OLEH :
ISTI’ANAH DAARUL MUFLIHAH
201302085
i
SKRIPSI
OLEH :
201302085
ii
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 201302085
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah
daftar pustaka.
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : ISLAM
Email : cumicumi772@ymail.com
DAGANGAN
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala nikmat
sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis. Untuk
itu, dalam kesempatan ini dengan setulus hati penulis ingin menyampaikan
5. Ibu Asrina S.Kep, Ns, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan
v
7. Orang Tua dan keluarga besar tercinta yang selalu memberikan
motivasinya.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu atas
dari kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
vi
ABSTRAK
PENGARUH MOBILISASI TERHADAP PEMULIHAN PERISTALTIK
USUS PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RSUD KOTA MADIUN
Isti’anah Daarul Muflihah
201302085
vii
ABSTRACT
THE EFFECT OF MOBILIZATION TO INTESTINAL PERISTALTIC
RECOVERY PATIENTS POST SECTIO CAESARIA
IN RSUD KOTA MADIUN
This study used pre-experiment with One group pre-post test design. The
sample of this research were 17 post section caeesarea mothers in RSUD Kota
Madiun used a Systematic Random Sampling technique. The instruments used are
Standard Operating Procedure (SOP) and observation sheet. The statistic test
was Paired T-test with significance level ɑ = 0,05.
In this study the average peristaltic intestine before the intervention were
7.18 while after giving intervention were 8.00. The result of Paired T-test was
obtained ρ value = 0.000 <ɑ = 0,05 so that there was an effect of mobilization on
peristaltic recovery of patient post sectiocaesarea patient at RSUD Kota Madiun.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN…………...……………………………………..…ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………….…...iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…...vi
ABSTRAKS……………………………………………………………..….…..viii
ABSTRACT…………………………………………………………………..….ix
DAFTAR ISI…………………………………….………………………..…….…x
DAFTAR TABEL…………………………………..…………………...……....xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………..…………..………….xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….……………xvi
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………………….xvii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………...……...…………xix
BAB 1. PENDAHULUAN
ix
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Imobilisasi ................................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Mobilisasi .................................................................... 8
2.1.2 Latihan Gerak Sendi dalam Mobilisasi.......................................... 8
2.1.3 Tujuan Mobilisasi .......................................................................... 9
2.1.4 Manfaat Mobilisasi ........................................................................ 9
2.1.5 Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi ......................................... 10
2.1.6 Pelaksanaan Tindakan Mobilisasi ................................................. 10
2.1.7 Tahapan Mobilisasi ........................................................................ 11
2.1.8 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Mobiisasi ............................ 12
2.2 Konsep Sectio Caesarea
2.2.1 Definisi Sectio Caesarea ................................................................ 12
2.2.2 Tujuan Sectio Caesarea.................................................................. 13
2.2.3 Anestesi Pada Sectio Caesarea ...................................................... 13
2.2.4 Skor Anestesi dan Waktu Pulih Sadar Pasca Sectio Caesarea ...... 15
2.2.5 Jenis Tindakan Sectio Caesarea ..................................................... 16
2.2.6 Kategori Sectio Caesarea ............................................................... 17
2.2.7 Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesarea ................................... 17
2.2.8 Indikasi Sectio Caesarea ................................................................ 19
2.2.9 Komplikasi Pasca Sectio Caesarea ................................................ 20
2.2.10 Masalah yang Terjadi Pasca Sectio Caesarea .............................. 22
2.2.11 Tindakan Keperawatan Ibu Post Sectio Caesarea ....................... 23
2.3 Anatomi Usus
2.3.1 Fungsi Usus ................................................................................... 27
2.3.2 Peristaltik Usus .............................................................................. 28
2.3.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Peristaltik Usus .................. 30
2.3.4 Motilitas Usus Post Sectio Caesarea ............................................. 31
2.3.5 Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Pemulihan Peristaltik Usus 33
x
BAB 3. KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konseptual………………….…….…………………………….35
3.2 Hipotesis………………………………………..………………………….36
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian…………..…………………………………………...….37
4.2 Populasi dan Sampel………….…………………………………….….….38
4.2.1 Populasi…………………….………………………………..……….38
4.2.2. Sampel……………………….………………...…………………….38
4.2.3 Kriteria Inklusi…………………………………………………….....39
4.2.4 Kriteria Ekslusi……………………………..……………….………..40
4.3 Teknik Sampling……………………………………..…………...……….40
4.4 Kerangka Kerja…………………………………..…..…...……………….40
4.5 Variabel Penelitian…………………………………….......………………42
4.6 Definisi Operasional…………………………………………....………….42
4.7 Instrumen Penellitian……………………………………………..………..44
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………….………………..…….45
4.8.1 Lokasi Penelitian………………………..…………………………....45
4.8.2 Waktu Penelitiian…………………….……………………………...45
4.9 Prosedur Pengumpulan Data………………………………...……….……45
4.10 Teknik Analisa Data…………………………………………………..….48
4.10.1 Pegolahan Data……………………………….……………..………48
4.10.2 Analisa Data…………………………………………………….…..49
4.11 Etika Penelitian…………………………………………………………..50
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian………………………………………………54
5.2 Karakteristik Responden…………………………………………………..55
5.2.1 Data Umum…………………………………………………………..55
5.3 Hasil Penelitian……………………………………………………………57
5.4 Pembahasan……………………………………………………………..…62
xi
5.4.1 Peristaltik Usus Sebelum Mobilisasi…………………………………62
5.4.2 Peristaltik Usus Sesudah Mobilisasi………………………………….64
5.4.3 Pengaruh Mobilisasi Terhadap Pemulihan Peristaltik Usus………….67
5.5 Keterbatasan Penelitian……………………………………………………69
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan……………………………………………………………… .69
6.2 Saran………………………………………………………………………70
Daftar Pustaka
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.5 Hasil Penelitian Peristaltik Usus Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum
Mobilisasi ………………………………………………………….…58
Tabel 5.6 Hasil Penelitian Peristaltik Usus Pasien Post Sectio Caesarea Sesudah
Mobilisasi ……………………………………….………………...….59
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
SC : Sectio Caesarea
TT : Tempat Tidur
xvi
DAFTAR ISTILAH
Abdoment : anggota tubuh yang berada diantara toraks (dada) dan pelvis (panggul).
Atelektasis : suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna.
Atonia Uteri : perdarahan yang disebabkan oleh kegagalan rahim untuk berkontraksi.
Disteni abdomen : zat (gas atau cairan) menumpuk di dalam perut yang menyebabkan
perut mengembung.
Hidrosefalus : penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak.
Ileus paralitik : keadaan perut berupa kembung karena usus tidak dapat bergerak.
Kimus : bahan setengah cair seperti bubur terdapat di dalam lambung sebagai hail
pencernaan makanan.
xvii
Mukus : cairan lengket dan tebal yang di sekresikan oleh membran dan kelenjar
mukosa.
Perineum : kulit antara liang vagina dengan anus yang dapat robek ketika melahirkan.
Placenta accrete :plasenta dengan jonjot-jonjot yang menembus ke dalam otot rahim.
Rupture Uteri : robeknya dinding uterus saat kehamilan atau dalam persalinan.
Sectio Caesarea : operasi untuk mengeluarkan bayi dari dalam kadungan dengan cara
pembedahan perut dan dinding rahim sehingga tidak lewat vagina.
Sekum : suatu kantung yang terhubung pada usus serta bagian kolon.
Uterus : organ reproduksi wanita yang terletak di antara kandung kemih dan rectum.
Vaskuler : istilah yang mencakup arteri dan vena dalam sistem pembuluh darah.
