Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Seminar Proposal
Disusun oleh:
Usia anak prasekolah (3-6 tahun) (Dewi, Oktiawati, Saputri, 2015) dapat disebut
sebagai usia emas atau golden age periode yaitu masa yang penting untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada usia ini, anak sedang
mengalami fase pertumbuhan yang pesat meliputi pertambahan berat badan, tinggi
badan, dan perkembangan pada organ-organ anak (Khomsan et al, 2013), sehingga
diperlukan dukungan gizi yang cukup melalui asupan energi dan zat gizi lainnya untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak hingga memiliki status gizi yang
cukup baik.
Anak usia prasekolah rentan memiliki permasalahan gizi yang salah satu faktornya
dipengaruhi oleh perilaku picky eater. Perilaku picky eater dapat diartikan sebagai
keengganan untuk mencoba makanan baru, tidak menyukai jenis makanan tertentu, serta
memiliki pendapat yang kuat tentang makanan yang mengakibatkan mengonsumsi
makanan dalam jumlah kecil dan terbatas jenisnya (Goncalves et al, 2013). Perilaku
picky eater sering terjadi dalam perkembangan perilaku makan anak. Beberapa
penelitian menyebutkan banyak anak yang mengalami kesulitan makan, terutama pada
anak balita.
Umumnya anak yang berperilaku picky eater akan dijumpai inadekuasi asupan
makanan yang menyebabkan terjadinya defisiensi zat gizi dalam tubuh atau lebih
berisiko memiliki berat badan rendah (Ekstein, 2010). Penelitian Uwaezuoke et al.
(2016) menyebutkan bahwa anak picky eater seringkali menolak mengonsumsi pangan
yang beragam, khususnya pangan sumber zat gizi mikro seperti buah, sayur, dan daging.
Anak yang picky eater cenderung memiliki angka konsumsi energi, protein, lemak yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan anak yang tidak berperilaku picky eater.
Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi picky eater cukup tinggi di beberapa
negara. Jani et al. (2014) menunjukkan bahwa prevalensi picky eater anak usia 1-5
tahun di Australia mencapai 34.1%. Prevalensi picky eater di Belanda sebesar 5.6%
pada anak usia 4 tahun dan 27.6% pada anak usia 3 tahun (Cardona et al. 2015).
Penelitian mengenai picky eater di negara China menunjukkan bahwa prevalensi picky
eater anak usia 3-7 tahun yaitu sebesar 54% (Xue et al. 2015). Menurut Priyanti (2013),
prevalensi anak picky eater di Indonesia yang terjadi pada anak sebanyak 20%,
sedangkan di Semarang ditemukan 60,3% anak mengalami picky eater (Kusuma et al.
2015).
Kejadian picky eater dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor makanan,
komunikasi yang tidak berjalan baik saat makan, pengaruh sosial, nafsu makan, dan
pola asuh makan orang tua beserta dengan pengawasannya. Faktor spesifik seperti tidak
diberikannya ASI eksklusif, keterlambatan dalam pemberian makanan pendamping ASI
kemungkinan juga dapat menyebabkan picky eater. Penelitian Rosita et al. (2014)
menyebutkan, perilaku picky eater pada anak prasekolah disebabkan oleh faktor
psikologi orang tua seperti memaksa atau menghukum anak ketika menolak untuk
makan, faktor makanan yang tidak menarik, serta faktor kesehatan seperti gangguan
saluran pencernaan. Nowicka et al. (2015) menyebutkan juga pola asuh makan orang
tua berhubungan dengan perilaku makan pada anak.
Orang tua terutama ibu memiliki peran penting dalam menyiapkan dan
menyediakan makanan kepada anaknya. Ibu yang bekerja dengan yang tidak bekerja
memiliki perbedaan ketersediaan waktu. Ibu yang tidak bekerja relatif akan memiliki
waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan anaknya dan mengatur pola makan
anak mereka. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai anak picky eater beserta hubungannya dengan status ibu bekerja, pola
asuh makan, dan pemberian ASI eksklusif pada anak prasekolah.
Menganalisis hubungan antara Status Ibu Bekerja, Pola Asuh Makan, Pemberian
ASI Eksklusif pada Anak Picky Eater.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui hubungan antara Status Ibu Bekerja dengan Anak Picky Eater
b) Mengetahui hubungan antara Pola Asuh Makan dengan Anak Picky Eater
c) Mengetahui hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Anak Picky Eater
d) Menganalisis hubungan antara Status Ibu Bekerja dengan Pola Asuh Makan pada
Anak Picky Eater
e) Menganalisis hubungan antara Status Ibu Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif
pada Anak Picky Eater
2 Status Gizi Balita HapsariSul 2015, Cross Status pemilih Sebanyak 98,5%
Berbasis Status istya Semarang Sectional makan, status makanan tidak m
Pemilih Makan di Kusuma, gizi kebiasaan makan
Wilayah Kerja Nura yang aneh (tan
Puskesmas Mashumah kerikil). Rata-r
Kedungmundu gizi balita yait
Semarang gizi balita . T
hubungan anta
pemilih makan
status gizi pada
wilayah kerja Pu
Kedungmundu S
4 Hubungan pola Elpera 2018, Cross Pola asuh Orang tua lebi
asuh orang tua Siska Medan sectional orang tua, menerapkan p
dengan kejadian Dearni kesulitan otoriter. Sebanya
kesulitan makan Damanik makan pada (63,9%) tidak
pada anak usia 3-5 anak kesulitan makan
tahun di Desa mengalami
Sukaraya makan sebanyak
Kecamatan Pancur (36,1%).
Batu. tersebut di dapat
ada hubunga
signifikan antara
dengan kesulita
pada anak usia 3
Desa Sukaraya K
Pancur Batu d
value = 0,006 < α
5 Pola Asuh Dengan Zulfa 2018, Cross Pola asuh, Sebagian besar
Terjadinya Picky Rufaida, Mojokerto sectional picky eater mengalami pic
Eater (Pilih-Pilih Sri (82,9%).
Makanan) Pada Wardini responden m
Anak Usia 3-6 Puji pola asuh d
Tahun Di Dusun Lestari Hasil
Sumberaji Desa mendapatkan ba
Karangjeruk asuh demokra
Kecamatan diterapkan oleh
Jatirejo Kabupaten masih belum bis
Mojokerto anak menjadi ti
eater (pilih-pilih
hal ini disebabka
anak cenderung y
menyukai varias
kondisi fisik a
belum terbiasa
asupan makan
yang dia suka
asuh orang tua
sepenuhnya
anak sehingga or
tidak s
mengetahui kond
4 Variabel Pengetahuan Ibu, Pola Status pemilih makan, Status Ibu Bekerja, Po
Penelitian Asuh Makan Ibu, status gizi Makan, Pemberian AS
Preferensi Pangan Eksklusif
Anak, Status Gizi
Faktor Predisposisi
1. Laju pertumbuhan
menurun
2. Nafsu makan
3. Perkembangan
Psikologis
Faktor Pemungkin
3. Pemberian ASI
Eksklusif
Faktor Penguat
1. Pengetahuan Orangtua
2. Pemberian ASI
Eksklusif
1. Terdapat hubungan antara Status Ibu Bekerja dengan perilaku picky eater pada
anak
2. Terdapat hubungan antara Pola Asuh Makan dengan perilaku picky eater pada
anak
4. Terdapat hubungan antara variabel Status Ibu Bekerja dengan Pola Asuh
Makan pada anak picky eater
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Referensi
Ukur
1 Perilaku Anak yang memiliki Wawancara Kuesioner 0 = tidak pernah Rasio Wardle et
perilaku memilih- (skor 1) al. 2001
Picky Child
milih makanan, 1 = jarang (skor 2),
Eating
Eater membatasi konsumsi 2= kadang-kadang
Behaviour
pada makanan (skor 3)
Questionnai
tertentu, dan menolak 3 = sering (skor 4)
re (CEBQ)
untuk mencoba 4 = sangat sering
makanan baru. (skor 5)
2 Status Ibu Kegiatan yang ibu Wawancara Kuesioner 0 = Tidak bekerja Nominal
Bekerja menyusui lakukan 1 = Bekerja
yang dapat
menghasilkan
pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan
hidup
3 Pola Asuh Praktik-praktik Wawancara Kuesioner a) Instrumental Ordinal Wardle et
feeding
Makan pengasuhan yang Parental al. 2002
b) Control over
Feeding
Orangtua diterapkan ibu kepada eating
Style
c) Emotional
anaknya berkaitan Questionnai
feeding
re (PFSQ)
dengan cara ibu dalam d) Encouragement
menyiapkan dan 0 = tidak pernah
menyediakan (skor 1)
1 = jarang (skor 2),
makanan, serta 2= kadang-kadang
pengawasan ibu (skor 3)
3 = sering (skor 4)
terhadap jumlah dan 4 = sangat sering
jadwal makan anak. (skor 5)
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi karakteristik contoh (nama, jenis kelamin, dan tanggal lahir), karakteristik
keluarga (pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar
keluarga), perilaku makan anak, pola asuh makan orang tua, dan pemberian ASI
eksklusif. Kuesioner berisi pertanyaan tentang karakteristik anak, karakteristik keluarga,
perilaku makan anak, pola asuh makan orang tua, dan pemberian ASI eksklusif telah
diuji coba sebelumnya dan telah tervalidasi. Data primer sebagian besar diperoleh
menggunakan kuesioner self-administered yang diisi sendiri oleh ibu. Data sekunder
meliputi kondisi umum dan jumlah siswa yang diperoleh dari wawancara kepada
pengelola sekolah dan arsip sekolah.
3.8.1 Validitas
3.8.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji reliabilitas dengan teknik Alfa Cronbach
dengan menggunakan bantuan komputer yang dilakukan pada 20 ibu di luar sampel
penelitian yang mempunyai karakteristik yang sama.
5. Responden diberi kuesioner untuk diisi sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan
dalam format pertanyataan kuesioner.
8. Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data terkumpul dan selanjutya
melakukan analisis data.
Pengolahan data adalah satu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan
menggunakan cara dengan rumus tertentu, data akan dioleh menggunakan program
software pengolahan data statistik. Setelah data dikumpulkan selanjutnya akan
dilakukan:
a. Editing, yaitu langkah yang dilakukan untuk memiliki kembali data-data yang
telah diperoleh. Karena kemungkinan data yang masuk tidak logis dan
meragukan
b. Coding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden yang
menjadi sumber data menurut macam-macamnya atau kelompoknya. Klasifikasi
ini dilakukan dengan cara memberi tanda pada masing-masing jawaban itu
dengan tanda-tanda tertentu
c. Entry, merupakan suatu kegiatan memasukkan data ke dalam computer
d. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah
dimasukkan ke komputer.
a) Analisis Univariat
b) Analisis Bivariat
• Jika nilai p ≤ α (p ≤ 0,05), maka hipotesis (Ho) ditolak, berarti data sampel
mendukung adanya perbedaan yang signifikan
• Jika nilai p > α (p > 0,05), maka hipotesis (Ho) diterima, berarti sampel tidak
mendukung adanya perubahan yang bermakna.
Daftar pustaka?