Anda di halaman 1dari 22

SISTEM SARAF PUSAT

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II

Nama : Briyan Fernando Nahakleky


Afita
Duri Mahu Sella
Fitra Indriyani
Fitri Kaimudin
Hermin Usmany
Ipa Balda
Maya Tunjung
Masita Toisuta
Kelas/Semester : 2a (pagi)/Genap (II)
Mata Kuliah : Faramakologi
Nama Dosen : Ibu. Aulia Debi Pelu

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “SISTEM SARAF PUSAT” Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua. Kami menyadari bahwa
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.

Ambon, Mei 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

Lembaran sampul i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii

Bab I. Pendahuluan 01
A. Latar belakang 01
B. Rumusan masalah 01
C. Tujuan 01
D. Manfaat 01

Bab II. Pembahasan 03


A. Definisi sistem saraf pusat 03
B. Klasifikasi sistem saraf pusat 03
C. Obat perangsang sistem saraf pusat 04
D. Jenis-jenis obat sistem saraf pusat dan mekanisme kerjanya 05

Bab III. Penutup 18


A. Kesimpulan 18
B. Saran 18

Daftar pustaka 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi, dimana seluruh
aktivitas tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas otak
dan sumsum tulang belakang. Otak dilingdungi oleh tengkorak dan sumsum tulang
belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang
dibungkus oleh selaput meningia yang melindungi sistem saraf halus, membawa
pembuluh darah, dan dengan mensekresi sejenis cairan yang disebut serebrospinal,
selaput meningia dapat memperkecil benturan dan guncangan. Meningia terdiri ata tiga
lapisan, yaitu piamater, arachnoid, dan duramater. Susunan saraf pusat berkaitan dengan
sistem saraf manusia yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat
khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan
oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan
pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan
amfetamin. Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem
saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya,
dan suara mulamula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum
tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar.
Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit
tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang
tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat obat yang bekerja terhadap susunan saraf
pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung
memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan
saraf- sarafnya.
3. Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas
(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat
memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus
mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu sistem saraf pusat?
2. Macam-macam obat sistem saraf pusat?
3. Bagaimana cara kerja obat?
4. Indikasi/khasiat obat sistem saraf pusat?
5. Kontra indikasi obat sistem sarraf puusat?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui obat susunan saraf pusat beserta klasifikasinya dan struktur
kimianya
2. untuk mengetahui pengaruh obat susunan saraf pusat terhadap lingkungan.
3. untuk mengetahui sifat dari obat susunan saraf pusat
4. untuk mengetahui pembuatan obat susunan saraf pusat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Saraf Pusat


Susunan saraf pusat berkaitan denagan sistem saraf manusia yang merupakan suatu
jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang
lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan, dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan di sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebum
medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak depan oleh senyawa
stimulan senyawa SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan
pikiran, dan semangat bertambah. Contoh senyawa senyawa stimulan SSP yaitu kafein
dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf
tepi (SST). Pada sistem saraf pusat, rangsangan seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan
suara mula-mula diterima oleh reseptoor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sum-sum
tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit otak besar.
Sedangkan analgetik narkotik dapat menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa
sakit tersebut. Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat
yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP
disebut analeptika.
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamikanyadibagi atas 2 olongan besar yaitu :
1. Merangsang atau mengstimulasi, yang secara langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sum-sum tulang belakang beserta sarafnya’
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung
memblokir proses-proses tertentu pada aktvitas otak, sum-sum tulang belakang dan
saraf-sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas
(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat
memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus
mempengaruhi pusat pengaturan suhu pusat nyeri tanpa pengaru jelas.
B. Klasifikasi Sistem Saraf Pusat
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar,
yaitu:
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi psikoleptika (menekan atau
menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hinotika, sedativa, dan
trnquilizers, dan antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni
antidepresiva dan psikostimunlansia [wekamin]).
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multi sclerosis), dan
penyakit parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit, analgetika, anastetika umum, dan lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002)
Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan
mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja
transmiter).
C. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat
Obat perangsang sistem saraf pusat antara lain :
1. Amfetamin
- Indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian.
- Efek samping : euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor,
iritabilitas, danbeberapa masalah kardiovaskuler (tachicardia, palpitasi, aritmia,
dan lain-lain).
- Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat dari urine
asam dari pada urine basah.
- Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek-efek yang buruk pada sistem saraf
pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal,, dan endokrin.
- Dosis : dewasa: 5-20 mg; anak > 6 tahun: 2,5-5 mg/hari
2. Metilfenidat
- Indikasi : pengobatann depresi mental, pengobatan keracunan depresan SSP,
syndrome hiperkinetik pada anak.
- Efek samping ; insomia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
tachicardia.
- Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal
- Farmakokinetik : diabsobsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan melalui
urine, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam.
- Farmakodinamik : mula-mula: 0,5-1 jam; P: 1-3jam; L: 4-8 jam.
- Reaksi yang merugikan : takikardi, palpitasi, menigkatkan hiperaktivitas.
- Dosis pemberian : anak: 0,25mg/kgBB/hari; dewasa: 10 mg 3x/hari
3. Kafein
- Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang pernafasan pada
apnea bayi prematur.
- Efek samping : sukar tidur, gelisa, tremor, tachicardi, pernafasan lebih cepat.
- Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering
gelisah (anxious).
- Farmakokinetik : kafein didistribusikan ke seluruh tubuh dan diabsorbskan
dengan cepat setelah pemberia, wakru paruh 3-7 jam, diekskresikan mmelalui
urine.
- Reaksi yang merugikkan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
- Dosis pemberian : apnea pada bayi: 2,5-5 mg/kgBB/hari; keracunan obat
depresan: 0,5-1gr kafein Na-Benzoat (intramuskuler).
4. Niketamid
- Indikasi : merangsang pusat pernafasan.
- Efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang.
- Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih evektif
darti IV.
- Dosis : 1-3 ml untuk perangsangan pernafasan
5. Doksapram
- indikasi : perangsangan pernafasan.
- Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah.
- Farmakokinetik : mempunyaimasa kerja singkat dalam SSP
- Dosis : 0,5-1,5 mg/kgBB secara IV

D. Jenis Obat-obat Sistem Saraf Pusat dan Mekanisme Kerjanya


1. Obat Anestetik
Obat anastetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
dalam bermacam-macam tindakan operasi.
a. Anastetik lokal, obat yang merintangi secara reversibel penerusan implus-
implus saraf ke SSP (susunan saraf pusat) pada kegunaan lokal dengan demikian
dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gata, panas atau dingin
- Penggunaan
Anastetik lokal umumnya digunakan secara parental misalnya pembedahan
kecil dimana pemakaian anastetik umum tidak dibutuhkan. Anastetik lokal
dibagi menjadi 3 jenis:
1. Anastetik permukaan, digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri
dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisapuntuk menghilangkan rasa
nyeri di mulut atau di leher, tetes mata untuk mengukur tekanan okuler
mata atau mengeluarkan benda asing di mata, salep untuk
menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar, dan suppositoria untuk
penderita ambient/wasir.
2. Anastetik filtrasi, yaitu suntikan yang diberikan di tempat yang dibius
ujunng-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi.
3. Anastetik blok atau penyaluran saraf, yaitu dengan penyuntikan di
suatu tempat di mana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah
anestesi yang luas misalnya pada pergelangan tangann atau kaki.
Obat-obat anastetik lokal umumnya yang dipakai adalah gram kloridanya yang
mudah larut dalam air.
- Persyaratan anastetik lokal
Anastetik lokal dikatakam ideal apabila memiliki beberapa persyaratan
sebagai berikut:
a. Tidak merangsang jaringan.
b. Tudak mengakibtakan kerusakan parmanen terhadap susunan saraf sentral.
c. Toksisitas sistemis rendah.
d. Efekif pada penyuntikan dan penggunaan lokal.
e. Mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama.
f. Larut dalam air dengan menghasilkan larutan yang stabil dan tahan
pemanasan.
- Efek samping
Efek samping dari penggunaan anastetik lokal terjadi akibat khasiat dan
kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung), mengakibatkan hipertensitasi
berupa dermatitis alergi.
- Penggolongan
Secara kimiawi anastetik local dibagi 3 kelompok yaitu :
1. Senya eter, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan
oksibuproka.
2. Senyawwa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain, cinchokain,
dan lain-lain.
3. Semua kokain, semua obat tersebut di atas dbuat sintesis.
- Sediaan, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping
1. Bupivikain
Indikasi : anastetik lokal
2. Etil klorida
Indikasi : anastetik lokal
Efek samping : menekan pernapasan, gelisa dan mual
3. Lidokain
Indikasi : anastesi filtrasi dan anastesi permukaan, antiaritmia
Efek sampng : mengantuk
4. Benzokain
Indikasi : anastesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan gatal
5. Prokain (novokain)
Indikasi : anastesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipertensi
6. Tetrakain
Indikasi : anastesi filtrasi
7. Benzilalkohol
Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan gigi
Kontraindikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan
b. Anastetik umum, obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan deoresi pada
pusat-pusat saraf tertentu yang bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan
kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anastetik umum :
a. Berbau enak dan tidak merangsang selaput lendir
b. Mula bekerja cepat tanpa efek samping
c. Sadar kembalinya tanpa kejang
d. Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
e. Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan
1) Efek samping
Hampir semua anastetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek
samping yang terpenting diantaranya adalah :
 Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan
trikloretiken
 Mengurangi konntraksi jantung, terutama haloten dan
metoksifluran yang paling ringan pada eter
 Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti
senyawa klor
 Merusak giinjal, khususnya metoksifluran
2) Penggolongan
Menurut pennggunaanya anastetik umum digolongkan menjadi 2
yaitu:
 Anastetik injeksi, conntohnya diazepam, barbital ultra short
acting (thiopental dan heksobarbital)
 Anastetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran
pernafasan. Contohnya eter dan lain-lain
3) Sediaan, indikasi, kontraindkasi, dan efek samping
 Dinitrogen monoksida
Indikasi : anastesi inhalasi
 Enfluran
Indikasi : anastesi inhalasi (untuk pasien yang tidak taha eter)
 Halotan
Indikasi : anastesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi
 Droperidol
Indikasi : anastesi inhalasi
 Eter
Indikasi : anastesi inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa dan saluran pernafasan
 Ketamin hidroklorida
Indikasi : anastesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan (dosis tinggi), halusinasi,
dan tekanan darah naik
 Tiopental
Indikasi : anastesi injeksi pada pembedahhan kecil seperti di
mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi janting dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan

2. Obat Hipnotik dan Sedatif


Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah
obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi
kemungkinan tubuh norrmal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur.
Sedangkan sedative adalah obat-obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP
tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang.
Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah : vasilidator, anti depersiva,
sedative atau tranquilizer.
a. Insomia dan pengoobatannya
Insomia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti :
batuk, rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan ataupun
depresi. Faktor penyebab ini harus dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai
seperti : antussiva, analgetik, obat-obat vasiilidator, anti depresiva, sedative atau
tranquilizer.
1. Persyaratan obat tidur yang ideal
 Menibukan suatu keadaan yang sama dengann tidak normal
 Jika terjadi kelebihan dosis, pengharu terhadapa fungsi lain dari sistem
saraf pusat maupun organ lainnya yang kecil
 Tidak tertimbun dalam tubuh
 Tidak menyebaban kerja ikutan yang negatif pada keesokan harinya
 Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang
2. Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yang miriip dengann
morfin antaralain:
 Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contohnya
flurazepam, kloralhidrat, dan paraldehida.
 Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturale.
 Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual,
perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan
benzodiazepine dan barbiturat.
 Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat
lipofil.
3. Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digoongkan sebagai berikut:
 Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital, ddan lain-lain.
 Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam,
flunitrazepam, dan triazolam.
 Golongan alkohol dan aldehida, seperti klralhidrat, dan turunannya
serta paraldehida.
 Golongan bromide, seperti garam brmide (kalium, natrium, dan
ammonium) dan turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
 Golongan lain, seperti senyawa piperindidion (glutetimida) dan
metaqualon.
4. Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
 Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot
dan anti ansietas (obat epilepsi)
 Nitrazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot
dan anti ansietas (obat epilepsi)
Efek samping : pada penggunaan lama terjadi kumulasidengan efek
sisa (hang over), gangguan koordinasi dan mmelantur.
 Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik, sedatif, anastetik premedikasi operasi
Efek samping : amnesia (hilang ingatan)
 Kloralhidrat
Indikasi : hipnotika dan sedatif
Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
 Luminal
Indikasi: sedative, epilepsy, tetanus , dan keracunan strikhnin
3. Obat Psikofarmaka/Psikotropik
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf
pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perlaku, dan
digunakan untuk gangguan psikiatrik. Dibagi menjadi 3:
a. Obat yang menekankan fungi terhadap susunan saraf pusat
Neuroleptika yaitu obat yang bekerja sebagai anti psikotis dan sedative
yang dikenal dengan Mayor Tranquilizer.
Neuroleptika mepunyai beberapa khasiat:
 Anti psikotika, yaitu dapat meredamkan emosi dan agresi, mengurangi
atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal
dan schizophrenia.
 Sedative, yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisa, contoh
tioridazina .
 Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah,
contoh proklorperezin.
 Anagetika, yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol
Efek samping
Gejala ekstrapramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota
gerak karena disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.
Sedatiive disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk, lelah
dan pikiran keruh.
Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka
(bibir dan rahang).
Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan
fasoidasi.
Efek anti kolinergik dengan ciri-ciri mulut kering, obstipasi dengan
gangguan penglihatan.
Efek anti serotonin meyebabkan gemuk karena mmengstimulasi nafsu
makan.
Galaktore, yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksiASI
secara berlebihan.
b. Atarikika/anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, reaksi otot dan anti
konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat glisa/cemas, takut, stress, dan
gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer. Penggolongan obat-obat
antaraktika dibagi menjadi 2 yaitu
Derivat benzodiazepin
Kelompok lain, contohnya: benzoktamin, hidrosizin, dan meprobramat.
c. Obat yang menstiulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat dibagi menjadi
2:
Anti depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat
melawan melankolia dan memperbaikki susunan jiwa serta thimeritika
yaitu menghilangkan inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki
susunan jiwa. Secara umum anti depresiva dapat memperbaiki suasana
jiwa dan dapat menghilangkan gejala-gejala murum dan putus asa. Obat
ini terutama digunakan pada keadaan depresi, panik, dan fobia.
1. Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan:
a. Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti
depresiva trisiklis dengan efek samping gangguan pada system
otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan amitriptilin.
b. Anti depresiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti
kolinergik dan ganggan jatung, contohnya, meprotilin dan
mianserin.
Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif,
kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan katuk
ditangguhkan, memberikan rasa nyaman dan kadang perasaan tidak
nyaman tapi bukan depresi.
Obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu seperti zat-zat
halusinasi, pikiran, dan impian/khayal.
4. Obat Antikonvulsan
Obat mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
Contoh : diazepam, fenition, fenobarbital, karbamazepin, konazepam.
5. Obat Pelemas Otot/Muscle Relaxant
Obat yang mempengaruhi tonus otot
6. Obat Analgetik atau Obat Penghalang Nyeri
Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut antipiretika.
Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
a. Analgetik perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi sistem saraf
pusat. Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu
menurunkan suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan idak
bekerja sentral.
 Penggolongan
1. Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau
aspirin. Obat ini indikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot demam.
Sebagai cotoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan
thrombosis coroner dan cerebral.
Asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang
sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Efek
sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi
lambung dan saluran cerna.
2. Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (paracetamol). Efek
samping golongan ini seruupa dengan salisilat yaitu menghilangkan
atau mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat mmenurunkan suhu
tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek
samping dari paracetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis
besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
3. Golongan pirazolon (dipiron)
Digunakan sebagai analgetik antipiretik, karena efek
inflamasinya lemah. Efek samping semua derivate pirazolon dapat
menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
4. Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi
kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti
gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering
timbul.
 Penggunaan
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak
menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis
dan /atau anti radang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat
antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi viirus/kuman, selesma,
pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok.
 Efek samping
Yang paling umum adalah gangguan lambug-usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping
ini teutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh
karena itu penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.
b. Analgetik narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat 4,
yaitu:
a. Obat perifer (non opioid) peroral atau rectal; paracetamol, asetosal
b. Obat perifer bersama kodein atau tramadol
c. Obat sentral (opioid) peroral atau rectal
d. Obat opioid parental
Panggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut:
a. Alkaloid alam : morfin, codein
b. Derivate semi sintesis : heroin
c. Derivate sintetik : metadon, fentanil
d. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
a. Morfin
Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut
akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indikasi pada over
dosis
b. Kodein fosfat
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut
akut
Efek samping : mual,muntah, konstipasi, ketergantungan/indikasi over dosis
c. Fentanil
Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut
akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indikasi over dosis
d. Petidin HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut
akut
Efek samping : mual,muntah, konstipasi, ketergantungan/indikasi over dosis
e. Tremadol HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut
akut
Efek samping : mual,muntah, konstipasi, ketergantungan/indikasi over dosis
c. Nalorfin, nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat
analgetik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat
analgetik narkotik.
7. Antipiretik
Adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh.
8. Obat Antimigrain
Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala dari nyeri hebat
pada satu sisi.
9. Obat Antireumatik
Obat yang digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri pada
sedi/otot, disebut juga anti encok. Efek samping berupa gangguan lambung usus,
perdarahan tersembunyi (okult), pusing, tremor, dan lain-lain. Obat generiknya
indomestasin, fenilbutazon, dan piroksikam.
10. Obat Antidepresan
Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan atau meringankan
gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi,
dan obat-obatan serta penyakit.
11. Neuroleptika
Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan fungsi-
fungsi umum seperti berpikir dan berkelakuan normal. Obat ini digunakan pada
gangguan (infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo.
Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan onsentrasi,vertigo,
kuping berdengung, jari-jari dingin, dan depresi.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
a. Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya ingat
berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
b. Pyritenol HCl
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala
degenarasi otak sehubung gangguan metabolisme.
c. mencobalamin
obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.
12. Obat Antieplleptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan
saraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-
perubahan kesadaran.
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan
berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di
otak (abses, tumor, anteriosklerosis), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat
tertentu yang dapat memprofokasi serangan epilepsi.
Jenis-jenis epilepsi
a. Grand mal (tonik-tonik umum)
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat
dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,
mata membeliak, dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
b. Petir mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
c. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanpa hilangnya ingatan dengan
memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam
lingkran.
Penggunaan
a. Untuk menghindari sel-sel otak
b. Mengurangi beban sosial dan psikologi pasien maupun keluarganya
c. Profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang
Penggolongan
a. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir semua jenis
epilepsi. Contoh fenition.
b. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering
digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.
c. Golongan karbamapezin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti
konvulsif.
d. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relakksasi otot, hipnotika dan anti
konvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang aktif,
klorazepam, klobazepam.
e. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epylepsi umum tetapi
kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsif asam
valproat didasarka meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
a. Fenition
Indikasi : semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gangguan hati, wanita hamil dan mmenyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia
b. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi: depresi pernapasan berat, porifiria
Efek samping : mengantuk, depresi mental
c. Karbamazepin
Indikasi : epiilepsi semua jenis kecuali petit mal, neuralgia trigeminus
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginnjal, riwayat depresi sumsum tulang
belakang
Efek samping :mual, muntah, pusing, mengantuk , ataksia, bingung
d. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, amnesia ketergantungan kadang-
kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
e. Diazepam
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia,
ketergantungan, kadang nyeri kepala
13. Obat Antiemetika
Obat untuk menghentikan/mmencegah muntah akibat stimulasi pusat
muntahyang disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme
Receptor Triger Zone) dan melalui kulit otak.
Penggunaan
Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
a. Mabuk jalan
b. Mabuk kehamilan
c. Mual atau muntah yang dsebabkan penyakit tertentu seperti pada pengobatan
denga radiasi atau obat-obat sitostatik.
Penggolongan
a. Anti histamin
Efek samping anti histammin ini adalah mengantuk. Anti histamin yang dipakai
adalah sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin, toklat.
b. Dopamin blokersinarizin
c. Metaklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo reseptor trigger
zone tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat yang dipakai adalah
klorprmazin HCl, perfenazin, proklorperazin, dan trifluoperazin.
d. Domperidon
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. Efek samping jarang
terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipakai pada kasus mual dan
muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
e. Antagonis serotonin
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-obatan
sitostatika
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping
a. Sinarizin
Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah
Kontra indikasi : kehamilan/menyusui, hipotensi, dan serangan asma
Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit kepala
b. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan, dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung, dan kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
c. Klorpromazin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
d. Perfenazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
e. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
f. Trifluoperazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
14. Obat Parkison (penyakit gemetaran)
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit parkison yang ditandai
dengan gejala tremor, kaku otot, gangguan gaya berjaqlan, gangguan kognitif,
persepsi, dan daya ingat. Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang progresif
dan sel-sel otak sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmiter yaitu
dopamin.
Gejala-gejala parkison dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Gangguan motorik positif, misalnya terjadi tremor dan rigidatis. Gangguan
negatif misalnya terjadi hipokinesia
2. Gejala vegetatif, seperti air liur dan air mata berlebihan, muka pucat dan kaku
3. Gangguan psikis, seperti berkurangnya kemampuan mengambil keputusan,
perasa tertekan.
Penyebab penyakit parikson:
1. Idiopatik (tidak diketahui sebabnya)
2. Radang, trauma, anterosklerosis pada otak
3. Efek samping obat psikofarmaka
Penggunaan
Meskipun pengobatan parikson tidak dapat mencegah progesi penyakit, tetapi
sangat memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan pasien. Karena itu
pemberian obat sebaiknya dimulai dengan dosis redah dan ditingkatkan sedikit demi
sedikit.
Penggolongan
Berdasarkan cara kerja nya dibagi menjadi:
a. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/benzheksol, digunakan pada pasien
dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dopamin
b. Obat anti dipominergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit parikson
idiopatik. Obat pilihan utama adalah levodopa.
c. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadin.
d. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
a. Triheksifenidil
Mempunyai daya antikolinergik yang dapat memperbaiki intremor, tetapi kurang
efektf terhadap akinesia dan kekakuan
b. Biperidin
Derivate yang terutama efektif terhadap akinesia dan kekakuan, kurang aktif
terhadap tremor. Efek samping kurang lebih sama.
Indikasi : parkinson, gangguan ektrampiramidal karena obat
Kontra indikasi : retensi urine, glaucoma, tersumbatnya saluran cerna
Efek samping : gangguan lambung usus, mulut kering, gangguan penglihatan
dan efek-efek sentral
c. Levodopa
Levodopa terutama efektif terhadap hipokinesiadan kekauan, sedangkan
terhadap tremor umunya kurang efektif dibandingkan dengan antikkolinergik.
Indikasi : parkinsonisme bukan karena obat
Kontra indiikasi : glukoma, penyakit psikiatrik berat
Efek samping : anoreksia, mual, muntah, insomia
d. Bromokriptin
Bekerja sebagai antagonis dopamine, obat ini semula digunakan pada pasien-
pasien parkisonhanya dimana efek-efek dopa berkurang setelah beberapa tahun
dan efeknyapun menjadi singkat, bersamaan dengan lebih seringnya terjadi efek
samping.
Indikasi : parkinsonisme
Efek samping : gangguan lambung usus, pada doosis tinggi halusinasi, gangguan
psikomotor dan lain-lain
e. Amantadine
Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti pariksonnya.
Efek samping : lebih ringan dari levodopa, pada dosis biasa tidak sering terjadi
antara lain mulut kering, gangguan penglihatan, hipotensi ortostatik , kadang-
kadang terjadi udema mata kaki. Mekanisme kerja melalui meperbanyak
pelepasan ujung-ujung saraf.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Susunan saraf pusat berkaitan denagan sistem saraf manusia yang merupakan
suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu
dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan, dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan di sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebum
medula dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf
pusat atau sentral dan sistem saraf tepi (SST). Pada sistem saraf pusat, rangsangan
seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptoor,
kemudian dilanjutkan ke otak dan sum-sum tulang belakang.
Obat perangsang sistem saraf pusat antara lain: Amfetamin, Metilfenidat, dan
lain-lain. Beberapa obat sistem saraf pusat antara lain obat anastetik, obat hipnootik
dan sedatif, obat psikofarmaka/psikotropik, obat anti konvulsan, obat pelemas
otot/mscle relaxant, dan lain-lain.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
dan semoga bisa menambah ilmu pengetahuan mengenai sisem saraf pusat dan obat
sistem saraf pusat sehingga materi yang disampaikan dapat dimengerti. Apabila
penggunaan nya atau pun penggunaan obat secara universal ini disalahgunakan,
tentulah akibat buruk yang akan di dapat di akhri eksperimen kita sebagai orang awam
yang tak tahu apapun tentang obat dan efek sampingnya apabila penggunaannya
salah.
DAFTAR PUSTAKA

Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R:farmakologi, pendekatan proses keperawatan: EGC,
Jakarta.1996
Tan, Hoan, Tjay dan Raharja, Kirana: obat-obat penting, edisi keempat: 1991
Muschleir, emst, dinamika obat, edisi kelima, penerbit ITB, Bandung, 1991
Katzung, Bertram G.2002. farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai