Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PROTEIN

DISUSUN OLEH :
1. ARZA LESTARI
2. HERZA JUMARTA
3. NABILA MEILIARANI
4. OKTA ANDRIYANI
5. SACHIAZAHRA BALQIS

PRODI : PROFESI NERS TK.2

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Nehru S.Kep,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam
keadaan sehat wal’afiat. Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada
Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa ummat-Nya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan
bagiummat-Nya.

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai” Protein “


karena protein merupakan makromolekul yang sangat penting bagi mahkluk hidup
sehingga penting untuk kita mengetahui apa itu protein dan apa fungsinya
sehingga dikatakan penting untuk mahkluk hidup khususnya manusia.

Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan


dan ilmu pengetahuan setelah membaca makalah ini. Saran dan kritik yang
membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan manusiasendiri.

Bengkulu, 14Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR................................................................................2

DAFTARISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang............................................................................................4

B. RumusanMasalah.......................................................................................5

C. ManfaatPenulisan......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN

A. DefenisiProtein...........................................................................................6

B. CiriMakromolekulProtein.........................................................................6

C. FungsiProtein................................................................................................8

D. Sumberprotein...........................................................................................10

E....................................................Akibat Kekurangan danKelebihanProtein


11

F.Lansia..............................................................................................................13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTARPUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Istilah protein berasal dari kata Yunani Proteos, yang berarti yang
utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia
belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein
adalah zat yang paling penting dalam setiaporganisme.
Protein adalah senywa organik yang molekulnya sangat besar dan
susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer dari alfa asam-asam
amino. Jadi, sebenarnya protein bukan merupakan zat tunggal, serta
molekulnya sederhana, tetapi masih merupakan asam amino. Oleh karena
protein tersusun atas asam-asam amino, maka susunan kimia mengandung
unsur-unsur seperti terdapat pada asam-asam amino penyusunnya yaitu C, H,
O, N dan kadang-kadang mengandung unsur-unsur lain, seperti misalnya S, P,
Fe, atauMg.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya
ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh
didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua
enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks
interseluler dan sebagainya protein. Disamping itu asam amino yang
membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim,
hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untukkehidupan.
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat
gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting perananya dalam
makhluk hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi
ke dalam dua kelompok besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai
mesin yang bekerja pada tingkatmolekular.
B. RumusanMasalah
Adapun masalah dari latar belakang diatas yaitu
1. Apa defenisi protein?
2. Apa ciri molekul protein?
3. Jelaskan fungsi protein?
4. Jelaskan pencernaan dan metabolisme protein?
5. Jelaskan sumber-sumber protein?
6. Jelaskan akibat kekurangan dan kelebihan protein?
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu agar mahasiswa:
1. Dapat mengetahui defenisiprotein.
2. Dapat mengetahui ciri molekulprotein.
3. Dapat mengetahui Fungsiprotein.
4. Dapat mengetahui Pencernaan dan metabolisme protein.
5. Dapat mengetahui Sumberprotein.
6. Dapat mengetahui Akibat kekurangan dan kelebihanprotein.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DefenisiProtein
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang
palingutama”) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi
yangmerupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkansatu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon,hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta
fosfor. Proteinberperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk
hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein
lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein
yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem
kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon,
sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara.
Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino
bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut
(heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain
polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama
makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling
banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh JÃ’ns Jakob Berzelius
pada tahun 1838.
B. Ciri MakromolekulProtein
Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusundari sejumlah L-
asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptide, bobot molekul tinggi.
Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan
tertentu dan bersifat turunan. Rantai polipeptida sebuah molekul protein
mempunyai satu konformasi yang sudah tertentu pada suhu dan pH normal.
Konformasi ini disebut konformasi asli, sangat stabil sehingga memungkinkan
protein dapat diisolasi dalam keadaan konformasi aslinya itu.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein
lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein
yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem
kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon,
sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara.
Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino
bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut
(heterotrof).
Semua jenis protein terdiri dari rangkaian dan kombinasi dari 20 asam
amino. Setiap jenis protein mempunyai jumlah dan urutan asam amino yang
khas. Di dalam sel, protein terdapat baik pada membran plasma maupun
membran internal yang menyusun organel sel seperti mitokondria, retikulum
endoplasma, nukleus dan badan golgi dengan fungsi yang berbeda-beda
tergantung pada tempatnya.
1. Berat molekulnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu
makromolekul.
2. Susunan kimia yang khas, Setiap protein individual merupakan senyawa
murni
3. Umumnya terdiri atas 20 macam asam amino. Asam amino berikatan
(secara kovalen) satu dengan yang lain dalam variasi urutan yang
bermacam-macam, membentuk suatu rantai polipeptida. Ikatan peptida
merupakan ikatan antara gugus α-karboksil dari asam amino yang satu
dengan gugus α-amino dari asam amino yanglainnya.
4. Terdapatnya ikatan kimia lain, yang menyebabkan terbentuknya
lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi
protein. Sebagai contoh misalnya ikatan hidrogen, ikatan hidrofob (ikatan
apolar), ikatan ion atau elektrostatik dan ikatan Van DerWaals.
5. Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti ph, radiasi,
temperatur, medium pelarut organik, dandeterjen.
6. Umumya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping
yang reaktif dan susunan khas strukturmakromolekulnya.
C. FungsiProtein
1. Sebagai biokatalisator (enzim). Protein yang paling bervariasi dan
mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang mempunyai aktivitas
katalis, yakni enzim. Hampir semua reaksi kimia biomolekul organik
didalam sel dikatalis oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim , masing-
masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan
dalam berbagai bentukkehidupan.

