Anda di halaman 1dari 14

Diabetes Mellitus Gestasional

Budi Hartono
102013079 / D3
yohanesbudi_hartono@ymail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731

Pendahuluan
Pada wanita yang sedang hamil akan terjadi perubahan fisiologis yang berpengaruh
dalam metabolisme karbohidrat karena adanya human placental lactogen (HPL). HPL ini
mengurangi efek Dengan meningkatnya usia kehamilan, berbagai faktor dapat mengganggu
keseimbangan karbohidrat sehingga terjadi toleransi glukosa.
Adanya suatu bentuk diabetes mellitus (DM) yang hanya ditemukan saat kehamilan
kemudian akan menghilang setelah persalinan telah disinggung oleh Ducan sejak satu abad yang
lalu. Tetapi pada tahun 1980 WHO akhirnya mengakui diabetes mellitus gestasional (DMG)
merupakan suatu bentuk diabetes tersendiri. Diabetes mellitus gestasional (DMG) didefinisikan
sebagai suatu keadaan intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang
terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung.1
Secara umum, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu DM yang
memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (DM pragestasional) dan DM
yang baru ditemukan saat hamil (DM gestasional).

Pembahasan
Anamnesis
Merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien. Anamnesis bisa
dilakukan pada pasien itu sendiri yang disebut auto - anamnesis apabila pasien dalam kondisi

sadar dan baik, bisa juga melalui keluarga terdekat atau orang yang bersama pasien selama ia
sakit apabila pasien dalam kondisi tidak sadar atau kesulitan berbicara disebut dengan allo anamnesis. Hal hal yang perlu ditanyakan adalah :
1. Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama, dan suku
bangsa.
2. Riwayat penyakit sekarang: Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa berobat
beserta dengan onset, lokasi, kronologis, kualitas, kuantitas, gejala penyerta, keluhan keluhan lain, dan faktor pemberat atau memperingan penyakit dari pasien. Pertanyaan
yang bisa ditanyakan sesuai kasus adalah:
Apakah ini kehamilan pertama kali? Pernahkah abortus sebelumnya?
Apakah pasien banyak makan, minum, dan banyak kencing?
Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena lupa makan setelah
minum obat?
Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena diare berlebihan?
Apakah adanya buram, katarak, buta, retinopati, atau glaucoma?
Apakah ada kesemutan, sakit maag dan impotensi?
Apakah ada bengkak pada kaki?
Apakah sering merasa lemas?
apakah ada luka yang sukar sembuh, jaringan parut pada kulit dan luka yang bau?
Apakah ada batuk lebih dari tiga minggu?
Adakah gejala lain seperti gatal? (tanyakan lokasi, onset, pernah digaruk)
Adakah peningkatan atau penurunan berat badan?
3. Riwayat penyakit dahulu: Keluhan seputar apakah dulu pernah menagalami sakit yang
sama seperti saat ini, apakah ada penyakit lain sebelumnya dan juga jenis obat apa yang
pernah dikonsumsi sebelumnya (tanyakan penyakit atau keluhan yang serupa, darah
tinggi, kencing manis, asam urat, kolesterol tinggi, penyakit jantung dan pernah
pengobatan apa saja).
4. Riwayat penyakit keluarga: Apakah ada keluarga ayau kerabat dekat yang pernah
mengalami gangguan yang sama.
5. Riwayat sosial dan lingkungan: Pekerjaan, aktivitas sehari-hari, makan asin, makan
masakan tinggi lemak, merokok, minum alkohol, berolahraga rutin berapa kali.2

