Oleh :
1
2
3
25010110120037
25010110120038
25010110120039
PENDAHULUAN
Semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan gula agar dapat bekerja dengan normal.
Gula dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan bantuan hormon insulin. Jika jumlah insulin
dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak memberikan respon terhadap insulin
(resisten terhadap insulin), maka akan terjadi penumpukan gula di dalam darah. Hal inilah
yang terjadi pada pasien diabetes melitus. Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai
penyakit kencing manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh: ketidakmampuan
organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh
tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau
gabungan dari kedua hal tersebut. Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan
terjadi peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia
yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh
kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
mengontrol kadar glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus. Diabetes mellitus dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu: Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan
oleh kurangnya produksi insulin oleh pancreas, diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh
resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif, diabetes
gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat kehamilan.
Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 1-2% diantaranya
akan menderita diabetes gestasional. Kemungkinan diabetes yang dialami ibu yaitu, Ibu
tersebut memang telah menderita Diabetes Mellitus sejak sebelum hamil atau si ibu
mengalami penyakit tersebut saat hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Diabetes Gestasional adalah diabetes yang terjadi pada ibu hanya selama kehamilan.
Penyakit ini terjadi pada saat kehamilan akibat perubahan hormone dalam tubuh ibu hamil
sehingga meningkatkan resistensi hormone insulin. Hormon insulin adalah suatu zat yang
memproses gula yang beredar di dalam darah untuk di metabolism dalam bentuk yang mudah
di manfaatkan tubuh. Ketika hormone tersebut berkurang, gula yang berasal dari makanan
dan yang di produksi oleh tubuh akan bertumpuk dalam aliran darah. Jika penumpukan ini
melebihi ambang batas ( misalnya diatas 240 g/dL ), maka orang tersebut akan dikatakan
mengalami diabetes mellitus.
Definisi diabetes mellitus gestational (GDM) menurut World Health Organization
(WHO) dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh American Diabetes Association
(ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang
mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan. Estimasi kasus diabetes
mellitus berdasarkan prevalensi global pada tahun 1995 adalah kira-kira 135 juta orang
manakala projeksinya ke tahun 2025 akan menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-kira
300 juta. Kira-kira 135,000 wanita hamil yang mengalami GDM setiap tahun yaitu kira-kira
3-5%.
B.
Penyebab
Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel
tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus
berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan memperberat
resistensi insulin yang telah terjadi. Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan
insulin yang lebih banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang
terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah
akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang menderita
diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah melahirkan bayinya.
Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes gestasional pada
saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari.
C.
Faktor Resiko
Faktor yang memperbesar terjadinya penyakit dibetes gestasional pada ibu ibu hamil
diantaranya adalah obesitas, tekanan darah tinggi atau koplikasi lain, pernah melahirkan bayi
dengan berat lebih dari 4 kg, pernah melahirkan bayi cacat, pernah mengalami penyakit
diabetes gestasional sebelumnya, mempunyai riwayat keluarga diabetes, berasal dari suku
bangsa tertentu ( Afrika, Latin, Asia dan Amerika ) dan hamil saat berusia diatas 30 tahun.
Faktor Predisposisi :
D.
Gejala
Diabetes gestasional tidak mempunyai gejala yang terdeteksi. Pendeteksian akurat
dengan tes kadar gula darah di laboratorium. Meskipun begitu, ada beberapa gejala yang
harus diwaspadai seperti, rasa haus yang amat sering, selera makan naik dan buang air yang
terlalu sering.
Beberapa tanda yang menunjukkan gejala penyakit diabetes gestasional adalah :
1. Hasil dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya gula dalam urin
Dengan hasil pemeriksaan laboratorium ini jelaslah bahwa ibu hamil memang mengalami
penyakit tersebut. Seorang ibu hamil memang disarankan untuk melakukan cek darah
secara rutin. Selain tujuan utamanya adalah melihat kadar darah apakah masih
mengandung cukup hemoglobin atau tidak, tujuan lainnya adalah juga untuk mengukur
kadar gula dalam darah.
2. Rasa haus yang tidak seperti biasanya
Rasa haus yang berlebihan menandakan tubuh ibu hamil memerlukan kadar air dengan
batas maksimal dan akan mempengaruhi tubuh.
3. Sering buang air kecil
Bagi ibu hamil, tanda tanda kehamilan sering buang air kecil adalah hal yang lumrah.
Kandung kemih tertekan oleh bayi di dalam rahim. Keadaan ini membuat ibu hamil
sering merasa ingin buang air kecil. tapi sering buang air kecil juga merupakan gejala
diabetes gestasional, jadi ibu hamil harus pintar dalam menyikapi perubahan yang
dialami tubuhnya.
4. Lelah
Ibu hamil memproduksi lebih banyak hormone daripada wanita yang tidak hamil, kondisi
ini membuat ibu hamil merasa lebih cepat lelah ketika melakukan aktivitas sehari hari.
5. Mual
Kebanyakan rasa mual terjadi pada pagi hari sehingga sering disebut morning sickness.
Rasa mual disebabkan kadar asam dalam lambung meningkat di pagi hari. Selain itu,
mual yang dirasakan ibu hamil terkadang di picu oleh beberapa aroma khusus.
6. Sering mengalami infeksi kandung kemih, vagina maupun kulit
Sering terjadi infeksi kandung kemih ketika buang air kecil terasa perih dan sakit selain
itu infeksi juga dapat menyerang vagina dan juga kulit tubuh lainnya.
7. Penglihatan kabur
Hal ini dapat disebabkan naiknya kadar gula dalam darah. Penglihatan kabur ini semakin
banyak terjadi pada ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi.
E.
regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemi akibat pengaruh insulin pasif. Akibat
lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali
dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara
fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tak
mudah menjadi hipoglikemia. Tetapi bila seorang ibu tak mampu meningkatkan produksi
insulin, sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemi atau diabetes
kehamilan (diabetes yang timbul hanya dalam kehamilan). Resistensi insulin juga disebabkan
oleh adanya hormon estrogen, progresteron, kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen.
Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas
insulin.
F.
Klasifikasi
Secara klinis Diabetes Melitus Gestasional dibagi menjadi :
1. Tak Tergantung Insulin (TTI) Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yaitu
kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2. Tergantung Insulin (TI) Insulin Dependent Diabetes Mellitus yaitu kasus yang
memerlukan insulin dalam mengendalikan kadar gula darah. Menurut White (1965)
klasifikasi diabetes dibagi menjadi :
a. Kelas A : Diabetes kimiawi, disebut juga diabetes laten, subklinis atau diabetes
kehamilan, tes toleransi glukosa tidak normal. Penderita tidak memerlukan insulin,
cukup diobati dengan diet saja. Prognosis bagi ibu dan anak baik.
b. Kelas B : Diabetes dewasa, diketahui secara klinis setelah umur 19 tahun dan
berlangsung kurang dari 10 tahun, dan tidak disertai kelainan pembuluh darah.
c. Kelas C : Diabetes yang diderita antara 10-19, atau timbul pada umur antara 10-19
tahun, dan tanpa kelainan pembuluh darah.
d. Kelas D : Diabetes telah diderita lama ; 10 tahun atau lebih ; atau diderita sebelum
umur 10 tahun ; atau disertai kelainan pembuluh darah, termasuk arteriosklerosis pada
retina dan tungkai, dan retensio.
e. Kelas E : Diabetes yang disertai perkapuran pada pembuluh-pembuluh darah panggul,
termasuk arteri uterina.
f. Kelas F : Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
g. Kelas R : Penderita dengan komplikasi retinitis proliferans atau dengan perdarahan
dalam korpus vitreum.
h. Kelas H : Penderita dengan komplikasi penyakit koroner.
i. Kelas T : Penderita dengan tranpslantasi ginjal.
G.
H.
d. Kelainan letak
e. Insufisiensi plasenta
2. Pengaruh dalam persalinan
a. Inersia uteri dan atonia uteri
b. Distosia bahu karena anak besar
c. Kelahiran mati
d. Lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea. Seksio
sesaria merupakan penyakit persalinan yang paling sering ditemukan. Dari
sebanyak 40 pasien DMG yang dipantau di klinik selama 3,5 tahun, Seksio sesaria
dilakukan sebanyak 17,5 %.
e. Lebih mudah terjadi infeksi
f. Angka kematian maternal lebih tinggi
3. Pengaruh dalam nifas
a. Infeksi nifas/infeksi puerperalis.
b. Sepsis
c. Menghambat penyembuhan luka jalan lahir.
I.
J.
memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan
apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100
mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur
1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg%
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
K.
Pengelolaan medis
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan
insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal,
kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30%
Kalori untuk kehamilan 300 kalor
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal
atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di
bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari,
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali. Kenaikan berat badan
ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap
minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status
gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB
lebih/obesitas 7.5-12.5 kg). Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung
digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena
insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan
terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar
darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus
lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk
mencapai kadar glukosa yang diharapkan. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam
DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar
melalui ASI.
DAFTAR PUSTAKA