2. Sebagai protein transport contohnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam


eritrosit, mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Ion besi diangkut
dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan dalam hati sebagai
kompleks denganferitin.
3. Protein transport didalam plasma darah mengikat dan membawa molekul
atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain. Hemoglobin pada sel darah
merah mengikat oksigen ketika darah melalui paru-paru, dan membawa
oksigen ke jaringan periferi. Plasma darah mengandung lipo protein. Yang
membawa lipid dari hati ke organ lain. Protein transport lain terdapat
didalam membran sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan
membawa glukosa, asam amino dan nutrien lain melalui membran menuju
kedalamsel.
4. Sebagai pengatur pergerakan. Protein merupakan komponen utama daging.
Gerakan otot terjadi karena ada dua molekul (aktin dan miosin) protein yang
salingbergeseran.
5. Sebagai penunjang mekanis. Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang
disebabkan adanya kolagen. Pada persendian ada elastin. Pada kuku, bulu
rambut ada proteinkeratin.
6. Sebagai media perambatan impuls saraf. Protein ini biasanya berbentuk
reseptor misalnya rodopsin suatu protein yang bertindak sebagai reseptor
atau penerima warna atau cahaya pada sel-selmata.
7. Protein Nutrien dan Penyimpan. Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein
nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio tanaman, terutama
protein biji dari gandum, jagung danberas.
8. Protein Pengatur. Beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler
atau fisiologi. Terdapat sejumlah hormon, seperti insulin, yang mengatur
metabolisme gula dan kekurangannya, hormon pertumbuhan dari pituitary
dan hormon paratiroid, yang mengatur transport Ca++ dan fosfatjuga.
D. Sumberprotein
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang.
Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan
tahu, serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein
nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi. Bahan makanan
nabati yang kaya akan protein adalah kacang-kacangan. Sumber protein untuk
manusia ada 2, yaitu :
1. Sumber proteinhewani.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik,
dalam jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani dapat berbentuk
daging dan alat-alat dalam seperti hati, pankreas, ginjal, paru, jantung,
jeroan, susu, telur dan ikan. Ayam dan jenis burung lain merupakan
sumber protein yang berkualitasbaik.
2. Sumber proteinnabati.
Sedangkan protein nabati terdapan dalam biji-bijian, kacang-
kacangan dan gandum. Satu gram protein mampu menghasilkan energi 4,1
kalori.
E. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein
1. Akibat KekuranganProtein
- Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein-Keratin)
- Yang paling buruk ada yang disebut Kwasiorkor, penyakit kekurangan
protein. Biasanya pada anak-anak kecil penderitanya, dapat dilihat dari
yang namanya busung lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam
pembuluh darah sehingga menimbulkan odema terutama pada perut, kaki
dan tangan. Gejalanya adalah pertumbuhan terhambat otot-otot berkurang
dan melemah, edema, muka bulat seperti bulan dan gangguan psikomotor,
anak apatis, tidak ada nafsu makan tidak gembira dan suka merengek. Kulit
mengalami depigmentasi, kering, bersisik, pecah-pecah, dan dermatosis.
Luka sukar sembuh, rambut mengalami depigmentasi menjadi lurus ,
kusam, halus, dan mudah rontok, hati membesar dan berlemak dan sering
disertaianemia.
- Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berakibat
kematian. Meramus pada umumnya merupakan penyakit pada bayi (dua
belas bulan pertama). Meramus adalah penyakit kelaparan, gejalanya
adalah pertumbuhan terhambat, lemak dibawah kulit berkurang, serta otot-
otot berkurang dan melemah. Tidak ada edema tetapi, kadang-kadang
terjadi perubahan pada kulit, rambut dan pembesaran hati. Sering terjadi
gastroenteritis yang diikuti oleh dehidrasi, infeksi saluran pernapasan,
tuberkolosis, cacingan berat dan penyakit kronis lain. Meramus sering
mengalami defisiensi vitamin D dan vitaminA.
2. Akibat Kelebihanprotein
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan
yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan
obesitas. Kelebihan protein dapat menimbulkan masalah lain terutama pada
bayi. Kelebihan asam amino akan memberatkan ginjal dan hati yang harus
memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein
akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah,
kenaikan ureum darah, dandemam,
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan
yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan
obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan
berat badan kurang beralasan. Kelebihan dapat menimbulkan masalah lain,
terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati
yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihannitrogen.
Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare,
kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini dilihat
pada bayi yang diberi susu skim atau formula dengan konsentrasi tinggi,
sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/kg BB. Batas yang dianjurkan
untuk konsumsi protein adalah dua kali angaka kecukupan gizi (AKG)
untukprotein.
F .LANSIA
Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang
bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan
normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2010).
Lanjut usia merupakan dua kesatuan antara fakta sosial dan biologi, sebagai suatu fakta sosial,
lansia merupakan suatu proses penerikan diri dari berbagai status dalam sautu struktur
masyarakat. Baik itu secara fisik maupun kesehatan
Jenis-Jenis Lanjut Usia
Jenis-jenis lanjut usia dapat dibedakan menjadi lima (Notoatmodjo, 2010)
adalah sebagai berikut :
a) Pra Lansia
b) Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c) Lansia risiko tinggi ,Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
d) Lansia Potensial ,Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang
masih dapat menghasilkan barang atau jasa.
e) Lansia tidak Potensial ,Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Marwani, A. 2011).