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kita pertama kali adalah untuk mengetahui keadaan umum ibu,
biasanya pada ibu DMG ibu akan tampak cemas, gelisah. Kesadaran untuk mengetahui

bagaimana tingkat kesadaran pasien. TTV (Tandatanda Vital) Untuk mengetahui keadaan
tekanan darah, suhu, nadi, respirasi sehubungan dengan keluhan yang dirasakan ibu.
Berat badan dan tinggi badan: Untuk mengetahui seberapa besar lonjakan kenaikan berat
badan ibu, hal ini sebagai pendeteksi utama untuk mengetahui ibu DM atau tidak, karena
kenaikan berat badan yang cepat akan menimbulkan komplikasi DMG.
Inspeksi yaitu melihat adanya lesi kulit atau tidak pada permukaan kulit. Dilihat juga ada
tidaknya atrofi kulit dan otot. Pada inspeksi dapat dilihat warna kulit juga.
Palpasi atau meraba bertujuan untuk mengetahui suhu tubuh dan untuk memeriksa
pulsasi a.dorsalis pedis, a.tibialis posterior apakah ada kelainan dalam hal sirkulasi atau tidak.
Dapat juga melakukan pemeriksaan sensibilitas dengan monofillament dan Babinsky refleks
untuk melihat ada tidaknya neuropati diabetik.
Pemeriksaan Ekstremitas: Ulkus diabetes mempunyai kecenderungan terjadi pada
beberapa daerah yang menjadi tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput metatarsal di
telapak, ujung jari yang menonjol (pada jari pertama dan kedua). Ulkus dapat timbul pada
malleolus karena pada daerah ini sering mendapatkan trauma.3

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan glukosa darah
Untuk glukosa darah puasa, pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pasien di ambil
darahnya. Yang kedua adalah pemeriksaan glukosa darah post prandial yaitu pasien
diberikan makanan seperti makanan yang biasanya dua jam sebelum diambil darahnya.4,5
Tes toleransi glukosa oral
Nilai rujukan kadar glukosa darah setelah pembebanan <140 mg/dL. Untuk diagnosis
DM kadar glukosa darah setelah pembebanan 200mg/dL.
Pemeriksaan kadar HbA1C
Menggambarkan keadaan glukosa darah 2 3 bulan setelah tes dilakukan. Untuk menilai
efek perubahan terapi 8 12 minggu sebelumnya. Nilai rujukan = 5 sampai 9 % Hb total.
Dianjurkan pemeriksaan 2 kali / tahun.
Pemeriksaan glukosa urin
Hanya dilakukan apabila pasien tidak mau melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan benda keton
Terutama dilakukan pada pasien DM tipe 2 yang terkendali buruk,koma dengan penyulit
akut,dengan gejala KAD,pasien hamil. Nilai rujukan =< 0,6 mmol/L darah,ketosis > 1
mmol/L darah. Indikasi KAD > 3 mmol/L darah.5

Diagnosis kerja
Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu keadaan intoleransi
glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi atau pertama kali ditemukan
pada saat kehamilan berlangsung. Gestational diabetes mempengaruhi 3 10% dari kehamilan,
tergantung pada populasi yang diteliti. Tidak ada penyebab khusus telah diidentifikasi, namun
diyakini bahwa hormon yang dihasilkan selama kehamilan meningkatkan ketahanan wanita
terhadap insulin, sehingga toleransi glukosa terganggu. Wanita dengan diabetes gestasional
berada pada peningkatan risiko diabetes melitus tipe 2 setelah kehamilan, serta memiliki insiden
yang lebih tinggi dari bagian pre-eclampsia dan cesar, keturunan mereka yang rentan terhadap
mengembangkan obesitas, diabetes tipe 2 di kemudian hari. Kebanyakan pasien diobati hanya
dengan modifikasi diet dan olahraga moderat tetapi beberapa anti-diabetes obat, termasuk
insulin.2
Keadaan ibu dan anak pada wanita DM hamil tergantung pada berat dan lamanya
perlangsungan penyakit. Klasifikasi Priscilla White terutama menitik beratkan pada umur saat
diketahuinya DM, lamanya mengidap DM dan adanya komplikasi vaskuler khususnya retinorenal. Klasifikasi ini awalnya digunakan untuk meramalkan prognosis

perinatal dan untuk

menentukan penanganan obstetrinya. Karena mortalitas perinatal menurun secara tajam pada
semua klasifikasi, maka sistem ini digunakan sampai sekarang terutama untuk menggambarkan
dan membandingkan populasi DM hamil. Klasifikasi White menekankan bahwa kerusakan
target organ khususnya mata, ginjal, jantung mempunyai akibat yang sangat berarti pada anak.
Klasifikasi DMG yang direkomendasikan oleh American College
Gynecologists pada tahun 1994 adalah klasifikasi sebagai berikut:

Table 1. Klasifikasi DM hamil menurut White1

of Obstetricians and

Class

Fasting Plasma
Glucose
A1
Gestational
< 105 mg/dL
A2
Gestational
> 105 mg/dL
Class Age of Onset (yr)
Duration (yr)
B
Over 20
< 10
C
10 - 19
10 -19
D
Before 10
> 20
F
Any
Any
R
Any
Any
H

Onset

Any

Any

2-hour postprandial
Glucose
< 120 mg/dL
> 120 mg/dL
Vascular Disease
None
None
Benign Retinopathy
Nephropathy*
Proliperative
retinopathy
Heart

Therapy
Diet
Insullin
Therapy
Insulin
Insulin
Insulin
Insulin
Insulin
Insulin

Selanjutnya Pyke dari Kings College Hospital London membuat klasifikasi yang
sederhana dimana DM hamil hanya dibagi atas tiga kelompok, yaitu:
1. Mereka yang DM diketahui saat hamil yang identik dengan DM gestasi.
2. DM pragestasi yang tanpa komplikasi atau dengan komplikasi ringan.
3. DM pragestasi yang disertai denngan komplikasi berat seperti nefropati, retiopati dan
penyakit jantung koroner.
Pada saat ini terdapat dua kriteria diagnosis yaitu American Diabetes Association (ADA)
dan kriteria diagnosis dari WHO. Skrining selektif seharusnya digunakan pada diabetes
gestasional seperti skrining diabetes pada umumnya.
Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut American Diabetes
Association (2005) dengan menggunakan:

Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam
kemudian. Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan tes
toleransi glukosa 3 jam atau 2 jam. Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan

wanita dengan diabetes gestasional.


Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100g beban glukosa (TTGO
3 jam pp) atau 75g (TTGO 2 jam pp) oral, kemudian diperiksa kadar gula darahnya
dengan hasil pada pasien normal:
Table 2 Tes toleransi glukosa oral (American Diabetes Association, 2005)6
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)
puasa
<95
Jam 1
<180
Jam 2
<155
Jam 3
<140
Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes

tersebut dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulang lagi pada usia kehamilan 34 minggu.
World Health Organization (WHO) merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan
tes beban glukosa oral 75 g. Diabetes gestasional didiagnosis bila:
Table 3 Tes Beban Glukosa Oral (WHO)6
Pemeriksaan

Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa

>126

Jam 2

>200

Gejala klinis
o
o
o
o
o
o
o
o

Melalui hasil tes laboraturium, kadar gula darahnya berlebihan


Cepat merasa haus terus menerus
Sering buang air kecil, terutama pada malam hari
Mudah lelah
Sering mual
Mengalami infeksi pada kandung kemih, vagina maupun kulit
Penglihatan agak kabur
Setelah melahirkan biasanya bayi yang dilahirkan berukuran besar (giant baby).7

Diagnosis banding
Diabetes diklasifikasikan sebagai Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus <IDDM>)
dan tipe 2. (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus <NIDDM>). Diabetes tipe 1 adalah kasus
genetik yang pada umumnya dimiliki sejak kecil dan memerlukan insulin dalam pengendalian
kadar gula darah. Diabetes tipe 2 dipengaruhi oleh keturunan dengan penyebabnya adalah
kurangnya penghasil insulin dalam tubuh dan tidak sensitif terhadap hormon insulin. Diabetes
tipe 2 adalah kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah. Insulin
sendiri adalah hormon yang membawa glukosa dari darah masuk se dalam sel-sel tubuh.
Diabetes adalah komplikasi umum dari kehamilan. Pasien dapat dipisahkan menjadi 2,
yaitu mereka yang sudah diketahui sebelumya menderita diabetes dan mereka yang didiagnosis
menderita diabetes saat sedang hamil (gestasional).5
Table 4 Perbandingan DM tipe 1 dan DM tipe 2 5
TIPE

DIABETES MELITUS TIPE 1

DIABETES MELITUS TIPE 2

Umur

Biasanya <40 tahun (tetapi tidak

Biasanya > 40 tahun (tetapi tidak

Keadaan klinik

selalu)
Berat

selalu)
Ringan

Kadar insulin saat di

Tidak ada insulin

Insulin cukup/tinggi

Biasanya kurus
Insulin, diet dan olahraga

Biasanya gemuk/normal
Diet, olahraga, tablet, insulin

diagnosis
Berat badan
Pengobatan

Etiologi
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan
jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Ternyata saat
hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi
insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal
terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance. Saat fungsi insulin dalam
mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal
inilah yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes gestasional. Selain
hal tersebut, ada beberapa faktor memperbesar terjadinya diabetes gestasional pada ibu-ibu

hamil. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah kegemukan, obesitas, tekanan darah tinggi,
pernah melahirkan bayi yang besar (lebih dari 4 kg), pernah melahirkan bayi yang cacat, pernah
mengalami diabetes gestasional sebelumnya, mempunyai keluarga yang menderita diabetes,
berasal dari suku bangsa tertentu (Afrika, latin, Asia, dan Amerika), dan hamil saat berusia diatas
30 tahun.7

Epidemiologi
Insidens DMG bervariasi antara 1,2 12%. Kepustakaan lain mengatakan 1 14%. Di
Indonesia insidens DMG berkisar 1,9 2,6%. Perbedaan insidens DMG ini terutama disebabkan
oleh karena perbedaan kriteria diagnosis

materi penyaringan yang diperiksa. Di Amerika

Serikat insidens kira-kira 4%.8


Kejadian DMG juga sangat erat hubungannya dengan ras dan budaya seseorang. Contoh
yang khas adalah DMG pada orang kulit putih yang berasal dari Amerika bagian barat hanya 1,52% sedangkan penduduk asli Amerika yang berasal dari barat daya Amerika mempunyai angka
kejadian sampai 15%. Pada ras Asia, Afrika, Amerika dan Spanyol insidens DMG sekitar 5-8%
sedangkan pada ras Kaukasia sekitar 1,5%.8

Patofisiologi
Diabetes melitus gestational terjadi pada 4% wanita hamil, dapat kambuh pada kehamilan
berikutnya, dan cenderung sembuh setelah melahirkan. Pada kehamilan terjadi resistensi insulin
fisiologi akibat peningkatan hormon-hormon kehamilan (human placental lactogen/ HPL,
progeteron, kortisol, prolaktin) yang mencapai puncaknya pada trisemester ketiga kehamilan.
Tidak berbeda dengan patofisiologi DMT 2, pada DMG juga terjadi gangguan sekresi sel beta
pancreas. Kegagalan sel beta ini dipikirkan karena beberapa hal diantaranya: 1) autoimun, 2)
kelainan genetik, dan 3) resistensi insulin kronik.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin,
disamping beberapa hormon lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat

lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari
keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara
fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak
mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin,
sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Resistensi insulin juga disebabkan adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol,
prolaktin dan plasenta laktogen. Kadar kortisol plasma wanita hamil meningkat dan mencapai 3
kali dari keadaan normal hal ini mengakibatkan kebutuhan insulin menjadi lebih tinggi, demikian
juga dengan human plasenta laktogen (HPL) yang dihasilkan oleh plasenta yang mempunyai
sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat diabetogenik.
Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Hormon tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas insulin. Hal ini patut
diperhitungkan dalam pengendalian diabetes. Pada DMG, selain perubahan perubahan fisiologi
tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah / fungsi insulin menjadi tidak optimal.
Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi
sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).9

Penatalaksanaan
Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan diabetes
dalam kehamilan.
Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang tinggi yang dapat
menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain monitoring, terapi diabetes
dalam kehamilan adalah :
1. Diet
Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama terapi
diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar glukosa darah,
dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah). Penderita diabetes

dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet 1200 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada
wanita diabetes gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30 Kkal/kg/hari.
Pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25
Kkal/kg/hari
Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari.
Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan kadar
glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan).8,9
2. Olahraga
Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes
gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi
kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa
darah.
3. Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis
yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda tanda perlu ditambah atau
dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association ketika
terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah
makan kadar gula darah < 120 mg/dL.10

Figure 1 Lokasi penyuntikan insulin pada wanita hamil


Terapi obat pengendali glukosa darah oral pada diabetes gestasional tidak
direkomendasikan oleh ADA karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang
pankreas janin, dan menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.10

Komplikasi
Masalah yang ditemukan pada bayi yang ibunya menderita diabetes dalam kehamilan
adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi besar > 4 kg), hipoglikemia (kadar gula darah
rendah), hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah), hiperbilirubinemia (bilirubun
berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat napas, dan kematian janin. Faktor maternal (pada ibu)
yang berkaitan dengan peningkatan angka kejadian makrosomia adalah obesitas, hiperglikemia,
usia tua, dan multiparitas (jumlah kehamilan > 4).7
Makrosomia memiliki risiko kematian janin saat dilahirkan karena ketika melahirkan,
bahu janin dapat menyangkut. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi
dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar gula darah berlebihan)
yang menyebabkan bayi menjadi hiperinsulinemia (kadar hormone insulin dalam tubuh janin
berlebihan).
Komplikasi yang didapatkan pada ibu dengan diabetes gestasional berkaitan dengan
hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko operasi caesar.10

Pencegahan
1. Mengurangi makanan manis yang berlebihan sebelum hamil maupun saat.
2. Menjaga jumlah asupan makanan terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar berat
badan tidak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan makanan.
3. Berolahraga dengan teratur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan hingga
sedang sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar dengan sendirinya.10

Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik bila terkontrol,
apalagi bila segera diberikan pengobatan oleh dokter, kehamilan dan persalinannya juga
ditangani dengan baik. Kematian sangat jarang terjadi, apabila penderita sampai meninggal
biasanya karena penderita sudah mengidap diabetes yang lama dan berat,terutama yang disertai
kompliksi pembuluh darah dan ginjal. Pada umumnya angka kematian perinatal diperkirakan

antara 10 15% dengan pengertian bahwa makin berat diabetes, maka makin buruk pula
prognosis perinatal.9

Kesimpulan
Ibu hamil dapat terkena diabetes mellitus gestasional, bisa disebabkan karena sebelum
hamil memang sudah terkena DM atau baru hami lalu terkena DMG karena gaya hidup. DMG
disebabkan karena hormone yang dihasilkan oleh plasenta menghambat kerja dari insulin,
sehingga kadar glukosa menjadi tinggi. Penggunaan obat pengendali glukosa darah pada
pengguna DM tipe lain sangat dikontraindikasikan karena dapat menembus plasenta. Untuk
penurunan glukosa darah dapat dilakukan diet dan olahraga secara teratur. Dapat juga diberikan
insulin eksogen untuk menurunkan kadar glukosa darah. Prognosisnya akan baik jika ditangani
dan terkontrol dengan baik juga.

Daftar pustaka
1.

Adam JMF, editor. Skrining diabetes mellitus pada kehamilan dalam:Endokrinologi


praktis. Diabetes mellitus, tiroid, hiperlipidemi. Ujung Pandang; PT. Organon .2004 hal.
105 13.

2.

Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;


2007.h.10-5.

3.

Hartono A. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Terjemahan. Lynn
SB. Bates guide to physical examination & history taking. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC;2009.h.81-7.

4.

Dutta DC. Gestational Diabetes. In : Konar H, editor. Text book of obstetrics including
perinatology and contracepcion. 4th ed. Calcutta : New central book agency (p)Ltd ;2005.
p. 301 2.

5.

Darmono. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Dalam : Noer HMS at al, eds.Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Balai penerbit FKUI. 2002. hal. 590
4.

6.

Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Ed. 3. Jakarta:Media Aesculapius


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.h77-9.

7.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5 th
ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.1952-65.

8.

Adam JMF. Diagnosis dan penatalaksanaan diabetes mellitus gestasional. Dalam : Noer
HMS at al, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Balai penerbit
FKUI.2007. hal. 675 80

9.

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2006.h.76-8.

10. Wiknjosastro

GH, Hudono ST. Penyakit endokrin Dalam : Wiknjosastro H Saifuddin AB,

Rachimhadhi T, editor. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2005. hal. 518 30.
11.

Anda mungkin juga menyukai