Anda di halaman 1dari 45

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

DINAS PERHUBUNGAN

UNIT PELAKSANA TEKNIS


PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL
WILAYAH II BONE

KAJIAN AKADEMIK PEMBENTUKAN UPT


DAN
ANALISIS RASIO BELANJA PEGAWAI
Latar Belakang
 Padasub. sektor Perhubungan Laut, Wilayah kerja
administratif Kantor Dinas Perhubungan Provinsi
Sulawesi Selatan cukup luas, meliputi 24
kabupaten/kota, dimana terdapat 14 (empat belas)
kabupaten dan 3 (tiga) kota yang memiliki Sarana
dan Prasarana Pelabuhan. Dari 17 (tujuh belas)
Kabupaten/Kota tersebut terdapat Pelabuhan
Pengumpan Regional.
Saat ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah membentuk 4
(empat) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Pengumpan Regional
yang tersebar di 4 (empat) wilayah dimana UPT tersebut memiliki
wilayah kerja dibeberapa kabupaten yang mememiliki sarana dan
prasarana pelabuhan pengumpan regional diantaranya :

1) Pelabuhan Pengumpan Regional


Pattirobajo Kabupeten Bone;
Pelabuhan Laut Wilayah II Bone,
Berkedudukan di Bone, mewilayahi 4 2) Pelabuhan Pengumpan Regional
(empat) Pelabuhan Pengumpan Regional Awerange Kabupaten Barru;
yaitu :
3) Pelabuhan Pengumpan Regional
Siwa Kabupaten Wajo;
Peta Wilayah Kerja UPT
Pelabuhan Pengumpan KAB. WAJO

Bone KAB. BARRU

KAB. BONE
Situasi Pelabuhan Tujutuju Kabupaten
Bone melayani kapal dengan ukuran GT 7
s/d GT 35 yang melakukan bongkar muar
Situasi diPelabuhan Siwa/
Bangsalae Kabupaten Wajo,
Dasar Hukum Pembentukan
UPT Pelabuhan Pengimpan Regional
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Noor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5601);
 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151).
 Peraturan Gubernur Nomor 29 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan Regional pada Dinas
Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 432 Tahun 2017 tentang Rencana
Induk Pelabuhan Nasional
Point-point di dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran, antara lain :
 Unit penyelenggara
pelabuhan yang belum
diusahakan secara
Paragraf 3 Pasal 81 komersial, dapat
ayat (4) membentuk unit
penyelenggara pelabuhan
pemerintah dan unit
penyelenggara pelabuhan
pemerintah daerah.
 unitpenyelenggara
pelabuhan daerah
Paragraf 3 Pasal 82 bertanggung jawab
ayat (2),
huruf b
kepada Gubernur
atau
Bupati/Walikota
Pembangunan pelabuhan
laut dilaksanakan
berdasarkan izin dari
 Menteri
untuk pelabuhan
Pasal 86 ayat (1) utama dan pelabuhan
pengumpul dan
 Gubernuratau
Bupati/Walikota
Pelabuhan Pengumpan
Izin mengoperasikan
pelabuhan laut diberikan
oleh :
 Menteri
untuk pelabuhan
Pasal 97 ayat (2)
utama dan pelabuhan
pengumpul dan
 Gubernuratau
Bupati/Walikota
Pelabuhan Pengumpan
Pointer pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah :  Daerah Otonom yang selanjutnya
disebut Daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang
BAB I mempunyai batas-batas wilayah
KETENTUAN UMUM yang berwenang mengatur dan
PASAL 1, AYAT 12 mengurus Urusan Pemerintahan
dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
 Wilayah Administratif adalah
wilayah kerja perangkat
Pemerintah Pusat termasuk
gubernur sebagai wakil
BAB I Pemerintah Pusat untuk
KETENTUAN UMUM menyelenggarakan Urusan
PASAL 1, AYAT 13 Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah
Pusat di Daerah dan wilayah
kerja gubernur dan
bupati/wali kota dalam
melaksanakan urusan
pemerintahan umum di
Daerah.
 UrusanPemerintahan
Wajib adalah Urusan
BAB I
KETENTUAN UMUM Pemerintahan yang
PASAL 1, AYAT 14 wajib diselenggarakan
oleh semua Daerah
Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak
berkaitan dengan
 Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11
 ayat (2) meliputi:
 a. tenaga kerja;

BAB IV  b. pemberdayaan perempuan dan


URUSAN PEMERINTAHAN pelindungan anak;
Bagian ketiga  c. pangan;
PASAL 12, AYAT (2)  d. pertanahan;
 e. lingkungan hidup;
 f. administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil;
 g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
 h. pengendalian penduduk dan keluarga
berencana;
 i. ...................
 i. perhubungan;
 j. komunikasi dan informatika;
 k. koperasi, usaha kecil, dan
menengah
 l. penanaman modal;
 m. kepemudaan dan olah raga;
 n. statistik;
 o. persandian;
 p. kebudayaan;
 q. perpustakaan; dan
 r. kearsipan
 Pembagian urusan
pemerintahan konkuren
antara Pemerintah
Pusat dan Daerah
provinsi serta Daerah
BAB IV kabupaten/kota
URUSAN PEMERINTAHAN
Bagian ketiga sebagaimana dimaksud
PASAL 13, AYAT (1) dalam Pasal 9 ayat (3)
didasarkan pada prinsip
akuntabilitas, efisiensi,
dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis
nasional.
 Berdasarkan prinsip sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kriteria
Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi adalah:
 a. Urusan Pemerintahan yang
lokasinya lintas Daerah
BAB IV kabupaten/kota;
URUSAN PEMERINTAHAN  b. Urusan Pemerintahan yang
Bagian ketiga
PASAL 13, AYAT (3) penggunanya lintas Daerah
kabupaten/kota;
 c. Urusan Pemerintahan yang manfaat
atau dampak negatifnya lintas Daerah
kabupaten/kota; dan/atau
 d. Urusan Pemerintahan yang
penggunaan sumber dayanya lebih
efisien apabila dilakukan oleh Daerah
Provinsi.
(1) Pembagian urusan pemerintahan
konkuren antara Pemerintah Pusat dan
Daerah provinsi serta Daerah
kabupaten/kota tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Undang-Undang
BAB IV ini
URUSAN PEMERINTAHAN (4) Perubahan terhadap pembagian urusan
Bagian ketiga pemerintahan konkuren antara
PASAL 15, AYAT (1), (4)
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi
dan Daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang tidak berakibat terhadap
pengalihan urusan pemerintahan
konkuren pada tingkatan atau susunan
pemerintahan yang lain ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
(5) Perubahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dapat dilakukan
BAB IV sepanjang tidak bertentangan
URUSAN PEMERINTAHAN dengan prinsip dan kriteria
Bagian ketiga
PASAL 15, AYAT (5) pembagian urusan pemerintahan
konkuren sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13.
Lampiran UU 23 tahun 2014
O. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perhubungan

Sub Urusan

 Huruf i... :
i. Pembangunan,
2. PELAYARAN penerbitan izin
pembangunan dan
pengoperasian
pelabuhan pengumpan
regional.
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang
Kepelabuhanan

 Penyelenggara pelabuhan terdiri atas


:
BAB IV
PENYELENGARAAN
 a. Otoritas pelabuhan yang
KEGIATAN DI diusahakan secara komersial dan
PELABUHAN
PASAL 38 ayat (2)  b. Unit penyelenggara pelabuhan
pada pelabuhan yang belum
diusahakan secara komersial
 Unit penyelenggara
pelabuhan
sebagaimana yang
dimaksud dalam
PASAL 44 pasal 38 ayat 2
ayat (1) huruf b dibentuk
pada pelabuhan
yang belum
diusahakan secara
komersial.
Unit penyelenggara
pelabuhan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1
dibentuk dan
bertanggung jawab
kepada :
PASAL 44  a. Menteri untuk unit
ayat (2) penyelenggara
pelabuhan pemerintah
dan
 b. Gubernur atau
Bupati/Walikota untuk
unit penyelenggara
pelabuhan daerah
Penyelenggara Pelabuhan laut
serta pelabuhan sungai dan
danau yang digunakan untuk
melayani angkutan
BAB X Ketentuan penyeberangan yang belum
Lain-lain diusahakan secara komersil
Pasal 163 ayat dilakukan oleh Unit Pelaksana
(2)
Teknis Pemerintah, Unit
Pelaksana Teknis Pemerintah
Provinsi, atau Pelaksana
Teknis Pemerintah
Kabupaten/Kota.
 Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
Peraturan pendukung lainnya, maka Pengalihan
kewenangan, pengurusan dan pengelolaan
pemerintahan akan berimplikasi pada kebijakan
sentralisasi dan desentralisasi yang terkait dengan
kewajiban dan tanggung jawab. Dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut beberapa
urusan pada sektor perhubungan yang semula
kewenangan pemerintah pusat dan
kabupaten/kota dialihkan menjadi kewenangan
pemerintah provinsi.
 Pengalihan ini dimaksudkan agar penyelenggaran
urusan pemerintahan di sektor perhubungan lebih
efektif, efisien dan akuntabel serta mampu
memberikan jaminan bagi upaya pelayanan di
bidang perhubungan kepada masyarakat
Tujuan
Tujuan utama pembentukan Unit Pelaksana Teknis
Pelabuhan Pengumpan Regional adalah :
 Mewujudkan pelayanan yang cepat, terukur dan akuntabel kepada
masyarakat, khususnya masyarakat pengguna Transportasi Laut di
Kabupaten/Kota sehingga dapat mendokrak laju pertumbuhan
perekonomian di Provinsi Sulawesi Selatan;
 Mendorong investasi swasta;
 Mendorong persaingan usaha yang sehat;
 Pemberdayaan peran penyelenggaraan pelabuhan;
 Mewujudkan sistem operasi pelabuhan yang aman dan terjamin, dan;
 Meningkatkan perlindungan maritim serta mengembangkan
sumberdaya manusia.
Hal tersebut diatas tentunya dapat mewujutkan
keinginan Pemerintah Pusat dalam
mengimplementasikan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KP. 901 Tahun 2016
tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
KRITERIA DAN PEMBENTUKAN UPT

A.
Jenis Kegiatan

Pembentukan Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPT) Pelabuhan Laut


Wilayah II Bone diharapkan dapat memberikan pelayanan lebih
sesuai kebutuhan pelabuhan yang menjadi wilayah kerjanya akan
dapat memberikan pelayanan jasa kepelabuhanan berkaitan dengan
proses administrasi sampai pelayanan operasional dilapangan dengan
pemenuhan aspek keselamatan dan keamanan berupa :
 Kegiatan labuh dan sandar kapal di  Melakukan proses usulan pemberian izin
pelabuhan/ Dermaga. pengoperasian pelabuhan selama 24 jam pada
pelabuhan pengumpan regional;
 Pengawasan terhadap kegiatan bongkar
muat orang, barang dan hewan.  Melakukan proses usulan pemberin izin
pekerjaan pengerukan di wilayah perairan
 Pendataan dan Pelaporan masuk dan
pelabuhan pengumpan regional;
keluarnya kapal;
 Melakukan proses usulan pemberian izin
 Kegiatan terkait usulan penerbitan
reklamasi di wilayah pelabuhan pengumpan
Perizinan di pelabuhan
regional;
 Penyediaan air bersih untuk kebutuhan  Melakukan proses usulan pemberian izin
kapal.
pengelolaan TUKS di dalam Daerah Lingkungan
 Melakukan proses usulan pemberian izin Kerja (DLKr)/ Daerah Lingkungan Kepentingan
Badan Usaha Pelabuhan (BUP) di (DLKp) Pelabuhan pengumpan regional
Pelabuhan Pengumpan Regional;
 Melakukan usulan penerbitan izin
pengembangan pelabuhan pengumpan
regional;
B. Jenis Penyediaan Barang dan Jasa

Penyediaan dan/ atau pelayanan jasa kapal,penumpang, dan barang terdiri atas :

 Penyediaan dan /atau  Penyediaan dan/ atau pelayanan jasa


pelayanan jasa dermaga untuk dermaga untuk pelaksanaan kegiatan
bongkar muat barang;
bertambat;
 Penyediaan dan/ atau pelayanan jasa
 Penyediaan dan / atau gudang dan tempat penimbunan barang,
pelayanan pengisian bahan alat bongkar muat serta peralatan
bakar; pelabuhan;
 Pelayanan air bersih;  Penyediaan dan /atau pelayanan jasa
terminal;
 Penyediaan dan atau pelayanan
fasilitas naik turun penumpang  Penyediaan dan/atau pelayanan jasa
dan /atau kendaraan; bongkar muat barang;
C. Manfaat Bagi Pemerintah dan Masyarakat

Keberadaan UPT pelabuhan laut regional wilayah I, II, III, dan IV akan
membawa dampak positif bagi Pemerintah maupun masyarakat sekitar
pelabuhan Serta Hinterlandnya. Adapun manfaat langsung yang dapat
dirasakan oleh masyarakat antara lain :
■ Ketersediaan lapangan kerja dalam kegiatan bongkar muat barang dan / hewan;
■ Terbukanya peluang usaha untuk berjualan kebutuhan pokok/ membuka warung;
■ Membuka peluang usaha bagi masyarakat di sekitar pelabuhan;
■ Terjaminnya keselamatan, ketertiban/keteraturan dan keamanan pengguna jasa
transportasi laut;
■ Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
■ Tersedianya informasi arus kunjungan kapal dan data bongkar muat kapal;
■ Terwujudnya sinergitas seluruh stakholder antara pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta pelaku usaha jasa transportasi
laut yang tertata dan akuntabel.
D. Ketersediaan Sumber Daya :
1. Peta Jabatan
PETA JABATAN UPT LAUT WIL II.pdf
2. Pembiayaan kegiatan pada UPT Pelabuhan
Pengumpan Regional

■ Pembiayaan kegiatan pada UPT Pelabuhan Pengumpan Regional


bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2017 Sebesar Rp.
250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
3. Sarana dan Prasarana saat ini :

 1 (satu) Unit Kantor Operasional


 Unit Pelabuhan Pengumpan Regional  Perlengkapan perkantoran berupa meja, lemari
Wilayah II Bone :
dll.

 Sarana dan prasarana pada Wilayah Kerja


pelabuhan pengumpan regional Wilayah II :

1. Pelabuhan Pengumpan Regional Pattirobajo 3. Pelabuhan Pengumpan Regional


Kabupaten Bone : Siwa/Bangsalae Kabupaten Wajo :
o Causeway, Trestle dan Dermaga o Causeway, Trestle dan Dermaga
o Pos Jaga o Lapangan Penumpukan
o Kantor o Kantor
o Lapangan Penumpukan o Fasilitas Peneranga
o Fasilitas Penerangan
4. Pelabuhan Pengumpan Regional Jalang
2. Pelabuhan Pengumpan Regional Tujutuju :
Kabupaten Wajo :
o Dermaga
o Dermaga kayu
o Lapangan Penumpukan
o Lapangan Penumpukan
o Kantor
o Kantor
o Fasilitas Penerangan
E. Standar Operasi Prosedur (SOP)
 G:\ANJAB\ANJAB LAUT\sop pengumpan1.xlsx
 G:\ANJAB\ANJAB LAUT\SOP TU.xlsx
 ..\..\PERATURAN\pp._no_61_thn_09.pdf
 ..\..\PERATURAN\KP_901_Tahun_2016.pdf
 G:\ANJAB\ANJAB LAUT\DOKUMENTASI\FILE1254.MOV
 G:\ANJAB\ANJAB LAUT\DOKUMENTASI\MY PROJECT SAFETY.mov
asa
SEKSI PEIZINAN

J
na
N
NA
O PEMOHON

ggu
OH
ERM
P

Pen
Fa
sili
sa

ta
rik
Pe

s
Per
ik sa

Teknologi

Lingkungan

PROSES PENERBITAN IZIN USAHA


ANGKUTAN LAUT
F. Keserasian hubungan Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota

 Dinas Perhubungan Provinsi yang terdiri beberapa UPT Pelabuhan


Pengumpan Regional salah satunya adalah UPT Pelabuhan
Pengumpan Regional Wilayah II Bone, tetap melakukan koordinasi
dengan seluruh stakeholder terkait dalam hal ini Dinas
Perhubungan Kabupaten, Kepolisian, pelaku usaha transportasi
laut serta masyarakat pengguna jasa trasportasi, hal ini tentunya
sangat dibutuhkan untuk mewujudkan Pelayanan Prima guna
menunjang Program NAWACITA dan TOL LAUT yang merupakan
program unggulan Bapak Presiden Republik Indonesia.
G. Jabatan Teknis yang tersedia

Permintaan tenaga teknis melalui Badan Kepegawaian Daerah


(BKD) dengan Nomenklatur Jabatan sebagai berikut :
 Pengawas Pelabuhan;
 Pemeriksa Keselamatan Pelayaran dan;
 Pengelola Perizinan
ANALISIS BEBAN KERJA

Analisis beban kerja dilaksanakan berdasarkan organisasi Untuk mengukur beban kerja kongkret
diperlukan beberapa informasi antara lain :
 Rincian / Uraian Tugas Jabatan
 Satuan Hasil Kerja
 Jumlah waktu yang dibutuhkan setiap tugas
 Target waktu kerja dalam satuan waktu
 Volume kerja merupakan perkalian beban kerja dengan norma waktu
 Waktu efektif

 G:\ANJAB\ANJAB LAUT\ABK PELABHAN PENGUMPAN.xlsx


ANALISIS RASIO BELANJA PEGAWAI

 Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah untuk tingkat
kemandirian keuangan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014,
otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban Daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
 Belanja pegawai adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai
kompensasi dalam bentuk uang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, pensiunan,
Anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Pejabat
Negara, baik yang bertugas di dalam negeri maupun di luar negeri, sebagai imbalan
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jenis-jenis belanja pegawai adalah gaji pokok,
tunjangan anak dan istri, tunjangan beras, uang lembur, belanja makan minum
pegawai, Honorarium dan tunjangan tambahan penghasilan (fakasi).
 Belanja pegawai Dinas Perhubungan Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2016 adalah sebesar Rp.
29.600.820.771 dari total belanja tidak langsung
Rp.119.791.128.771 sebesar 24,71% dan pada tahun
2017 adalah sebesar Rp. 88.499.352.158 sehingga
dapat diketahui penganggaran belanja pegawai
tidak melebihi 50% dari total belanja pegawai Dinas
Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan.
TERIMA

Anda mungkin juga menyukai