Sementara menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) menjelaskan


bahwa lanjut usia meliputi :
a) usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b) usia lanjut (eldery) yakni antara 60-74 tahun
c) usia lanjut tua (old) yakni 75-90 tahun; dan
d) usia sangat tua (very old) yakni di atas 90 tahun.

Tipe Lansia
Tipe lasia dapat dibedakan menjadi lima (A. Syrifuddin, 2014:10)
adalah sebagai berikut :
a) Tipe konstruktif adalah lansia yang tidak banyak mengalami gejolak atau perubahan
emosional dan psikisnya. Tipe ini berintegritas baik, dapat menikmati hidup, tolerasi
tinggi, humoris, tenang dan mantap sampai tua
b) Tipe ketergantungan adalah tipe yang dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, tidak
berambisi dan tidak berinisiantif. Tipe ini suka makan, suka berlibur, dan dikuasai oleh
istrinya
c) Tipe defensif atau bertahan adalah tipe yang cenderung menolak bantuan orang lain,
emosi tidak control, selalu memegang teguh pada kebiasaan, jenis tipe ini sering
mempertahankan kehidupannya dan menyenangin masa pension.
d) Tipe bermusuhan (Hostility) adalah lansia yang merasa orang lain menjadi penyebab
kegagalan, selalu mengelu, dan takut mati, curiga pada yang mudah, serta agresif.
e) Tipe membenci atau menyalahkan diri adalah suka menyalahkan diri, tidak berambisi dan
terjadinya penurunan sosioekonomi, merasa menjadi korban, sulit dibantu sama orang
lain atau cenderung membuat susah sendiri.

