Uroginekologi Rekonstruksi
Oleh :
Pembimbing :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Musculus Coccygeus.
Os.coccygis.
Perineum adalah daerah yang terletak antar vulva dan anus, panjangnya rata-
rata 4cm. Perineum dimulai dari tepi bawah vulva sampai tepi bawah anus. Saat
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat
merupakan robekan yang bersifat traumatik karena perineum tidak kuat menahan
a. Derajat satu
Robekan hanya terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, dan kulit
perineum
b. Derajat dua
Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum dan
otot perineum.
c. Derajat tiga
Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum,
III a: robekan mengenai < 50% ketebalan otot sfingter ani eksterna
III b : robekan mengenai > 50% ketebalan otot sfingter ani eksterna
d. Derajat empat
Robekan terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani yang meluas sampai
ke mukosa rektum
dan episiotomi.
a. Primipara
Bila kepala janin telah sampai didasar panggul, vulva mulai membuka.
Rambut kepala janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai
teregang. Perineum mulai lebih tinggi, sedangkan anus mulai membuka. Yang
tampak dalam anus adalah dinding depan rektum. Perineum bila tidak
ditahan, akan robek (= ruptura perinei), terutama pada primigravida.
Perineum ditahan dengan tangan kanan, sebaiknya dengan kain kasa steril.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
b. Janin Besar
Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Persalinan
perineum. Bayi yang mempunyai berat badan yang besar dapat menimbulkan
penyulit dalam persalinan diantaranya adalah partus lama, partus macet dan
distosia bahu. Sebelum bersalin hendaknya ibu diperiksa Tinggi Fundus Uteri
agar dapat diketahui tafsiran Berat Badan Janin dan dapat diantisipasi adanya
persalinan patologis yang disebabkan bayi besar seperti ruptura uteri, ruptura
jalan lahir, partus lama, distosia bahu, dan kematian janin akibat cedera
persalinan.
c. Presentasi defleksi
Presentasi defleksi yang dimaksud dalam hal ini adalah presentasi puncak
kepala dan presentasi dahi. Presentasi puncak kepala bagian terbawah adalah
yang paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan. Menurut statistik hal
ini terjadi pada 1% dari seluruh persalinan. Komplikasi yang terjadi pada ibu
adalah partus yang lama atau robekan jalan lahir yang lebih luas.
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dahi,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala. Mekanisme persalinan kepala memasuki panggul biasanya
dengan dahi melintang, atau miring. Pada waktu putaran paksi, dahi memutar
perineum, lalu defleksi, maka lahirlah mulut, dagu di bawah simpisis. Hal ini
mengakibatkan partus menjadi lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang
d. Presentasi bokong
Cara memimpin mengejan dan dorongan pada fundus uteri. Peran dari
mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari
• Perdarahan
• Pucat
• Lemah
• Pasien dalam keadaan menggigil
bantuan speculum.
dahulu.
tampakjelas.
d) Masukkan jari ke II dan III dalam vagina dan regangkan untuk dinding
catgut2-0
terputus;
rectum, spincter ani internal dan eksternal. Puncak laserasi mukosa rectum
sampai pinggir anus. Spincter ani interna ditutup dengan vicryl 2.0 secara kontinu,
Gambar 2.3 Reparasi Mukosa Rektum
Spincter ani eksternal tampak sebagai pita otot rangka dengan kapsul
fibrous. Secara klasik teknik end to end digunakan untuk membawa ujung spincter
menembus otot dan kapsul. Teknik alternative adalah reparasi overlapping pada
spincter ani eksternal dengan membawa secara bersama ujung spincter dengan
jahitan matras dan hasilnya permukaan jaringan yang kontak lebih luas.
Diseksi pada spincter ani eksterna dari jaringan sekitamya dengan scissor
otot yang overlap. Jahitan dilakukan dari puncak sampai dasar melewati flaps
superior dan inferior kemudian dari dasar sampai puncak melewati flaps inferior
dan superior. Ujung proksimal dari flaps superior dioverlappkan dengan bagian
Gambar 2.4 Teknik End to end pada reparasi spincter ani eksterna
Gambar 2.5 Teknik overlapping pada reparasi spincter ani eksterna
2.1.7 Komplikasi2
a. Perdarahan
yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting.
b. Fistula
kencing luka, maka urin akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat
menekan kandung kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan
c. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena
dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.
Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa
varikositas.
d. Infeksi
2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya
dengan mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Pasien dengan
prolaps uteri biasanya mengeluhkan adanya benjolan yang keluar dari alat
kelaminnya.[5] Pasien biasanya mengeluhkan:[6]
• Rasa berat pada atau rasa tertekan pada pelvis.
