KEPERAWATAN KOMUNITAS II
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II
Disusun Oleh :
1. A. Radhi Trio Anggoro (18.1408.S)
2. Ahmad Khodi Mayliyan (18.1412.S)
3. Ainur Rizqi (18.1414.S)
4. Ayu Sekartika (18.1425.S)
5. Eka Putri Nurazizah (18.1435.S)
6. Friskyla Dytha (18.1444.S)
7. Ika Ayu Lestari (18.1451.S)
8. Laelatul Afifah (18.1466.S)
9. Riski Amalia (18.1496.S)
10. Tisan Ilham Pribadi (18.1506.S)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
karunianya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Agregat Gangguan
Mental Dan Terlantar” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas pada khususnya, dan untuk memberikan pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Agregat Gangguan Mental Dan Terlantar.
Kami memohon maaf yang apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, karena
kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya semata. Kami harap para permbaca berkenan kiranya
menyampaikan kritik, usul, dan saran kepada saya sehingga karya tulis yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca kelak.
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi
seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson, Birenbaum
dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan
antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan
lingkungan. Jika seseorang dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan
penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau
psikososial. Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang
memiliki peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan
kesehatan. Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan
perundangundangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat
implementasinya sangat beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah
pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak memberi manfaat bagi masyarakat.
Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang belum sepenuhnya
mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungan
kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas
di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-
kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak asasi
orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan belum terpenuhi
secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan keluarganya,
serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah
nya sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan agregat gangguan mental ?
2. Apa yang dimaksud agregat terlantar ?
3. Bagaimana Asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas populasi gangguan
mental dan terlantar?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan agregat gangguan mental.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan agregat terlantar.
3. Mengetahui asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas populasi gangguan
mental dan terlantar.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengkajian
a. Pengkajian Inti
Identifikasi terkait lamanya kelompok rentan ( gangguan mental dan terlantar ) mulai
ada, sejarah berdiriya komunitas tersebut (jika komunitas berdiri secara formal),
tujuan dan misi yang ingin dicapai. Komunitas gangguan mental : populasi gangguan
mental di RSJ ; Komunitas kelompok terlantar : populasi di dinas sosial.
a. Demografi
Identifikasi terkait jumlah laki – laki dan perempuan, usia, termasuk populasi yang
homogen atau heterogen
b. Etnic
Indikator peredaan kelompok etnic, perbedaan budaya atau kebiasaan, ide maupun
gagasan.
c. Nilai dan Kepercayaan
Identifikasi adanya tempat – tempat ibadah, keyakinan populasi renta terhadap
adanya Tuhan dan Kepercayaan kepada agama tentang kondisi yang menimpa
dirinya.
b. Pengkajian Sub System
a. Lingkungan Fisik
Bagaimana kualitas udara, flora fauna, perumahan, batas wilayah, ruang terbuka,
area hijau, keindahan alam, air dan iklimnya. Kemudian bisa dilanjutkan dengan
identifikasi pemetaan daerah, apakah termasuk wilayah luas atau sempit.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Dengan mengamati keberadaan klinik, rumah sakit, kantor – kantor praktisi
kesehata, puskesmas, IGD, rumah perawatan, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan
kesehatan mental, apakah terdapat sumber daya di luar komunitas tetapi digunakan
oleh masyarakat. Fakta – fakta kondisi akut atau kronis di komunitas, tempat –
tempat perlindungan, adanya pengobatan tradisional atau herbal.
c. Ekonomi
Dengan mengamati adanya pabrik industri, toko, tempat – tempat bekerja, dimana
biasa nya orag berbelanjang, apakah ada makanan khusus yang dikonsumsi, atau
apakah rata – rata mayoritas dalam populasitersebut tidak bekerja / tidak
beraktivitas.
d. Transportasi dan Keamanan
Mengidentifikasi bagaimana anggota populasi biasa berkeliling wilayah, apa tipe
transportasi umum yang biasa digunakan, apakah ada trotoar atau area sepeda,
apakah ada daerah khusus untuk distabilitas, apakah masyarakat merasa aman,
layanan keamanan apa yang tersedia, apakah ada pemadam kebakaran, kepolisian
atau sanitasi lingkungan dalam komunitas kelompok rentan (gangguan mental dan
populasi terlantar).
e. Politik dan Pemerintahan
Dengan mengamati apakah ada aktivitas politik seperti poster atau pertemuan
tertentu, mengamati apakah ada keterlibatan masyarakat dalam membuat
keputusan, mengamati jenis wilayah komunitas, apakah termasuk kota,
kabupatenm kecamatan, atau lainnya. Apakah kebijakan – kebijakan yang diambil
pemerintah menguntngkan untuk populasi rentang (gangguan mental dan terlantar).
f. Komunikasi
Mengamati adanya area yang biasanya digunakan masyarakat untuk berkumpul,
jenis koran yang digunakan oleh komunitas, apakah masyarakat punya televisi atau
radio, apa yang biasa mereka lihat melalui TV atau yang mereka dengar dari radio,
apakah ada komunikasi formal atau informal di masyarakat.
g. Edukasi
Dengan mengamati keberadaan sekolah didaerah tersebut, bagaimana keadaan
sekolah (dapat diakses oleh kelompok cacat mental atau populasi terlantar)
bagaimana reputasinya, apakah ada papan pengumuman, apakah papan tersebut
difungsikan, apakah ada kegiatan ekstrakulikuler, apakah ada layanan kesehatan
sekolah, apakah ada perawat sekolah.
h. Rekreasi
Mengamati dimana anak – anak biasa bermain, apakah ada tempat – tempat
rekreasi di wilayah tersebut dan siapa yang biasanya datang ke tempat tersebut,
fasilitas apa saja yang tampak di tempat rekreasi itu. Adanya tempat rekreasi
khusus untuk penyandang dissabilitas.
c. Persepsi Dalam Komunitas
a. Persepsi Penduduk
Mendengarkan bagaimana perasaan anggota komunitas tentang komunitas nya, apa
yang mereka identifikasi dari komunitasnya, apa kekuatan dan apa masalah yang
ada (pada kelompok populasi rentan).
Pada populasi gangguan mental identifikasi perasaan care giver dalam merawat
individu atau kelompok gangguan mental.
b. Persepsi Perawat
Dengan menuliskan pernyataan umum tentang kesehatan di komunitas, apa
kekuatan nya dan apa masalah yang ditemukan.
B. Analisa Data
D. Perencanaan
a. Perlu adanya keterlibatan masyarakat dalam merumuskan perencanaan.
b. Perencanaan disususn menyesuaikan dengan sumber daya yang terkait.
c. Perencanaan disusun bersama dengan masyarakat.
d. Penanggung jawab progam adalah dari perawat komunitas dan masyarakat.
e. Perencanaan dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat.
E. Implementasi
Implementasi pada keperawatan komunitas berfokus pada upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
F. Evaluasi
a. Evaluasi struktr difokuskan pada kelengkapan tata dara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan.
b. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok tanda tekanan dan sesuai
wewenang.
c. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien.
BAB IV
PENUTUP
Daftar Pustaka