Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

CAPUT SUCCEDANEUM

A. Pengertian
Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena
tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-
kadang bersifat ekimotik atau dematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang
mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena
tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan
masuk kedalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat
yang terrendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampoi
sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.2009)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,
sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi
oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh daran. Caput
succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang
setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2008)
Kejadian caput succedaneum pada bayi adalah benjolan pada kepala bayi
akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan
tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono prawiroharjo.2008)

B. Etiologi
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi
baru lahir(Obstetri fisiologi,UNPDA,2009), yaitu :
1. Persalinan lama
Dapat menyebabkan caput uccedaneum karena terjadi tekanan pada jalan
lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembukuh darah vena tertutup,
tekanan darah vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan
longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
2. Persalinan
Persalinan dengan ekstraksi vakum pada bayi yang dilahirkan vakum yang
cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi
berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.

C. Maninfestasi klinis
Menurut Nelson dalam ilmu kesehatan anak (Richard E, Behrman.dkk 2006),
tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan capt succedaneum adalah
sebagai berikut :
1. Adanya edema dikepala
2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
3. Edema mlampaui sela-sela tengkorak
4. Batas yang tidak jelas
5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan

D. Patofisiologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan linfe
disertai pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstra faskuler. Didalam caput ini
berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit daran. Benjolan dapat
terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala didaerah sutural pada
suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan
lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya molage ini
ditemukan pada sutura sagitaris dan terlihat segera setelah bayi lahir. Molage ini
umumnya jelas terlihat nada bayi prematur dan akan hilang sendiri pada 1-2 hari.
Menurut sarwono prawiharjo dalam ilmu kebidanan 2008, prosws perjalanan
penyakit caput adalah sebagai berikut :
1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succedanue merupakan
pembengkakan divus jaringan otak, dan dapat melampaui sutural garis
tengah.
2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan
nemve disertai pengeluaran cairan tubuh. Yang brnjolan biasanya ditemukan
didaeran resentasi lahir yang terletak periostem sehingga dapat melampoui
sutura.

E. Pathway
.(Sarwono prawiroharjo.2008)

Persalinan dengan
vacum forceo

Partus lama

Partus obstruksi
Tekanan daerah
kepala sub periostal

Kerusakan jaringan
sub perrostal Kerusakan interitas
jaringan
Resiko infeksi

Injury
F. Pemeriksaan penunjang Ansietas
Tidak perlu pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneu
mudah dikenali. Namun juga sangat perlu dilakukan diagnosa banding dengan
menggunakan foto rontgen (x-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum
yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)

G. Penatalaksanaan
Menurut Nelson dalam ilmu kesehatan anak (Richard E,
Behrman.dkk.2006), pembengkakan pada caput dapat meluas menyebrangi garis
tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa
hari.pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat
terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan
pengobatan yan spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensi mungkinada
indikasi melakukan fisioterapi ini untuk hiperbilirubinemia.
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan
dengan adanya caput dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda,
kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan
transfusi darah.
Berilut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak
dengan caput succedaneum :
1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa
makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan pentalaksanaan
pemberian ASI yang adekuat dan teratur
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daera edema kepala
3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
4. Mencegah terjadinya infeksi dengan :
a. Perawatan tali pusat
b. Personal hygiene baik
5. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :
a. Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
b. Keadaan trauma pada bayi, agar tidak usah khawatir karena benjolan akan
menghikang 2-3 hari
6. Beri lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi
7. Awasi keadaan umum bayi

H. KOMPLIKASI
a. Infeksi
Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka
b. Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanum dapat menyebabkan ikterus karena
inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu dan bayi
c. Anemia
Biasa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanum karena pada benjolan
terjadi pendarahan hebat.

I. Konsep tumbang dan hospitalisasi


1. Tumbuh kembang anak menurut erieck ericson
a. Tahap percaya vs tidak percaya (usia 0-1 tahun)
1) Tugas perkembangan pada percaya terhadap pemberian asupan
primer.
2) Tugas perkembangan disapih dari ASI/susu botol
3) Bermain interaksi dengan pemberian asuhan membentuk dasar-dasar
perkembangan hubungan dikemudian hari.
b. Tahap otomatis vs rasa malu dan ragu (usia 1-3 tahun)
1) Tugas perkembangan belajar untuk anertif dalam mengekspresikan
kebutuhan keinginan dan kemauan.
2) Krisis perkembangan toilet, training, pengalaman anak-anak untuk
pertama kali, pelaksanaan paksaan sosial terhadap perilaku orang tua.
3) Keterampilan koping yang umum tempat antrium, menangis aktivitas
fisik, negativicime, menahan nafas, mencari perhatian.

J. Pengkajian
1. Subjektif
a. Identitas
Terjadi pada bayi baru lahir terutama nampak jelas segera (caput
succedaneum) dan pada beberapa jam atau hari setelah lahir (cephal
ematom)
b. Keluhan
Benjolan dikepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.
2. Objektif
a. Benjolan pada kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal,
oksipital.
b. Berkembang secara bertahap segera setelah persalinan.(caput
succedaneum)
c. Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam.(caput Hematom)
d. Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus
e. Tidak terbatas tegas, melampaui batas sutura (caput succedaneum)
f. Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura. (caput Hematom)
g. Perabaan mula-mula kerasa lama kelamaan lunak.
h. Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.
i. Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah
lahir.
j. Bersifat soliter / multiple.
k. Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.
l. Jarang menimbulkan pendarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi
yang mempunyai gangguan pembekuan.
m. Pemeriksaan radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas,
benjolan terlalu besar.
n. Pemeriksaan laboratorium : untuk menilai kadar hematokrit, hemoglobin,
bilirubin, dan faktor pembekuan.

K. Fokus Intervensi
1. Domain 11 : keamanan
Kelas 1 : infeksi
Diagnosa : resiko infeksi (00004)
Definisi : rentan mengalami invasi dan multifikasi organisme
patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.
a. Faktor resiko
1) Kurang pengetahuan tentang pemanjaan patogen
2) Obesitas
3) Malnutrisi
4) Merokok, penurunan hemmoglobin, luka, post operasi
b. NOC
1) Immuno status
2) Risk control
3) Knowledge
c. Kriteria hasil
1) Menunjukan prilaku hisup sehat
2) Jumlah leukost dalam batas normal
3) Bebas dari tanda dan gejala infeksi
4) Mendeskripsika proses penularan penyakit
d. NOC
Infection control (kontrol infeksi)
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai oleh pasien
2) Pertahankan teknik isolasi
3) Berikan terapi antibiotik
4) Batasi mengunjung
5) Inspeksi keadan luka
6) Tingkatkan intake nutrisi
7) Berikan perawatan kulit pada are epedima

2. Resiko injury
Domain 11 : Keamanan/ Perlindungan
Kelas 1 : Infeksi
Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme
patogenik yang dapat menggangu kesehatan
Faktor resiko :
- Eksternal fisik contoh : rancangan struktur arahan masyarakat, bangunan
atau perlengkapan:mode transpor atau cara perpindahan.
- Biologikal : tingkat imunisasi dalam masyarakat
- Kimia: obat-obatan farmasi, alkohol, kafein,nikotin, bahan pengawet
kosmetik, nutrien, vitamin, jenis makanan, racun.
- Internal : psikologik, malnutrisi,bentuk darah abnormal.
NOC

- Immune status
- Risk control
- Safety behavior

Kriteria Hasil:

- Klien bebas dari cedera


- Klien mampu menjelaskan cara / metode untuk mencegah injuri
- Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan
- Menggunakan fasilitas yang ada
- Mampu mengenali status kesehatan

NIC
Environment management ( manajement lingkungan )
- Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit dahulu
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
- Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- Memasang side rile pada tempat tidur
- Menyediakan tempat yang aman nyaman dan bersih
- Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- Mengontrol lingkungan dan kebisingan
- Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
- Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien akan adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, S.kep dkk. 2015. Aplikasi Asuhan eperawatan Diagnoda NIC – NOC.
Media action. Yogjakarta

NANDA INTERNASIONAL. 2016. Diagnoses : Definition and classification 2015 –


2017. EGC. Jakarta

Indonesia Markum, A.H. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakaeta : Falkultas Kedokteran
Universitas.

Mochtar, Rustam, 2006. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Asuhan Maternal dan neonatal. Jalarta : YBP-SP

Aifuddin, abdul bari 2008. uku panduan praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohatdjo

Anda mungkin juga menyukai