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
Melahirkan adalah usaha yang dilakukan oleh rahim ketika bayi akan dilahirkan.
leher rahim. Dorongan ini membuka leher rahim. Setelah leher rahim mencapai
Pada saat ini masyarakat Indonesia sudah banyak mengenal dua cara persalinan
normal atau alami dan persalinan secara operasi bedah (sectio caesarea). Ibu
tertentu dari faktor janin (bayi terlalu besar, kelainan letak, ancaman gawat janin,
janin abnormal, kelainan tali pusat, dan bayi kembar), dan dari faktor ibu
(kelainan panggul, kelainan kontraksi rahim, ketuban pecah dini, pre eklamsia),
Melahirkan secara sectio caesarea adalah ibu yang melahirkan janin dengan
proses pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus dalam
waktu sekitar kurang lebih enam minggu organ-organ reproduksi akan kembali
terjadinya berbagai komplikasi pasca persalinan oleh sebab itu perlu di pantau
1
sejak awal bagaimana fungsi dari organ tubuh pasca sectio caesarea. Komplikasi
penting yang muncul pada sectio caesarea mencakup perdarahan, infeksi sesudah
caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia.
Berdasarkan survey WHO tahun 2004-2008 di tiga benua, yakni Amerika Latin,
Afrika, dan Asia dilaporkan bahwa angka persalinan sectio caesarea mencapai
25,7%, mulai angka terendah di Angola 2,3% sampai angka tertinggi 46,2% di
Cina. Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia menurut data Survey Nasional
tahun 2011 tercatat persalinan dengan sectio caesarea adalah 921.000 kasus
(22,8%) dari 4.039.000 total persalinan. Di Jawa Timur persalinan sectio caesarea
pada tahun 2011 berjumlah 3.401 kasus (20%) dari 170.000 total persalinan
(Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012). Sedangkan untuk Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Madiun, selama tahun 2016 tercatat angka persalinan dengan sectio
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa setiap ibu post
sectio cesarea harus dilakukan mobilisasi secara bertahap tetapi didapat kenyataan
dari 10 ibu post sectio caesarea terdapat 6 (60%) ibu tidak melaksanakan tahapan
2
mobilisasi dini sampai akhir dari 4 tahap mobilisasi karena merasakan nyeri pada
luka post sectio caesarea dan umumnya membuat ibu malas untuk melakukan
mobilisasi atau menggerakkan badan dengan alasan takut jahitan lepas yang
berakibat perut menjadi kembung dan ibu tidak bisa kentut, pada pelaksanaannya
mobilisasi lebih mudah untuk pulih dan hanya memerlukan 3 hari saja untuk di
Penelitian oleh Henke, Elsner & Gorlinger (2010) teknik operasi sectio caesarea
terdiri dari spinal anastesi (subarrachniod blok/SAB) dan anestesi umum (General
Anastesi). Operasi sectio caesarea dengan spinal anestesi (SAB) umumnya sering
digunakan karena 62% lebih baik dibandingkan anastesi umum. Sehingga proses
menurunkan peristaltik usus dan terjadi distensi abdomen. Efek anastesi spinal
pada kelumpuhan peristaltik usus akan berlangsung pada pasca operasi sectio
makanan sebelum peristaltik usus pulih yang ditandai dengan terdengarnya bising
Efek dari anestesi pada sectio caesarea akan semakin berkurang dengan seiring
bertambahnya waktu dan ativitas fisik (mobilisasi) yang dilakukan baik pasif
3
kembali. Apabila belum muncul peristaltik usus tapi pasien sudah memaksakan
untuk makan dan minum, dikhawatirkan usus belum mampu bekerja normal
usus (Bararah, 2010). Peristaltik usus dipengaruhi oleh aktivitas fisik atau
mobilisasi, asupan makanan, fungsi saraf, dan anestesi (Guyton, 2008). Untuk
Mobilisasi ibu setelah sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya
kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan
caesarea (Suryani dan Anik, 2015). Hasil penelitian Carnavorro’s (1946) dalam
Morris, Benneti, Marro & Roshental (2010) menyatakan bahwa program tindakan
mobilisasi yang dilakukan oleh perawat pada seluruh ibu pasca operasi dapat
Dampak bila tidak melakukan mobilisasi menurut Suryani dan Anik (2015) adalah
fungsi motilitas usus dan kandung kemih menjadi lebih lambat sehingga ibu sulit
Mobilisasi (duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi
Eropa yang maju, diterapkan operasi dengan tindakan ambulansi pada operasi
caesarea dan telah berkembang dengan pesat di 2000 klinik yang terdaftar dalam
4
Adapun manfaat tindakan mobilisasi dapat memperlancar sirkulasi darah,
pernafasan (Morris dkk (2010). Farrer & Hellen (2010) menyatakan bahwa
manfaat dilakukan mobilisasi adalah ibu merasa lebih sehat, kuat dan dapat
kesembuhan, fungsi usus dan kandung kemih lebih baik, merangsang peristaltik
usus kembali normal dan mobilisasi juga membantu mempercepat organ – organ
tubuh bekerja seperti semula. Ibu dianjurkan untuk latihan menggerakkan kaki 2
jam pasca sectio caesarea, tahapan mobilisasi sendiri dilakukan selama 24 jam.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi tahun 2008 menjelaskan bahwa ada
pengaruh pemberian kompres hangat terhadap waktu flatus pada pasien post
operasi sectio caesarea. Di RSUP dr. Soeradji peneliti menemukan fenomena ibu
post sectio caesarea belum di berikan minum dan makan sebelum gerakan
Berdasarkan hal – hal tersebut maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
Pasien dengan pemberian pengetahuan tentang mobilisasi pada ibu post sectio
6
1.4.2 Bagi Peneliti
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
bergerak dan melakukan aktivitas sehari – hari (Suryani dan Anik, 2015).
3. Mobilisasi ibu pasca sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
Latihan gerak sendi merupakan hal yang sangat penting bagi klien setelah operasi,
proses penyembuhan. Banyak klien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena
takut jahit luka operasi akan lepas atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika klien selesai operasi dan
segera bergerak maka klien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik)
pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya
8
kesehatan) namun kemudian seiring bertambahnya kekuatan otot maka pasien
Farrer & Hellen (2010) menyatakan bahwa tujuan dilakukan mobilisasi adalah ibu
merasa lebih sehat, kuat dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu
kemih lebih baik, merangsang peristaltik usus kembali normal dan mobilisasi juga
Menurut Suryani dan Anik (2015) tujuan mobilisasi antara lain mempertahankan
adalah ibu merasa lebih sehat, kuat dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
dan kandung kemih lebih baik, merangsang peristaltik usus kembali normal
seperti semula.
9
3. Manfaat dilakukan mobilisasi yaitu dapat memperlancar sirkulasi darah,
Menurut Suryani dan Anik (2015) kerugian tidak melakukan mobilisasi pada ibu
sectio caesarea :
1. Fungsi motilitas usus dan kandung kemih menjadi lebih lambat sehingga ibu
2. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi adalah pada fundus uteri teraba
lemah sehingga kontraksi uterus tidak ada, maka akan terjadi perdarahan yang
suhu tubuh.
Menurut Patricia & Sally (2006) pelaksanaan tindakan mobilisasi ini dibutuhkan
melakukan mobilisasi, dalam hal ini perawat harus memberikan penjelasan secara
rinci pada ibu tentang tindakan yang harus dilakukan setelah mengalami pasca
10
4. Ibu dianjurkan untuk melakukan pergerakan sampai kondisi ibu stabil untuk
Tahap – tahap mobilisasi pada pasien post operasi sectio caesarea menurut
hidungdalam kondisi mulut tertutup rapat.Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik)
mulut.Lakukan hal ini berulang kali (15 kali). Dan latihan kaki2 jam setelah
operasi dengan menggerakkan jari kaki dan memutar pergelangan kaki, serta
2. Setelah 6 jam ibu dilakukan pergerakan miring kanan dan miring kirisekurang –
3. Setelah 12 jam ibu dianjurkan untuk duduk selama 10-15 menit baik bersandar
atau tidak.
4. Setelah 24 jam ibu belajar berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar
kamar, misalnya ke toilet atau ke kamar mandi sendiri, hal ini perlu dilakukan
kembali normal.