Perubahan Fisiologi Lansia


Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuanjaringan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsinormalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas atau kerusakanyang diderita.Proses menua dipengaruhi oleh faktor
eksogen dan endogen yang dapat menjadi faktor risiko 7 penyakit degeneratif yang dimulai sejak
usia muda atau produktif, namun bersifat subklinis (Fatmah, 2010).
Beberapa perubahan anatomi dan fisiologis tubuh meliputi sistem organ kulit pada
lansia, terjadi penurunan epidermal 30-50% dan penurunan kecepatan pergantian stratum
korneum menjadi dua kali lebih lama dibandingan orang muda. Selain itu, terjadi penurunan
respon terhadap trauma di kulit, penurunan proteksi kulit, penurunan produksi vitamin D,
penurunan fungsi sebum, serta penurunan jumlah sel melanosit yang aktif .
Lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis pada rongga mulut sehingga
mempengaruhi proses mekanisme makanan. Perubahan dalam rongga mulut yang terjadi pada
lansia mencakup tanggalnya gigi, mulut kering, dan penurunan motilitas esophagus. Penurunan
fungsi sistem pencernaan pada lansia yaitu fungsi fisiologis pada rongga mulut akan
mempengaruhi proses mekanisme makanan. Pada lansia, mulai banyak gigi yang tanggal serta
terjadi kerusakan gusi karena proses degenerasi. Kedua hal ini sangat mempengaruhi proses
pengunyahan makanan. Lansia mengalami kesulitan untuk mengkonsumsi makanan
berkonsistensi keras. Kelenjar saliva sukar untuk disekresi yang mempengaruhi proses perubahan
karbohidrat kompleks menjadi disakarida karena enzim ptyalin menurun (Fatmah, 2010).
Lansia mengalami penanggalan gigi akibat hilangnya tulang penyokong periosteal dan
periodontal, sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam mencerna makanan (Boedhi-
Darmojo, 2010). Fungsi lidah sebagai pelican pun berkurang sehingga proses menelan terganggu.
Fungsi pengecapan juga mengalami penurunan karena papila pada ujung lidah berkurang,
terutama untuk rasa asin.Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia yang melakukan olahraga
secara teratur tidak mengalami kehilangan massa otot dan tulang sebanyak lansia yang inaktif.
Kelenturan, kekuatan otot, dan daya tahan sistem muskuloskeletal pada lansia akan
berkurang, namun pengurangan tersebut tidak ditemukan pada lansia yang sering menggerakan
tubuhnya. Lansia mengurangi aktivitas fisik seiring dengan 8 pertambahan usia. Penurunan
sistem muskuloskeletal pada lansia dapat memburuk diakibatkan penyakit seperti osteoartritis,
reumatik, dan penyakit yang menyerang sistem muskuloskeletal pada lansia (Fatmah, 2010).
Kebutuhan Protein Pada Lansia
Protein dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun dan pemeliharaan sel. Pemeliharaan
protein yan g baik untuk lansia sangat penting karena sintesis protein di dalam tubuh fungsinya
sudah menurun pada lansia dan banyak terjadi kerusakan sel. Kebutuhan protein untuk lansia
USA ditentukan sebesar 0.8 gr/kgBB/hari.
Pada lansia yang sakit, kebutuhan dapat meningkat menjadi 1,5 gr/kgBB/hari untuk dapat
mempertahankan keseimbangan nitrogen. Keadaan peningkatan kebutuhan protein karena terjadi
katabolisme jaringan (penurunan massa otot) serta adanya penyakit baik yang akut maupun yang
kronik (Boedhi-Darmojo, 2010) Pada masa lansia terjadi penurunan berbagai fungsi sel seiring
dengan bertambahnya usia.
Akibatnya adalah kemempuan sel untuk mencerna protein jauh 11 lebih menurun
dibandingkan yang bukan lansia, sehingga secara keseluruhan akan terjadi penurunan kebutuhan
asupan protein yang akan terjadi pada semua lanjut usia. Hal ini disebabkan oleh penurunan
fungsi tubuh yang terjadi secara alamiah dan tidak dapat dihindari (Fatmah, 2010).

