Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

ILMU PENYAKIT DALAM


RHEUMATOID ARTHRITIS

Pembimbing :
dr. Heru Cahjono, Sp.PD, KIC

Penyusun :
Lalu Otariyandi Hayyi Yunata 2016.04.2.0104
Jessica Lini Surjonogo 2016.04.02.0093

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2016

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Rheumatoid atritis (RA) ada penyakit inflamasi autoimmune yang sering terjadi
pada orang dewasa. RA dapat mengakibatkan terganggunya kualitas hidup seseorang
dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.2

Menurut Iain dan Georg (2011) RA adalah penyakit autoimun yang


berhubungan dengan terganggunya kemamuan gerak yang progresif, komplikasi
sistemik, kematian dini, dan terganggunya sisioekonomi seseorang.3

Penyebab dari RA masih belum diketahui secara pasti dan prognosisnya masih
bisa dijaga. RA dikarakteristikkan oleh inflamasi pada synovial dan hyperplasia
(swelling), produksi autoantibody (rheumatoid factor dan anti-citrullinated protein
antibody (ACPA)), kerusakan kartilago dan tulang (deformitas), dan gangguan
sistemik, termasuk cardiovascular, pulomar, psychological, dan gangguan skeletal.3

Meskipun penyebab RA masih belum di ketahui secara pasti tapi menurut


penelitian kemungkinan faktor genetik ikut berperan dalam perkembangan penyakit
ini.4

Kerusakan pada sendi terjadi mulai dari membrane synovial dimana terjadi
peningkatan aktivasi dari mononuclear sel dan pembentukan pembuluh darah baru
dimana dapat mengkaibatkan synovitis.4

Untuk mendiagnosa RA, riwayat pasien berperan penting. Namun,


pemeriksaan fisik, tes laboratorium, radiograph, dan pemeriksaan lainnya (status
fungsional, dan aktivitas penyakit) dapat membantu untuk menkonfirmasi diagnosis.1

RA biasanya menyerang dua atau lebih sendi, meskipun pada tahap awal hanya
menyerang satu sendi saja. RA biasanya bersifat simetris dan cukup sering menyerang
sendi-sendi distal (Pergelangan tangan, proximal interphalangeal joint, sendi
metacarpophalangeal). 1

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Rheumatoid atritis (RA) ada penyakit inflamasi autoimmune yang sering terjadi
pada orang dewasa. RA dapat mengakibatkan terganggunya kualitas hidup seseorang
dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.2
Menurut Iain dan Georg (2011) RA adalah penyakit autoimun yang
berhubungan dengan terganggunya kemamuan gerak yang progresif, komplikasi
sistemik, kematian dini, dan terganggunya sisioekonomik seseorang.3
2. Etiologi
Penyebab pasti RA masih belum diketahui secara pasti. Namun biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, dan faktor infeksi.4
Pada saat ini, Reumatoid atritis diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi.
Bebepara virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit RA.
Organisme ini diduga menginfeksi sel host dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga mencetusnya timbulnya penyakit.4

3. Faktor Resiko
Faktor resiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya RA antara lain,
perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita RA, umur yang lebih tua, paparan
salisilat dan merokok.4
4. Patogenesis
Meskipun penyebab pasti RA belum di ketahui secara pasti, hormon, genetik
dan faktor lingkungan memiliki peran dalam perkembangan RA. Setelah respon imun
pertama kali terjadi, sel-sel imun memproduksi autoantibodi dan sitokin, menyebabkan

3
pembentukan riam inflamasi yang mengakibatkan pembentukan pannus. Pannus
menyerang dan merusak kartilago dari tulang. Kemudian terjadi kerusakan sendi dan
komplikasi sistemik, yang diakibatkan karena pembentukan proses dari pelempasa
mediator inflamasi pada sendi.1

Gamabar 1.1
(Sumber:
httpwww.powerpak.comcusto
mcourses107133fig1.jpg)

Inflamasi mengakibatkan pelepasan berbagai protein sitokin. Sitokin memiliki


fungsi anta lain memlelihara keseimbangan tubuh selama terjadinya respon imun,
infeksi, kerusakan, perbaikan jaringan, membersihkan jaringan mati, darah yang
membeku dan proses penyembuhan. Jika produksi sitokin meningkat, kelebihan sitokin
dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada sendi saat inflamasi pada RA. Sitokin
yang berperan penting pada RA antara lain adalah IL-1, IL-6, TNF-a dan NO. Nitrit
Oksida diketahui dapat mengakibatkan kerusakan sendi dan berbagai manifestasi
sistemik.5

Leukosit adalah bagian sistem imun tubuh yang secara normal dibawa ke
sinovium dan menyebabkan reaksi inflamasi atau sinoviositis saat antigen berinteraksi
dengan sistem imun. Elemen-elemen sistem imun dibawa ke tempat antigen, melalui
peningkatan suplai darah (hiperemi) dan permeabilitas kapiler endotel, sehingga aliran
darah yang menuju ke lokasi antigen lebih banyak membawa makrofag dan sel imun
lain.5

Saat inflamasi leukosit berfungsi menstimulasi produksi komponen


leukotriens, prostaganding (membuka pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah)

4
dan NO (gas yang berperan dalam fleksebilitas dan dilatasi pembuluh darah, dalam
jumlah yang tinggi merupakan substansi yg berperan besar pada berbagai kerusakan
RA).5

Loca vascular pada endotel melepas NO dengan vasodilatasi, meningkatkan


permeabilitas vaskular, ekspresi molekul adhesi pada endothel, dan eskpresi molekul
MHC kelas II dan infiltrasi sel neutrofil dan makrofag.5

Inflamasi sinovial dapat terjadi pada pembuluh darah, yang menyebabkan


hiperplasia sel endotel pembuluh darah kecil, fibrin, platelet dan inflamasi sel yang
dapat menurunkan aktivitas vaskuler pada jaringan sinovial. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan berakibat pada peningkatan metabolisme
yang memacu terjadinya hipertropi dan hiperplasia dan sel menjadi dalam keadaan

5
hipoksia. Sel yang hipoksia dalam sinovium berkembang menjadi edema dan
menyebabkan multiplikasi sel sinovial. Sel pada sinovium tumbuh dan membelah
secara abnormal, membuat lapisan sinovium menebal, sehingga sendi menjadi besar
dan bengkak.5

Berkembanganya fase penyakit, ditunjukkan dengan penebalan synovial


membentuk jaringan yang disebut panus. Panus adalah lembaran/lapisan yang menebal
membentuk granulasi. Panus dapat menyebar ke dalam sinovium sendi dan bersifat
destruktif terhadap elemen sendi.5

Selain itu interaksi antara antibodi dan antigen menyebakan perubahan


komposis cairan sinovial, cairan sinovial kurang mampu mempertahankan fungsi
normal dan bersifat agresif-destruktif. Respon dari perubahan dalam sinovium dan
cairan sinovial, menyebabkan kerusakan sejumlah besar sendi dan jaringan lunak
secara bertahap berdasarkan perkembangan penyakit.

Destruksi yang terjadi pada tulang menyebabkan kelemahan tendon dan


ligamen, perubahan struktur tulang dan deformitas sendi sehingga mempengaruhi
aktivitas harian dan menghilangkan fungsi normal sendi. Destruksi dapat terjadi oleh

6
serangan panus ke subkondral tulang. Desktruksi tulang menyebakan area hialin
kartilago dan linin synovial tidak dapat menutup tulang, sendi dan jaringan lunak.5

Tahap lanjut, terjadi kehilangan struktur artikular kartilago dan menghasilkan


instabilitas terhadap fungsi penekanan sendi, menyebabkan aktivitas otot tertekan oleh
destruksi tulang, lebih jauh menyebabkan perubahan struktur dan fungsi sendi yang
bersifat irreversibel dan dapat terjadi perubahan degeneratif terutama pada densitas
sendi. Destruksi dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan sendi secara signifikan,
ditandai dengan ketidak stabilan sendi.5

Rheumatoid Factor

Adalah suatu autoantibodi yang dapat diukur dalam darah. Rheumatoid Factor
sebenarnya merupakan antobodi yang dapat mengikat antibodi lainnya. Secara
molekular Rheumatoid factor adalah auto antibodi yang mempunyai karakteristik
dimana antibodi IgM akan melawan IgG. Pada 70% penderita, RA menstimulasi sel B
untuk memproduksi autoantibodi tersebut. Akan tetapi penyebab AR bukan karena
disebabkan Rheumatoid Factor, akan tetapi dari mekanisme sel T untuk berdifrensiasi
menjadi sel TH1 dengan menstimulasi IFN-Gamma DAN IL-12. Kemudian TH1 akan
mengeluarkan IFN-Gamma ke makrofag untuk merangsang makrofag mengeluarkan
TNF-a, IL-1 dan IL-1 yang akan menuju ke sel-sel makrofag pada persendian, seperti
osteoclast, fibroblast, kondrosit. Kemudian sel tersebut akan aktif, menyebabkan erosi
pada tulang di daerah persendian. Sehingga tidak ada keterkaitan antara Rheumatoid
Factor dengan masalah persendian.5

Rhemuatoid Factor bukan merupakan suatu diagnosis tes untuk RA karena


pasien pada penderita AR dapat menunjukan hasil RF(-) pada 30% penderita RA
stadium dini. Selain itu, pemeriksaan RF bisa memberikan hasil positif pada beberapa
penyakit seperti SLE, sklerodema, penyakit keganasa, atau penyakit infeksi. Maka
pemeriksaan RF bukan pemeriksaan spesifik untun RA.5

Pada kasus RA TNF-a memiliki peranan penting. TNF-a adalah sitokin sentral
pada patogenesis RA. Sitokin ini merupakan sitokin yang poten yang memiliki

7
berbagai macam efek melalui stimulasi berbagai jenis sel. Peran TNF-a pada
patogenesis RA yang banyak diketahui adalah kemampuannya memicu inflamasi.
TNF-a memiliki kemampuan sebagai autokrin stimulator, pada sintesis sitokin
proinflamasi lainnya seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan granulosit makrofag colony
stimulating faktor (GMCSF). Selain itu TNF-a juga menginduksi sel endotel untuk
mengekspresikan molekul adhesi yang akan menarik sel leukosit ke dalam sendi.
Semua ini akan mengakibatkan terjadinya dan berlanjutnya inflamasi yang terus-
menerus pada RA. TNF-a mengaktifkan fibroblas sinovial, makrofag sinovial dan
kondrosit, mengsekresi enzim degradasi yang dapat mendegradasi jaringan lunak dan
pembentukan pannus. Serta menekan proteoglikan tulang rawan pada sendi.5

Selain itu TNF-a dapat berfungsi sebagai faktor angiogenesis dengan


menbentuk pembuluh darah baru di daerah perivaskular sinovial. Serta dapat berfungsi
sebagai faktor pembentukan fibroblas yang menakibatkan pembentukan pannus.5

5. Diagnosis
Untuk mendiagnosa RA, riwayat pasien berperan penting. Namun,
pemeriksaan fisik, tes laboratorium, radiograph, dan pemeriksaan lainnya (status
fungsional, dan aktivitas penyakit) dapat membantu untuk menkonfirmasi diagnosis.1

RA biasanya menyerang dua atau lebih sendi, meskipun pada tahap awal
hanya menyerang satu sendi saja. RA biasanya bersifat simetris dan cukup sering
menyerang sendi-sendi distal (Pergelangan tangan, proximal interphalangeal joint,
sendi metacarpophalangeal). Sendi yang terkena biasanya nyeri saat di tekan, hangat,

8
erythematous, dengan gambaran puffy (bengkak), karena peningkatan aliran darah
dan infiltrasi synovial atau synovitis membentuk pannus. Inflamasi ini atau pannus
pada umumnya dapat di palpasi pada pemeriksaan fisik, dimana terasa bogginess
atau terasa seperti spons.1

Morning stiffness dapat berlangsung >30 menit dan juga bisa sebagai penanda
dari RA. Kekakuan ini biasanya mulai berangsur menghilang jika digerakan. Simptom
pada awalnya bisa rasa nyeri pada sendi, kaku, yang mana bisa disertai dengan
gangguan systemik (anoreksia, weakness, demamdan cepat lelah), bisa dikatakan
sebagai tanda RA fase prodromal.1

6. Prognosis
Prognosis dari RA bisa meliputi:
1. Terbatasnya fungsi sendi
2. Munculnya tanda manifestas extra-articular (Feltys syndrome,
rheumatoid nodules, RA Vasculitis)
7. Treatment
Penanganan RA bisa menggunakan ACR (American College of
Rheumatology).2
Tabel Obat-obatan yang digunakan.

9
Untuk menangani Early RA (<6 bulan) bisa menggunakan rekomendasi di
bawah.2

10
Untuk pasien yang sudah menderita RA > 6 bulan dapat menggunakan
rekomendasi di bawah.2

11
Daftar Pustaka
1. Kori A. et al. Osteoathritis and Rheumatoid Arthritis 2012: Pathophysiology,
Diagnosis, and Treatment. 2012.

2. Jasvinder A. et al. 2015 American College of Rheumatology Guideline for the


Treatment of Rheumatoid Arthritis. 2015.

3. Iain B, Georg S. The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. 2011.

4. Earnest C. Understanding the dynamics: pathways involved in the pathogenesis of


rheumatoid arthritis. 2012.

5. Mariana F, Prachi A, et al. Current Understanding of the Pathogenesis of


Rheumatoid Arthritis, Unmet Needs in Treatment, Ongoing Research and the
Future. 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai