korelasional juga disebut penelitian hubungan atau penelitian asosiatif. Penelitian

korelasional adalah tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa

hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih (Yeni j et al., 2018).

Desain penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik tes dan

pengukuran. Tes adalah instrument atau alat yang digunakan untuk memperoleh

informasi tentang individu atau objek (Fenanlampir & Faruq, 2015). Pengukuran

adalah proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara objektif

(Fenanlampir & Faruq, 2015).

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari

(Kerlinger' dalam Sugiyono, 2018). Variabel adalah suatu kualitas (qualities)

dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya (Kidder dalam

Sugiyono, 2018). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat di rumuskan

bahwa variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

27
28

Adapun dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu hubungan keseimbangan dan

power otot tungkai

2. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan tendangan dwi

chagi.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan atas sifat-sifat

yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi) (Suryabrata, 2015:29).

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat

gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak (Ayu Mekayanti,

Indrayani, 2015). Keseimbangan seseorang dapat diukur dengan Standing Strok

test.

3.3.2 Power Otot Tungkai

Power tungkai dimaksud adalah komponen kondisi fisik seseorang

tentang kemampuannya memadukan antara kecepatan dan kekuatan (Dewi,

2017). Power seseorang dapat diketahui dengan tes standing board jump

dengan satuan centimeter.

3.3.3 Tendangan Dwi Chagi

Tendangan dwi chagi yaitu tendangan balik menyodok ke arah perut

(Dofi, 2014). Kekuatan tendangan ini selain dari dorongan lutut juga sangat

didukung oleh putaran pinggang yang sebenarnya merupakan pengukuran


29

tenaga dari masa badan. Tes tendangan dapat diukur menggunakan tes

tendangan dengan target kotak dalam waktu 30 detik.

3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah suatu wilayah yang sifatnya general yang terdiri dari

subjek ataupun objek yang mempuyai kualitas dan karakteristik tertentu

(Sugiyono, 2018). Penelitian ini untuk mempermudah peneliti dalam memberikan

instrumen tes dan pengukuran maka populasi yang dipilih adalah taekwondo

Kabupaten Semarang. Populasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah atlet taekwondo pemusatan latihan di Kabupaten Semarang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2018:81).Sedangkan menurut Nana Sudjana

(dalam Wahyuri dkk., 2019) menyampaikan bahwa sampel yaitu separuh dari

populasi yang bisa diteliti dan mempunyai sifat sama dengan populasi yang

digunakan penelitian. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, sampel

dalam penelitian ini yaitu atlet pemusatan taekwondo usia 11-13 tahun di

Kabupaten Semarang.

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang bertujuan

untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono,

2018:81). Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yang

berupa teknik sampling purposive. Non probability sampling merupakan teknik


30

pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan sama bagi setiap unsur

atau anggota popilasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2018:84). Untuk

teknik sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018:85). Sedangkan menurut Ferdinand

(dalam Amalina & Khasanah, 2015) yaitu metode penetapan responden untuk

dijadikan sampel karena memiliki kriteria-kriteria tertentu.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan

metode survey dengan teknik tes dan pengukuran yang terdiri dari : Standing

Strok Tes untuk mengukur keseimbangan, Standing Board Jump untuk

mengukur kekuatan otot tungkai, tes kemampunan tendangan dwi chagi untuk

mengukur kemampuan tendangan.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian menurut Wina Sanjaya dalam (Wulandari, 2014).

Sedangkan menurut Shidiq & Choiri (2019:202) Instrumen penelitian adalah alat

yang digunakan dalam mengumpulkan data sebagai salah satu bagian penting

dalam penelitian. Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa

instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data atau mengukur objek dari suatu variabel penelitian dan bagian penting

suatu proses dalam penelitian. Dalam instrumen penelitian ini menggunakan 3

item tes untuk mengumpulkan data yaitu :


31

3.6.1 Standing stork tes

a) Tujuan : Mengukur keseimbangan. Tes ini untuk anak laki-laki dan

perempuan, berusia 10 tahun sampai mahasiswa. Adapun besar

reliabilitasnya sebesar 0,76 (Drs. Nurhasan M.Pd, 2000:135).

b) Alat / Perlengkapan : Stopwatch, alat tulis.

c) Pelaksanaan :

1. Berdiri nyaman dengan ke dua kaki.

2. Kedua tangan di pinggang.

3. Angkat satu kaki dan tempatkan pada kaki lain menghadap

berlawana dengan lutut.

4. Tunggu aba-aba dari tester, ketika diberi aba-aba segera berdiri

dengan mengangkat tumit dan berdiri dengan ujung-ujung jari kaki.

5. Tester mulai menghidupkan stopwatch.

6. Lakukan selama mungkin tanpa membiarkan tumit menyentuh lantai

atau kaki lain bergerak maju dari lutut.

7. Tester menatat waktu yagng didapat dalam menjaga keseimbangan

8. Ulangi tes ini pada kaki yang lainya.


32

Gambar 3.1 Standing stork tes

Sumber : ( Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,


2014 )
i. Hasil uji coba instrumen penelitian tes keseimbangan

Perhitungan reabilitas tes keseimbangan melalui berdiri dengan

satu kaki (stork stand). Didalam penelitian ini untuk menguji reabilitas

yang dipakai dalam pengumpulan data, maka sebelum melakukan

penelitian di uji coba tes (Tes-Re tes) setelah di peroleh data tes- re tes

keseimbangan selanjutnya persiapan perhitungan reabilitas di peroleh

sebesar 0,74 (Munandar, 2014).

ii. Hasil uji coba instrumen penelitian tes keseimbangan.

Perhitungan validitas tes keseimbangan melalui berdiri dengan

satu kaki ( stork stand ). Didalam penelitian ini untuk menguji validitas

yang dipakai dalam pengumpulan data, maka sebelum melakukan

penelitian di uji coba tes (Tes-Re tes) setelah di peroleh data tes- re tes
33

keseimbangan selanjutnya persiapan perhitungan validitas di peroleh

sebesar 0,76 (Munandar, 2014).

d) Penilaian :

NO LAKI-LAKI KATEGORI PEREMPUAN

1 51s - ke atas Baik sekali 28s - ke atas

2 37s - 50s Baik 23s - 27s

3 15s – 36s Sedang 8s - 22s

4 5s – 13s Kurang 3s - 6s

5 0 – 4s Kurang sekali 0 – 2s

( Sumber : Johnson & Nelson 2000 )

3.6.2 Standing Board Jump

a) Tujuan : Mengukur daya ledak otot tungkai. Standing broad jump adalah

loncat tidak menggunakan awalan tetapi menggunakan tolakan kaki (daya

ledak otot tungkai) dan meloncat menggunakan dua kaki bersamaan

dengan sejauh-jauhnya (Indrayana & Dasar, 2019).

b) Alat / Perlengkapan : meteran, lakban

c) Pelaksanaan :

(1) Berdiri dengan kedua ujung jarinya tepat dibelakang garis batas

tolakan.

(2) Setelah siap, lalu melakukan persiapan untuk melompat. Bersamaan

dengan mengayunkan kedua tangan ke depan, kemudian dengan


34

seluruh tenaga kedua kaki secara bersamaan menolak, melakukan

lompatan ke depan sejauh mungkin.

(3) Dilakukan sebanyak 3 kali.

Gambar 3.2 Standing board jump

Sumber : (Indrayana & Dasar, 2019)

Sebelum dilakukan penelitian di lapangan, dilakukan uji coba

instrumen terlebih dahulu maka didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,80

dan validitas sebesar 0,88 (Gunawan, 2014).

Nilai Pria Wanita

Istimewa >250cm >200

Sangat baik 241cm- 250cm 191cm-200cm

Di atas rata-rata 231cm-240cm 181cm-190cm

Rata-rata 221cm-230cm 171cm-180cm

Di bawah rata-rata 211cm-220cm 161cm-170cm

Kurang 191cm-210cm 141-160cm

Kurang sekali <191 <141


35

Sumber : (Wibowo, 2013)

d) Penilaian : Jarak lompatan terbaik yang diukur mulai dari start lompatan

sampai batas tumpuan kaki pertama jatuh, dari 2 kali percobaan.

