Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS IBU BEKERJA, POLA ASUH MAKAN,


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK PICKY EATER

Perubahan Judul : Hubungan Status Ibu Bekerja, Pola Asuh Makan,


Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Picky Eater Pada Anak Usia
Prasekolah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Seminar Proposal

Tahun Ajaran 2019/2020

Disusun oleh:

Frizma Yuanita Pangestuti 6511417046

PROGRAM STUDI GIZI


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
April
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Usia anak prasekolah (3-6 tahun) (Dewi, Oktiawati, Saputri, 2015) dapat disebut
sebagai usia emas atau golden age periode yaitu masa yang penting untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada usia ini, anak sedang
mengalami fase pertumbuhan yang pesat meliputi pertambahan berat badan, tinggi
badan, dan perkembangan pada organ-organ anak (Khomsan et al, 2013), sehingga
diperlukan dukungan gizi yang cukup melalui asupan energi dan zat gizi lainnya untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak hingga memiliki status gizi yang
cukup baik.

Anak usia prasekolah rentan memiliki permasalahan gizi yang salah satu faktornya
dipengaruhi oleh perilaku picky eater. Perilaku picky eater dapat diartikan sebagai
keengganan untuk mencoba makanan baru, tidak menyukai jenis makanan tertentu, serta
memiliki pendapat yang kuat tentang makanan yang mengakibatkan mengonsumsi
makanan dalam jumlah kecil dan terbatas jenisnya (Goncalves et al, 2013). Perilaku
picky eater sering terjadi dalam perkembangan perilaku makan anak. Beberapa
penelitian menyebutkan banyak anak yang mengalami kesulitan makan, terutama pada
anak balita.

Umumnya anak yang berperilaku picky eater akan dijumpai inadekuasi asupan
makanan yang menyebabkan terjadinya defisiensi zat gizi dalam tubuh atau lebih
berisiko memiliki berat badan rendah (Ekstein, 2010). Penelitian Uwaezuoke et al.
(2016) menyebutkan bahwa anak picky eater seringkali menolak mengonsumsi pangan
yang beragam, khususnya pangan sumber zat gizi mikro seperti buah, sayur, dan daging.
Anak yang picky eater cenderung memiliki angka konsumsi energi, protein, lemak yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan anak yang tidak berperilaku picky eater.
Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi picky eater cukup tinggi di beberapa
negara. Jani et al. (2014) menunjukkan bahwa prevalensi picky eater anak usia 1-5
tahun di Australia mencapai 34.1%. Prevalensi picky eater di Belanda sebesar 5.6%
pada anak usia 4 tahun dan 27.6% pada anak usia 3 tahun (Cardona et al. 2015).
Penelitian mengenai picky eater di negara China menunjukkan bahwa prevalensi picky
eater anak usia 3-7 tahun yaitu sebesar 54% (Xue et al. 2015). Menurut Priyanti (2013),
prevalensi anak picky eater di Indonesia yang terjadi pada anak sebanyak 20%,
sedangkan di Semarang ditemukan 60,3% anak mengalami picky eater (Kusuma et al.
2015).

Kejadian picky eater dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor makanan,
komunikasi yang tidak berjalan baik saat makan, pengaruh sosial, nafsu makan, dan
pola asuh makan orang tua beserta dengan pengawasannya. Faktor spesifik seperti tidak
diberikannya ASI eksklusif, keterlambatan dalam pemberian makanan pendamping ASI
kemungkinan juga dapat menyebabkan picky eater. Penelitian Rosita et al. (2014)
menyebutkan, perilaku picky eater pada anak prasekolah disebabkan oleh faktor
psikologi orang tua seperti memaksa atau menghukum anak ketika menolak untuk
makan, faktor makanan yang tidak menarik, serta faktor kesehatan seperti gangguan
saluran pencernaan. Nowicka et al. (2015) menyebutkan juga pola asuh makan orang
tua berhubungan dengan perilaku makan pada anak.

Orang tua terutama ibu memiliki peran penting dalam menyiapkan dan
menyediakan makanan kepada anaknya. Ibu yang bekerja dengan yang tidak bekerja
memiliki perbedaan ketersediaan waktu. Ibu yang tidak bekerja relatif akan memiliki
waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan anaknya dan mengatur pola makan
anak mereka. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai anak picky eater beserta hubungannya dengan status ibu bekerja, pola
asuh makan, dan pemberian ASI eksklusif pada anak prasekolah.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan antara Status Ibu Bekerja, Pola Asuh Makan, Pemberian
ASI Eksklusif pada Anak Picky Eater?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara Status Ibu Bekerja, Pola Asuh Makan, Pemberian
ASI Eksklusif pada Anak Picky Eater.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui hubungan antara Status Ibu Bekerja dengan Anak Picky Eater

b) Mengetahui hubungan antara Pola Asuh Makan dengan Anak Picky Eater

c) Mengetahui hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Anak Picky Eater

d) Menganalisis hubungan antara Status Ibu Bekerja dengan Pola Asuh Makan pada
Anak Picky Eater

e) Menganalisis hubungan antara Status Ibu Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif
pada Anak Picky Eater

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
Sebagai tambahan wawasan, pengetahuan dan keterampilan penulis dalam
melakukan penelitian khususnya mengenai perilaku anak picky eater.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan serta informasi penting untuk masyarakat terutama Ibu
untuk memperbaiki pola asuh makan, pemberian ASI eksklusif pada anak yang
memilih-milih makanan agar mencapai status gizi yang baik.
1.4.3 Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
sumber informasi, serta dapat meningkatkan minat peneliti untuk mengkaji terkait
perilaku picky eater pada anak di Indonesia
1.4.4 Bagi Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dan kepustakaan dalam
mengembangkan prodi Ilmu Gizi.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1. Matrik Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Nama Tahun Rancangan Variabel Hasil Pene


Peneliti dan Penelitian Penelitian
Tempat
Penelitian

1 Analisis Preferensi Rima Fais 2017, Cross Pengetahuan Anak tergolon


Pangan, Naini Bogor Sectional Ibu, Pola Asuh picky eater leb
Pengetahuan Gizi Makan Ibu, dibanding deng
Ibu, Pola Asuh Preferensi picky eater ya
Makan, dan Status Pangan Anak, Kelompok pang
Gizi Pada Anak Status Gizi tingkat kesukaa
Picky Eater besar adalah
makanan poko
produk susu
yang tidak disuk
daging, ikan.
hubungan signifi
(p<0.05) antara
terakhir ibu
pengetahuan g
Tidak terdapat
signifikan (p>0.
pengetahuan
dengan pola asu
Tidak terdapat hu
signifikan (p>0.
jenis kelamin
dengan perilak
eater. Pola asu
dengan perilak
eater dan
pangan tidak me
hubungan yang
(p>0.05). Perila
eater tidak
hubungan yang
terhadap prefere
contoh maupun
status gizi (p>0.0

2 Status Gizi Balita HapsariSul 2015, Cross Status pemilih Sebanyak 98,5%
Berbasis Status istya Semarang Sectional makan, status makanan tidak m
Pemilih Makan di Kusuma, gizi kebiasaan makan
Wilayah Kerja Nura yang aneh (tan
Puskesmas Mashumah kerikil). Rata-r
Kedungmundu gizi balita yait
Semarang gizi balita . T
hubungan anta
pemilih makan
status gizi pada
wilayah kerja Pu
Kedungmundu S

3 Perilaku Makan Ika Rizki 2014, Cross Perilaku Sebagian besar


Orang Tua dengan Anggraini Blitar sectional makan orang yang memilikia
Kejadian Picky tua, kejadian Toddlermemiliki
Eater pada Anak picky eater perilakumakan y
Usia Toddler sesuai deng
(Jadwal,jenis,
Terdapat hubu
perilaku makan
dengankejadian
makan (picky e
anakusia tod
Posyandu
KelurahanKecam
Kepanjenkidul K

4 Hubungan pola Elpera 2018, Cross Pola asuh Orang tua lebi
asuh orang tua Siska Medan sectional orang tua, menerapkan p
dengan kejadian Dearni kesulitan otoriter. Sebanya
kesulitan makan Damanik makan pada (63,9%) tidak
pada anak usia 3-5 anak kesulitan makan
tahun di Desa mengalami
Sukaraya makan sebanyak
Kecamatan Pancur (36,1%).
Batu. tersebut di dapat
ada hubunga
signifikan antara
dengan kesulita
pada anak usia 3
Desa Sukaraya K
Pancur Batu d
value = 0,006 < α

