Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH METODE SCHOOL WATCHING TERHADAP

KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA SISWA SD


MADRASAH IBTIDAIYAH AISYIYAH
PALU

SKRIPSI

DIAN RETNO HARYATI


201601011

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Metode School


Watching Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa SD Madrasah Ibtidaiyah
Aisyiyah Palu adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya menyatakan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu.

Palu, Agustus 2020

Dian Retno Haryati


Nim.201601011

i
ii

ABSTRAK

DIAN RETNO HARYATI. Pengaruh Metode School Watching Terhadap


Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu.
Dibimbing oleh AFRINA JANUARISTA dan SURIANTO

School Watching merupakan kegiatan melakukan pengamatan berkeliling


dilingkungan sekolah mengenal benda-benda dan tempat yang dapat
membahayakan saat terjadi bencana. Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuktikan perbedaan Kesiapsiagaan pada siswa SD Madrasah Ibtidaiyah
Aisyiyah Palu sebelum dan sesudah diberikan Metode School Watching. Jenis dari
penelitian ini adalah kuantitaif yang mengutamakan desain pre-eksperimen yaitu
rancangan pre-test dan post-test dalam satu kelompok (One Group Pre Test Post
Test Design). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD Madrasah
Ibtidaiyah Aisyiyah Palu yaitu 87 siswa. Sampel berjumlah 10 orang, dengan
tehnik pengambilan sampel menggunakan teori Sugyono 2016 dengan besaran
sampel pada kelompok eksperimen minimal 10-20 orang. Hasil penelitian
menunjukan dari 10 responden dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p 0,004 (p
≤0,05), dengan demikian secara statistik ada Pengaruh metode school watching
terhadap kesiapsiagaan bencana pada siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah
Palu. Simpulan kesiapsiagaan seluruh responden sebelum diberikan School
Watching yaitu kurang siap (90%). Dan kesiapsiagaan responden setelah
diberikan metode school watching adalah cukup siap (20%) dan siap (80%). Ada
pengaruh metode school watching terhadap kesiapsiagaan bencana pada siswa SD
Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu (p=0,004). Diharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi bahan atau masukkan guru dan masyarakat dalam kesiapsiagaan
menghadapi bencana.

Kata Kunci : School Watching, Kesiapsiagaan


iii

PENGARUH METODE SCHOOL WATCHING TERHADAP


KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA SISWA SD
MADRASAH IBTIDAIYAH AISYIYAH
PALU

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi


Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

DIAN RETNO HARYATI


201601011

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
iv

2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH METODE SCHOOL WATCHING TERHADAP
KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA SISWA SD
MADRASAH IBTIDAIYYAH AISYIYAH
PALU

SKRIPSI

DIAN RETNO HARYATI


201601011
Skripsi ini Telah Diujikan
Tanggal Agustus 2020

PENGUJI I,

Ismawati, S.Kep., Ns., M.sc (.....................................)


NIK. 20110901018

PENGUJI II,

Afrina Januarista, S.Kep., Ns., M.sc (.....................................)


NIK. 20130901030

PENGUJI III,

Surianto, S.Kep., Ns., M.P.H (....................................)


NIK. 20080902007

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu

DR. Tigor H Situmorang, MH.,M.Kes


NIK. 20080901001
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH METODE SCHOOL WATCHING TERHADAP
KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA SISWA SD
MADRASAH IBTIDAIYAH AISYIYAH
PALU

SKRIPSI

DIAN RETNO HARYATI


201601011

Skripsi ini telah Disetujui


untuk Diseminarkan

Tanggal 2020

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Afrina Januarista, S.Kep., Ns., M.sc Surianto, S.Kep., Ns., M.P.H


NIK. 20130901030 NIK. 20080902007

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK 20110901016

41
PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas


segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilakukan pada bulan Juli 2020 ini ialah pengaruh metode
school watching terhadap kesiapsiagaan bencana pada siswa SD Madrasah
Ibtidaiyah Aisyiyah Palu.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, Peneliti telah menerima
banyak bimbingan, bantuan, dukungan, arahan dan doa dari berbagai pihak.
Terutama kepada kedua orang tua Ayahanda Harianto Achmad dan Ibunda Sri
Mulyati Lahinta serta Adik Hadi Cahyo Ramadhan yang selalu memberikan doa,
kasih sayang serta dukungan kepada peneliti. Peneliti juga ingin menyampaikan
rasa terimakasih kepada :
1. DR. Pesta Cory S. Dipl.MW. SKM. M.Kes, selaku Ketua Yayasan Widya
Nusantara Palu.
2. Dr. Tigor H. Situmorang, MH., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Nusantara Palu.
3. Ismawati, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku Penguji Utama yang telah memberikan
kritik dan saran yang bermanfaat untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik
lagi.
4. Afrina Januarista, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku Pembimbing 1 yang telah
memberikan banyak masukan ilmu dan juga dukungan serta semangat dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Surianto, S.Kep.,Ns.,M.P.H selaku Pembimbing II yang telah memberikan
banyak masukan ilmu dan juga dukungan serta semangat dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Mardin, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu
yang telah memberikan izin untuk pengambilan data awal hingga izin
penelitian, serta para guru-guru yang telah berbaik hati membantu saya dalam
penelitian ini, dan tidak lupa kepada para responden siswa-siswi kelas V dan
VI tanpa mereka penelitian ini tidak akan selesai.
7. Hasnidar, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu.
8. Seluruh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu yang
telah memberikan ilmu selama mengikuti perkuliahan.
9. Kepada keluarga besar tercinta saya yang telah memberikan doa dan dukungan
sehingga saya bersemangat dalam penyusunan skripsi ini.
10. Kepada sahabat-sahabatku Nurfaizah, Sita Devi, Yuni, Heri dan Wahyu yang
tidak henti-hentinya mendukung saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini
dan tidak lupa kepada yang spesial TBS (Teman Baku Sayang) : Nadila, Lis,
Wahida, Eka, Diah, Ran, Ady, Rama, Mirsyad, Mado, Delka, Ozan, Irvan,
Fandi, Edi, dan Agung mereka adalah teman serta sahabat yang telah sama
sama berjuang dengan saya dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang ilmu keperawatan.

Palu, 2020

Peneliti
DAFTAR ISI

ISI Hal
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data
H. Analisa Data
I. Bagan Alur Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penggunaan parameter kesiapsiagaan bencana pada komponen 12


komunitas sekolah
Tabel 1.2 Nilai indeks kesiapsiagaan siswa 17
Tabel 2.1 Kisi-kisi lembar kuisioner kesiapsiagaan siswa 27
Tabel 2.2 Test of Normality 30
Tabel 3.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia 33
Tabel 3.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan kelas 33
Tabel 3.3 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 33
Tabel 3.4 Distribusi frekuensi kesiapsiagaan responden sebelum 34
dilakukan metode school watching
Tabel 3.5 Distribusi frekuensi kesiapsiagaan responden sesudah 34
dilakukan metode school watching
Tabel 3.6 Pengaruh metode school watching terhadap kesiapsiagaan 35
siswa

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka konsep 20


Gambar 2.2 Desain Penelitian 22
Gambar 2.3 Alur penelitian 33
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar persetujuan peneliti


2. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
3. Skenario school watching kesiapiagaan bencana
4. Check List Benda-Benda dan Tempat Yang Dapat Membahayakan
Saat Terjadi Bencana Dalam Kegiatan School Watching
5. Lembar kuisioner kesiapsiagaan siswa
6. Pernyataan persetujuan menjadi responden
7. Uji validitas dan reliabilitas
8. Analisis Data
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepulauan di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3


lempeng tektonik dunia yaitu lempeng australasia, lempeng pasifik,
lempeng eurasia serta filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan
secara geologis. Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai
(DAS) di Indonesia, terletak di antara Sabang dan Merauke
mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang berisiko tinggi
terhadap ancaman bencana gempa bumi, tsunami, deretan erupsi gunung
api (129 gunung api aktif), dan gerakan tanah1.
Berdasarkan hasil kajian risiko bencana tahun 2015 yang disusun
oleh BNPB (inarisk.bnpb.go.id), potensi jumlah jiwa terpapar tinggi risiko
bencana dimana lima jenis bencana adalah cuaca ekstrem (puting beliung)
sebanyak 244 juta jiwa, kekeringan 228 juta jiwa, dan banjir sebanyak 199
juta jiwa, lalu gempa bumi sebesar 86 juta jiwa, dan tanah longsor sebesar
14 juta jiwa. Bencana alam juga menyebabkan rusaknya fasilitas umum
seperti fasilitas kesehatan 99 unit, fasilitas peribadatan 524 unit dan
fasilitas pendidikan 1.146 unit2.
Tercatat 2.163 kejadian bencana alam di Indonesia dengan rincian
korban meninggal sebanyak 264 jiwa, korban luka sebanyak 1.018 jiwa
dan korban mengungsi sebanyak 3.220.739 jiwa. Indonesia merupakan
negara yang rawan akan terjadinya bencana alam. Berdasarkan perspektif
geografi, geologi, klimatologi dan demografi, Indonesia menempati
peringkat ke 7 sebagai negara paling rawan akan risiko bencana alam1.
Kasus bencana alam yang terjadi di Indonesia salah satunya pulau
Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah dan Kota Palu ini termasuk daerah
yang rawan terkena gempa bumi karena Palu berada di pertemuan tiga

41
2

lempeng utama yaitu lempeng pasifik yang bergerak ke arah barat,


lempeng eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara dan lempeng
filipina yakni lempeng yang lebih kecil diantara dua lempeng utama, yang
mana lempeng utama ini menimbulkan dampak geologi yang begitu
kompleks dan beragam. Ketiga lempeng utama itu bergerak dan saling
tabrakan, energi-energi dapat berkumpul di beberapa titik, hingga
membentuk patahan-patahan dan tekanan-tekanan. Apabila salah satu titik
tidak lagi kuat menahan, energinya akan menjadi gempa bumi3. Penyebab
gempa bumi di Sulawesi Tengah adalah sesar Palu Koro yang memanjang
kurang lebih 240 km dari utara (Kota Palu) ke selatan (Malili) hingga teluk
Bone. Sesar ini merupakan sesar sinistral aktif dengan kecepatan
pergeseran sekitar 25-30 mm/tahun. Sesar Palu Koro berhubungan dengan
sesar Matano-Sorong dan Lawanoppo-Kendari, sedangkan di ujung utara
melalui selat Makassar berpotongan dengan zona subduksi lempeng laut
Sulawesi4.
Menurut BMKG, gempa dan tsunami Palu jumat 28 september
2018 18.02.44 WITA kekuatan: 7.4 SR dan lokasi: 0.18 LS dan 119.85 BT
dan kedalaman: 10 km gempa bumi berpusat di 26 km Utara Donggala-
Sulteng dan 80 km Barat Laut Kota Palu. Gempa bumi memicu tsunami 3
meter dari Kota Palu. Akibat guncangan gempa bumi, beberapa saat
setelah gempa terjadi muncul gejala likuefaksi (pencairan tanah) yang
banyak memakan korban jiwa dan material. Dua tempat yang paling nyata
mengalami bencana adalah Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa di
Kota Palu5.
Berdasarkan data BPBD jumlah korban meninggal akibat Gempa
dan Tsunami Palu Sulawesi Tengah dan sekitarnya menjadi 4.340 orang
dan sebagian korban masih berstatus hilang. Jumlah korban tersebar di
beberapa lokasi yaitu, Palu, Donggala, Sigi, Parigi Moutong. Sedangkan
korban luka-luka akibat gempa dan tsunami Palu mencapai 4.438 orang.
3

Selain itu masih ada sebanyak 172.635 orang juga masih mengungsi di
122 titik6.
Penelitian yang tercantum dalam Laporan Risiko Dunia 2018
menganalisis risiko bencana alam, gempa bumi, tsunami, badai siklon
tropis dan banjir di 172 negara dan juga menakar kapasitas masing-masing
negara dalam menangani benacana. Tim peneliti menggaris bawahi nasib
anak-anak khususnya berdasarkan data, sekitar satu diantara empat anak di
seluruh dunia tinggal di wilayah-wilayah yang rentan mengalami bencana,
selain itu, data PBB menunjukan lebih dari 50% penduduk yang
kehilangan tempat tinggal akibat konflik atau bencana alam pada tahun
2017 adalah mereka di bawah usia 18 tahun7. Banyaknya bencana yang
terjadi di Indonesia telah menimbulkan korban pada anak-anak dan
kerusakan pada sekolah. Tahun 2018 gempa Lombok telah menyebabkan
1.171 sekolah rusak dan 218.224 siswa terdampak. Sementara itu, gempa
dan tsunami Palu menyebabkan 1.299 sekolah rusak dan 265 unit sekolah
rusak berat dan 262.579 siswa terdampak. Pemerintah memberikan arahan
untuk meningkatkan edukasi kebencanaan di daerah rawan bencana
melalui pendidik, tenaga kesehatan, masyarakat dan pemuka agama.
Edukasi kebencanaan diperlukan sebagai bekal agar peserta siap dan
memiliki kapasitas menghadapi bencana8.
Berdasarkan kasus bencana alam yang rawan terjadi di Indonesia,
perlu adanya penanganan yang serius dari berbagai pihak, perlu adanya
strategi yang pragmatis dalam membentuk masyarakat Indonesia yang
sadar akan bahaya bencana alam. Salah satu langkah strategis yang dapat
dilakukan adalah melalui sektor pendidikan. Sektor pendidikan adalah
sektor yang sangat fundamental dalam pembentukan karakter siswa.
Melalui sektor pendidikan, maka pengetahuan tentang mitigasi bencana
dapat diberikan secara intensif oleh pendidik. Pendidikan kebencanaan
menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan
peserta didik mengenai bencana tentang definisi bencana itu sendiri, jenis-
4

jenis kejadian, tanda-tanda akan terjadinya bencana, dampak bencana,


upaya pra-saat-post bencana, upaya pengurangan resiko bencana serta
kerentanan dan kerawanan bencana di daerahnya9.
Sekolah penting dalam kesiapsiagaan karena pada jam-jam
pelajaran merupakan tempat berkumpulnya anak didik yang tentunya
mempunyai kerentanan tinggi. Apabila tidak dilakukan upaya
pengurangan resiko bencana, maka sekolah yang beresiko tinggi akan
menimbulkan banyaknya korban jiwa dan kerusakan, secara kuantitatif
yakni sebanyak 75% sekolah di Indonesia berada pada resiko sedang
hingga tinggi dari bahaya bencana10.
Anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan yang paling
beresiko terkena dampak bencana11. Kerentanan anak-anak terhadap
bencana dipicu oleh faktor keterbatasan pemahaman tentang resiko-resiko
di sekeliling mereka, yang berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana. Berdasarkan data kejadian bencana di beberapa
daerah banyak korban terjadi pada anak usia sekolah baik di jam sekolah
ataupun diluar jam sekolah, hal ini menunjukkan bahwa pentingnya
pengetahuan tentang bencana dan pengurangan resiko bencana diberikan
sejak dini untuk memberikan pemahaman dan pengarahan langkah-
langkah yang harus dilakukkan saat terjadi suatu ancaman yang ada
disekitarnya untuk mengurangi resiko bencana12.
Kesiapsiagan merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan apabila
akan terjadi bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi, maka
langkah yang terbaik adalah mewaspadai risiko yang akan terjadi13.
Kesiapsiagaan di dalam konsep manajemen bencana merupakan salah satu
elemen penting dari kegiatan pencegahan pengurangan risiko bencana
yang bersifat proaktif, sebelum terjadinya suatu bencana14.
Pendidikan siaga bencana dapat dilakukan sejak dini melalui
program siaga bencana di sekolah sehingga anak-anak dapat mengetahui
5

bagaimana cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Pendidikan siaga


bencana dapat diawali pada anak usia sekolah dasar karena menurut
Piaget, pada masa ini merupakan fase operasional konkrit15.
Pendidikan kesiapsiagaan bencana sangat penting diberikan kepada
anak sekolah dasar untuk meningkatkan ketahanan anak-anak terhadap
bencana, namun saat ini pendidikan kebencanaan belum dimasukan ke
kurikulum bagi siswa di pendidikan dasar. Informasi mengenai bencana
hanya dipaparkan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
namun tidak ada pemaparan informasi yang jelas mengenai kesiapsiagaan,
peningkatan ketahanan terhadap bencana, dan evakuasi16.
Hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Siaga Bencana
Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Anak Sekolah Dasar Dalam
Menghadapi Bencana Pada Siswa SDN 6 Giwangan Yogyakartaˮ,
didapatkan bahwa seluruh anak mampu dan terlibat setelah melakukan 5
kali simulasi namun kesiapsiagaan anak masih dalam kategori kurang siap
dimana sebelum pelatihan sebanyak 22 anak (71%) dan sesudah pelatihan
meningkat menjadi 23 anak (76,7%)16.
Hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode
Simulasi School Watching Terhadap Sikap Kesiapsiagaan Siswa Tingkat
Sekolah Dasar Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumiˮ didapatkan
sikap kesiapsiagaan peserta didik di MIN Blang Mancung meningkat
dengan diterapkannya metode school watching dapat dilihat dari
perbedaan persentase kelas kontrol 70,98% menjadi 84,33% yang tidak
diterapkan metode simulasi school watching, sedangkan pada kelas
eksperimen persentase yang diperoleh 90,99% menjadi 96,66% yang telah
diterapkan metode simulasi school watching17.
Berdasarkan fenomena tersebut menjadikan alasan peneliti
memberikan metode school watching terhadap kesiapsiagaan siswa.
School Watching merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan disekolah
dengan berkeliling melihat benda-benda disekitar dan tempat yang di
6

perkirakan dapat membahayakan bagi unsur-unsur sekolah seperti guru,


siswa, staf administrasi dan yang lainnya ketika terjadi suatu bencana17.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17
Maret 2020 di SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu, dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah dan guru-guru disekolah SD Madrasah
Ibtidaiyyah Aisyiyah merupakan salah satu SD yang berada di Kelurahan
Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Jumlah total siswa sebanyak 87
siswa, terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6. Hasil survey peneliti, lokasi
sekolah masih di daerah perkotaan terletak di perbukitan yang dimana
padat dengan rumah penduduk, dan infrastruktur bangunan sekolah dari 5
ruangan terdapat 1 ruangan dinding kelas yang retak dan ruangan tersebut
masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Sekolah tersebut juga
tidak ada jalur evakuasi dan titik kumpul sehingga sekolah ini merupakan
salah satu sekolah yang terkena dampak kejadian Gempa Bumi pada 28
September 2018.
Hasil wawancara salah satu guru mengatakan belum pernah
dilakukan simulasi bencana dari instansi terkait maupun yang dilakukan
oleh guru melalui pembelajaran disekolah. Guru-guru disekolah hanya
melihat informasi di televisi bagaimana cara melindungi diri pada saat
terjadi gempa bumi dan tidak adanya pembelajaran kebencanaan yang
diterapkan di sekolah, sehingga dari informasi itu para guru mengarahkan
siswa untuk mengikuti arahan yang disampaikan oleh guru, tetapi belum
pernah diberikan simulasi bencana.
Sebelum terjadi bencana para siswa belum pernah mendapatkan
simulasi bencana, dan saat sesudah bencana para siswa hanya mendengar
arahan dari guru-guru disekolah untuk berlindung pada saat terjadi
bencana gempa bumi. 87 siswa peneliti ambil 10 siswa yang di
wawancarai, 10 mengatakan masih merasa bingung dengan apa yang
harus dilakukan saat terjadi bencana di sekolah, 8 siswa mengatakan tidak
tahu dimana saja tempat-tempat yang aman untuk berlindung, 2 siswa
7

mengatakan cara melindungi diri dengan bersembunyi dibawah meja, dan


benda-benda apa saja yang bisa membahayakan yang harus dihindari saat
terjadi gempa 10 siswa mengatakan tidak tahu. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Metode School
Watching Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa SD Madrasah
Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di latar belakang maka peneliti ingin mencari


tahu Adakah “Pengaruh Metode School Watching Terhadap Kesiapsiagaan
Bencana Pada Siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu?ˮ

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dianalisisnya Pengaruh Metode School Watching Terhadap


Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah
Aisyiyah Palu.
2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi kesiapsiagaan bencana pada siswa sebelum


dilakukan metode school watching.
b. Teridentifikasi kesiapsiagaan bencana pada siswa sesudah
dilakukan metode school watching.
c. Dianalisisnya pengaruh metode school watching terhadap
kesiapsisagaan siswa.
8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan (Pendidikan)

Manfaat bagi ilmu pengetahuan dapat mengembangkan penelitian


yang terkait agar lebih beragam dan dapat dijadikan acuan untuk
dikembangkan dalam dunia pendidikan mengenai kebencanaan
maupun bagi peneliti berikutnya, khususnya pada penelitian metode
school watching dengan kesiapsiagaan bencana.
2. Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat dalam hal ini siswa-siswi SD Madrasah


Ibtidaiyyah Aisyiyyah Palu, yaitu diharapkan dapat memberikan dasar
untuk kesiapsiagaan siswa tentang bencana serta memberikan daya
resilience pada siswa akan akibat bencana.
3. Instansi Tempat Meneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan


bagi SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu untuk meningkatkan
kesiapsiagaan bencana pada siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah
Aisyiyyah Palu dengan menggunakan metode School Watching.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori tentang Kesiapsiagaan

1. Pengertian Kesiapsiagaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007


Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna18.
Kesiapsiagaan bencana dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
siap siaga dalam menghadapi krisis bencana. Kesiapsiagaan dapat
dilakukan dengan kegiatan pro-aktif dalam merencanakan tindakan
untuk merespon bencana19.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan maupun upaya yang
dilakukan untuk menghadapi kondisi darurat serta meminimalisir
dampak negatif yang ditimbulkan dari bencana20.
Mengacu pada prioritas keempat Sendai Framework Action 2015-
2030, disebutkan bahwa untuk mengurangi risiko bencana diperlukan
adanya peningkatan dalam bidang kesiapsiagaan bencana21.
2. Tujuan Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan bertujuan untuk meminimalkan efek samping


bahaya melalui tindakan pencegahan yang efektif, tepat waktu,
memadai, efisiensi untuk tindakan tanggap darurat dan bantuan saat
bencana22.
Upaya kesiapsiagaan juga bertujuan untuk memastikan bahwa
sumberdaya yang diperlukan untuk tanggap dalam peristiwa bencana
dapat digunakan secara efektif pada saat bencana dan tahu bagaimana
menggunakannya22.

41
10

3. Parameter Kesiapsiagaan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-United Nations of


Educational, Scientific, and Cultural Organization/International
Strategy for. Disaster Reduction (LIPI-UNESCO/ISDR) menjelaskan
ada 5 parameter dalam kesiapsiagaan, yaitu23:
1. Pengetahuan dan Sikap
Pengetahuan merupakan parameter utama dalam
kesipsiagaan bencana karena pengetahuan tersebut menjadi kunci
penentu sikap dan tindakan di dalam mengantisipasi bencana.
Apabila masyarakat kurang memiliki pengetahuan mengenai tanda
dan gejala sebelum terjadinya bencana, maka dampak yang timbul
akibat bencana dapat menjadi jauh lebih besar karena masyarakat
bisa saja salah dalam mengambil tindakan penyelamatan diri saat
terjadi bencana.
2. Kebijakan dan Panduan
Kebijakan kesiapsiagaan bencana alam sangat penting dan
merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga
bencana. Kebijakan yang signifikan berpengaruh terhadap
kesiapsiagaan meliputi: pendidikan publik, emergency planning,
sistem peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya, termasuk
organisasi pengelola, sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas-
fasilitas penting untuk kondisi darurat bencana. Kebijakan-
kebijakan dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih
bermakna apabila dicantumkan secara konkrit dalam peraturan-
peraturan seperti SK atau Perda yang disertai dengan job
description yang jelas. Agar kebijakan dapat di implementasikan
dengan optimal, maka dibutuhkan panduan-panduan operasional.
11

3. Rencana Tanggap Darurat


Rencana ini menjadi bagian yang penting dalam
kesiapsiagaan, terutama berkaitan dengan evakuasi, pertolongan,
dan penyelamatan agar korban dapat diminalkan. Upaya ini sangat
krusial, terutama pada saat terjadi bencana dan hari-hari pertama
setelah bencana sebelum bantuan dari pihak luar datang.
4. Sistem Peringatan Dini
Sistem ini meliputi tanda peringatan dan distribusi
informasi akan terjadinya bencana. Dengan peringatan bencana ini,
dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi korban
jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan
latihan dan simulasi apa yang harus dilakukan ketika mendengar
peringatan kemana dan bagaimana harus menyelamatkan diri
dalam waktu tertentu, sesuai dengan lokasi dimana sedang berada
pada saat terjadi bencana.
5. Mobilisasi Sumber Daya
Kemampuan untuk memobilisasi sumber daya yang
tersedia, baik sumber daya manusia (SDM), maupun pendanaan
dan sarana-prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan
potensi yang dapat mendukung atau sebaliknya menjadi kendala
dalam kesiapsiagaan bencana alam. Karna itu mobilisasi sumber
daya menjadi faktor yang krusial.
4. Peran Siswa Dalam Kesiapsiagaan Bencana

Kesiapsiagaan pada siswa perlu diberikan sejak dini untuk


membangun budaya keselamatan dan ketahanan terhadap bencana24.
Siswa sebagai bagian dari komunitas sekolah memiliki peran yang
besar dalam peningkatan kesiapsiagaan di lingkungan sekolah.
Penyebarluasan pengetahuan tersebut dapat berupa pemberian
12

pelatihan kepada siswa yang lebih muda, contohnya dalam pelatihan


Palang Merah Remaja (PMR) diselipkan pengetahuan kebencanaan25.
5. Parameter Kesiapsiagaan Siswa

Menurut BNPB, parameter kesiapsiagaan bencana meliputi 1.


pengetahuan, sikap dan tindakan, 2. kebijakan sekolah/madrasah, 3.
perencanaan kesiapsiagaan dan 4. mobilisasi sumber daya. Dalam
mengukur tingkat kesiapsiagaan siswa sekolah dasar, peneliti hanya
menggunakan empat indikator yaitu pengetahuan dan sikap, sistem
peringatan bencana, rencana tanggap darurat dan kemampuan
memobilisasi sumber daya26.
Tabel 1.1 Penggunaan Parameter Kesiapsiagaan Bencana Pada
Komponen Komunitas Sekolah27

No. Parameter Penggunaan Parameter


knowledge and Digunakan
1.
attitude/pengetahuan dan sikap
policy statement/kebijakan dan Tidak Digunakan
2.
panduan
warning system/sistem Digunakan
3.
peringatan bencana
emergency planning/rencana Digunakan
4.
tanggap darurat
resoure mobilization Digunakan
5. capacity/kemampuan
memobilisasi sumber daya
Sumber: Deny Hidayati (2006)

Hanya parameter pengetahuan dan sikap, sistem peringatan


bencana, rencana tanggap darurat dan kemampuan memobilisasi sumber
daya yang digunakan sebagai parameter, sedangkan kebijakan dan
panduan tidak digunakan sebagai parameter. Kebijakan dan panduan
ditandai dengan adanya dokumen-dokumen penting yang disahkan, baik
dalam peraturan sekolah, standar operasional, maupun kebijakan-
kebijakan lain. Manusia sebagai subjek dari kebijakan dan panduan
13

tersebut memiliki peran sebagai komponen yang menyusun, melaksanakan


dan mengevaluasi. Oleh karena itu kebijakan dan panduan tidak digunakan
sebagai tolak ukur kesiapsiagaan bencana dengan responden siswa sekolah
dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016) menggunakan
empat indikator sebagai parameter kesiapsiagaan gempa bumi. Indikator
parameter tersebut yaitu28:

1) Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana


Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia terhadap
objek tertentu melalui indera yang di milikinya seperti indera
penciuman, penglihatan, perasa dan peraba. Pengetahuan seseorang
paling besar di dapatkan melalui indera penglihatan dan pendengaran.
Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
tersebut29.
Sikap (Attitude) adalah evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada
objek tersebut30.
Pengetahuan dan sikap tidak dapat dipisahkan, karena kedua hal
tersebut saling berhubungan dengan adanya pengetahuan tentang
kesiapsiagaan bencana gempa bumi maka akan mempengaruhi sikap
seseorang saat terjadi bencana gempa bumi24.
Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana meliputi,
pengetahuan tentang potensial bahaya bencana yang berada di wilayah
tersebut, pemahaman akan bencana, mengetahui cara peny elamatan
diri dalam bencana, dan persiapan perlengkapan pribadi dalam bencana
seperti emergency kit31.
2) Rencana Tanggap Darurat
14

Rencana tanggap darurat bencana adalah serangkaian rencana


kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Rencana tanggap
darurat meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana32. Kegiatan
tersebut adalah pengorganisasian evakuasi yang bertujuan untuk
memfasilitasi dan mengorganisir komunitas setempat dalam keadaan
darurat, fasilitas dalam rencana evakuasi meliputi33.
a. Ketersediaan informasi dan komunikasi
Informasi dalam rencana tanggap darurat berupa informasi yang
terkait gempa bumi di wilayah tersebut mulai dari prevalensi
gempa bumi yang terjadi di wilayah tersebut, informasi terkait titik
kumpul dan kerusakan yang mungkin terjadi karena gempa bumi
tersebut. Informasi ini dapat disampaikan melalui berbagai cara,
salah satunya yaitu menggunakan peta kesiapsiagaan bencana
gempa bumi. peta ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian
akan risiko bahaya bencana gempa bumi serta menyiapkan diri
dalam menghadapi bencana34.
Selain informasi, prioritas lainnya dalam rencana tanggap
darurat adalah komunikasi. Komunikasi bertujuan untuk
mengetahui apa yang terjadi ketika bencana, mengkomunikasikan
bantuan dengan pihak terkait, serta memastikan semua dalam
keadaan aman35. Oleh karena itu, membuat dan menyimpan daftar
kontak nomor-nomor telpon lembaga yang terlihat dalam
penanggulangan bencana seperti nomor telpon pemadam
kebakaran, polisi terdekat, Search and Rescue Team (Tim Sar)
wilayah terdekat, dan Rumah Sakit (RS) terdekat merupakan hal
yang penting sebagai salah satu persiapan menghadapi bencana.
Tempatkan nomor-nomor tersebut di tempat yang mudah terlihat
15

atau dapat menyimpannya dalam Hand Phone (HP) agar


memudahkan pengguna dalam berkomunikasi.