11
Menurut Setyowati (2013) kurangnya mobiliasi disebabkan oleh faktor – faktor
1. Faktor intern : pasien takut jahitan akan lepas jika bergerak, kelelahan saat
mengalami partus lama, cidera yang dialami sebelum partus, persepsi nyeri
2. Faktor ekstern : dukungan suami dan keluarga, budaya yang melarang bergerak
diberikan petugas, semakin bertambah usia seseorang tonus otot akan menurun
cenderung malu dan menarik diri , ibu bekerja, ibu dengan paritas yang lebih
banyak, karena ibu dengan paritas lebih banyak akan lebih cepat melakukan
mobilisasi dini karena harus memberikan perhatian kepada anak yang lain.
1. Sectio caesarea adalah ibu yang melahirkan janin dengan proses pembedahan
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus dalam waktu sekitar
12
2. Menurut Indiarti (2007) sectio caesarea adalah jalan alternative menyambut
Menurut Suryani dan Anik (2015) beberapa tujuan kelahiran dengan sectio
caesareaadalah :
kesehatan ibu dan janinnya. Selain itu tindakan sectio caesarea dilaksanakan
Beberapa studi tentang anestesi pada operasi sectio caesarea diuraikan berikut ini
1. Penelitian oleh Henke, Elser, Gorlinger (2010) teknik operasi sectio caesarea
Anastesi).
13
a. Operasi sectio caesarea dengan spinal anestesi (subarrachniod
tetapi ibu akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi.
3. Suryani dan Anik (2015) menguraikan bahwa anestesi umum diberikan jika
penetesan intravena.
b. Dalam waktu 20 sampai 30 detik maka ibu akan terlelap, saat ibu tidak
c. Jika digunakan anestesi total, ibu akan dimonitor secara konstan oleh
14
d. Efek anestesi section caesarea adalah ibu merasakan adanya nyeri akut
2.2.4 Skor Anastesi dan Waktu Pulih Sadar Pasca Sectio Caesarea
Pulih sadar merupakan bangun dari efek obat anestesi setelah proses pembedahan
room tergantung kepada berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan,
teknik anestesi, jenis obat dan dosis yang di berikan dan kondisi umum
beberapa skor yang biasa di gunakan untuk menilai kondisi pasien pasca anestesi :
Penilaian
Nilai Warna - Merah muda : 2
- Pucat : 1
- Sianosis : 0
Pernapasan - Dapat bernafas dan batuk : 2
- Dangkal namun pertukaran udara adekuat :
1
- Apneu atau obstruksi : 0
15
Kesadaran - Sadar, siaga dan orientasi : 2
- Bangun namun cepat kembali tertidur : 1
- Tidak berespon : 0
Menurut Indiarti (2007) jenis tindakan sectio caesarea yang kita kenal sampai
saat ini :
memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi
jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini karena lebih beresiko
terjadinya komplikasi.
2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih lebih umum dilakukan
16
4. Histerektomi caesarea yaitu diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini
dilakukan dalam kasus – kasus dimana perdarahan yang sulit tertangani atau
abrupsio plasenta.
Dilakukan segera karena adanya penyulit namun tidak terlalu mengancam jiwa
Menurut Suryani dan Anik (2015) keuntungan persalinan sectio caesarea antara
lain :
2. Memiliki keuntungan yang lebih besar untuk ibu – ibu yang mempunyai
17
a. Dapat menghindari kehamilan postterm karena sectio caesarea
kecil.
Menurut Suryani dan Anik (2015) kerugian persalinan sectio caesarea antara lain
memiliki risiko bedah dan risiko anestesi. Efek samping anestesi meliputi
panjang.
transfusi darah
18
d. Risiko placenta previa dan placenta accreta lebih besar pada
kehamilan selanjutnya
Menurut Suryani dan Anik (2015) beberapa indikasi pada ibu yang dilakukan
normal (dystosia)
3. Komplikasi pre-eklamsia
8. Bayi besar
caesareaberulang
hypertension)
Sedangkan indikasi pada janin yang dilakukan operasi sectio caesareaantara lain :
19
1. Gawat janin
3. Primigravida tua
6. Kehamilan kembar
Komplikasi pada persalinan sectio caesarea, antar lain di uraikan sebagai berikut :
caesarea adalah kerusakan organ – organ seperti vesika urinaria dan uterus
20
Obstetricians and Gynecologists (ACOG) membut kategori pasien pasca
operasi sectio caesarea menjadi dua yaitu risiko rendah sampai risiko tinggi.
5. Bonney & Jenny (2010) menjelaskan bahwa komplikasi pasca operasi sectio
6. Sedangkan Suryani dan Anik (2015) menyatakan bahwa komplikasi pada ibu
a. Terjadinya aspirasi
b. Emboli pulmonal
c. Perdarahan
d. Infeksi urinaria
f. Thrombophlebitis
injury
rupture membrane
21
1. Anestesi spinal memperlambat motilitas gastrointestinal dan menyebabkan
2013).
2. Jika klien mendapat bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan apabila
4. Perasaan letih dan bingung mungkin akan dialami sebagian besar ibu setelah
melahirkan, timbulnya rasa nyeri setelah efek anestesi hilang (Rasjidi, 2009).
Menurut Suryani dan Anik (2015) tindakan keperawatan ibu post sectio caesarea
adalah :
22
Nyeri adalah rangsangan tidak enak yang dapat menimbulkan rasa takut dan
khawatir. Teknik penanganan nyeri dapat dilakukan dengan cara teknik relaksasi
dan distraksi.
2. Perawatan payudara
Bila payudara bengkak lakukan pengompresan dengan waslap dan air hangat
bergantian dengan waslap dingin, bila payudara lecet putting susu dioleskan
dengan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap selesai
Perawatan luka operasi sectio caesarea adalah prosedur perawatan yang dilakukan
Mobilisasi ibu setelah sectio caesaria adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya
kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan
caesarea.
Seksualitas biasanya dalam waktu 3-4 minggu setelah persalinan seorang wanita
sudah pulih dan siap mulai melakukan hubungan suami istri tapi sebelumnya
23
1. Usus halus (intestinum)
Menurut Lauralee (2011) usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan
terbentang antara lambung dan usus besar. Menurut Pearce (2009) Struktur usus
c. Ileum (2m sampai 2,5m) merentang sampai menyatu dengan usus besar.
Menurut Lauralee (2011) struktur dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan yaitu :
24
c. Dinding lapisan muskularis eksterna, adalah selubung otot polos utama
muskularis eksterna terdiri dari dua lapisan : lapisan sirkular dalam dan
d. Dinding lapisan serosa, adalah jaringan ikat paling luar yang menutupi
saluran cerna.
2. Menurut Setiadi (2007) usus besar merupakan bagian akhir dari proses
nutrient telah dicerna dan diabsorbsi dan hanya menyisakan zat – zat yang
jam di usus halus, dan sisa waktunya berada di usus besar. Panjangnya ± 1,5
m lebarnya 5-6cm. Struktur kolon terdiri atas keempat lapisan dinding yang
sama seperti usus halus. Dinding mukosa lebih halus daripada yang ada pada
usus halus, dan tidak memiliki vili. Kolon memiliki 3 bagian pokok yaitu :
25
a. Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
c. Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
3. Rectum 10 cm terbawah dari usus besar, dimulai pada kolon sigmoid dan
26
Menurut Pearce (2009) fungsi usus halus adalah :
dan di lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas
3. Usus halus secara selektif mengabsorbsi nutrisi dan elektrolit. Enzim dari
enzim dalam usus halus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi
1. Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorbsi makanan. Usus
3. Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
a. Air mencapai 75% sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah
bakteri dan sisanya 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat sisa organic dan
b. Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan selulosa
yang tidak tercerna. Warna coklat berasal dari pigmen empedu, bau
27
2.3.2 Peristaltik Usus
Menurut Sloane (2004) Peristaltik adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal
dan sirkular. Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakkan kimus
cm/detik. Suara peristaltik usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara
dalam usus.
Bila sebagian usus halus diregangkan oleh kimus, hal ini menimbulkan kontraksi
konsentrik lokal seperti cincin dengan interval sepanjang usus. Kontraksi ritmik
usus menjadi segmen dalam jarak teratur yang mempunyai bentuk seperti rantai
kontraksi segmentasi yang baru mulai timbul tetapi kontraksi yang terjadi saat ini
karena itu, kontraksi segmentasi “membelah” kimus berkali – kali dalam semenit.
28
Gambar 2.3. Gerakan Segmentasi (Lauralee, 2011)
makanan bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk
usus besar. Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Hal
ini terjadi pada bagian usus halus manapun, dan mereka bergerak ke arah anus
meningkat setelah makan, hal ini sebagian disebabkan oleh masuknya kimus ke
dalam duodenum.
1. Mobilisasi
29
Mobilisasi merupakan tindakan keperawatan yang dapat memulihkan peristaltik
usus (Indiarti, 2007). Kerugian jika tidak melakukan mobilisasi yaitu fungsi
motilitas usus dan kandung kemih menjadi lebih lambat. Mobilasi menyebabkan
gastrointestinal dengan latihan menggerakkan kaki, miring kanan dan miring kiri,
latihan duduk dan belajar berjalan. Dengan mobilisasi otot – otot perut akan
kandung kencing menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena mobilisasi akan
2. Asupan makanan
Aktivitas peristaltik usus sangat meningkat setelah makan. Hal ini sebagian
melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Hal ini terjadi pada bagian usus
halus manapun, dan mereka bergerak ke arah anus dengan kecepatan 0,5 sampai
3. Fungsi saraf
usus merangsang reseptor – reseptor pada dinding usus, hal ini menimbulkan
reflek mienterikus local yang mulai dengan kontraksi dari otot longitudinal atas
30
4. Anestesi
Efek dari anestesi yang sering dialami ibu pasca sectio caesarea adalah
distensi abdomen dan. Anestesi selama operasi membuat gerak pencernaan belum
sempurna kembali
menuju bagian pencernaan selanjutnya, pada pasien yang mengalami anestesi atau
pembiusan, secara tidak langsung juga aktivitas peristaltik usus juga mengalami
fase pembiusan juga. Pada pasien yang dilakukan tindakan pembiusan maka butuh
waktu yang lama dalam pemulihan peristaltik usus dikarenakan tidak melakukan
merupakan tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan rasa takut saat
kuadran (Price & Wilson, 2006). Efek dari anestesi yang sering dialami ibu pasca
menurun dan terjadi distensi abdomen. Anestesi selama operasi membuat gerak
31
motilitas yang berakibat terjadinnya ileus paralitik. Terhambatnya impuls saraf
pleksus mienterikus intestinal (Guyton, 2008). Fungsi dari pleksus mienterikus ini
dihambat pelepasannya yang dikarenakan efek dari anestesi tersebut maka akan
usus halus sehingga dapat menurunkan motilitas usus (Sjamsuhidajat & Jong,
2005). Pasien yang belum pulih motilitas ususnya setelah pembiusan dapat
menderita ileus obstruktif atau obstruksi intestinal bila dalam waktu tersebut
35x/menit, suaranya tidak teratur seperti orang berkumur. Pada ibu yang
kembali beraktivitas dan berfungsi secara normal setelah efek anestesi spinal
hilang dan dengan dilakukan aktvitas fisik atau mobilisasi (Joko, 2011).
Menurut Suryani dan Anik (2015) fungsi usus akan menurun setelah proses sectio
caesarea. Efek dari anestesi yang sering dialami ibu pasca sectio caesarea adalah
distensi abdomen. Efek dari anestesi pada sectio caesarea akan semakin
32
berkurang dengan seiring bertambahnya waktu dan ativitas fisik (mobilisasi) yang
dilakukan baik pasif maupun aktif, hal tersebut menandakan fungsi sistem
pencernaan bekerja kembali. Oleh sebab itu perlu di pantau sejak awal bagaimana
fungsi dari pencernaan itu sendiri dengan cara mela kukan mobilisasi. Mobilisasi
menggerakkan kaki, miring kanan dan miring kiri, latihan duduk dan belajar
berjalan. Dengan mobilisasi otot – otot perut akan kembali normal, dengan
kesembuhan. Fungsi motilitas usus dan kandung kencing menjadi lebih baik, hal
Dampak bila tidak melakukan mobilisasi dini menurut Suryani dan Anik (2015)
adalah fungsi motilitas usus dan kandung kemih menjadi lebih lambat sehingga
ibu sulit melakukan defekasi dan memperlama hari perawatan. Farrer & Hellen
(2010) menyatakan bahwa manfaat dilakukan mobilisasi dini adalah ibu merasa
lebih sehat, kuat dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu
kemih lebih baik, merangsang peristaltik usus kembali normal dan mobilisasi juga
membantu mempercepat organ – organ tubuh bekerja seperti semula juga dapat
33
thrombosis/emboli pulmonal, meningkatkan kekuatan otot dan fungsi pencernaan,
pernafasan.
34
BAB 3
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti (Notoatmodjo, 2012).
Operasi
Sectio Caesarea
Mobilisasi Anastesi
Peristaltik
Fungsi saraf usus
Anestesi
Mobilisasi
Asupan
makanan Pemulihan
Peristaltik
usus
Keterangan :
35
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
Gambar 3.1 menjelaskan dari operasi sectio caesarea akan mendapat anastesi dan
berpengaruh pada penurunan peristaltik usus pasien post sectio caesarea, adanya
kimus, asupan makanan, fungsi saraf, dan anestesi (Guyton, 2008). Untuk proses
pulihnya peristaltik usus pasca operasi salah satu intervensi yang dilakukan yaitu
3.2 Hipotesis
(Notoatmodjo, 2012).
36
BAB 4
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-eksperimen yaitu desain
yang ditandai dengan tidak adanya kelompok banding dan randomisasi, perlakuan
ini diberikan kepada kelompok yang telah terbentuk apa adanya (Dantes, 2012).
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan One group pra-post test design.
dianggap sebagai efek perlakuan (Saryono, 2010). Bentuk rancangan pra-post test
01 X 02
Keterangan :
37
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
penelitian (Saryono, 2010). Perkiraan jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
rata – rata pasien perbulan dalam satu tahun sejumlah 43 ibu bersalin dengan
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi. Sampel
(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan :
r : jumlah replikasi
(t-1) (r-1) ≥ 15
(1-1) (r-1) ≥ 15
0 (r-1) ≥ 15
0 . r - 0 ≥ 15
r ≥ 15 + 0
r ≥ 15
38
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang. Untuk
Keteragan :
Di dalam penelitian ini peneliti memprediksi 10% sampel yang tidak dapat
= = = 1,11
Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penlitian ini adalah 15 + 1,11 =
16,11 = 17 responden .
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016). Pertimbangan ilmiah
harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi
39
4.2.4 Kriteria Ekslusi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2016). Kriteria ekslusi
1. Pasien post SC yang tidak mengikuti mobilisasi dini sampai tahap akhir.
sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan
dari sampel random sampling. Caranya adalah membagi jumlah atau anggota
interval sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau anggota
interval adalah X, maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X
penelitian yang dilakukan , meliputi apa saja yang akan di teliti (subyek
penelitian), variabel yang akan diteliti dan variabel yang mempengaruhi penelitian
(Hidayat, 2007).
40
Populasi
Rerata pasien 1 bulan post sectio caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota
Madiun sebanyak 43 orang
Sampel
Sebagian pasien post sectio caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun
sebanyak 17 orang
Teknik Sampling
Systematic Random Samplnng
Jenis Penelitian
(Pra-Eksperimental)
Desain Penelitian
(Pra-ekperimental one group pra-post test)
Pengolahan Data
(Editing, coding, skoring, tabulating)
Analisa Data
Paired t-Test
Penyajian Data
Kesimpulan
41
4.5 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian
variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
peristaltik usus.
adalah variabel kunci / penting yang dapat diukur secara operasional dan dapat
dipertanggungjawabkan (Saryono,2010).
42
Variabel Definisi Indikator Instrumen Skala Skor/
Operasional Kriteria
43
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
(cermat, lengkap, dan sitematis). Jenis instrumen penelitian dapat berupa : angket,
laboratorium dan lain – lain (Saryono, 2010). Instrumen pengumpulan data dalam
Suatu instrumen yang memuat tentang proses dan suatu prosedur suatu kegiatan
yang bersifat efektif dan efisien berdasarkan suatu standart yang sudah baku
mobilisasi dini pada pasien, intervensi dilakukan secara bertahap yang di bagi
Prosedur.
Alat untuk mengukur peristaltik usus berupa stestokop bermerk General Care.
dan melakukan pertimbangan. Cara yang paling efektif dalam metode ini adalah
menyusunnya ke dalam format yang disusun berisi item – item tentang kejadian
44
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun Jl. Campursari
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
(Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Mengurus ijin kepada Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun untuk
penelitian.
45
10. Peneliti melakukan teknik mobilisasi dini sesuai SOP kepada responden
dengan tahap :
hidungdalam kondisi mulut tertutup rapat.Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik)
mulut.Lakukan hal ini berulang kali (15 kali). Dan latihan kaki 2 jam setelah
operasi dengan menggerakkan jari kaki dan memutar pergelangan kaki, serta
2. Setelah 6 jam ibu dilakukan pergerakan miring kanan dan miring kiri sekurang
46
3. Setelah 12 jam ibu dianjurkan untuk duduk selama 10-15 menit baik bersandar
atau tidak.
4. Setelah 24 jam ibu belajar berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar
kamar, misalnya ke toilet atau ke kamar mandi sendiri, hal ini perlu dilakukan
kembali normal.
47
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan menggunakan software statistik.
1. Editing
2. Coding
coding atau member tanda kode, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.. Pada penelitian ini diberikan kode :
3. Skoring
data dan pengelompokkan data. Hasil dari pengamatan di catat dalam observasi
4. Tabulating
Pekerjaan membuat tabel. Jawaban – jawaban yang telah di beri kode kemudian
dimasukkan ke dalam tabel. Langkah terakhir dari penelitian ini adalah melakukan
48
analisa data. Selanjutnya data dimasukkan ke komputer dan dianalisis secara
statistik.
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok
Analisa univariat adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau
Sifat data secara umum dibedakan atas dua macam yaitu kategori berupa skala
ordinal dan nominal, data numeric berupa skala ratio dan interval. Untuk
ini berbentuk numeric antara lain usia serta hasil pengukuran sebelum diberi
intervensi mobilisasi dini dan hasil setelah intervensi mobilisasi dianalisis dengan
Keterangan :
49
P : Prosentase
N : Jumlah Populasi
F : Frekuensi peristaltik
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berkorelasi atau
usus post sectio caesarea di RSUD Kota Madiun. Skala data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data interval. Data yang diperoleh adalah data
pretest dan postest serta dianalisis dengan uji Paired t-Test menggunakan SPSS
16.0 dengan nilai kesalahan ɑ 0,05. Digunakan uji Paired t-Test ini apabila
menghasilkan dua data. Rancangan ini paling umum di kenal dengan rancangan
pre-post test.
Uji Paired t-Test termasuk uji parametrik yang salah satu syaratnya data harus
berdistribusi normal. Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data yang
kita miliki berdistribusi normal sehingga dapat dipakai statistik parametrik yaitu
uji Paired t-Test, jika data tidak berdistribusi normal peneliti di sarankan untuk
melakukan uji non parametrik dan uji t tidak valid untuk digunakan, seperti uji
Wilcoxon. Uji normalitas ini dapat dilihat dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov, dimana :
50
Jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi isu
sentral yang berkembang saat ini. Penelitian ilmu keperawatan, karena hampir
90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka penelti harus memahami
prinsip – prinsip etika penelitian. Apabila hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti
akan melanggar hak – hak (otonomi) manusia yang kebetulan sebagai klien.
yang diberikan.Padahal pada kenyataan hal ini sangat bertentangan dengan prinsip
Setiap orang mempunyai hak – hak dasar individu termasuk privasi dan
memberikan apa yang di ketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu peneliti
subjek. Semua info yang telah dikumpulkan oleh peneliti dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti dan tidak akan disebar luarkan. Serta data yang telah di dapat akan di
simpan
51
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
agama, etnis dan sebagainya. Serta peneliti menjelaskan maksud dari penelitian
hendaknya meminimalkan dampak yang merugikan pada subyek. Oleh karena itu,
pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa
4. Inform Concent
responden.. Tujuan Inform Concent adalah agar subyek mengerti maksud dan
52
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
53
BAB 5
Sejarah singkat RSUD Kota Madiun dimulai dengan peresmian pada tanggal 20
April 2004 oleh walikota Madiun saat itu yaitu Bapak Drs. Ahmad Ali. Pada saat
awal beroperasi dibawah pimpinan Ibu dr. Agung sulistya wardani jumlah tempat
tidur pasien adalah 39 TT (Tempat Tidur) yang terbagi menjadi Ruang Dewasa,
Ruang Anak dan Ruang Kebidanan. Tenaga kerja yang ada juga masih terbatas
yaitu hanya 23 orang. Juga sarana dan prasarana masih kurang sehingga
pelayanan kesehatan yang diberikan juga masih terbatas. Pada tahun 2005, RSUD
mulai membenahi sarana dan prasarana yang ada dan diperlukan untuk
rawat inap dan kegiatan pembangunan gedung rawat inap anggrek ini terealisasi
pada tahun 2006 bersamaan dengan kegiatan pembangunan pagar tembok yang
mengelilingi RSUD.
Pemerintah Kota Madiun, pada tahun 2009 RSUD Kota Madiun berubah status
menjadi Rumah Sakit Kelas C sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan nomor
kelas RSUD Kota Madiun menjadi Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas C
dengan jumlah Tempat Tidur saat ini sebanyak 113 TT (Tempat Tidur) terdiri dari
54
: VIP : 4 TT, Kelas I : 24 TT, Kelas II : 27 TT, Kelas III : 48 TT. Lokasi RSUD
Kota Madiun terletak di Jalan Campursari no. 12B Madiun. Penelitian ini
dilaksanakan di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun. Ruang Nifas adalah ruang
rawat inap ibu setelah melahirkan yang terletak di sebelah kanan ruang
dengan ruangan yang bersih dan jauh dari keramaian untuk pemulihan ibu setelah
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Tendensi Sentral Berdasarkan Usia Pada Pasien Post
Sectio Caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun Bulan Juni-Juli Tahun 2017
Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata – rata usia responden ibu post sectio
caesarea 30,59 tahun, nilai tengah (median) usia responden 31 tahun, usia
responden paling banyak yaitu 28 tahun, usia terendah responden 21 tahun dan
tertinggi 35 tahun dengan standart deviasi 3,809. Pada tingkat kepercayaan 95%
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Pada Pasien Post Sectio
Caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun Bulan Juni-Juli Tahun 2017
55
No Pendidikan Jumlah Prosentase (%) Prosentase
Kumulatif
1 SD 1 5,9 5,9
2 SMP 3 17,6 23,5
3 SMA 9 52,9 75,5
4 Perguruan Tinggi 4 23,5 100,0
Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan pada pasien post sectio
caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun bulan Juni-Juli tahun 2017 sebagian
besar 9 orang (52,9%) ibu nifas dengan pendidikan SMA, sedangkan sebagian
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Pada Pasien Post Sectio
Caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun Bulan Juni-Juli Tahun 2017
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan pada pasien post section
caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun sebagian besar sejumlah 10 orang
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Paritas Pada Pasien Post
Sectio Caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun Bulan Juni-Juli Tahun 2017
56
Sumber : Data Primer
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Jumlah Paritas pada pasien post sectio
caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun bulan Juni-Juli tahun 2017 sebagian
besar berjumlah 11 orang (64,7%) ibu dengan multipara yaitu ibu yang telah
melahirkan seorang anak lebih dari satu kali dan sebagian kecil sejumlah 6 orang
(35,3%) ibu dengan primipara yaitu ibu yang telah melahirkan seorang anak.
Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka berikut akan
ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yang meliputi
mobilisasi terhadap pemulihan peristaltik usus pasien post sectio caesarea dalam
5.3.1 Peristaltik Usus Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum Intervensi Mobilisasi
Tabel 5.5 Hasil Penelitian Peristaltik Usus Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum
Mobilisasi pada Ibu di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun pada Bulan Juni-Juli
2017
57
Post SC 3,66
6 Jam 4,76 5,00 5 3-6 0,752 4,38 –
Post SC 5,15
12 Jam 6,18 6,00 6 5-8 0,728 5,80 –
Post SC 6,55
24 Jam 7,18 7,00 8 6-8 0,883 6,72 -
Post SC 7,63
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa peristaltik usus 2 jam post
operasi belum mencapai normal dengan rerata 3,24, dan peristaltik usus belum
menunjukkan hasil yang signifikan pada 6 jam post operasi dengan rata – rata
4,76, sedangkan peristaltik usus sudah mencapai normal pada 12 jam post operasi
dengan rerata 6,18, tetapi peristaltik usus tertinggi di dapatkan pada 24 jam post
SC dengan rata – rata peristaltik usus sebelum dilakukan mobilisasi 24 jam post
terendah 6 dan tertinggi 8 dengan Standart Deviasi sebesar 0,883%. Pada tingkat
Tabel 5.6 Hasil Penelitian Peristaltik Usus Pasien Post Sectio Caesarea Sesudah
Mobilisasi pada Ibu di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun pada Bulan Juni-Juli
2017
58
Post SC 5,69
12 Jam 6,76 6,00 6 6-8 0,903 6,30 –
Post SC 7,23
24 Jam 8,00 8,00 8 7-9 0,707 7,64 –
Post SC 8,36
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa 2 jam post operasi belum
mencapai normal dengan rata – rata 3,35, dan rerata peristaltik usus sudah
mencapai normal pada 6 jam pasca sectio caesarea, pada 12 jam post operasi
terjadi peningkatan peristaltik usus dengan rerata 6,76, peristaltik usus tertinggi
terjadi pada 24 jam post sectio caesarea dengan rerata 8,00, nilai tengah (median)
peristaltik usus setelah mobilisasi adalah 8,00, frekuensi peristaltik usus sesudah
terendah adalah 7 dan tertinggi 9 dengan Standart Deviasi sebesar 0,707%. Pada
intervensi mobilisasi berkisar pada nilai 7,64 – 8,63%. Setelah semua data
rata pre test dan post test dengan menggunakan uji normalitas terlebih dahulu
untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov dengan ketentuan nilai p value > ɑ = 0,05. Pada penelitian ini nilai p
value = 0,185 apabila di ambil keputusan p value = 0,185 > ɑ 0,05 sehingga dapat
Sectio Caesarea
59
Tabel 5.7 Analisa Pengaruh Mobilisasi Terhadap Pemulihan Peristaltik Usus
Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun pada Bulan
Juni-Juli 2017
Berdasarkan tabel 5.7 Hasil dari Uji Paired T-test nilai peristaltik usus pasca
normal di temukan pada 6 jam post sectio caesarea, sedangkan latihan 4 atau 24
jam post sectio caesarea yang memberikan pengaruh paling bermakna. Pada tabel
5.7 dijelaskan bahwa nilai rata – rata peristaltik usus 24 jam sebelum mobilisasi
adalah 7,18, nilai tengah (median) adalah 7,00, modus 8, nilai terendah peristaltik
usus 6 dan nilai tertinggi 8 dengan Standart Deviasi 0,883%. Pada tingkat
60
kepercayaan 95% maka perbedaan peristaltik usus sebelum dilakukan intervensi
mobilsasi berkisar pada nilai 6,72 – 7,63%. Sedangkan untuk nilai rata – rata
peristaltik usus 24 jam sesudah mobilisasi adalah 8,00, nilai tengah (median) 8,00
modus 8, nilai terendah peristaltik usus 7 dan tertinggi 9 dengan Standart Deviasi
sebesar 0,707%. Pada tingkat kepercayaan 95% maka perbedaan peristaltik usus
kesalahan 0,05 diperoleh sig (0,000) < 0,05. Kesimpulan dari uji Paired T-test Ho
ditolak, yang berarti ada pengaruh mobilisasi terhadap pemulihan peristaltik usus
sebelum dan sesudah dilakukan inervensi pada pasien post sectio caesarea.
5.4 Pembahasan
responden pada bulan Juni-Juli 2017 dan setelah diolah, maka peneliti akan
61
Berdasarkan hasil penelitian peristaltik usus sebelum dilakukan mobilisasi pada
pasien post sectio caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun, yang dilakukan
pada 2 jam setelah operasi pada tabel 5.5 diketahui bahwa peristaltik usus pasien
belum mencapai normal dengan rata – rata 3,24, hal ini belum seberapa
meningkat pada 6 jam pasca operasi dengan rerata 4,76 yang termasuk dalam
kategori hipoaktif, pada 12 jam post operasi terjadi peningkatan peristaltik usus
dengan rerata 6,18, dan meningkat lagi dengan hasil yang paling signifikan pada
24 jam pasca operasi dengan rerata 7,18. Hasil pengamatan terhadap peristaltik
usus pada responden sebelum dilakukan mobilisasi pada 24 jam post operasi
(7,18) yang termasuk kategori peristaltik usus normal, hal ini disebabkan oleh
efek anestesi yang dialami ibu pasca sectio caesarea berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu.
menuju bagian pencernaan selanjutnya, pada pasien yang mengalami anestesi atau
pembiusan, secara tidak langsung juga aktivitas peristaltik usus juga mengalami
menghilangkan rasa nyeri dan rasa takut saat pembedahan, anestesi juga dapat
Jong, 2005).
Pada pasien yang dilakukan tindakan pembiusan maka butuh waktu yang lama
62
caesarea berdampak terhadap termanipulasinya organ abdomen serta menurunkan
peristaltik usus berbeda dari pasien ke pasien, dari operasi ke operasi, dan dari
rumah sakit ke rumah sakit lain. Anestesi selama operasi sectio caesarea
dapat menghambat impuls saraf parasimpatis ke otot usus. Kerja anastesi tersebut
intestinal (Guyton, 2008). Fungsi dari pleksus mienterikus ini adalah mengatur
yang dikarenakan efek dari anestesi tersebut maka akan terjadi penurunan
Pasien yang belum pulih motilitas ususnya setelah pembiusan dapat menderita
ileus obstruktif atau obstruksi intestinal bila dalam waktu tersebut diberikan
asupan makanan (Potter & Perry, 2005). Dalam keadaan normal bunyi usus akan
berkumur. Pada ibu yang dilakukan tindakan operasi atau pembedahan, diberikan
Peristaltik usus akan kembali beraktivitas dan berfungsi secara normal setelah
63
efek anestesi spinal hilang dan dengan dilakukan aktvitas fisik atau mobilisasi
(Joko, 2011).
Menurut teori yang diungkapkan Oswari (2000) Efek anestesi spinal pada
kelumpuhan peristaltik usus akan berlangsung pada pasca operasi sectio caesarea
sebelum peristaltik usus pulih yang ditandai dengan terdengarnya bising usus.
pasien sectio caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun pada tabel 5.6
diketahui bahwa peristaltik usus 2 jam pasca operasi belum mencapai normal
dengan rerata 3,35, pada 6 jam pasca operasi peristaltik usus terjadi peningkatan
dengan rerata 5,29 yang termasuk kategori peristaltik usus normal, pada 12 jam
pasca operasi peristaltik usus meningkat lagi dengan rerata 6,76, dan hasil yang
paling signifikan terjadi pada 24 jam pasca operasi dengan frekuensi peristaltik
usus rata – rata adalah 8,00 maka hal ini disebabkan karena pasien melakukan
64
dengan benar. Hal ini disebabkan oleh pertama adalah pendidikan mempengaruhi
mobilisasi pada ibu post sectio caesarea karena semakin tinggi pendidikan akan
mobilisasi pasca operasi sectio caesarea, dan yang kedua ibu dengan paritas lebih
memberikan perhatian kepada anak yang lain. Pada penelitian ini mayoritas ibu
Penelitian ini hampir mirip dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
berpengaruh pada kecepatan pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi
fraktur femur. Ambulasi dini pada pasien pasca operasi ternyata memberikan
ibu setelah sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan
yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea
miring kanan dan miring kiri, latihan duduk dan belajar berjalan. Dengan
mobilisasi otot – otot perut akan kembali normal, dengan demikian pasien merasa
65
motilitas usus dan kandung kencing menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena
Menurut Patricia & Sally (2006) pelaksanaan tindakan mobilisasi ini dibutuhkan
melakukan mobiliasi, dalam hal ini perawat harus memberikan penjelasan secara
rinci pada ibu tentang tindakan yang harus dilakukan setelah sectio caesarea.
Adapun kerugian tidak melakukan mobilisasi yaitu fungsi motilitas usus dan
kandung kemmih menjadi lebih lambat sehingga ibu sulit melakukan defekasi dan
memperlama hari perawatan di rumah sakit. Farrer & Hellen (2010) menyatakan
bahwa tujuan dilakukan mobilisasi adalah ibu merasa lebih sehat, kuat dan dapat
kesembuhan, fungsi usus dan kandung kemih lebih baik, merangsang peristaltik
usus kembali normal dan mobilisasi juga membantu mempercepat organ – organ
Pemulihan peristaltik usus pada responden ini terjadi karena ibu post sectio
caesarea melakukan mobilisasi dengan benar. Menurut Suryani dan Anik (2015)
Faktor keberhasilan mobilisasi ini juga dipengaruhi oleh perilaku klien. Banyak
klien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahit luka operasi akan
lepas atau takut luka operasinya lama sembuh. Hal ini jelas keliru karena justru
jika klien selesai operasi dan segera bergerak maka klien akan lebih cepat
66
Penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh mobilisasi pada pasien post
Dari hasil analisis data yang diperoleh pada tabel 5.7 hal ini terbukti pada hasil
perlakuan yang dilakukan peneliti pada 17 orang pasien post sectio caesarea.
Pada awal sebelum dilakukan mobilisasi rata – rata peristaltik usus 2 jam pasca
operasi adalah 3,24 dan setelah mobilisasi menjadi 3,35 dengan selisih -0,11, pada
awal sebelum dilakukan mobilisasi rerata peristaltik usus 6 jam pasca operasi
adalah 4,76 dan setelah mobilisasi menjadi 5,29 dengan selisih -0,53, pada awal
sebelum dilakukan mobilisasi rerata peristaltik usus 12 jam pasca operasi adalah
6,18 dan setelah dilakukan mobilisasi menjadi 6,76 dengan selisih -0,58. Dan
pada 24 jam pasca operasi yang memberikan selisih peningkatan paling banyak
adalah rerata peristaltik usus sebelum dilakukan mobilisasi yaitu 7,18. Setelah
meningkat menjadi rata – rata 8,00 dan termasuk kategori peristaltik usus normal.
Prosedur) pada tahap 1 atau 2 jam pasca operasi dilakukan intervensi bernafas
menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu serta dengan latihan menggerakkan kaki
agar melatih kelenturan dan kekuatan otot kaki, pada tahap 2 atau 6 jam post
operasi dilakukan intervensi miring kanan dan miring kiri berfungsi untuk
dan thrombo emboli, pada tahap 3 atau 12 jam pasca operasi setelah dilakukan
intervensi duduk selama 10-15 menit untuk mempercepat pemulihan otot – otot
67
perut kembali normal, pada tahap 4 atau 24 jam pasca operasi dilakukan
Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Daru (2015) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signfikan antara
mobilisasi dini ROM pasif terhadap pemulihan peristaltik usus pasca pembedahan
Mobilisasi adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakuan ibu
setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sectio caesarea (Suryani dan
Anik, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa ada sebagian dari peristaltik usus
mobilisasi ini telah berfungsi dengan cukup baik. Efek dari anestesi yang sering
sehingga peristaltik usus menurun dan terjadi distensi abdomen. Efek dari anestesi
waktu dan aktivitas fisik (mobilisasi) yang dilakukan baik pasif maupun aktif, hal
tersebut menandakan fungsi system pencernaan bekerja kembali. Oleh sebab itu
perlu di pantau sejak awal bagaimana fungsi dari pencernaan itu sendiri dengan
cara melakukan mobilisasi. Dampak bila tidak melakuka mobilisasi adalah fungsi
motilitas usus dan kandunng kemih menjadi lebih lambat sehingga ibu sulit
melakukan defekasi dan memperlama hari perawatan (Suryani dan Anik, 2015).
68
Berdasarkan hasil uji Paired T-test pengambilan keputusan dengan tingkat
kesalahan 0,05 diperoleh sig (0,000) < 0,005. Dari perrnyataan tersebut maka Ho
ditolak, yang berarti ada pengaruh mobilisasi pada pasien sectio caesarea sebelum
pada pasien post sectio caesarea telah sesuai seperti yang diharapkan dan dapat
maka tindakan mobilisasi dapat diterapkan pada pasien post sectio caesarea.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti merasa bahwa hasil belum optimal,
misalnya :
69
BAB 6
6.1 Kesimpulan
terhadap pemulihan peristaltik usus pasien post sectio caesarea di RSUD Kota
sebelum dilakukan mobilisasi pada 2 jam pasca operasi adalah 3,24, pada 6
jam pasca operasi adalah 4,76, pada 12 jam pasca operasi adalah 6,18, pada
24 jam pasca operasi adalah 7,18 yang termasuk dalam peristaltik usus
normal.
2. Nilai rata – rata hasil pengukuran frekuensi peristaltik usus sesudah dilakukan
mobilisasi pada 2 jam pasca operasi adalah 3,25, pada 6 jam pasca operasi
adalah 5,29, pada 12 jam pasca operasi adalah 6,76, pada 24 jam pasca
3. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Paired T-test dengan tingkat
kesalahan 0,05 pada 17 responden diperoleh sig ρ value = 0,000 < ɑ = 0,05,
70
6.3 Saran
Dari hasil penellitan yang peneliti lakukan maka peneliti ingin menyampaikan
post sectio caesarea yang benar sesuai SOP sesuai waktunya dan mencatat
terjadi bila ibu tidak mau melakukan mobilisasi sehingga bisa menekan
komplikasi yang mungkin terjadi pada diri ibu dan ibu dapat melakukan
diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan mampu
maternitas.
mengenai pemulihan peristaltik usus dari segi faktor dan variabel yang
berbeda.
71
DAFTAR PUSTAKA
72
Indiarti, M.T 2007.Caesar, Mengapa Tidak ? Cara Aman Menyambut Kelahiran
Buah Hati Anda.Yogyakarta : Elmatera Publishing.
Janet, W, Penny S dan Ann K. 2007. Kehamilan & Persalinan.Jakarta : PT
Bhuana Ilmu Populer.
