Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Konsep Dasar

1.1.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir.
Menurut FK. UNPAD. 1996, plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal, rendah sekali sehingga menutupi seluruh atatu
sebagian ostium internal. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 0,6 % dari
keseluruhan persalinan.
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi paada tempat
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). ( Mochtar, 1998 : 269 )
Menurut Prawiroharjo (2009), plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium internum.
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu segmen bawah
uterus sehingga dapat mnutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
(Mansjoer, 1999: 276)
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi
plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (FKUI, 2000).

1.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui


pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
1.

Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.

2.

Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium


uteri internum.

3.

Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostiumuteri internum.

4.

plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen


bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm
teraba plasenta menutupi seluruh ostea.

b. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian


pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :
Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi
ostea bagian belakang.
Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi
ostea bagian depan.
Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya
pinggir ostea yang ditutupi plasenta.

1.1.3

Etiologi

1.1.4

Pathologi
Lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Secara rinci, karena

sirkulasi pada segmen bawah sedikit lebih baik dari pada fundus, placenta previa
mungkin butuh untuk menutupi area yang lebih besar untuk efisiensi yang
adekuat. Permukaan placenta previa mungkin lebih besar setidak-tidaknya 30%
lebih besar dari pada placenta yang terimplantasi di fundus. Segmen bagian bwah
relatif tanpa kontraksi dan perdarahan pantas di pertimbangkan pada pembukaan
sinus. Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis, terutama di
daerah pajama atau di atas tulang.
4. Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi dan mencegah
perikatan pada keadaan fetal.
a. Faktor Predisposisi
1) Berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim.
2) Kehamilan multiple
3) Pembuluh darah yang mengalami perubahanakibat suplai darah yang
berkurang di daerah tersebut.
b. Faktor yang berkurang
1) Paritas
2) Usia ibu pada saat hami
1.1.5

Manifestasi klinik

1.

Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.

2.

Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan


atau menyebabkan syok hipovolemik.

3.

Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan
yang kebetulan pada scan ultrasonic.

4.

Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang
dan tipis, saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.

5.

Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran


mulai atau hingga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan

berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan yang merah terang mungkin


terjadi secara intermitten, saat pancaran, atau lebih jarang, mungkin juga
berlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita sedang istirahat atau ditengah
tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali jika
dilakukan pengkajian vaginal atau rectal memulai perdarahan dengan kasar
sebelum atatu selama awal kehamilan.
6.

Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit.
Bagaimanapun jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan
kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi
uterus.

7.

Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus


biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya karena
placenta previa menghalangi turunnya bagian bagian janin.

8.

Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau


melintang karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.

9.

Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika bagian
penting placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita
syok hipovolemik.

10.

Terjadi robekan selaput marginal.

11.

Bunyi jantung anak biasanya teraba.

12.

Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.

13.

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin (letak lintang atau letak sungsang).

1.1.6 Komplikasi placenta previa


1.

Prolaps tali pusat

2.

Prolaps plasenta

3.

Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu


dibersihkan dengan kerokan.

4.

Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan

5.

Perdarahan post partum

6.

Infeksi karena perdarahan yang banyak

7.

Bayi premature atau lahir mati.

8.

Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan, endimetritis pasca persalinan.

9.

Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti


asviksia berat sampai kematian.

1.1.7 Pemeriksaan penunjang


1.

USG (Ultrasonographi)

2.

Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah


placenta melapisi servik tidak biasa diungkapkan.

3.

Sinar X

4.

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagianbagian tubuh janin.

5.

Pemeriksaan laboratorium

6.

Hemoglobin dan hematokrit menurun. Factor pembekuan pada umumnya


dibawah batas normal.

7.

Pengkajian vagina

8.

Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda


jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah
34 minggu).

9.

Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup


procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan diruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek
kelahiran secara secar.

10.

Isotop scanning

11.

Atau lokasi penempatan placenta.

12.

Amniocentesis

13.

Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada


amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin/
spingomyelin [LS] atatu kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.
Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal
sudah mature.

1.1.8 Penatalaksanaan / terapi spesifik medis dan keperawatan


1.

Terapi ekspektatif
a. Tujuan terapi skspektatif adalah supaya janin tidak terlahi premature,
pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kenalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasive. Pemantauan
klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
2) Belum ada tanda-tanda in partu.
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
4) Janin masih hidup.
b. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
c. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia
kehamilan,profil biofisik, letak dan persentasi janin.
d. Berikan kotolitik bila ada kontraksi:
1) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
2) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
3) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
e. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble Test) dari test
amniosentesis.
f. Bila setelah usia kehamilan diatas 3 minggu placenta masih berada di
sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan placenta previa menjadi
jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
g. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah
pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan
pesan segera kembali ke RS apa bila terjadi pendarahan ulang.

2.

Terapi aktif (tindakan segera)

1) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan pervaginam yang


aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
2) Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan di penuhi, dilakukan PDOM jika:
3) Infuse / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
4) Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan in partum
5) Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (missal :
anensefali)
6) Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati PAP (2/5
atau 3/5 palpasi luar).
3.

Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :


a. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup
tindakan ini tetap dilakukan.
b. Tujuan SC antara lain:
1) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
2) Menghindarkan kemungkinan terjadinyarobekan pada servik uteri,
jika janin dilahirkan pervaginam.
3) Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga servik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering
menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi
dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
4) Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
5) Lakukan

perawatan

lanjut

pascabedah

termasuk

perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan elektrolit.


4.

Melahirkan pervaginam

pemantauan

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta, penekanan


tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakuka pada plasenta previa lateralis / marginalis dengan
pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban,
placenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan oleh kepala
janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi
dengan infuse oksitoksin.
b. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan temponade
placenta dengan bokong dan kaki janin. Versi Braxton Hicks tidak di
lakukan pada janin yang masih hidup.
c. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban
secukupnnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif
untuk menekan placenta dan sering kali menyebabkan perdarahan pada
kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan yang tidak efektif.

BAB III

10

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas Pasien
a. Nama

: Ny. A

b. Umur

: 37 th

c. Jenis kelamin

: perempuan

d. Agama

: Islam

e. Suku bangsa

: Jawa Indonesia

f. Alamat

: Jl. Mawar Nusa

g. Pekerjaan

: IRT

h. Nomor Register

: 2019

i. Tanggal MRS

: 24-09-2012

j. Pukul

: 09.00 wib

k. Tanggal pengkajian

: 24-09-2012

l. Diagnosa medis

: Kehamilan plasenta previa

Identitas Penanggung Jawab


a. Nama

: Tn. B

b. Agama

: Islam

c. Pekerjaan

: PNS

d. Pendidikan

: S 1 Pendidikan

e. Status perkawinan

: Kawin

f. Suku bangsa

: Jawa Indonesia

g. Alamat

: Jl. Mawar Nusa

h. Hubungan dengan pasien

: Suami pasien

2. Keluhan utama/ Alasan masuk rumah sakit


a. keluhan saat masuk rumah sakit

11

pasien mengatakan mengalami perdarahan banyak dan tetapi tidak


mengalami nyeri.
b. keluhan saat pengkajian
Pasien mengatakan mengalami perdarahan banyak.
3. Riwayat kebidanan
a. Riwayat menstruasi
menarce

: 15 tahun

siklus

: teratur 28 hari

lamanya

: 7 hari

banyaknya

: hari 1-2 ganti 3x pembalut, hari 3-7 ganti 2x


pembalut

warnanya

: coklat tua

baunya

: anyir

disminore

: tidak

Flour albus

: tidak

HPHT

: 7 juni 2011

b. Status perkawinan
Kawin ke

:1

Lamanya kawin

: 12 tahun

Umur kawin

: 25 tahun

c. Riwayat kehamilan sekarang


Hamil ke

:2

usia kehamilan

: 20 minggu

ANC TM I + keluhan

: 1-2x mual + muntah dalam sehari

TM II + keluhan

: 0-1x mual + muntah dalam sehari

TM III + keluhan

: sudah tidak mual tetapi kadang kadang


mengalami perdarahan sedikit.

Obat obatan yang pernah didapat : Fe dan Suplemen.


Gerakan pertama kali dirasakan

: bayi terasa menendang nendang.

Imunisasi TT

: 2x (sebelum menikah dan saat

12

hamil)
Penyuluhan yang pernah didapat

: perawatan / cara menjaga


kehamilan serta gizi pada bayi dan
ibu hamil.

d. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas BBl


Tahun

Riwayat

2000
2007
2012

anak ke
1
2
3

Kehamilan Persalinan

Komplikasi

Jenis

BBL

36 minggu
30 minggu
20 minggu

nifas
-------------------------

Laki
perempuan
---------

3800 grr 59 cm
2300 gr 45 cm
------

Normal
SC
---------

e. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu.


