Anda di halaman 1dari 53

KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI MATA

TANGAN TERHADAP HASIL KETEPATAN PUKULAN


FOREHAND DRIVE DALAM PERMAINAN TENIS MEJA
(Studi Penelitian Kuantitatif Deskriptif pada Mahasiswa UKM Tenis Meja
Universitas Siliwangi)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti


Seminar Proposal Penelitian

Oleh

TEDI HENDRIANA PUTRA


172191187

JURUSAN PEDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI MATA


TANGAN TERHADAP HASIL KETEPATAN PUKULAN
FOREHAND DRIVE DALAM PERMAINAN TENIS MEJA
(Studi Penelitian Kuantitatif Deskriptif pada Mahasiswa UKM Tenis Meja
Universitas Siliwangi)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti


Seminar Proposal Penelitian

Oleh,

TEDI HENDRIANA PUTRA


172191187

Disetujui oleh,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Iman Rubiana, M.Pd Melya Nur Herliana, M.Pd


NIDN 0422048304 NIDN 0004128902

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahamat dan

hidyah-Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada penulis, sehingga bisa

menyelasaikan proposal penelitian dengan judul “Kontribusi Power Otot

Lengan Dan Koordinasi Mata Tangan Terhadap Hasil Ketepatan Pukulan

Forehand Drive Dalam Permainan Tenis Meja (Studi Penelitian Kuantitatif

Deskriptif pada Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi)”,

sebagai syarat mengikuti seminar proposal penelitian untuk menyelesaiakan

Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Selama proses penyusunan proposal penelitian ini, penulis tidak lepas dari

berbagai kendala dan hambatan yang dapat melemahkan semangat, namun atas

dorongan, bimbingan, dan arahan dari para dosen pembimbing segala hambatan

tersebut dapat penulis atasi. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

2. H. Abdul Narlan, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Iman Rubiana, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan serta memberikan koreksi dalam penulisan proposal

penelitian ini.

iii
4. Melya Nur Herliana, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan koreksi dalam penulisan

proposal penelitian ini.

5. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Jasmani Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya

6. Kedua orang tua ayahanda dan Ibunda yang senantiasa mendo’akan,

mencurahkan kasih sayang, perhatian, motivasi, nasihat serta dukungan baik

secara moral maupun finansial.

7. Semua pihak-pihak yang membantu terselesaikannya penulisan proposal

penelitian ini yang tidak dapat disebut satu persatu, semoga Allah memberi

rahmat dan hidayah pada kalian semua.

Semoga segala bimbingan, bantuan dan dukungan dari semua pihak diberi

balasan oleh Allah SWT, Aamiin. Penulis menyadari bahwa proposal penelitian

ini masih jauh dari sempurna, baik materi maupun cara penyajiannya. Namun

meskipun demikian, semoga proposal penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pikiran serta manfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua

pembaca. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima semua saran dan

kritik yang membangun untuk memperbaiki supaya proposal penelitian ini lebih

baik lagi.

Tasikmalaya, September 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DAN HALAMAN JUDUL........................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

JUDUL .......................................................................................................... 1

1. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

3. Definisi Operasional ................................................................................. 7

4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

5. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 9

6. Tinjauan Teoretis ...................................................................................... 9

6.1 Kajian Pustaka ................................................................................... 10

a. Hakikat Permainan Tenis Meja ..................................................... 10

b. Teknik Dasar Tenis Meja .............................................................. 11

c. Komponen Kondisi Fisik dalam Permainan Tenis Meja .............. 17

d. Teknik Drive ................................................................................. 22

e. Ketepatan Pukulan Forehand Drive.............................................. 24

6.2 Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 26

6.3 Kerangka Konseptual......................................................................... 29

7. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 31

v
Halaman

8. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 31

8.1 Metode Penelitian ................................................................................ 32

8.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 32

8.3 Desain Penelitian.................................................................................. 34

8.4 Populasi dan Sampel ............................................................................ 34

8.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 36

8.6 Instrumen Penelitian............................................................................. 36

8.7 Teknik Analisis Data ............................................................................ 41

8.8 Langkah-langkah Penelitian ................................................................. 43

8.9 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Desain Penelitian ........................................................................ 34

Gambar 2 Tes Koordinasi Mata tangan (Tomoliyus, 2012, hlm. 9)............ 39

Gambar 3 Tes Ketepatan Forehand Drive (Tomoliyus, 2012, hlm. 11) ..... 40

vii
KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI
MATA TANGAN TERHADAP HASIL KETEPATAN PUKULAN
FOREHAND DRIVE DALAM PERMAINAN TENIS MEJA
(Studi Penelitian Kuantitatif Deskriptif pada Mahasiswa UKM Tenis Meja
Universitas Siliwangi)

1. Latar Belakang Masalah

Tenis meja semakin berkembang baik di tingkat internasional maupun

nasional. Hal ini berjalan seiring dengan semakin banyaknya kompetisi dan

pembinaan prestasi untuk tenis meja di tingkat daerah sampai nasional.

Olahraga pretasi mulai banyak dilirik oleh para orang tua demi masa depan

anaknya. Tenis meja juga menjanjikan prestasi yang dapat diraih sama seperti

cabang olahraga lain.

Permainan tenis meja merupakan permainan yang dimainkan di dalam

gedung (indoor) yang dimainkan oleh dua atau empat orang pemain. “Cara

memainkannya yaitu dengan menggunakan raket yang dilapisi karet untuk

memukul bola (celluloid) melewati jaring yang tergantung di atas meja yang

dikaitkan pada dua tiang jaring” (Hodges, 2011, hlm. 1). Permainan ini

membutuhkan teknik-teknik agar berjalan sesuai dengan aturan- aturan yang

ada. Teknik yang biasa digunakan dalam permainan tenis meja yaitu teknik

dasar diantaranya teknik memukul seperti teknik service, smash, teknik

memukul forehand, backhand dan kadang-kadang juga menggunakan teknik

campuran dari teknik- teknik yang sudah ada.

Pukulan forehand drive merupakan salah satu teknik pukulan yang

sangat penting dalam permainan tenis meja. Pukulan tersebut merupakan

salah satu teknik yang sering digunakan untuk menyerang dan bertahan dalam

1
2

permainan tenis meja. Untuk itu dalam melakukannya membutuhkan adanya

komponen- komponen yang mendukung suatu gerakan antara lain komponen

biomotor yang terdiri dari kelincahan, kecepatan, koordinasi, power, dan

ketepatan. Akan tetapi ada teknik yang dominan untuk melakukan teknik

tersebut, diantaranya koordinasi dan power lengan.

Jenis pukulan yang sangat penting untuk menyerang dalam permainan

tenis meja ialah forehand drive. “Pukulan forehand drive merupakan salah

satu teknik pukulan yang sangat penting dalam permainan tenis meja” (Larry

Hodges, 2007, hlm. 33). Pukulan tersebut merupakan salah satu teknik yang

sering digunakan untuk menyerang dan bertahan dalam permainan tenis meja.

Menurut Tomoliyus (2012, hlm. 3), “Forehand drive adalah salah satu

senjata offensive yang paling efektif dalam tenis”. Lebih lanjut Hodges (2007,

hlm. 33) menyatakan bahwa “pukulan forehand drive dianggap pukulan yang

penting karena tiga alasan, yaitu: Seorang pemain memerlukan pukulan

forehand drive untuk menyerang dengan sisi forehand. Pukulan forehand

drive bisa menjadi pukulan utama untuk melakukan serangan. Untuk itu

dalam melakukan pukulan forehand drive membutuhkan komponen-

komponen yang mendukung suatu gerakan antara lain komponen kelincahan,

kecepatan, koordinasi, power, dan ketepatan. Salah satu teknik untuk

melakukan pukulan forehand drive tersebut.

“Koordinasi adalah komponen yang dibutuhkan untuk mendukung

keberhasilan menggunakan berbagai macam teknik dalam permainan tenis

meja” (Sukadiyanto, 2011, hlm. 116). Karena pada dasarnya koordinasi


3

adalah salah satu diantara komponen dasar yang dibutuhkan dalam setiap

cabang olahraga. Lebih spesifiknya permainan tenis meja membutuhkan

koordinasi mata tangan (hand-eye coordination).