3.6.3 Tendangan Dwi Chagi

a) Tujuan : Untuk mengukur kemampuan tendangan. Tendangan Dwi Chagi

merupakan salah satu teknik tendangan memutar kearah perut/kepala

yang dapat menjatuhkan lawan disamping penambahan nilai yang

sangat tinggi (Wahyuri et al., 2019).

b) Alat / Perlengkapan : Stopwatch, targer kotak, formulir tes, pluit

c) Pelaksanaan :

(1) Berdiri dengan siap melakukan tendangan.

(2) Setelah siap, lalu melakukan persiapan untuk menendang target.

Bersamaan dengan memutar kaki kearah perut, dengan tenaga salah

satu kaki terkuat. Tendangan yang dicatat harus tepat sasaran.

(3) Dilakukan selama 30 detik.

d) Penilaian : Dicatat berapa kali atlet menendang dengan tepat sasaran

selama 30 detik. Apabila atlet melakukan tendangan dan terjatuh maka

tidak dihitung.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data ditunjukkan untuk mengetahui jawaban akan pertanyaan-

pertanyaan dalam penelitian. Untuk mengetahui antar varieabel dalama

penelitian ini, maka perlu diterapkan metode statistic yang sesuai dengan

hipotesa yang akan dipergunakan adalah “Product Moment Correlation” dari


36

Pearson, yaitu untuk mencari korelasi dari masing-masing variable bebas

(keseimbangan dan power otot tungkai) dengan variable terikat (kemampuan

tendangan dwi chagi). Agar memudahkan dalam menganalisis data hasil tes dari

penelitian, maka perlu dipergunakan teknik statistic, sebagai berikut :

1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitis dimaksudkan untuk menguji normal tidaknya

sebaran data yang akan dianalisis untuk menguji normalitas data

digunakan rumus Chi Kuadrat (Rochmawati et al., 2018), sebagai

berikut :

x =∑ ¿ ¿ ¿
2

Keterangan :
2
x = harga uji Chi kuadrat yang diperoleh

fo = frekeuensi yang diobservasi di dalam sampel

fe = frekuensi yang diharapkan di dalam sampel penelitian

b. Uji Linieritas
Uji linieritas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang

diperoleh linier ataukah tidak. Apabila data linier dapat dilanjutkan

pada uji parametrik dengan teknik regresi tetapi apabila data tidak

linier digunakan uji regresi non linier. Uji linieritas menggunakan

teknik analisis varians untuk regresi atau uji F dengan kriteria

pengujian yaitu jika signifikansi < 0,05 data dinyatakan linier,

sebaliknya jika signifikansi > 0,05 data dinyatakan tidak linier.


37

Menurut Arikunto (2002), untuk menguji hipotesis antara X1

dengan Y dan X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi

product moment dengan rumus sebagai berikut:

r xy ¿n ∑ XY−¿¿ ¿¿

Keterangan :

r xy = Koefesien korelasi

n = Jumlah sampel

X = Skor variabel X

Y = Skor variabel Y

∑X = Jumlah skor variabel X

∑Y =Jumlah skor variabel Y

∑X2 = jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2 = jumlah kuadrat skor variabel Y

Untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y digunakan statistik

melalui korelasi product moment dengan rumus :

N ( ∑ X 1 Y ) −( ∑ X 1 ) ( ∑ Y )
r x y=
√ {N ∑ X −( ∑ X ) ¿ } ¿¿
1
2 2
1 1

Keterangan :

rx y1 = Koefesien korelasi

N = Jumlah sampel

X1 = Skor variabel X1

Y = Skor variabel Y

∑X1 = Jumlah skor variabel X1

∑Y = Jumlah skor variabel Y


38

∑X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel

Untuk menguji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan statistik

melalui korelasi product moment dengan rumus :

N ( ∑ X 2 Y ) −( ∑ X 2 ) ( ∑ Y )
rX y=
2
¿¿

Keterangan :

rX y2 = Koefesien korelasi

N = Jumlah sampel

X2 = Skor variabel X2

Y = Skor variabel Y

∑X2 = Jumlah skor variabel X2

∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2 =Jumlah kuadrat skor variabel X2

∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel

Menurut Riduwan (2005:98), harga r yang diperoleh dari

perhitungan hasil tes dikonsultasikan dengan Tabel r product

moment. Interprestasi tersebut adalah sebagai berikut


39

Tabel 4 Nilai-nilai r product moment

Sumber : (Sugiyono, 2018:333)


40

Tabel 5 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

Interval Koefisien Korelasi Interprestasi Hubungan

0.80 – 1,00 Sangat kuat

0.60 – 0,79 Kuat

0,40 – 0,59 Cukup kuat

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah

Sumber : Riduwan. 2005

Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat

dengan :

r √ n−2
t=
√1−r 2

Kriteria pengujian hipotesis tolak H O jika t hitung > t tabel , dan terima

H O jika t hitung < t tabel . Untuk dk distribusi t diambil n-2 dengan

∝=0,05 .

Menurut Riduwan ( 2005:144), untuk menguji hipotesis antara X1

dengan X2 digunakan statistik F melalui model korelasi ganda

antara X1 dengan X2, dengan rumus :

r x x ¿N ∑ X
1 2 1 X 2−¿¿ ¿¿
41

Keterangan:

rx 1 x2 = Koefesien korelasi antara X1 dengan X2

N = Jumlah sampel

X1 = Skor variabel X1

X2 = Skor variabel X2

∑ X1 = Jumlah skor variabel X1

∑ X2 = Jumlah skor variabel X2

∑ X1 2 = Jumlah dari kuadrat skor variabel X1

∑ X2 2 = Jumlah dari kuadrat skor variabel X2

Setelah dihitung r x 1 x2 selanjutnya dihitung dengan rumus korelasi

ganda. Analasis korelasi ganda dilakukan untuk menguji hipotesis

yang telah dilakukan yaitu untuk mengetahui besarnya hubungan

variable bebas ( X1 dan X2 ) terhadap terikat (Y) baik secara

terpisah maupun secara bersama-sama.

Pengujian hipotesis menggunakan rumus Korelasi Ganda dengan

rumus sebagai berikut :


2 2
r X Y +r X Y −2 ( r X Y )( r X Y )( r X X )
Rx =
1 2 1 2 1 2

2
1 x2 y
1−r X1X2

Keterangan :
42

R X1 X2 = Koefisien Korelasi Ganda antar variabel X1 dan

X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

r X1.Y = Koefisien Korelasi X1 terhadap Y

r X2.Y = Koefisien Korelasi X2 terhadap Y

r X1 X2 = Koefisien Korelasi X1 terhadap X2

Dilanjutkan dengan uji F untuk mencari taraf signifikan antara

variable X 1 , X 2 dan Y , dengan rumus sebagai berikut :

R2
K
F=
( 1−R2 )
n−k −l

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika F hitung > F tabel, dan

terima H0 F hitung < F tabel. Dimana distribusi dk pembilang k=2

dan dk penyebut (n-k-1) dengan mengambil taraf uji α = 0,05.


Daftar Pustaka

Abadi, R. A. (2012). Studi Analisis Prestasi Atlet Karate Sulawesi Selatan


Study of the Analysis of Karate Athletes Achievement in South
Sulawesi.
Abdillah, B. A. (2016). Analisis Biomekanika Keterampilan Gerak Loncat
Indah Golongan I Sudut Pada Widya Klub Jatidiri Semarang.
https://lib.unnes.ac.id/25646/1/6211411125.pdf
Aliansyah, R. (2016). Pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi fakultas
ilmu keolahragaan universitas negeri semarang 2013. Hubungan
Antara Tingkat Kecerdasan Emosional (Eq) Dan Konsentrasi
Terhadap Kemampuan Juggling Pada.
Alnia, A. (2019). Hubungan Kelincahan dan Kekuatan Otot Tungkai
Terhadap Kejadian Cedera pada Pemain Badminton di Kabupaten
Sleman Yogyakarta.
Amalina, R. N., & Khasanah, I. (2015). Analisis Pengaruh Persepsi Harga,
Kualitas Layanan, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian (Studi
pada Rocket Chicken Sukorejo Kendal). Diponegoro Journal of
Management, 4(2), 1–9.
Ayu Mekayanti, Indrayani, K. D. (2015). Optimalisasi Kelenturan
(Flexibelity), Keseimbangan (Balance), dan Kekuatan (Strength)
Tubuh Manusia secara Instan dengan Menggunakan “Secret
Method.” Jurnal Virgin, Jilid 1, nomor 1, Januari 2015, 2015, 40-49.
ISSN: 2442-2509.
Darmawan, F. A. (2016). Hubungan Penguasaan Poomsae Terhadap
Prestasi Atlet Kyorugi Putra Under 55 Kg dan Under 59 Kg (Pada
POPDA SMA/Sederajat Kabupaten Banyumas Tahun 2016). 1–61.
Dewi, A. A. S. S. (2017). Hubungan Power Otot Tungaki Dan Fleksibilitas
Terhadap Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi Pada Siswa Putra
Ekstraskulikuler Taekwondo SD Darma BANGSA Bandar Lampung
Tahun 2017.
Dofi, B. A. (2014). Seni Beladiri Taekwondo. Golden Terayon Press.
Drs. Nurhasan M.Pd. (2000). Tes Dan Pengukuran Pendidikan Jasmani
(hal. 130).
Fenanlampir, A., & Faruq, M. M. (2015). Tes & Pengukuran dalam
Olahraga (M. Bendatu (ed.)). CV ANDI OFFSET.
Firdaus, & Hazrati, I. L. (2013). Pengenalan Seni Bela Diri Pada Anak-
Anak Dan Remaja Desa Untuk Menambah Aktivitas Positif Pada. Seri
Pengabdian Masyarakat, 2(2), 77–81.
http://journal.uii.ac.id/ajie/article/download/7854/6804
Gunawan, A. (2014). Hubungan Kekuatan Otot Tungkai Dan Kelentukan
Pinggang Terhadap Akurasi Passing Dalam Permainan Sepakbola
PS Anggrek Kota Bengkulu.
Habut, Y. M., Nurmawan, S. P., & Wiryanthini, D. A. I. (2018). Relationship
of Body Mass Index and Physical Activity for Dynamic Balance.

43
44

Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 2, 45–51.


Indra, P., & Marheni, E. (2020). Pengaruh Lathan Jump To Box Terharap
Kemampuan Heading. Performa Olahraga, 5(1), 39–47.
Indrayana, B., & Dasar, S. (2019). Hubungan Standing Broad Jump Dan
Lari Sprint 20 Meter Terhadap Hasil Kemampuan Lompat Jauh Pada
Siswa Kelas Xi Sma Xaverius Ii Kota Jambi. Jurnal Prestasi, 3(5), 19.
https://doi.org/10.24114/jp.v3i5.13445
Ita, S. (2017). The Influence Of The Practice Method And Speed On Dwi
Chagi Explosive Power. 3.
Lasmaida, R. (2016). Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Melalui
Berjalan Di Atas Garis Lurus Di Tk A Aba Krajan Yogyakarta.
Munandar, F. (2014). Hubungan Antara Kekuatan Otot Tungkai Dan
Keseimbangan Terhadap Jauhnya Tendangan Pada Permainan
Sepakbola Klub Juvenille Kabupaten Seluma.
Munizar, Razali, I. (2016). Kontribusi Power Otot Tungkai Dan Power Otot
Lengan Terhadap Pukulan Smash Pada Pemain Bola Voli Club
Himadirga FKIP UNSYIAH. Kontribusi Power Otot Tungkai Dan
Power Otot Lengan Terhadap Pukulan Smash Pada Pemain Bola Voli
Club Himadirga Fkip Unsyiah, 2, 26–38.
Novianto, D., & Rahayuni, K. (2016). Pengembangan Pembelajaran
Hosinsul dengan Kombinasi Tangkisan dan Tendangan Taekwondo
dari Serangan bersenjata. Jurnal Kepelatihan Olahraga, 1(1), 41–49.
Puspodari, & Ahmad, M. N. (2018). Evaluasi Tingkat VO₂Max Atlet
Taekwondo Pemusatan Latihan Atlet Kota (PUSLATKOT) Kediri
Tahun 2018.
Puspodari, M. ., & Muharram Nur Ahmad, M. O. (2020). Standart
Operasional Prosedur Teknik Dasar Taekwondo Berbasis Mobile
Learning.
Rachmahani, W. (2017). Efektivitas Tendangan Checking Yeop Chagi,
Dollyo Chagi dan Idan Dollyo Chagi Dalam Membuka Seragan Pada
Pertandingan Taekwondo Kyorugi Kelas Senior di UPI CHALLENGE
NATIONAL TAEKWONDO CHAMPIONSHIP Tahun 2016 (Vol. 4).
Rasang, F. (2019). Analisis gerak cabang olahraga diving.
Rochmawati, N. F., Riyanto, W. H., & Nuraini, I. (2018). Hubungan Tingkat
Pendidikan, Usia, Dan Pengalaman Keja Terhadap Pendapatan
Pekerja Wanita Pada Industri Kerajinan Dompet Ida Collection Di
Desa Pulo Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang. Jurnal Ilmu
Ekonomi, 2, 399–408.
Santika, I. G. P. N. A. (2017). Pengukuran Komponen Biomotorik
Mahasiswa Putra Semester V Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Tahun 2017. Pendidikan Kesehatan
Rekreasi, 4, 9–15.
Shidiq, U., & Choiri, M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang
Pendidikan. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53,
Nomor 9). http://repository.iainponorogo.ac.id/484/1/METODE
45

PENELITIAN KUALITATIF DI BIDANG PENDIDIKAN.pdf


Sugiyono, P. D. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(27 ed.). ALFABETA.
Suryabrata, S. (2015). Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada.
Tirtawirya, D., & Hariono, A. (2016). Efektifitas Tendangan Dengan
Menggunakan Protector Scoring System (PSS) Pada Kejuaraan
Nasional Taekwondo Kategoti Kyorugi. Ilmiah Keolahragaan, 5.
UU No 3 Tahun 2005. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Dengan.
Presiden RI, 1, 1–53.
Wahyuri, A. S., Nurmai, E., & Emral. (2019). Pengaruh Latihan Naik Turun
Tangga Terhadap Kemampuan Tendangan Dwi Chagi Atlet
Taekwondo Pemusatan Latihan Daerah Sumatera Barat.
Wibowo, D. H. (2013). Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Dan Panjang
Tungaki Terhadap Hasil Tendangan Jarak Jauh Pada Pemain
Sepakbola Lipio UNNES Tahun 2012.
Wulandari, R. A. (2014). Meninggkatkan Kreativitas Siswa Dalam
Pembelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Discussion Group (DG)
- Group Project (GP) Kelas VII B SMP Negeri 11 Yogyakarta.
Science. https://doi.org/10.1126/science.1179555
Yeni j, F., Zelhendri, Z., & Darmansyah. (2018). Penilitian Pendidikan.
170.
Yildiz, S. M. (2012). Instruments for measuring service quality in sport and
physical activity services. Collegium Antropologicum, 36(2), 689–696.
Yusran, M. (2018). Hubungan Koordinasi Mata Tangan, Kekuatan Lengan
dan Kekuatan Tungkai Terhadap Kemampuan Passing Bawah Dalam
Cabang Olahraga Bola Voli Pada Mahasiswa FIK UNM. 379.

Anda mungkin juga menyukai