Anda di halaman 1dari 11

LANGKAH PENCEGAHAN DIRI

TERHADAP PENYEBARAN COVID-19 SAAT BERIBADAH

Penyusun : Kelompok 13B

Dosen Pembimbing : Achmad Mauludin, drg., SpBM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


PENDAHULUAN

Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus

pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,

China. Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi pneumonia tersebut

sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) kasus kluster pneumonia

dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan telah menjadi permasalahan

kesehatan di seluruh dunia. Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66%

pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood di Wuhan.

Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan kasus

baru di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19

sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) / Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12

Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel coronavirus ini dengan

sebutan Coronavirus Disease (COVID-19). COVID-19 disebabkan oleh SARS-

COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan

penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip

namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (saat ini

kurang dari 5%). COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat

ke beberapa negara dibanding SARS.

Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dari

wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 16 Februari 2020, secara global
dilaporkan 51.857 kasus konfimasi di 25 negara dengan 1.669 kematian (CFR

3,2%). Di Indonesia data terbaru per tanggal 15 April 2020 pasien terkonfirmasi

ada 5.136 kasus, meninggal 469 kasus, sembuh 446 kasus.

Berdasarkan epidemiologi, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1-14

hari, umumnya akan terjadi dalam 3-7 hari. Demam, kelelahan dan batuk kering

dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti dispnea dan atau

hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang

lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan

akut, syok septik, dan disfungsi perdarahan serta kegagalan banyak organ, dll.

Sejatinya kehidupan manusia itu penuh dengan beragam ujian yang silih

berganti sepanjang kehidupannya. Pergantian dari suatu kondisi ke kondisi berikutnya

sudah merupakan sunnatullah yang pasti terjadi.

Masyarakat Indonesia yang umumnya adalah kaum muslimin, dalam kondisi

seperti ini terkadang menjadi bingung tentang tata cara pelaksanaan ibadah wajib

yang disyariatkan. Apalagi kondisi seperti ini menuntut seseorang untuk

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi diri dari penularan

wabah virus saat melaksanakan ibadah.

Ibadah dalam Islam khususnya shalat sudah memiliki aturan yang paten,

dimana setiap orang tidak diperkenankan secara bebas untuk ber-ijtihad sesuai

keinginannya. Mulai dari syarat sah, rukun, sunnah, makruh, bahkan sampai pembatal

salat semuanya telah jelas dipaparkan oleh para ulama berdasarkan dalil-dalil yang

ada. Meskipun pada beberapa kondisi tertentu, aturan-aturan ini boleh saja berubah,

jika ada hajat atau maslahat yang menuntut perubahan tersebut.


PEMBAHASAN

Tempat beribadah merupakan salah satu tempat yang beresiko terjadinya

penularan COVID-19. Saat ini, kita perlu mengetahui beberapa tahap pencegahan

yang dapat dilakukan demi mencegah terjadinya penyebaran COVID-19. Langkah

pertama adalah pastikan pengurus masjid untuk mensterilisasi seluruh area rumah

ibadah disetiap media dan lokasi representatif seperti gagang pintu, kaca masjid,

pengeras suara, tempat khutbah, dll. Hal ini dilakukan minimal satu kali sehari

dengan cara dibersihkan secara langsung atau disemprot dengan desinfektan. Gulung

dan sisihkan karpet, masyarakat dihimbau untuk menggunakan sajadah atau alas

milik sendiri untuk beribadah. Hindari bersalaman atau bercium pipi seusai

menjalankan ibadah. Biasakan cuci tangan secara teratur dan menggunakan cara 6

langkah secara menyeluruh, pengurus masjid diharapkan memajang poster mengenai

tata cara cuci tangan yang benar. Pastikan rumah ibadah memiliki akses untuk cuci

tangan dengan sabun dan air atau hand sanitizer, tempatkan media pembersih

tersebut di tempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh jemaah dan

pastikan diisi ulang secara teratur.

Langkah kedua adalah mensosialisasikan etika batuk atau bersin dengan

memajang poster mengenai hal tersebut serta tata caranya yang benar di rumah

ibadah. Pengelola rumah ibadah dihimbau menyediakan masker dan tisu untuk para

jemaah, atau menghimbau untuk membawa sendiri dari kediaman masing-masing.


Langkah ketiga adalah mengajak kepada seluruh umat beragama untuk terus

waspada dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT untuk memohon perlindungan

dan keselamatan dari berbagai marabahaya, terutama dari ancaman Covid-19.

Kementerian Agama RI mengeluarkan Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2020

tentang Kewaspadaan Dini, Kesiapsiagaan, dan Tindakan Antisipasi Pencegahan

Infeksi Covid-19 di Lingkungannya. Hal-hal yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang wajib melakukan ikhtiar menjaga kesehatan dan menjauhi setiap

hal yang diyakini dapat menyebabkannya terpapar penyakit.

2. Orang yang telah terpapar virus Corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri

agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Shalat Jumat dapat diganti

dengan shalat dzuhur di tempat kediaman. Baginya haram melakukan aktifitas

ibadah sunnah yang membuka peluang terjadinya penularan, seperti jamaah

shalat lima waktu/ rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum

lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan tabligh akbar.

3. Orang yang sehat dan yang belum diketahui atau diyakini tidak terpapar

COVID-19, harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi atau

sangat tinggi berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia boleh

melakukannya seperti poin kedua.

b. Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah

berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib menjalankan

kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak
terpapar virus Corona, seperti tidak kontak fisik langsung, membawa sajadah

sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun.

