MUSKULOSKELETAL
Oleh :
Marseyla undeng
15061198
FAKULTAS KEPERWATAN
MANADO
1. Latar Belakang
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu mnagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) yaitu
maneggiare yang berarti mengendalikan, terutamanya mengendalikan kuda yang berasal dari
bahasa latin manus yang berati tangan. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis
mange yang berarti kepemilikan kuda (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata
(Robbins dan Coulter ,2002). Manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang
ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi
masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di
dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang,mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
3. Analisis literature
Menurut penelitian Breedveld (2003) Penderita rheumatoid arthritis di seluruh dunia
mencapai angka 355 juta jiwa di tahun 2009, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita
rheumatoid arthritis
Menurut Golden et all (2002) Penderita penyakit kronik seperti rheumatoid arthritis
mengalami berbagai macam gejala yang berdampak negatif terhadap kualitas hidup
mereka. Banyak usaha yang dilakukan agar pasien dengan rheumatoid arthritis dapat
merasa lebih baik dan dapat memperbaiki kualitas hidup mereka. Gangguan yang terjadi
pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada suatu
waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis
berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga
menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam
jiwa pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan
Menurut Wendy Green (2010), Artritis adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan inflamasi atau peradangan sendi.Kata ini berasal dari bahasa yunani arthros
yang artinya sendi dan itis, yang artinya inflamasi.) Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi
kronis, destruktif, dimana sistem imun menyerang lapisan sendi dan bagian dari luar tubuh,
termasuk tendon, ligamen dan tulang. Penyakit ini cenderung kambuh, biasanya tanpa alasan
yang jelas, dan lalu sembuh sendiri kadang-kadang selama satu bulan atau bahkan setahun.
Artritis reumatoid(AR) adalah gangguan kronis, inflamasi sistemik yang dapat mempengaruhi
banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi. Proses ini
melibatkan suatu respon inflamasi dari kapsul sekitar sendi (sinovium) sekunder pembengkakan
(hiperplasi) sel sinovial, cairan sinovial berlebih, dan pengembangan jaringan fibrosa (pannus) di
sinovium.
Menurut dr.iskandar junaidi (2013) RA merupakan penyakit autoimun (penyakit yang
terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada sendi.Penyakit ini menyerang persendian, biasanya
mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-
struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. Arthritis rheumatoid ( AR ) adalah suatu
penyakit sistematik yang beersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang
sendi serta jaringan lunak.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) Depkes, dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta selama tahun 2006 menunjukkan
angka kejadian gangguan nyeri muskuloskeletal yang menggangu aktifitas, merupakan
gangguan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagian responden. Dari 1.645
responden laki-laki dan perempuan yang diteliti, peneliti menjelaskan sebanyak 66,9%
diantaranya pernah mengalami nyeri sendi. Penyakit ini cenderung diderita oleh wanita
(tiga kali lebih sering dibanding pria). Hal ini dapat diakibatkan oleh stres, merokok, faktor
lingkungan dan dapat pula terjadi pada anak karena faktor keturunan .
A. Rheumatoid arthritis
a. Definisi
Rheumatoid arthritis (RA) atau artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan
inflamasi kronik, yang di tandai dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan
sinovial yang disertai gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur. Artritis reumatoid
kerap dikaitkan dengan kelainan hipersensitivitas tipe III. Hal ini dikarenakan dalam
pemeriksaanya kerap ditemukan adanya kompleks imunoglobulin G yang berada pada cairan
sendi yang menyebabkan terjadinya inflamasi. Pasien mengalami nyeri kronis serta peningkatan
disabilitas, yang bila tidak diobati, dapat menurunkan angka harapan hidup.
b. Prevalensi
Dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat baik wanita maupun laki-laki.
Puncak kejadian umur 24-45 tahun dan penyakit Rheumatoid arthritis ini sering di jumpai pada
usia diatas 60 tahun dan jarang di jumpai pada usia dibawah 40 tahun. Prevalensi lebih tinggi
pada wanita dibandingkan laki-laki, lebih dari 75 % penderita RA adalah wanita. Artritis
reumatoid terungkap sebagai keluhan atau tanda dengan keluhan utama sistem muskuloskeletal
yaitu nyeri, kekakuan, dan spasme otot serta adanya tanda utama yaitu pembengkakan sendi,
kelemahan otot, dan gangguan gerak. Jika tidak segera ditangani artritis reumatoid bisa membuat
anggota tubuh berfungsi tidak normal, sendi akan menjadi kaku, sulit berjalan, bahkan akan
menimbulkan kecacatan seumur hidup, sehingga aktivitas sehari-hari lansia menjadi terbatas.
Selain menurunkan kualitas hidup, artritis reumatoid juga meningkatkan beban sosial ekonomi
bagi para penderita dan tentunya akan menimbulkan masalah untuk keluarga.
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas masyarakat indonesia yang kian padat dapat
menimbulkan berbagai ketidakmampuan yang diakibatkan oleh bermacam gangguan khusunya
pada penderita artritis reumatoid. Tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah penderita artritis
reumatoid di indonesia, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih tinggi.
Banyaknya pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap sederhana penyakit ini karena
sifatnya yang dianggap tidak menimbulkan ancaman jiwa, padahal gejala yang ditimbulkan
akibat penyakit ini justru menjadi penghambat yang mengganggu bagi masyarakat untuk
melakukan aktivitas mereka sehari-hari.
c. Patofisiologi
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan perubahan konformasi pada sendi akibat adanya
inflamasi kronis pada persendian tersebut. Inflamasi ini disebabkan karena adanya kelainan pada
sistem imun. RA kerap dihubungkan dengan adanya hipersensitivitas tipe III dan adanya
kelainan autoimun yang memicu teraktivasinya sistem imun secara berlebihan.
Selain itu, sel-sel imun yang lain juga berperan dalam proses inflamasi seperti
netrofil, makrofag, sel mast, dan NK-cells. Makrofag akan mensekresikan mediator-mediator
inflamasi seperti IL-6, IL-1, (juga 12, 15, 18, dan 23) dan TNF alfa. Selain itu, makrofag akan
memfagositosis sel-sel tulang pada persendian sehingga menyebabkan kerusakan sendi.
Selain makrofag, netrofil juga berperan dalam patogenesis RA, sebagai pensintesis sitokin dan
senyawa oksigen reaktif. Sel Mast juga berperan dalam mensintesis beberapa kemokin dan
amina vasoaktif penyebab inflamasi pada sendi (Scott, 2010).
Beberapa sitokin yang berperan penting dalam patogenesis RA adalah IL-1, IL-6, dan TNF
alfa. Ketiga sitokin ini akan menyebabkan osteoklas sehingga menyebabkan deformasi sendi.
Keseluruhan sitokin yang diseksresikan oleh sel-sel imun melalui protein reseptor tirosin
kinase dengan jalur JAK (Mclnnes, 2011).
E. Segitiga Epidemiologi
Menurut dasar epidemiologi (Triangle Epidemiologi) apabila ada perubahan dari salah satu
faktor, maka akan terjadi perubahan keseimbangan diantara mereka, yang berakibat akan
bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
1. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid III.
Jakarta : EGC, 2007. Hal 2495-2502
2. Rheumatoid Arthritis Medicines: A Guide for Adults, Available at :
http://www.effectivehealthcare.ahrq.gov/repfiles/rheumarthritisconsumerguide_Singlepa
ge.pdf
3. Rheumatoid artrhitis. 2009 Available at : http://www.nice.org.uk/guidance/cg79
4. Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Reumatoid Artritis. 2009. Diunduh dari :
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/SKRIPSI.pdf.
5. Media Informasi Peresepan Rasional Bagi Tenaga Kesehatan Indonesia. Volume 9, 2011.
Di unduh dari : piolk.ubaya.ac.id/img/layanan/24_20110728104725.pdf
6. Budiman, Suyono. Kesehatan Lingkungan. 2012. Diunduh dari : http://e-
journal.kopertis4.or.id/file.php?file=karyailmiah&id=742.
7. Hartati A.S. pemeriksaan rheumatoid faktor pada penderita tersangka rheumatoid
arthritis. Di unduh dari :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119655&val=5479\