Menurut Bompa dalam Hartadi (2007, hlm. 19-20) menyatakan dalam

koordinasi mata tangan akan menghasilkan timing dan akurasi. Timing

berorientasi pada ketepatan waktu sedangkan akurasi berorientasi pada

ketepatan sasaran. Timing akan mempengaruhi perkenaan bola dengan bet

sehingga akan menghasilkan gerakan yang efektif dan efisien. Sedangkan

akurasi akan menentukan ketepatan bola ke arah atau sasaran yang dituju.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat tersebut yaitu koordinasi akan

membentuk kesinambungan antara timing dan akurasi dalam suatu

permainan.

Power otot lengan adalah kemampuan seseorang untuk

mempergunakan kekuatan lengan yang di kerahkan secara maksimal dalam

waktu yang sesingkat- singkatnya dengan perkenaan atau mencapai bola yang

maksimal. Menurut M. Sajoto (2005, hlm. 8), “Power adalah gerakan yang di

lakukan secara eksplosif. Lengan adalah organ tubuh yang panjangnya dari

sendi bahu sampai keujung jari tengah”. Dengan demikian Power otot lengan

dibutuhkan sebagai tenaga pendorong pada saat melakukan pukulan.

Selain power otot lengan dan koordinasi mata tangan, ketepatan

adalah salah satu kemampuan yang penting dalam permainan tenis meja.

Ketepatan yang dimaksud disini adalah ketepatan mengarahkan bola ke arah

target yang ditentukan. Ukuran lapangan permainan yang kecil yaitu berupa
4

sebuah meja serta ukuran bola yang kecil menyebabkan ketepatan memukul

dan menempatkan bola menjadi sangat penting dalam permainan tenis meja.

Ketepatan menempatkan bola juga menjadi indikator keberhasilan teknik

yang dilakukan.

Dengan demikian, koordinasi merupakan komponen penting untuk

menyelaraskan suatu gerakan anggota tubuh yang akan digunkaan. Selain itu

power akan memberikan tolakan teknik yang dapat digunakan untuk

memaksimalkan gerakan. Kedua komponen yang dominan tersebut akan

saling berkontribusi dalam pencapaian teknik pukulan forehand drive yang

baik.

Dari beberapa komponen pendukung terhadap keberhasilan forhend

drive masih ada yang belum diteliti, salah satunya yaitu power otot lengan

dan koordinasi mata tangan. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti seberapa

besar kontribusi yang diberikan komponen tersebut terhadap keberhasilan

melakukan forhend drive. Karena suatu permainan dibutuhkan adanya

penyerangan dan pertahanan dalam suatu permainan. Hal ini juga dilandasi

adanya pengarahan anggota tubuh yang harus dikoordinasi dengan baik.

Pengenalan ini tidak cukup diberikan saat pembelajaran saja, perlu adanya

tambahan pengajaran seperti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa.

Unit Kegiatan Mahasiswa adalah wadah aktifitas kemahasiswaan

untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi anggota-

anggotanya. Juga sebagai wadah pembinaan prestasi mahasiswa di tingkat

universitas maupun fakultas. UKM kegiatan ekstrakulikuler di tingkat


5

perguruan tinggi yang berkaitan dengan penalaran, ilmu, minat, bakat,

kegemaraan, dan kesejahteraan mahasiswa serta pengabdian pada masyarakat.

Kegiatan UKM terjadwal dan terprogram secara rutin menyesuaikan kalender

akademik agar tidak menganggu kegiatan perkuliahan anggotanya.

Unit Kegitan Mahasiswa (UKM) tenis meja di Universitas Siliwangi

Tasikmalaya telah terorganisasi, pembinaan dilakukan melalui

pembimbingan, pendampingan, dan penyediaan dana serta sarana dan

prasarana yang diperlukan. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tenis meja

merupakan salah satu wadah pengembangan bakat mahasiswa dalam bidang

olahraga yang ada di Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Mahasiswa yang

mengikuti unit kegiatan mahasiswa tenis meja pada umumnya, belum

memiliki ketepatan sasaran yang baik dalam memukul bola. Hal ini terlihat

dari permainan tenis meja gerakan mahasiswa dalam memukul bola saat

latihan belum tepat. Dengan demikian, dalam permainan tenis meja

diperlukan pukulan yang tepat ke sasaran karena faktor dari ketepatan di

dalam permainan tenis meja sangatlah penting guna untuk menempatkan bola

yang sulit kearah yang susah dipukul lawan.

Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi Tasikmalaya

dalam peremainan tenis meja diperlukan teknik pukulan yang penting dalam

permainan tenis meja salah satunya adalah forehand drive. Teknik ini perlu

dikuasai oleh mahasiswa, bahkan menjadi satu teknik wajib yang harus

dimiliki para pemain tenis meja. Kemampuan ketepatan forehand drive

berhubungan erat dengan kematangan dan frekuensi latihan. Artinya, untuk


6

mendapatkan ketepatan forehand drive yang baik, mahasiswa harus berlatih

dengan intensif dan terprogam. A.M Bandi Utama (2004, hlm. 3) mengatakan

bahwa dalam pertandingan tenis meja, kemampuan ketepatan pukulan

mempunyai peranan penting untuk memenangkan pertandingan. Hal ini

dikarenakan, dengan menguasai teknik ketepatan pukulan, pemain akan

mampu mengikuti permainan yang sangat cepat, tepat dan singkat, mengingat

kemenangan adalah tujuan akhir dari suatu permainan tenis meja.

Mengingat pentingnya teknik forehand drive dalam permainan tenis

meja, maka penelitian ini mengambil judul: “Kontribusi Power Otot Lengan

dan Koordinasi Mata Tangan Terhadap Hasil Ketepatan Pukulan Forehand

Drive Dalam Permainan Tenis Meja (Studi Penelitian Kuantitatif Deskriptif

pada Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi)”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah terdapat kontribusi yang berarti dari power otot lengan terhadap

hasil ketepatan pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada

Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi?

b. Apakah terdapat kontribusi yang berarti dari koordinasi mata tangan

terhadap hasil ketepatan pukulan forehand drive dalam permainan tenis

meja pada Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi?

c. Apakah terdapat kontribusi yang berarti antara power otot lengan dan

koordinasi mata tangan terhadap hasil ketepatan pukulan forehand drive


7

dalam permainan tenis meja pada Mahasiswa UKM Tenis Meja

Universitas Siliwangi?

3. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam menafsirkan istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka penulis menguraikan sebagai berikut :

a. Kontribusi menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas 2011, hlm.

409) adalah “keadaan berhubungan”. Yang dimaksud kontribusi dalam

penelitian ini adalah keadaan berhubungan antara yang timbul akibat

power otot lengan dan koordinasi mata tangan terhadap hasil ketepatan

pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja.

b. Power otot lengan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

kekuatan otot lengan maksimum, dengan usaha dikerahkan dalam waktu

sependek-pendeknya yang diukur dengan hand medicine ball putt seberat

2,7 kg. (Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi, 2012, hlm 189).

c. Sukadiyanto (2011: 149-150) menjelaskan koordinasi merupakan hasil

perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian dalam

menghasilkan satu gerak yang efektif dan efisien. Koordinasi mata-tangan

adalah Koordinasi mata-tangan merupakan kemampuan mata untuk

menyalurkan rangsangan yang diterima kepada tangan yang berfungsi ntuk

melaksanakan gerakan yang harus dilakukan.

d. Menurut Suharno (2011, hlm. 32), ketepatan adalah kemampuan seseorang

untuk mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuannya.

Ketepatan yang dimaksud dalam penelitan ini adalah ketepatan


8

menempatkan bola ke arah sasaran yang sudah ditentukan. Lebih

spesifiknya mengenai ketepatan pukulan forehand drive ke arah forehand

lawan. Menurut Hodges (2011, hlm. 1), “Pukulan forehand drive yaitu

dimana setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang gerakan ke arah

kanan siku untuk pemain yang menggunakan tangan kiri, dan kiri bagi

pemain yang menggunakan tangan kiri”.

e. Permainan tenis meja merupakan cabang olahraga yang tercepat dalam

memainkan bola. Hal ini dikarenakan daya pantul bola yang relatif tinggi

dengan meja maupun dengan bet yang dilapisi karet, dimainkan dalam

meja yang relatif kecil (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 2).

4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kontribusi power otot lengan terhadap hasil ketepatan

pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada Mahasiswa

UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi.

b. Untuk mengetahui kontribusi koordinasi mata tangan terhadap hasil

ketepatan pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada

Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi.

c. Untuk mengetahui kontribusi power otot lengan dan koordinasi mata

tangan terhadap hasil ketepatan pukulan forehand drive dalam permainan

tenis meja pada Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi.


9

5. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah untuk menjelaskan tentang manfaat dari

penelitian itu sendiri. (Sudaryono, 2018, hlm. 119). Dengan adanya penilitian

ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun

manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini antara lain adalah :

a. Kegunaan Teoretis

1) Penelitian ini dapat dijadikan referensi latihan yang akan dilaksanakan

dan sebagai salah satu pertimbangan untuk menyusun program latihan.

2) Memberikan informasi dan wawasan bagi mahasiswa UKM Tenis Meja

Universitas Siliwangi tentang kontribusi power otot lengan dan

koordinasi mata tangan terhadap hasil ketepatan pukulan forehand

drive.

3) Penelitian ini dapat dijadikan referensi peneliti selanjutnya agar hasil

yang didapat lebih baik.

b. Maanfaat Praktis

1) Bagi atlet sebagai masukan untuk lebih meningkatkan latihan

kemampuan ketepatan pukulan forehand drive, sehingga dapat tampil

lebih baik dalam suatu pertandingan dan dapat mencapai prestasi

optimal.

2) Bagi pelatih sebagai salah satu cara model latihan untuk meningkatkan

kemampuan ketepatan pukulan forehand drive.

3) Bagi peneliti menambah wawasan dalam ilmu kepelatihan dan

mengembangkan metode dalam ilmu kepelatihan tenis meja.


10

6. Tinjauan Teoretis

Tinjauan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai

dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).

(Sugiyono, 2012, hlm. 52). Tinjauan teori ini merupakan ciri bahwa

penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. (Sudaryono,

2018, hlm. 145).

6.1 Kajian Pustaka

6.1.1 Hakikat Permainan Tenis Meja

Menurut Utama (2005, hlm. 5) “Permainan tenis meja adalah

permainan dengan menggunakan fasilitas meja beserta peralatannya serta

bet dan bola sebagai alatnya”.

Permainan ini diawali dengan pukulan pembuka (service), yaitu bola

dipantulkan ke meja sendiri lalu melewati atas net dan memantul di meja

lawan sampai lawan tidak dapat mengembalikan dengan baik. Pemain

berusaha untuk mematikan pukulan lawan agar memperoleh angka dari

pukulannya.

Permainan tenis meja dapat dimainkan baik orang tua, remaja maupun

anak-anak. Salim (2008, hlm. 9), “menjelaskan tenis meja merupakan

sebuah permainan yang sederhana”. Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam

olahraga ini adalah konsisten memukul, mengarahkan, dan menempatkan

bola ke meja lawan dan diharapkan pihak lawan tidak dapat mengembalikan

bola.
11

Sedangkan Hodges (2011, hlm. 1) “Menjelaskan bahwa tenis meja

adalah olahraga paling terkenal di dunia dan jumlah partisipasinya

menempati urutan kedua”. Tenis meja disebut juga pingpong. Pingpong

adalah permainan dimana sebuah bola kecil yang putih dipukul bolak- balik

hingga seseorang melakukan kesalahan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa permainan tenis meja merupakan suatu permainan yang

menggunakan meja sebagai tempat untuk memantulkan bola dengan diawali

service sebagai pukulan pembuka dengan tujuan mematikan pukulan lawan

agar memperoleh angka dari pukulannya.

6.1.2 Teknik Dasar Tenis Meja

Teknik dalam permainan tenis meja sangat banyak macamnya. Untuk

dapat mengembangkan teknik bermain tenis meja dengan baik, maka harus

menguasai teknik dasar dalam bermain tenis meja. Menurut Tomoliyus

(2012, p. 2), “Melalui menyajikan dan mengembalikan bola dapat dilakukan

dengan cara pukulan forehand ”. Secara umum pukulan forehand yang

penting dalam permainan tenis meja ada tujuh macam, yaitu pukulan drive,

pukulan push, pukulan block, pukulan chop, pukulan service, pukulan

smash, pukulan flick.

1) Drive

Kertamanah (2003, p. 7), “Drive adalah pukulan yang paling kecil

tenaga gesekannya. Pukulan drive sering juga disebut lift, merupakan

dasar dari berbagai jenis pukulan serangan. Drive merupakan salah satu
12

teknik pukulan yang sangat penting untuk menghadapi permainan

defensive”. Pukulan drive ini memiliki beberapa segi bentuk perbedaan.

Keistimewaan pukulan drive antara lain:

a) Tinggi atau rendah bola di atas ketinggian garis net mudah


dikuasai.
b) Cepat atau lambatnya laju bola tidak akan susah dikendalikan.
c) Bola bersifat membawa sedikit perputaran.
d) Bola drive tidak mengandung tenaga yang terlalu keras.
e) Dapat dilancarkan disetiap posisi titik bola di atas meja tanpa
merasakan kesulitan terhadap bola berat (bola-bola yang bersifat
membawa putaran), ringan, cepat, lambat, tinggi maupun rendah
serta terhadap jenis putaran pukulan.

Menurut Damiri dan Kusnaedi (2012, p. 59), “Drive adalah teknik

pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serong ke atas

dan sikap bet tertutup”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa drive merupakan dasar dari segala jenis

pukulan serangan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah

serong ke atas dan sikap bet tertutup.

2) Push

Kertamanah (2003, p. 7) “Push berasal dari perkembangan teknik

block, sehingga disebut juga pukulan pushblock. Pada dasamya pukulan

push atau pukulan mendorong sangat bervariasi, yaitu meliputi push

datar, push menggesek dan lain-lain. Pukulan-pukulan push ini

biasanya merupakan pukulan jarak dekat dan jarak tengah. Teknik ini

merupakan teknik pukulan bertahan yang paling penting dan berperan

aktif dalam permainan. Keistimewaan pukulan push antara lain adalah:

a) Bola push dapat dijadikan alat yang bersifat penjagaan untuk


melewati situasi transisi, yang dapat juga diubah menjadi 1 pukulan
13

mendorong berupa serangan balik.


b) Bola push termasuk bola polos, dengan bola pertahanan yang
mengandung arti unsur serangan balasan.
c) Pukulan push dimainkan pada bagian backhand, pada umumnya
untuk mewakili backhand half volley yang bersifat mencuri
kesempatan untuk membangun pelancaran serangan forehand.

Teknik pukulan ini merupakan salah satu pukulan penting bagi para

pemain serang cepat didekat meja, khususnya bagi yang berpegangan

penhold. Menurut Hodges (2011, hlm. 64), “Push adalah pukulan

backspin pasif yang dilakukan untuk menghadapi backspin”. Pukulan

ini biasanya dilakukan untuk menghadapi service backspin atau

serangan yang tidak menyenangkan, baik untuk alasan taktik atau

karena pushing merupakan cara yang lebih konsisten untuk

mengembalikan backspin.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa push adalah teknik memukul bola dengan gerakan mendorong

dan merupakan teknik pukulan bertahan yang paling penting dan

berperan aktif dalam permainan.

3) Block

Dalam bermain tenis meja kita tidak bisa selalu melakukan

serangan. Ada kalanya kita harus dapat bertahan untuk menghadapi

serangan dari lawan. Kertamanah (2003, hlm. 7), “Block selalu

digunakan dekat meja, sehigga sering disebut block pendek”. Ada 2

macam pukulan block, yaitu block datar dan block redam. Menurut

Hodges (2011, hlm. 72), “Block adalah pukulan yang dilakukan tanpa

mengayunkan bet tetapi hanya menahan bet tersebut”.


14

Block termasuk pukulan paling sederhana untuk mengembalikan

pukulan keras. Block lebih sederhanan dari pukulan, untuk itu

kebanyakan pelatih mengajarkan block terlebih dahulu daripada

pukulan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa block adalah teknik memukul bola dengan gerakan

menahan bet untuk mengembalikan bola keras.

4) Chop

Pukulan chop dalam olahraga tenis meja sangat penting. Seorang

pemain tidak bisa selalu melakukan pukulan untuk menyerang. Ada

kalanya harus melakukan pukulan bertahan untuk mengenal kualitas

pukulan lawan.

Damiri dan Kusnaedi (2012. hlm. 59), “Chop sebagai teknik

memukul bola dengan gerakan seperti menebang pohon dengan kapak

atau disebut juga gerakan membacok”. Menurut Hodges (2011, hlm.

99), “Chop adalah pengembalian pukulan backspin yang sifatnya

bertahan”.

Kebanyakan pemain yang menggunakan chop (chooper) mundur

sekitar 5 hingga 15 kaki dari meja, mengembalikan bola rendah dengan

backspin. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa chop adalah teknik mengembalikan bola dengan gerakan seperti

membacok dan mengembalikan bola rendah dengan backspin.


15

5) Service

Untuk memulai permainan dalam tenis meja diawali dengan

melakukan service. Pukulan service yang baik sangat berpengaruh

terhadap kemampuan bermain tenis meja. Sebelum melakukan pukulan

service seorang pemain sudah harus bisa menentukan bola yang akan

diberikan kepada lawan.

Menurut Damiri dan Kusnaedi (2012, hlm. 59), “Service adalah

teknik memukul bola untuk menyajikan bola pertama ke dalam

permainan, dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola ke meja

server sehingga dapat melewati net dan memantul di meja lawan”.

Hodges (2011, hlm. 43), “Service adalah pukulan pertama, yang

dilakukan oleh server”.

Pukulan ini dimulai dengan melambungkan bola dengan telapak

tangan dan kemudian dipukul menggunakan bet. Berdasarkan beberapa

pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa service adalah

pukulan yang dilakukan untuk menyajikan bola pertama dalam

permainan dengan cara melambungkan bola dengan telapak tangan dan

kemudian dipukul menggunakan bet.

6) Smash

Untuk dapat mematikan lawan seorang pemain tenis meja harus

mempunyai pukulan smash yang akurat. Pukulan smash yang

mematikan jugadapat menurunkan mental lawan sebelum bertanding.


16

Menurut Hodges (2011, hlm. 111), “Smash adalah pukulan

backhand atau forehand yang sangat keras dan mempunyai fungsi

untuk mematikan lawan”.

7) Flick

Dalam situasi permainan, seorang pemain tenis meja harus

menguasai seluruhnya meja pertandingan. Gerakan kaki dan membaca

arah pukulan lawan sangat mempengaruhi keberhasilan pukulan flick.

Damiri dan Kusnaedi (2012, hlm. 59), “Flick adalah gerakan memukul

bola yang digunakan untuk mengembalikan bola yang ditempatkan

dekat net dengan pukulan serangan”.

Sedangkan Hodges (2011, hlm. 92), “Flick adalah pengembalian

bola pendek yang agressif, pukulan ini dilakukan bila bola tersebut akan

memantul dua kali di sisi meja bila dibiarkan”. Berdasarkan beberapa

pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa flick adalah gerakan

pengembalian bola yang agresif jika bola ditempatkan dekat net dengan

pukulan serangan.

8) Loop

Ada kalanya dalam situasi permainan seorang pemain tenis meja

terpojok dan harus mundur kebelakang untuk melakukan pertahanan.

Dengan menguasai pukulan loop dengan baik pemain tenis meja dapat

keluar dari posisi tertekan. Menurut Hodges (2011, hlm. 78), “Loop

adalah pukulan topspin yang sangat keras yang dilakukan hanya dengan

menyerempetkan bola kearah atas dan ke depan”.


17

6.1.3 Komponen Kondisi Fisik dalam Permainan Tenis Meja

1) Pengertian Kondisi Fisik

Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam

melakukan kegiatan dalam cabang olahraga apa pun. Karena itu kondisi

fisik perlu dilatih. Untuk dapat meningkatkan kondisi fisik melalui

latihan, program latihannya harus direncanakan dengan baik dan

sistematis. Dengan perencanaan yang baik dan sistematis diharapkan

terjadi peningkatan kondisi fisik dan kemampuan fungsional dari sistem

tubuhnya, sehingga memungkinkan atlet tersebut dapat mencapai

prestasi yang optimal.

Kondisi fisik atlet yang baik memungkinkan terjadinya

peningkatan terhadap kemampuan dan kekuatan tubuh si atlet itu

sendiri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Harsono (2001, hlm. 153)

yang mengatakan bahwa kalau kondisi fisik atlet baik , maka:

a) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja


jantung;
b) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan/stamina,
kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik;
c) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan;
d) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh
setelah latihan;
e) Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila
sewaktu-waktu respons demikian diperlukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun

pemeliharaannya. Hal ini berarti bahwa di dalam usaha peningkatan


18

kondisi fisik seluruh komponen tersebut harus dikembangkan,

walaupun di sana-sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai dengan

keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan

status yang dibutuhkan tersebut.

Komponen-komponen kondisi fisik menurut Harsono (2001, hlm.

38) adalah, “daya tahan, stamina, kelentukan, kelincahan, kekuatan,

power, daya tahan otot, kecepatan, dan koordinasi”. Sesuai dengan

permasalahan penelitian ini, penulis hanya akan memaparkan dua

komponen kondisi fisik, yaitu power oto lengan dan koordinasi mata-

tangan. Kedua hal tersebut penulis paparkan di bawah ini.

2) Power Otot Lengan

Kekuatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

unjuk kerja dan sangat menentukan kualitas kondisi fisik seseorang dan

sangat dibutuhkan di hampir semua cabang olahraga. Menurut

Sukadiyanto (2005, hlm. 60-61) pengertian kekuatan secara umum

adalah “kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban

atau tahanan”. Pengertian secara fisiologis, kekuatan adalah

kemampuan neuromuskuler untuk mengatasi tahanan beban luar dan

beban dalam.

Kekuatan adalah kemampuan dari otot atau sekelompok otot untuk

mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitasnya

(Suharno, 2005, hlm. 24). Kekuatan menurut Sajoto (2002, hlm. 16)

adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya


19

dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.

Harsono (2015, hlm. 176) menyatakan bahwa: kekuatan adalah

komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara

keseluruhan.

Hal ini disebabkan karena: (1) kekuatan merupakan daya

penggerak setiap aktivitas, (2) kekuatan memegang peranan penting

dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cidera, dan (3)

kekuatan dapat mendukung kemampuan kondisi fisik yang lebih

efisien, meskipun banyak aktivitas olahraga yang lebih memerlukan

kelincahan, kelentukan, kecepatan, daya ledak dan sebagainya, namun

faktor-faktor tersebut tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan

agar memperoleh hasil yang baik.

Menurut Ismaryati (2009, hlm.111), “kekuatan adalah tenaga

kontraksi otot yag dicapai dalam sekali usaha maksimal”. Dapat pula

dikatakan sebagai kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna

membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Latihan yang sesuai

untuk mengembangkan kekuatan ialah melalui bentuk latihan tahanan

(resistence exercise).

Kontraksi otot yang terjadi pada saat melakukan tahanan atau

latihan kekuatan terbagi dalam tiga kategori, yaitu: (a) kontrakasi

isometrik, (b) kontraksi isotonik, dan (c) kontraksi isokinetik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, yang dimaksud Power otot

lengan adalah kemampuan sekelompok otot yang terdapat dalam lengan


20

untuk mengatasi beban yang diukur dengan hand medicine ball putt

seberat 2,7 kg.

3) Koordinasi Mata Tangan

Koordinasi didefinisikan sebagai hubungan yang harmonis dari

hubungan saling pengaruh di antara kelompok-kelompok otot selama

melakukan kerja, yang ditunjukan dengan berbaga tingkat keterampilan.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2012, hlm. 77) koordinasi adalah

“kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat kesukaran dengan

cepat dan tepat secara efisien”. Hal senada juga diutarakan oleh

Mochamad Sajoto (2011, hlm. 59) yaitu “kemampuan seseorang dalam

mengintegrasikan gerakan yang berbeda kedalam suatu pola gerakan

tunggal secara efektif.

Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat

komplek. Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan,

daya tahan, fleksibilitas dan juga sangat penting untuk mempelajari dan

menyempurnakan teknik dan taktik. Dengan kata lain koordinasi adalah

kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa

ketegangan, dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang

komplek secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan dengan berbagai

tingkat kesulitan secara cepat dan tepat. Seorang pemain tenis meja

dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu


21

keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat

melakukan keterampilan yang masih baru baginya. Pemain tersebut

juga dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak yang

satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efisien

Koordinasi mata tangan sangat dibutuhkan oleh seseorang pemain

dalam melakukan sebuah pukulan. Dengan koordinasi yang baik

diharapkan pemain dapat melakukan pukulan dengan benar. Dalam

permainan tenis meja, untuk melakukan pukulan koordinasi mata-

tangan sangat penting dibutuhkan dimana tangan digunakan untuk

memukul bola dan mata yang akan melihat posisi bola/mengarahkan

bola dan mengukur seberapa besar kekuatan tangan yang akan

digunakan. Artinya “dalam melakukan gerakan memukul bola kelihatan

mudah, sederhana, halus, dan ritmik sehingga hanya memerlukan

tenaga sedikit namun hasilnya dapat optimal” (Sukadiyanto, 2002, hlm.

141).

Berdasarkan tentang uraian di atas, maka dari itu koordinasi mata-

tangan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

memadukan antara penglihatan mata terhadap sasaran dengan

keakuratan tangan dalam melakukan pukulan sehingga terjadi suatu

gerakan yang selaras sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang

tersebut, yaitu hasil servis yang baik.


22

6.1.4 Teknik Drive

Menurut Tomoliyus (2012, hlm. 2) menjelaskan “Drive adalah teknik

pukulan (stroke) dimulai sikap bet tertutup dan gerakan bet dari bawah

serong ke atas diakhiri di depan dahi, drive digunakan sebagai pukulan

serangan atau dapat juga dikontrol sesuai dengan keinginan”.

“Pukulan drive adalah pukulan dasar yang pertama dipelajari saat

latihan tenis meja” (Tomoliyus, 2012, hlm. 2). Kebanyakan orang

menganggap pukulan drive tidak menghasilkan putaran (spin). Namun pada

kenyataannya pukulan drive tetap menghasilkan puratan kedepan (topspin)

meskipun tidak begitu terlihat. Pukulan drive adalah salah satu pukulan

dasar yang dapat dikembangkan menjadi pukulan serangan. Hal ini sama

dengan yang dijelaskan oleh Alex Kertamanah (2003, hlm. 27) “drive

adalah pukulan yang paling kecil tenaga gesekannya. Pukulan drive, yang

sering disebut juga lift, merupakan dasar dari berbagai jenis pukulan

serangan. Oleh karena itu, pukulan drive disebut pula induk teknik dari

pukulan serangan.” Pukulan ini biasa dijadikan pemanasan oleh pemain

tenis meja sebelum bermain maupun bertanding.

Drive adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari

bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup. Besarnya sudut yang

diakibatkan oleh gerakan kemiringan bet bervariasi sesuai dengan arah

jatuhnya bola, kecepatan bola, putaran bola yang datang dari lawan

(Achmad Damiri dan Nurlan Kusnaedi, 2011, hlm. 59). “Teknik forehand

drive dilakukan dengan mengayunkan bat ke depan dan atas secara


23

bersamaan dengan memutar tubuh ke atasdan tidak menggunakan gerakan

pergelangan tangan dan siku ketika menyentuh bola” (Agus Salim, 2008,

hlm. 47).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

drive adalah teknik pukulan (stroke) dimulai sikap bet tertutup dan gerakan

bet dari bawah serong ke atas diakhiri di depan dahi, besarnya sudut yang

diakibatkan oleh gerakan kemiringan bet bervariasi sesuai dengan arah

jatuhnya bola, kecepatan bola, putaran bola yang datang dari lawan dan

merupakan dasar dari berbagai pukulan serangan. Sedangkan forehand drive

adalah pukulan drive yang dilakukan dalam posisi forehand.

Setiap teknik pukulan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

masing. Teknik pukulan drive memiliki kelebihan dan kekurangannya

sendiri. Seperti namanya drive yang berarti menyetir, mengemudi,

mengarahkan, pukulan drive memiliki kelebihan dalam mengontrol bola,

memnempatkannya keberbagai arah sasaran. Selain pukulan drive adalah

pukulan yang yang tidak membutuhkan tenaga yang besar dalam

penggunaannya seperti smash, spin, atau loop.

Kekurangan pukulan drive yang paling mendasar adalah pukulan ini

mudah dikembalikan bahkan diserang. Karena pukulan drive bukan

merupakan pukulan serangan yang melaju sangat kencang dan hanya

memiliki putaran atau gesekan yang kecil. Selain itu pukulan ini hanya

dapat digunakan untuk mengembalikan bola yang bersifat topspin atau bola

yang memiliki putaran kedepan. Jika dipaksa digunakan untuk


24

mengembalikan bola yang menggunakan bola yang bersifat backspin maka

hasilnya bola akan turun dan membentur net.

6.1.5 Ketepatan Pukulan Forehand Drive

Ketepatan berasal dari suku kata tepat yang berarti sesuai dengan yang

diinginkan. Ketepatan berhubungan dengan sasaran, sehingga ketepatan

dapat diartikan kemampuan mengarahkan gerakan atau suatu benda ke

sasaran yang diinginkan. Menurut Suharno (2011, hlm. 32) menyatakan

“ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke

suatu sasaran sesuai dengan tujuannya”. Sedangkan menurut Sajoto (2012.

Hlm. 59), “ketepatan adalah kemampuan dalam mengendalikan gerak-gerak

bebas terhadap suatu sasaran”.

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan gerak

atau benda ke arah sasaran yang diinginkan.

Drive adalah salah satu teknik pukulan yang pasti dikuasai setiap

pemain tenis meja. Pukulan drive biasanya diajarkan diawal latihan atlet

karena merupakan pukulan dasar. Pukulan forehand merupakan pukulan

utama dalam permainan tenis meja. Menurut Sridadi (2004, hlm. 5),

“kontrol bola forehand merupakan salah satu bentuk latihan pengenalan

terhadap bola dan net”. Pemain berusaha dengan pegangannya untuk

menyentuhkan bet ke bola yaitu dengan cara memantulkan bola ke bet

dalam hitungan waktu tertentu memantulkan bola dengan bet ini dapat

dipantulkan atau dilambungkan.


25

Hodges (2011, hlm. 33), “Pukulan forehand yaitu pada setiap pukulan

yang dilakukan dengan bet yang gerakan kearah kanan siku untuk pemain

yang menggunakan tangan kanan, dan ke kiri untuk pemain yang

menggunakan tangan kiri”. Pukulan forehand biasanya merupakan pukulan

yang paling kuat dan digunakan sebagai senjata untuk mematikan lawan

karena tubuh tidak menghalangi saat melakukan pukulan.

Menurut Sulistyo (2005, hlm. 66), “Pukulan forehand digunakan

untuk memukul bola yang berada di sebelah kanan jika pemain

menggunakan pagangan tangan kanan, sedangkan pemain yang

menggunakan tangan kiri sebaliknya”.

Pada pukulan forehand posisi telapak tangan yang memegang bet

menghadap ke depan pada waktu memukul bola. Sedangkan pukulan

backhand posisi telapak tangan yang memegang bet menghadap kebelakang

atau punggung tangan menghadap ke depan pada saat memukul bola.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pukulan

forehand adalah pukulan dimana posisi tangan yang memegang bet

menghadap ke depan pada waktu memukul bola. Pukulan forehand biasanya

digunakan untuk pukulan smash, penyerangan sisi forehand dan biasanya

menjadi pukulan utama penyerangan dalam permainan tenis meja.

Ketepatan yang dimaksud dalam penelitan ini adalah ketepatan

menempatkan bola ke arah sasaran yang sudah ditentukan. Lebih

spesifiknya mengenai ketepatan pukulan forehand drive ke arah forehand

lawan.
26

Ketepatan forehand drive dalam permainan tenis meja dipengaruhi

oleh beberapa hal yaitu koordinasi, kecepatan datangnya bola, feeling atlet,

penguasaan teknik dan posisi memukul. Hal ini sama seperti yang

diungkapkan Suharno (2011, hlm. 32) bahwa faktor-faktor penentu baik

tidaknya ketepatan ialah:

1) Koordinasi tinggi berarti ketepatan tingi, korelasinya sangat positif.

2) Besar dan kecilnya (luas sempitnya) sasaran.

3) Ketajaman indra dan pengaturan syaraf.

4) Jauh dan dekatnya bidang sasaran.

5) Penguasaan teknik yang benar akan mempunyai sumbangan baik

terhadap ketepatan mengarahkan gerakan.

6) Cepat lambatnya gerakan yang dilakukan.

7) Feeling dari anak latih serta ketelitian.

8) Kuat lemahnya suatu gerakan.

6.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan sangat dibutuhkan dalam mendukung kajian

teoritik yang dikemukakan sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan

untuk menjawab hipotesis. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini

adalah:

a. Fakhrur Rozy (2015) “Kontribusi Kecepatan Reaksi Dan Koordinasi Mata

tangan Terhadap Ketepatan Pukulan Forehand Drive Pada Permainan

Tenis Meja” yang bertujuan untuk mengetahui kontribusi kecepatan reaksi

dan koordinasi mata-tangan terhadap ketepatan pukulan forehand drive


27

pada permainan tenis meja. Menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan teknik korelasional, pengambilan data menggunakan tes dan

pengukuran. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi regresi.Terdapat

hubungan yang signifikan antara koordinasi mata-tangan terhadap

ketepatan pukulan forehand drive sebesar 52,85%.

b. Julian Putra (2015) “Hubungan power otot lengan dengan keterampilan

bermain tenis meja pada klub atlet indonesia muda tahun 2013”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan power otot lengan dengan

keterampilan bermain tenis meja pada klub atlet Indonesia muda tahun

2013 Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Tes power otot lengan, diukur

dengan tes two hand medicine ball push, (2) Tes keterampilan bermain

Tenis Meja diukur dengan 6 item test diantaranya (a) Memantulkan bola

selama 30 detik, (b) pukulan forehand, (c) pukulan backhand (d) servis (e)

defensive, (f) smash. Pengolahan data dilakukan menggunakan rumus

product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang positif dan signifikan antara power otot lengan dengan keterampilan

bermain tenis meja pada atlet klub indonesia muda (rxy = 0.80). Power

otot lengan memberi sumbangan sebesar 64% terhadap keterampilan

bermain tenis meja.

c. Hendra Gunawan (2013) yang berjudul “Hubungan antara Kecepatan

Reaksi dan Fleksibilitas Pergelangan Lengan Tangan dengan Hasil Service


28

Forehand Sidespin pada Permainan Tenis Meja”. Penelitian tersebut

dilatar belakangi unsur-unsur kodisi fisik dalam olahraga tenis meja antara

lain kecepatan reaksi dan fleksibilitas pergelangan tangan. Penelitian

tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan reaksi

dengan hasil service forehand sidespin pada permainan tenis meja,

hubungan antara fleksibilitas pergelangan tangan dengan hasil service

forehand sidespin pada permainan tenis meja, serta hubungan antara

kecepatan reaksi dan fleksibilitas pergelangan tangan secara bersamaan

dengan hasil service forehand sidespin pada permainan tenis meja. Teknik

pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive sampling dan

mengdapatkan 20 orang pada UKM tenis meja UPI Bandung. Instrumen

yang digunakan yaitu: 1) whole body reaction time untuk mengukur

kecepatan reaksi, 2) goniometer untuk mengukur fleksibilitas pergelangan

tangan, 3) dan untuk mengukur hasil service forehand sidespin adalah

dengan menggunakan tes kemampuan service. Hasil peletian tersebut

menunjukkan bahwa: 1) terdapat korelasi antara kecepatan reaksi dengan

hasil service forehand sidespin pada permainan tenis meja, 2) terdapat

korelasi antara fleksibilitas pergelangan tangan dengan hasil service

forehand sidespin pada permainan tenis meja, 3) terdapat korelasi antara

kecepatan reaksi dan fleksibilitas pergelangan tangan secara bersamaan

dengan hasil service forehand sidespin pada permainan tenis meja.


29

6.3 Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir merupakan inti dari teori yang telah dikembangkan

yang mendasari perumusan hipotesis. Yaitu teori yang telah dikembangkan

dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah.

(Sudaryono, 2018, hlm. 158). Kerangka berpikir merupakan model

konseptual tentang bagaiman teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diindentifikasi sebagai masalah yang penting. (Sekaran, 2018, hlm.

158).

Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukkan apabila

dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. “Apabila

penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka

yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk

masing-masing vaiabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel

yang diteliti” (Sukmadinata, 2018, hlm. 159).

“Permainan tenis meja merupakan permainan yang sangat dominan

dengan menggunakan unsur kecepatan dan ketepatan yang membutuhkan

koordinasi mata dan tangan yang baik serta power lengan untuk

memaksimalkan teknik yang akan dilakukan khususnya pada pukulan

forehand drive” (Hodges, 2011, hlm. 17). Forehand drive dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain koordinasi, besarnya sasaran, ketajaman indra dan

pengaturan syaraf, jauh dekatnya bidang sasaran, penguasaan teknik, cepat

lambatnya gerakan, feeling, dan kuatnya sebuah gerakan. Koordinasi mata-

tangan yang baik akan membuat gerakan menjadi selaras, efektif dan efisien
30

serta mempengaruhi ketepatan pukulan . Power lengan akan memberikan

kekuatan pada suatu gerakan pukulan. Secara bersamaan power lengan dan

koordinasi mata tangan mempengaruhi timing (ketepatan waktu memukul).

Timing yang tepat akan menentukan akurasi atau ketepatan sasaran pukulan.

Sajoto (2011, hlm. 42) menjelaskan bahwa dalam melakukan

ketepatan gerakan membutuhkan adanya pengendalian gerak anggota badan.

Ketepatan tersebut dapat diperoleh dengan adanya kombinasi antara gerakan

koordinasi mata dan tangan yang saling berintegrasi pada suatu gerakan dan

dapat dimaksimalkan dengan kekuatan otot lengan. Sehingga akan dihasilkan

gerakan pukulan forehand drive yang sesuai dengan teknik yang ada.

Menurut Sukadiyanto (2012, hlm. 60) bahwa salah satu manfaat dari

latihan kekuatan dalam hal ini adalah power lengan dapat membantu dalam

penguasaan teknik. Selain itu Alex (2015, hlm. 140) menegaskan bahwa besar

kecilnya gerakan yang dilakukan ditentukan oleh hasil pengamatan pemain

terhadap bola. Bola- bola yang ada di area meja harus ditangani dengan

menguatkan tenaga pergelangan tangan dan lengan bawah.

Secara keseluruhan diduga terdapat hubungan koordinasi mata-tangan

dan power lengan terhadap ketepatan pukulan forehand drive. Pembuktian

dalam dugaan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “kontribusi

power otot lengan dan koordinasi mata tangan terhadap hasil ketepatan

pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada Mahasiswa UKM

Tenis Meja Universitas Siliwangi”


31

7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono,

2012, hlm. 64). Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap suatu penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. (Arikunto, 2013, hlm. 110).

Berdasarkan asumsi-asumsi dan pendapat para ahli di atas, hipotesis

yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

a. Terdapat kontribusi yang signifikan dari power otot lengan terhadap hasil

ketepatan pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada

Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi.

b. Terdapat kontribusi yang signifikan dari koordinasi mata tangan terhadap

hasil ketepatan pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada

Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi.

c. Terdapat kontribusi yang signifikan antara power otot lengan dan

koordinasi mata tangan terhadap hasil ketepatan pukulan forehand drive

dalam permainan tenis meja pada Mahasiswa UKM Tenis Meja

Universitas Siliwangi.

8. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilihat dari kedalaman maupun luasnya penelitian,

maka terdapatlah berturut-turut bentuk-bentuk laporan makalah/paper hasil

pembahasan buku-buku, skripsi, tesis, dan disetrasi. (Arikunto, 2013, hlm.

60).
32

8.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 110), untuk melakukan penelitian,

diperlukan adanya metode penelitian, karena penggunaan metode penelitian

ikut menentukan kelancaran dalam kegiatan penelitian. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

menggunakan teknik korelasional. Menurut Arikunto (2010, hlm. 3)

“penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya

dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”. Kemudian mengenai teknik

korelasional atau hubungan Arikunto (2010: 4) menjelaskan penelitian

korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih,

tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang

sudah ada.

8.2 Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2010, hlm. 17) Variabel adalah hal-hal yang

menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian yang

menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Menurut

Sugiyono (2011, hlm. 60-64) Variabel adalah “Suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Selanjutnya Arikunto (2012, hlm. 101) menjelaskan bahwa: “Variabel

yang mempengaruhi disebut variabel penyebab variabel bebas atau


33

Indenpendent variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak

bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variable (Y)”.

Berdasarkan definisi variabel di atas, dalam penelitian ini terdapat dua

variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Adapun variabel-

variabel tersebut adalah:

a. Power otot lengan (X1)

Power otot lengan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

kekuatan otot lengan maksimum, yang diukur dengan hand medicine ball

putt seberat 2,7 kg.

b. Koordinasi mata tangan (X2)

Koordinasi mata tangan merupakan hubungan yang harmonis antara

mata dengan tangan yang menghasilkan suatu gerakan, yang ditunjukkan

dengan berbagai tingkat keterampilan. Diukur menggunakan tes lempar-

tangkap bola tenis dengan melakukan lemparan 20 kali, 10 kali tangan

kanan dan 10 kali tangan kiri.

c. Ketepatan forehand drive (Y)

Menurut Tomoliyus dalam penelitiannya, ketepatan adalah

kemampuan seseorang dalam mengarahkan suatu gerakan pada obyek

sesuai dengan sasaran yang dikendalikan oleh bagian tubuh tertentu.

Ketepatan pukulan forehand drive dapat diukur dengan instrumen

kemampuan ketepatan forehand, backhand drive dalam permainan tenis

meja.
34

8.3 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara power otot lengan (X1) dan koordinasi mata

tangan (X2) dengan ketepatan hasil pukulan forehand drive (Y). Metode yang

digunakan adalah survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan tes

dan pengukuran. Hal ini digunakan untuk menentukan ada tidaknya suatu

hubungan antara X1, X2 dengan Y, besarnya hubungan, dan berarti atau

tidaknya hubungan itu Suharsimi Arikunto (2012, hlm. 239). Adapun desain

penelitianya adalah sebagai berikut:

Gambar 1
Desain Penelitian

Keterangan :
X1 : Power Otot Lengan
X2 : Koordinasi mata-tangan
Y : Ketepatan pukulan forehand drive
Rx1y : Power otot lengan dengan ketepatan pukulan forehand drive
Rx2y : Koordinasi mata-tangan dengan ketepatan pukulan forehand
drive
Ry(x1.x2): Power otot lengan dan Koordinasi mata-tangan terhadap
ketepatan pukulan forehand drive

8.4 Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 80) “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kuantitas dan


35

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan”.

Arikunto (2012, hlm. 108) mengemukakan bahwa jika ditinjau dari

jumlahnya populasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: (1) populasi

jumlah terhingga, yaitu populasi yang terdiri atas elemen dengan jumlah

tertentu, artinya secara pasti jumlahnya dapat diketahui. (2) Populasi

jumlah tak terhingga, yaitu populasi yang terdiri dari elemen yang sukar

sekali dicari batasan jumlahnya. Populasi dalam penelitian ini adalah

anggota atau mahasiswa UKM tenis meja di Universitas Siliwangi yang

berjumlah 40 mahasiswa.

b. Sampel Penelitian

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”

(Arikunto, 2012, hlm. 109). Teknik sampel dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, teknik ini didasarkan atas tujuan tertentu. Teknik

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 85). Adapun syarat-syarat

yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel (Arikunto. 2012, hlm.

183) yaitu:

1) Pengambilan sampel berdasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau


karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
populasi.
3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam
studi pendahuluan. Dari syarat-syarat yang dikemukakan di atas,
yang dimaksud sampel dalam penelitian ini, yaitu peserta
ekstrakurikuler yang masih aktif.
36

Berdasarkan kriteria tersebut, teknik sampling dalam penelitian ini

adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20

orang atlet.

8.5 Teknik Pengumpulan Data

Tujuan persiapan pengumpulan data adalah untuk melakukan

pengumpulan data disesuaikan dengan masalah yang ada. Untuk memperoleh

data, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Studi Lapangan (field research), yaitu teknik pengumpulan data dengan

cara terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data dan informasi

tentang kontribusi power otot lengan dan koordinasi mata tangan

terhadap hasil ketepatan pukulan forehand drive dalam permainan tenis

meja pada Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi.

b. Studi Kepustakaan (library research), yaitu teknik pengumpulan data

melalui penelaahan berbagai literature, buku-buku atau meteri

perkuliahan yang berhubungan erat dengan permasalahan penelitian ini.

8.6 Instrumen Penelitian

Menurut Zainal Mustafa (2013, hlm. 160) instrumen adalah alat bantu

peneliti dalam kegiatan pengukuran obyek atau variabel dengan kata lain alat

pengukur variabel. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Power Otot Lengan

Power lengan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan


37

kekuatan otot lengan maksimum. Menurut Nurhasan (2005, hlm. 3)

Kekuatan adalah kemampuan sekelompok otot dalam menahan beban

secara maksimal. Untuk mengukur Power lengan dengan menggunakan tes

Two-Hand Medicine Ball Put. Menurut Putut Indramawan (2016, hlm. 48)

tes ini mempunyai validitas 0.77 dan relialibilitas 0,81 putri dan 0,84

putra.

1) Bentuk tes : Two-Hand Medicine Ball Put

2) Tujuan : Mengukur power lengan dan bahu

3) Sasaran : Laki-laki dan perempuan yang berusia 12 tahun sampai

mahasiswa

4) Alat dan fasilitas : Bola Medicine seberat 2,7 kg, kapur atau pita buat

garis pembatas, lapangan datar, meteran

5) Petunjuk pelaksanaan : Testi duduk di belakang garis batas,

memegang bola medicine dengan kedua tangan di depan dada,

Mendorog bola kedepan sejauh mungkin dengan kedua tangan, hitung

jarak tolakan dari garis batas sampai dengan jatuhnya bola yang

terdekat dari garis.

6) Penilaian : Testi melakukan tolakkan sebanyak dua kali secara

berurutan, jarak tolakkan yang terjauh yang dihitung, tolakkan

dinyatakan gagal bila bola tidak ditolak dengan kedua tangan secara

bersama.

b. Koordinasi Mata Tangan

Menurut Bompa dalam Albertus (2015, hlm. 158) Koordinasi adalah


38

suatu kemampuan motorik yang sangat kompleks. Koordinasi sangat erat

kaitannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas serta

sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik.

Pelaksanaan tes koordinasi mata tangan antara lain:

1) Bentuk tes : Tes lempar tangkap bola tenis.

2) Tujuan : Untuk mengukur koordinasi mata tangan.

3) Sasaran : Laki-laki dan perempuan yang berusia 10 tahun keatas.

4) Alat dan fasilitas : Bola tenis, kapur atau pita untuk membuat batas,

sasaran dari lingkaran terbuat dari kertas dengan garis tengah 30 cm,

meteran dengan ketelitian 1 cm.

5) Petunjuk Pelaksanaan : Sasaran ditempatkan di tembok setinggi bahu

peserta tes. Peserta berdiri dibelakang garis batas lemparan sejauh 2,5

meter. Peserta tes diberi dua kali kesempatan untuk melempar bola ke

arah sasaran dengan menggunakan lemparan ke bawah, melempar

bola mengunakan tangan kanan dan ditangkap tangan kiri sebanyak 10

kali, dan kesempatan kedua melempar bola menggunakan tangan kiri

lalau ditangkap tangan kanan sebanyak 10 kali. Setiap peserta di

perbolehkan untuk mencoba dulu.

6) Penilaian : Jumlahkan nilai hasil 10 lemparan pertama dan 10

lemparan kedua. Skor yang dihitung adalah lemparan yang sah, yaitu

lemparan yang mengenai sasaran dan dapat ditangkap kembali, serta

pada pelaksanaan lempar dan tangkap bola peserta tidak menginjak

garis batas. Lemparan akan memperoleh skor 1 apabila lemparan


39

tersebut mengenai sasaran dan dapat ditangkap kembali dengan benar.

Jumlah skor yang mungkin dicapai adalah 20. Menurut Fakhrur Rozy

(2015, hlm. 31). Tes ini dipilih karena cukup mudah dilaksanakan dan

memiliki validitas 0,922 dan reliabilitas 0,835.

Gambar 2
Tes Koordinasi Mata Tangan (Rony Dwi Saputro, 2017, hlm. 29)

c. Ketepatan Hasil Pukulan Forehand Drive

Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketepatan pukulan

forehand drive adalah instrumen kemampuan ketepatan forehand,

backhand drive pada permainan tenis meja oleh Tomoliyus (2012).

Instrumen ini memiliki reliabilitas tinggi. Tes kemampuan ketepatan

forehand drive memiliki validitas tinggi (CVR=0,99) reliabilitasnya 0.96

bagi atlet yunior, dan reliabilitas 0.95 bagi atlet pemula.

1) Bentuk tes : Ketepatan Forehand Drive

2) Tujuan : Mengukur ketepatan forehand drive

3) Alat dan fasilitas : Bola tenis meja, bet, meja, stop wacth dan skor shet

4) Tanda meja : Tanda untuk dua sasaran sebelah kiri testi yaitu pertama

luas 30 cm x 30 cm, kedua luasnya 60cm x 60cm meja yang diberi

tanda sasaran
40

5) Petunjuk pelaksanaan : Subyek disminta melakukan pemanasan dan

latihan (practice). Bola pertama dimulai dari testi. Subyek melakukan

rally forehand drive diagonal selama 30 detik. Setelah istirahat 10

detik. Subyek melakukan lagi rally 30 detik.

6) Penilaian : Satu orang pencatat, satu orang pemegang stopwacth, dan

satu orang mengamati bola yang masuk ke sasaran, bola yang masuk

sasaran di daerah 30 cm persegi beri nilai 5, bola yang masuk sasaran

daerah 60 cm persegi beri nilai 3 dan bola yang masuk sasaran sisanya

beri nilai 1, bola pertama dari testi tidak dihitung, pencatat

menjumlahkan skor setiap rally selama 30 detik, jumlah skor yang

tertinggi dari rally selama 30 detik yang dipakai.

Desain penelitian menurut Tomoliyus tentang Forehand drive

sebagai berikut:

Gambar 3
Tes Ketepatan Forehand Drive
(Rony Dwi Saputro, 2017, hlm. 32)
41

8.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dilanjutkan dengan

menganalisis data kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan

statistik parametrik. Adapun teknik analisis data meliputi:

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi

datanya menyimpang atau tidak dari distribusi normal. Data yang baik

dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah

data yang memiliki distribusi normal. Konsep dasar dari uji normalitas

Kolmogorov Smirnov adalah membandingkan distribusi data (yang akan

diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Kelebihan dari uji

ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di

antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi

pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Uji normalitas ini

dianalisis dengan bantuan program SPSS.

Keterangan
X2 : chi-kuadrat
Oi : frekuensi pengamatan
Ei : frekuensi yang diharapkan
k : banyaknya interval
Sumber: (Sutrisno Hadi, 2011, hlm. 4)
42

2) Uji Linearitas

Uji lineritas regresi bertujuan untuk menguji kekeliruan

eksperimen atau alat eksperimen dan menguji model linier yang telah

diambil. Hal ini dimaksudkan untuk menguji apakah korelasi antara

variabel predictor dengan criterium berbentuk linier atau tidak. Apabila

nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,050, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pengaruh masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen bersifat linier. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan bantuan program SPSS 24.

Kererangan
Freg : Nilai garis regresi
N : Cacah kasus (jumlah respnden)
m : Cacah predictor (jumlah predictor/variabel)
R : Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor
RKreg : Rerata kuadrat garis regresi
RKres : Rerata kuadrat garis residu.
Sumber: (Sutrisno Hadi, 2011, hlm 4)

3) Uji Hipotesis

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara

masing- masing variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan

rumus person product moment.

Keterangan:
X : Variabel Prediktor
Y : Variabel Kriterium
N : Jumlah pasangan skor
43

Σxy : Jumlah skor kali x dan y


Σx : Jumlah skor x
Σy : Jumlah skor y
Σx2
: Jumlah kuadrat skor x
Σy2 : Jumlah kuadrat skor y
(Σx) : Kuadrat jumlah skor x
2

(Σy)2 : Kuadrat jumlah skor y


(Sutrisno Hadi, 2011, hlm. 5)

Untuk menguji apakah harga R tersebut signifikan atau tidak

dilakukan analisis varian garis regresi (Sutrisno Hadi, 2011, hlm. 26)

dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
F : harga F
N : cacah kasus
M : cacah prediktor
R : koefisien korelasi antara kriterium dengan predictor
Sumber: (Sutrisno Hadi, 2011, hlm. 5)

Harga F tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel

dengan derajat kebebasan N-m-1 pada taraf signifikansi 5%. Apabila

harga F hitung lebih besar atau sama dengan harga F tabel, maka ada

hubungan yang signifikan antara variabel terikat dengan masing-masing

variabel bebasnya. Setelah diketahui nilai koefisien korelasinya,

kemudian dicari determinasinya (R = r2 x 100%) (Sutrisno Hadi, 2011,

hlm. 5).

8.8 Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah langkah-langkah yang lebih kecil,

terinci, dan sifatnya merupakan kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis.


44

(Arikunto, 2013, hlm. 61). Bedasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan

langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu :

a. Memilih permasalahan

b. Pemilihan dosen pembimbing

c. Bombing proposal

d. Penyusunan proposal

e. Revision proposal

f. Dafftar ujian proposal

g. Ujian proposal

h. Memilih dosen pembimbing satu dan dua

i. Melanjutkan skripsi

j. Bimbingan skripsi

k. Siding skripsi

8.9 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Setiap rancangan penelitian perlu dilengkapi dengan jadwal kegiatan

yang akan dilaksanakan. Maka peneliti menentukan penelitiannya

dilakukan pada bulan September 2021.

b. Tempat Penelitian

Perlu dikemukakan tempat di mana situasi sosial tersebut akan diteliti.

(Sugiyono, 2012, hlm. 292). Peneliti akan dilaksanakan pada Mahasiswa

UKM Tenis Meja Universitas Siliwangi


45

DAFTAR PUSTAKA

Adi, S. & Mu’arifin. (1994). Sosiologo Olahraga. Upt Perpus Um, Malang.

Bompa, T.O. (2007). Theory and Methodology of Training (Teori dan Metodologi
Latihan, Alih bahasa: Sarwono). Surabaya: Universitas Airlangga.

Damiri, A. & Kusmaedi, N. (2012). Olahraga Pilihan Tenis Meja. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Fakhrur Rozy. (2015). Kontribusi Kecepatan Reaksi Dan Koordinasi Mata tangan
Terhadap Ketepatan Pukulan Forehand Drive Pada Permainan Tenis Meja.
Skripsi : FIK UNY

Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga KONI
Pusat.

Hastuti, T.A. (2008). Kontribusi Ekstrakurikuler Bola Basket Terhadap Pembiitan


Atlet dan Peningkatan Kebugaran Jasmani. Journal Pendidikan Jasmani
Indonesia. (Volume 5, Nomer 1, April 2008)

Hodges, L. (2011). Table tennis: steps to success (Tenis Meja: tingkat pemula).
Penerjemah Eri D. Nasution. Jakarta: Universitas Siiwangi.

Kertamanah, A. (2003). Teknik dan Taktik Dasar Permainan Tenis Meja. Jakarta:
Universitas Silliwangi

Muhtar, T. & Sulistyo, W. (2005). Tenis Meja (Modul Mata Kuliah Pilihan 1).
Jakarta: Universitas Siliwangi

Nopembri, S. (2004). Pembelajaran Terpadu Mata Pelajaran Pendidikan


Jasmani di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. (Volume
1, No.1, 2004)

Permendik bud (2013) Peraturan Menteri Nomor 81A Tahun 2013 tentang
ImplmentasiKurikulum.Diaksesdari:http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/bsnp/Per
mendikbud81A- 2013ImplementasiK13Lengkap.pdf. Pada tanggal 20
Agustus 2021, pukul 08.30

. (2014). Peraturan Menteri Nomor 2014 tentang Kegiatan


Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Diakses
dari: https://www.slideshare.net/gilangasridevianty/lampiran- permen-
nomor-62-th-2014. Pada tanggal 21 Agustus 2021, pukul 13.30

45
46

Permendiknas (2008). Peraturan Menteri Nomor 39 Tahun 2008 tentang


Pembinaan Kesiswaan.Diakses dari: http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/
wp-content/uploads/2016/12/permendiknas_39_2008_ttg_kesiswaan.pdf.
Pada tanggal 15 Agustus 2021, Pukul 08.50

Narlan, A. (2014). Hand Out Statistika. Tasikmalaya: Unsil.

Rony Dwi Saputro. (2017). Hubungan Koordinasi Mata Tangan Dan Power Lengan
Terhadap Ketepatan Pukulan Forehand Drive Peserta Ekstrakurikuler Tenis
Meja SM N 1 Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Skripsi Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta.

Salim, A. (2008). Buku Pintar Tenis Meja. Bandung: Nuansa.

Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian, dan Sampling Purposive Bandung:


CV Alfabeta.

. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Sudarto, A. (2012). Perbedaan Pengaruh Latihan Bola Banyak Dan Bepasangan


Terhadap Kemampuan Forehand Stroke Siswa Yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Tenis Meja Di Sekolah Dasar Tamansari II UPT Wilayah
Yogyakarta Barat. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta.

Tomoliyus. (2012). Sukses melatih keterampilan Dasar Permainan Tenis meja


dan Penilaian. Disajikan dalam Rangka Pembinaan Klub Olahraga Sekolah
Dasar Se- Indonesia Tahap II Di Yogyakarta.

Utama, A.M.B. (2005). Kemampuan Bermain Tenis Meja, Studi Korelasi Antar
Kelincahan dan Kemampuan Pukulan dengan Kemampuan Bermain Tenis
Meja. Laporan Penelitian. Yogyakarta: FIK UNY.

Anda mungkin juga menyukai