a. Prosedur Evakuasi
Prosedur evakuasi jalur evakuasi yang harus dilalui ketika
terjadi bencana dan tempat evakuasi sebagai perlindungan
sementara selama kejadian bencana. Jalur evakuasi dalam gedung
standar berdasarkan Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) Standart yaitu: jalur terbebas dari
penghalang apapun, terdapat tanda yang jelas yang menandakan
bahwa itu jalan keluar “EXIT” atau keluar dengan tidak boleh
kurang dari 15,2 cm, pintu yang digunakan dalam jalur evakuasi
adalah pintu yang terbuka keluar dengan tinggi 2 meter, dan
penerangan yang cukup pada jalur evakuasi. Menurut World Bank
(2016)’’ tempat evakuasi dijadikan sebagai titik kumpul dalam
keadaan gawat darurat sebagai tempat perlindungan korban
bencana gempa bumi. tempat evakuasi dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu34:
a) Temporary evacuation (evakuasi sementara)
Tempat evakuasi sementara biasanya berada pada area terbuka
yang aman dari bencana dan mudah dijangkau. Tempat yang
digunakan untuk menampung banyak orang, mempunyai
penerangan yang cukup, peralatan komunikasi dan jika
memungkinkan terdapat kebutuhan dasar. Contohnya seperti
tempat parkir.
b) Evacuation center (evakuasi pusat)
Evacuation center merupakan fasilitas untuk mengakomodasi
penduduk terdampak ketika mereka sudah tidak ada tempat
tinggal. Tempat evakuasi ini harus mempunyai ruang yang
16

luas, terdapat makan dan air minum serta dapat menjadi rumah
sementara bagi korban.
c) Welfare evacuation
Welfare evacuation merupakan tempat evakuasi spesial bagi
korban yang memerlukan perawatan tambahan seperti lansia,
orang berkebutuhan khusus, dan korban yang memerlukan
pengobatan khusus.
3) Sistem Peringatan Bencana
Sistem peringatan bencana ini merupakan ketersediaannya
informasi yang efektif dan tepat dari lembaga-lembaga tanggap
bencana sekitar wilayah tersebut. Hal ini dapat mempersiapkan
individu dalam menghadapi bencana serta mengambil tindakan
penyelamatan diri19. Sistem peringatan bencana ini bertujuan untuk
memberikan peringatan kepada komunitas tersebut untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana. Ada dua macam
sistem peringatan bencana yang sering digunakan di masyarakat yaitu,
sistem peringatan tradisional dan sistem peringatan modern36.
4) Kemampuan Mobilisasi Sumber Daya
Sumber daya yang tersedia dalam kesiapsiagaan bencana dapat
berupa sumber daya manusia maupun sumber daya sarana prasarana.
Sumber daya yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan sumber
daya manusia yang terlibat dalam komunitas akademik, khususnya
siswa. Sehingga dapat diartikan bahwa kemampuan mobilisasi sumber
daya merupakan peningkatan sumber daya manusia yang dapat
mendukung kesiapsiagaan bencana. Peningkatan sumber daya manusia
dapat dilakukan melalui pelatihan dan simulasi gempa bumi28.
Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan dalam jangka pendek
yang dilakukan secara sistematis dan teroganisir yang dapat
meningkatkan pengetahuan, keahlian serta sikap dalam menghadapi
bencana gempa bumi37.
17

Pelatihan kebencanaan dapat dilakukan dengan berbagai metode


salah satunya menggunakan metode simulasi. Simulasi merupakan
kegiatan penerapan rencana tanggap darurat yang sudah disiapkan
untuk menggambarkan kerangka kerja yang akan dilakukan ketika
terjadi bencana. Sehingga komunitas dapat lebih memahami cara kerja
saat keadaan gawat darurat. Selain itu, simulasi dapat dijadikan sebagai
bahan evaluasi dari rencana tanggap darurat38. Semakin banyak
simulasi yang dilakukan semakin siap individu maupun komunitas
dalam menghadapi bencana, karena simulasi dapat meningkatkan
kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi17.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan indeks untuk menilai
kesiapsiagaan siswa sebagai berikut:
Tabel 1.2 Nilai Indeks Kesiapsiagaan Siswa27

No. Nilai Indeks Kategori


1. >65-100 Siap
2. >54-65 Cukup Siap
3. ≤54 Kurang Siap
Sumber : Dikutip dari Lipi-Unesco/Isdr (2006)

B. Tinjauan Teori Tentang School Watching

1. Definisi School Watching


Program school watching diadaptasi dari program town watching
yang dikembangkan oleh Prof. Yujiro Ogawa dari Fuji Tokoha
University Jepang untuk masyarakat yang bermukim di suatu wilayah.
Secara harfiah school watching diartikan sebagai “melihat-lihat
sekolah’’. School watching merupakan suatu program bagi siswa,
guru, dan komponen sekolah lainnya untuk mengidentifikasi elemen-
elemen sekolah dan lingkungan di sekitarnya yang berisiko,
menganalisis dampak risiko, serta menemukan solusi dari setiap
permasalahan yang muncul terkait dengan penanggulangan bencana di
18

sekolah. School watching dilakukan dengan cara berkeliling baik di


dalam maupun di luar lingkungan sekolah untuk melihat dan
memahami tempat-tempat berbahaya maupun fasilitas yang dapat
digunakan untuk penyelamatan diri, kemudian memikirkan sendiri
langkah penyelesaian dan antisipasi terhadap bahaya. Secara umum
program school watching bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
komunitas sekolah terhadap penanggulangan bencana. Secara spesifik
program ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerentanan lingkungan
sekolah dan sekitarnya, mengidentifikasi kapasitas/sumber daya yang
dimiliki sekolah yang dapat digunakan ketika terjadi bencana, dan
mengidentifikasi permasalahan utama di lingkungan sekolah serta
menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Dari program school
watching diharapkan dihasilkan peta bahaya dan peta evakuasi
sekolah39.
School Watching (melihat sekolah) merupakan sebuah kegiatan
yang dilakukan disekolah dengan berkeliling melihat benda – benda
disekitar dan tempat yang di perkirakan dapat membahayakan bagi
unsur – unsur sekolah seperti guru, siswa, staf administrasi dan yang
lainnya ketika terjadi suatu bencana17.
Dasar pemikiran pembuatan School Watching adalah kegiatan
Town Watching (melihat kota) yang biasa diterapkan untuk masyarakat
kota sehingga kota mereka menjadi kota tangguh atau desa tangguh.
Metode-metode Town Watching tersebut sebenarnya bisa diadopsi dan
diterapkan di sekolah-sekolah yang berada pada kawasan rawan
bencana. Town Watching merupakan sebuah metode yang diterapkan
masyarakat di Jepang yang kemudian diadopsi oleh masyarakat
Indonesia dan diterapkan di sekolah-sekolah rawan bencana sebagai
metode school watching. Kegiatan town watching awalnya digunakan
sebagai alat untuk perencanaan kota, namun selain itu juga digunakan
sebagai pedoman pencegahan bencana. Setelah subjek mencari tempat
19

yang berbahaya, fasilitas pencegahan bencana, dan situs sejarah di


kota, bencana diakui sebagai hal yang perlu diperhatikan masyarakat
setempat, untuk itu kesadaran pencegahan bencana ditingkatkan
dengan kegiatan-kegiatan tentang kebencaan yang dapat dilakukan40.
Dalam penelitian Ida A.D 2018, menerapkan metode School
Watching untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan upaya pengurangan
risiko bencana (PRB) di sekolah, ada 4 poin penting yang harus betul-
betul diperhatikan :
a. Pengamatan dengan kegiatan berkeliling sekolah
Murid-murid dan guru serta unsur sekolah lainnya berjalan
kaki mengamati lingkungan sekolah. Mereka akan mengamati
tempat-tempat yang berbahaya (dinding retak, kaca jendela yang
pecah, langit-langit yang mau jatuh, lemari yang tidak diikat, pintu
kelas yang kecil, dll) dan tempat-tempat yang aman (halaman yang
luas, pintu yang besar, meja yang kuat, dll). Selain mengamati
lingkungan sekolah, mereka juga harus mengamati kawasan
sekeliling sekolah atau kawasan di luar sekolah. Pengamatan
kawasan sekeliling sekolah dilakukan untuk perencanaan jalur
evakuasi apabila bencana terjadi. Dalam penerapannya di sekolah,
biasanya siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Ada kelompok
yang mengamati lingkungan sekolah (kelas, ruang guru,
perpustakaan, ruang UKS, laboratorium, halaman sekolah, dll) dan
kelompok yang lain akan mengamati jalur evakuasi dan lingkungan
sekeliling sekolah yang bagus dan aman.
b. Membuat peta hasil pengamatan
Setelah melakukan pengamatan dengan cara berkeliling,
siswa harus memetakan kawasan-kawasan yang bahaya dan aman.
Peta tersebut mereka buat sendiri, dan disini kita akan melihat
kreatifitas siswa dalam mengambar dan membuat peta. Dalam
membuat peta, kita harus memberikan kebebasan penuh kepada
20

siswa supaya tingkat kreatifitas dan imajinasi mereka kian


berkembang.

c. Diskusi untuk pemecahan masalah


Setelah mereka memetakan tempat-tempat yang bahaya dan
aman, selanjutnya siswa harus berdiskusi sesama anggota
kelompok yang mencari solusi terhadap tempat-tempat yang
berbahaya tadi. Misalnya saja, siswa menemukan bahwa di ruang
kelas 1 dan 2, pintu kelasnya masih sempit sehingga ketika gempa
bumi terjadi siswa akan susah untuk keluar dari ruangan.
Permasalahan ini bisa mereka sampaikan ke Kepala Sekolah
supaya diganti dengan pintu yang lebih besar.
d. Presentasi
Hasil pengamatan berupa kawasan-kawasan yang bahaya
dan aman yang sudah ditampilkan dalam peta serta solusi terhadap
permasalahan yang ada, harus dipresentasikan oleh siswa di depan
teman-teman dan unsur sekolah lainnya. Selama presentasi dan sesi
tanya jawab, tentu akan banyak sekali pertanyaan, masukan dan
saran dari siswa-siswa yang lain.

C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Metode School Watching Kesiapsiagaan Bencana

Keterangan :

Diteliti :
21

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Ada pengaruh metode School Watching terhadap kesiapsiagaan bencana


pada siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu.
2. Tidak ada pengaruh metode School Watching terhadap kesiapsiagaan
bencana pada siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu.
22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian


yang berlandaskan pada filsafat posistivisme, digunakan untuk meniliti
pada populasi atau sampel tertentu, dengan rancangan deskriptif analitik,
yaitu suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
dikumpul sebagaimana adanya41.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-Eksperimen,
dengan pendekatan one grup pre test dan post test design, yaitu rancangan
penelitian yang menggunakan satu kelompok subjek dengan cara
melakukan pengukuran sebelum dan setelah perlakuan. Efektifitas
perlakuan ini dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan
pre test42.

O1 X O2

Minggu Pertama Minggu Pertama Minggu Ketiga

Gambar 2.2 Desain Penelitian

Keterangan :
O1 : Pre-Test. Pengukuran yang dilakukan pada minggu pertama
penelitian menggunakan kuisioner untuk mengukur kesiapsiagaan siswa
sebelum pemberian School Watching.
X : Perlakuan/Eksperimen. Pemberian metode School Watching yang
dilakukan pada minggu pertama penelitian.

41
24

O2 : Post-Test. Pengukuran yang dilakukan pada minggu ketiga penelitian


menggunakan kuisioner untuk mengukur kesiapsiagaan siswa setelah
dilakukan School Watching.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan tanggal 20
bulan Juli 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti 43. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah
Aisyiyah Palu yang aktif selama penelitian berlangsung sebanyak 87
siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang benar-benar mewakili
dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya 43. Besar
sampel pada kelompok eksperimen minimal 10-20 orang41. Pada
penelitian ini sampel yang digunakan adalah 10 siswa.
Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
random sampling. Random sampling adalah pengambilan anggota
sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu44.
25

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dalam
suatu populasi yang akan diteliti44. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
1) Siswa kelas V dan VI dengan rentang umur 10-11 tahun.
2) Siswa yang bersedia menjadi responden dengan
menandatangani inform consent saat pengambilan data.
b. Kriteria ekslusi adalah yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena dapat mengganggu pengukuran maupun
interpretasi hasil42. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah
siswa yang tidak hadir saat proses pengambilan data berlangsung.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu suatu atribut/sifat/nilai dari


orang, obyek/kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan 42. Penelitian ini
terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (Independent Variabel) dan
variabel terikat (Dependent Variabel).
1. Variabel Independen
Variabel independen menurut adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(dependen)44. Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi pada
penelitian ini adalah diberikan metode School Watching.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel independen44. Variabel terikat atau
variabel yang dipengaruhi pada penelitian ini, adalah pemahaman
siswa-siswi terhadap kesiapsiagaan bencana.
26

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah karakteristik yang diamati dari sesuatu


yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati atau diukur
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat
diulangi oleh orang lain42.
1. School Watching
Definisi :
Suatu kegiatan yang dilakukan dengan siswa
dengan cara berkeliling melihat benda-benda yang ada
disekitar lingkungan sekolah yang dapat membahayakan
ketika terjadi suatu bencana. Adapun benda-benda yang
dapat membahayakan seperti benda berat yang dipasang
di atas lemari/rak (piala/trofi), kabel listrik
terpapar/terkelupas, lantai licin, jendela rusak, tanaman
yang dipasang di pagar bangunan, pintu ayun, bangunan
2. Kesiapsiagaan runtuh, bangunan tua/rapuh, dinding retak, pajangan
Definisi :
Kesiapsiagaan adalah suatu rangkaian kegiatan
atau tindakan yang dilakukan oleh siswa pada saat
sebelum terjadi bencana seperti mengenal benda-benda
yang dapat membahayakan diri, mengetahui cara
berlindung saat terjadi bencana dan mengenal jalur
evakuasi.
Cara ukur : Kuesioner

Alat ukur : Lembar kuesioner

Skala : Ordinal

Hasil : Siap jika diperoleh skor >65-100

Cukup siap jika diperoleh skor >54-65


27

Kurang siap jika diperoleh skor ≤54

(Sumber : Dikutip dari Lipi-Unesco/Isdr)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Pengisian lembar kuesioner dilakukan oleh responden.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang dapat mengatur variabel yang
diukur sehingga memiliki makna dalam pengujian hipotesis penelitian43.
Menilai variabel pengetahuan dan sikap yang dibuat oleh peneliti
sendiri yang terdiri dari 7 soal untuk mengetahui kesiapsiagaan siswa
terdapat 6 pernyataan positif (1,3,4,5,6,dan 7) dengan memberi kode
apabila jawaban ya = 1 dan jawaban tidak = 0, dan 1 pernyataan negatif
(2) dengan memberi kode apabila jawaban ya = 0 dan jawaban tidak = 1.
Instrument ini telah diuji validitasnya dan reliabilitasnya. Dari 11
pernyataan yang di uji validitas ada 7 pernyataan yang valid dengan nilai
Alpa Cronbach 0,801.
Dalam penelitian ini digunakan lembar kuisioner untuk mengukur
kesiapsiagaan siswa sekolah dasar dengan menggunakan parameter
berdasarkan kajian LIPI-UNESCO/ISDR (2016), dan metode school
watching menggunakan mini game.
1. Lembar kuisioner kesiapsiagaan siswa
Lembar kuisioner digunakan oleh peneliti untuk menilai
kesiapsiagaan bencana pada siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah
Palu. Lembar kuisioner dibuat dalam bentuk checklist menggunakan
skala Guttman. Jawaban “ya” mendapat skor 2 dan jawaban “tidak”
mendapat skor 1.41
Berikut merupakan kisi-kisi lembar kuisioner yang digunakan dalam
penelitian ini:
28

Tabel 2.1 Kisi-kisi Lembar Kuisioner Kesiapsiagaan Siswa45

No. Aspek Indikator Butir


Observasi
1. Pengetahuan Mengenalkan benda-benda 1
dan sikap yang dapat membahayakan
diri
Berlindung di bawah benda 2
yang keras dan tidak
berpotensi roboh
Melindungi kepala dengan 3
benda di sekitar

Tidak berdiri di dekat benda 4


yang berpotensi roboh

Menutup hidung supaya 5


terhindar dari debu
reruntuhan bangunan
Berkumpul ditempat yang 6
terbuka seperti lapangan

Kembali ke kelas setelah 7


adanya komando atau arahan
dari guru

2. Mini Game School Watching


Peneliti membuat mini game dengan menggunakan kertas
bergilir. Pertama, peneliti mengajak siswa berkeliling lingkungan
sekolah melihat benda-benda disekitarnya yang bisa membahayakan
saat terjadi bencana dengan membawa daftar checklist benda-benda
yang berisiko. Kedua, peserta menonton video kesiapsiagaan bencana,
kemudian peserta diajak bermain kertas bergilir yang dimana kertas
tersebut dipegang oleh orang pertama lalu digilirkan ke peserta yang
lain dengan menyanyikan lagu dan pada saat lagu terhenti, kertas yang
29

digilir tadi ikut berhenti dan yang memegang kertas tersebut maju ke
depan lalu peneliti memberikan pertanyaan terkait video yang telah di
nonton sebelumnya dan pengamatan yang dilakukan dengan cara
berkeliling kemudian peserta menjawab pertanyaan sambil
mempraktekannya. Setelah itu peneliti mengevaluasi kesiapsiagaan
siswa menggunakan lembar kuesioner.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer
Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya baik secara langsung, baik secara wawancara, jajak
pendapat dari individu atau kelompok, maupun hasil observasi dari
suatu obyek, kejadian, atau hasil pengujian. Dalam hal ini peneliti
mengumpulkan data dengan cara memberikan kuisioner atau dengan
cara mengamati atau observasi46.
Data primer dari penelitian ini dari hasil observasi yang dilakukan di
SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu, Maret 2020. Peneliti
melakukan penelitian dengan memberikan pengaruh metode school
watching terhadap kesiapsiagaan bencana pada siswa SD Madrasah
Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung, misalnya melalui buku, catatan, buku yang telah ada atau
arsip (baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan
secara umum). Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan cara
berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca
buku yang berhubungan dengan penelitiannya46.
Data sekunder dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
BMKG, BNPB dan BPBD, dan jurnal penelitian.
30

H. Analisa Data

Data yang telah diolah dengan menggunakan program variabel kemudian


dianalisa sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kesimpulan dan
keputusan47. Adapun analisa data dalam penelitian ini menggunakan
analisis univariat dan analisis bivariat :
1. Analisis Univariat
Data dianalisis secara univariat. Analisa data dilakukan terhadap tiap
variabel penelitian. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel. Analisa data dilakukan dengan formulasi

f
distribusi frekuensi dengan rumus sebagai berikut42: P= ×100 %
n
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi (jumlah jawaban benar)
n = Sampel
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variabel.
Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel terkait
dengan variabel lain48.
Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui
Pengaruh Metode School Watching Terhadap Kesiapsiagaan Bencana
Pada Siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Palu. Sebelum dilakukan uji
statistik terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data yang bertujuan
untuk mengetahui uji statistik yang akan digunakan dan untuk
memperoleh informasi mengenai data berdistribusi normal atau tidak.
Jika data berdistribusi normal dengan nilai sig > 0,05 maka uji statistik
yang digunakan adalah uji t berpasangan namun jika data tidak
berdistribusi normal dengan nilai sig < 0,05 maka uji statistik yang
digunakan adalah uji Wilcoxon.
31

Tabel. 2.2 Test of Normality


Kelompok Shapiro-Wilk
responden Statistik Df Sig
PRETEST 0,906 10 0,258
POSTTES 0,509 10 0,000
T
Sumber : Data primer 2020
Pada tabel menunjukkan hasil uji normalitas data. Data yang
diperoleh dari hasil uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-
Wilk adalah sebagai berikut : kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan
School Watching nilai probabilitas (Sig) adalah 0,258 dan kesiapsiagaan
setelah diberikan School Watching nilai probabilitas (Sig) adalah 0,000.
Mengacu pada ketentuan bahwa jika nilai sig > 0,05 data berdistribusi
normal sedangkan jika nilai sig < 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal. Dari hasil output tersebut dapat disimpulkan
bahwa data tidak berdistribusi normal, maka uji statistic yang
digunakan selanjutnya adalah uji Wilcoxon.
Rumus Uji Wilcoxon dapat dilihat sebagai berikut :

Keterangan :
N = Banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan
berbeda
T = Jumlah ranking dari nilai selisih yang negative
(apabila banyaknya selisih yang positif lebih banyak
dari banyaknya selisih negative
Z = Jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila
banyaknya selisih (apabila banyaknya selisih yang
negative > banyaknya selisih yang positif)
32

I. Bagan Alur Penelitian

Lokasi Penelitian

Pra Penelitian SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu

Pengambilan data awal

Penyusunan Proposal
Penelitian

Uji Plagiarisme

Ujian Proposal Teridentifikasi kesiapsiagaan


bencana pada siswa sebelum
dilakukan metode school watching

Penelitian Lapangan
Teridentifikasi kesiapsiagaan
bencana pada siswa setelah
dilakukan metode school watching

Dianalisisnya pengaruh metode


school watching terhadap
kesiapsisagaan siswa

Analisa Data

Penyusunan Laporan
Hasil Penelitian

Ujian Hasil/Skripsi

Gambar 2.3 Bagan Alur Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu, terletak di jalan Hangtuah
No.104 Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore dan didirikan sejak
tahun 1991 dengan luas 6.308 m2. Lokasi sekolah masih di daerah
perkotaan terletak di perbukitan yang dimana padat dengan rumah
penduduk. Sekolah ini sebelum terkena dampak gempa bumi, memiliki
infrastruktur bangunan sekolah yang baik dan bersih, dan setelah bencana
28 september 2018 dari 5 ruangan terdapat 1 ruangan dinding kelas yang
retak dan ruangan tersebut masih digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar. Lokasi sekolah yang dianggap berisiko terkena dampak bencana
harus memiliki jalur evakuasi dan titik kumpul yang aman. Sebelum
peneliti melakukan penelitian sekolah ini belum memiliki jalur evakuasi
dan lokasi titik kumpul yang aman49.
Saat terjadi bencana para siswa dan guru hanya berlari ke segala
arah dikarenakan tidak adanya dilakukan simulasi bencana dari instansi
terkait maupun yang dilakukan oleh guru melaluli pembelajaran disekolah.
Setelah dilakukan metode school watching siswa sudah mengetahui jalur
evakuasi yang aman dan cepat untuk berada di titik kumpul dan siswa juga
sudah mengetahui benda-benda atau tempat yang dapat membahayakan
saat terjadi bencana49.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini diuraikan dalam tabel
berikut dengan mengelompokkan berdasarkan usia, kelas, dan jenis
kelamin.
a. Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel
3.1 sebagai berikut.

41
34

Tabel. 3.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


No Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
1 10 5 50
2 11 5 50
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 3.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 10
responden yang berusia 10 tahun sebanyak 5 responden (50%), dan
berusia 11 tahun 5 responden (50%) dalam penelitian ini hanya
terdapat 2 karakteristik usia responden yang mana siswa kelas V dan
VI berusia 10 dan 11 Tahun.
b. Kelas
Karakteristik responden berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel
3.2 sebagai berikut.
Tabel 3.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas
No Kelas Frekuensi (f) Persentase (%)
1 V 5 50
2 VI 5 50
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan hasil tabel 2.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 10
responden kelas V sebanyak 5 responden (50%), dan kelas VI
sebanyak 5 responden (50%).
c. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel. 3.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Laki-Laki 4 40
2 Perempuan 6 60
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan hasil tabel 3.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 10
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 responden
35

(40%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 responden


(60%).
2. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap variabel
penelitian dengan mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk
distribusi frekuensi. Hasil analisis univariat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Responden Sebelum Dilakukan
Metode School Watching
Tabel 3.4 distribusi frekuensi kesiapsiagaan responden sebelum
dilakukan metode school watching
No Kesiapsiagaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Siap 0 0
2 Cukup Siap 1 10
3 Kurang Siap 9 90
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan hasil tabel 3.4 di atas dapat diketahui bahwa
kesiapsiagaan pada kategori cukup siap yaitu 1 responden (10%),
dan kesiapsiagaan pada kategori kurang siap yaitu 9 responden
(90%).
b. Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Responden Sesudah Dilakukan
Metode School Watching
Tabel 3.5 distribusi frekuensi kesiapsiagaan responden sesudah
dilakukan metode school watching
No Kesiapsiagaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Siap 8 80
2 Cukup Siap 2 20
3 Kurang Siap 0 0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan hasil tabel 3.5 di atas dapat diketahui bahwa
kesiapsiagaan siswa pada kategori siap yaitu 8 responden (80%), dan
pada kategori cukup siap yaitu 2 responden (20%).
3. Analisis Bivariat
36

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


pengaruh metode school watching terhadap kesiapsiagaan bencana
pada siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu.
Menjawab rumusan masalah yang diajukan maka uji statistik yang
akan dilakukan adalah uji Wilcoxon dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh metode school watching terhadap kesiapsiagaan siswa.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakkan aplikasi pada
computer.
Tabel 3.6 Pengaruh Metode School Watching Terhadap Kesiapsiagaan
Siswa
n Mean (Min-Max) ρ value
Kesiapsiagaan sebelum 10 45,00 (30-60)
dilakukan School Watching
Kesiapsiagaan sesudah 10 68,00 (60-70) 0,004
dilakukan School Watching
Sumber : Uji statistik Wilcoxon
Pada tabel 3.6 diatas menunjukan perbedaan kesiapsiagaan
sebelum dilakukan metode school watching dengan setelah dilakukan
metode school watching. Hasil uji test statistik Wilcoxon signed rank
menunjukkan bahwa nilai ρ value 0,004. Berdasarkan kriteria
penerimaan hipotesis dengan nlai ρ value ≤ 0,05 maka H0 ditolak yang
artinya ada pengaruh metode school watching terhadap kesiapsiagaan
bencana pada siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu.

C. Pembahasan Penelitian
1. Kesiapsiagaan Sebelum Dilakukan Metode School Watching Pada
Siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah.
Berdasarkan data hasil penelitian, dengan jumlah responden adalah
10 orang yang semuanya dilakukan metode school watching untuk
mengetahui kesiapsiagaan siswa. Sebelum dilakukan school watching
responden terlebih dahulu dilakukan pre test dengan menggunakan
kuesioner kesiapsiagaan. Dari tabel 3.4 di dapatkan hasil bahwa
kesiapsiagaan siswa sebelum dilakukan penelitian paling banyak
berada pada kategori kurang siap yaitu sebanyak 9 responden (90%),
37

cukup siap yaitu 1 responden (10%). Menurut peneliti, sebagian besar


siswa masih merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan saat
terjadi bencana disekolah, bagaimana cara melindungi diri, dimana
saja tempat-tempat yang aman untuk berlindung dan benda-benda apa
saja yang bisa membahayakan saat terjadi bencana yang harus
dihindari.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fika Nur
Indriasari (2014) dengan judul “Pengaruh Pelatihan Siaga Bencana
Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Anak Sekolah Dasar Dalam
Menghadapi Bencana Pada Siswa SDN 6 Giwangan Yogyakarta”
didapatkan hasil bahwa kesiapsiagaan anak masih dalam kategori
kurang siap sebelum pelatihan sebanyak 22 anak (71%) dan sesudah
pelatihan meningkat menjadi 23 anak (76,7%)16. Penelitian lain yang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sinsiana Besti Emami
(2015), pada siswa sebelum diberikan penyuluhan kesiapsiagaan
menghadapi bencana gempa bumi yang memiliki pengetahuan dengan
kategori baik sebanyak 18 anak (43,9%) sedangkan pada kategori
cukup sebelum diberikan penyuluhan kesiapsiagaan menghadapi
bencana gempa bumi sebanyak 23 anak (56,1%) dengan total
responden 41 siswa50.
Mengacu pada LIPI UNESCO/ISDR 2006 kesiapsiagaan
merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengendalian
pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadi
bencana. Konsep kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada
kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan menghadapi kondisi
darurat bencana secara cepat dan tepat23.
Teori yang dikemukakan oleh LIPI UNESCO/ISDR 2006 yang
sesuai dengan hasil penelitian menyatakan bahwa pengetahuan adalah
faktor yang sangat penting untuk kesiapsiagaan suatu komunitas
sekolah. Pengetahuan bencana yang dimiliki sangat mempengaruhi
sikap dan kepedulian untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana.
Mengingat datangnya bencana tidak dapat diketahui secara pasti dan
38

letak geografis sekolah tergolong wilayah yang rawan terjadi bencana


maka hal ini dapat dijadikan suatu pengalaman atau pelajaran yang
sangat bernilai akan pentingnya pengetahuan tentang bencana yang
diharus dimiliki oleh setiap individu terutama yang berada di daerah
yang rawan bencana23.
Mengingat pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting di
dalam kesiapsiagaan, maka menurut peneliti bahwa perlu adanya
pengetahuan kesiapsiagaan siswa tentang bencana gempa bumi, baik
dengan penyuluhan maupun simulasi terkait bencana gempa bumi. Hal
ini sesuai dengan Poedjawijatna (2014) bahwa pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui pengenalan sumber
informasi, ide yang diperoleh sebelumnya baik secara formal maupun
informal51. Untuk itu, dalam hal ini meningkatkan pengetahuan siswa
maka perlu adanya kesadaran diri sendiri untuk berusaha mendapatkan
informasi terkait masalah tersebut juga peran penting sekolah maupun
pemerintah daerah dalam memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhan pengetahuan yang diperlukan siswa tentang pentingnya
kesiapsiagaan bencana gempa bumi.
Peneliti melihat belum ada jalur evakuasi dan titik kumpul yang
aman pada sekolah ini, siswa mengetahui titik kumpul yaitu di tanah
lapang tapi di sekolah mereka tidak dibuatkan titik kumpul. Menurut
peneliti langkah yang tepat untuk menambah informasi pengetahuan
siswa sekolah dasar adalah dengan melakukan metode school
watching, karena dengan metode ini siswa dapat mengenal benda-
benda dan tempat apa saja yang dapat membahayakan saat terjadi
bencana, mengetahui cara berlindung, dan mengenal jalur evakuasi.
Nantinya kesiapsiagaan bencana gempa bumi akan berguna bagi diri
responden, masyarakat, keluarga dan sekolah dikarenakan informasi
melalui school watching yang didapatkan dapat diterapkan jika terjadi
bencana dimasa yang akan datang.
2. Kesiapsiagaan Sesudah Dilakukan Metode School Watching Pada
Siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah.
39

Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 3.5 menunjukan


bahwa kesiapsiagaan siswa setelah dilakukan school watching
mengalami peningkatan sebagian besar pada kategori siap menjadi 8
responden (80%), cukup siap 2 responden (20%), namun tidak ada lagi
siswa yang berada pada kategori kurang siap. Terjadi perubahan
kesiapsiagaan siswa yang dimana sebelum diberikan school watching
jumlah responden yang kurang siap 9 responden dan cukup siap 1
responden.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu
Nareswari Keniten et. al (2018) dimana setelah dilakukan pemberian
edukasi school watching dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa
dalam menghadapi bencana. Selain itu pada penerapan metode school
watching ini siswa seolah-olah mengalami langsung kejadian gempa
bumi dan berada di sekitar benda-benda yang berbahaya tersebut,
dengan demikian siswa langsung diberikan kesempatan untuk melihat,
menggambar dan menuangkan kreatifitasnya sehingga materi yang
disampaikan akan diterima dengan maksimal tanpa menimbulkan rasa
bosan saat belajar40.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Ayu Wulandari (2010)
menyatakan belajar dengan mempergunakan indra pendengaran dan
penglihatan akan lebih efektif. Anak-anak akan lebih mudah menerima
pesan-pesan pengetahuan yang disampaikan melalui permainan (play
and learn) yang melibatkan indra penglihatan dan pendengaran. Ini
sangat efektif memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis
tentang cara-cara menghadapi bencana alam pada anak-anak52.
Pada penelitian ini metode school watching dilakukan satu kali
pertemuan dengan waktu permainan selama 60 menit. Yang dimana
setelah dilakukan school watching dengan mini game siswa sangat
antusias mengikuti mini game dan siswa mengatakan dapat dengan
mudah mengenal benda-benda apa saja yang membahayakan,
bagaimana cara berlindung saat terjadi bencana dan mengetahui jalur
evakuasi.
40

Menurut asumsi peneliti school watching merupakan kegiatan yang


bermanfaat untuk siswa dengan cara mengajak siswa berkeliling
mengenali lingkungan sekolahnya dan bermain mini game akan
membuat siswa lebih cepat memahami materi yang disampaikan.

3. Pengaruh Metode School Watching Terhadap Kesiapsiagaan Bencana


Pada Siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu.
Setelah dilakukan uji Wilcoxon signed ranks secara keseluruhan
pada 10 responden sebelum dan setelah intervensi school watching,
diperoleh hasil bahwa p – value sebesar 0,004. Karena nila p – value <
0,05, maka dapat diketahui bahwa ada pengaruh metode school
watching terhadap kesiapsiagaan bencana pada siswa SD Madrasah
Ibtidaiyah Aisyiyah Palu. Peningkatan pengetahuan kesiapsiagaan
dalam menghadapi bencana sebelum dan setelah pemberian metode
School Watching dilihat dari hasil nilai post test yang lebih besar dari
nilai pre test yaitu sebanyak 8 responden (80%) kategori siap dan 2
responden (20%) kategori cukup siap. Hasil penelitian ini
menunjukkan metode School Watching memberikan pengaruh
meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana.
Walaupun peningkatan kategori siap tidak dialami oleh seluruh siswa,
namun metode ini telah meningkatkan sebagian besar pengetahuan
siswa yang sebelumnya berada pada kategori kurang siap menjadi
cukup siap dan siap.
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang dilakukan school
watching mengatakan setelah melakukan school watching mereka
lebih mudah mengenali benda-benda yang dapat membahayakan dan
tempat yang aman untuk berlindung, mengetahui cara berlindung dan
mengenal jalur evakuasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Husnul Khatimah et. al (2015) yaitu penerapan metode school
watching dapat mempengaruhi sikap kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana gempa bumi17. Penelitian lainnya yang sejalan
41

dengan hal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Diah
et.al (2018) yang dimana pemberian edukasi dengan metode school
watching dapat mempengaruhi kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi
bencana40.
Hasil penelitian ini didukung oleh Ayu Wulandari (2010)
menyatakan belajar dengan mempergunakan indra pendengaran dan
penglihatan akan lebih efektif. Anak-anak akan lebih mudah menerima
pesan-pesan pengetahuan yang disampaikan melalui permainan (play
and learn) yang melibatkan indra penglihatan dan pendengaran. Ini
sangat efektif memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis
tentang cara-cara menghadapi bencana alam pada anak-anak52. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian Melissa (2014), karakteristik anak usia
sekolah dasar yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja
dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung53. School Watching adalah Suatu kegiatan yang dilakukan
dengan siswa dengan cara berkeliling melihat benda-benda yang ada
disekitar lingkungan sekolah yang dapat membahayakan ketika terjadi
suatu bencana. Pada saat melakukan school watching perhatian
responden diarahkan untuk membedakan benda-benda yang dapat
membahayakan dan tempat mana saja yang aman untuk berlindung
serta jalur evakuasi atau titik kumpul yang aman.
42
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SD Madrasah
Ibtidaiyah Aisyiyah Palu mengenai pengaruh metode school watching
terhadap kesiapsiagaan bencana pada siswa, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Kesiapsiagaan responden sebelum diberikan school watching yaitu 10
responden. 1 responden (10%) kategori cukup siap, 9 responden (90%)
kategori kurang siap.
2. Kesiapsiagaan responden setelah diberikan school watching terjadi
peningkatan pengetahuan kesiapsiagaan dari kurang siap, menjadi
cukup siap dan siap.
3. Ada pengaruh school watching terhadap kesiapsiagaan siswa.
B. Saran
1. Bagi SD Madrasah Ibtidaiya Aisyiyah Palu
Penelitian ini membuktikan bahwa kegiatan school watching
merupakan salah satu bentuk kegiatan yang digunakan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan siswa. Oleh sebab itu, kegiatan ini dapat
dijadikan sebagai intervensi dalam meningkatkan kesiapsiagaan siswa
menghadapi bencana.
2. Bagi institusi pendidikan STIKes Widya Nusantara Palu
Disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan di perpustakaan yang nantinya dapat menambah pengetahuan
mahasiswa tentang keperawatan yaitu metode school watching dan
membantu dalam pembuatan skripsi selanjutnya.
3. Bagi Penelitian selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti dan melakukan penelitian tentang

41
44

metode kegiatan kebencanaan lain yang dapat digunakan untuk


meningkatkan kesiapsiagaan siswa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Buku Pedoman : Latihan


Kesiapsiagaan Bencana. Jakarta (ID): Kencana. Edisi 2017.

2. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Buku Risiko Bencana


Indonesia. 2015)

3. Petrus Demon Silli, dkk. Buletin Gempa Bumi Dan Tsunami. Jakarta (ID) :
BMKG.2018

4. Kaharuddin, M.S., Hutagalung, R. dan Nurhamdan. Perkembangan Tektonik dan


Implikasinya Terhadap Potensi Gempa dan Tsunami Di Kawasan Pulau Sulawesi.
Proceeding JCM Makassar (ID) 2011, 1-10, Makassar: The 36th HAGI and 40th
IAGI Annual Convention and Exhibition, 26-29 jan 2019. Makassar (ID) : 2011.

5. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Data Statistik


Kebencanaan Provinsi Sulawesi Tengah. Jakarta (ID): BMKG. 2018.

6. [BPBD] Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Tengah. Gempa Bumi


dan Tsunami 2018. Sulawesi Tengah (ID): BMKG. 2019.

7. Katrin Radtke. World Risk Report. 2018

8. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. BNPB Gandeng Pramuka


untuk Implementasi SPAB di Sekolah Rawan Bencana. Jakarta(ID) : BNPB. 2019.

9. Mardiyati, Sofi. Dasi Sigab (Dalang Siswa Siap Siaga Bencana) : Model
Pendidikan Kebencanaan Sebagai Ekstrakurikuler Berbasis Kearifan Lokal Di
Daerah Rawan Bencana Di Indonesia. Semarang (ID) : UNNES. 2017.

10. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Draft Pedoman


Penyelenggaraan Latihan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta. 2012. Diakses tanggal 20 Dec 2017.

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

12. Sunarto. Icebreaker Dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta (ID): Cakrawala Media.
2012.

13. Lenawida. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Dukungan Anggota Keluarga


Terhadap Kesiapsiagaan Rumah Tangga Dalam Menghadapi Bencana Gempa
Bumi Di Desa Deyah Raya Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh [Tesis].
Medan: Universitas Sumatra Utara. 2011.

14. Firmansyah, I. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Kesiapsiagaan Dalam


Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor Pada Remaja Usia 15-18 Tahun Di
SMA Al-Hasan Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Jurnal Universitas
Airlangga. 2014.
15. Suhardjo, D. Arti Penting Pendidikan Mitigasi Bencana Dalam Mengurangi
Resiko Bencana. Jakarta (ID) : Cakrawala Pendidikan. 2011.

16. Indriasari, F. N. Pengaruh pelatihan siaga bencana gempa bumi terhadap


kesiapsiagaan anak sekolah dasar dalam menghadapi bencana. Jurnal ICT
(Pelatihan Siaga Bencana), pp. 1–8. 2014.

17. Khatimah, H., Sari, S. A., & Dirhamsyah, M. Pengaruh Penerapan Metode
Simulasi School Watching Terhadap Sikap Kesiapsiagaan Siswa Dalam
Menghadapi Bencana Gempa Bumi. Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Aceh, 1-8. 2015.

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana.

19. Kusumasari Bevaola. Manajemen bencana dan kapabilitas pemerintah lokal.


Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2014.

20. Havwina T., et al. Pengaruh Pengalaman Bencana Terhadap Kesiapsiagaan


Peserta Didik Dalam Menghadapi Ancaman Gempa Bumi dan SMA Negeri Siaga
Bencana Kota Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Geografi. Vol.16 No.2 Oct 2016.

21. UNISDR. Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015 - 2030, (March),
1(1). pp. 1–25. doi: A/CONF.224/CRP.1. 2015. Diakses tanggal 13 Jan 2018.

22. Dodon. Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan Masyarakat di Permukiman Padat


Penduduk dalam Antisipasi Berbagai Fase Bencana Banjir. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, Vol.24 No.2. 2013.

23. LIPI, UNESCO, ISDR. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi


Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami Di Indonesia. Jakarta. 2016.

24. Daud et al. Penerapan Pelatihan Siaga Bencana Dalam Meningkatkan


Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Komunitas SMA Negeri 5 Banda Aceh, Jurnal
Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 1
Nomor 1, Nanggroe Aceh Darussalam. 2014.

25. Consotium For Disaster Education Indonesia. A framework of school-based


disaster preparedness, p.5-15. 2011.

26. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Potensi Ancaman Bencana.


2012. [Internet]. [diunduh 21 Februari 2018 pukul 22:03 wita]. Tersedia pada:
http://bnpb.go.id.

27. Deny Hidayati. Kajian Kesiapsiagaan Bencana Masyarakat dalam Menghadapi


Bencana Gempa dan Tsunami. Jakarta: LIPI-UNESCO-ISDR. 2006.

28. Rahmawati, N. F. Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Pada Siswa SMP Siaga
Bencana Di Kabupaten Bantul (SMP Negeri 2 Imogiri Bantul). Jurnal Universitas
Negeri Yogyakarta, 1-145. 2016.
29. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka
Cipta. Jakarta. 2015.

30. Azwar S. Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2013.

31. Harewood, R. N., DaBreo, S., & McLean. Community Disaster Preparedness
Handbook. 2016. Dipetik 14 januari 2017, dari International Federation of Red
Cross and Red Crescent Societies.

32. Kristiana, L., & Ristrini. Sistem Pelayanan Kesehatan Tanggap Darurat Di
Kabupaten Ciamis. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 16 No. 3, 1-8. 2013.

33. OSHA. Evacuation Plans and Procedures Tools. 2014. Dipetik 27 Jan 207, dari
United State of Departement of Labor :
https://www.osha.gov/SLTC/etools/evacuation/eap.html

34. World Bank. Preparedness Map For Community Resilience Earthquake.


Washington: The World Bank. 2016.

35. Schaffhausher, D. Facing Down Catastrophe Disaster Planning For Schools.


T.H.E Journal, 1-7. 2013.

36. Macherera, M., & Chimbari, M. J. A Review Studies on Community Based On


Early Warning Systems. Jàmba Journal of Disaster, 1-12. 2016.

37. Fahrizal, Khairuddin, & Ismail, N. Pengurangan Risiko Bencana Terhadap


Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 3 Tangse Dalam Menghadapi gempa bumi.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 16. No. 2, 1-6. 2016.

38. Cittone, G. R. Disaster Medicine. China: ELSEVIER. 2016.

39. Triyono dan Titik Kusumawati. Buku Panduan: Mengenal Lingkungan Sekolah
Sebagai Antisipasi Terhadap Bencana Dengan School Watching. Jakarta: LIPI
PRESS. 2011.

40. Ida Ayu Diah Nareswari Keniten. Pengaruh Pemberian Edukasi dengan Metode
School Watching Terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi di SDN 16 Kesiman Denpasar. Politeknik Kesehatan Denpasar.
Bali. 2018.

41. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitif, dan R


& D. Bandung (ID) : Alfabeta. 2013.

42. Arikunto. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID). Edisi Revisi. Rineka
Cipta. 2016.

43. Nursalam. Proses dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta (ID) : Salemba Medika. 2011.

44. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. Bandung (ID).
Alfabeta. 2017.

45. Nurhadi L.R. et al. Pengaruh Pembelajaran IPA Dengan Model Science,
Environment, Technology And Society (SETS) Terhadap Kesiapsiagaan Bencana
Gempa Bumi Dan Pemahaman Konsep Pada Tema Gempa Bumi Peserta Didik
SMP N 1 Wates. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta. 2017.

46. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika : 2014.

47. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu.
2013.

48. Dahlan, M.S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi denga Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba
Medika. 2013.

49. Data Primer 2020

50. Sinsina Besti Emami. Pengaruh Penyuluhan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana


Gempa Bumi Terhadap Pengetahuan Siswa Di SD Muhammadiyah Trisgan
Murtigading Sanden Bantul. STIKES Aisyiyah Yogyakarta (ID).2015

51. Poedjawijatna. Tahu dan Pengetahuan. Jakarta (ID) : Rineka Cipta. 2014

52 Wulandari Ayu. Pengenalan dan Pengembangan Pendidikan Disaster Risk


Reduction Dasar Melalui Aplikasi Program "Inisiatif Si Kancil Al-Baitul Amien
Jember". 2010

53. Melissa M, Swandi IW RA. Perancangan Permainan Media Edukasi Sebagai


Pembelajaran Cara Melindungi Diri Dalam Menghadapi Bencana Alam Bagi
Anak Usia 7-12 Tahun. J ICT. 2014;1-12

54. Buku Panduan Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu.
2020
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI


PENGARUH METODE SCHOOL WATCHING TERHADAP
KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA SISWA SD
MADRASAH IBTIDAIYAH AISYIYAH
PALU

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Dian Retno Haryati
Nim : 201601011

Adalah mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu, akan melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Metode School Watching Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Pada
Siswa SD Madrasah Ibtidaiyah Aisyiyah Palu”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji adakah Pengaruh Metode
School Watching Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa SD Madrasah
Ibtidaiyah Aisyiyah Palu. Penelitian ini tidak akan merugikan responden, data
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Dengan surat ini saya lampirkan surat persetujuan bila saudara bersedia
menjadi responden penelitian. Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi
responden dalam penelitian dan melengkapi data terkait penelitian yang akan
dilakukan. Atas kesediaan dan kerjasamanya saya mengucapkan terimakasih.

Peneliti

Dian Retno Haryati


201601011
Lampiran 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Mini Game School Watching Terhadap Kesiapsiagaan Siswa

A. Pengantar

Pokok Bahasan : Mini Game School Watching


Sasaran : Siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu
Hari / Tanggal : Juli 2020
Waktu : 60 Menit
Tempat : Ruang Kelas
Pemateri : Peneliti

B. Tujuan Mini Game

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan mini game school watching, diharapkan siswa dapat
siap siaga bila terjadi suatu bencana.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan mini game school watching, diharapkan siswa
dapat :
a. Mengetahui benda-benda yang dapat membahayakan saat terjadi
bencana.
b. Mengetahui cara berlindung saat terjadi bencana
c. Mengetahui jalur evakuasi atau titik kumpul

C. Sasaran

Siswa SD Madrasah Ibtidaiyyah Aisyiyah Palu

D. Sub Pokok Bahasan

Materi mini game school watching meliputi :


a. Benda-benda yang dapat membahayakan saat terjadi bencana
b. Cara berlindung saat terjadi bencana
c. Jalur evakuasi atau titik kumpul

E. Metode Mini Game School Watching

Metode yang digunakan dalam mini game ini menggunakan metode


berkeliling lingkungan sekolah, video, bermain kertas bergilir dan tanya
jawab. Metode ini dimaksudkan untuk memotifasi dan mengingatkan
keterlibatan peserta yang mengikuti mini game school watching.

F. Media

1. Lembar checklist benda-benda


2. Kertas
3. LCD
4. Video

G. Proses Kegiatan Mini Game School Watching

No. Kegiatan Mini Game Kegiatan Peserta Metode & Media Waktu
1. Kegiatan pembukaan 1) Menjawab Ceramah 5 menit
1) Memberi salam salam
dan perkenalan. pembuka.
2) Menjelaskan 2) Menyimak
tujuan mini game informasi yang
school watching. disampaikan
3) Kontrak waktu oleh peneliti.
4) Menyebutkan
materi/pokok
bahasan yang
akan
disampaikan.
2. Pelaksanaan Ikut serta dalam Mini game dan 30
1) Menjelaskan kegiatan mini video menit
tentang benda- game
benda apa saja
yang
membahayakan
saat terjadi
bencana
2) Menjelaskan cara
berlindung saat
terjadi bencana
3) Menjelaskan
jalur evakuasi
atau titik kumpul
3. Evaluasi Menjawab Lembar kuisioner 20
1) Mengevaluasi pertanyaan menit
penerimaan
informasi
2) Memberikan
pertanyaan lisan
4. Penutup
1) Menyimpulkan 1)Aktif bersama  Mendengarkan 5 menit
hasil mini game dalam  Menjawab
2) Mengucapkan menyimpulkan salam
terimakasih atas 2)Membalas
perhatian peserta salam
Total waktu 60
menit

Lampiran 3
SKENARIO SCHOOL WATCHING KESIAPSIAGAAN
BENCANA

1. Memberikan materi school watching pada siswa sebelum dilakukan


pengamatan :
a. PPT
b. LCD
2. Setelah diberikan materi, kemudian siswa mengisi kuisioner kesiapsiagaan
bencana.
3. Setelah siswa mengisi kuisioner, kemudian siswa melakukan pengamatan
dengan berkeliling di lingkungan sekolah dengan membawa daftar
checklist benda-benda yang berbahaya saat terjadi bencana.
4. Mengevaluasi pengamatan dengan mini game school watching :
a. Siswa menonton video school watching.
b. Setelah menonton video, siswa bermain kertas bergilir yang dimana
kertas tersebut dipegang oleh orang pertama lalu digilirkan ke peserta
yang lain dengan menyanyikan lagu.
c. Saat lagu terhenti, kertas yang digilir tadi ikut berhenti dan yang
memegang kertas tersebut maju ke depan lalu peneliti memberikan
pertanyaan terkait pengamatan yang dilakukan dan video yang di
nonton sebelumnya.
d. Peserta menjawab sambil mempraktekannya.
5. Peneliti mengevaluasi kesiapsiagaan siswa menggunakan lembar
kuisioner.

Catatan :

1. Pelaksanaan School Watching akan di pantau dan di dokumentasikan oleh


guru dan peneliti.
Lampiran 4
Check List Benda-Benda dan Tempat Yang Dapat Membahayakan Saat

Terjadi Bencana Dalam Kegiatan School Watching

1. Benda berat yang dipasang di atas lemari atau rak (Piala/Trofi)


2. Kabel listrik terpapar/terkelupas
3. Jalur/jalan licin
4. Jendela rusak
5. Tanaman yang dipasang di pagar bangunan
6. Pintu ayun
7. Bangunan runtuh
8. Bangunan tua/rapuh
9. Dinding retak
10. Pajangan dinding
11. Rak kaca
12. Pohon
13. Lampu taman
Lampiran 5

KUESIONER
PENGARUH METODE SCHOOL WATCHING TERHADAP
KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA SISWA SD
MADRASAH IBTIDAIYAH AISYIYAH
PALU

A. Identitas Responden
No. Responden :
Nama/Inisial :
Umur :
Kelas :
Jenis Kelamin :

B. Petunjuk Pengisian
1. Isilah identitas dengan lengkap dan benar
2. Bacalah dengan teliti sebelum mengisi jawaban
3. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang dipilih

C. Pertanyaan
Pengetahuan dan Sikap Kesiapsiagaan Bencana
No. Pertanyaan Pilihan
Ya Tidak
1 Menurut anda, apakah benda-benda
seperti lantai licin, rak atau lemari kaca
dapat membahayakan saat terjadi
bencana?
2 Apakah berlindung didekat jendela
cukup aman saat terjadi gempa?
3 Jika terjadi gempa, apakah berlindung
dibawah kolong meja adalah tindakan
awal yang aman?
4 Apakah melindungi kepala dengan
benda disekitar adalah tindakan yang
aman?
5 Apakah menutup hidung merupakan
cara agar terhindar dari debu reruntuhan
bangunan?
6 Apakah bel sekolah dapat digunakan
sebagai sistem peringatan bencana?
7 Apakah mendengarkan komando atau
arahan dari guru diperlukan untuk
mengetahui jika kondisi sudah aman
dari gempa?

Lampiran 6

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Informent Concert)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
No. Responden :

Hari/Tanggal :

Bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan


oleh Dian Retno Haryati, Mahasiswa Program S1 Keperawatan STIKes Widya
Nusantara Palu, sampai dengan berakhirnya masa penelitian yang dimaksud.

Bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai


dengan kondisi sesungguhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan
sedang tidak dalam paksaan siapapun dan untuk digunakan sebagaimana
mestinya.

Palu, Juli 2020

Peneliti Responden

(................................) (................................)

Lampiran 7
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.801 7

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

P2 10.40 3.600 .389 .800

P3 10.50 3.167 .582 .766

P5 10.30 3.567 .614 .770

P6 10.50 2.944 .737 .734

P8 10.40 2.933 .892 .709

P10 10.40 4.044 .105 .844

P11 10.70 3.122 .537 .777

Lampiran 8
ANALISIS DATA

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre .222 10 .178 .906 10 .258
Post .482 10 .000 .509 10 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Post 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Post Test - Pre Test Negative Ranks 0 .00 .00
Positive Ranks 10b 5.50 55.00
Ties 0c
Total 10
a. Post Test < Pre Test
b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test

Test Statisticsb
Post Test - Pre
Test
Z -2.871a
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Descriptives
Statistic Std. Error
Pre Test Mean 45.00 2.687
95% Confidence Interval for Lower Bound 38.92
Mean
Upper Bound 51.08
5% Trimmed Mean 45.00
Median 45.00
Variance 72.222
Std. Deviation 8.498
Minimum 30
Maximum 60
Range 30
Interquartile Range 10
Skewness .000 .687
Kurtosis .107 1.334
Post Test Mean 68.00 1.333
95% Confidence Interval for Lower Bound 64.98
Mean
Upper Bound 71.02
5% Trimmed Mean 68.33
Median 70.00
Variance 17.778
Std. Deviation 4.216
Minimum 60
Maximum 70
Range 10
Interquartile Range 2
Skewness -1.779 .687
Kurtosis 1.406 1.334

Anda mungkin juga menyukai