4. Dalam kondisi penyebaran COVID-19 tidak terkendali di suatu kawasan yang

mengancam jiwa, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan shalat jumat di

kawasan tersebut, sampai keadaan menjadi normal kembali dan wajib

menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat masing-masing.

5. Dalam kondisi penyebaran COVID-19 terkendali, umat Islam wajib

menyelenggarakan shalat Jumat.

6. Pemerintah menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam upaya

penanggulangan COVID-19 terkait dengan masalah keagamaan dan umat Islam

wajib mentaatinya.

7. Pengurusan jenazah (tajhiz janazah) terpapar COVID-19, terutama dalam

memandikan dan mengkafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan

dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan

syariat. Sedangkan untuk menshalatkan dan menguburkannya dilakukan

sebagaimana biasa dengan tetap menjaga agar tidak terpapar COVID-19.

8. Umat Islam agar semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan

memperbanyak ibadah, taubat, istighfar, dzikir, membaca Qunut Nazilah di

setiap shalat fardhu, memperbanyak shalawat, memperbanyak sedekah, dan

senantiasa berdoa kepada Allah SWT.

9. Tindakan yang menimbulkan kepanikan dan atau menyebabkan kerugian publik,

seperti memborong dan menimbun bahan kebutuhan pokok dan menimbun

masker hukumnya haram.


Beberapa masjid di Indonesia telah menerapkan pencegahan COVID-19 yaitu

social distancing, salah satunya dengan sholat berjarak. Hal ini dilakukan dengan

sholat berjamaah berjarak satu meter antarshaf. Menurut kaidah fikih, shalat

berjamaah dengan shaf berjarak yang dilaksanakan di dalam masjid adalah sah

selama makmum mengetahui perpindahan gerakan imam dari satu pekerjaan shalat

kepada pekerjaan lainnya. Baik dengan melihat imam langsung, melihat gerakan

makmum lain, atau mendengar suara imam atau mendengar suara mubaligh. Hal ini

dapat diterapkan oleh masjid setempat, sehingga warga dapat menerapkannya di

daerahnya masing-masing.

Selain di masjid, untuk para pemeluk agama Kristen dapat pula menerapkan

tahap-tahap pencegahan yang serupa. Teruntuk para jemaat yang hendak ke gereja

untuk beribadah, dianjurkan untuk merawat kebersihan tangannya masing-masing

dengan membawa hand sanitizer sendiri. Jemaat dapat tetap beribadah di gereja,

tetapi bagi mereka yang sedang menderita sakit pernapasan (batuk, pilek, sakit

tenggorokan), disarankan untuk tinggal di rumah dan berobat ke dokter. Hindari

kontak langsung seperti bersalaman, berpelukan, dan tetap jaga jarak 1 meter.

PENUTUP

Masyarakat Indonesia yang umumnya adalah kaum muslimin, dalam kondisi

seperti ini perlu mengetahui beberapa tahap pencegahan yang harus dilakukan demi

mencegah terjadinya penyebaran COVID-19 di tempat beribadah. Masyarakat

dihimbau untuk menggunakan sajadah atau alas milik sendiri untuk beribadah dan

hindari kebiasaan bersalaman atau bercium pipi seusai menjalankan ibadah.


Pengelola rumah ibadah di harapkan dapat mensosialisasikan etika batuk atau bersin

dengan memajang poster mengenai pentingnya menerapkan etika batuk atau bersin.

Pengelola rumah ibadah dihimbau menyediakan masker/tisu untuk para Jemaah, atau

menghimbau untuk membawa sendiri.

Rumah ibadah dianjurkan memiliki akses untuk cuci tangan dengan sabun dan

air atau hand sanitizer lalu tempatkan media pembersih tangan di tempat-tempat yang

strategis dan mudah dijangkau oleh Jemaah. Pengurus masjid dianjurkan untuk

mensterilisasi daerah masjid yang rentan menjadi tempat penularan seperti gagang

pintu, kaca masjid, pengeras suara, tempat khutbah, dll. Hal ini dilakukan minimal

satu kali sehari dengan cara dibersihkan secara langsung atau disemprot dengan

desinfektan.

Selain itu orang yang telah terpapar virus Corona, wajib menjaga dan

mengisolasi diri agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Orang yang sehat dan

yang belum diketahui atau diyakini tidak terpapar COVID-19, boleh meninggalkan

salat Jumat dan menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat kediaman. Apabila

tetap ingin menjalankan ibadah di masjid, masyarakat dapat menerapkan shalat yang

berjarak satu meter antar shafnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik, “Data Kependudukan Pemeluk Agama Di Indonesia
2015-2018”, dalam
https://www.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html#subjekViewTab3,
diunduh pada 8 April 2020.

2. Burhan, Isbaniah, Dwi Susanto, Sartono, “Pneumonia COVID-19 Diagnosis


dan Penatalaksanaan di Indonesia”, dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI), Indonesia, Jakarta, 2020.

3. Majelis Ulama Indonesia, “Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 Tahun


2020 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-
19”, Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, pada 16 Maret 2020.

4. Menteri Agama Republik Indonesia, “Surat Edaran Nomor: SE. 1 Tahun 2020
Tentang Protokol Penanganan COVID-19 Pada Rumah Ibadah”, Kementerian
Agama Republik Indonesia, Jakarta, pada 13 Maret 2020.

5. Rohim, Nur, Rezki, Annisa, “Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai


Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19”, dalam Jurnal Sosial & Budaya
Syar-I,Vol. 7, No. 3 (2020).

6. Siaran Pers Keuskupan Agung. Jakarta, 2020

Anda mungkin juga menyukai