Pasien mengatakan ini kehamilan ketiga, dimasa kehamilan yang pertama
klien mengatakan melahirkan secara normal, BBL 3800 dan panjangx 59
cm. kemudian untuk kehamilan yang ke dua klien mengatakan
melahirkan secara SC, BBL 2300 gm dan panjang 45 cm.
f. Riwayat KB
Pasien mengatakan selama ini tidak pernah menggunakan KB suntik.
g. Kelainan system reproduksi
Pasien mengatakan selama ini tidak penah mengalami system reproduksi
5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien

mengatakan

mengalami

pendarahan

pervaginam

mulai

tanggal, perdarahan yang dialami terjadi secara berulang-ulang dan


tidak mengalami nyeri sama sekali. Perdarahan semakin banyak apabila
dibuat beraktifitas atau berjalan, perdarahan akan berkurang apabila
dibuat istirahat atau bedtres total nyeri akan terasa lenih sakit saat dibuat
berjalan dan beraktifitas lainnya. Saat mengalami perdarahan, pasien
mengganti pembalut 3-5 dalam sehari dan pembalutnya penuh dengan
darah, kemudian pasien diantar suaminya untuk memeriksakan
kondisinya ke rumah sakit umum blambangan pada tanggal 24 september

Pj

13

2012 pukul 09.00. sampai di UGD pasien mengalami perdarahan,


kemudian ibu diberi terapi infuse RL 12 tpm, MgSO4 4 gr IV dosis awal.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
jantung, asma, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, dan penyakit
menular seperti TBC, HIV, pasien hanya mengalami sakit batuk, pilek,
tetapi pasien pernah mengalami operasi kuretage.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
jantung, asma, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, dan penyakit
menular seperti TBC, HIV, tetapi pasien pernah mengalami operasi
kuretage.
6. Keadaan psikososial dan spiritual
a. Keadaan psikologis
Pasien mengalami kekawatiran dan ketakutan akan keselamatan diri dan
bayinya saat ini, karena sering mengalami perdarahan berulang.
b. Keadaan social
Hubungan pasien dengan semua baik, hubungan pasien dengan keluarga
baik dan hubungan pasien dengan oetugas juga baik.
c. Keadaan spiritual
Pasien selalu berdoa dan sholat mengharapkan kehamilan dan
persalinannya nanti diberi kelancaran.
7. Latar belakang sosial budaya
Pasien dan suaminnya berasal dari jawa, selama hamil tidak ada pantangan
dalam jenis apapun. Pasien tidak minum jamu selama hamil dan selama
hamil pasien sempat mengadakan selamatan 3 bulanan dan 7 bulanan.
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Makan : 3x sehari, porsi sedang dengan menu nasi, sayur, lauk pauk
Minum : 7-8 gelas sehari (air putih)
Saat sakit

14

Makan : 1-2 sehari, porsi dari RS dengan menu bubur, sayur, lauk
pauk.
Minum : 6-7 gelas (air putih dan susu)
b. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
BAB : 2x sehari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feses, tidak
ada keluhan
BAK : 6-7 sehari warna kuning jernih, bau khas urin, tidak ada keluhan
Saat sakit
BAB : 0-1x sehari, mengalami konstipasi karena penurunan peristaltic
usus, warna kuning, bau khas feses, ada keluhan.
BAK : 4-5 sehari, warna kuning jernih, bau khas urin, tidak ada keluhan.
c. Pola Kebersihan Diri
Sebelum sakit

: pasien mandi 2x sehari, 2x gosok gigi, keramas 2x

dalam seminggu, ganti baju 2x sehari, dang anti pakaian dalam 2x sehari.
Saat sakit

: pasien hanya diseka 2x sehari, 2x gosok gigi, keramas

2x dalam seminggu, ganti baju 2x sehari, dang anti pakaian dalam 2x


sehari tetapi pasien tidak dapat melakukan secara mandiri dan tergantung
pada orang lain.
d. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri seperti
memasak, mencuci, menyapu, mengepel, dll
Saat sakit

: semua pekerjaan rumahnya, pasien dibantu oleh

keluargannya yang lain dan susah beraktivitas.


e. Pola Istirahat tidur
Sebelum sakit : pasien tidur siang 2 jam sehari (jam 12.00-14.00) dan
tidur malam 8 jam sehari (21.00-05.00).
Saat sakit

: pasien tidak bias tidur siang dan mengalami gangguan

tidur karena perdarahan yang berulang-ulang dan tidur malam 4-5 jam
dalam sehari (01.00-05.00).
f. Pola kebiasaan seksual

15

Sebelum sakit : pasien tidak pernah melakukan hubungan intim dengan


suaminya.
Saat sakit

: pasien juga tidak pernah melakukan hubungan intim

dengan suaminya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah dan terjadi syok hipovolemik, turgor kulit
menurun, mata cowong, konjungtiva anemis/ tampak pucat, adanya
perdarahan pervaginam, dan mukosa bibir kering.
Kesadaran

: somnolen

TTV
TD

: 90/70

: 120x/ menit

: 36 C, akral dingin

RR

: 24x/ menit

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Kepala

: bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, dan


rambut tidak rontok.

2) Muka

: terlihat pucat.

3) Mata

: bentuk simetris, konjungtiva anemis/ aklera juga tampak


pucat, tidak odem, mata cowong.

4) Hidung

: lubang hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping

16

hidung dan tidak ada secret.


5) Telinga

: bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, dan tidak ada


lesi.

6) Leher

: bentuk simetris dan tidak ada lesi.

7) Dada/ payudarah : bentuk payudarah mengalami pembesaran dan


adannya tacypnea.
8) Perut/ abdomen : adanya penonjolan pada abdoment yang lembut
terdapat letak janin yang salah, dan tinggi fundus lebih
tinggi.
9) Genetalian
a). Sebelum tindaka operasi : ditemukan adanya pendarahan
pervaginam dan genetalia berwarna kemerahan.
b). Setelah dilakukan operasi : ditemukan adanya darah yang keluar
sedikit, genetalia berwarna kemerahan dan adanya nyeri
pada genetalia.
10) Anus : bersih dan tidak hemoroid
11) Ekstrimitas, integument, kuku : pada ekstrimitas atas dan bawah
ditemukan adanya akral dingin, terdapat sianosis, turgor
kulit menurun, berkeringat, kulit dingin dan lembaba.
b. Palpasi
1) Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada


pembendungan vena jugularis.

2) Ketiak

: tidak ada pembesaran kelenjar limfe

3) Payudarah/ dada : adanya nyeri tekan


4) Perut/ abdomen :
a) Leopold 1 : TFU 35 cm, teraba lunak, kurang bundar dan kurang
melenting (letak bokong)
b) Leopold 11 : terdapat letak punggug janin
c) Leopold 111 : terdapat letak kepala janin.
d) Leopold 1V : c. Auskultasi
1) Dada : tidak ada bunyi wezhing dan ronchi.

17

2) Jantung : jantuk berdetak dengan cepat.


3) Perut / abdomen : terdengar bising usus 8x/ menit
d. Perkusi
Reflek patella : +/+
3. Pemeriksaan Panggul
a. Distesnsia spinarum : 27 cm
b. Distesnsia eristarum : 30 cm
c. Konjungtiva eksterna : 21 cm
d. Lingkar panggul : 92 cm
4. Data penunjang
a. Pemeriksaan inspekulo
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui asal pendarahan
misalnya dari dalam uterus dari kelainan serviks, vagina dll.
b. Pemeriksaan Radio Isotopik
1) Placentografi jaringan lunak (soft tissue placentography) untuk
mencoba melokalisir placenta berada.
2) Sitografi : untuk memastikan kemungkinan placenta previa.
3) Placentografi indirex : yaitu membuat foto seri lateral dan anterior
posterior, ibu dalam posisi berdiri/ duduk setengah berdiri.
c. Ultra sonografi
Plasenta insersi di SBR menutup sebagian atau seluruh OIU.
d. Pemeriksaan darah
Darah yang keluar berwarna merah segar, Hb 9 gr/dl, hematokrit 25 %.
5. Harapan klien/ keluwarga sehubungan dengan penyakitnya
Klien dan kluwarga klien mengharapkan penyakitnya ini bisa sembuh dan
kehamilannya bisa normal kembali, sehingga tidak harus mengorbankan
janin atau ibu.
6. Genogram
Nama