5 Pola Asuh Dengan Zulfa 2018, Cross Pola asuh, Sebagian besar
Terjadinya Picky Rufaida, Mojokerto sectional picky eater mengalami pic
Eater (Pilih-Pilih Sri (82,9%).
Makanan) Pada Wardini responden m
Anak Usia 3-6 Puji pola asuh d
Tahun Di Dusun Lestari Hasil
Sumberaji Desa mendapatkan ba
Karangjeruk asuh demokra
Kecamatan diterapkan oleh
Jatirejo Kabupaten masih belum bis
Mojokerto anak menjadi ti
eater (pilih-pilih
hal ini disebabka
anak cenderung y
menyukai varias
kondisi fisik a
belum terbiasa
asupan makan
yang dia suka
asuh orang tua
sepenuhnya
anak sehingga or
tidak s
mengetahui kond

Tabel 2. Matrik Perbedaan

No Perbedaan Rima Fais Naini Sulistya Kusuma, Frizma Yuan


Nura Mashumah

1 Judul Analisis Preferensi Status Gizi Balita Hubungan Status Ibu B


Pangan, Pengetahuan Berbasis Status Pemilih Pola Asuh Makan, Pem
Gizi Ibu, Pola Asuh Makan di Wilayah Kerja ASI Eksklusif Pada An
Makan, dan Status Puskesmas Kedungmundu Eater
Gizi Pada Anak Picky Semarang
Eater

2 Tahun dan 2017, Bogor 2015, Semarang 2020, Semarang


tempat penelitian

3 Rancangan Cross Sectional Cross Sectional Cross Sectional


Penelitian

4 Variabel Pengetahuan Ibu, Pola Status pemilih makan, Status Ibu Bekerja, Po
Penelitian Asuh Makan Ibu, status gizi Makan, Pemberian AS
Preferensi Pangan Eksklusif
Anak, Status Gizi

