Anda di halaman 1dari 126

TESIS

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DAN


PELATIHAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI
KANTOR DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH

SRI RAHAYU
NIM : PP1 18012

JURUSAN MANAJEMAN
SUMBER DAYA MANUSIA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG (YPUP)
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DAN PELATIHAN


TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR DINAS
PERHUBUNGAN PROVINSI SULSEL

Disusun dan Diajukan Oleh

SRI RAHAYU

PP 118012

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

DR. ANDI SYARIFUDDIN, SE., M.Si DR. H. SUTARJO TUI, SE., M.Si

Mengetahui

Direktur PPs STIE-YPUP

DR. ANDI SYARIFUDDIN, SE., M.Si


TESIS

Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Dan Pelatihan

Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas Perhubungan

Provinsi Sulawesi Selatan

Studi kasus pada Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

SRI RAHAYU
NIM : PP.118012
Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada Tanggal APRIL 2020
Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat

Susunan Dewan Penguji

Jabatan Nama Lengkap Tanda Tangan

Makassar, APRIL 2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, atas segala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul

“Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Dan Pelatihan Terhadap

Kinerja Pegawai Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi

Selatan” ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M.) dalam bidang keahlian

Sumber Daya Manusia pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yayasan

Pendidikan Ujung Pandang Tahun Akademik 2018/2019.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa hormat dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya,

kepada :

1. Bapak Ketua Yayasan semua Civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang atas dukungan dan

bantuannya.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Musseng selaku ketua STIE YPUP Makassar

3. Bapak Dr. H. Sutarjo Tui, SE, M.Si selaku Ketua Prodi STIE YPUP

Makassar

4. Bapak Dr. A. Syarifuddin, SE., M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak

Dr. H. Sutarjo Tui, SE, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan motivasi, saran, bimbingan bagi penulis dalam

penyusunan tesis ini.

5. Teruntuk suami tercinta saya Muhammad Ichsan, SE., terima kasih

sayang atas segala motivasi, perhatian dan doa nya serta kesabaran

dalam mengerjakan tugas-tugas selama ini, you are the best.

6. Reakan rekan mahasiswa Manajemen SDM

7. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang

ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan

pengembangan lanjut agar benar benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta

sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah

di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi

kita semua terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ramah

lingkungan.

Makassar, .............................2019

SRI RAHAYU
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................... ii

HALAMAN HASIL PENELITIAN ............................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................ v

DAFTAR TABEL ..................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................ 4

D. Manfaat Penelitian .......................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumber Daya Manusia .................................... 6

B. Pelatihan .……………………………………….. 21

C. Variabel yang diteliti ........................................ 41

D. Kinerja ............................................................. 53

E. Penilaian Kinerja .............................................. 54


F. Penelitian Terdahulu ....................................... 56

G. Kerangka Konseptual ...................................... 61

H. Hipotesis ......................................................... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 67

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................... 67

B. Populasi dan Sampel (Obyek Penelitian) ....... 67

C. Jenis Dan Sumber Data .................................. 70

D. Metode Pengumpulan Data …………………… 71

E. Teknik Analisa Data ......................................... 73

F. Definisi Operasional ......................................... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. HASIL PENELITIAN ……………………………… 80

A. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Prov.

Sulsel ……………......................................... 80

B. Visi dan Misi ................................................. 83

C. Struktur Organisasi ..…………………………. 84

D. Diskripsi Jabatan ..……………………………. 85

E. Diskripsi Data Penelitian …………………… 85

F. Hasil Penelitian ……………………………… 88

II. PEMBAHASAN ………………………………….. 103

A. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia

terhadap Kinerja …………………………….. 104

B. Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja ........... 105


C. Pengaruh Kedisiplinan terhadap Kinerja ….. 105

D. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia,

Pelatihan terhadap Kinerja Pegawa ……….. 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………… 109

A. Kesimpulan ...................................................... 109

B. Saran ............................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 111


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1 Populasi Penelitian ..................................................... 68

3.2 Distribusi Penyebaran Kuensioner .............................. 72

3.3 Batasan Kategorisasi .................................................. 74

3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi ..................................... 78

4.1 Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .... 86

4.2 Demografi Responden Berdasarkan Umur …………. 87

4.3 Demografi Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ………………………………………………. 88

4.4 Descriptive Statistics ………........................................ 90

4.5 Descriptive Statistics ………….................................... 91

4.6 Correlations …………………………………………....... 92

4.7 Variabels Entered / Removed ………..................... 93

4.8 Model Summary ....................................................... 93

4.8 Anova ……………………………............................. 95

4.9 Coefficientsa ……………………………………………. 96

4.10 Coefficients Correlations ……..................................... 98

4.11 Collinearity Diagnostics .............................................. 98

4.12 Residuals Statistics …………………………………….. 98

4.13 Diagram Charts Histogram ……………………………. 99

4.14 Diagram PP Plot Regression ....................................... 100


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Langkah – langkah dalam Persiapan Pelatihan 24

2.2 Kerangka Konseptual 65


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Angket Penelitian ................................................. 135

2 Skor Jawaban Konsiuner …................................. 136

2.a Data Hasil Penelitian Untuk Variabel Kualitas

SDM ..... 137

2.b Data Hasil Penelitian Untuk Variabel Pelatihan


138
……….
2.c Data Hasil Penelitian Untuk Variabel Kedisiplinan

….... 139

2.d Data Hasil Penelitian Untuk Variabel Kinerja ….... 140

2.e Jawaban Konsiuner ….……………………………. 141

2.f Data Set ………………........................................ 142

2.g Data Eksport SPSS ……….................................... 143


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

memberi pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan di

berbagai aspek dalam pembangunan. Hal yang demikian mendorong

berbagai sektor untuk memiliki keunggulan strategis yang kompetitif

dengan mengembangkan segala sumber daya yang dimiliki, baik

sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Tantangan globalisasi membutuhkan adanya sumber daya, baik

sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang unggul siap

bersaing diajang global sebagai motorik pelaksana setiap program

pembangunan di segala bidang. Untuk pengembangan dan peningkatan

kualitas sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang lebih

khusus agar dioptimalkan keberadaannya, sebab sumber daya manusia

yang handal akan menjadi prasyarat bagi tercapainya pembangunan

nasional secara menyeluruh.

Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai unsur utama sumber daya

manusia dalam aparatur Negara yang mempunyai peranan dalam

menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan. Sosok ASN yang mempunyai kompetensi dapat

diindikasikan dari sikap dan prilakunya yang penuh kesetiaan dan


ketaatan dalam melaksanakan tugasnya serta bermoral, bermental baik,

professional, sadar akan tanggung jawab sebagai pelayanan publik.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor yang

menunjang keberhasilan dalam suatu instansi, juga memudahkan

pimpinan untuk mengorganisir dan memberikan motivasi agar mau

bekerja secara efisien dan efektif. Keberhasilan suatu organisasi atau

instansi sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya

dalam mewujudkan suatu visi dan melaksankan misi yang telah

disepakati bersama. Sumber daya manusia yang ada pada suatu kantor

dapat merupakan kekuatan (strength) maupun kelemahan (weakness)

bagi kantor tersebut. Sumber daya manusia merupakan strength yaitu

apabila dapat diberdayakan secara optimal untuk pencapaian tujuan

kantor. Hal sebaliknya yaitu merupakan weakness bila sumber daya

manusia justru memberdayai kantor untuk kepentingan

kelompok/individu.

Fenomena nyata yang terjadi di kantor Dinas Perhubungan

Provinsi Sulawesi Selatan dimana penulis mengadakan penelitian,

Nampak ada pegawai yang begitu bersemangat dalam bekerja namun

ada pula yang terlihat lebih suka jalan-jalan masuk dan keluar dari suatu

ruangan ke ruangan lain serta berkumpul untuk bercerita hal-hal yang

kurang bermanfaat maupun meninggalkan tempat kerja tanpa suatu

kepentingan yang jelas pada saat jam kerja. Sebagaimana disebutkan

bahwa sumber daya manusia dapat menjadi kekuatan namun dapat


pula menjadi kelemahan. Pegawai dengan sikap positif seperti

bergairah dalam bekerja, menghargai waktu senantiasa mengikuti

peraturan kantor dapat menjadi kekuatan bagi kantor, sebaliknya bagi

pegawai dengan sikap negatif atau kurang bersemangat kerja seperti

sengaja melambatkan pekerjaan, ceroboh dalam menggunakan

peralatan kantor, kurang menghargai orang lain kesemuanya itu dapat

menjadi kelemahan bagi kantor. Sikap negatif ini tentu bukan

merupakan hal yang menguntungkan bagi kantor terlebih dalam

menghadapi persaingan global saat ini yang begitu ketat.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa setiap kantor

memiliki peraturan. Dalam peraturan ini tersebut menbuat hal-hal apa

saja yang boleh maupun tidak boleh dilakukan. Jadi disiplin merupakan

standar yang dapat diterima. Pelanggaran terhadap peraturan kantor

merupakan tindakan yang tidak disiplin, dampak lebih lanjut akibat tidak

disiplin adalah tertunda atau terbengkalainya pekerjaan yang tentunya

akan berpengaruh terhadap penurunan kinerja organisasi.

Dalam sebuah organisasi, kualitas sumber daya manusia

merupakan hal yang sangat penting diperhatikan, sebab sumber daya

manusia yang akan dijadikan parameter dalam melihat kinerjanya. Dan

hal ini pula yang menjadi latar belakang peneliti untuk memilih judul :

“Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Dan Pelatihan

Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas Perhubungan Provinsi

Sulawesi Selatan”
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka masalah pokok yang

dikemukakan pada penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor kualitas Sumber Daya Manusia dan Pelatihan

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai Kantor Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan Unit Pelaksana Teknis

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar.

2. Faktor manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap

kualitas Sumber Daya Manusia dan Pelatihan dalam peningkatan

kinerja pegawai Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi

Selatan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan Regional

Wilayah I Takalar.

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor kualitas

Sumber Daya Manusia dan Pelatihan terhadap peningkatan kinerja

pegawai Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan Unit

Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I

Takalar.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang dominan

berpengaruh terhadap Sumber Daya Manusia Kantor Dinas


Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan Unit Pelaksana Teknis

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar.

D. Manfaat Peneltian

Manfaat penelitian diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan kepada berbagai pihak pada Kantor Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan Unit Pelaksana Teknis

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar yang berkaitan

dengan upaya-upaya peningkatan kinerja pegawai.

2. Menjadi bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam bidang kajian

manajemen sumber daya manusia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumber Daya Manusia

1. Pengertian Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling

penting bagi organisasi. Hal ini dikarenakan dua faktor, faktor

pertama sumber daya manusia mempengaruhi efisiensi dan

efektivitas organisasi. Karyawan sumber daya manusia merancang

dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kwalitasnya

memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial dan

menentukan seluruh tujuan dan strategi organisasi. Tanpa adanya

sumber daya manusia yang efektif tampaknya mustahil bagi

organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan. Faktor Kedua, sumber

daya manusia juga merupakan pengeluaran pokok perusahaan

dalam menjalankan bisnis.

Sumber Daya Manusia itu merupakan suatu unit, disamping

kontribusi mereka yang vital atau penting terhadap efisiensi dan

produktivitas organisasi, mereka juga membutuhkan kewajararan

(fair ness) dan keadilan (equity). Hak-hak sipil seperti hak

mendapatkan upah minimum dan pensiun, mewujudkan adanya

pemerintah untuk memastikan adanya perlakuan yang wajar

terhadap pegawai. Pelatihan jabatan (job training), ketentuan


keselamatan kerja, penyelesaian perselisihan dan praktik job

posting semuanya menggambarkan ikhtisar perusahaan untuk

memastikan adanya perlakuan yang wajar terhadap pegawai.

Sumber daya manusia penting tidak hanya karena mereka

memegang peranan penting dalam membentuk dan mencapai

setiap tujuan organisasi, tetapi juga karena manusia-manusia ini

memang sudah sepantasnya mendapatkan kewajaran dan

keadilan. Rasa ketidakadilan di antara para pegawai akan

mempengaruhi sikap dan perilaku mereka ketidakhadiran

(absenteeism), motivasi kerja yang rendah, tidak adanya perhatian

terhadap kualitas produk dan jasa, kurangnya komitmen, dan

bahkan sabotase dapat menjadi akibatnya. Sikap dan perilaku ini

mempengaruhi biaya, produktivitas, laba, nilai pasar saham

perusahaan. Perlakuan uang yang adil dalam hubungan

kepegawaian secara tidak langsung dapat mempengaruhi

efisiensi.

Menurut Mangkunegara, Anwar Prabu (2017), “Manajemen

sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian

balas jasa, pengintegrasian, dan pemisahan tenaga kerja dalam

rangka mencapai tujuan organisasi”.


Manajemen sumber daya manusia sangat ditentukan oleh

sifat sumber-sumber daya manusia itu sendiri yang selalu

berkembang baik jumlahnya maupun mutunya, sedangkan

sumber-sumber daya alam jumlah absolutnya tidak berkembang.

Manajemen sumber daya manusia harus dapat mencari

keseimbangan antara jumlah dan mutu sumber daya manusia itu

dengan kebutuhan-kebutuhan suatu organisasi.

Menurut Martoyo (2000:6) bahwa ”manajemen sumber daya

manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan, pengembangan,

penilaian pemberian balas jasa, dan pengelolaan terhadap individu

anggota organisasi atau kelompok pekerja. Hasibuan (2004:10)

mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah

ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar

efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan organisasi,

karyawan/pegawai dan masyarakat.

Nitiseminoto (2002:12) mangemukakan ”menajemen

personalia adalah suatu ilmu seni untuk melakukan antara lain

perencanaan, organisasi, pengawasan, sehingga efektivitas dan

efesiensi personalia dapat ditingkatkan semaksimal mungkin untuk

suatu tujuan. Mangkunegara (2005:2) berpendapat bahwa

manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian


balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga

kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Moekijat (2001:4) mendefinisikan bahwa manajemen sumber

daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan,

pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk

mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Gomes

(2000:3) mendefinisikan bahwa manajemen sumber daya manusia

adalah suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya manusia

sebagai sumber daya yang cukup potensial, dan perlu

dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi maksimal

bagi pengembangan organisasi.

Selanjutnya menurut A.F Stoner yang dikutip oleh Sondang P.

Siagian (2013), “Manajemen sumber daya manusia yaitu suatu

prosedur berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu

organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk

ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat

organisasi memerlukannya”.

Adapun menurut Hasibuan Malayu S.P. (2011), “MSDM

adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga

kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan, dan masyarakat”.

Selanjutnya pengertian sumber daya manusia menurut

Hariandja (2013) adalah perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan,

pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai

tujuan organisasi dan masyarakat.

Menurut Rivai (2018) mengemukakan bahwa sumber daya

manusia adalah seseorang yang siap, mau mampu memberi

sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan oganisasi

Dari uraian diatas, dipahami bahwa sumber daya manusia

memegang peranan penting dalam berbagai peranan dan aktivitas

pelayanan untuk memperoleh keuntungan sesuai tingkat

pencapaian tujuan organisasi.

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupkan faktor terpenting yang

dimilik oleh setiap organisasi, salah satu implikasinya adalah

organisasi akan memberi perhatian utama pada investasi di bidang

pengembangan sumber daya manusia. Alasannya yang mendasar

adalah setiap organisasi akan dihadapkan pada tuntutan tugas-

tugas sekarang maupun untuk menjawab tantangan masa depan

yang cenderung berubah dan semakin kompetitif.

Terjadinya persepsi yang berbeda dikalangan pejabat

pengelolah sumber daya manusia tentang arti pengembagan dan

pelatihan. Menurut Siagian (2017) bahwa ada beberapa manfaat


yang dapat diperoleh organisasi melalui program pelatihan dan

pengembangan sumber daya manusia yaitu :

a. Terjadinya peningkatan produktivitas kerja organisasi secara

keseluruhan.

b. Terjadinya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan

dalam organisasi.

c. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat

dan tepat kerena melibatkan para pegawai yang bertanggung

jawab melaksanakan kegiatan operasional.

d. Meningkatkan semangat kerja pegawai dan komitmen yang

tinggi terhadap organisasi.

e. Mendorong sikap keterbukaan manajemen yang partisipatif.

f. Memperlancar komunikasi yang efektif yang akhirnya

memperlancar perumusan kebijaksanaan dan operasional

organisasi.

g. Penyelesaian konflik secara fungsional dikalangan anggota

organisasi melalui hubungan kerja yang baik.

Untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia

yang merupakan faktor penting dalam mendukung pembangunan

suatu bangsa yang secara umum dapat dibedakan atas sumber

daya alam (natural resources) serta sumber daya manusia (human

resource) kedua sumber daya tersebut menentukan dalam

mencapai keberhasilan pembangunan suatu bangsa.


Sementara Notoatmojo (2009) memberikan defenisi

pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu

proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam

rangka mencapai tujuan pembangunan bangsa. Proses

peningkatan ini mencakup perencanaan, pengembangan dan

pengelolaan sumber daya manusia. Sedangkan pengembangan

sumber daya manusia secara mikro adalah suatu proses

perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau

karyawan untuk mencapai suatu hasil yang optimal.

Harbinson dan Myers dalam Rachbini (2001:123), yaitu

merupakan proses meningkatkan pengetahuan manusia, keahlian,

keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat.

Menurut Atmosoeprapto (2000:45) pengembangan sumber

daya manusia pada hakekatnya adalah meningkatkan

keterampilan/ kemampuan dan mengembangkan motivasi,

pendidikan mencakup kedua-duanya dengan kadar peningkatan

keterampilan lebih rendah dari yang dicapai dalam pelatihan dan

kadar motivasi lebih rendah dari yang dijangkau dalam

pengembangan.

Selanjutnya Ruky (2001:163-164) memberikna definisi yang

berbeda antara pelatihan dan pengembangan. Pelatihan

didefinisikan sebagai usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki


kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang dan dalam

pekerjaan lain yang terkait dengan jabatan, baik secara individu

maupun sebagai bagian dari tim kerja. sedangkan program

pengembangan merujuk pada penyediaan kesempatan belajar

kepada karyawan untuk membantu mereka tumbuh dan

berkembang.

Kegiatan pelatihan, pendidikan dan pengembangan pegawai

adalah merupakan kegiatan pokok untuk pengembangan sumber

daya manusia di dalam suatu institusi atau departemen.

Sedangkan pengembangan non pegawai/karyawan pada

hakekatnya adalah pelaksanaan dari fungsi social dari institusi

tersebut.

Proses pengembangan manajemen sumber daya manusia

sebagai dasarnya dimulai dari perencanaan strategi tenaga kerja,

strategi ini diarahkan kepada tenaga kerja kepengertian yang lebih

khusus pada masa yang akan datang. Tujuannya membantu dan

memastikan bahwa organisasi tersebut mempunyai tenaga kerja

yang terampil, ahli dan berpengetahuan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan organisasi (Suradinata, 1999:31).

Pada prinsipnya upaya dilakukan dalam pengembangan

sumber daya manusia dapat dikategorikan menjadi dua aspek

penting yaitu aspek kualitas fisik dan kualitas non fisik. Kualitas fisik
adalah berkaitan dengan tingkat kesehatan, sedangkan kualitas

non fisik berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa pengertian pengembangan sumber daya manusia

merupakan suatu proses peningkatan keterampilan atau

kemampuan kerja pegawai/karyawan pada saat sekarang dan

mengantisipasi perubahan bisnis pada saat yang akan datang,

sehingga dapat membentuk manusia yang berkualitas dan pada

akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

3. Manajemen Sumber Daya Manusia

Mathis (2002) manajemen sumber daya manusia sangat

berpengaruh terhadap efektivitas organisasi dan kemempuan

bersaing organisasi. Untuk menunjukkan hubungan antara

individu, pekerjaan dan manajemen sumber daya manusia yang

efektif dapat memengaruhi suatu organisasi.

Selanjutnya menurut Ramli (2000) mengemukakan bahwa

yang dimaksud dengan manajemen sumber daya manusia adalah

proses pengendalian daya yang bersumber dari manusia

berdasarkan fungsi manajemen. Di mana ciri khas penekanan

manajemen sumber daya manusia dalam perkembangan adalah

perhatian besar pada maksimalisasi kompetensi dan produksi


pekerja yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan

produktivitas.

Handoko (edisi 2) menyatakan bahwa manajemen personalia

(manajemen sumber daya manusia) adalah penarikan seleksi,

pengembangan, pemeliharaan dan pengawasan sumber daya

manusia untuk mencapai tujuan individu atau organisasi.

Simamora (2006) mengemukakan bahwa manajemen

sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan,

penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota

organisasi atau kelompok karyawan.

Hal yang sama dikemukakan pula oleh Gomes (1999:5) yang

memberikan definisi bahwa manajemen sumber daya manusia

merupakan suatu proses pelayanan, pengelolaan, pemrosesan

dan penyelesaian berbagai unsur-unsur kegiatan kerja sehingga

terjalin kerjasama dan keterpaduan sinkronisasi kerja optimal

dalam semua aspek sumber daya manusia.untuk itu perlu adanya

kajian-kajian tentang manajemen sumber daya manusia yang

mengarah pada pemberdayaan dan pendayagunaan sumber daya

manusia yang dikelolah secara professional untuk menghasilkan

masukan input dengan saling memberikan kepuasan semua pihak.

Sementara Nawawi (1999:46) mengemukakan bahwa

manajemen sumber daya manusia merupakan perpaduan daya


pikir dan kemampuan dalam mengelolah serta menyelesaikan hal-

hal yang dapat memberikan nilai konsistensi kualitas kerja yang

saling memuaskan. Hal ini sangat dinamis dan produktif apabila

peluang pelayanan tersebut terorganisir dalam suatu kegiatan

kerja yang terpadu, terakselerasi menjadi suatu rolling dynamic

(perputaran dinamika) yang saling melayani. Sehingga konsistensi

dan keterpaduan kerja akan sinkron untuk dapat maningkatkan

etos dan kinerja yang memuaskan bagi pegawai sebagai sumber

daya manusia.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen sumber

daya manusia yang terdapat dalam suatu organisasi yang meliputi

semua orang yang melakukan aktivitas saling memberikan

kepuasan. Sumber daya manusia memiliki akal, perasaan,

keinginan, kemampuan, pengetahuan, dorongan daya dan karsa.

Sumber daya manusia merupakan potensi yang memiliki rasio dan

rasa, potensi ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

pelayanan.

4. Perencanaan Sumber Daya Manusia

Menurut Amir (2000:16) memberikan pengertian bahwa

perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses

persiapan, perencanaan, pemrograman, pengevaluasian dan

penilaian atas berbagai hal yang berkaitan dengan penggalian


berbagai potensi yang dimiliki oleh manusia dalam

mengembangkan kemampuannya.

Sementara itu, Amiruddin (2001:46) menyatakan bahwa

untuk melakukan suatu peningkatan dari kinerja manusia dalam

menjalankan aktivitasnya, maka diperlukan adanya perencanaan

sumber daya manusia. Adapun perencanaan sumber daya

manusia yang dimaksud adalah melakukan kegiatan peencanaan

dimulai dari input – process - output – outcome – benefit, sebagai

suatu ketentuan yang integral dijalankan berdasarkan rencana

yang dikembangkan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Thamrin (2000:55) bahwa

dalam memelihara pengembangan sumber daya manusia,

tentunya perlu dibenahi perencanaan sumber daya manusia

terlebih dahulu, dengan melakukan berbagai regenerasi

pemberdayaan dan pendayagunaan secara terpadu, teroganisir

dan sesuai target yang direncanakan.

Kemudian, Siagian (1999) mengatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi perencanaan sumber daya manusia adalah :

a. Faktor eksternal meliputi social ekonomi, social budaya, politik,

peraturan perundang-undangan, teknologi dan pesaing


b. Faktor internal adalah berbagai kendala yang terdapat dalam

organisasi seperti rencana strategis, anggaran, estimasi

produksi dan rencana organisasi serta tugas pekerjaan.

Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa perencanaan

sumber daya manusia adalah aktivitas dalam melakukan

perencanaan yang sesuai dengan tujuan peningkatan sumber

daya manusia yang produktif menurut hasil pencapaian yang

diperoleh untuk mencapai tujuan organisasi.

5. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dalam pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia

perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhinya,

baik dari dalam organisasi maupun diluar organisasi (Natoatmogjo,

1999:8-10) yaitu :

a. Faktor internal meliputi misi dan tujuan organisasi, strategi

pencapaian tujuan, sifat dan jenis kegiatan, jenis teknologi yang

digunakan.

b. Faktor eksternal meliputi kebijaksanaan pemerintah, sosial

budaya masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Schuler dan Jackson (1999:323) menyebutkan bahwa

pengembangan sumber daya manusia dapat timbul karena banyak


alasan, antara lain adanya kebijakan baru yang berlaku dalam

perusahaan, karyawan baru mungkin tidak memilki keterampilan

yang cukup, perubahan teknologi, rancang ulang pekerjaan,

adanya pegawai yang ditransfer atau dipromosikan, produk baru

menuntut teknologi yang sebelumnya tidak digunakan para

pegawai dan perubahan strategi perusahaan.

Selanjutnya Siagian (1999:182) menyebutkan bahwa tuntutan

yang terasa kuat untuk melakukan pengembangan sumber daya

manusia timbul karena pengetahuan karyawan yang perlu

pemutakhiran, pegawai telah mencapai tingkat kompetensinya

yang maksimal, adanya perubahan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pergeseran nilai-nilai sosial, budaya

masyarakat, persamaan hak memperoleh kesempatan mengikuti

pelatihan dan pengembangan, kemungkinan perpindahan

pegawai.

Sementara Rachbini (2001:97) berpendapat bahwa strategi

pengembangan sumber daya manusia harus memperhatikan dua

pokok persoalan dalam: (a) pengembangan keterampilan dan (b)

penyediaan kesempatan kerja yang produktif bagi sumber daya

manusia yang masih belum termanfaatkan secara optimal.

Selanjutnya Nawawi (1999:307) menyebutkan bahwa dalam

mendesain program pengembangan sumber daya manusia, ada


tiga fase yang perlu dibedakan. Pertama fase perencenaan, yaitu

merupakan aktivitas menyelaraskan rancangan pegawai dan

rancangan perusahaan mengenai pengembangan sumber daya

manusia di lingkungannya. Tujuan dari fase ini adalah untuk

mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pegawai dalam

melaksanakan tugas-tugasnya. Kedua fase pengarahan,

bermaksud untuk membantu para pegawai agar mampu

mewujudkan perencanaannya menjadi kenyataan, yakni

memantapkan tipe karir yang diinginkannya dan mengatur langka-

langkah yang harus ditempuh untuk mewujudkannya. Ketiga fase

pengembangan, yaitu tenggang waktu yang dipergunakan

pegawai untuk memenuhi persyaratan yang memungkinkan

melakukan gerak dar suatu posisi ke posisi lain yang diingikan.

Selanjutnya Rachbini (2001:124) mengemukakan bahwa ada

beberapa jalan untuk mengembangkan kamampuan manusia

dalam pembangunan. Pertama, yang sangat jelas dan

konvensional adalah dengan pendididkn normal. Kedua,

pembangunan kualitas manusia bisa dibangun di lingkungan kerja

(on the job training) yang dilakukan secara formal maupun informal,

serta melalui berbagai organisasi profesi. Ketiga, bisa dilakukan

dengan pembangunan diri sendiri malalui pencarian pengetahuan

dan keahlian, kursus dan lainnya.


Dengan demikian, teknik-teknik program pengembangan

sumber daya manusia tersebut di atas, diharapkan dapat

menciptakan kualitas sumber daya manusia, peningkatan motivasi

dan ada akhirnya peningkatan produktivitas perusahaan serta

manfaat lainnya, maka kepada pegawai diberikan kesempatan

untuk mengaplikasikan seluruh pengetahuan, keterampilan,

keahlian atau belajar lainnya.

B. Pelatihan

Pada umumnya setiap organisasi sering mengalami suatu

kesenjangan antara kebutuhan akan promosi tenaga kerja yang

diharapkan oleh organisasi dengan kemampuan tenaga kerja yang

diharapkan oleh organisasi dengan kemampuan tenaga kerja dalam

merespon kebutuhan, organisasi perlu melakukan suatu upaya untuk

menjembatani kesenjangan ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan

organisasi adalah mengadakanprogram pelatihan kerja sebelum para

karyawan baru memulai pekerjaan mereka pada suatu perusahaan/

organisasi.

1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan pada prinsipnya merupakan upaya membekali

seseorang dengan pengetahuan dan keterampilan serta

attitude sehingga seseorang memiliki kemampuan dalam

melaksanakan tugas atau aktivitas keorganisasian sehari-

hari.Dengan demikian melalui pengetahuan dan keterampilan


serta attitude yang diperoleh melalui pelatihan tersebut,

seorang pegawai atau anggota organisasi dapat lebih percaya

diri didalam menghadapi persoalan yang dihadapi dalam

tugasnya.Melalui program pelatihan diharapkan seluruh potensi

yang dimiliki dapat ditingkatkan sesuai dengan keinginan

organisasi atau setidaknya mendekati apa yang diharapkan

oleh organisasi. Pelatihan biasanya dilaksanakan pada saat

para pekerja memiliki keahlian yang kurang atau pada saat

suatu organisasi mengubah suatu sistem dan perlu belajar

tentang keahlian baru.

Veithzal Rivai (2009:211) menajelaskan, bagian pendidikan

yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang

berlaku dalam waktu relatif singkat dengan metode yang lebih

mengutamakan pada praktek dari pada teori. Sedangkan

Andrew E. Sikula dikutip oleh Sedarmayanti (2011:44)

menyatakan, suatu proses pendidikan jangka pendek yang

mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana

pegawai non managerial mempelajari pengetahuan dan

keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. Adapun auraian lain

dari Gary Dessler dalam Benyamin (2011:89) yaitu,

memberikan keterampilan yang dibutuhkan bagi karyawan baru


atau karyawan yang sudah ada untuk menyelenggarakan

pekerjaannya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pelatihan

diatas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan suatu

proses pendidikan jangka pendek dimana karyawan mendapat

tambahan kemampuan dan keterampilan kerja pegawai atau

karyawan dalam menjalankan pekerjaannya agar dapat

meningkatkan kemampuannya untuk mencapai tujuan

perusahaan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelatihan

Metode pelatihan terbaik tergantung dari berbagai faktor.

Berdasarkan penjelasan Veithzal rivai (2010:225-226), dalam

melakukan pelatihan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

yaitu instruktur, peserta, materi (bahan), metode, tujuan

pelatihan, dan lingkungan yang menunjang. Faktor-faktor yang

perlu dipertimbangkan dalam pelatihan yaitu :

1) Efektivitas Biaya

2) Materi program yang dibutuhkan

3) Prinsip-prinsip pembelajaran

4) Ketepatan dan kesesuaian fasilitas

5) Kemampuan dan kesesuaian peserta pelatihan

6) Kemampuan dan kesesuaian instruktur pelatihan


3. Langkah-Langkah Persiapan Pelatihan

Meskipun karyawan baru telah menjalani orientasi yang

komprehensif, mereka jarang melaksanakan pekerjaan dengan

memuaskan. Mereka harus dilatih dan dikembangkan dalam

bidang tugas-tugas tertentu. Begitu pula dengan karyawan

yang lama telah berpengalaman untuk mengurangi atau

menghilangkan kebiasaan kerja yang jelek atau untuk

mempelajari keterampilan baru yang akan meningkatkan

prestasi kerja.

Prinsip –
Prinsip
Belajar
Penilaian dan
Sasaran –
Identifikasi
Sasaran
Kebutuhan-
Pelatihan
Kebutuhan
Isi
Program

T. Hani Handoko (2011:108)

Gambar 2.1

Langkah – Langkah dalam Persiapan Pelatihan

Sebagai bagian proses pelatihan, departemen sumber

daya manusia dan para manajer harus memiliki kebutuhan,

tujuan atau sasaran program pelatihan, isi dan prinsip-prinsip

belajar.Seperti ditunjukan pada Gambar 2.1, orang yang


bertanggung jawab atas program pelatihan (instruktur atau

pelatih) harus mengidentifikasikan kebutuhan karyawan dan

organisasi agar dapat menentukan sasaran yang ingin dicapai,

setelah sasaran ditetapkan, isi dan prinsip belajar diperhatikan.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai langkah – langkah

pendahuluan dalam persiapan pelatihan menurut T. Hani

Handoko (2011:108) yaitu:

1) Penilaian dan identifikasi Kebutuhan

Untuk memutuskan pendekatan yang akan digunakan,

organisasi perlu mengidentifikasikan kebutuhan-

kebutuhan pelatihan. Penilaian kebutuhan mendiagnosa

masalah-masalah dan tantangan-tantangan lingkungan

yang dihadapi organisasi sekarang, kemudian

manajemen mengidentifikasikan berbagai masalah dan

tantangan yang dapat diatasi melalui pelatihan jangka

panjang. Pelatihan dapat juga digunakan apabila tingkat

kecelakaan atau pemborosan tinggi, semangat kerja dan

motivasi rendah atau masalah operasional lainnya.

2) Sasaran – Sasaran Pelatihan

Setelah dievaluasi kebutuhan–kebutuhan pelatihan

dilakukan, maka sasaran- sasaran dinyatakan dan

ditetapkan.Sasaran ini mencerminkan prilaku dalam

kondisi yang diinginkan


3) Isi Program

Isi program ditentukan oleh identifikasi kebutuhan-

kebutuhan dan sasaran- sasaran pelatihan.Program

mungkin berupaya untuk mengajarkan berbagai

keterampilan tertentu, menyampaikan pengetahuan

yang dibutuhkan atau mengubah sikap.Apapun isinya,

program hendaknya memenuhi kebutuhan- kebutuhan

organisasi dan peserta.Para peserta juga perlu meninjau

isi program, apakah relevan dengan kebutuhan, atau

motivasi mereka untuk mengikuti program tersebut

rendah atau tinggi.Agar isi program efektif, prinsip-

prinsip belajar perlu diperhatikan.

4) Prinsip – Prinsip

Program bersifat partisipatif, relevan dan memberikan

umpan balik mengenai kemajuan para peserta pelatihan,

semakin terpenuhinya prinsip–prinsip tersebut, pelatihan

akan semakin efektif

4. Analisis Kebutuhan Pelatihan

Untuk menghindari terjadinya pemberian suatu pelatihan

yang tidak tepat yang akan berakibat pada penggunaan waktu

dan uang perusahan yang sia-sia maka perlu dilakukan

identifikasi kebutuhan pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan

ini berguna sebagai pondasi bagi keseluruhan upaya pelatihan.


Analisis kebutuhan pelatihan ini merupakan usaha-usaha yang

sistematis untuk mengumpulkan informasi pada permasalahan

kinerja dalam organisasi dan untuk mengoreksi kekurangan-

kekurangan kinerja (performancedeficiencies). Karena belum

tentu setiap orang siap dan membutuhkan pelatihan. Selain itu,

penilain kebutuhan pelatihan dapat mendiagnosis

permasalahan terkini dan tantangan masa depan yang

diharapkan dapat diatasi.

Ernest J. Mc Cormick dalam Anwar Prabu Mangkunegara

(2011:46) menjelaskan, suatu organisasi perlu melibatkan

sumber daya (pegawainya) pada aktivitas pelatihan jika hal itu

merupakan keputusan terbaik dari manager. Pelatihan

diharapkan dapat mencapai hasil lain daripada memodifikasi

perilaku pegawai. Hal ini juga perlu mendapat dukungan secara

organisasi dan tujuan, seperti produksi, distribusi barang dan

pelayanan lebih efisien, menekankan biaya operasi,

meningkatkan kualitas dan hubungan pribadi lebih efektif.

Goldstein dan Bukton dalam Anwar Prabu Mangkunegara

(2011:46) mengemukakan ada tiga analisis kebutuhan

pelatihan yaitu:

1) Analisis Organisasi

Menganalisis tujuan organisasi, sumber daya yang ada

dan lingkungan organisasi yang sesuai dengan realita.


Hal ini dapat dilakukan dengan caramengadakan survey

mengenai sikap pegawai terhadap kepuasan kerja,

persepsi pegawai dan sikap pegawai dalam administrasi.

Disamping itu pula, dapat menggunakan turnover,

absensi, kartu pelatihan, daftar kemajuan pegawai dan

data perencanaan pegawai.

2) Analisis Pekerjaan dan Tugas

Analisis pekerjaan dan tugas merupakan dasar untuk

mengembangkan program job training.Sebagaimana

program training dimaksudkan untuk membantu

pegawai meningkatkan pengetahuan, skill dan sikap

terhadap suatu pekerjaan.

3) Analisis Karyawan

Analisis karyawan difokuskan pada identifikasi khusus

kebutuhan training bagi pegawai yang bekerja pada

jobnya atau pekerjaanya.Kebutuhan training pegawai

dapat dianalisis secara individu maupun kelompok.

Adapun alasan lain dari kebutuhan pelatihan dan

pengembangan adalah sebagai berikut :

1) Adanya Pegawai Baru

Pegawai baru perlu memahami tujuan, aturan-aturan

dan pedoman kerja yang ada pada


organisasi/perusahaan danjuga memahami kewajiban-

kewajiban, hak dan tugasnya sesuai dengan jobnya.

2) Adanya Penemuan-Penemuan Baru

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

modern, banyak ditemukan peralatan-peralatan baru

yang lebih canggih daripada peralatan kantor yang

digunakan sebelumnya. Pegawai-pegawai yang

akanmenggunakan peralatan baru tersebut perlu

mendapatkan pelatihan agar dapat menggunakannya

dengan sebaik-baiknya.

5. Manfaat Pelatihan

Manfaat pelatihan pada dasarnya untuk meningkatkan

kemampuan karyawan dalam pekerjaannya. Seperti dijelaskan

oleh Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala (2010:217) yaitu,

manfaat pelatihan dapat di kategorikan untuk perusahaan dan

untuk individual yang pada akhirnya agar tercapainya visi, misi,

tujuan perusahaan,dan hubungan antar manusia serta

implementasi kebijakan perusahaan. Adapun manfaat

pelatihan tersebut diantaranya:

1) Manfaatbagi karyawan

a) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan

pemecahan masalah yang lebih efektif.


b) Memberikan informasi tentang meningkatnya

pengetahuan kepemimpinan, keterampilan komunikasi

dan sikap.

c) Melalui pelatihan dan pengembangan, variabel

pengenalan, pencapaian prestasi, pertumbuhan,

tanggung jawab dan kemajuan dapat diinternalisasi dan

dilaksanakan.

d) Membantu karyawan mengatasi stres, tekanan, frustasi,

dan konflik.

e) Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan.

f) Memenuhi kebutuhan personal peserta dan pelatihan.

g) Memberikan nasihat dan jalan untuk pertumbuhan masa

depan.

h) Membantu karyawan mendekati tujuan pribadi sementara

meningkatkan keterampilan interaksi.

i) Membangun rasa pertumbuhan dalam pelatihan.

j) Membantu pengembangan keterampilan mendengar,

bicara dan menulis dengan latihan.

k) Membantu menghilangkan rasa takut melaksanakan

tugas baru.

2) Manfaat bagi Perusahaan

a) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau

sikap yang lebih positif terhadap orientasi profit.


b) Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada

semua level perusahaan.

c) Memperbaiki moral SDM.

d) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan

perusahaan.

e) Membantu menciptakan image perusahaan yang lebih

baik.

f) Mendukung otentisitas, keterbukaan dan kepercayaan.

g) Meningkatkan hubungan antara atasan dan bawahan.

h) Membantu mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan

perusahaan.

i) Memberikan informasi tentang kebutuhan perusahaan di

masa depan.

j) Perusahaan dapat membuat keputusan dan

memecahkan masalah yang lebih efektif.

k) Membantu pengembangan promosi dari dalam.

l) Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kompetensi

dan pengetahuan perusahaan.

Selain itu adapun manfaat yang akan dijelaskan oleh

Wexley & Yulk dalam Edy Sutrisno (2012:67), ada tiga manfaat

pelatihan yang perlu diselenggarakan oleh perusahaan,

diantaranya:
1. Seleksi personel tidak selalu menjamin akan personel

tersebut cukup terlatih dan bisa memenuhi persyaratan

pekerjaannya secara tepat. Kenyataannya banyak

diantaranya mereka harus mempelajari pengetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap yang diperlukan setelah

mereka diterima dalam pekerjaan.

2. Bagi Personel yang sudah senior perlu ada penyegaran

dengan latihan-latihan kerja. Hal ini disebabkan

berkembangnya kapasitas pekerjaan, cara mengoperasikan

mesin-mesin dan teknisnya, untuk promosi maupun mutasi.

3. Manajemen sendiri menyadari bahwa program pelatihan

yang efektif dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi

absen, mengurangi labour turn over, dan meningkatkan

kepuasan kerja.

6. Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan pada dasarnya untuk meningkatkan kinerja

karyawan dalam amencapai tujuan perusahaan. Adapun

berdasarkan penjelasan T. Hani Handoko (2011:103), ada dua

tujuan utama pelatihan karyawan diantaranya:

1) Pelatihan dilakukan untuk menutup kesenjangan antara

kecakapan atau kemampuan karyawan dengan

permintaan jabatan.
2) Program-program tersebut diahrapkan dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan

dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah

ditetapkan.

7. Metode Pelatihan

Begitu pentingnya pelatihan dilaksanakan untuk

meningkatkan prestasi kerja karyawan, sehingga perlu

perhatian yang serius dari perusahaan. Pelatihan sumber daya

manusia akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan guna mendorong peserta agar dapat

mengembangkan aspek efektif dan psikomotorikatas pekerjaan

yang mereka kerjakan.

Berdasarkan penjelasan di atas beberapa metode dalam

pelatihan tenaga kerja akan diuraikan oleh Bangun (2012 : 210)

antara lain:

1) Metode Om The Job training

Merupakan metode yang paling banyak digunakan

perusahaan dalam melatih tenaga kerjanya. Para karyawan

mempelajari pekerjaannya sambil mengerjakan secara

langsung. Sebagian besar perusahaan menggunakan orang

dalam perusahaan yang melakukan pelatihan terhadap

sumber daya manusianya, biasanya dilakukan secara

langsungoleh atasan. Menggunakan metode ini lebih efektif


dan efisien, karena disamping biaya pelatihan yang lebih

murah, tenaga kerja yang dilatih lebih mengenal dengan baik

pelatihnya. Adapun empat metode yang digunakan antara

lain:

a) Rotasi Pekerjaan

Pemindahan pekerjaan dari satu pekerjaan ke pekerjaan

lainnya dalam satu unit kerja atau organisasi, sehingga

dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

kerja.Rotasi pekerjaan merupakan salah satu sistem

pengembangan sumber daya manusia.

b) Penugasan yang direncanakan

Penugasan yang direncanakan yaitu menugaskan

tenaga kerja untuk mengembangkan kemampuan dan

pengalamannya tentang pekerjaannya sesuai

persyaratan dan kemampuannya.

c) Pembimbingan

Pelatihan tenaga kerja langsung oleh atasannya.Metode

ini sangat efektif dilakukan karena langsung mengetahui

bagaimana keterampilan bawahannya, sehingga lebih

tahu menerapkan metode yang digunakan.

d) Pelatihan Posisi

Tenaga kerja yang dilatih untuk dapat menduduki suatu

posisi tertentu.Pelatihan seperti ini diberikan kepada


tenaga kerja yang mengalami perpindahan pekerjaan.

Sebelum dipindahkan ke pekerjaan baru terlebih dahulu

diberikan pelatihan agar mereka dapat mengenal lebih

dalam tentang pekerjaan mereka.

2) Metode off The Job Training

Dalam Metode inipelatihan dilaksanakan dimana

karyawan dalam keadaan tidak bekerja dengan tujuan agar

terpusat pada kegiatan pelatihan saja.Pelatih biasanya

didatangkan dari luar organisasi atau para peserta mengikuti

pelatihan diluar organisasi.Hal ini dilakukan karena kurang

atau tidak tersedianya pelatih dalam

perusahaan.Keuntungan dengan metode ini, para peserta

pelatihan tidak merasa jenuh dilatih oleh atasannya

langsung.Metode yang diajarkan pelatih berbeda sehingga

memperluas wawasan dan pengetahuan.Kelemahannya

adalah biaya yang dikeluarkan relatif besar, dan pelatih

belum mengenal secara lebih mendalam para peserta

latihan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam

pelatihan. Metode ini dapat dilakukan dengan beberapa

teknik antara lain :

a) Business games

Peserta dilatih dengan memecahkan suatu masalah,

sehingga para peserta dapat belajar dari masalah


yang sudah pernah terjadi pada suatu perusahaan

tertentu. Metode ini bertujuan agar para peserta

latihan dapat dengan lebih baik dalam pengambilan

keputusan dan cara mengelola operasional

perusahaan.

b) Vestibuke school

Tenaga kerja dilatih dengan menggunakan peralatan

yang sebenarnya dan system pengaturan sesuai

dengan yang sebenarnya tetapi dilaksanakan diluar

perusahaan. Tujuannya adalah untuk menghindari

tekanan dan pengaruh kondisi di dalam perusahaan.

c) Case Study

Dimana peserta dilatih untuk mencari penyebab

timbulnya suatu masalah, kemudian dapat

memecahkan masalah tersebut. Pemecahan

masalah dapat dilakukan secara individual atau

kelompok atas masalah-masalah yang ditentukan.

8. Evaluasi Pelatihan

Hal yang tidak kalah pentingnya juga dari sebuah proses

training adalah evaluasi training. Setelah mengadakan

pelatihan hendaknya di evaluasi hasil yang didapat dalam

pelatihan, dengan memperhitungkan tingkat reaksi, tingkat

belajar, tingkat tingkah laku kerja, tingkat organisasi dan nilai


akhir. Kita dapat melihat suatu training itu efektif atau tidak

dapat dilihat dari evaluasi.Evaluasi program pelatihan

mencakup mengukur hasil atau kriteria spesifik untuk

menentukan keuntungan program pelatihan. Menurut Werner

dan Desimone dalam Kaswan (2011:215) Evaluasi program

pelatihan merupakan pengumpulan secara sistematis terhadap

informasi deskriptif dan penilaian yang diperlukan untuk

membuat keputusan pelatihan yang efektif yang terkait dengan

seleksi, adopsi, nilai dan modifikasi aktivitas pembelajaran yang

bervariasi.

Sedangkan Kaswan (2011:218) mejelaskan, pendekatan

evaluasi yang paling luas digunakan adalah kerangka yang

diletakan oleh Donald Kirkpatrick. Salah satu teori mengenai

evaluasi pelatihan yang dikemukakan oleh Kirkpatrick dikenal

dengan The Four Levels Technique for Evaluating Training

Program.

Adapun penjelasan mengenai teori evaluasi yang

dimaksudkan diatas adalah sebagai berikut:

1) Reaction Reaksi dapat didefinisikan sebagai seberapa baik

peserta pelatihan menyukai program pelatihan tertentu. Hal

ini dimaksudkan untuk menilai reaksi peserta berupa

perasaan, pemikiran dan keinginan tentang pelaksanaan

pelatihan, narasumber dan lingkungan pelatihan.


2) Learning

Didefinisikan sebagai sikap yang berubah, pengetahuan

dan keterampilan yang dipelajari, serta mengukur proses

belajar dalam pelatihan yang merupakan pengalihan

pengetahuan.Pengukuran yang dimaksudkan biasanya

dilaksanakan dalam bentuk tes sebelum dan sesudah

training.

3) Behavior

Tingkah laku dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

perubahan yang terjadi pada mantan peserta pelatihan

pada saat dia kembali ke lingkungan pekerjaannya setelah

mengikuti pelatihan, khususnya perubahan atas perilaku

ketiga domain kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan

sikap).

4) Result

Evaluasi level ini diakui merupakan evaluasi yang paling

penting sekaligus paling sulit dilakukan, dimana hasil yaitu

sejauh mana pelatihan-pelatihan yang dilakukan

memberikan dampak atau hasil terhadap peningkatan

kinerja manatan peserta, unit kerja maupun perusahaan

secara keseluruhan.
9. Dimensi dan Indikator Pelatihan

Ada beberapa dimensi dan indikator dalam pelatihan seperti

yang akan dijelaskan oleh Mangkunegara (2011:57), Indikator-

indikator pelatihan tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Instruktur

a) Pendidikan

Pendidikan lebih diarahkan pada peningkatan

kemampuan (ability) seseorang melalui jalur formal

dengan jangka waktu yang panjang, guna

memaksimalkan penyampaian materi kepada peserta

pelatihan.

b) Penguasaan Materi

Penguasaan materi bagi seorang instruktur merupakan

hal yang penting untuk dapat melakukan proses

pelatihan dengan baik sehingga para peserta pelatihan

dapat memahami materi yang hendak disampaikan.

2) Peserta

a) Semangat mengikuti pelatihan

Hal ini merupakan salah satu faktor yang menentukan

proses pelatihan. Jika instruktur bersemangat dalam

memberikan materi pelatihan maka peserta pelatihan

pun akan bersemangat mengikuti program pelatihan

tersebut, dan sebaliknya.


b) Seleksi

Sebelum melaksanakan program pelatihan terlebih

dahulu perusahaan melakukan proses seleksi, yaitu

pemilihan sekelompok orang yang paling memenuhi

kriteria untuk posisi yang tersedia di perusahaan.

3) Materi

a) Sesuai tujuan

Materi yang diberikan dalam program pelatihan kepada

peserta pelatihan harus sesuai dengan tujuan pelatihan

sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh

perusahaan.

b) Sesuai komponen peserta

Materi yang diberikan dalam program pelatihan akan

lebih efektif apabila sesuai dengan komponen peserta

sehingga program pelatihan tersebut dapat menambah

kemampuan peserta.

c) Penetapan sasaran

Materi yang diberikan kepada peserta harus tepat

sasaran sehingga mampu mendorong peserta pelatihan

untuk mengaplikasikan materi yang telah disampaikan

dalam melaksanakan pekerjaannya.

4) Metode

a) Pensosialisasian tujuan
Metode penyampaian sesuai dengan materi yang

hendak disampaikan, sehingga diharapkan peserta

pelatihan dapat menangkap maksud dan tujuan dari apa

yang disampaikan oleh instruktur.

b) Memiliki sasaran yang jelas

Untuk lebih menjamin berlangsungnya kegiatan

pelatihan sumber daya manusia yang efektif apabila

memiliki sasaran yang jelas yaitu memperlihatkan

pemahaman terhadap kebutuhan peserta pelatihan

5) Tujuan

a) Meningkatkan keterampilan

Hasil yang diharapkan dari pelatihan yang

diselenggarakan yaitu dapat meningkatkan

keterampilan/ skill, pengetahuan dan tingkah laku

peserta atau calon karyawan baru.

b) Meningkatkan percaya diri

Setelah mengikuti pelatihan diharapkan percaya diri

peserta semakin tinggi dalam melaksanakan tugas.

C. Variabel-variabel Yang Diteliti

Beberapa pendapat ilmuan, menyatakan bahwa variabel-

variabel penelitian merupakan hal yang utama dalam menentukan

suatu kriteria penelitian. Adapun yang dimaksud dalam hal ini, ada dua
jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, atau dengan

kata lain, variabel yang berpengaruh dan variabel yang dipengaruhi.

(Santoso, 2001:23)

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Alwashilah (1999:18)

menyatakan bahwa penentuan variabel bebas dan variabel terikat

sangat penting, sehingga jelas adanya kejelasan atau benang merah

dari obyek yang diteliti.

Variabel bebas adalah kualitas suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses,

tugas serta lingkungan. Sedangkan kinerja sebagai variable terikat

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung

jawab yang diberikannya.

Adapun pendapat ini menjadi pegangan dalam menentukan

variabel-variabel yang berpengaruh terhadap variabel yang

dipengaruhi. Variabel yang berpengaruh yaitu terdiri dari: (1) Kualitas

SDM, (2) Pendidikan dan Pelatihan, (3) Penempatan Kerja, dan (4)

Fasilitas kerja terhadap kinerja pegawai.

1. Kualitas Sumber Daya Manusia

Sejak lama setiap organisasi, terutama dalam dunia

bisnis, selalu melakukan perbaikan dalam kegiatan dan

kinerjanya untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hanya


dengan melakukan perbaikan secara berkelanjutan, usahanya

dapat bertahan menghadapi persaingan dan meraih

keuntungan. Hasil kinerja suatu organisasi secara kuantitatif

dapat dinyatakansebagai produktivitas. Namun ukuran

produktivitas saja semakin lama dirasakan tidak cukup tanpa

diikuti peningkatan kualitas sehingga melahirkan konsep total

quality management. Total quality management bermaksud

melakukan perbaikan disemua bidang pekerjaan dengan

orientasi pada kepuasan pelanggan.

Menurut Heizer dan Render (2001:171) mendefinisikan

kualitas sebagai kemampuan produk atau jasa memenuhi

kebutuhan pelanggan. Dikatakan pula sebagai totalitas tampilan

dan karakteristik produk atau jasa yang berusaha keras dengan

segenap kemampuannya memasukkan kebutuhan tertentu

(Russell dan Taylor, 2000:78).

Untuk memahami makna kualitas, dapat dilihat dari

perspektif produsen dan konsumen. Dalam pikiran pelanggan,

kualitas mempunyai banyak dimensi dan mungkin diterapkan

dalam satu waktu. Pelanggan melihat kualitas dari dimensi

(Krajewski dan Ritzman, 1999:215) sebagai berikut.

a. Conformance to Specifications (Kesesuaian dengan

Spesifikasi).
Pelanggan mengharapkan produk atau jasa yang mereka

beli memenuhi atau melebihi tingkat kualitas tertentu

seperti yang diiklankan. Kualitas ditentukan oleh

kesesuaiannya dengan spesifikasi juga perlu. Walaupun

tidak menghasilkan sesuatu yang dapat disentuh.

Spesifikasi untuk operasi jasa berkaitan dengan

pengiriman barang pada waktunya atau kecepatan dalam

memberikan tanggapan terhadap keluhan pelanggan.

b. Vaule (Nilai)

Vaule atau nilai menunjukkan seberapa baik produk atau

jasa mencapai tujuan yang dimaksudkan pada harga yang

pelanggan bersedia membayar. Kualitas diukur dari harga

yang dibayar untuk produk atau jasa. Berapa nilai produk

atau jasa dalam pikiran pelanggan tergantung pada

harapan pelanggan sebelum membeli.

c. Fitness For Use (Cocok untuk Digunakan)

Kecocokan untuk digunakan menunjukkan seberapa baik

produk atau jasa mewujudkan tujuan yang dimaksudkan,

pelanggan mempertimbangkanfitur mekanis produk atau

kenyamanan pelayanan. Kualitas ditentukan oleh

seberapa jauh kecocokan barang atau jasa untuk

dipergunakan. Aspek lain termaksuk penampilan, gaya,

daya tahan, keandalan, keahlian dan kegunaan.


d. Support (Dukungan)

Sering kali dukungan yang diberikan oleh perusahaan

terhadap produk atau jasa sangat penting bagi pelanggan,

seperti halnya kualitas produk dan jasa itu sendiri.

Dukungan dapat diberikan dalam bentuk pelayanan purna

jual. Pelanggan bingung jika neraca keuangan salah,

respon atau klaim jaminan terlambat atau oklan

menyesatkan.

e. Psychological Impressions (Kesan Psikologi)

Orang sering mengevaluasi kualitas produk atau jasa atas

dasar kesan psikologis: iklim, citra atau estetika. Dalam

pelayanan di mana terdapat kontak langsung dengan

penyelenggara. Penampilan dan tindakan penyelenggara

sangat penting. Pekerja yang berpakaian baik, sopan,

bersahabat dan simpatik dapat memengaruhi persepsi

pelanggan terhadap kualitas pelayanan.

Kualitas kerja mengacu pada kualitas sumber daya

manuasia (Matutina, 2001:205), kualitas sumber daya manusia

mengacu pada:

a. Pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki

karyawan yang lebih berorientasi pada intelejensi dan

daya fikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki

karyawan.
b. Keterampilan (Skill), kemampuan dan penguasaan teknis

operasional di bidang tertentu yang dimiliki karyawan.

c. Kemampuan (Abilities) yaitu kemampuan yang terbentuk

dari sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang karyawan

yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama dan

tanggung jawab.

d. Pengalaman

Dengan demikian, untuk mengukur kualitas sumber daya

manusia pada kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi

Selatan UPT Pelabuhan Pengumpan Wilayah I Takalar, peneliti

menggunakan 4 dimensi atau subvariabel yaitu :

a. Pengetahuan

b. Keterampilan

c. Kemampuan

d. Pengalaman

Menurut Hasibuan (2007:87) menyatakan: “Penilaian

adalah kegiatanmanajemen untuk mengevaluasi perilaku dan

hasil kerja karyawan serta menempatkan kebijaksanaan

selanjutnya. Dua hal yang dievaluasi dalam menilai kinerja

karyawan berdasarkan definisi diatas yaitu perilaku dan kualitas

kerja karyawan. Yang dimaksud dengan penilaian perilaku yaitu

kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama, loyalitas,


dedikasi dan partisipasi karyawan. Sedangkan kualitas kerja

adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja yang

dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas-tugasnya.

Flippo (1995:28) berpendapat tentang kualitas kerja

sebegai berikut : “Meskipun setiap organisasi berbeda

pandangan tentang standar dari kualitas kerja pegawai, tetapi

pada intinya efektifitas dan efesiensi menjadi ukuran yang

umum. “Bertitik tolak dari definisi yang diberikan oleh Flippo

(1995:28) tersebut maka dapat dikatakan bahwa inti dari kualitas

kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan

efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sumber daya

manusia atau sumber daya lainnya dan pencapaian tujuan atau

sasaran perusahaan dengan baik dan berdayaguna. Kualitas

sumber daya manusia memiliki manfaat ditinjau dari

pengembangan perusahaan yaitu :

a. Perbaikan Kerja;

b. Penyesuaian Kompensasi;

c. Keputusan Penempatan;

d. Kebutuhan Pelatihan;

e. Perencanaan dan Pengembangan karier;

f. Efisiensi proses penempatan staf;

g. Kesempatan kerja yang sama.


Bitner dan Zeithaml (dalam Riorini, 2004:22) menyatakan

untuk dapat meningkatkan performance quality (kualitas kerja)

ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu

dengan memberikan pelatihan (diklat), memberikan intensive

atau bonus dan mengaplikasikan atau menerapkan teknologi

yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas

kerja.

Sunu (dalam Flippo, 1995:91) menyatakan bahwa penting

untuk menciptakan lingkungan untuk meningkatkan kualitas

kerja, yaitu:

a. Tanggung jawab dan kepentingan pimpinan untuk

menciptakan lingkungan peningkatan kualitas;

b. Nilai, sikap dan perilaku yang disetujui bersama

diperlukan untuk meningkatkan mutu;

c. Sasaran peningkatan kualitas yang diterapkan oleh

organisasi;

d. Komunikasi terbuka dan kerja sama tim baik;

e. Pengakuan dapat mendorong tindakan yang sesuai

dengan nilai, sikap dan perilaku untuk meningkatkan

mutu.
2. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah kegiatan yang di lakukan

dalam pengembangan sumber daya untuk meningkatkan

kemampuan sesuai dengan pendidikan formal, non formal,

fungsional dan struktural, sejalan dengan itu Siagian (1999:273)

menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah

keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar dalam

rangka alih pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selanjutnya Surento (2000:45) menyatakan bahwa

pendidikan dan latihan adalah suatu proses pembelajaran dan

keterampilan, agar orang yang mengembangkan pendidikan dan

latihan mampu memahami berbagai prosedur, tarapan dan

implementasi dunia kerja sesuai dengan birokrasi yang

dikembangkan oleh suatu instansi atau departemen. Sehingga

pendidikan dan latihan snagat diperlukan untuk pengembangan

sumber daya manusia, dengan pendidikan dan pelatihan yang

relevan, menunjang, meningkatkan wawasan dan

mengembangkan sikap profesionalis kerja dalam berbagai

program pengembangan sumber daya manusia sesuai latar

belakang pendidikan formal, non formal, fungsional dan

structural.
Secara khusus pendidikan dan latihan yang dimaksud

adalah pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan tugas

pengembangan sumber daya manusia yang memiliki dedikasi

tinggi, professional dalam karir dan menguasai bidang tugas

yang diamanahkan. (Arief, 2001:21).

Veithzal Rivai (2009:211) menajelaskan, bagian

pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh

dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang

berlaku dalam waktu relatif singkat dengan metode yang lebih

mengutamakan pada praktek dari pada teori. Sedangkan

Andrew E. Sikula dikutip oleh Sedarmayanti (2011:44)

menyatakan, suatu proses pendidikan jangka pendek yang

mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana

pegawai non managerial mempelajari pengetahuan dan

keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. Adapun auraian lain

dari Gary Dessler dalam Benyamin (2011:89) yaitu, memberikan

keterampilan yang dibutuhkan bagi karyawan baru atau

karyawan yang sudah ada untuk menyelenggarakan

pekerjaannya.

Sementara Hasibuan (1999:65) menyatakan bahwa

pendidikan dan latihan adalah suatu usaha peningkatan

pengetahuan dan keahlian sumber daya manusia dalam

mengerjakan suatu pekerjaan tertentu berdasarkan latar


belakang pendidikan formal (SMA, S1. S2, S3) non formal

(kursus keterampilan dan komputer), pendidikan fungsional dan

structural.

Metode pelatihan terbaik tergantung dari berbagai faktor.

Berdasarkan penjelasan Veithzal rivai (2010:225-226), dalam

melakukan pelatihan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

yaitu instruktur, peserta, materi (bahan), metode, tujuan

pelatihan, dan lingkungan yang menunjang. Faktor-faktor yang

perlu dipertimbangkan dalam pelatihan yaitu:

1) Efektivitas biaya

2) Materi program yang dibutuhkan

3) Prinsip-prinsip pembelajaran

4) Ketepatan dan kesesuaian fasilitas

5) Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan

6) Kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan

3. Kedisiplinan

Menurut Zainuddin (2000:45) mengemukakan bahwa

disiplin adalah bagian dari jati diri seseorang dalam menjalankan

tugasnya. Sehingga individu yang memiliki disiplin yang tinggi

akan dapat meningkatkan kinerjanya di instansi atau

departemen. Adapun disiplin dalam pengembangan sumber


daya manusia terdiri dari: kerajinan, ketaatan, ketepatan waktu

dan kehadiran individu.

Sependapat dengan hal itu, Rahmiah (1999:23)

menunjukkan suatu uraian yang dengan tegas menyatakan

bahwa disiplin adalah bagian dari kepribadian yang menjadi

pemicu dalam peningkatan kinerja individu. Sehingga disiplin

harus ada dalam diri individu untuk menjalankan tugasnya

sehari-hari

Sementara Engelo (2000:14) menjelaskan bahwa disiplin

merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja individu.pernyataan tersebut adalah

“discipline is very important in increasing performance of

employee. By because the element of discipline consist of.

Diligent in job, obligation in job, on time and present in job”.

Artinya, disiplin adalah hal yang sangat penting dala promosi

jabatan individu. Kerena unsur-unsur disiplin terdiri dari kerajinan

dalam bekerja, ketaatan pada aturan yang berlaku, tepat waktu

dan selalu hadir dalam pelaksanaan tugas pokok.

Hal tersebut di atas sependapat dengan yang

dikemukakan Makmun (1999:49) bahwa peningkatan kinerja

individu sangat dipengaruhi oleh disiplin. Adapun yang dimaksud

dengan disiplin adalah kerajinan, ketaatan, ketepatan waktu dan


kehadiran individu atas pelaksanaan tugas pokok yang

dibebankan kepadanya. Oleh sebab itu, sangat wajar dan pantas

apabila pembinaan disiplin terus ditegakkan.

D. Kinerja

Menurut Furtwengler (1999:26), bahwa pengertian kinerja

adalah upaya aktivitas dalam menghasilkan output optimal

berdasarkan pengembangan kerja yang terarah, teroganisir dan

berkesinambungan. Dan inilah yamg menjadi acuan defenisi

berbagai organisasi dalam mendefinisikan kinerja secara luas.

Substansi dari kinerja adalah masukan (input), proses (process),

keluaran (output), penanganan (outcome) dan keuntungan (benefit).

Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja adalah suatu proses

masukan sampai memberikan dampak hasil akhir yang bermanfaat.

Dalam tinjauan kinerja sumber daya manusia, Arief (2001:72)

mengemukakan bahwa kinerja merupakan suatu proses

pelaksanaan tugas pokok yang cepat, mudah dan terjamin, sebagai

bentuk dari suatu tugas yang harus diemban dan

dipertanggungjawabkan sebagai wujud kemampuan kerja yang

dimiliki. Apabila proses ini dijalankan dengan baik, maka kinerja yang

optimal dapat diperoleh.

Sementara Suryadi (2000:82) menyadari bahwa masih

banyak, diantara individu yang memahami kinerja sebagai bentuk


kerja yang optimal berdasarkan tingkat pencapaian dari target yang

ditetapkan. Namun tidak memperhatikan bagaimana pengembangan

profesionalisme dan prestasi kerja yang dicapai, yang memicu

adanya kesenjangan diantara berbagai kebijakan pemerintah dan

kesiapan individu tersebut dalam menyambut dan melaksanakan

tugas yang diamanatkan secara structural dari atasan ke bawahan

(system top-down) yang harus melalui proses peningkatan kinerja.

E. Penilaian Kinerja

Menurut Nachhrowi (2001:32), untuk menetukan suatu

ukuran variabel dan asumsi indikator, maka diperlukan adanya

standar pengukuran. Adapun yang dimaksud dengan standar

pengukuran adalah ketentuan atau hal yang lazim diukur

berdasarkan bobot penilaian yang dilakukan untuk menghitung

berdasarkan pengukuran apakah melalui pengukuran scoring yang

berisi pembobotan atau penilaian. Pembobotan dan penilaian dapat

dilakukan dengan pengukuran rasio, ordinat, ordinal, cardinal atau

berdasarkan persentase.

Selanjutnya Martoyo (2006:92) yang dimaksud penilaian

prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi mengevaluasi

atau menilai prestasi kerja karyawan. Apabila penilaian prestasi kerja

tersebut dilaksanakan dengan baik, tertib, dan benar dapat

membantu meningkatkan motivasi kerja dan sekaligus


meningkatkan loyalitas organisasi dari para karyawan. Para

karyawan akan mengetahui sampai dimana dan bagaimana prestasi

kerjanya dinilai oleh atasan atau tim penilai. Kekurangan dan

kelebihan yang ada akan menjadi cambuk bagi karyan mereka

dimasa yang akan datang.

Handoko dalam Martoyo (2006:92) terdapat sepuluh manfaat

dan penilain prestasi kerja ; (a) perbaikan prestasi kerja, (b)

penyesuaian-penyusuain kompensasi, (c) keputusan-keputusan

penempatan, (d) kebutuhan-kebutuhan pelatihan dan

pengembangan, (e) perencanaan dan pengembangan karir, (f)

penyimpangan-penyimpangan proses staffing, (g) ketidak akuratan

informasional, (h) kesalahan-kesalahan desain pekerjaan, (i)

kesempatan kerja yang adil, (j) tantangan-tantangan eksternal.

Dalam penilaian kinerja, obyektifitas penilaian harus menjadi

perhatian. Disinilah faktor penilai dan alat ukur penilaian sangat

menentukan. Mengenai faktor penilai John J. W Neuner dalam

Martoyo (2006:94) memberikan 3 (tiga) alternatif : (a) penilaian oleh

atasan langsung kemudian direvisi oleh kepala bagian, (b) penilaian

oleh atasan langsung dengan dibantu oleh satu atau dua orang

pembantunya, (c) penilaian oleh atasan langsung dan jika tidak

memuaskan dibuat suatu verifikasi dengan melakukan penilaian

sekali lagi oleh satu atau dua orang teman


Disamping faktor penilai, sistem penilaian meliputi ukuran-

ukuran penilian ikut menentukan obyektifitas penilaian. Sistem

penilaian menurut Handoko dalam Martoyo (2006:95) mempunyai

syarat-syarat : mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job related)

praktis, mempunyai standar dan ukuran-ukuran yang dapat

diandalkan. Sedangkan jumlah dan jenis obyek yang dinilai harus

mempertimbangkan 3 (tiga) hal yaitu jenis jabatan yang dinilai, tujuan

penilaian secara obyek yang dinilai mencakup prestasi kerja dan

watak pribadi karyawan.

F. Penelitian Terdahulu

1. Firmansyah (2000) tentang “Analisis Pengembangan Sumber

Daya Manusia Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Pegawai

Biro Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan” dengan 4

variabel, yaitu: disiplin kerja, gaji, pendidikan dan latihan, serta

penempatan kerja. Dengan menggunakan metode regresi

berganda hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

independen secara koefisien korelasi berpengaruh positif,

dengan koefisien determinan variabel bebas terhadap

peningkatan kinerja sebesar 0,951 yang jika dipersentasekan

95,1% berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai. Dari

penelitian ini pula ditunjukkan variabel bebas dominan adalah

gaji.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2001) dengan judul

“Analisis Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang

Berpengaruh Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian

Daerah Kabupaten Bone”. Variabel yang digunakan adalah

diklat, gaji, penempatan kerja dan kedisiplinan dengan

menggunakan metode regresi berganda, Secara serempak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Ini ditunjukkan

dengan nilai R sebesar 0,890 atau 89%. Dan Secara parsila yang

paling dominan pengaruhnya adalah variabel diklat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh H. Baharuddin P ( 2004 ) dengan

judul “Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan pada PT.Bina Asih

Konsultan Makassar” dengan menggunakan variabel,

kedisiplinan, pendidikan dan latihan, gaji dan penempatan kerja

dengan menggunakan metode regresi berganda kempata

variabel secara serempak berpengaruh terhadap peningkatan

kinerja, dan yang paling berpengaruh signifikan adalah variabel

gaji dengan t hitung 3,507.

4. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurjanah (2008) dengan

judul “Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia dan Motivasi

Terhadap Komitmen Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja

Pegawai (Studi Pada Biro Lingkup Departemen Pertanian).

Penelitian ini mencoba untuk menguji pengaruh Kualitas Sumber


Daya Manusia dan Motivasi, terhadap komitmen organisasi

dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Biro lingkup

Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. Penelitian ini

menggunakan metode Proporsional random sampling dan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa

kuesioner. Populasi penelitian berjumlah 912 orang. Sedangkan

Sampel penelitian ini sebanyak 240 orang. Teknik analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Structural Equation

Model (SEM). Hasil penelitian Nurjanah (2008) menunjukan

bahwa Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Motivasi, Kualitas Sumber Daya Manusia

berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi,

Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen

organisasi, komitmen organisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai, Kualitas Sumber Daya

Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kary

awan, serta Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai.

5. Penelitian Putri (2014) dengan judul “Pengaruh Komitmen

Organisasi, Kualitas Sumber Daya Manusia, Motivasi dan

Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Organisasi Publik (Studi

Empiris pada SKPD Pemerintah Kabupaten Boyolali). Penelitian

ini bertujuan untuk menguji pengaruh komitmen organisasi,


Kualitas Sumber Daya Manusia, Motivasi dan kepuasan kerja

terhadap kinerja organisasi publik di SKPD Boyolali. Jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. populasi

dalam penelitian ini adalah pegawai Satuan Kerja Pemerintah

Daerah (SKPD) di kabupaten Boyolali. Teknik pengambilan

sampelnya adalah metode purposive sampling dan diperoleh dari

4 SKPD. Data dan sumber data yang digunakan adalah data

primer. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan

kuesioner kepada responden. Kuesioner dibagikan kepada 70

responden dan hanya 59 responden yang mengisi kuesioner

tersebut. Alat analisis dalam penelitian ini meliputi (1) uji kualitas

data : uji validitas dan uji reliabilitas, (2) uji asumsi klasik: uji

normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokesdastisitas, (3) uji

analisis regresi linier berganda, (4) uji hipotesis: uji f, uji t dan

koefisien determinasi.

6. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariza luky

Faraditha (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Program

Training (Pelatihan) terhadap Kualitas Karyawan Pada Bagian

Administrasi PT. Sucofindo Cabang Samarinda” yang bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pelatihan dalam

menghasilkan karyawan yang berkualitas pada PT. Sucofindo

Cabang Samarinda khususnya pada bagian Administrasi.

Berdasarkan uji – F (Uji signifikan simultan) disimpulkan bahwa


ke-empat variable pelatihan bersama-sama berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas karyawan. Hal tersebut dapat

diketahui dari nilai F hitung (23.582) > F table (2,90) pada ɑ = 5%.

Berdasarkan uji t disimpulkan bahwa dari keempat variable yang

paling dominan mempengaruhi kualitas karyawan yaitu variable

bahan-bahan pelatihan dengan nilai thitung sebesar 3.332 dengan

tingkat signifikan 0.004 sedangkan variable yang berpengaruh

negatif dan tidak signifikan adalah variable pelatihan dengan nilai

thitung sebesar 1.339 dengan tingkat signifikan 0.395. koefisien

determain (R²) yaitu dengan nilai 0.832 artinya variable pelatihan

yang terdiri dari variable pelatihan, bahan-bahan pelatihan,

fasilitas pelatihan dan lama pelatihan mampu memberikan

penjelasan variable kualitas karyawan sebesar 83,2% dan

selebihnya dipengaruhi oleh variable lain yang tidak terdapat

pada persamaan model.

7. Anik Insyiah (2011) melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Peningkatan

Kinerja Karyawan Pada BMT Usaha Gabungan Terpadu (UGT)

Sidogiri Pusat dan Cabang Malang” dengan metode analisis

regresi linier berganda dan hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa secara simultan dengan tingkat signifikan 5%. Variable

motode diklat, materi diklat, instruktur diklat dan lama waktu diklat

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja. Secara


parsial dengan tingkat signifikan 5% metode diklat tidak

berpengaruh signifikan terlihat dari thitung sebesar 0,123 < ttabel

sebesar 2,042 dengan tingkat signifikansi 0,903. Variable materi

diklat berpengaruh signifikan dengan thitung sebesar 2,958 > ttabel

sebesar 2,042 dengan tingkat signifikan 0,006.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : (1) Kualitas Sumber

Daya Manusia berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi

publik, (2) Pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap

kinerja Karyawan.

G. Kerangka konseptual

Pada masa ini setiap organisasi atau perusahaan di tuntut untuk

senantiasa meningkatkan kualitas terhadap sumber daya manusia

yang tersedia untuk tetap mampu menyesuaikan diri dengan

perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.

Organisasi yang baik harus mampu mengetahui dengan pasti

bagaimana meningkatkan produktivitas. Produktivitas berasal dari

individu atau kelompok orang-orang yang memilki kapabilitas,

kebebasan berkreasi dalam menjalankan tugasnya. Dalam banyak

aspek sumber daya manusia memberikan konstribusi positif pada

kehidupan kerja yang berkualitas dengan menggunakan kemampuan

dan keterampilan mereka secara optimal.

Kualitas sumber daya manusia yang berkinerja adalah prestasi

yang dihasilkan dari suatu proses atau cara bertindak dalam suatu
fungsi kinerja dengan aktivitas sumber daya manusia dalam

melaksanakan suatu pekerjaan yang diberikan untuk menghasilkan

output. Demikian pula pegawai negeri berkaitan dengan sistem,

mekanisme dan prosedur yang berlaku diorganisasi dalam

pencapaian tujuan.

Terdapat berbagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan

Pengumpan Regional Wilayah I Takalar, akan dipaparkan sebagai

berikut yakni, kualitas sumber daya manusia, pendidikan dan

pelatihan.

Kualitas yang dimiliki pegawai secara otomatis harus lebih cepat

bekerja dibandingkan dengan pegawai yang tidak memiliki Kualitas

karena kemungkinan besar pegawai tersebut telah memperoleh

pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap tugas

dan pekerjaan. Penggunaan waktu kerja yang baik juga merupakan

gambaran Kualitas pegawai, dimana jam yang disediakan benar-benar

dimanfaatkan atau digunakan secara optimal. Selanjutnya kualitas

pekerjaan yang memadai juga merupakan gambaran Kualitas pegawai

pemerintah, karena adanya penempatan pegawai pada posisi atau

jabatan yang tepat, berarti kualitas pekerjaan akan menunjukkan hasil

yang menggembirakan bagi pegawai pemerintah bersangkutan

karena merasa sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki

dengan pekerjaan yang diberikan.


Menurut Stoner et. al (1996) Kualitas Sumber Daya Manusia

(leadership styles) merupakan berbagai pola tingkah laku yang disukai

oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi

pekerja. Dari pengertian tersebut terungkap bahwa apa yang

dilakukan oleh atasan mempunyai pengaruh terhadap bawahan, yang

dapat membangkitkan semangat dan kegairahan kerja maupun

sebaliknya. Seorang pemimpin harus mampu memotivasi pegawai

untuk bekerja lebih baik, hal ini akan membuat pegawai lebih hati-hati

berusaha mencapai target yang diharapkan perusahaan, hal tersebut

berdampak pada kinerjanya. Hasil penelitian Ogbonna dan Harris

(2000) menunjukkan motivasi kerja mampu memoderasi pengaruh

Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap kepuasan kerja yang

berdampak pada peningkatan kinerja pegawai.

Melalui pendidikan dan pelatihan, kekurangan dan kelemahan

sumber daya manusia bisa ditingkatkan kemampuannya sehingga

kinerja pegawai dapat meningkat dibanding sebelum diadakan

pendidikan dan pelatihan meningkatnya kemampuan ini akan

meningkatkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri akan mampu

meningkatkan motivasi kerja, rasa percaya diri juga mengurangi

ketergantungan pekerja pada orang lain dan rasa percaya diri yang

besar akan menumbuhkan semangat dan gairah yang tentunya akan

meningkatkan kinerja.
Dan untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan sumber daya

manusia yang berkualitas dari setiap individu. Dimana dalam

pengembangan sumber daya manusia perlu diberikan penempatan

kerja yang dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Penempatan

kerja berdasarkan pada pengalaman kerja yang dimiliki, promosi

jabatan yang diberikan, orientasi kerja yang dilakukan dan wilayah

kerja. (Ibrahim, 2000:21).

Pada perinsipnya manusia yang berada pada lingkungan atau

kehidupan organisasi harus berusaha untuk menentukan dan

membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasikan kepentingan

semua pihak, hal ini untuk dapat menjalankan aktivitasnya yang tidak

saling berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-

masing individu. Sesuatu yang dimaksud adalah budaya dimana

individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan lain

sebagainya. Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual penelitian

dapat dilihat pada gambar berikut ini :


Gambar 1. Kerangka Konseptual

KUALITAS

KINERJA

PELATIHAN

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya dan kerangka konseptual maka, hipotesis dari penenlitian

ini adalah

1. Diduga faktor kualitas Sumber Daya Manusia, berpengaruh

nyata dan signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai

Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan

Kantor Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan Regional

Wilayah I Takalar.

2. Diduga faktor Pendidikan dan Pelatihan berpengaruh lebih

dominan terhadap peningkatan kinerja pegawai Kantor Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor Unit


Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I

Takalar.

3. Diduga kualitas Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan

Pelatihan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja

pegawai Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan

dan Kantor Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan

Regional Wilayah I Takalar.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Perhubungan Provinsi

Sulawesi Selatan pada Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan

Regional Wilayah I Takalar dengan waktu penelitian berlangsung selama 3

(tiga) bulan, mulai Februari – April 2020.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiono 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah sebagian pegawai

yang ada pada lingkup Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi

Selatan sebanyak 40 orang dan seluruh pegawai pada Kantor Unit

Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar

sebanyak 20 orang total populasi sebanyak 60 orang. Berikut adalah

jumlah populasi pegawai yang akan menjadi subjek penelitian pada

Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor Unit

Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan Wilayah I Takalar :

Tabel 3.1. Populasi Penelitian


No UNIT KERJA A B C D E Jumlah
A Dinas Perhubungan Prov. Sulsel
1 Bidang Pelayaran 1 1
2 Seksi Angkutan Laut 1 4 3 6 14
3 Seksi Kepelabuhanan 1 3 0 8 12
4 Seksi ASDP 1 2 4 6 13
Jumlah A 40
B UPT Pelabuhan Pengumpan Wil.
I Takalar
1 Kepala UPT 1 1
2 Sub Bagian Tata Usaha 1 1 2 2 6
3 Seksi Operasional 1 1 1 5 8
4 Seksi Keselamatan 1 2 0 2 5
Jumlah B 20
Jumlah Total A+B 2 6 13 10 29 60

Keterangan :

A = Kepala Bidang/ Kepala UPT (S1 – S3)

B = Kepala Seksi (S1 – S2)

C = Staf dengan tingkat Pendidikan S1

D = Staf dengan tingkat Pendidikan D3

E = Staf dengan tingkat Pendidikan SMA

Dengan melihat jumlah populasi tidak terlalu besar yang

berjumlah 60 orang, maka sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara

sampel jenuh, yaitu seluruh populasi yang berjumlah 60 orang dilibatkan

sebagai respoinden penelitian.

Variabel bebas adalah kualitas suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses, tugas

serta lingkungan. Sedangkan kinerja sebagai variable terikat adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang

diberikannya.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari karakteristik dan jumlah dari

populasi penelitian (Sugiono, 2011:81). Pengambilan sampel dilakukan

karena keterbatasan waktu, dana dan tempat. Penelitian ini

menggunakan sampel berdasarkan rumus Slovin, yaitu :

RUMUS SLOVIN
X = Σ ( F. X) ∶ KETERANGAN
N
n = Jumlah Sampel
n = N / (N (e)² + 1 N = Jumlah Seluruh Populasi
e = Toleransi Error

n =?
N = 60
e = 0.05
Jadi :

n = 60 / (60 (0,05)² + 1)
= 60 / (60 (0.002) + 1)
= 60 x 0.002 = 0.100
= 1 + 0.100 = 1.100
= 60 / 1.100
n = 51
Sampel pada penelitian ini berjumlah 55 orang, dengan taraf

signifikansi 0,05. Dalam menentukan data yang akan diteliti, teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan Probability

Sampling. Probability Sampling adalah Teknik sampling yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiono 2011).


C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

- Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Data ini

diperoleh dari pengukuran langsung maupun dari angka-angka

yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi data

kuantitatif. Data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan

sama oleh semua orang.

- Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan

kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-

kata. Data ini biasa didapat dari wawancara dan bersifat subjektif

sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda.

Data kualitatif bisa diangkakan dalam bentuk ordinat atau

ranking.

2. Sumber Data

- Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian

langsung di lapangan atau dapat juga dikatakan bahwa data

primer adalah data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh

peneliti, baik dari hasil penyebaran kuesioner pada responden

yang terpilih atau dari hasil wawancara langsung di lapangan.

- Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

atau melewati perantara. Data sekunder diperoleh melalui

dokumentasi diantaranya data mengenai gambaran umum

tempat penelitian dan lain-lain.


D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka teknik

penelitian yang di gunakan adalah :

1. Observasi

Metode ini dipergunakan sebagai salah satu piranti dalam

pengumpulan data berdasarkan pengamatan secara langsung

terhadap unsur-unsur yang berhubungan dengan pengaruh

pengembangan SDM terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Unit Pelaksana Teknis

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar.

2. Wawancara

Yaitu dialog secara langsung untuk memperoleh informasi dari

responden yang terpilih dalam menghimpun informasi yang relevan

dengan penelitian yang diadakan di Kantor Dinas Perhubungan

Provinsi Sulawesi Selatan dan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan

Pengumpan Regional Wilayah I Takalar.

3. Kuesioner

Adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah

pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada responden dengan

maksud untuk memperoleh data yang akurat dan valid. Butir

pernyataan/pertanyaan dan pilihan jawaban dalam konsioner

disesuaikan dengan variable-variabel yang akan diukur. Kuensioner

akan diantarkan langsung diambil kembali setelah diisi oleh


responden. Namun jika tidak memungkinkan maka kuensioner akan

diambil paling lambat 2 minggu setelah penyerahan atau sesuai

waktu yang telah disepakati dengan responden. Kuensioner yang

dibagikan kepada responden berjumlah 60 kuensioner. Distribusi

penyebaran kuensioner disajikan dalam table berikut ini :

Tabel 3.2. Distribusi Penyebaran Kuensioner untuk Analisa Data

Kuensioner Kuensioner Kuensioner


No Unit Kerja yang yang yang dapat
dikirim kembali diolah
A Dinas Perhubungan Prov Sulsel
1 Bidang Pelayaran 1 1 1
2 Seksi Angkutan Laut 14 12 12
3 Seksi Kepelabuhanan 12 11 11
4 Seksi ASDP 13 13 13
B UPT Pelabuhan Pengumpan
Wil. I Takalar
1 Kepala UPT 1 1 1
2 Sub Bagian Umum 6 6 6
3 Seksi Operasional 8 8 8
4 Seksi Keselamatan 5 5 5
TOTAL 60 57 57

Sumber : data Primer diolah 2020

Berdasarkan table tersebut terlihat bahwa kuensoner yang

dikirim adalah sebanyak 60 kuensioner. Kuensioner yang kembali

sejumlah 57 kuensioner, dan seluruh kuensioner dapat diolah untuk

di analisis datanya.

4. Dokumentasi

Yaitu data yang diperoleh melalui pencatatan-pencatatan dari

dokumen-dokumen yang terdapat pada lokasi penelitian yang ada

kaitannya dengan objek penelitian baik dengan cara mengambil data


tertulis atau gambar (foto) secara langsung maupun dengan cara

memperoleh dari kantor tempat penelitian dilakukan.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistic deskriptif bertujuan untuk memberikan

deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variable

yang diperoleh dari kelompok subjek atau sampel yang diteliti dan

tidak dimasudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2004:76).

Untuk mengetahui gambaran tentang kualitas sumber daya

manusia, Pendidikan dan pelatihan, dilakukan dengan

menggunakan statistik deskriptif meliputi distribusi frekuensi yang

terdiri dari: skor rata-rata (mean), skor minimum, skor maksimum,

dan simpangan baku.

Selanjutnya, data yang ada dianalisis dengan menggunakan

bantuan Progam SPSS versi 22.0. Kemudian, untuk mengetahui

kecenderungan masing-masing variabel dibuat kategorisasi,

dengan mengadaptasi batasan-batasan menurut Azwar (2015:108)

seperti disajikan pada Tabel dibawah ini.

Rumus Kategori
M + (1,5 S) < X Sangat Tinggi

M + (0,5 S) < X ≤ M + (1,5 S) Tinggi


M - (0,5 S) < X ≤ M + (0,5 S) Sedang

M - (1,5 S) < X ≤ M - (0,5 S) Rendah


X ≤ M - (1,5 S) Sangat Rendah
Tabel 3.3. Batasan Kategorisasi
Perhitungan skor tertinggi dan terendah berdasarkan jumlah butir

dan penskoran. Jumlah pertanyaan pada instrumen penelitian

adalah n butir dengan penskoran 1 sampai 5 sehingga skor

terendah = n x1 dan skor tertinggi = n x 5

2. Analisis Statistik Inferensial

a. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji normalitas Data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui normal

tidaknya data yang diperoleh. Uji normalitas dilakukan

dengan uji Kolmogorov Smirnov. Untuk mendapatkan nilai

Kolmogorov Smirnov dilakukan dengan menggunakan

bantuan program SPSS (Statistical Product and Service

Solution) versi 22,0 for windows. Apabila nilai probabilitas >

atau = 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal,

sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka data dinyatakan

berdistribusi tidak normal.

b. Uji linieritas Data

Uji liniearitas digunakan untuk menguji apakah hubungan

independent variable (X) dengan dependent variable (Y)

memiliki hubungan yang linear secara signifikan. Apabila

linear maka kenaikan skor variabel X diikuti dengan kenaikan

skor variabel Y. Uji linearitas dilihat pada tabel ANOVA pada

baris Deviation from Linearity, dimana jika nilai pada


Deviation from Linearity > nilai signifikansi 5% (0,05) maka

antara variabel bebas dan terikat mempunyai hubungan yang

linear.

c. Uji Multikolinearitas

Uji mulitikolinearitas digunakan untuk menguji persyaratan

analisis regresi ganda yaitu untuk mengetahui

multikolinearitas atau antar variabel tidak saling terkait (harus

independent). Uji multikolinearitas menggunakan besaran

tolerance (𝛼)dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika angka

pada tolerance menunjukkan > 0,1 dan VIF menunjukkan <

10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, apabila

angka-angka pada kolom tolerance menunjukkan < 0,1 dan

VIF menunjukkan > 10 maka terjadi multikolinearitas.

b. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi ganda digunakan peneliti dengan maksud

untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas sumber daya

manusia, pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai.

Persamaan yang menyatakan bentuk hubungan antara

variable independent (X) dan variable dependent (Y) disebut

dengan persamaan regresi.

Adapun bentuk persamaan regresi linear berganda yaitu

(Sugiyono, 2009:275);
Ŷ= a+b X +b X + b X

Dimana :

Ŷ = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Nilai Y ketika X = 0 (harga konstan pada saat X1, X2

dan X3 = 0)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan

angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen

(terikat) yang didasarkan pada perubahan variabel

independen (bebas). Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka

arah garis turun.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai

nilai tertentu.

Jika b1, b2, dan b2 positif, maka hal ini menunjukkan

hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan

besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau

penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai b1,

b2, dan b2 negatif berarti menunjukkan hubungan yang

berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel

bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel

terikat, dan sebaliknya.


c. Analisis Korelasi

Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya

hubungan antar dua variable atau lebih. Untuk mencari

hubungan tersebut dilakukan dengan menghitung korelasi antar

variabel yang akan dicari hubungannya.

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi

(hubungan) antara dua variabel. Menurut Sugiyono (2009:227),

terdapat beberapa teknik statistik korelasi yang digunakan untuk

menguji hipotesis asosiatif. Koefisien mana yang akan dipakai

tergantung pada jenis data yang dianalisis. Dalam analisis

regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah

hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Berikut adalah rumus dari korelasi ganda dua variabel dan

korelasi parsial (Sugiyono, 2009:233-237). Untuk dapat

memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi , maka dapat

berpedoman pada tabel nilai r berikut:


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Tabel 3.4. Interpretasi koefisien korelasi
F. Definis Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang dinyatakan

dalam kriteria atau operasi yang dapat diuji. Variabel yang di teliti secara

operasional akan didefinisikan sebagai berikut:

1. Kinerja Pegawai (Y) adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya baik bersifat fisik/materi

maupun non fisik/non materi. Variabel ini diukur dengan indikator-

indikator yaitu kualitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan

komunikasi.

2. Kualitas sumber daya manusia (X1) adalah kemampuan yang dimiliki

pegawai berisi seperangkat pengetahuan. Variabel ini diukur dengan

indikator-indikator yaitu mengetahui dan memahami Visi Misi

Organisasi, Mengetahui analisis jabatan, latar belakang pendidikan,

diklat teknis yang diikuti.

3. Pendidikan dan pelatihan (X2) adalah jenjang pendidikan/latihan yang

telah diselesaikan atau pernah diikuti oleh karyawan dan

diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas pokok sehari-hari dengan

indikator sebagai berikut: keterampilan, pendidikan fungsional dan

struktural.

4. Kedisiplinan (X3) adalah sikap dan tingkah laku dari karyawan dalam

menyelesaikan tugas pokok sehari-hari dengan indikator sebagai

berikut : tepat waktu, taat pada peraturan, kerajinan, dan kehadiran

karyawan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan

Merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang

perhubungan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Gubernur melalui SEKDA. Dinas Perhubungan mempunyai

tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang

perhubungan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas

pembantuan. Dinas Perhubungan dalam melaksanakan tugasnya

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

 Perumusan kebijakan Bidang Lalu Lintas Jalan, Angkutan Jalan,

Jaringan Transportasi dan Perkeretaapian, dan Pelayaran;

 Pelaksanaan kebijakan Bidang Lalu Lintas Jalan, Angkutan Jalan,

Jaringan Transportasi dan Perkeretaapian, dan Pelayaran;

 Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Bidang Lalu Lintas Jalan,

Angkutan Jalan, Jaringan Transportasi dan Perkeretaapian, dan

Pelayaran;

 Pelaksanaan pembinaan administrasi dan kesekretariatan kepada

seluruh unit kerja di lingkungan Dinas Perhubungan; dan

 Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai

tugas dan fungsinya.


Dinas Perhubungan dipimpin oleh Kepala Dinas yang

membawahi Sekretaris, Bidang Lalu Lintas Jalan, Bidang Angkutan

Jalan, Bidang Jaringan Transportasi dan Perkeretaapian, Bidang

Pelayaran dan UPT Dinas yang terdiri dari 3 UPT Pengelolaan

Prasarana Perhubungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan 5 UPT

Pelabuhan Pengumpan Regional. UPT yang dimaksud adalah :

 UPT pada sektor Perhubungan Darat meliputi :

1. UPT Pengelolaan Prasarana Perhubungan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Wilayah I berkedudukan di Bantaeng yang meliputi

wilayah kerja Pelayanan Kabupaten Takalar, Kabupaten

Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba,

Kabupaten Sinjai, dan Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. UPT Pengelolaan Prasarana Perhubungan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Wilayah II berkedudukan di Parepare yang

meliputi wilayah kerja pelayanan pada Kabupaten Barru, Kota

Parepare, Kabupaten Sidrap, Kabupaten Pinrang, Kabupaten

Bone, Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Wajo.

3. UPT Pengelolaan Prasarana Perhubungan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Wilayah III berkedudukan di Kota Palopo, yang

meliputi wilayah kerja pelayanan pada Kota Palopo, Kabupaten

Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten

Toraja Utara, Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang.

 UPT pada sektor Perhubungan Laut


1. UPT Pelabuhan Pengumpan Takalar, Kelas A

berkedudukan di Takalar yang meliputi wilayah kerja

pelayanan pada Pelabuhan Pengumpan Galesong

Kabupaten Takalar, Pelabuhan Pengumpan Paotere Kota

Makassar, Pelabuhan Pengumpan Maccini Baji Kabupaten

Pangkep, dan Pelabuhan Pengumpan Biringkassi

Kabupaten Pangkep;

2. UPT Pelabuhan Pengumpan Bone, Kelas A berkedudukan

di Bone yang meliputi wilayah Kerja pelayanan pada

Pelabuhan Pengumpan Pattirobajo Kabupaten Bone,

Pelabuhan Pengumpan Siwa Kabupaten Wajo dan

Pelabuhan Pengumpan Awerange Kabupaten Barru;

3. UPT Pelabuhan Pengumpan Luwu Timur, Kelas A

berkedudukan di Luwu Timur yang meliputi wilayah Kerja

pelayanan pada Pelabuhan Pengumpan Marabombang

Kabupaten Pinrang dan Pelabuhan Pengumpan Malili

Kabupaten Luwu Timur;

4. UPT Pelabuhan Pengumpan Selayar, Kelas A

berkedudukan di Selayar yang meliputi wilayah Kerja

pelayanan pada Pelabuhan Pengumpan Jampea

Kabupaten Kepulauan Selayar, Pelabuhan Pengumpan

Kalaotoa Kabupaten Kepulauan Selayar, Pelabuhan


Pengumpan Pamatata Kabupaten Kepulauan Selayar dan

Pelabuhan Pengumpan Kabupaten Sinjai; dan

5. UPT Pelabuhan Pengumpan Bira, Kelas A berkedudukan

di Bulukumba yang meliputi wilayah Kerja pelayanan pada

Pelabuhan Pengumpan Bira Kabupaten Bulukumba,

Pelabuhan Pengumpan Bantaeng Kabupaten Bantaeng

dan Pelabuhan Pengumpan Jeneponto Kabupaten

Jeneponto.

B. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan

Visi

“Dinas Perhubungan Sebagai Penyelenggara Transportasi Yang

Profesional dan Handal Menuju Tercapainya Konektifitas di Kawasan

Timur Indonesia”

Misi

1. Menyediakan sarana dan prasarana Perhubungan sesuai

kebutuhan;

2. Menciptakan system pelayanan transportasi yang selamat,

aman, nyaman dan mampu menjangkau seluruh Provinsi

Sulawesi Selatan;

3. Memberdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam

mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban transportasi;


4. Mengembangkan kemampuan sumber daya manusia agar

mampu melaksanakan tugas secara professional.

C. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan

1. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Prov. Sulsel

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi

Selatan

2. Struktur Organisaso UPT Pelabuhan Pengumpan Wilayah I

Takalar

KASUBAG TATA USAHA

Gambar 3.2. Struktur Organisasi UPT Pelabuhan Pengumpan Regional


D. Deskripsi Jabatan

Pada deskripsi jabatan, peneliti hanya menjelaskan sub bagian tata

usaha dan kelompok jabatan fungsional pada UPT Pelabuhan

Pengumpan Regional wilayah I Takalar dimana peneliti bertugas.

1. Sub Bagian Tata Usaha

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 29 tshun 2018

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Pelabuhan Pengumpan Pada Dinas Perhubungan Provinsi

Sulawesi Selatan, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas

membantu Kepala UPT dalam mengoordinasikan dan

melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi penyusunan

program, pelaporan, umum, kepegawaian dan keuangan

dalam lingkup UPT.

Sub bagian tata usaha terdiri dari Analisis tata usaha,

Pengelola Keuangan dan Pengadministrasi umum

2. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional adalah kelompok jabatan yang

bertugas di Pelabuhan Pengumpan Regional. Kelompok

jabatan fungsional ini terdiri dari petugas kepelabuhanan,

petugas bongkar muat, petugas keselamatan pelabuhan

E. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan

melalui kuesioner dan dibagikan kepada responden. Responden


dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor Unit Pelaksana

Teknis Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar dan

sebagian pegawai Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi

Selatan.

Peneliti membagikan kuesioner kepada responden sebanyak 60

kuensioner. Kuensioner yang kembali sejumlah 58 kuensioner, dan

kuensioner yang diolah untuk analisis data sebanyak 51 kuensioner,

sedangkan 7 kuensioner lainnya merupakan data yang bersifat outlier

sehingga peneliti tidak menggunakan data-data tersebut agar tidak

menimbulkan bias pada hasil penelitian. Karakteristik responden

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden digunakan untuk mengetahui

keterlibatan gender atau jenis kelamin dalam pengelolaan

operasional pelabuhan pengumpan regional Takalar yang

merupakan wilayah kerja kantor Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan

Pengumpan Wilayah I Takalar. Sampel penelitian untuk 60 orang

responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel: 4.1. Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


JENIS KELAMIN JUMLAH PRESENTASE

Laki - Laki 45 75%

Perempuan 15 25%

Total 60 100%

Sumber : Data Primer diolah 2020


Dari tabelDe tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah berjenis

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 45 orang responden (75%),

sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 15 orang responden (25%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden

Umur responden diharapkan dapat menggambarkan tingkat

pengalaman. Sampel penelitian untuk 60 orang responden

berdasarkan usia dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2. Demografi Responden Berdasarkan Umur


Umur Jumlah Persentase

20 – 30 tahun 5 8%

31 – 40 tahun 18 30%

41 – 50 tahun 28 47%

> 50 tahun 9 15%

Total 60 100%

Sumber : data Primer diolah 2020

Berdasarkan tabel 4.2, sebagian besar responden yang

berpartisipasi dalam penelitian ini adalah responden berumur 41

– 50 tahun, yaitu sebesar 47%.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pelatihan

Tingkat Pelatihan responden diharapkan dapat digunakan

sebagai indikator untuk mengetahui tingkat kapasitas individu

yang berpartisipasi dalam pengelolaan pelabuhan pengumpan


regional takalar. Sampel penelitian sebesar 60 responden dilihat

dari tingkat Pelatihan dapat ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Demografi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Pelatihan Jumlah Persentase

SLTA 8 13,33%

Diploma 29 48.33 %

S1 18 30%

S2 5 8,33%

Total 60 100%

Sumber : data Primer diolah 2020

Pada tabel diatas dapat dilihat dari tingkat Pelatihan

mayoritas berasal dari tamatan Diploma, yaitu sebesar 29 orang

(48.33%). Kemudian tamatan S1 sebanyak 18 orang (30%),

tamatan D3 8 orang (13,33%) dan sisanya sebanyak 5 orang

(8,33%) mempunyai Pelatihan terakhir S2.

Nasution, (1999:13) setiap bangsa, setiap individu pada

umumnya menginginkan Pelatihan. Dengan Pelatihan yang

dimaksud adalah Pelatihan formal, makin banyak dan makin tinggi

Pelatihan makin baik. Bahkan diinginkan agar setiap warga

negara melanjutkan Pelatihannya sepanjang hidup.

F. Hasil Penelitian

Maksud dari Deskripsi data penelitian adalah untuk

menggambarkan jawaban pegawai terhadap variabel-Variabel


penelitian yang meliputi Kualitas Sumber Daya Manusia, Pelatihan

dan Pelatihan serta Kinerja.

1. Kinerja

Kinerja Pegawai (Y) adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya baik bersifat

fisik/materi maupun non fisik/non materi. Variabel ini diukur dengan

indikator-indikator yaitu kualitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif,

kemampuan, dan komunikasi

2. Kualitas Sumber Daya Manusia.

Kualitas sumber daya manusia (X1) adalah kemampuan yang

dimiliki pegawai berisi seperangkat pengetahuan. Variabel ini

diukur dengan indikator-indikator yaitu latar belakang Pelatihan,

keahlian.

3. Pelatihan dan Pendidikan

Pelatihan dan pendidikan (X2) adalah jenjang Pelatihan/pendidikan

yang telah diselesaikan atau pernah diikuti oleh karyawan dan

diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas pokok sehari-hari

dengan indikator sebagai berikut: keterampilan, Pelatihan

fungsional dan struktural.

4. Kedisiplinan

Kedisiplinan (X3) adalah sikap dan tingkah laku dari karyawan

dalam menyelesaikan tugas pokok sehari-hari dengan indikator


sebagai berikut : tepat waktu, taat pada peraturan, kerajinan, dan

kehadiran karyawan.

Berdasarkan hasil analisis Descriptive Statistics dengan menggunakan

program SPSS 22.0 untuk variabel-Variabel yang diteliti dapat dilihat pada

tabel 4.4 dibawah ini :

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Kinerja 30.0000 2.78388 57
Kualitas SDM 31.0351 2.76435 57
Pendidikan 29.3684 3.08007 57
Kedisiplinan 29.0175 2.90622 57
Tabel. 4.4. Descriptive Statistics

Berikut ini hasil dari statistik deskriptif untuk masing-masing Variabel :

1. Uji Regensi Linear Berganda + Asumsi Klasik

Asumsi Klasik uji regresi linear BERGANDA (BERGANDA karena ada

> 1 Variabel bebas):

a. Data interval (data anda sudah data interval, jadi tdk perlu diuji).

b. Linearitas (Hubungan linear antara masing-masing X dan Y,

diperlukan jika ingin membentuk model terbaik, sedangkan untuk

konfirmasi maka tidak perlu dilakukan).

c. Tidak ada outlier pada residual.

d. Residual berdistribusi normal.

e. Homoskedastisitas.

f. Non Multikolinearitas.

g. Tidak ada Autokorelasi. (Untuk data time series).


Agar residual dapat berdistribusi normal dan tidak ada outlier, Variabel

terikat (Y) harus bebas outlier. Karena nilai residual adalah beda antara

Y dengan Y Prediksi. Y Prediksi adalah Y hasil persamaan regresi yang

didapat. Misal Yi actual = 3 dan Xi actual = 10. Persamaan regresi Y=A

+ Beta(X) + e = 0,5 + 0,2(X) + e, maka Y= 0,5 + 0,2(10) = 2,5. Jadi Y

prediksi = 2,5. Residual: Y-Y prediksi = 3-2,5=0,5. Jadi Residual sampel

ke-i adalah 0,5.

Uji Regresi Linear Berganda: Koefisien determinasi atau R Square dan

Adjusted R Square, Uji F atau Uji Simultan, Uji T Parsial, Koefisien

Estimasi dan persamaan regresi, Deteksi Normalitas dan

heteroskedastisitas dengan grafik, Deteksi Multikolinearitas dan Outlier.

Model REGRESI yang akan dibentuk:

Ŷ = α + β1 (X1) + β2 (X2) + β3 (X3) + β4 (X4) + e.

Dimana:

Ŷ = Kepatuhan KINERJA PREDIKSI,

X1 = Kualitas SDM,

X2 = Pelatihan,

X3 = Keidisiplinan

Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Kinerja 30.0000 2.78388 57
Kualitas SDM 31.0351 2.76435 57
Pelatihan 29.3684 3.08007 57
Kedisiplinan 29.0175 2.90622 57
Tabel 4.5. Descriptive Statistics
Diatas adalah analis descriptive per variabel (Terutama perhatikan

standart deviasi Variabel Dependen (VD) yaitu Y atau KINERJA. Nanti

akan dibandingkan dengan standart error of estimate. Jumlah sampel

sebanyak 57 sampel.

2. Korelasi Antar Semua Variabel

Hubungan Variabel bebas dengan variable terikat secara individual, tanpa


melihat peran variable bebas lainnya
Correlations
Kinerja Kualitas SDM Pendidikan Kedisiplinan
Pearson Correlation Kinerja 1.000 .722 .525 .620
Kualitas SDM .722 1.000 .284 .447
Pelatihan .525 .284 1.000 .374
Kedisiplinan .620 .447 .374 1.000
Sig. (1-tailed) Kinerja . .000 .000 .000
Kualitas SDM .000 . .016 .000
Pelatihan .000 .016 . .002
Kedisiplinan .000 .000 .002 .
N Kinerja 57 57 57 57
Kualitas SDM 57 57 57 57
Pelatihan 57 57 57 57
Kedisiplinan 57 57 57 57
Tabel 4.6. Tabel Correlations

Besarnya korelasi pearson product moment antar Variabel. Semakin

mendekati 1 atau -1 maka korelasi makin kuat. Jika positif maka

hubungan positif, sebaliknya jika negative maka hubungannya

negative.

a. Hubungan antara X1 dengan Y: Nilai koefisien korelasi r pearson

product moment sebesar 0,722 dimana nilainya positif sehingga

arah hubungan keduanya positif yg artinya jika X1 meningkat maka

Y juga akan ikut meningkat. Nilai p value sebesar 0,000<0,05 maka

terima H1 atau yang berarti hubungan keduanya signifikan.


b. Hubungan antara X2 dengan Y: Nilai koefisien korelasi r pearson

product moment sebesar 0,525 dimana nilainya positif sehingga

arah hubungan keduanya positif yg artinya jika X2 meningkat maka

Y juga akan ikut meningkat. Nilai p value sebesar 0,000 < 0,05

maka terima H1 atau yang berarti hubungan keduanya signifikan.

c. Hubungan antara X3 dengan Y: Nilai koefisien korelasi r pearson

product moment sebesar 0,620 dimana nilainya positif sehingga

arah hubungan keduanya positif yg artinya jika X3 meningkat maka

Y juga akan ikut meningkat. Nilai p value sebesar 0,000 < 0,05

maka terima H1 atau yang berarti hubungan keduanya signifikan.

Variabels Entered/Removed a
Variabels
Model Variabels Entered Removed Method
1 Kedisiplinan, Kualitas SDM, Pelatihanb . Enter
a. Dependent Variabel: Kinerja
b. All requested variabels entered.
Tabel 4.7. Variabel Entered/Removed

Tabel diatas menunjukkan proses memasukkan dan mengeluarkan

variabel, karena menggunakan metode enter, maka semua

dimasukkan secara serentak dan tanpa mengeluarkan variabel.

3. Uji Simultan

Model Summaryb
Std. Error Change Statistics
R Adjusted R of the R Square Sig. F
Model R Square Square Estimate Change F Change df1 df2 Change
1 .833a .693 .676 1.58486 .693 39.929 3 53 .000
a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan, Pendidikan, Kualitas SDM
b. Dependent Variable: Kinerja
Tabel 4.8. Variabel Entered/Removed

Table diatas merupakan tabel yang menunjukkan apakah model regresi

linear yang anda lakukan valid atau tidak. Dikatakan valid apabila nilai
Sig. F Change < 0,05. Data anda menunjukkan 0,000 maka dikatakan

valid. Anda juga dapat menggunakan perbandingan antara F Hitung

dan F Tabel. Yaitu di atas F Change = 39.929. Bandingkan dengan F

tabel Pada Numerator DF1 = 3 (Jumlah variabel bebas) dan DF2= 53

(jumlah sampel - Jumlah variabel bebas - 1). Apabila F Hitung > F Tabel

maka model valid.

4. Standar Error Regresi

Lihat nilai Standart Error of the Estimate di atas 1.58486 dimana <

standart deviasi variabel terikat atau Y (lihat deskriptiv di atas) 2.78388

maka model regresi valid untuk menjadi model prediksi

5. Koefisien Determinasi Berganda

Apakah Variabel Independen dapat menjelaskan Variabel dependen?

Lihat nilai R Square dan adjusted R Square, bila mendekati 1 maka

semakin besar dapat menjelaskan Variabel dependen (Minat

Pembelian).

Nilai R atau korelasi ganda sebesar 0,833 maka R Square 0,693

dengan nilai Adjusted R Square: 0,676>0,5 menunjukkan bahwa

sekumpulan Variabel bebas dapat menjelasakan secara kuat Variabel

terikat dan signifikan sebab uji simultan terima H1. Besar pengaruhnya

yaitu sebesar 67,6%, sedangkan selebihnya 100-67,6= 32,4%

dijelaskan oleh Variabel lain di luar Variabel bebas yang diteliti.


6. Uji Simultan

Di bawah ini adalah tabel ANOVA (Analysis Of Variabeliance) untuk

menjawab Hipotesis Simultan. Lihat nilai F Hitung dan bandingkan

dengan F Tabel seperti cara di atas. Bisa dengan melihat Sig. Jika Sig.

< 0,05 maka secara simultan semua Variabel independen (predictors)

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap Variabel dependen.

Nilai Sig. Ini digunakan untuk untuk menjawab hipotesa penelitian: Jika

< 0,05 maka H1 diterima/H0 ditolak.

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 300.876 3 100.292 39.929 .000b
Residual 133.124 53 2.512
Total 434.000 56
a. Dependent Variable: Kinerja
b. Predictors: (Constant), Kedisiplinan, Pelatihan, Kualitas SDM
Tabel 4.9. Anova

Pada table diatas dapat lihat nilai Uji F Anova: 39.929 dg Sig Uji F: 0,000

< 0,05 maka ada pengaruh Variabel independen secara simultan

terhadap Variabel dependent atau H1 diterima dan H0 ditolak.

7. Uji Parsial

Uji Parsial ini untuk menjawab Hipotesis Simultan, dibawah ini adalah

hasil uji t parsial dan model persamaan regresi. Dikatakan sebuah

predictors (x) secara parsial atau dengan memperhatikan predictors lain

di dalam model apakah mempunyai pengaruh terhadap dependen.

Pada data dibawah ini:


Hasil uji parsial X1, terhadap Y: Harga nilai t Variabel X1 = 6,009

dengan sig. atau p value t parsial sebesar 0,000 di mana < 0,05 maka

X1 dengan memperhatikan variabel yang lain mempunyai pengaruh

yang bermakna terhadap dependen atau Y. Hasil uji parsial X2,

terhadap Y: Harga nilai t Variabel X2 = 3,264 dengan sig. atau p value

t parsial sebesar 0,002 di mana < 0,05 maka X2 dengan memperhatikan

variabel yang lain mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap

dependen atau Y. Hasil uji parsial X3, terhadap Y: Harga nilai t Variabel

X3 = 3,248 dengan sig. atau p value t parsial sebesar 0,002 di mana <

0,05 maka X3 dengan memperhatikan variabel yang lain mempunyai

pengaruh yang bermakna terhadap dependen atau Y. Maka variabel

bebas yang terima H1 atau berpengaruh bermakna secara parsial

terhadap Y adalah: X1, X2 dan X3 sebab p value dari X1 sebesar 0,000

< 0,05, X2 sebesar 0,002 < 0,05 dan X3 nilai p valuenya 0,002<0,05.

Sehingga ketiga variabel tersebut uji parsialnya terima H1 atau terbukti

signifikan berpengaruh secara parsial terhadap Y.


Coefficientsa
Unstandardized Standardized 95.0% Confidence Interval Collinearity
Coefficients Coefficients for B Correlations Statistics

Lower Upper Zero-


Model B Std. Error Beta t Sig. Bound Bound order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)
-1.326 2.883 -.460 .647 -7.110 4.457

Kualitas
.520 .086 .516 6.009 .000 .346 .693 .722 .637 .457 .785 1.274
SDM

Pendidikan .244 .075 .270 3.264 .002 .094 .395 .525 .409 .248 .843 1.186

Kedisiplinan .276 .085 .288 3.248 .002 .106 .447 .620 .407 .247 .734 1.363

a. Dependent Variable: Kinerja


Tabel 4.9. Tabel Coefficients
8. Uji Multikolinesritas

Di atas lihatlah nilai VIF dan Tolerance pada collinearity statistics.

Dikatakan model bersih dari gejala multikolinearitas apabila nilai rata-

rata VIF < 10. Pada data yang diteliti menunjukkan tidak ada gejala

multikolinearitas sebab VIF < 10 dan tolerance > 0,1.

9. Persamaan Regresi

Persamaan regresi dapat dibuat dengan melihat nilai B (Koefisien Beta)

pada unstandardized Coefficients. Berdasarkan table di atas: Pada data

yang diteliti, persamaan regresinya adalah:

Ŷ = α + β1 (X1) + β2 (X2) + β3 (X3) + e

Persamaan Regresi: Ŷ = 1,326+0,520(X1)+0,244(X2)+0,276(X3)+e.

Dalam persamaan ini, Ŷ adalah Y Prediksi (dalam data set anda

PRE_1). Sedangkan Y yang sesungguhnya atau actual adalah Y. Maka

Residual (RES_1) adalah Y – Y Prediksi atau Y - Ŷ.

10. Deteksi Penyebab Multikolinearitas

Coefficient Correlationsa
Model Kedisiplinan Pendidikan Kualitas SDM
1 Correlations Kedisiplinan 1.000 -.289 -.383
Pendidikan -.289 1.000 -.140
Kualitas SDM -.383 -.140 1.000
Covariances Kedisiplinan .007 -.002 -.003
Pendidikan -.002 .006 -.001
Kualitas SDM -.003 -.001 .007
a. Dependent Variable: Kinerja
Tabel 4.10. Tabel Coefficient Correlations

Deteksi Multikolinearitas dapat diketahui dari matrix korelasi ini,

dikatakan ada gejala mulikolinearitas apabila ada hubungan atau

korelasi antar variabel bebas (r >=0,9 atau r<= -0,9). Di atas semua
korelasi antar variabel bebas < 0,9 dan > -0,9, maka bebas

multikolinearitas.

Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Eigenvalu Condition Kualitas Kedisiplina
Model Dimension e Index (Constant) SDM Pendidikan n
1 1 3.984 1.000 .00 .00 .00 .00
2 .007 23.660 .01 .16 .90 .09
3 .005 27.648 .17 .20 .00 .90
4 .004 32.884 .82 .63 .10 .01
a. Dependent Variable: Kinerja
Tabel 4.11. Collinearity Diagnosticsa

11. Deteksi Outlier

Table dibawah ini adalah statistik dari nilai – nilai residual. Dikatakan

tidak ada outlier apabila nilai studentized residual tidak ada yang > 3

atau < -3 (Lihat Dataset hasil olah data yaitu SRE_1 pada lampiran 2g).

Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 24.8991 34.7810 30.0000 2.31793 57
Std. Predicted Value -2.201 2.063 .000 1.000 57
Standard Error of Predicted
.238 .691 .404 .115 57
Value
Adjusted Predicted Value 24.7240 34.7541 30.0008 2.31768 57
Residual -3.43290 3.10355 .00000 1.54182 57
Std. Residual -2.166 1.958 .000 .973 57
Stud. Residual -2.308 1.991 .000 1.011 57
Deleted Residual -3.89850 3.20665 -.00083 1.66591 57
Stud. Deleted Residual -2.411 2.050 -.001 1.022 57
Mahal. Distance .276 9.667 2.947 2.265 57
Cook's Distance .000 .181 .020 .029 57
Centered Leverage Value .005 .173 .053 .040 57
a. Dependent Variable: Kinerja
Tabel 4.12. Residuals Statistics
12. Uji Normalitas Residual Menggunakan Histogram Standardized

Residual.

Variabel standardized residual tidak muncul di dalam dataset, hasil ini

otomatis muncul pada SPSS jika centang histogram di tombol options.

Gambar Diagram 4.1. Charts Histogram

Histogram membentuk lonceng menghadap ke atas maka standardized

residual berdistribusi normal.


13. Uji Normalitas Residual Menggunakan Normal PP PLOT

Standardized Residual

Variabel standardized residual tidak muncul di dalam dataset, hasil ini

otomatis muncul pada SPSS jika centang normality di tombol options.

Gambar Diagram 4.2. Charts PP Plot Of Regression

Plot mengikuti garis diagonal dan tidak ada plot yang menjauh dari plot

lainnya atau dari garis diagonal, maka standardized residual

berdistribusi normal
14. Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Scatter Plot antara

STANDARDIZED PREDICTED VALUE (ZPRED) dan Studentized

residual (SRESID)

Variabel ZPRED tidak muncul di dalam dataset, hasil ini otomatis

muncul pada SPSS jika memasukan SRESID dan ZPRED ke dalam

test heteroscedasticity pada tombol graph.

Gambar Diagram 4.2.Scatterplot

Plot menyebar merata dan tidak membentuk terompet sehingga model

bebas masalah heteroskedastisitas, artinya model homoskedastisitas.


15. Uji Normalitas Residual

Uji Normalitas Residual (RES_1): Hasilnya residual berdistribusi

normal.

NPar test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 57
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.54182366
Most Extreme Differences Absolute .101
Positive .101
Negative -.082
Test Statistic .101
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Hasil uji normalitas menggunakan uji lilliefors adalah nilai L Hitung

0,101 dengan P Value Uji Lilliefors 0,200 > 0,05 maka residual

berdistribusi normal.

16. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas Regresi (Uji Glejser).

Di bawah ini adalah perintah untuk mendapatkan variable absolut

residual (Absolut dari RES_1 menjadi variable Absolut_residual) yang

akan digunakan dalam UJI heteroskedastisitas menggunakan uji

glejser:

Compute Absolut_Residual=Abs(RES_1).

Execute.
Untuk deteksi Heteroskedastisitas, maka menggunakan uji glejser,

yaitu Melakukan Regresi antara variabel bebas dengan Absolut dari

Residual. Dikatakan Tidak ada gejala heteroskedastisitas, apabila

semua atau sebagian besar nilai p value atau Sig t parsial > 0,05 dan

Sig atau p value Uji F > 0,05.

Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Kedisiplinan, Kualitas SDM, Pelatihanb . Enter
a. Dependent Variable: Absolut_Residual
b. All requested variables entered.

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate

1 .190a .036 -.018 .79953

a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan, Pendidikan, Kualitas SDM

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.271 3 .424 .663 .579b
Residual 33.880 53 .639
Total 35.151 56
a. Dependent Variable: Absolut_Residual
b. Predictors: (Constant), Kedisiplinan, Pendidikan, Kualitas SDM

Uji Heteroskedastisitas metode Glejser: P Value t parsial di bawah ini

sebagian besar > 0,05 dan p value uji f diatas: 0,579 > 0,05 maka tidak

ada masalah heteroskedastisitas.


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.330 1.455 .914 .365
Kualitas SDM -.050 .044 -.173 -1.138 .260
Pendidikan .002 .038 .007 .045 .965
Kedisiplinan .051 .043 .186 1.182 .242
a. Dependent Variable: Absolut_Residual

II. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil Uji Simultan dari data penelitian yang

dilakukan di Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan

Kantor UPT Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar,

dengan menggunakan model regresi linear data diperoleh dengan hasil

0,000 maka data tersebut dikatakan Valid (tabel 4.8. Tabel Model

Summary), kemudia peneliti melakukan perbandingan antara F hitung

dan F Tabel, yaitu di atas F Change = 39.929. Bandingkan dengan F

tabel pada Numerator DF1 = 3 (Jumlah var bebas) dan DF2= 53 (jumlah

sampel - Jumlah var bebas - 1). Apabila F Hitung > F Tabel maka model

valid.

Hasil penelitian terhadap Dependent variable (Kinerja) sebagai

berikut :

A. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja

Pegawai Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi

Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa variable Kualitas

Sumber Daya Manusia (X1) memiliki pengaruh yang signifikan


secara parsial terhadap variable dependen Kinerja (Y). hal ini

dibuktikan dengan nilai Hasil uji parsial X1, terhadap Y: Harga

nilai t Variabel X1 = 6,009 dengan sig. atau p value t parsial

sebesar 0,000 di mana < 0,05 maka variable Kualitas Sumber

Daya Manusia (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap

variable kinerja pegawai (Y) Pegawai Kantor Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor UPT

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar.

Kemudian dari hasil pengolahan data yang dilakukan,

peneliti melihat bahwa nilai Sig. 0,000 < 0,05 hal ini mununjukkan

bahwa pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap

Kinerja Pegawai Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi

Selatan dan Kantor UPT Pelabuhan Pengumpan Regional

Wilayah I Takalar sangat signifikan.

Dengan demikian, hipotesis penelitian Kualitas Sumber

Daya Manusia berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Kantor

Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor UPT

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar diterima.

Besaran kontribusi variabel Kualitas Sumber Daya

Manusia terhadap Kinerja Pegawai dapat dilihat melalui bentuk

persamaan regresi.

B. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan


Berdasarkan hasil penelitian bahwa variable pelatihan

(X2) memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap

variable dependen Kinerja (Y). hal ini dibuktikan dengan nilai

Hasil uji parsial X2, terhadap Y: Harga nilai t Variabel X2 = 3,264

dengan sig. atau p value t parsial sebesar 0,002 di mana < 0,05

maka variable pelatihan (X2) berpengaruh secara signifikan

terhadap variable kinerja pegawai (Y) Pegawai Kantor Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor UPT

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar.

Dengan demikian, hipotesis penelitian Pelatihan

berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor UPT

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar diterima.

C. Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Kinerja Pegawai Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa variable Kedisiplinan

(X3) memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap

variable dependen Kinerja (Y). hal ini dibuktikan dengan nilai

Hasil uji parsial X3, terhadap Y: Harga nilai t Variabel X3 = 3,248

dengan sig. atau p value t parsial sebesar 0,002 di mana < 0,05

maka variable Kedisiplinan (X3) berpengaruh secara signifikan

terhadap variable kinerja pegawai (Y) Pegawai Kantor Dinas


Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor UPT

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar.

Dengan demikian, hipotesis penelitian Kedisiplinan

berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas

Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor UPT

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar diterima.

D. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pelatihan

Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Perhubungan Provinsi

Sulawesi Selatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasi (R)

sebesar 0,833 dan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,693

yang berarti bahwa 69,3% kinerja dapat dijelaskan oleh

pengaruh dari ketiga variable bebas (Kualitas Sumber Daya

Manusia, Pelatihan dan Kedisiplinan), sementara 30,7% sisanya

dijelaskan oleh sebab-sebab lain.

Sementara itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa nilai Sig. 0,000ᵇ ini mengartikan pengaruh ketiga variable

bebas tersebut (Kualitas Sumber Daya Manusia, Pelatihan dan

Kedisiplinan) terhadap Valiabel terikat (Kinerja Pegawai) sangat

signifikan. Dengan demikian hipotesis penelitian “Kualitas

Sumberdaya Manusia dan Pelatihan berpengaruh secara

simultan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Dinas


Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan UPT Pelabuhan

Pengumpan Regional Wilayah I Takalar diterima”.

Besarnya korelasi pearson product moment antar

variabel. Semakin mendekati 1 atau -1 maka korelasi makin kuat.

Jika positif maka hubungan positif, sebaliknya jika negative maka

hubungannya negative.

1. Hubungan antara X1 dengan Y: Nilai koefisien korelasi r

pearson product moment sebesar 0,722 dimana nilainya positif

sehingga arah hubungan keduanya positif yg artinya jika X1

meningkat maka Y juga akan ikut meningkat. Nilai p value

sebesar 0,000<0,05 maka terima H1 atau yang berarti

hubungan keduanya signifikan.

2. Hubungan antara X2 dengan Y: Nilai koefisien korelasi r

pearson product moment sebesar 0,525 dimana nilainya positif

sehingga arah hubungan keduanya positif yg artinya jika X2

meningkat maka Y juga akan ikut meningkat. Nilai p value

sebesar 0,000 < 0,05 maka terima H1 atau yang berarti

hubungan keduanya signifikan.

3. Hubungan antara X3 dengan Y: Nilai koefisien korelasi r

pearson product moment sebesar 0,620 dimana nilainya positif

sehingga arah hubungan keduanya positif yg artinya jika X3

meningkat maka Y juga akan ikut meningkat. Nilai p value


sebesar 0,000 < 0,05 maka terima H1 atau yang berarti

hubungan keduanya signifikan.

Hasil penelitan diatas mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Putri (2014) dengan judul Pengaruh Komitmen Organisasi, Kualitas Sumber

Daya Manusia, Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Organisasi

Publik (Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Kabupaten Boyolali). Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa Komitmen Organisasi, Kualitas Sumber

Daya Manusia, Motivasi dan Kepuasan Kerja, berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kinerja Organisasi Publik.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pada bagian terakhir penelitian ini, penulis memaparkan sedikit

keterbatasan penelitian.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat,

penulis mengambil kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan

UPT Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar,

memberikan kontribusi terhadap Kinerja Pegawa yakni sebesar

72,2%.

2. Pendidikan dan Pelatihan berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai

pada Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan

UPT Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar,

memberikan kontribusi terhadap Kinerja Pegawa yakni sebesar

52,5%.

3. Kedisiplinan berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor

Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan UPT Pelabuhan


Pengumpan Regional Wilayah I Takalar, memberikan kontribusi

terhadap Kinerja Pegawa yakni sebesar 62,0%.

4. Kualitas Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Pelatihan serta

Kedisiplinan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dan

UPT Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar,

memberikan kontribusi terhadap Kinerja Pegawai yakni sebesar

69,3%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Kualitas Sumber Daya Manusia pada Kantor Dinas Perhubungan

Provinsi Sulawesi Selatan dan UPT Pelabuhan Pengumpan

Regional Wilayah I Takalar masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi,

utamanya kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas. Kualitas

Sumber Daya Manusia dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan

pelatihan teknis yang berkaitan dengan operasional pelabuhan.

2. Diharapkan Pimpinan dapat memberikan perhatian khusus terkait

pengembangan Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan kinerja

pegawai agar Kantor Dinas Perhubungan Khususnya UPT

Pelabuhan Pengumpan Regional Wilayah I Takalar memiliki daya

saing.
DAFTAR PUSTAKA

1. Albercht, Karl. 1992, Pengembangan Organisasi, Terjemahan

Angkasa Bandung

2. Ahmad Jaya, 1999, Peningkatan Pengelolaan Sumber daya

manusia, Gunung Agung, Jakarta

3. Arief, 2001, Administrasi Kinerja Kepegawaian, Rosyda Karya,

Bandung

4. Cushway, Barry, 2001, Human Resources Hamangement, Elex

Media Komputindo, Jakarta

5. Amir , 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Intan

Pariwara, Jakarta.

6. Amiruddin, 2001.Pegawai Dalam Sosialisasi Masyarakat. Penerbit

Andi, Yogyakarta

7. Atmosoeprapto, Kisdarto, 2000. Produktivitas Aktualllisasi Budaya

Perusahaan Mewujudkan Organisasi Yang Efektif dan Efisien

Melalui Sumber Daya Manusia Berdaya, PT.. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

8. Baharuddin, (2004), Pengembangan SDM Dan pengaruhnya

Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada PT. Bina sih

Konsultan Makassar Tesis tidak diterbitkan, Program Pasca Sarjana

Universitas Muslim Indonesia,Makassar

9. Engelo. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam

Kedisiplinan. Rajawali Press, Jakarta.


10. Furtwengler, Dale.1999. Kinerja Pemberdayaan Sumber Daya

Manusia. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta

11. Firmansyah, (2000). Analisis Pengembangan SDM Yang

Berpengaruh Terhadap Kinerja Pegawai Biro Sekretariat Daerah

Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis tidak diterbitkan, Program Pasca

Sarjana Universitas Muslim Indonesia,Makassar

12. Gomes, Faustimo Cardoso, 1999, Manajemen Sumber Daya

Manusia, Cetakan Ketiga, Andi Offset, Jakarta

13. Hamid. 2000. Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi.PT. Graida

Pustaka Utama,. Jakarta

14. Handoko T. Hani, 1995, Manajemen Personalia dan Sumber Daya

Manusia, Edisi ke Dua, BPFE, Yogyakarta

15. Heidjarahman, R, dan Suad Husnan, 1990, Manajemen Personalia,

Edisi VI, BPFE, Yogyakarta

16. Hariandja, Marihot Tua Efendi, 2002, Manajemen Sumber Daya

Manusia, Penerbit : Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

17. Hasibuan, SP, Malayu, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia,

Gunung Agung, Jakarta

18. Huger, 1999. Peningkatan Kinerja Dalam Pengembangan SDM

Berkualitas. Tarsito, Bandung

19. Martoyo, 2006, Kinerja Pelayanan Sumber Daya Manusia, Andi

Ofsset, Yogyakarta
20. Mathis L Robert, John H. Jackson, 2002, Manajemen Sumber Daya

Manusia, Jilid I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

21. Musanef, 2000, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Penerbit H.

Aras Agung, Jakarta

22. Moenir, A. S. 2000, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi

Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta

23. Makmun. 1999.Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT.

Grafindo Persada.Jakarta

24. Nawawi, Handari, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gajah

Mada Universitas Press, Yogyakarta

25. Nachrowi. 2001. Penggunaan Teknik Ekonometri.PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta

26. Netoatmodjo, Soekidjo, 1999. Pengembangan Sumber Daya

Manusia, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

27. Rachbini, Didik J. 2001. Pembangunan Ekonomi Sumber Daya

Manusia, PT. Gramedia Widiarsana Indonesia, Jakarta.

28. Ramli , 2000, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Bumi

Aksara, Jakarta.

29. Rivai, Veithzal, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk

Perusaahaan, Cetakan Pertama, Penerbit : Raja Grafindo Persada,

Jakarta

30. Rahmiah. 1999. Penentuan Variabel-variabel Penelitian. PT. Bina

Ilmu, Surabaya
31. Ruky, Ahmad. S. 2001. Sistem Manajemen Kinerja (Performance

Management System), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

32. Santoso, Singgih, 2001.Buku Latihan SPSS, Statistik Parametrik.

PT. Elex Media Kompuntindo, Jakarta.

33. Simamora, Henry, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia,

Cetakan Pertama Edisi Ke tiga, Penerbit : YKPN, Yogyakarta.

34. Surento, 2000, Pengembangan Kinerja BPFE, Yogyakarta

35. Sudjana, 2003, Statistik Untuk Penelitian, Tarsito, Bandung

36. Siagian, Sonang SP, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bina

Aksara, Jakarta

37. Suryadi, 2001, Kinerja DalamOrganisasi Pemerintahan, PT. Gunung

Agung, Jakarta

38. Suradinata, Ermaya. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia

Suatu Tinjauan Wawasan Masa Depan, Ramadhan, Bandung

39. Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. 1999. Manajemen

Sumber Daya Manusia, Terjemahan dari Kartini Yahya, edisi Ke

enam, Jilid 1, Erlangga, Jakarta

40. Thamrin. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Personalia, PT.

Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.

41. Walker, 1999, The Essence of Human Resources Management, Ali

Bahasa Adi Jaya, Andi Offset, Yogyakarta

42. Winardi, 2000, Kepemimpinan Dalam Manejemen Sumber Daya

Manusia, Penerbit Erlangga, Jakarta


43. Yusuf, (2001), Analisis Pengembangan SDM Yang Berpengaruh

Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

Bone. Tesis tidak diterbitkan, Program Pasca Sarjana Universitas

Muslim Indonesia,Makassar

44. Zainuddin. 2000. Peningkatan Kinerja Sumber Daya Manusia,

Mahalah Bank dan Manajemen, Edisi Nopenber – Desember, PT.

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai