Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi
glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga
diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang
pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap
diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila
hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi
glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%.
Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara
100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah
diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi
140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan
DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur
kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi
glokusa,25%kemungkinan akan berkembang menjadi DM gestasional merupakan
keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat mempengaruhi
kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan dating, juga saat persalinan.
Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi
selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi.
Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Menurut
penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan
dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah
persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan
sekali.

Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka
akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga
kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir
dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan
penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif
sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal
yang khusus. Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran
berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g,
pernah mengalami preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi
mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan.
Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang
melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami
diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep dasar penyakit diabetes gestasional?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan maternitas dengan DM gestasional?
1.2.3 Bagaimana contoh kasus keperawatan maternitas dengan DM gestasional?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit DM Gestasional
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan maternitas dengan DM Gestasional
1.3.3 Untuk mengetahui contoh kasus keperawatan maternitas dengan DM Gestasional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Laporan Pendahuluan
2.1.1 Definisi DM Gestasional
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi
glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. (WHO-World Health
Organisation 2011). Hal ni berlaku baik insulin atau modifikasi diet hanya digunakan untuk
pengobatan dan apakah atau tidak kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak
mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui mungkin telah
dimulai bersamaan dengan kehamilan. Diabetes Melitus Gestasional adalah gangguan dari
glukosa yang dipicu oleh kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan ( Murrai et al,
2002 ). Diabetes Melitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai
tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara
55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
            Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada masa kehamilan.
Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu factor resiko terkena diabetes tipe
II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan kembali normal setelah
melahirkan. Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi  glukosa  yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan.
            Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1
jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.

2.1.2 Etiologi DM Gestasional


Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan.
Risiko Tinggi DM Gestasional:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria

2.1.3 Klasifikasi DM Gestasional


Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II).

2.1.4 Manifestasi Klinis DM Gestasional


Gejala klinis DM menurut Tjokroprawiro ( 2007 ) yaitu
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Penurunan berat badan
5. Kesemutan, gatal
6. Pandangan kabur
7. Pruritus vulvae pada wanita
8. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

2.1.5 Patofisiologi DM Gestasional


Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak,
maka perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu. Pada
kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus
secara optimal. Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara
bermakna. Hal ini disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino

2.1.6 Pathway
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Darmono,(2002) dan Dutta,(2005):
1. Pemeriksaan kadar glukosa darah
Untuk glukosa darah puasa, pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pasien di
ambil darahnya, setelah darah pasien di ambil darahnya pasien di berikan makanan
seperti makanan yang biasnya dimakan. Dua jam kemudian diambil darahnya untuk
pemeriksaan glukosa darah dua jam PP. Darah sentrifugasi untuk mendapatkan
serumnya, kemudian diperiksa kadar glukosa darahnya.
2. Tes toleransi glukosa oral
Nilai rujukan kadar glukosa darah setelah pembebanan <140 mg/dL. Untuk
diagnosis DM kadar glukosa darah setelah pembebanan ≥200mg/dL.
3. Pemeriksaan kadar A1C
Menggambarkan keadaan glukosa darah 2-3 bulan setelah tes dilakukan. Untuk
menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Nilai rujukan = 5 sampai 9%
Hb total. Dianjurkan pemeriksaan 2 kali/tahun.
4. Pemeriksaan glukosa urin
Hanya dilakukan apabila pasien tidak mau melakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah.
5. Pemeriksaan benda keton
Terutama dilakukan pada pasien DM tipe 2 yang terkendali buruk, koma dengan
penyulit akut, dengan gejala KAD, pasien hamil. Nilai rujukan =< 0,6 mmol/L darah,
ketosis > 1 mmol/L darah. Indikasi KAD > 3 mmol/L darah.
Berbeda dengan diabetes mellitus yang sudah mempunyai keseragaman kriteraia
diagnosis, diabetes melitus gestational sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai
kriteria diagnosis mana yang harus digunakan. Pada saat ini ada dua cara pemeriksaan
penunjang untuk diagnosis yang banyak dipakai yaitu yang diperkenalkan oleh American
Diabetes Association dan umumnya dipakai di negara bagian Amerika Utara dan kriteria
diagnosis dari WHO yang banyak digunakan di luar Amerika Utara.
 Kriteria American Diabetes Association
ADA menggunakan skrining diabetes melitus gestational melalui pemeriksaan
glukosa darah melalui 2 tahap. Tahap pertama dikenal dengan nama tes tantangan
glukosa yang merupakan tes skrining. Pada semua wanita hamil yang datang di klinik
diberikan minum glukosa sebanyak 50 gram kemudian diambil contoh darahnya satu jam
kemudian. Jika hasil glukosa darah >140 mg/dl disebut tes tantangan positif dan harus
melanjutkan dengan tahap kedua yaitu tes toleransi glukosa oral. Untuk tes toleransi
glukosa oral harus dipersiapkan sama dengan dengan pada pemeriksaan bukan wanita
hamil. Perlu diingat apabila pada pemeriksaan awal ditemukan konsentrasi glukosa
plasma puasa ≥126 mg/dl atau glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl, maka mereka hanya
dilakukan pengulangan tes darah, apabila hasilnya sama maka diagnosis diabetes melitus
sudah dapat ditegakkan dan tidak diperlukan lagi pemeriksaan tes toleransi glukosa oral.
Untuk tes toleransi glukosa oral ADA mengusulkan dua jenis tes yaitu yang
disebut tes toleransi glukosa oral tiga jam, dan tes toleransi glukosa oral dua jam.
Perbedaan utama adalah jumlah beban glukosa, yaitu pada yang tiga jam menggunakan
100 gram sedangkan yang pada dua jam hanya 75 gram.
 Kriteria WHO
WHO menganjurkan untuk diabetes mellitus gestational harus dilakukan tes
toleransi glukosa oral dengan beban glukosa 75 gram. Kriteria diagnosis sama dengan
yang bukan wanita hamil yaitu puasa ≥ 126 mg/dl dan dua jam pasca beban ≥ 200 mg/dl,
dengan tambahan mereka yang tergolong toleransi glukosa terganggu didiagnosis juga
sebagai diabetes melitus gestational.
Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO adalah :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
 TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
 GDPT: glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien
berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah
tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
 Diet A
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya. Terdiri dari makanan
yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
 Diet B
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :kurang tahan lapar dengan dietnya,
mempunyai hyperkolesterolemia, mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner, mempunyai
penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati
yang nyata, telah menderita diabetes dari 15 tahun. Terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak
20 %, protein 12 %.
 Diet B1 : Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang: mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi
normalipidemia, kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %,
masih muda perlu pertumbuhan, mengalami patah tulang, hamil dan menyusui, menderita
hepatitis kronis atau sirosis hepatitis, menderita tuberkulosis paru, menderita penyakit
graves (morbus basedou), menderita selulitis.terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %,
protein 20 %.
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin
dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis
perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan
terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka
dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman
pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa.
Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat
badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.

2.1.9 Komplikasi
1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetik).
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar).
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir
mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian
4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5. Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar ( makrosomia )
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan DM Gestasional


2.1.1 Pengkajian
a. Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu yang dapat menunjang diagnosa ibu
mengalami gestational diabetes mellitus (DMG) harus ditanyakan dalam ananmnesis
(Matfin,2009). Selain hal-hal yang umumnya jadi gejala kita tanyakan, kita juga harus
menanyakan riwayat lain seperti menstruasi, persalinan yang lalu, kesehatan pasien,
kesehatan keluarga, dan riwayat pemakaian kontrasepsi (Beaser,2007).
1. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama: Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak
adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, untuk mengidentifikasi apakah ibu pernah
menderita penyakit DM.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan juga karena ada kemungkinan ada keluarga yang mempunyai
riwayat DM dan berkaitan dengan faktor genetik.
4. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan pasien menarche, sejak kapan ibu tidak mendapatkan haid,
pola haid, teratur apa tidak. Hal ini penting untuk diagnosis karena untuk kepentingan
mengukur umur kehamilan ibu dan menghitung tafsiran persalinannya.
5. Riwayat persalinan yang lalu
Riwayat ini sangat penting untuk mendukung diagnosa aktual. Untuk mengetahui
berapa kali ibu pernah hamil, jumlah anak yang dimiliki, jumlah persalinan aterm, preterm
dan pernah atau tidak abortus. Lalu umur kehamilan saat lahir, apakah ada penyulit saat
hamil, tempat bersalinnya, penolong persalinan, berat badan bayi saat lahir, jenis kelamin
anak, jenis persalinan, apakah ada penyulit saat nafas, keadaan anak sekarang serta
umur anak sekarang. Kemudian juga perlu ditanyakan untuk mengetahui bagaimana
riwayat persalinan ibu sebelumnya, misalnya pada ibu dengan DMG, komplikasi pada janin
mengakibatkan janin menjadi besar (makrosomia), janin mati, atau kelainan congenital.
6. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui alat kontrasepsi apa saja yang pernah digunakan ibu, berapa lama
dan apakah ada keluhan seelama memakai alat kontrasepsi. Misalnya pada pil KB
kombinasi hormon estrogen dan progestin lebih cenderung menyebabkan perubahan dalam
kontrol glukosa darah sehingga pada ibu dengan DM tidak boleh di gunakan karena akan
menyebabkan semakin tingginya glukosa dalam darah ibu.
b. Pertanyaan-pertanyaan yang biasa ditanyakan pada saat anamnesis pasien diabetes adalah
gejala-gejala khas diabetes serta komplikasi yang biasa sudah menyertainya pada saat
diagnose. Pertanyaan yang biasa diajukan antara lain (Powers,2008):
1. Poliuria
Apakah pasien merasakan volume urin yang meningkat. Biasanya sering disertai dengan
adanya nokturia yang membangunkan pasien dari tidurnya dan sering menganggu
kualitas tidur.
2. Polidipsia
Tanyakan apakah pasien sering merasa haus. Polidipsia disebabkan oleh banyaknya
volume urin yang dikeluarkan.
3. Poliphagia
Tanyakan apakah pasien sering merasa lapar.
4. Penurunan berat badan.
5. Neuropati
Tanyakan apakah pasien mengalami kesemutan, hilang rasa pada bagian distal tubuh
seperti kaki.
6. Infeksi
Tanyakan apabila pasien mendapat luka, apakah luka tersebut sukar sembuh, terutama
pada bagian kaki.
7. Retinopati
Tanyakan pada pasien apakah ia mengalami gangguan penglihatan.
c. Pemeriksaan Fisik menurut (Cuningham,2006):
1. Sirkulasi
a. Nadi pedalis dan pengisian kapiler exstremitas menurun atau lambat pada diabetes
yang lama.
b. Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
c. Peningkatan tekanan darah.
2. Eliminasi
Riwayat Pielonefritis, infeksi saluran kemih berulang, nefropati, poliuria.
3. Nutrisi dan cairan
Polidipsi, polifagia, mual muntah, obesitas, nyeri tekan abdomen, hipoglikemi,
glukosuria, ketonuria.
4. Kulit
Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karna ada bekas injeksi insulin
yang sering.
5. Kerusakan penglihatan atau retinopati
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kadar glukosa darah
2. Tes toleransi glukosa oral
3. Pemeriksaan kadar A1C
4. Pemeriksaan glukosa urin
5. Pemeriksaan benda keton

2.2.2 Diagnosa
Menurut NANDA (2015) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien DM
Gestasional sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan faktor biologis
kehamilan.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah faktor genetik DM.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan DM Gestasional.
5. Keletihan berhubungan dengan fisiologis status penyakit dan kehamilan.

2.2.3 Intervensi
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit Juvenile Diabetes mengacu pada
Nursing Outcome Clacification (NOC) menurut Moorhead et al. (2013) dan Nursing
Intervention Clasification (NIC) menurut (Bulechek et al.2013) yaitu
NO DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 1 a) (Kekurangan NIC 1. Mengetahui
Terapi cairan
volume cairan) keseimbangan
1. Monitor cairan
NOC: cairan dalam
dengan pemberian
1. Keseimbangan
tubuh
makanan /cairan
cairan
2. Mengetahui
dan hitung intake
2. Hidrasi
kondisi pasien
kalori harian
3. Status nutrisi:
dan
2. Monitor vital sign
Makanan dan
mengetahui
3. Pertahankan
volume cairan
b) Kriteria Hasil: catatan intake dan kemungkinan
1. Turgor kulit output yang akurat terjadi syok
tidak terganggu 4. Kolaborasi 3. Mempertahan
2. Membran pemberian cairan kan
mukosa lembab melalui IV keseimbangan
3. Intake cairan 5. Pemberian makan cairan dalam
normal melalui oral tubuh dan
4. Output cairan dengan dorong untuk
normal keluarga untuk mengetahui
5. Haus tidak ada membantu jumlah cairan
6. Bola mata 6. Atur dan dalam tubuh
cekung dan persiapkan jika 4. Menambah
lunak tidak ada kemungkinan jumlah cairan
7. Warna urine dilakukan tranfusi dan elektrolit
keruh tidak ada dalam tubuh
8. Penurunan 5. Mempercepat
tekanan darah Managemen Cairan proses untuk
tidak ada 7. Monitor tanda- meningkatkan
9. Peningkatan tanda vital jumlah cairan
hematokrit 8. Monitor tingkat dan elektrolit
tidak ada Hb dan hematokrit 6. Jika terjadi
10. Peningkatan 9. Pemberian cairan syok segera
BUN tidak ada IV monitor adanya untuk
11. Kehilangan tanda dan gejala dilakukan
berat badan kelebihan volume tranfusi guna
tidak ada cairan meminimalisir
12. Peningkatan terjadi hal
suhu tubuh yang tidak
tidak ada diinginkan
7. Mengetahui
TTV dalam
batas normal
8. Hb dan
hematokrit
dalam ambang
normal
9. Mencegah
terjadinya
kelebihan
volume cairan
2 2 a. Ketidakseimbanga NIC: 1. Menentukan
Manajemen nutrisi:
n Nutrisi kalori individu
1. Kolaborasi dengan
NOC: dan kebutuhan
ahli gizi untuk
1. Status Nutrisi
nutrisi dalam
menentukan
2. Status Nutrisi:
pembatasan,
jumlah kalori
makanan dan
dan
nutrisi yang
asupan cairan
mengidentifik
dibutuhkan pasien.
3. Status Nutrisi:
asi rute paling
2. Anjurkan dan
Asupan nutrisi
efektif dan
ajarkan keluarga
produknya,
untuk membantu
contoh
Kriteria Hasil: pasien
tambahan
meningkatkan
1. Asupan makanan
oral, makanan
intake Fe, protein,
tidak menyimpang
selang.
dan vitamin C.
dari rentang
2. Peningkatan
3. Anjurkan keluarga
normal
zat besi,
untuk memberikan
2. Asupan cairan
protein, dan
pasien makanan
tidak menyimpang
vitamin C
sedikit tapi sering.
dari rentang
sangat penting
4. Kaji pemasukan
normal
digunakan
diet.
3. Raiso berat
untuk tubuh.
badan/tinggi badan
3. Meminimalka
tidak menyimpang
dari rentang n anoreksia
normal dan mual
4. Asupan makanan Monitor Nutrisi: sehubungan
secara oral 5. Timbang BB dengan status
sepenuhnya pasien. uremik/
adekuat 6. Monitor turgor menurunnya
5. Asupan cairan kulit peristaltic.
secara oral 7. Monitor mual dan 4. Membantu
sepenuhnya muntah. dalam
adekuat mengidentifik
6. Asupan cairan asi defisiensi
intra vena dan kebutuhan
sepenuhnya diet. Kondisi
adekuat fisik umum,
7. Asupan makan gejala uremik(
secara tube feeding mual, muntah,
sepenuhnya anoreksia),
adekuat dan
8. Asupan nutrisi pembatasan
berupa kalori, diet multipel
protein, lemak, mempengaruh
karbohidrat, serat, i pemasukan
vitamin, mineral, makanan.
zat besi, kalsium 5. Pasien puasa /
dan natrium katabolik akan
sepenuhnya segera normal
adekuat kehilangan 0,2
– 0,5 kg dapat
menunjukan
perpindahan
keseimbangan
cairan.
6. Mengetahui
kondisi kulit
ada pada
kondisi baik
dan tidak
kering akibat
dari deficit
nutrisi.
7. Menindaklanj
uti
penanganan
jika pasien
terus menerus
mengalami
mual dan
muntah.
3 3 a. Risiko kadar glukosa NIC: 1. Mengetahui
Manajemen
darah tidak stabil BB ideal
hiperglikemia,
1. Kadar glukosa 2. Mengetahui
Manajemen hipoglikemi
darah kondisi kulit
1. Timbang BB
2. Keparahan ada pada
pasien.
hiperglikemia kondisi baik
2. Monitor turgor
3. Keparahan dan tidak
kulit
Hipoglikemia kering akibat
3. Monitor mual dan
NOC: dari deficit
muntah.
Tujuan dan criteria hasil: nutrisi.
1. Glukosa darah 4. Kolaborasi dengan
3. Menindaklanj
dalam batas ahli gizi untuk
uti
normal memonitor nutrisi
penanganan
2. Urin glukosa 5. Manajemen
jika pasien
dalam batas pengobatan
normal pemberian insulin terus menerus
3. Urine keton dalam mengalami
batas normal mual dan
4. Haus tidak ada muntah.
5. Lapar berlebihan 4. Memberikan
tidak ada nutrisi dan
6. Kelelahan tidak diet yang
ada sesuai untuk
7. Kehilangan BB pasien yang
tidak ada mengalami
8. Kehilangan nafsu masalah risiko
makan tidak ada ketidakstabila
9. Mual tidak ada n kadar
10. Penurunan kadar glukosa darah.
glukosa darah 5. Menstabilkan
tidak ada kadar glukosa
darah
Risiko Infeksi NIC: 1. Menurunkan
NOC: Kontrol infeksi
risiko
1. Status Imun 1. Tingkatkan cuci
4 4 kontaminasi
2. Pengetahuan: tangan setiap dan
silang
Kontrol infeksi sebelum
2. Menurunkan
3. Kontrol Resiko melakukan
risiko
tindakan
kontaminasi
keperawatan.
Tujuan dan Kriteria Hasil: silang
2. Intruksikan pada
3. Membatasi
1. Kemerahan tidak pengunjung atau
introduksi
ada keluarga yang
bakteri ke
2. Cairan(luka) yang menunggu untuk
dalam tubuh.
berbau busuk tidak mencuci tangan
Deteksi dini/
ada saat berkunjung
pengobatan
3. Demam tidak ada dan setelah
4. Hipotermia tidak berkunjung terjadinya
ada meninggalkan infeksi dapat
5. Ketidakstabilan pasien. mencegah
suhu tidak ada 3. Hindari prosedur sepsis.
6. Nyeri tidak ada invansif, 4. Demam
7. Menggigil tidak instrumen, dan dengan
ada manipulasi kateter peningkatan
8. Lethargi tidak ada tak menetap, nadi dan
9. Hilang nafsu kapanpun pernafasan
makan tidak ada mungkin, gunakan adalah tanda
teknik aseptik bila peningkatan
merawat / laju metabolik
memanipulasi IV / dari proses
area invansif. inflamasi,
Ubah sisi/ balutan meskipun
protokol. sepsis dapat
Perhatikan edema, terjadi tanpa
drainase purulen. respon
4. Monitor TTV demam.
untuk anak yang 5. Pemberian
berusia >6 thn. antibiotic
5. Berikan terapi bermanfaat
antibiotic bila untuk
perlu. mencegah
6. Monitor infeksi dalam
pemeriksaan tubuh
laboratorium 6. Mengetahui
seperti granulosit, ada atau
WBC. tidaknya
infeksi dalam
tubuh melalui
pemeriksaan
laboratorium.
5 5 a. Keletihan NIC: 1. Membantu
NOC: Manajemen energy:
kegiatan yang
1. Konsentrasi 1. Dorong keluarga
tidak bias
2. Status nutrisi: unuk membantu
dilakukan
energy anak
sendiri dan
mengungkapkan
memandirikan
perasaan terhadap
Tujuan dan Kriteria Hasil: anak untuk
keterbatasan.
melakukan
1. Malaise tidak ada 2. Monitor nutrisi
aktivitas yang
2. Nafsu makan dan sumber energy
dapat
menurun tidak ada yang adekuat.
dilakukan.
3. Gangguan aktifitas 3. Monitor pola tidur
2. Energi
fisik tidak ada dan lamanya tidur
berfungsi
4. Kelelahan tidak atau istirahat
untuk
ada pasien.
memberikan
5. Kelesuan tidak ada 4. Kaji adanya faktor
kekuatan
6. Penurunan libido yang
dalam
tidak ada menyebabkan
melakukan
7. Nyeri otot dan keletihan.
aktivitas.
sendi tidak ada 5. Bantu aktivitas
3. Keletihan
8. ADL tidak sehari-hari sesuai
dapat
terganggu dengan kebutuhan.
mengganggu
9. Kualitas istirahat 6. Tingkatkan tirah
kualitas
tidur tidak baring dan
istirahat.
terganggu pembatasan
4. Penyakit
10. Kesadaran tidak aktivitas.
kronik seperti
terganggu 7. Konsultasi dengan
DM dapat
ahli gizi untuk
menjadi faktor
meningkatkan
terjadinya
asupan makanan
yang berenergi keletihan.
tinggi. 5. Membantu
kegiatan yang
tidak biasa
dilakukan
sendiri dan
memandirikan
anak untuk
melakukan
aktivitas yang
dapat
dilakukan.
6. Menyimpan
energy
kembali.
7. Bisa
melakukan
aktivitas
dikarenan
karena sumber
energy yang
adekuat.

DAFTAR PUSTAKA
Beaser RS, Brown FM. Joslin’s clinical guidelines. Joslin Publication Department:
Boston; 2007.p. 573-93.

Bulechek, G. M. et al. (2013) Nursing Intervention Classification (NIC). 6th edn. Jakarta:
Elsevier.

Cunningham FG, Gilstrap LC, Gant NF, Hauth JC, Leveno KJ, Wenstrom KD. Diabetes.
In : Williams Obstetrics.21st ed. New York: Mc GrHill; 2006.p.1359-81.

Dutta DC. Gestational Diabetes. In: Konar H, editor. Text book of obstetrics including
perinatology and contracepcion. 4th ed. Calcutta: New central book agency (p)Ltd;
2005. p. 301-2.

Darmono. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Dalam: Noer HMS at al, eds. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2002.h.
590-4.

Moorhead, S. et al. (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th edn. Jakarta:
Elsevier.

Porth CM, Matfin G. Pathophysiology concepts of altered health states. 8 th Ed. Lippincott
Williams & Wilkins: Philadelphia; 2009. p.1047-75.

Powers AC. Diabetes melitus. In: Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17 ed. USA:
McGraw-Hill; 2008.p.2293.

Tjokroprawiro, Askandar. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya : Airlangga


University Press

Anda mungkin juga menyukai