PENDAHULUAN
Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka
akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga
kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir
dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan
penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif
sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal
yang khusus. Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran
berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g,
pernah mengalami preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi
mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan.
Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang
melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami
diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit DM Gestasional
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan maternitas dengan DM Gestasional
1.3.3 Untuk mengetahui contoh kasus keperawatan maternitas dengan DM Gestasional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Laporan Pendahuluan
2.1.1 Definisi DM Gestasional
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi
glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. (WHO-World Health
Organisation 2011). Hal ni berlaku baik insulin atau modifikasi diet hanya digunakan untuk
pengobatan dan apakah atau tidak kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak
mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui mungkin telah
dimulai bersamaan dengan kehamilan. Diabetes Melitus Gestasional adalah gangguan dari
glukosa yang dipicu oleh kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan ( Murrai et al,
2002 ). Diabetes Melitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai
tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara
55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada masa kehamilan.
Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu factor resiko terkena diabetes tipe
II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan kembali normal setelah
melahirkan. Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1
jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
2.1.6 Pathway
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Darmono,(2002) dan Dutta,(2005):
1. Pemeriksaan kadar glukosa darah
Untuk glukosa darah puasa, pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pasien di
ambil darahnya, setelah darah pasien di ambil darahnya pasien di berikan makanan
seperti makanan yang biasnya dimakan. Dua jam kemudian diambil darahnya untuk
pemeriksaan glukosa darah dua jam PP. Darah sentrifugasi untuk mendapatkan
serumnya, kemudian diperiksa kadar glukosa darahnya.
2. Tes toleransi glukosa oral
Nilai rujukan kadar glukosa darah setelah pembebanan <140 mg/dL. Untuk
diagnosis DM kadar glukosa darah setelah pembebanan ≥200mg/dL.
3. Pemeriksaan kadar A1C
Menggambarkan keadaan glukosa darah 2-3 bulan setelah tes dilakukan. Untuk
menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Nilai rujukan = 5 sampai 9%
Hb total. Dianjurkan pemeriksaan 2 kali/tahun.
4. Pemeriksaan glukosa urin
Hanya dilakukan apabila pasien tidak mau melakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah.
5. Pemeriksaan benda keton
Terutama dilakukan pada pasien DM tipe 2 yang terkendali buruk, koma dengan
penyulit akut, dengan gejala KAD, pasien hamil. Nilai rujukan =< 0,6 mmol/L darah,
ketosis > 1 mmol/L darah. Indikasi KAD > 3 mmol/L darah.
Berbeda dengan diabetes mellitus yang sudah mempunyai keseragaman kriteraia
diagnosis, diabetes melitus gestational sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai
kriteria diagnosis mana yang harus digunakan. Pada saat ini ada dua cara pemeriksaan
penunjang untuk diagnosis yang banyak dipakai yaitu yang diperkenalkan oleh American
Diabetes Association dan umumnya dipakai di negara bagian Amerika Utara dan kriteria
diagnosis dari WHO yang banyak digunakan di luar Amerika Utara.
Kriteria American Diabetes Association
ADA menggunakan skrining diabetes melitus gestational melalui pemeriksaan
glukosa darah melalui 2 tahap. Tahap pertama dikenal dengan nama tes tantangan
glukosa yang merupakan tes skrining. Pada semua wanita hamil yang datang di klinik
diberikan minum glukosa sebanyak 50 gram kemudian diambil contoh darahnya satu jam
kemudian. Jika hasil glukosa darah >140 mg/dl disebut tes tantangan positif dan harus
melanjutkan dengan tahap kedua yaitu tes toleransi glukosa oral. Untuk tes toleransi
glukosa oral harus dipersiapkan sama dengan dengan pada pemeriksaan bukan wanita
hamil. Perlu diingat apabila pada pemeriksaan awal ditemukan konsentrasi glukosa
plasma puasa ≥126 mg/dl atau glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl, maka mereka hanya
dilakukan pengulangan tes darah, apabila hasilnya sama maka diagnosis diabetes melitus
sudah dapat ditegakkan dan tidak diperlukan lagi pemeriksaan tes toleransi glukosa oral.
Untuk tes toleransi glukosa oral ADA mengusulkan dua jenis tes yaitu yang
disebut tes toleransi glukosa oral tiga jam, dan tes toleransi glukosa oral dua jam.
Perbedaan utama adalah jumlah beban glukosa, yaitu pada yang tiga jam menggunakan
100 gram sedangkan yang pada dua jam hanya 75 gram.
Kriteria WHO
WHO menganjurkan untuk diabetes mellitus gestational harus dilakukan tes
toleransi glukosa oral dengan beban glukosa 75 gram. Kriteria diagnosis sama dengan
yang bukan wanita hamil yaitu puasa ≥ 126 mg/dl dan dua jam pasca beban ≥ 200 mg/dl,
dengan tambahan mereka yang tergolong toleransi glukosa terganggu didiagnosis juga
sebagai diabetes melitus gestational.
Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO adalah :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
GDPT: glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien
berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah
tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
Diet A
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya. Terdiri dari makanan
yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
Diet B
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :kurang tahan lapar dengan dietnya,
mempunyai hyperkolesterolemia, mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner, mempunyai
penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati
yang nyata, telah menderita diabetes dari 15 tahun. Terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak
20 %, protein 12 %.
Diet B1 : Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang: mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi
normalipidemia, kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %,
masih muda perlu pertumbuhan, mengalami patah tulang, hamil dan menyusui, menderita
hepatitis kronis atau sirosis hepatitis, menderita tuberkulosis paru, menderita penyakit
graves (morbus basedou), menderita selulitis.terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %,
protein 20 %.
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin
dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis
perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan
terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka
dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman
pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa.
Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat
badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
2.1.9 Komplikasi
1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetik).
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar).
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir
mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian
4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5. Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar ( makrosomia )
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa
2.2.2 Diagnosa
Menurut NANDA (2015) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien DM
Gestasional sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan faktor biologis
kehamilan.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah faktor genetik DM.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan DM Gestasional.
5. Keletihan berhubungan dengan fisiologis status penyakit dan kehamilan.
2.2.3 Intervensi
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit Juvenile Diabetes mengacu pada
Nursing Outcome Clacification (NOC) menurut Moorhead et al. (2013) dan Nursing
Intervention Clasification (NIC) menurut (Bulechek et al.2013) yaitu
NO DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 1 a) (Kekurangan NIC 1. Mengetahui
Terapi cairan
volume cairan) keseimbangan
1. Monitor cairan
NOC: cairan dalam
dengan pemberian
1. Keseimbangan
tubuh
makanan /cairan
cairan
2. Mengetahui
dan hitung intake
2. Hidrasi
kondisi pasien
kalori harian
3. Status nutrisi:
dan
2. Monitor vital sign
Makanan dan
mengetahui
3. Pertahankan
volume cairan
b) Kriteria Hasil: catatan intake dan kemungkinan
1. Turgor kulit output yang akurat terjadi syok
tidak terganggu 4. Kolaborasi 3. Mempertahan
2. Membran pemberian cairan kan
mukosa lembab melalui IV keseimbangan
3. Intake cairan 5. Pemberian makan cairan dalam
normal melalui oral tubuh dan
4. Output cairan dengan dorong untuk
normal keluarga untuk mengetahui
5. Haus tidak ada membantu jumlah cairan
6. Bola mata 6. Atur dan dalam tubuh
cekung dan persiapkan jika 4. Menambah
lunak tidak ada kemungkinan jumlah cairan
7. Warna urine dilakukan tranfusi dan elektrolit
keruh tidak ada dalam tubuh
8. Penurunan 5. Mempercepat
tekanan darah Managemen Cairan proses untuk
tidak ada 7. Monitor tanda- meningkatkan
9. Peningkatan tanda vital jumlah cairan
hematokrit 8. Monitor tingkat dan elektrolit
tidak ada Hb dan hematokrit 6. Jika terjadi
10. Peningkatan 9. Pemberian cairan syok segera
BUN tidak ada IV monitor adanya untuk
11. Kehilangan tanda dan gejala dilakukan
berat badan kelebihan volume tranfusi guna
tidak ada cairan meminimalisir
12. Peningkatan terjadi hal
suhu tubuh yang tidak
tidak ada diinginkan
7. Mengetahui
TTV dalam
batas normal
8. Hb dan
hematokrit
dalam ambang
normal
9. Mencegah
terjadinya
kelebihan
volume cairan
2 2 a. Ketidakseimbanga NIC: 1. Menentukan
Manajemen nutrisi:
n Nutrisi kalori individu
1. Kolaborasi dengan
NOC: dan kebutuhan
ahli gizi untuk
1. Status Nutrisi
nutrisi dalam
menentukan
2. Status Nutrisi:
pembatasan,
jumlah kalori
makanan dan
dan
nutrisi yang
asupan cairan
mengidentifik
dibutuhkan pasien.
3. Status Nutrisi:
asi rute paling
2. Anjurkan dan
Asupan nutrisi
efektif dan
ajarkan keluarga
produknya,
untuk membantu
contoh
Kriteria Hasil: pasien
tambahan
meningkatkan
1. Asupan makanan
oral, makanan
intake Fe, protein,
tidak menyimpang
selang.
dan vitamin C.
dari rentang
2. Peningkatan
3. Anjurkan keluarga
normal
zat besi,
untuk memberikan
2. Asupan cairan
protein, dan
pasien makanan
tidak menyimpang
vitamin C
sedikit tapi sering.
dari rentang
sangat penting
4. Kaji pemasukan
normal
digunakan
diet.
3. Raiso berat
untuk tubuh.
badan/tinggi badan
3. Meminimalka
tidak menyimpang
dari rentang n anoreksia
normal dan mual
4. Asupan makanan Monitor Nutrisi: sehubungan
secara oral 5. Timbang BB dengan status
sepenuhnya pasien. uremik/
adekuat 6. Monitor turgor menurunnya
5. Asupan cairan kulit peristaltic.
secara oral 7. Monitor mual dan 4. Membantu
sepenuhnya muntah. dalam
adekuat mengidentifik
6. Asupan cairan asi defisiensi
intra vena dan kebutuhan
sepenuhnya diet. Kondisi
adekuat fisik umum,
7. Asupan makan gejala uremik(
secara tube feeding mual, muntah,
sepenuhnya anoreksia),
adekuat dan
8. Asupan nutrisi pembatasan
berupa kalori, diet multipel
protein, lemak, mempengaruh
karbohidrat, serat, i pemasukan
vitamin, mineral, makanan.
zat besi, kalsium 5. Pasien puasa /
dan natrium katabolik akan
sepenuhnya segera normal
adekuat kehilangan 0,2
– 0,5 kg dapat
menunjukan
perpindahan
keseimbangan
cairan.
6. Mengetahui
kondisi kulit
ada pada
kondisi baik
dan tidak
kering akibat
dari deficit
nutrisi.
7. Menindaklanj
uti
penanganan
jika pasien
terus menerus
mengalami
mual dan
muntah.
3 3 a. Risiko kadar glukosa NIC: 1. Mengetahui
Manajemen
darah tidak stabil BB ideal
hiperglikemia,
1. Kadar glukosa 2. Mengetahui
Manajemen hipoglikemi
darah kondisi kulit
1. Timbang BB
2. Keparahan ada pada
pasien.
hiperglikemia kondisi baik
2. Monitor turgor
3. Keparahan dan tidak
kulit
Hipoglikemia kering akibat
3. Monitor mual dan
NOC: dari deficit
muntah.
Tujuan dan criteria hasil: nutrisi.
1. Glukosa darah 4. Kolaborasi dengan
3. Menindaklanj
dalam batas ahli gizi untuk
uti
normal memonitor nutrisi
penanganan
2. Urin glukosa 5. Manajemen
jika pasien
dalam batas pengobatan
normal pemberian insulin terus menerus
3. Urine keton dalam mengalami
batas normal mual dan
4. Haus tidak ada muntah.
5. Lapar berlebihan 4. Memberikan
tidak ada nutrisi dan
6. Kelelahan tidak diet yang
ada sesuai untuk
7. Kehilangan BB pasien yang
tidak ada mengalami
8. Kehilangan nafsu masalah risiko
makan tidak ada ketidakstabila
9. Mual tidak ada n kadar
10. Penurunan kadar glukosa darah.
glukosa darah 5. Menstabilkan
tidak ada kadar glukosa
darah
Risiko Infeksi NIC: 1. Menurunkan
NOC: Kontrol infeksi
risiko
1. Status Imun 1. Tingkatkan cuci
4 4 kontaminasi
2. Pengetahuan: tangan setiap dan
silang
Kontrol infeksi sebelum
2. Menurunkan
3. Kontrol Resiko melakukan
risiko
tindakan
kontaminasi
keperawatan.
Tujuan dan Kriteria Hasil: silang
2. Intruksikan pada
3. Membatasi
1. Kemerahan tidak pengunjung atau
introduksi
ada keluarga yang
bakteri ke
2. Cairan(luka) yang menunggu untuk
dalam tubuh.
berbau busuk tidak mencuci tangan
Deteksi dini/
ada saat berkunjung
pengobatan
3. Demam tidak ada dan setelah
4. Hipotermia tidak berkunjung terjadinya
ada meninggalkan infeksi dapat
5. Ketidakstabilan pasien. mencegah
suhu tidak ada 3. Hindari prosedur sepsis.
6. Nyeri tidak ada invansif, 4. Demam
7. Menggigil tidak instrumen, dan dengan
ada manipulasi kateter peningkatan
8. Lethargi tidak ada tak menetap, nadi dan
9. Hilang nafsu kapanpun pernafasan
makan tidak ada mungkin, gunakan adalah tanda
teknik aseptik bila peningkatan
merawat / laju metabolik
memanipulasi IV / dari proses
area invansif. inflamasi,
Ubah sisi/ balutan meskipun
protokol. sepsis dapat
Perhatikan edema, terjadi tanpa
drainase purulen. respon
4. Monitor TTV demam.
untuk anak yang 5. Pemberian
berusia >6 thn. antibiotic
5. Berikan terapi bermanfaat
antibiotic bila untuk
perlu. mencegah
6. Monitor infeksi dalam
pemeriksaan tubuh
laboratorium 6. Mengetahui
seperti granulosit, ada atau
WBC. tidaknya
infeksi dalam
tubuh melalui
pemeriksaan
laboratorium.
5 5 a. Keletihan NIC: 1. Membantu
NOC: Manajemen energy:
kegiatan yang
1. Konsentrasi 1. Dorong keluarga
tidak bias
2. Status nutrisi: unuk membantu
dilakukan
energy anak
sendiri dan
mengungkapkan
memandirikan
perasaan terhadap
Tujuan dan Kriteria Hasil: anak untuk
keterbatasan.
melakukan
1. Malaise tidak ada 2. Monitor nutrisi
aktivitas yang
2. Nafsu makan dan sumber energy
dapat
menurun tidak ada yang adekuat.
dilakukan.
3. Gangguan aktifitas 3. Monitor pola tidur
2. Energi
fisik tidak ada dan lamanya tidur
berfungsi
4. Kelelahan tidak atau istirahat
untuk
ada pasien.
memberikan
5. Kelesuan tidak ada 4. Kaji adanya faktor
kekuatan
6. Penurunan libido yang
dalam
tidak ada menyebabkan
melakukan
7. Nyeri otot dan keletihan.
aktivitas.
sendi tidak ada 5. Bantu aktivitas
3. Keletihan
8. ADL tidak sehari-hari sesuai
dapat
terganggu dengan kebutuhan.
mengganggu
9. Kualitas istirahat 6. Tingkatkan tirah
kualitas
tidur tidak baring dan
istirahat.
terganggu pembatasan
4. Penyakit
10. Kesadaran tidak aktivitas.
kronik seperti
terganggu 7. Konsultasi dengan
DM dapat
ahli gizi untuk
menjadi faktor
meningkatkan
terjadinya
asupan makanan
yang berenergi keletihan.
tinggi. 5. Membantu
kegiatan yang
tidak biasa
dilakukan
sendiri dan
memandirikan
anak untuk
melakukan
aktivitas yang
dapat
dilakukan.
6. Menyimpan
energy
kembali.
7. Bisa
melakukan
aktivitas
dikarenan
karena sumber
energy yang
adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Beaser RS, Brown FM. Joslin’s clinical guidelines. Joslin Publication Department:
Boston; 2007.p. 573-93.
Bulechek, G. M. et al. (2013) Nursing Intervention Classification (NIC). 6th edn. Jakarta:
Elsevier.
Cunningham FG, Gilstrap LC, Gant NF, Hauth JC, Leveno KJ, Wenstrom KD. Diabetes.
In : Williams Obstetrics.21st ed. New York: Mc GrHill; 2006.p.1359-81.
Dutta DC. Gestational Diabetes. In: Konar H, editor. Text book of obstetrics including
perinatology and contracepcion. 4th ed. Calcutta: New central book agency (p)Ltd;
2005. p. 301-2.
Darmono. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Dalam: Noer HMS at al, eds. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2002.h.
590-4.
Moorhead, S. et al. (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th edn. Jakarta:
Elsevier.
Porth CM, Matfin G. Pathophysiology concepts of altered health states. 8 th Ed. Lippincott
Williams & Wilkins: Philadelphia; 2009. p.1047-75.
Powers AC. Diabetes melitus. In: Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17 ed. USA:
McGraw-Hill; 2008.p.2293.