: Ny. A

No. reg

: 2019

NO Kelompok Data

Masalah

Etiologi

18

Ds:
Pasien

Kurangnya Segmen
mengatakan

perdarahan

pervaginam

mengalami volume
berwarna cairan

bawah

uterus melebar dan


menipis

merah segar, ganti pembalut 3-5x


dalam sehari dan pembalut terisi

Servik membuka

penuh.
Do:

Terlepasnya plasenta

- KU : lemah

dari dinding uterus

- Kesadaran : somnolen
- Turgor

kulit

menurun,

mata

Sinus uterus terobek

cowong, konjungtiva dan sclera


anemis.

Ketidakmampuan

- Adanya perdarahan merah segar.

serabut otot segmen

- Mukosa bibir kering

bawah uterus

- TTV
TD : 90/70 mmHg

Perdarahan hebat

N : 120x/ menit

S : 36 C

Kurangnya

RR : 24x/ menit

cairan

Ds:
Pasien

Gangguan
mengatakan

perdarahan

pervaginam

mengalami perfusi
berwarna jaringan

Segmen

volume

bawah

uterus melebar dan


menipis

merah segar, ganti pembalut 3-5x pada janin


dalam sehari dan pembalut terisi

Servik membuka

penuh.
Do:

Terlepasnya plasenta

- KU : lemah dan adanya syok

dari dinding uterus

hipovolemik
- Kesadaran : somnolen

Sinus uterus terobek

- DJJ janin tidak normal 160/ menit


- Adanya kontraksi uterus

Ketidakmampuan

- Adanya efek hipoksia pada janin.

serabut otot segmen

19

- TTV

bawah uterus

TD : 90/70 mmHg
N : 120x/ menit

Gangguan

S : 36 C

jaringan

perfusi

RR : 24x/ menit
Px USG : plasenta insersi di SBR
menutup sebagian atau seluruh OUI.
Nama

: Ny. A

No. Reg

: 2019

Tgl Muncul
24-09-2012

Diagnosa
Tgl Teratasi
Kurangnya volume cairan berhubungan 26-09-2012
dengan hilangnya cairan (perdarahan)
yang berlebihan

24-09-2012

Gangguan perfusi jaringan pada janin 26-09-2012


sehubungan dengan adanya perdarahan

C. IMPLEMENTASI
Nama

: Ny. A

No. reg

: 2019

TGL
24-09-2012

Jam
No. dx
10.00 1

Tindakan keperawatan
1. BHSP

10.00

2. Mengobservasi TTV

10.30

3. Mengobservasi kebutuhan cairan

10.45

4. Mengkaji dan catat jumlah dan


bentuk pendarahan yang hilang.

11.00

5. Anjurkan pasien bedtres total/ tidak


beraktivitas

11.00

6. Menganjurkan banyak minum

11.10

7.

11.30
11.45

Mengkaji adanya syok, warna


membrane mukosa dan kulit.

8. Memonitor pergerakan uterus, janin

TTD

20

dan kelembutan abdomen dengan


menggunakan USG maupun manual/
dengan menggunakan tangan.
9.
12.15

menghindari pemeriksaan rectal/


vagina

(menggunakan

speculum

yang terlalu dalam serta pemeriksaan


VT).
10. memonitor intake/output, kaji
12.30

berat jenis urin tiap jam.


11. memonitor keadekuatan

13.00

pergantian cairan dengan


monitor sain dan tekanan vena
sentral.

13.30

12. berkolaborasi dengan tim lab


untuk pemeriksaan darah

15.00

lengkap
13. berkolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian cairan
intra vena, plasma, darah utuh

15.45

(transfuse darah)
14. berkolaborasi dalam persiapan
laparatomi

24-09-2012

10.00 2

1. BHSP

10.00

2. Mengobservasi TTV

10.15

3.Mengkaji dan catat denyut jantung


janin, catat takikardi/ bradikardi,
catat

perubahan

aktivitas

janin

(hipoaktivitas/ hiperaktivitas)
11.20

4.Mencatat

perdarahan

ibu

dan

kontraksi uterus, umur kehamilan

21

dan tinggi fundus.


12.00

5.menganjurkan bedtrs dengan posisi


lateral kiri.

12.05

6.berkolaborasi

pemberian

suplemenoksigen pada ibu.


12.30

7. berkolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian pergantian yang
hilang.

12.45

8. berkolaborasi dalam pemeriksaan


USG

25-09-2012

14.00

9.

mempersiapkan

pasien

untuk

08.00 1

dilakukan operasi sesuai indikasi.


1. BHSP

08.00

2. Mengobservasi TTV

08.15

3. Mengobservasi kebutuhan cairan

08.30

4. Mengkaji dan catat jumlah dan


bentuk pendarahan yang hilang.

09.00

5. Menganjurkan banyak minum

09.30

6. memonitor intake/output, kaji berat


jenis urin tiap jam.

09.50

7. memonitor keadekuatan pergantian


cairan dengan monitor sain dan
tekanan vena sentral.

10.15

8. berkolaborasi dengan tim lab untuk


pemeriksaan darah lengkap

10.45

9. berkolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian cairan intra vena,
plasma, darah utuh (transfuse darah)

25-09-2012

08.00 2

1. BHSP

08.00

2. Mengobservasi TTV

08.50

3.

Berkolaborasi

pemberian

suplemenoksigen pada ibu.

22

09.45

4. Berkolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian pergantian yang
hilang.

D. EVALUASI
Nama

: Ny. A

No. reg

: 2019

NO

Tanggal 24-09-2012

Tanggal 25-09-2012

Tanggal

S:

S:

2012
S:

Pasien
mengalami

mengatakan

Pasien mengatak

perdarahan

an

26-09-

Pasien

mengalami

mengatakan

pervaginam berwarna merah

perdarahan

tidak mengalami

segar sejak 17-09-2012

pervagina sedikit.

perdarahan
pervagina
O:

O:

O:

KU : baik

- KU : lemah

-KU : agak baik

Kesadaran :

- Kesadaran : somnolen

-Kesadaran

- Turgor kulit menurun, mata

kompos metis

kompos metis
-

Turgor kulit

cowong. Konjungtiva dan -Turgor kulit sedikit

normal, mata tidak

sclera anemis

cowong,

- Adanya perdarahan merah


segar

menurun,
sedikit

mata
cowong,

konjungtiva

dan

- Mukosa bibir kering

sclera tidak terlalu

- TTV

anemis.

TD : 90/70 mmHg

konjungtiva

-Sedikit perdarahan

sclera

dan
tidak

anemis
-

Tidak
adanya perdarahan

23

N : 120x/ menit

-Mukosa

S : 36 C

agak -

lembab

RR : 24x/ menit

bibir lembab

-TTV

TTV

TD : 100/70 mmHg

TD : 120/70

A: masalah belum teratasi

S : 36,5 C

mmHg

P:

N : 100x/menit

S : 37,5 C

RR : 23x/ Menit

N : 84x/ menit

lanjutkan

intervensi

(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,
14)

RR : 22x/ menit
A: masalah teratasi
sebagian

(1,2,3,4,6,10,11,12)

S:
Pasien

mengalami

mengatakan
perdarahan

pervaginam berwarna merah

Pasien mengatakan
perdarahan

vagina

sedikit

segar, ganti pembalut 3-5x


dalam sehari dan pembalut
terisi penuh.
O:

O:

- KU : lemah dan adanya

- KU : lebih baik

syok hipovolemik

-Kesadaran :

- Kesadaran : somnolen
- DJJ

janin

tidak

kompos mentis

normal - Sudah tidak ada

160/menit

DJJ (karena bayi

- Adanya kontraksi uterus

sudah lahir), oleh

- Adanya efek hipoksia pada

karena itu langsung

janin
- TTV

dengan
pemeriksaan

hentikan

intervensi

intervensi

S:

A: masalah teratasi
P:

P: lanjutkan

Mukosa

nadi

24

TD : 90/70 mmHg

120/menit.

N : 120x/menit

-Tidak

S : 36 C

kontraksi uterus

RR : 24x/menit

-Janin sudah tidak

A: masalah belum teratasi


P:

lanjutkan

(1,2,3,4,5,6,7,8,9)

terdapat

hipoksia

intervensi -TTV:
TD : 100/70 mmHg
S : 36,5 C
N : 100x/menit
RR : 23x/menit
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
( 1,2,6,7 )

Anda mungkin juga menyukai