Hubungan pola makan protein nabati dengan kejadian diabetes


mellitus pada lansia
Sebagian besar lansia dengan frekuensi pola makan protein nabati jarang
(<3x/hari) dengan DM sebesar (62,7%). Makanan sumber proteindibagi menjadi dua, yaitu
sumberprotein nabati dan sumber protein hewani. Protein nabati adalah protein yang
didapatkan dari sumber – sumber nabati. Sumber protein nabati yang baik dianjurkan
untuk dikonsumsi adalah dari kacang - kacangan, di antaranya adalah kacang kedelai
(termasuk produk olahannya, seperti tempe, tahu, susu kedelai dan lainlain), kacang hijau,
kacang tanah, kacang merah dan kacang polong .
Selain berperan membangun dan memperbaiki sel-sel yang sudah rusak,konsumsi
protein juga dapat mengurangi atau menunda rasa lapar sehingga dapat menghindarkan
penderita diabetes dari kebiasaan makan yang berlebihan yang memicu timbulnya
kegemukan. Makanan yang berprotein tinggi dan rendah lemakdapat ditemukan pada ikan,
daging ayam bagian paha dan sayap tanpa kulit, daging merah bagian paha dan kaki, serta
putih telur .Sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi dan memiliki persentase
paling tinggi adalah temp sebanyak 105 responden (63,7%) dengan frekuensi tiga kali
seharisebesar (45,5%). Hal ini dikarenakanmpe mudah didapat dan harganyaterjangkau
oleh seluruh lapisanmasyarakat. Dalam satu potong tempe URT (25 g) mengandung (3,2 g)
karbohidrat, protein (20,8 g), dan lemak (8,8 g).
Menurut Suyono (2007), berkurangnya aktivitas insulin pada diabetes dapat
menghambat sintesis protein. Hasil secara statistik menunjukkan ada hubungan antara pola
makan protein nabati dengan kejadian DM dengan p-value 0,002 dan OR 2.737. Artinya
lansia yang mengonsumsi protein nabati jarang (<3x/hari) memiliki risiko 3 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan lansia yang mengonsumsi protein nabati sering ( >3x/hari).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kunthi
Wandansari(2013) tentang hubungan pola makan dengan dan aktivitas fisik dengan
kejadian diabetes mellitus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, mengatakan bahwa tidak ada
hubungan antara pola makan mengonsumsi karbohdirat, konsumsi protein hewani,
konsumsi protein nabati, konsumsi buah-buahan, konsumsi makanan jajanan, konsumsi
fast food dengan kejadian DM tipe 2 sedangkan yang berhubungan dengan kejadian DM
adalah variabel aktivitas fisik. Protein merupakan sumber asam amino yang dibutuhkan
tubuh untuk proses pertumbuhan serta sumber energi bersama karbohidrat dan lemak.
Protein terdiri dari 2 jenis yaitu protein hewani dan protein nabati.
Protein nabati adalah protein yang didapatkan dari sumber-sumber nabati. Sumber
protein nabati yang baik dianjurkan untuk dikonsumsi adalah dari kacangkacangan, di
antaranya adalah kacang kedelai (termasuk produk olahannya, seperti tempe, tahu, susu
kedelai dan lainlain), kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan kacang polong Pada
masyarakat Indonesia sumber utama protein berasal dari jenis nabati yang bersumber pada
beberapa kacang-kacangan karena mudah didapat dan harganya relatif murah. Fungsi
utama protein adalah untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak.
Protein akan digunakan sebagai sumber energi apabila ketersediaan energi dari
sumber lain yaitu karbohidrat dan lemak tidak mencukupi melalui proses glikoneogenesis.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Almatsier (2003) dan Djojosoebagio
(1996) bahwa pencernaan protein menghasilkan asam amino dan sebagian besar asam
amino digunakan untuk pembangunan protein tubuh. Bila tidak tersedia cukup karbohidrat
dan lemak untuk kebutuhan energi maka sebagian dari asam amino dipecah melalui jalur
yang sama dengan glukosa untuk menghasilkan energi. Hal tersebut juga dikemukakan
oleh: Asdie (2000) bahwa pada pengidap diabetes yang tidak terkendali protein tubuh akan
dipecah menjadi asam amino yang akan digunakan sebagai substrat untuk proses
glikoneogenesis sehingga kadar glukosa darah pengidap diabetes semakin meningkat.
Almatsier (2003), protein dalam jumlah yang berlebihan akan diubah menjadi lemak dan
disimpan dalam tubuh yang juga akan menjadi substrat untuk proses glikoneogenesis.