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di beberapa taman kanak-kanak di Kota Semarang
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian dilakukan dari bulan Agustus-Oktober 2020
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Gizi khususnya perilaku anak
picky eater
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Picky Eater
Proses tumbuh dan berkembangnya anak berkaitan dengan asupan zat gizi yang
dikonsumsi setiap hari dari makanan. Manusia perlu mengonsumsi makanan yang
beragam untuk mencukupi semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun
kebutuhan zat gizi tidak akan terpenuhi apabila muncul perilaku picky eater. Masalah
picky eating yang lebih parah dikenal dengan neophobic, fussy eater, pemilih, dan
masalah makan.
Perilaku picky eater didefinisikan sebagai keengganan untuk mencoba makanan
baru (food neophobia), tidak menyukai jenis makanan tertentu, serta memiliki pendapat
yang kuat tentang makanan yang mengakibatkan mengonsumsi makan dalam jumlah
kecil dan dalam jenis makanan yang terbatas sehingga dapat mengakibatkan
pertumbuhan anak terganggu (Goncalves et al. 2013). Pendapat lain menggambarkan
picky eater sebagai perilaku makan sedikit sekali jenis makanan (pemilih), makan dalam
jumlah sedikit, makan lambat, dan tidak tertarik terhadap makanan (Ekstein, 2010).
2.1.2 Gejala Picky Eater
Perilaku memilih-milih makanan atau picky eating ditandai oleh sikap menolak
beberapa jenis makanan, hanya mau memakan makanan tertentu, food neophobia,
membatasi konsumsi kelompok pangan tertentu, dan preferensi pangan yang kuat. Anak
picky eater seringkali menolak mengonsumsi pangan yang beragam, khususnya pangan
sumber zat gizi mikro seperti buah, sayur, dan daging (Uwaezuoke et al. 2016).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Picky Eater
Perilaku memilih-milih makanan atau picky eater seringkali ditemukan pada
balita, penyebab dari perilaku picky eater bersifat multifaktoral diantara lain faktor
organik (kelainan organ-organ yang berhubungan dengan proses makan), faktor
organoleptik dan faktor psikologik. Menurut sumbernya, penyebab perilaku picky eater
pada anak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor anak, faktor orang tua dan
faktor lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku picky eater sebagai
berikut :
2.1.3.1 Nafsu makan
Penelitian menyebutkan perilaku pilih-pilih makan atau picky eater pada anak
terjadi karena selera makan anak yang mulai berkembang dan kecenderungan mulai
menyukai makanan atau rasa tertentu, rasa bosan pada hidangan yang kurang bervariasi
dan kebiasaan makan keluarga yang suka pilih-pilih makanan. Menurut Sulistyoningsih
(2011), sulit makan merupakan ciri khas dari anak prasekolah dan juga anak sekolah,
karena pertumbuhan mereka lebih lambat dibandingkan pada saat mereka bayi. Nafsu
makan anak bergantung pada aktivitas dan kondisi kesehatan mereka. Hal-hal yang
menjadi penyebab anak sulit makan diantaranya adalah anak mengalami infeksi, anak
terlalu aktif sehingga menjadi kelelahan, anak telah merasa kenyang tetapi tetap dipaksa
untuk menghabiskan makanan, waktu makan yang tidak menyenangkan, anak sedang
terganggu secara emosional. Hasil penelitian Rosita et al. (2014) menyebutkan,
sebagian besar masalah sulit makan pada anak prasekolah disebabkan oleh faktor
makanan yang tidak menarik.
2.1.3.2Pola Asuh Makan Orang Tua
Munculnya perilaku picky eater kemungkinan disebabkan oleh faktor seperti
praktek pola asuh makan orang tua (Taylor et al. 2015) termasuk pengawasan orang tua.
Menurut Nowicka et al. (2015), pola asuh makan orang tua berhubungan dengan
perilaku makan pada anak. Orang tua cenderung memaksa anak yang tidak nafsu makan
agar anak mau menghabiskan makanannya. Penelitian serupa yang dilakukan oleh
Priyanti (2013) dan Anggraini (2014) menyebutkan bahwa perilaku makan orang tua
berpengaruh terhadap kejadian picky eater, memiliki tingkat hubungan yang kuat
dengan kejadian sulit makan (picky eater) pada anak usia toddler, seperti tidak
memperhatikan jadwal makan serta kandungan gizi yang terdapat pada makanan.
Umumnya praktik pola asuh makan terdiri atas pemberian makan sesuai umur
dan kemampuan anak, kepekaan ibu mengetahui kapan anak membutuhkan makan,
upaya meningkatkan nafsu makan anak, dan menciptakan situasi makan yang baik
seperti memberi rasa nyaman saat makan (Putri dan Kusbaryanto 2012). Kurangnya
dukungan dan pengasuhan orang tua dapat mengakibatkan kelainan perilaku makan.
Pola asuh makan ketika anak mendapatkan pengawasan dan dorongan yang tinggi
berhubungan dengan konsumsi buah sayur anak yang tinggi, serta berkurangnya risiko
obesitas (Preedy, 2011).
2.1.3.3 Pengetahuan Gizi Ibu
Pola asuh makan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi orang tua. Ibu yang
memiliki pengetahuan gizi yang baik lebih memungkinkan untuk mampu menerapkan
pengetahuan gizinya dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga hal ini akan berpengaruh
terhadap pola asuh makan ibu. Salah satu peran ibu dalam menunjang pertumbuhan
anak adalah memberikan pola asuh makan yang baik. Menurut Handarsari et al. (2010),
kejadian kurang dapat diminimalisir dengan mempunyai pengetahuan gizi yang cukup.
Umumnya Ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan gizi
yang lebih baik sehingga mudah menerima hal-hal baru yang berpengaruh terhadap
sikap positif.
2.1.3.4 Status Ibu Bekerja
Dunia kerja akan mengubah peran ibu dalam mengasuh anak. Status pekerjaan
ibu menentukan perilaku ibu dalam pemberian nutrisi kepada balita. Dampak dari ibu
bekerja juga tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan ibu. Ibu yang bekerja
umumnya memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengasuh anaknya dibandingkan
dengan Ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja berdampak pada rendahnya waktu
kebersamaan ibu dengan anak sehingga asupan makan anak tidak terkontrol dengan
baik dan juga perhatian ibu terhadap perkembangan anak menjadi berkurang
(Kusumanti, 2014). Ibu yang bekerja dengan jam kerja dari pagi sampai sore
mengakibatkan ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan makanan
dan kebutuhan nutrisi anaknya.
2.1.3.5 Pemberian ASI Eksklusif
Beberapa faktor spesifik yang turut berpengaruh misalnya ibu tidak memberikan
ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) sebelum bayi berusia 6
bulan, dan keterlambatan pengenalan MP ASI. Perilaku picky eating dapat terjadi pada
anak perempuan ataupun laki-laki. Perilaku makan yang baik saat kehamilan turut
berkaitan dengan rendahnya kesulitan makan pada anak (Taylor et al. 2015).
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa anak picky eater diberi ASI kurang dari 6
bulan. Perilaku picky eater dibentuk karena anak terlalu dini mengenal makanan. Anak
yang menyusu ASI cenderung tidak pemilih karena anak sudah dikenalkan dengan
variasi ras melalui ASI. Selain itu, mereka juga membangun pola interaksi ibu dan anak
yang beragam selama proses menyusi daripada anak yang mengonsumsi susu formula.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa semakin lama ibu menyusui, semakin
rendah mereka memaksa anaknya makan pada usia satu tahun. Begitu juga ibu yang
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan akan lebih rendah dalam memaksa anaknya
untuk makan pada usia satu tahun. Perilaku positif dari menyusui tersebut dapat
mengurangi terjadinya picky eater pada anak (Taveras, 2004).
2.1.3.6 Penurunan Laju Pertumbuhan
Penurunan laju pertumbuhan pada anak prasekolah mempengaruhi nafsu makan
anak sehingga dapat menyebabkan anak menjadi picky eater. Penelitian menyebutkan
ketika anak memasuki usia pra sekolah maka laju pertumbuhan anak mulai melambat
dan cenderung stabil hingga memasuki usia pubertas (Sutarjo, 2011) terlihat dari
pertambahan berat badan anak yang tidak pesat seperti sebelumnya yaitu hanya 2 kg
dan pertambahan tinggi badan 7 cm per tahun.
Penurunan laju pertumbuhan akan mengakibatkan terjadinya penurunan
kebutuhan zat gizi anak (Wardlaw dan Hamp, 2007). Anak tidak lagi membutuhkan zat
gizi sebanyak ketika masa bayinya. Sehingga nafsu makan dan ketertarikan anak
terhadap makanan ikut menurun pula.
2.1.4 Dampak Picky Eater
Perilaku anak memilih-milih makanan tidak hanya berdampak pada aktivitas
sehari-hari namun juga berdampak pada kesehatan anak. Picky eater adalah salah satu
risiko terjadinya gizi kurang atau malnutrisi karena asupan anak picky eater cenderung
inadekuat (Jansen et al. 2012). Anak lebih berisiko juga memiliki berat badan kurang,
kenaikan berat badan inadekuat dan kekurangan zat gizi. Hal ini dikarenakan anak yang
memiliki perilaku picky eater asupan energi, protein, karbohidrat, vitamin dan
mineralnya lebih rendah jika dibandingkan dengan anak non picky eater (Xue et al.
2015). Dampak yang terjadi adalah tumbuh kembang anak yang terhambat. Malnutrisi
juga memperlambat proses penyembuhan penyakit akibat imun yang melemah.
Menurut penelitian Barse et al. (2015), fussy eater atau anak pemilih makanan
memiliki perilaku menolak untuk mencoba makanan baru (food neophobia) dan
makanan yang tidak asing contohnya sayuran. Perilaku menolak tersebut dapat
menyebabkan kesehatan dan pertumbuhan terganggu akibat kecukupan zat gizi yang
tidak terpenuhi. Dampak gangguan makan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang.
1. Dampak jangka pendek
a) Motilitas gastrointestinal yang lambat dan konstipasi, gambaran fungsi hati
yang abnormal
b) Peningkatan kadar urea darah, serta peningkatan risiko terbentuknya batu ginjal
c) Lekopeni, anemia defisiensi besi, dan trombositopeni.
2. Dampak jangka panjang
a) Pubertas terlambat
b) Pertumbuhan terlambat dan perawakan pendek
c) Gangguan pembentuka mineral tulang (osteopeni, osteoporosis)
d) Gangguan psikologi (cemas dan depresi)
2.2 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi

1. Laju pertumbuhan
menurun

2. Nafsu makan

3. Perkembangan
Psikologis

Faktor Pemungkin

1. Perilaku makan orang PICKY EATER


tua

2. Status Ibu Bekerja

3. Pemberian ASI
Eksklusif

Faktor Penguat

1. Pengetahuan Orangtua

2. Pola asuh makan orang


tua
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Variabel Terikat
Variabel Bebas

1. Status Ibu Bekerja Perilaku Picky Eater

2. Pemberian ASI
Eksklusif

3. Pola Asuh Makan


Orang tua

3.2 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini variabel terikat (dependen) yang akan diteliti adalah
perilaku picky eater sedangkan variabel bebas (independen) yang akan diteliti adalah
status ibu bekerja, pemberian ASI eksklusif dan pola asuh makan orang tua.

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara Status Ibu Bekerja dengan perilaku picky eater pada
anak

2. Terdapat hubungan antara Pola Asuh Makan dengan perilaku picky eater pada
anak

3. Terdapat hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan perilaku picky


eater pada anak

4. Terdapat hubungan antara variabel Status Ibu Bekerja dengan Pola Asuh
Makan pada anak picky eater
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Referensi
Ukur
1 Perilaku Anak yang memiliki Wawancara Kuesioner 0 = tidak pernah Rasio Wardle et
perilaku memilih- (skor 1) al. 2001
Picky Child
milih makanan, 1 = jarang (skor 2),
Eating
Eater membatasi konsumsi 2= kadang-kadang
Behaviour
pada makanan (skor 3)
Questionnai
tertentu, dan menolak 3 = sering (skor 4)
re (CEBQ)
untuk mencoba 4 = sangat sering
makanan baru. (skor 5)

2 Status Ibu Kegiatan yang ibu Wawancara Kuesioner 0 = Tidak bekerja Nominal
Bekerja menyusui lakukan 1 = Bekerja
yang dapat
menghasilkan
pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan
hidup
3 Pola Asuh Praktik-praktik Wawancara Kuesioner a) Instrumental Ordinal Wardle et
feeding
Makan pengasuhan yang Parental al. 2002
b) Control over
Feeding
Orangtua diterapkan ibu kepada eating
Style
c) Emotional
anaknya berkaitan Questionnai
feeding
re (PFSQ)
dengan cara ibu dalam d) Encouragement
menyiapkan dan 0 = tidak pernah
menyediakan (skor 1)
1 = jarang (skor 2),
makanan, serta 2= kadang-kadang
pengawasan ibu (skor 3)
3 = sering (skor 4)
terhadap jumlah dan 4 = sangat sering
jadwal makan anak. (skor 5)

4 Pemberian Pemberian ASItanpa Wawancara Kuesioner 0 = Tidak eksklusif Nominal Depkes,


ASI makanan 1 = Eksklusif 2004
Eksklusif danminumantambahan
lain saatbayi berumur
0-6 bulan

3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode cross
sectional untuk mengetahui hubungan status ibu bekerja, pola asuh makan orang tua,
pemberian ASI eksklusif pada anak picky eater. Pengumpulan data variabel independen
dan dependen dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan
alat bantu kuesioner.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi playgroup dan taman kanak-
kanak di tiga sekolah terpilih. Penarikan contoh menggunakan metode purposive
sampling dengan kriteria inklusi yaitu anak cenderung memilih-milih makanan. Kriteria
contoh yaitu siswa yang memiliki status aktif sebagai siswa di taman kanak-kanak
terpilih, bersedia menjadi contoh dalam penelitian dan bersedia diukur, serta orang tua
bersedia diwawancara dengan memberikan informasi yang jelas. Penentuan jumlah
contoh minimal didasarkan pada rumus perhitungan Lemeshow et al. (1997).
3.7 Sumber Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi karakteristik contoh (nama, jenis kelamin, dan tanggal lahir), karakteristik
keluarga (pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar
keluarga), perilaku makan anak, pola asuh makan orang tua, dan pemberian ASI
eksklusif. Kuesioner berisi pertanyaan tentang karakteristik anak, karakteristik keluarga,
perilaku makan anak, pola asuh makan orang tua, dan pemberian ASI eksklusif telah
diuji coba sebelumnya dan telah tervalidasi. Data primer sebagian besar diperoleh
menggunakan kuesioner self-administered yang diisi sendiri oleh ibu. Data sekunder
meliputi kondisi umum dan jumlah siswa yang diperoleh dari wawancara kepada
pengelola sekolah dan arsip sekolah.

3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner untuk mengumpulkan


data primer dan data sekunder. Kuesioner atau angket yang ditujukan kepada ibu-ibu
yang mempunyai anak usia 3-5 tahun. Kuesioner yang akan digunakan terlebih dahulu
diuji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Pengambilan data dilakukan
dengan cara menemui langsung para responden yang sudah berada di satu tempat. Lalu
membagikan kuesioner yang langsung diisi dalam satu waktu dengan sebelumnya
diberikan pengarahan oleh peneliti.

3.8.1 Validitas

Validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun oleh


peneliti mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi
antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut.
Teknik yang dipakai adalah teknik korelasi “Product moment” dengan menggunakan
bantuan program komputer. Uji validitas dilakukan pada 20 orang ibu di luar sampel
penelitian yang mempunyai karakteristik sama. Uji validitas dinyatakan valid apabila
ada dari hasil pengukuran tiap item soal lebih besar dari r tabel.

3.8.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji reliabilitas dengan teknik Alfa Cronbach
dengan menggunakan bantuan komputer yang dilakukan pada 20 ibu di luar sampel
penelitian yang mempunyai karakteristik yang sama.

3.9 Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan pengamblan data penelitian yaitu :

1. Peneliti mengajukan izin kepada program studi gizi IKM UNNES

2. Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti mengajukan

izin ke Kepala TK X Kota Semarang

3. Setelah mendapatkan izin dari Kepala TK X Kota Semarang melakukan pendekatan


kepada klien untuk mendapat persetujuan sebagai responden penelitian yang akan
dilaksanakan. Peneliti memberi kejelasan kepada responden tentang maksud dan
tujuan penelitian ini.

4. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden untuk ditanda tangani.

5. Responden diberi kuesioner untuk diisi sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan
dalam format pertanyataan kuesioner.

6. Responden diarahkan supaya mengisi semua pernyataan yang ada.

7. Peneliti memeriksa kelengkapan data dan pengisian kuisioner setelah pengambilan


data.

8. Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data terkumpul dan selanjutya
melakukan analisis data.

3.10 Teknik Analisis Data

Pengolahan data adalah satu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan
menggunakan cara dengan rumus tertentu, data akan dioleh menggunakan program
software pengolahan data statistik. Setelah data dikumpulkan selanjutnya akan
dilakukan:

a. Editing, yaitu langkah yang dilakukan untuk memiliki kembali data-data yang
telah diperoleh. Karena kemungkinan data yang masuk tidak logis dan
meragukan
b. Coding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden yang
menjadi sumber data menurut macam-macamnya atau kelompoknya. Klasifikasi
ini dilakukan dengan cara memberi tanda pada masing-masing jawaban itu
dengan tanda-tanda tertentu
c. Entry, merupakan suatu kegiatan memasukkan data ke dalam computer
d. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah
dimasukkan ke komputer.

Sedangkan analisis dapat dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat,


bivariat dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap
variabel dengan gambaran distribusi frekuensinya dalam bentuk jumlah dan presentase.
Analisis uji beda dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney untuk melihat
perbedaan berdasarkan contoh yang memiliki perilaku picky eating dan non picky
eating pada variabel pola asuh makan, status ibu bekerja, pemberian ASI eksklusif.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.

a) Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran/deskripsi pada


masing-masing variabel tidak terikat maupun varibel terikat

b) Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel


independen (X1-X3) dengan variabel dependen (Y1). Untuk membuktikan adanya
tidaknya hubungan tersebut, dilakukan statistik uji Chi-Square dengan derajat
kepercayaan 95% (α =0,05). Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan program
software pengolahan data statistik, yang nantinya akan diperoleh nilai p. Nilai p akan
dibandingkan dengan nilai α. Dengan ketentuan sebagai berikut:

• Jika nilai p ≤ α (p ≤ 0,05), maka hipotesis (Ho) ditolak, berarti data sampel
mendukung adanya perbedaan yang signifikan

• Jika nilai p > α (p > 0,05), maka hipotesis (Ho) diterima, berarti sampel tidak
mendukung adanya perubahan yang bermakna.

Daftar pustaka?

Anda mungkin juga menyukai