Joko, P. 2011. di akses pada 5 februari 2017. Jurnal Ilmiah Tentang Hubungan
Ambulasi Dini Terhadap Aktivasi Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi
Fraktur Ekstremitas Bawah Dengan Anestei Umum Di Ruang Mawar II RS. DR
Moewardi Surakarta.
Latief, A. 2002.Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua.Jakarta : Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
Morris, Marro & Rosenthal. 2010. Clinicalpractice guidelines for early
mobilization hours after surgery. Journal Orthopedic Nursing,29, 290-299.
Narko. 2008. di akses pada 3 februari 2017. Jurnal Ilmiah Tentang Pengaruh
Ambulasi Dini Terhadap Pemulihan Peristaltik Usus Pasien Paska Operasi
Fraktur Femur Dengan Anestesi Umum Di RSUI Kustati Surakarta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba
Medika.
Oswari. 2000. Bedah dan Keperawatannya. Jakarta : PT Gramedia
Patricia dan Sally.2006. Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.Jakarta : EGC.
Pearce, E. 2009.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : EGC.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit,
Edisi 6, Volume 1. Jakarta : EGC.
Rasjidi. 2009. Seksio Sesaria & Laparotomi Kelainan Adneksia Berdasarkan
Evedence Based. Jakarta : Sagung Seto.
Sally, K. 2013. Anaesthesia On The Move. Jakarta : Indeks.
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Offset.
Setiadi. 2007. Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Setyowati. 2013. Karakteristik Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu
Nifas Post Sectio Caesarea, Embrio, Jurnal Kebidanan, gol II.
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC
73
Sjamsuhidajat dan De Jong . 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Sloane, E. 2004.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Stephen dan William. 2011. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC.
Suryani dan Anik.2015. Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Seksio Sesarea.
Jakarta : CV Trans Info Media.
Wahyu, S. 2011. di akses pada 3 februari 2017 jam 07.30. Jurnal Ilmiah Tentang
Perbedaan Efektifitas Antara Kompres Hangat Dan Mobilisasi Terhadap Fungsi
Peristaltik Pada Pasien Post Operasi Seksio Cesarea Di RSUD dr. Raden
Soedjati Purwodadi Kabupaten Grobogan.
Wahyudi, S. 2008. di akses pada 2 februari 2017 jam 18.15. Jurnal Ilmiah
Tentang Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Waktu Flatus Pada
Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
74
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
75
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Dengan Hormat,
NIM : 2013020285
Adapun informasi yang Ibu berikan akan dijamin keerahasiannya dan saya
bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan Ibu.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila Ibu setuju ikut serta dalam penelitian ini
dimohon untuk menandatangani kolom yang di sediakan.
Nim 201302085
76
LEMBAR PENJELASAN PENEITIAN
PENGARUH MOBILISASI TERHADAP PEMULIHAN PERISTALTIK
USUS PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RSUD KOTA MADIUN
Oleh :
ISTI’ANAH DAARUL MUFLIHAH
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut atau
tidak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden
penelitian ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.
77
PROSEDUR PELAKSANAAN DENGAN STANDART
OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MOBILISASI PASCA
SECTIO CAESAREA
78
Lampiran 5 Lembar Prosedur Pengukuran Peristaltik Usus
79
Persiapan :
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal ini perlu
3. Tanyakan apakah klien mengalami nyeri abdomen, mual, muntah dan diare
secara nyaman. Letakkan bantal kecil di bawah lutut dan kepala untuk
menurunkan ketegangan otot abdomen. Bagian perut dibuka hanya dari area
garis dada hingga pubis untuk menghindari klien menggigil dan gemetar,
Prosedur pemeriksaan :
80
2. Gunakan diafragma lempeng datar. Suara usus memiliki frekuensi tinggi dan
4. Dengarkan peristaltik usus aktif-suara deguk yang tidak teratur terjadi kira –
kira setiap 5-20 detik. Durasi 1 peristaltik usus dapat memiliki rentang kurang
borborigmus. Tidak ada peristaltik usus (tidak terdengar dalam 3-5 menit)
81
Peristaltik usus hiperaktif menunjukkan peningkatan motilitas usus dan
6. Catat frekuensi peristaltik usus : hiperaktif, hipoaktif atau tidak ada peristaltik
usus.
82
LEMBAR OBSERVASI PEMULIHAN PERISTALTIK USUS POST SECTIO
CAESAREA
A. Identitas Responden
Pendidikan :
SD SMA
Pekerjaan :
Jumlah paritas :
Primipara Multipara
83
Jam 2 Jam Post SC 6 Jam Post SC 12 Jam Post SC 24 Jam Post SC
Frekuensi Latihan 1 Frekuensi Frekuensi Latihan 2 Frekuensi Frekuensi Latihan 3 Frekuensi Frekuensi Latihan 4 Frekuensi
peristaltik nafas peristaltik peristaltik miring peristaltik peristaltik duduk peristaltik peristaltik belajar peristaltik
sebelum dalamdan sesudah (x) sebelum kanan sesudah (x) sebelum baik sesudah (x) sebelum berdiri sesudah (x)
(x) menggerak (x) dan (x) bersandar (x) dan
kan kaki miring atau tidak berjalan
kiri
84
Lampiran 7 Lampiran Surat Izin Penelitian
85
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian Dari Bangkespol
86
Lampiran 9 Surat Keterangan Selesai Penelitian
87
Lampiran 10 Jadwal Kegiatan
JADWAL KEGIATAN
BULAN
No. Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pembuatan dan
Konsul Judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Bimbingan
Proposal
4 Ujian Proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengambilan Data
7 Penyusunan dan
Konsul Skripsi
8 Ujian Skripsi
88
88
Lampiran 11 Hasil Tabulasi Data
HASIL TABULASI
PENGARUH MOBILISASI TERHADAP PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI
RSUD KOTA MADIUN
No Usia Paritas Pendidikan Pekerjaan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
mobilisa mobilisa mobilisa mobilisa mobilisa mobilisa mobilisa mobilisa
si 2 jam si 2 jam si 6 jam si 6 jam si 12 si 12 si 24 si 24
post SC post SC post SC post SC jam post jam post jam post jam post
SC SC SC SC
3 21 1 3 1 3 3 5 5 6 6 8 9
6 27 1 3 2 4 4 5 6 6 6 7 8
9 32 1 3 1 4 4 5 5 6 7 7 8
12 28 2 2 1 2 2 4 5 6 6 6 7
15 34 2 3 1 4 4 6 6 6 8 8 8
18 34 2 3 2 2 2 5 5 6 6 6 7
21 32 1 3 1 2 3 4 6 6 7 8 8
24 35 1 3 1 4 4 5 6 8 8 8 8
27 31 2 2 1 4 5 5 5 5 6 8 9
30 31 2 3 1 4 4 6 6 7 7 7 8
33 35 2 4 2 4 4 5 6 6 6 6 8
36 27 1 4 2 4 4 5 6 7 8 8 9
39 33 2 4 2 2 2 3 3 5 6 6 7
89
42 28 2 3 1 3 3 4 5 6 6 6 7
45 35 2 1 2 3 3 4 5 6 8 8 8
48 28 2 4 2 3 3 5 5 6 6 7 8
51 29 2 2 1 3 3 5 5 7 7 8 9
Keterangan :
Kode 3 : SMA
Peristaltik Usus ;
Hipoaktif : 0-4x/menit
Normal : 5-35x/menit
Hiperaktif : >35x/menit
90
Lampiran 12 Rekap Hasil Penelitian
Keterangan :
Kode 3 : SMA
Peristaltik Usus ;
Hipoaktif : 0-4x/menit
Normal : 5-35x/menit
Hiperaktif : >35x/menit
91
Lampiran 13 Data Umum
92
93
2. Karakteristik Responden Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan,
94
3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
95
4. Uji Paired T-test
96
5. Hasil Uji Paired T-test
97
98
99
100
101
102
103
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Proposal dan Skripsi
104
105
Lampiran 15 Foto Kegiatan
106
107
108