Hubungan pola makan protein hewani


dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia

Sebagian besar lansia dengan frekuensi pola makan protein hewani (>3x/hari)
dengan DM sebesar (62,7%). Sumber protein hewani yangpaling sering dikonsumsi dan
memilikim persentase paling tinggi adalah telur ayam sebanyak 103 responden (62,42%)
dengan frekuensi empat kali perminggu sebesar (27,3%). Hal ini dikarenakan responden
merasa terlalu mahal jika membeli daging sapi maupun ayam, sebagai gantinya maka
esponden mengonsumsi telur ayam. Dalam satu butir telur ayam terdapat (0,77 g)
karbohidrat, lemak (9,94 g), dan (12,58 g) protein .
Asupan protein sebesar 0,8 g/kg BB ideal dapat mempertahankan protogenesis,
dengancatatan 50% daripadanya harus berasal dari protein hewani.Hasil secara statistik
menunjukkan adanya hubungan antara pola makan protein hewani dengan kejadian DM
pada lansia dengan pvalue sebesar 0.001 (p-value <0.005), dengan nilai OR = 2.869.
Artinya lansia yang memiliki pola makan protein hewani sering >3x/harimempunyai
peluang risiko 3 kali lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus dibanding dengan
lansia yang memiliki pola makan protein hewanijarang <3x/hari.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Tri Lasmawati (2013) tentang
hubungan asupan energy, protein dan zinc terhadap kadar gula darah pasien DM Tipe 2 di
Klub Persadia RSU Santo Antonius Kota Pontianak menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara asupan energy, protein dan zinc terhadap kadar gula darah pasien DM
Tipe 2 di Klub Persadia RSU Santo Antonius Kota Pontianak.Selain berperan
membangun dan memperbaiki sel-sel yang sudah rusak, konsumsi protein juga dapat
mengurangi atau menunda rasa lapar sehingga dapat menghindarkan penderita diabetes
dari kebiasaan makan yang berlebihan yang memicu timbulnya kegemukan. Makanan
yang berprotein tinggi dan rendah lemak dapat ditemukan pada ikan, daging ayam bagian
paha dan sayap tanpakulit, daging merah bagian paha dan kaki, serta putih telur.

A. Asuhan keperawatan
a.Pengkajian Keperawatan

1. Konsep Proses Keperawatan Demensia


a. Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat professional
harus menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini
adalah proses pemecahan masalah yang mengarah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pengkajian langkah pertama
pada proses keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisis data
dan menghasilkan diagnosis keperawatan. Tujuan pengkajian :
a. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri
b. Melengkapi dasar rencana perawatan individu
c. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
d. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab

Pengkajian meliputi aspek :


1. Fisik
a. Wawancara :
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
2) Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
4) Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi,
penglihatan, dan pendengaran
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang
air besar/kecil
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut
usia
7) Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan
8) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara
kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat
9) Masalah seksual yang dirasakan

b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan fungsi system tubuh
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan
fisik adalah head to toe (dari ujung kepala
sampai ke ujung kaki) dan system tubuh

2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya
ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan
kemampuan dalam penyelesaian masalah.
3. Social-ekonomi
a. Sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu
luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap
lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang
lain diluar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya
dengan fasilitas yang ada.

4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif
dalam kegiatan keagamaan
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah
apakah dengan berdoa
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakkal

Pengkajian dasar
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat
mendasar pada psoses menua yang meliputi seluruh organ tubuh,
dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan
pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap
fungsi semua system, status gizi, dan aspek psikososialnya.
1. Temperature/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Denyut nadi
a. Kecepatan, irama, volume
b. Apical, radial, pedal
3. Respirasi (pernapasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman
b. Pernapasan tidak teratur
4. Tekanan darah
a. Saat berbaring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memori (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial

System persarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
a. Jangan diuji didepan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinnitus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri

System Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema

System Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Asupan diet
3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
4. Mengunyah, menelan
5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi

System Genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)
2. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat
menahan untuk buang air)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Dysuria
6. Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas
seksual

Sistem Kulit
1. Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
Psikososial
1. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan
2. Focus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih saying yang
berlebihan.(Nugroho, 2008)

Penatalaksanaan
Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
1. Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran,
kuning telur, margarin, kacang-kacangan, minyak sayur,
bias menurunkan resiko demenisa alzheimer. Vitamin c
dapat mengurani radikal bebas (mis. Sayuran, stroberi,
melon, tomat, brokoli).

Terapi non-farmakologi meliputi :


1. Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga.
2. Program harian untuk pasien.
3. Istirahat yang cukup.
4. Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas.
5. Validasi/rehabilitasi/reminiscence.
6. Terapi music.
7. Terapi rekreasi.
(Nugroho, 2008).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan :
1) Perasaan tidak berdaya.
2) Gangguan status kesehatan psikososial.
3) Tidak ada persiapan untuk masuk ke rumah sakit.
4) Perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari.
5) Menurunnya status kesehatan fisik, gangguan sensori.
6) Kurangnya system dukungan yang adekuat.
b. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan :
1) Kurangnya pendidikan tentang keamanan.
2) Riwayat trauma terdahulu.
3) Kurangnya penglihatan.
4) Ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya dalam
lingkungan.
5) Disorientasi, bingung, gangguan dalam pengambilan
keputusan.
6) Kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak
terkoordinasi, aktivitas kejang.
c. Perbahan proses pikir berhubungan dengan :
1) Perubahan fisiologis (degenarasi neuron ireversibel).
2) Kehilangan memori/ingatan.
3) Konflik psikologis.
4) Gangguan penilaian.
d. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan :
1) Pembatasan lingkungan secara terapeutik (isolasi,
perawatan intensif, tirah baring).
2) Pembatasan lingkungan social (institusional, panti jompo),
stigma (gangguan jiwa, keterbelakangan mental).
3) Perubahan persepsi, transmisi dan/atau integrasi sensori
(penyakit neurologis, tidak berkomunikasi, gangguan
tidur, nyeri).
4) Stress psikologis (penyempitan pandangan perseptual
disebabkan kecemasan).
5) Gangguan kimiawi (endogen, eksogen).

e. Perubahan pola tidur berhubungan dengan :


1) Perubahan lingkungan.
2) Perubahan sensori.
3) Tekanan psikologis, kerusakan neurologis.
4) Perubahan pola aktivitas.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan :
1) Gangguan kemampuan untuk pindah atau mobilitas.
2) Intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan dan
kekuatan.
3) Penurunan kognitif, keterbatasan fisik.
4) Frustasi atas kehilangan kemandiriannya, depresi.
g. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan :
1) Perubahan sensori.
2) Kerusakan penilaian dan koordinasi
3) Agitasi.
4) Mudah lupa, kemunduran hobi.
h. Perubahan pola eliminasi urinarius atau
konstipasi/inkontinensia berhubungan dengan :
1) Disorientasi.
2) Kehilangan fungsi neurologis/tonus otot.
3) Ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar
mandi/mengenali kebutuhan.
4) Perubahan diet atau pemasukan makanan.
i. Ketidakefektifan koping keluarga : menurun atau tidak mampu
berhubungan dengan :
1) Tingkah laku klien yang tidak menentu (terganggu).
2) Keluarga berduka karena ketidakberdayaan menjaga orang
yang dicintai.
3) Perkembangan penyakit.
4) Hubungan keluarga sangat ambivalen.(Kushariyadi,
2010).

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan


berlebihan sehubungan dengan kebutuhan fisik, pola hidup monoton, keyakinan
budaya

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik


iv
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RASIONAL
TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI
(NOC) KEPERAWATAN (NIC)
1. Setelah diberikan intervensi NIC: Monitor Nutrisi
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan
keperawatan selama ... x ... jam, Aktivitaskeperawatan :
tubuh berhubungan dengan masukan
diharapkan pasien mampu Observasi : 1. Untuk mengetahui
berlebihan sehubungan dengan
menunjukkan : adanya alergi atau
kebutuhan fisik, pola hidup monoton,
1. Kaji adanya alergi
keyakinan budaya makanan. tidak.
NOC : Status Nutrisi 2. Untuk mengetahui

 Dipertahankanpada.... 2. Monitor adanya penurunan adanya penurunan


ditandai dengan:
BB. BB atau tidak.
 Ditingkatkanpada......
a. Nafsu makan berkurang.
 1 = sangat menyimpang dari 3. Monitor adanya
b. BB kurang dari 10- 20% ideal
rentang normal 3. Untuk melihat
untuk tinggi dan bentuk tubuh. tanda-tanda
 2 = banyak menyimpang dari keadaan umum
c. Terdapat tanda- tanda rentang normal kekurangan
tanda-tanda
malnutrisi: konjungtiva an-  3 = cukup menyimpang dari nutrisi.
rentang normal kekurangan nutrisi
anemis, kurus, lemas, mukosa
 4 = sedikit menyimpang dari 4. Monitor intake nutrisi klien. klien.
bibir kering, dan penurunan
rentang normal
5. Beri informasi pada klien
berat badan secara cepat.
 5 = tidak menyimpang dari pentingnya nutrisi. 4. Untuk mengetahui
rentang normal
perkembangan nafsu

Dengan kriteria hasil : 6. Beri klien makanan dalam makan klien.


a. Adanya peningkatan BB keadaan hangat.

sesuai dengan tujuan. 5. Agar klien mengetahui


b. BBI dalam batas normal pentingnya nutrisi
7. Anjurkan pada klien makan
sesuai tinggi badan. dengan porsi sedikit tapi untuk tubuh.
sering.
c. Menunjukan diet yang baik
dan seimbang.
8. Anjurkan pada klien untuk
d. Mampu memenuhi kebutuhan 6. Makanan hangat
mengidentifikasi nutrisi dengan dapat mengurangi
menghabiskan makan
kebutuhan nutrisi. porsinya. rasa mual saat makan.
7. Makan terlalu banyak
e. Tidak ada tanda-tanda
karena akan
malnutrisi.
merangsang rasa
mual.
8. Supaya asupan
nutrisi klien
terpenuhi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RASIONAL
TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI
(NOC) KEPERAWATAN (NIC)
2. Setelah diberikan intervensi NIC : Peningkatan Mekanika
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
Tubuh
a. Mengeidentifikasi
dengan kelemahan fisik
Aktivitaskeperawatan :
kekuatan otot,
Observasi :
keperawatan selama ... x ... jam, kelmahan motorik.
a. Kaji kemampuan klien
diharapkan pasien mampu
Ditandai dengan : dalam mobilisasi,
menunjukkan : b. Mengetahui kerusakan
kemampuan motorik.
yang menghambat
NOC : Ambulasi b. Kaji luasnya kerusakan mobilisasi.
 Dipertahankanpada.... c. Latihan ROM
secara teratur.
 Ditingkatkanpada...... meningkatkan massa
c. Ajarkan klien untuk
 1 = sangat terganggu otot, kekuatan otot,
melakukan ROM
 2 = banyak terganggu perbaikan fungsi
minimal 4x perhari
 3 = cukup terganggu jantung dan pernapasan.
bila mungkin.
 4 = sedikit terganggu
 5 = tidak terganggu d. Mencegah kontraktur
Dengan Kriteria Hasil : fleksi bahu, edema, dan
a. Tidak mampu menggerakan d. Anjurkan pasien
a. Mempertahankan fleksi pada pergelangan.
tangan dan kaki bagaimana merubah
keutuhan tubuh secara posisi. Bila klien
b. Tidak mampu memenuhi
optimal seperti tidak e. Daerah yang tertekan
kebutuhan ADL ditempat tidur, lakukan
adanya kontraktur mudah sekali terjadi
c. Adanya tindakan untuk
b. Mempertahankan kekuatan trauma.
hemiplegia/ hemiparese meluruskan postur
fungsi tubuh secara tubuh.
d. Tonus otot kurang
optimal f. Membantu
e. Kekuatan otot kurang  Gunakan papan kaki.
c. Mendemonstrasikan mencegah
 Ubah posisi setiap 2
teknik perilaku melakukan jam. kerusakan kulit.
aktivitas
d. Mempertahankan e. Observasi daerah yang
g. Membantu
integritas kulit tertekan, termasuk
memperlancar sirkulasi
e. Kebutuhan ADL warna, edema atau
darah.
terpenuhi tanda lain gangguan
sirkulasi.
f. Inspeksi kulit
terutama pada
daerah tertekan,
beri bantalan lunak.

g. Lakukan massage
pada daerah tertekan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
- protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima
ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino
yang terikat satu sama lain dalam ikatanpeptida.
- Penggolongan protein berdasarkan bentuknya yaitu 1) protein globular, 2)
protein serabut (fibrous). Dan struktur protein terdiri ; protein primer, protein
sekunder, protein tersier, dan proteinkuartener.
- Fungsi protein antara lain ; Sebagai biokatalisator (enzim, Sebagai protein
transport, Sebagai pengatur pergerakan, Sebagai penunjang mekanis,
Pertahanan tubuh dalam bentuk antibodi, Sebagai media perambatan impuls
saraf, Sebagai pengendalian pertumbuhan. Dan pencernaan protein, yaitu dari
mulut, lambung, dan usus halus. Metabolisme protein terdiri dari absorpsi dan
transportasi protein, katabolisme protein, dan anabolismeprotein.
- Kekurangan protein menyebabkan ; Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari
97-100% dari Protein -Keratin), Kwasiorkor, Hipotonus, gangguan
pertumbuhan, hati lemak, marasmus dan berkibat kematian. Dan kelebihan
protein menyebabkan ; akan memberatkan ginjal dan hati yang harus
memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan
menimbulkan asidosis, obesitas, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah,
kenaikan ureum darah, dandemam.
B. Saran
Sebaiknya dalam mengkonsumsi makanan tidak hanya yang
mengandung protein saja tapi juga unsur yang lain harus dipenuhi agar dapat
seimbang sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Sloane, Ethel. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran (EGC),2003.
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Murray, Robert K. Daryl K. Granner. Victor W. Radwell. Biokimia Harper Edisi
27.Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran (EGC), 2009.

file:///C:/Users/HENI/Downloads/KTI-%20YOHANA%20SELAN.pdf

file:///C:/Users/HENI/Downloads/66-123-1-SM.pdf

iv

Anda mungkin juga menyukai