• Pada saat duduk pasien meraskan ada benjolan seperti ada bola atau
kadang-kadang keluar dari vagina.
• Nyeri pada pelvis, abdomen, atau pinggang.
• Nyeri pada saat berhubungan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan genikologi biasanya mudah dilakukan, Friedman dan Little
menganjurkan sebagai berikut; Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan
dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah portio uteri pada posisi
normal atau portio telah sampai introitus vagina, atau apakah serviks uteri sudah
keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi,
ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari
ukuran normal dinamakan elongasio kolli. [5] Berikut adalah stadium untuk prolaps
uteri:[6]
Tabel 01. Lima stadium untuk prolaps.[6,8]
• Stadium 0: Tidak ada prolaps.
• Stadium I: Sebagian besar portio distal mengalami prolaps > 1 cm di atas
himen.
• Stadium II: Sebagian besar portion distal mengalami prolaps ≤ 1 cm di
proksimal atau distal himen.
• Stadium III: Sebagian besar portio distal mengalami prolasp > 1 cm dibawah
himen tetapi benjolan tidak lebih 2 cm dari panjang vagina.
• Stadium IV: Prolaps komplet termasuk bagian dari vagina.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu banyak membantu. Tes
Papanicolaou (Pap smear sitologi) atau biopsi dapat diindikasikan pada
kasus yang jarang terjadi yang dicurigai karsinoma, meskipun ini harus
ditangguhkan ke dokter perawatan primer atau dokter kandungan.[6]
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG bisa digunakan untuk membendakan prolaps dari
kelainan-kelainan lain.[6]
1. Observasi
Derajat luasnya prolaps tidak berkaitan dengan gejala. Mempertahankan
prolaps tetap dalam stadium I merupakan pilihan yang lebih tepat. Beberapa
wanita mungkin lebih memilih untuk mengobservasi lanjutan dari prolaps.
Mereka juga harus memeriksakan diri secara berkala untuk mencari
perkembangan gejala baru atau gangguan (seperti buang air kecil atau buang air
besar terhambat, erosi vagina).[8]
2. Terapi Konservatif
Latihan otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada
pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan
otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Namun
dari penelitian yang dilakukan oleh Cochrane review of conservative
management prolaps uterus yang diterbitkan pada tahun 2006
menyimpulkan bahwa latiahan otot dasar panggul tidak bukti ilmiah yang
mendukung. Caranya ialah, penderita disuruh menguncupkan anus dan
jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai berhajat atau
penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air
kencing dan tiba-tiba menghentikkanya.[5,8,9]
Pemasangan pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni
menahan uterus di tempatnya selama pessarium tersebut dipakai. Oleh
karena jika pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Meskipun bukti yang
mendukung penggunaan pessarieum tidak kuat, mereka digunakan oleh
86% dari ginekolog dan 98% dari urogynaecologists. Prisip pemakaian
pessarium ialah bahwa alat tersebut membuat tekanan pada dinding vagina
bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut besereta uterus tidak
dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Pessarium yang paling
baik untuk prolaps genitalia ialah pessarium cincin, terbuat dari plastik.
Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier.[5,8]
3. Terapi Bedah
Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika
dilakukan pembedahan untuk prolaps uteri, prolaps vagina perlu ditangani pula.
Ada kemungkinan terdapat prolaps vagina yang membutuhkan pembedahan,
padahal tidak ada prolaps uteri atau prolaps uteri yang ada belum perlu dioperasi.
Di Inggris dan Wales pada tahun 2005-2006, 22.274 operasi dilakukan untuk
prolaps vagina. Beberapa literatur melaporkan bahwa dari operasi prolaps rahim,
disertai dengan perbaikan prolaps vagina pada waktu yang sama. Indikasi untuk
melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti
umur penderita, keinginan untuk masih mendapat anak atau untuk
mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan. Macam-macam
operasi untuk prolaps uterus sebagai berikut:[8]
Ventrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak,
dilakukan operasi untuk uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan
ligamentum rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding
perut atau dengan cara operasi Purandare.[5]
Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan
ligamentum kardinale yang telah dipotong, di muka serviks dilakukan pula
kolporafia anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan
untuk memperpendek serviks yang memanjang (elo ngasio kolli).
Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus,
dan distosia servikalis pada persalinan. Bagian yang penting dari operasi
Manchester ialah penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks karena
dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek, sehingga uterus
akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan turunnya uterus dapat
dicegah.[5]
Histerektomi vagina
Operasi ini tepat untuk dilakukan untuk prolaps uterus dalam tingkat
lanjut, dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat,
puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri,
atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan
dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk
mencegah prolaps vagina di kemudian hari.[5]
2.2.10 Prognosis
Sebagian besar wanita (lebih dari 40%) yang mempunyai prolaps derajat
awal biasanya timbul gejala minimal atau tidak terdapat gejala sama sekali.
Latihan otot dasar panggul dapat membantu atau mencegah perburukan prolaps
derajat awal.[12]
2.3. Inkontinensia Urin
2.3.1. Definisi Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan air kencing.
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan daripada
yang belum pernah melahirkan (nulipara). Diduga disebabkan oleh perubahan otot
dan fasia di dasar panggul. Kebanyakan penderita inkontinensia telah menderita
desensus dinding depan vagina disertai sisto-uretrokel. Tetapi kadang-kadang
dijumpai penderita dengan prolapsus total uterus dan vagina dengan kontinensia
urine yang baik.16
Angka kejadian bervariasi, karena banyak yang tidak dilaporkan dan
diobati. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa
mengalami gangguan ini. Gangguan ini bisa mengenai wanita segala usia.
Prevalensi dan berat gangguan meningkat dengan bertambahnnya umur dan
paritas. Pada usia 15 tahun atau lebih didapatkan kejadian 10%, sedang pada usia
35-65 tahun mencapai 12%. Prevalansi meningkat sampai 16% pada wanita usia
lebih dari 65 tahun. Pada nulipara didapatkan kejadian 5%, pada wanita dengan
anak satu mencapai 10% dan meningkat sampai 20% pada wanita dengan 5 anak
17, 18, 19
B. Inkontinensia Desakan
Inkontinensia desakan adalah keluarnya urine secara involunter
dihubungkan dengan keinginan yang kuat untuk mengosongkannya
(urgensi).11 Biasanya terjadi akibat kandung kemih tak stabil. Sewaktu
pengisian, otot detusor berkontraksi tanpa sadar secara spontan maupun
karena dirangsang (misalnya batuk). Kandung kemih dengan keadaan
semacam ini disebut kandung kemih tak stabil. Biasanya kontraksinya
disertai dengan rasa ingin miksi. Gejala gangguan ini yaitu urgensi,
frekuensi, nokturia dan nokturnal enuresis.18,19,24
Penyebab kandung kemih tak stabil adalah idiopatik, diperkirakan
didapatkan pada sekitar 10% wanita, akan tetapi hanya sebagian kecil yang
menimbulkan inkontinensia karena mekanisme distal masih dapat
memelihara inkontinensia pada keadaan kontraksi yang tidak stabil.24,25
Rasa ingin miksi biasanya terjadi, bukan hanya karena detrusor
(urgensi motorik), akan tetapi juga akibat fenomena sensorik (urgensi
sensorik). Urgensi sensorik terjadi karena adanya faktor iritasi lokal, yang
sering dihubungkan dengan gangguan meatus uretra, divertikula uretra,
sistitis, uretritis dan infeksi pada vagina dan serviks.19 Burnett18,
menyebutkan penyebabnya adalah tumor pada susunan saraf pusat,
sklerosis multipel, penyakit Parkinson, gangguan pada sumsum tulang,
tumor/batu pada kandung kemih, sistitis radiasi, sistitis interstisial.
Pengobatan ditujukan pada penyebabnya. Sedang urgensi motorik lebih
sering dihubungkan dengan terapi suportif, termasuk pemberian sedativa
dan antikolinegrik.19 Pemeriksaan urodinamik yang diperlukan yaitu
sistometrik.
C. Inkontinensia Luapan
Inkontinensia luapan yaitu keluarnya urine secara involunter ketika
tekanan intravesikal melebihi tekanan maksimal maksimal uretra akibat
dari distensi kandung kemih tanpa adanya aktifitas detrusor.32 Terjadi pada
keadaan kandung kemih yang lumpuh akut atau kronik yang terisi terlalu
penuh, sehingga tekanan kandung kemih dapat naik tinggi sekali tanpa
disertai kontraksi sehingga akhirnya urine menetes lewat uretra secara
intermitten atau keluar tetes demi tetes.
Penyebab kelainan ini berasal dari penyakit neurogen, seperti akibat
cedera vertebra, sklerosis multipel, penyakit serebrovaskular,
meningomyelokel, trauma kapitis, serta tumor otak dan medula spinalis.32
Corak atau sifat gangguan fungsi kandung kemih neurogen dapat
berbeda, tergantung pada tempat dan luasnya luka, koordinasi normal
antara kandung kemih dan uretra berdasarkan refleks miksi, yang berjalan
melalui pusat miksi pada segmen sakral medula spinalis. Baik otot
kandung kemih maupun otot polos dan otot lurik pada uretra dihubungkan
dengan pusat miksi.
Otot lurik periuretral di dasar panggul yang menjadi bagian penting
mekanisme penutupan uretra juga dihubungkan dengan pusat miksi sakral.
Dari pusat yang lebih atas di dalam otak diberikan koordinasi ke pusat
miksi sakral. Di dalam pusat yang lebih atas ini, sekaligus masuk isyarat
mengenai keadaan kandung kemih dan uretra, sehingga rasa ingin miksi
disadari.16,18,26
Refleks miksi juga dipengaruhi melalui pleksus pelvikus oleh
persarafan simpatis dari ganglion yang termasuk L 1, L2, L3. Pada lesi,
dapat terjadi dua jenis gangguan pada fungsi kandung kemih yaitu : 16
D. Fistula urine
Fistula urine sebagian besar akibat persalinan, dapat terjadi langsung
pada waktu tindakan operatif seperti seksio sesar, perforasi dan
kranioklasi, dekapitasi, atau ekstraksi dengan cunam. Dapat juga timbul
beberapa hari sesudah partus lama, yang disebabkan karena tekanan kepala
janin terlalu lama pada jaringan jalan lahir di tulang pubis dan simfisis,
sehingga menimbulkan iskemia dan kematian jaringan di jalan lahir.
Operasi ginekologis seperti histerektomi abdominal dan vaginal,
operasi plastik pervaginam, operasi radikal untuk karsinoma serviks uteri,
semuanya dapat menimbulkan fistula traumatik. Tes sederhana untuk
membantu diagnosis ialah dengan memasukan metilen biru 30 ml kedalam
rongga vesika. Akan tampak metilen biru keluar dari fistula ke dalam
vagina.
Untuk memperbaiki fistula vesikovaginalis umumnya dilakukan
operasi melalui vagina (transvaginal), karena lebih mudah dan komplikasi
kecil. Bila ditemukan fistula yang terjadi pasca persalinan atau beberapa
hari pascah bedah, maka penanganannya harus ditunda tiga bulan. Bila
jaringan sekitar fistula sudah tenang dan normal kembali operasi baru
dapat dilakukan.17
2.3.3. Diagnosis
Hal yang penting dalam menilai wanita dengan inkontinensia urine
adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. 30,31,32 Pemeriksaan
awal tidak selalu diagnostik, tetapi informasi yang didapat akan menuntun klinisi
dalm memilih test diagnostik yang diperlukan. Pada umumnya keluhan penderita
yaitu:
- Kencing keluar pada waktu batuk, tertawa, bersin dan latihan.
- Keluarnya kencing tidak dapat ditahan.
- Kencing keluar menetes pada keadaan kandung kencing penuh.
Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi pemeriksaan abdomen, vaginal,
pelvis, rektal dan penilaian neurologis. Pada pemeriksaan abdomen bisa
didapatkan distensi kandung kemih, yang menunjukkan suatu inkontinensia
luapan, dan dikonfirmasi dengan kateterisasi. Inspekulo bisa tampak prolaps
genital, sistokel dan rektokel. Adanya urine dalam vagina terutama pasca
histerektomi mungkin mengetahui adanya massa pelvis.31
Test sederhana dapat dikerjakan setelah pemeriksaan fisik untuk
membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya. Test Q-tip (‘the cotton swab
test’)31, merupakan test sederhana untuk menunjukan adanya inkontinensia stres
sejati. Penderita disuruh mengosongkan kandung kemihnya, urine ditampung.
Kemudian spesimen urine diambil dengan kateterisasi. Jumlah urine dari kencing
dan kateter merupakan volume kandung kemih. Volume residual menguatkan
diagnosis inkontinensia luapan. Spesimen urine dikirim ke laboratorium.
Test diagnostik lanjut yaitu sistourethroskopi dan diagnostik imaging.
Sistourethroskopi dikerjakan dengan anestesi umum maupun tanpa anestesi, dapat
dilihat keadaan patologi seperti fistula, ureter ektopik maupun divertikulum. Test
urodinamik meliputi uroflowmetri dan sistometri. Sistometri merupakan test yang
paling penting, karena dapat menunjukan keadaan kandung kemih yang
hiperaktif, normal maupun hipoaktif. Diagnostik imaging meliputi USG, CT scan
dan IVP yang digunakan untuk mengidentifikasi kelainan patologi (seperti
fistel/tumor) dan kelainan anatomi (ureter ektopik).
Test tambahan yang diperlukan untuk evaluasi diagnostik yaitu ‘Pessary
Pad Test’. Penderita minum 500 ml air selama 15 menit untuk mengisi kandung
kemih. Setelah ½ jam, penderita melakukan latihan selama 45 menit dengan cara :
berdiri dari duduk (10 kali), batuk (10 kali), joging di tempat (11 kali), mengambil
benda dari lantai (5 kali), dan mencuci tangan dari air mengalir selama 1 menit.
Test positif bila berat Pad sama atau lebih besar dari 1g. Test ini dapat
menunjukan adanya inkontinesia stres hanya bila tidak didapatkan kandung kemih
yang tidak stabil.29,30,31
2. Obat-obatan26,30,31,32
a. Alfa Adrenergik Agonis
Otot leher vesika dan uretha proksimal megandung alfa adrenoseptor
yang menghasilkan kontraksi otot polos dan peningkatan tekanan
penutupan urethra obat aktif agonis alfa-reseptor bisa menghasilkan tipe
stmulasi ini dengan efek samping relatif ringan..
b. Efedrin
Efek langsung merangsang alfa sebaik beta-adrenoseptor dan juga
melepaskan noradrenalin dari saraf terminal obat ini juga dilaporkan
efektif pada inkotinensia stres.Efek samping menigkatkan tekanan
darah, kecemasan dan insomnia oleh karena stimulasi SSP
c. Phenylpropanololamine
PPA (Phenylpropanololamine) efek stimulasi perifer sebanding dengan
efedrin, akan tetapi dengan efek CNS yang terkecil. PPA adalah
komponen utama obat influensa dalam kombinasi dengan antihistamin
dan anthikholinergik. Dosis 50 mg dua kali sehari. Efek samping
minimal. Didapatkan 59 % penderita inkontinensia stres mengalami
perbaikan.
d. Estrogen
Penggunaannya masih kontroversi. Beberapa penelitian menunjukkan
efek meningkatkan transmisi tekanan intra abdominal pada uretra
dengan estrogen dosis tinggi oral dan intravaginal. Estrogen biasanya
diberikan setelah tindakan bedah pada inkontinensia dengan tujuan
untuk memperbaiki vaskularisasi dan penyembuhan jaringan urogential,
walaupun belum ada data yang akurat.
3. Stimulasi Elektrik
Metode ini paling sedikit diterima dalam terapi walaupun sudah rutin
digunakan selama 2 dekade. Prinsip stimulasi elektrik adalah menghasilkan
kontraksi otot lurik uretra dan parauretra dengan memakai implant/non-
implant (anal atau vaginal) elektrode untuk meningkatkan tekanan uretra.
Aplikasi stimulasi dengan kekuatan rendah selama beberapa jam per hari
selama beberapa bulan. Terdapat 64 % perbaikan penderita dengan cara
implant, tapi metode ini tidak populer karena sering terjadi efek mekanis
dan morbiditas karena infeksi. Sedang stimulasi non-implant terdiri dari
generator mini yang digerakkan dengan baterai dan dapat dibawa dalam
pakaian penderita dan dihubungkan dengan elektrode anal/vaginal. Bentuk
elektrode vaginal : ring, Hodge pessary, silindris.
4. Alat Mekanis (‘Mechanical Devices’)
Tampon : Tampon dapat membantu pada inkontinensia stres terutama bila
kebocoran hanya terjadi intermitten misal pada waktu latihan. Penggunaan
terus menerus dapat menyebabkan vagina kering/luka.
Edward Spring : Dipasang intravagina. Terdapat 70 % perbaikan pada
penderita dg inkontinensia stres dengan pengobatan 5 bulan. Kerugian
terjadi ulserasi vagina.
Bonnas’s Device: Terbuat dari bahan lateks yang dapat ditiup. Bila ditiup
dapat mengangkat sambungan urethrovesikal dan urethra proksimal.
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan
tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
Tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun
kronis. Terjadi ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. 46,47
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa
sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor
lainnya seperti ansietas,kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat
miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis
sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang
mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal,
vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa
hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi
bladder kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses
BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga
menyebabkan produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan
patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot
perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik.
Dari semua faktor di atas menyebabkan urin mengalir labat kemudian terjadi
poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi
distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah
satunya berupa kateterisasi urethra.
4) Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
2.6.6. Penatalaksanaan46,49
Kateterisasi urethra.
Drainage suprapubik.
BAB III
PENUTUP