PENDAHULUAN
Reumathoid artrhitis adalah salah satu penyakit yang sering terjadi pada lansia
(Sibarani, Silaban & Sinaga, 2020). Reumathoid arthritis merupakan penyakit
autoimun progresif dengan inflamasi yang terjadi secara kronik dan menyerang
sistem muskuloskeletal namun organ dan sistem tubuh dapat terlibat secara
keseluruhan dan biasanya timbul rasa tidak nyaman karena nyeri pada sendi,
terjadi pembengkakan dan jaringan synovial mengalami destruksi serta terjadinya
gangguan pergerakan (Pebrianti & Sari, 2021). Reumathoid arthritis secara khas
berkembang secara perlahan dengan ditandai adanya peradangan yang sering
kambuh pada sendi dan struktur lain yang berhubungan (Wibowo & Zen, 2017).
Menurut Fauzi (2019) dalam Rispawati et. al. (2021) dampak yang terjadi pada
lansia yang mengalami reumathoid arthritis apabila tidak segera ditangani akan
menimbulkan kerusakan sendi, peradangan pada pembuluh darah, mata, terjadinya
sindrom carpal tunner. Dampak yang terjadi juga menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu kenyamanan dan aktivitas sehari-hari sehingga mobilitas fisiknya
terbatas serta yang paling ditakutkan terjadi kecacatan bahkan bisa mengancam
jiwa penderitanya (Andri et al., 2020).
Penatalaksanaan untuk mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan terapi farmakologi maupun non farmakologi. Terapi farmakologi
merupakan terapi yang dilakukan menggunakan obat-obatan berupa obat
DMARID, Kortikosteroid dan NSAID sepeti ibuprofen dan naprexen yang
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan kejadian bengkak yang dialami lansia
penderita reumathoid arthritis dengan cara kerjanya memperlambat perkembangan
reumatid artritis dan menyelamatkan persendian serta jaringan yang disekitarnya
dari kerusakan secara permanen (syamsudin & Astuti, 2021). Penatalaksanaan
untuk mengurangi nyeri apabila secara terus menerus menggunakan obat-obatan
(Farmakologi) akan berisiko menimbulkan kerusakan akibat toksisitas pada
gastrointestinal dan kardio renal. Cara untuk menghindari resiko yang ditimbulkan
dari terapi farmakologi maka bisa menggunakan cara non farmakologi yaitu
dengan terapi okupasi, fisioterapi, hand exercise, pediatri dan diet serta
dilakukannya masase pada area yang mengalami nyeri seperti pemberian tindakan
foot massage atau massase kaki (Rispawati et al., 2021).
Terapi non farmakologi berupa foot massage (massase pada kaki) merupakan
salah satu metode yang paling umum digunakan untuk mengurangi nyeri karena
dapat membantu pembangunan kembali keseimbangan pada tubuh dan mampu
meningkatkan aliran darah serta dapat mengurangi rasa nyeri dengan manfaat
memberikan block pada transmisi nyeri dan mengaktifkan hormon endorphine
sehingga membantu merelaksasikan otot dan nyeripun berkurang (Muliani,
Suprapti & Nurkhotimah, 2019).
Rumusan Masalah
Apakah pemberian terapi massase pada kaki dapat menurunkan nyeri reumathoid
arthritis pada lansia?
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum