Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kesehatan dan akal pikiran yang diberikan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Walaupun ada
beberapa halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun
penyusun dapat mengatasinya dan tentunya atas campur tangan Tuhan Yang Maha
Esa.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan dan
pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Katarak, Katarak merupakan
penyakit mata yang dicirikan dengan adanya kabut pada lensa mata. Penyusun
sajikan berdasarkan bahan dari berbagai sumber, dan dapat di baca oleh semua
kalangan dan dapat pula dijadikan sebagai bahan untuk belajar.Walaupun makalah
ini kurang sempurna tapi juga memiliki isi yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
makalah ini. Terutama untuk tim sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Penyusun juga tidak menutup diri terhadap kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, yang dapat menjadi bahan perbaikan dalam
membuat makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca.
Palangka Raya, Maret 2013

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Angka kebutaan di Indonesia (1,5 persen) tertinggi di Wilayah Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara. Hal itu terutama disebabkan


ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak yang besarnya 210.000
orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya 80.000 orang per
tahun. Akibatnya, terjadi backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup
tinggi.
Masalah gizi, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menderita
katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan di daerah subtropis. Sekitar 16-22
persen penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun. Hal itu diduga
berkaitan erat dengan faktor degeneratif akibat masalah gizi.
Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan adanya kabut
pada lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air,
sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada
lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan daerah di
dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak bening tersebut
tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk diproses dan dikirim melalui
saraf optik ke otak.
Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang
berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat
mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ada berbagai hal yang akan penulis

bahas tentang Katarak, diantaranya:


1

2
1.2.1

Bagaimana Asuhan Keperawatan Katarak ?

1.3

Tujuan Penulisan

1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Katarak dengan berbagai aspek

atau bagiannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui tentangAsuhan Keperawatan Katarak.
1.4

Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis

menggunakan metode studi pustaka dan internet.Adapun teknik-teknik yang


dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku referensi yang berhubungan
dengan penulisan makalah ini.
1.4.2

Internet
Dalam metode ini penulis mencari informasi dari internet dan situs-situs

yang relevan dan realistis.

2.1

Definisi
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, inggeris Cataract, dan latin

cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia di sebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah

setiap keadaan keturunan pada lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekurahan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan kongenetal, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Bermacam-macam penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit
mata dalam mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis
pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya.
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik).
Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti: eserin
(0.25-0.5), kortikosteroid, ergot, dan antikolinesterase topikal.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah
diabetes melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan
dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil,
herediter) atau kelainan kongenital mata. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor
seperti:
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5

Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
3
4

2.1.6

Usia
Pasien dengan katarak mengeluhi penglihatan seperti berasap dan tajam

penglihatan yang menurun secara progresif.


Kekurangan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu.
Pada mata akan tanpak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk
dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa
seperti korteks dan nukleus.

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksa


prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata,
kunjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa penoftalmitis pescabedah
dan fisik umum.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum
dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan
terlihat tajam penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila
dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam penglihatan yang tidak
memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal posterior yang kecil akan
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang sangat berat pada penerangan
yang sedang atau pun keras akan tetapi bila pasien berada ditempat gelap maka
tajam penglihatan akan memperlihatkan kemajuannya.
Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan
lensa di ganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular.
Katarak merupakan keadaan terjadi kekeruhan (opasitas) yang berangsurangsur pada lensa mata atau kapsula lentis. Cahaya yang disorotkan melalui
kornea akan dihalangi oleh kekeruhan ini dan bayangan yang jatuh pada retina
menjadi kabur. Sebagai akibatnya, otak menginterpretasikan bayangan atau image
yang berkabut. Umumnya, katarak terjadi bilateral (pada kedua belah mata), dan
masing-masing berjalan sendiri tanpa bergantung pada yang lain.

5
Pengecualiannya adalah katarak traunatika yang biasanya unilateral
(hanya mengenai satu mata) dan katarak kongenital yang mungkin bersifat
stasioner. Katarak paling prevalen pada orang-orang yang berusia lebih dari 70
tahun sebagai bagian proses penuaan. Prognosis pada umumnya baik, dan
pembedahan akan memperbaiki pengelihatan pada 95% pasien yang terkena.
2.2

Penyebab/ etiologi

Penyebab katarak meliputi :


2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8
2.2.9
2.2.10
2.2.11
2.2.12
2.2.13
2.2.14
2.2.15
2.2.16

Penuaan (katarak senilis


Gangguan congenital
Abnormalitas generic
Rubela maternal selama trimester pertama kehamilan
Katarak traumatika
Cedera benda asing
Katarak yang disertai komplikasi
Uveitis
Glaukoma
Retinitis pigmentosa
Ablasio retina
Diabetes mellitus
Hipoparatiroidisme
Distrofi miotonik
Dermatitis atopic
Pajanan radiasi yang menimbulkan ionisasi atau pajanan sinar inframerah

2.3

Patofisiologi
Patofisiologi dapat bervariasi menurut masing-masing bentuk katarak.

Katarak kongenital merupakan bentuk yang memberikan tantangan khusus.


Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi protein, cedera oksidatif,
6
dan peningkatan pigmentasi dibagian tengah lensa. Pada katarak traumatika dapat
terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata mengalami ruptur.
Mekanisme katarak dengan komlikasi bervariasi menurut proses penyakitnya.
Sebagai contoh, pada penyakit diabetes akan terjadi peningkatan kadar glukosa di
dalam lensa yang menyebabkan lensa mata menyerap air.
Secara khas, perkembangan katarak berlangsung lewat empat tahap :
2.3.1 Imatur lensa mata belum keruh seluruhnya
2.3.2 Matur lensa mata sudah keruh seluruhnya dan pada keadaan ini telah
2.3.3
2.3.4

terjadi kehilangan pengelihatan yang signifikan.


tumesen lensa terisi air, keadaan ini dapat menimbulkan glaukoma.
Hipermatur protein lensa terurai sehingga peptida merembes keluar
lewat kapsula, lentis glaukoma dapat terjadi jika saluran keluar cairan
intraokuler terhalang.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,

berbentuk seperti kencing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa

mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nekleus, di


perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnyausia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat demsitas seperti duri dari
anterior dan posterior nuckleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
dari katarak yang paling bermakna-makna seperti Kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple (zanula) yang memanjang
dari badan silier halus ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mangabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influx air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.

7
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti
diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika
orang memasuki decade ke tujuh. Katarak bersifat congenital dan harus
didefinisikan awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehelingan penglihatan permanen. Factor yang paling sering yang berperan
dalam terjadinya katarak mliputi rediasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama.

9
2.4

Manifestas Klinis

Tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada katarak meliputi :


2.4.1 Pengelihatan yang kabut dan penurunan daya pengelihatan yang terjadi
2.4.2
2.4.3

secara berangsur-angsur tanpa rasa nyeri sebagai akibat kekeruhan lensa.


Pupil yang berwarna putih seperti susu akibat kekeruhan lensa
Cahaya lampu sorot mobil yang membutakan pengelihatan pada malam
hari akibat pantulan pancaran cahaya yang tidak efisien karena kekeruhan

2.4.4

lensa.
Penurunan pengelihatan pada saat membaca akibat bayangan pada retina

2.4.5

yang kurang jelas.


Pengelihtan yang lebih baik pada cahaya yang redup ketimbang cahaya
yang redup ketimbang cahaya yang terang bagi pasien yang mengalami
opasitas sentral; ketika pupil berdilatasi, pasien dapat melihat obyek
disekitar opasitas.
Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien

melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan funsional.

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi.


Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudak menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjekelkan dengan
distorsir bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil, yang normalnya
hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi
bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk,
lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalumengembangkan strategi untuk
menghindari sluai yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah
arah. Misalnya, ada yang mengatur ulangn perabot rumahnya sehingga sinar tidak
akan langsung menyinari mata mereka.
10
Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kacamata hitam dan
menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
2.5 Komplikasi
Komplikasi pada katarak meliputi :
2.5.1
2.5.2

Kebutuhan
Glaukoma
Komplikasi pembedahan dapat berupa
2.5.2.1 Kehilangan humor vitreus
2.5.2.2 Dehisensi luka operasi akibat benang jahitan yang kendur dan kamera
okuli anterior yang rata atau prolapsus iris ke dalam luka operasi
2.5.2.3 Hifema yang merupakan perdarahan dalam kamera okuli anterior
2.5.2.4 Glaukoma karena penyumbatan vitreus
2.5.2.5 Ablasio retina
2.5.2.6 Infeksi
2.6 Evaluasi diagnostic
Selain uji mata yang biasa, keratometri, dan pemeriksaan lampu slit dan
oftamoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat

berguna sebagai alat diagnostic, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan


pembedahan. Dengan hitung sel endolet 2000 sel/mm 3 , pasien ini merupakan
kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan impantasi IOL.
2.7

Diagnosis

Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan berikut :


2.7.1

Pemeriksaan fisik (dengan menyorotkan cahaya senter atau penlight pada


pupil untuk melihat warna putih dibelakang pupil, yang baru akan terlihat
tanpa cahaya senter setelah katarak memasuki stadium lanjut)

2.7.2

11
Oftalomoskop indirek dan pemeriksaan slit-lamp untuk memperhatikan

2.7.3

daerah gelap pada refleks normal cahaya merah yang homogen.


Pemeriksaan visus untuk memastikan kehilangan pengelihatan

2.8

Penatalaksanaan

Penanganan katarak meliputi :


2.8.1

Ekstraksi katarak eksrakapsuler untuk mengangkat kapsula lentis anterior


serta bagian korteksnya dan memasang implan lensa intraokuler dalam
kamera okuli posterior, operasi ini secara khas dilaksanakan dengan
fakoemulsifikan untuk memecahkan lensa memakai getaran ultrasonik dan

2.8.2

kemudian mengisap pecahnya daya pengelihatan.


Ekstrasi katarak intrakapsuler untuk mengeluarkan keseluruhan lensa mata
di dalam kapsula yang utuh melalui tindakan krioekstraksi (lensa yang
basah dibuat melekat pada metal probe yang sangat dingin sehingga
ekstraksi dapat dilakukan dengan mudah dan aman).
Implan lensa intraokuler dapat dipasang didalam kamera okuli anterior
atau posterior sesudah pengangkatan lensa mata; atau untuk meningkatkan

2.8.3

dapat pula digunakan lensa kontak atau kacamata afakia.


Pembedahan dengan sinar laser sesudah tindakan ekstraksi katarak
akstrakapsuler untuk memulihkan ketajaman pengelihatan ketika terbentuk
membran sekunder pada kapsula lensa posterior yang ditinggalkan dalam
kondisi utuh.

2.8.4

Implantasi lensa mata atau lensa kontak sesudah pembedahan untuk


memperbaiki ketajaman pengelihatan, pengelihatan binokuler, dan
persepsi kedalaman.

Tak ada terapi untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.
Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan utnuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengsipan
keluar melalui kanula (Pokalo, 1992).
12
bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan
sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan funsi sehari-hari, seperti
berdandan, ambulasim aktivitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan
bekerja, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi
masing-masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasi bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi,
jika ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi segmen posterior
sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau
saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaucoma.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan
pada orang berusia lebih dari 65.
Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anesthesia local berdasar
pasien rawat jalan, merskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis.
Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95&
pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual
sifatnya. Dukungan finasial dan psikososial dan konsekwensi pembedahan harus
dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pascaoperasi.

Kebanyakan operasi dilakukan dengan anesthesia local (retrobulbar atau


peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat
diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubung dengan droping
bedah. Anestesis umum diperlukan bagi yang tak bias menerima anstesia local,
yang tak mampu berkerja sama dengan alas an disik atau psikologis, atau yang tak
berspons terhadap anesthesia lokal.

Tehnik Pembedahan
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak,
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler.
13
Indikasi

intervensi

bedah

adalah

hilangnya

penglihatanyang

mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaucoma


atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati
diabetika.
Ekstraksi katarak intrakapsuler
Ektraksi katarak intrakapsuler (ICCE, intracapsular cataract extraction) adalah
pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan,
lensa diangkatdengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsul
lentis, bedah beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengakat lesi atau
abnormalitas. Instrument bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin
akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe deletakkan secara
langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe.lensa kemudian
diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan secara pengangkatan katarak
utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang
lebih canggih.
Ektraksi katarak ekstrakapsuler
Ektraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE, extracapsular cataract extraction)
sekarang teknik yang lebih disukai dan mencampai sampai 98% pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.

Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis,
dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat isap.
Dengan meninggalkan kapsul posterior dan zonula letis tetap utuh, dapat
mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, jadi mengurangi ninsidensi
komplikasi nyang serius.
Fakoemulslfikasi

merupakan

penemuan

terbaru

pada

ekstraksi

ekstrakapsuler. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang


lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah
nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kemudian diaspirasi melalui alat
yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
14
Kaca mata apakia mampu memberikan pandangan sentral yang baik. Namun
pembesaran 25% sampai 30%. Menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan
perifer, yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spesial, membuat
benda-benda nampak jauh lebih dekat dengan sebenarnya.
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apkia. Tak terjadi pembesaran
yang bermakna (5% sampai 10%), tak terdapat aberasi sferis, tak ada penurunan
lapang pandang dan tak ada kesalahan orientasi special. Lensa jenis ini
memberikan rehabilitasi visual yang hamper sempurna bagi mereka yang mampu
menguasai cara memasang.
2.8.5

Pengobatan katarak senil terutama dalam pembedahan

Beberapa pembedahan katarak yang dikenal adalah :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menekan lensa sehingga jatuh ke dalam bedan kaca


Kemudian penggunaan midriatika
Jarum penusuk dari emas (tahun 1700)
Aspirasi memakai jarum
Memakai sendok Daviel
Pinset kapsul dan zolise
Memakai krio teknik karbon dioksida, freon, termoelektrik
Mengeluarkan nukleus lensa dan aspirasi korteks lensa

2.8.6 Operasi katarak Ekstrakapsular atau Ekstrasi katarak ekstrak kapsular


(EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran


isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa
dan korteks lensa dapat keluar melaluin robekan tersebut. Termasuk kedalam
golongan ini ekstraksi linier, aspirasi dan iirigasi. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan enbdotel, ebrsama keratoplasti,
implantasi lensa intraokular, posterior, perencanaan inplantasi sekunder lensa intra
okular, kemungkinan akan dilakukan bedah glaw, mata dengan predisposisi untuk
terjadinya prolapsbadan kaca, sebelumnya mata mengalami aplasi retina mata
dengan sitoit makular edema, pasca bedah ablasi,
15
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan [pembedahan katarak seperti
kolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini dapat
terjadinya katarak sekunder.
2.8.7 Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zenulazin telah rapuh atau bergenerasi dan mudah diputus.
Pada katarak ekstrasi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat populer pembedahan ini dilakukan
dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit
tidak banyak seperti sebelmnya. Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh
dilakukan atau kontra indikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih memiliki ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi
pembedahan ini astikmat, glau, uveitis, endoplamitis dan perdarahan.
2.9

Klasifikasi

2.9.1

Klasifikasi katarak

Berdasarkan usia katarak dapat di klasifikasikan dalam:


2.9.1.1 Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2.9.1.2 Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
2.9.1.3 Katarak sensil, katarak setelah usia 50 tahun.

Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya
terdapat pada hampir semua katarak senil, katarak herediter dan kongenital.
2.9.2

Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera

setalah bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang
kurang tepat.
Katarak kongenital di golongkan dalam katarak:
16
2.9.2.1 Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular
dan katarak polaris.
2.9.2.2 Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai
korteks atau nukleus lensa saja.
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai
kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau
umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama
pemakaian obat selama kehamilan. kadang-kadang pada ibu hamil terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai
dengan uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi permatur dan
gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan fosfor.
Hampir 50% dari katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, ada kelainan mata
lain dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang
memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada

mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terjadi nistagmus maka keadaan ini
menunjukaan hal yang buruk pada katarak kongenital.
Dikenal bentuk-bentuk katara kongenital:
1.
2.
3.
4.

Katarak piramidalis atau polaris anterior


Katarak piramidalis atau polaris posterior
Katarak zonularis atau lemalaris
Katarak pungtata dan lain-lain
Pada pupil mata bayi yang menderita kataerak kongenital akan terlihat

bercak putih atau suatu leukokoria.


17
Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan
dengan melebarkan pupil.
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah makula
lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula ini tidakakan berkembang
sempurna hingga walaupu dilakukan ekstraksi katarak makavisus biasa tidak akan
mencapai 5/5. Hal ini di sebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsis). Katarak
kongnetal dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.
Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam bebrbagai
bentuk dan gambaran morfologik.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi.
1. Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak.
2. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2
bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.
Tindakan bedah pengobatan pada katarak kongenital yang umum dikenal
adalah disisio lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengsn aspirasi:
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada:
1. Katarak

total bilateral,

dimana

sebaiknya

dilakukan pembedahan

secepatnya segera katarak terlihat.


2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat
atau segera sebelum terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi
ambliopia sebaiknya dilakukan tindakan segera; perawatan untuk ambliopia

bila tidak dilakukan tindakan segera; perawatan untuk ambliopia sebaiknya


dilakukan sebaik-baiknya.
3. Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk,
karena mudah terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan
pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan
latihan bebat mata.
4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga
sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika,
18
bila terjadi kekeruhan yang progesif disertai dengan mulainya tanda-tanda
juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai
prognosis yang lebih baik.
2.9.3

Katarak rubela
Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fentus. Terdapat

2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara
atau kekeruhan di luar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior atau total.
Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubel dapat dengan
mudah melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepitdidalam vesikel
lensa dan bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun.
2.9.4

Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai

terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil
biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenita.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya seperti:
2.9.4.1 Katarak metabolik
1. Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
2. Katarak hipokalsemik (tetanik)
3. Katarak difesiensi gizi
4. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
5. Penyakit Wilson
6. Katarak brhubungan dengan kelainan metabolik lain
7. Otot
2.9.4.2 Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

1. Katarak traumatic
2. Katarak komplikata
3. Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroflatmia,
aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
19
4. Katarak dengeratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal)
5. Katarak anoksik
6. Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol

(MER-29),

antikholinesterase,

klorpromazin,

miotik,

klorpromazin, busulfat, dab besi)


7. Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta,
khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata) dan kromososm.
8. Katarak radiasi
2.9.5

Katarak senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti.
Konsep penua:
2.9.5.1 Teori putaran biologik (A biologic clock)
2.9.5.2 Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati
2.9.5.3 Imunologis, dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik
yang akibatkan kerusakan sel
2.9.5.4 Teori mutasi spontan
2.9.5.5 Teori A free Radical
1. Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
2. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
3. Free radical dapat dinetralisasikan oleh antioksidan dan Vit. E
2.9.5.6 Teori A Cross-Link
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga mengganggu fungsi. Perubahan lensa pada usia
lanjut:
Kapsul
1. Menebal dan kurang elastis (1/4 di banding anak)
2. Mulai presbiopia
3. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
20
4. Terlihat bahan granulai
Epitel-makin tipis

1. Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat


2. Bengkak dan vakuolisasi mitrokondria yang nyata
Serat lensa:
1. Lebih iregular
2. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
3. Brown sclerotik nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah
protein nucleus (histinin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa,
sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histadin dan
triptofan dibanding normal.
4. Korteks tidak berwarna karena:
2.9.5.7 Kadar a.askorbat tinggi dan menghalangi forooksidasi
2.9.5.8 Pada korteksjelas kerusakan serat sel
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senil sebaiknya
disingkirkan penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus
yang dapat menimbulkan katarak komplikata. Katarak senil secara klinik dikenal
dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen, matur, hipermatur dan
morgagni.
2.9.6

Perbedaan stadium katarak senil

Kekeruhan

insipien
Ringan

Imatur
Sebagian

Matur
Seluruh

Hipermatur
Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

(air masuk)

(air+masa
keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik mata

Normal

Dangkal

normal

Dalam

Normal

Sempit

normal

Terbuka

depan
Sudut bilik
mata

lensa

negatif

Positif

negatif

Pseudopod

Glaukoma

Uveitis+glaukoma

Shadow test
Penyulit
Katarak insipiden. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:
kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks vakuol mulai
terlihat didalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat
anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jarinagn degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipiden. Kekeruhan ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lens yang generatif menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal,
pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepet dan mengakibatkan
miopia lentikular.keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa aka
mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang memberikan miopisasi.
Katarak Imatur. Sebagian besar lensa keruh atau katarak. Katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah
volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glukoma sekunder.
Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan sudah mengenai seluruh
masa lensa.
22
Kekeruhan

ini

dapat

terjadi

akibat

deposisi

ion

Ca

yang

menyeluruh.katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa


akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.
Katarak hipermatur. Katarak yang mengalami proses digenerasi lanjut dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada

pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.kadang-kadang


pengerutan berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula zinn menjadi
kendor.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu
disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.
Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak
nigran) terutama pada nekleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien
diabetes melitus dan miopia tinggi. Sering tajam pengelihatan lebih baik daripada
dugaan sebelumnyadan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65
tahun yang belum pemperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.
Pengobatan katarak senil yang pernah dipakai adalah :
2.9.6.1 Iodium tetes, salep, injeksi dan iontoforesis, tidak jelas efektif, sedang
beberapa pasien puas.
2.9.6.2 Kalsium sistein
2.9.6.3 Imunisasi dengan yang memperbaiki cacat metabolisme lensa
2.9.6.4 Dipakai lentokalin dan kataraktelisin dan lensa ikan
2.9.6.5 Vitamin dosis tinggi juga dipergunakan
pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila

tajam

pengelihatan

sudah

menurun

sedemikian

rupa

sehingga

mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyakit


seperti glaukoma dan uveitis.
23
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan
sosial atau atas indikasi medis lainnya.
2.9.7

Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti

radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa,

glaukoma, tumor intra okular, iskema okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,
akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.
Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik
endokrin ( diabetes melitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrof)
dan keracunan obat ( tiotepa intra vena, steroid lokal lama, streoid sistemik, oral
kontra septik dan motika antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan
tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di daerah bawah kapsul atau pada
lapis korteks, kekruhan dapat difus, pungtata ataupun linear. Dapat berbentuk
rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakual.
Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada pelus
postenal mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata.
Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis
pigmentosa abtasi retina, kontusloretina dan miopia tinggi yang mengakibatkan
kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak
berjalan cepat didalam nukleus, sehingga sering terlihat nukleus lensa tetap jernih.
Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan gambaran agak
berlainan.
Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan
kornea berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma indosiklitis akan mengakibatkan
katarak subkapsularis anterior. Pada katarak

akibat glaukoma akan terlihat

katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).


Katarak komplikata selamanya mulai di daerah korteks atau dibawah
kapsul yang menuju daerah sentral.
24
Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantil,
hipoparatiroidsma. Pada lansia terlihat kekerutan titik subkapsular yang sewaktuwaktu menjadi katarak lamelar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium
turun.
2.9.8

Katarak Diabetes

Katarak diabetes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit


diabetes melitus. Katarak pada pasien diabetes melitus dapat terjadi dalam 3
bentuk:
2.9.8.1 Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada
lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.
Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa,kekeruhan akan hilang
apabila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
2.9.8.2 Pasien diabetes melitus juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi
katarakserentak pada kedua mata dalam 48 jam,bentuk dapat snow flake
atau bentuk piring subkapsular.
2.9.8.3 Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik
dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia
terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa.
Pada mata terlihat meningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih
pada pasien diabetes. Adalah jarang ditemukan true diabetik katarak. Pada lensa
akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan
pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa.
Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan
subkapsular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat di
dalam darah dan utina.
2.9.9

Katarak Sekunder
Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa

lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.
25
Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder
merupakan fibrin sesudah suatu operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah suatu
trauma yang memecah lensa.
Cincin soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya
regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin sommering terjadi akibat
kapsul anterior yang pecah dan traksi ke arah pinggir-pinggir melekat pada

kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di tegah, dan membentuk


gambaran cincin. Bentuk makalah ini tertimbun serabut lensa epitel yang
berproliferasi.
Mutiara elschning adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan
membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok.

BAB 4
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan keturunan pada lensa yang keruh. Katarak

adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-

duanya.Biasanya kekurahan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun


dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan kongenetal, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Bermacam-macam penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit
mata dalam mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis
pigmentosa.
Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan funsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi.
Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

4.2

Saran
Perlu dilakukannya penyuluhan, pembelajaran dan pemberian informasi

kepada masyarakat yang lainnya mengenai katarak. Agar masyarakat tahu tentang
penyakit katarak, penyebab, serta pengobatan dan penatalaksanaanya. Sehingga
masyarakat dapat terhindar dari penyakit tersebut dan terciptanya kebersamaan
serta saling melindungi terlebih dalam kesehatan.

35

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, H. Sudarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. FKUI : Jakarata.


Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajaran Patofisiologi. EGC : Jakarata.

Arif Muttaqin & Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioratif:


Konsep,Proses,dan Aplikasi. Salemba Medika : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajaran Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai