Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH FOOTBATH THERAPY TERHADAP

PENURUNAN SKALA NYERI PADA IBU POST SECTIO


CAESAREA DI RSU MUHAMMADIYAH METRO
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2021

SKRIPSI

LIA OKTARINA
NIM. 1714301025

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
PENGARUH FOOTBATH THERAPY TERHADAP
PENURUNAN SKALA NYERI PADA IBU POST SECTIO
CAESAREA DI RSU MUHAMMADIYAH METRO
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2021

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Terapan

LIA OKTARINA
1714301025

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Lia Oktarina
Alamat : Dusun I, RT/RW 06/03, Muara Jaya, Sukadana, Lampung Timur
Email : liaoktarn01@gmail.com

Dengan ini menyatakan bahwa naskah ilmiah dengan judul :


“Pengaruh Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu
Post Sectio Caesarea Di RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung
Tahun 2021”
adalah observasi, pemikiran, dan pemaparan asli yang merupakan hasil karya saya
sendiri yang belum pernah dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun
sebagian, dalam bentuk jurnal, working paper, atau bentuk lain yang dapat
dipublikasikan secara umum. Naskah ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya
intelektual saya dan seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini
telah saya sebutkan sesuai kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para
pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang
menyangkut ekspresi kalimat dan desain penulisan.
Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh
tanggungjawab dan intergritas.

Bandar Lampung, Juli 2021


Yang menyatakan

Lia Oktarina
NIM. 1714301025
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH FOOTBATH THERAPY TERHADAP PENURUNAN SKALA


NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSU
MUHAMMADIYAH METRO PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2021

Penulis
Lia Oktarina / 1714301025

Telah diperiksa dan disetujui tim Pembimbing skripsi Program Studi Sarjana
Terapan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Bandar Lampung, Juli 2021
Tim Pembimbing Skripsi

Pembimbing Utama

PURWATI, SPd., MAP


NIP.196304271984022001

Pembimbing Pendamping

Dr. APRINA, S.Kp., M.Kes.


NIP.196404291988032001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik Keseha tan Tanjungkarang

GUSTOP AMATIRIA, S.KP., M.KES


NIP. 197008071993031002

iv
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH FOOTBATH THERAPY TERHADAP PENURUNAN SKALA


NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSU
MUHAMMADIYAH METRO PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2021

Penulis
Lia Oktarina / 1714301025

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang Kemenkes RI Tahun Akademik 2020/2021 sebagai
persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan
Tim Penguji
Penguji Utama

Idawati Manurung, S.Kp.,M.Kes.


NIP. 1964102519880320001
Anggota Penguji

Dr. APRINA, S.Kp., M.Kes.


NIP.196404291988032001
Moderator

PURWATI, SPd., MAP


NIP.196304271984022001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

GUSTOP AMATIRIA, S.KP., M.KES


NIP. 197008071993031002

v
BIODATA PENULIS

Nama : Lia Oktarina


NIM : 1714301025
Tempat & Tanggal Lahir : Toto Katon, 20 April 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun I, RT/RW 06/03, Muara Jaya, Sukadana,
Lampung Timur

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK (2004-2005) : TK PGRI 2 Muara Jaya


SD : SDN 1 Muara Jaya
SMP : SMP N 2 Sukadana
SMA : SMA N 1 Metro
Sarjana Terapan Keperawatan
(2017 – Sekarang) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamduliah, Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberi kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas motivasi, dukungan dan doa dari
semua pihak yang telah ikut serta dalam pembuatan tugas akhir ini. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih pada :
1. ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
2. Terimakasih kepada orangtua saya bapak Sumarsono & ibu Nurjanah serta adik
saya Indra Agussetiawan & Muhammad Reyhan Al-faqih yang telah
memberikan doa, dukungan, pengorbanan dan motivasi baik moril maupun
materi.
3. Terimakasih kepada ibu Purwati,S.Pd.,MAP dan ibu Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes
selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membantu
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Terimakasih kepada seluruh bapak ibu dosen Keperawatan Poltekkes
Tanjungkarang yang telah memberikan pendidikan, ilmu dan pembelajaran
yang sangat bermanfaat
5. Terimakasih untuk teman-temanku Sarjana Terapan Keperawatan angkatan
2017, serta sahabat-sahabatku Astry Eka Wahyuni, Prima Dinar Ainur Rofiq,
Dwi Dewi Masitoh, Putri Maharani, Margareta Linda, Astrid Devi, Ayu Cintia
yang selalu memberikan dukungan serta doa hingga saat ini.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfat bagi siapapun yang
membacanya. Terimakasih

vii
MOTTO

“ Jadilah kuat untuk segala hal yang membuatmu patah ”

viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI, saya yang


bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lia Oktarina

NIM : 1714301025

Program Studi : Sarjana Terapan Keperawatan

Jurusan : Keperawatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-
exclusif Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH FOOTBATH THERAPY TERHADAP PENURUNAN SKALA
NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSU
MUHAMMADIYAH METRO PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2021
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI berhak menyimpan,
mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencinta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandar Lampung, Juli 2021


Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan menyatakan

Dr. Anita, M.Kep.,Sp.Mat LiaOktarina


NIP. 196902101992122001 NIM. 1714301025

ix
x
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

SKRIPSI, JULI 2021


Lia Oktarina

PENGARUH FOOTBATH THERAPY TERHADAP PENURUNAN SKALA


NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSU
MUHAMMADIYAH METRO PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2021

xix+ 52 halaman, 7 tabel, 5 gambar, 12 lampiran

ABSTRAK

Pendahuluan : World Health Organization (WHO) tahun 2015 menepatkan


standar rata-rata sectio caesarea sekitar 5-15% per 1000 kelahiran dunia.
RISKESDAS (2018) data angka persalinan dengan operasi sectio caesarea
mencapai rata-rata 17,6%. Proses melahirkan melalui sectio caesarea berisiko
mengalami nyeri dan cemas yang lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan
normal. Salah satu penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri dengan menggunakan
footbath therapy. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh footbath
therapy terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSU
Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung Tahun 2021.

Metode : Desain penelitian yang digunakan quasi-experiment dengan rancangan


non-equivalent control group design menggunakan teknik Accidental sampling.
Jumlah sampel yang sebanyak 64 responden. Waktu penelitian bulan Juni 2021.
Uji statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.

Hasil : Hasil penelitian didapat rata-rata penurunan skala nyeri sebelum dan
sesudah intervensi dari 6,50 menjadi 4,69 dan rata-rata penurunan nyeri sebelum
dan sesudah pada kelompok kontrol dari 6,46 menjadi 5,68. Sehingga didapatkan
p-value=(0.000) < α (0.05) yang artinya ada pengaruh footbath therapy terhadap
penurunan skala nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSU Muhammadiyah
Metro Provinsi Lampung Tahun 2021. Peneliti menyarankan agar perawat
maupun bidan dalam mengatasi nyeri tidak hanya dengan menggunakan terapi
farmakologi saja namun bisa didampingi dengan terapi non farmakologi yaitu
footbath therapy.

Kata Kunci : Post Sectio Caesarea, Footbath Therapy, Penurunan Skala Nyeri
Daftar Bacaan : 27 (2010-2020)

xi
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

SCRIPT, JULY 2021

Lia Oktarina

THE EFFECT OF FOOTBATH THERAPY ON PAIN SCALE REDUCTION


IN POST SECTIO CAESAREA AT MUHAMMADIYAH METRO RSU
LAMPUNG PROVINCE IN 2021
xix + 52 pages, 7 tables, 5 picture, 12 attachments

ABSTRAC

Background : The World Health Organization (WHO) in 2015 set the average
standard for sectio caesarea around 5-15% per 1000 world births. RISKESDAS
(2018) data on the rate of deliveries by cesarean section reached an average of
17.6%. The process of giving birth through cesarean section has a higher risk of
experiencing pain and anxiety compared to normal. One of the treatments to treat
pain is using footbath therapy. The purpose of this study was to determine the
effect of footbath therapy on reducing pain scale in post sectio caesarea mothers
at Muhammadiyah Metro Hospital, Lampung Province in 2021.

Method : The research design used was a quasi-experimental design with a non-
equivalent control group design using an accidental sampling technique. The
number of samples were 64 respondents. Research time in June 2021. Statistical
test using the Wilcoxon Signed Rank Test

Results : The results showed that the average decrease in pain scale before and
after the intervention was from 6.50 to 4.69 and the average reduction in pain
before and after in the control group was from 6.46 to 5.68. So that we get p-
value = (0.000) < (0.05) which means that there is an effect of footbath therapy
on reducing pain scale in post sectio caesarea mothers at Muhammadiyah Metro
Hospital, Lampung Province in 2021. Researchers suggest that nurses and
midwives in overcoming pain not only by only use pharmacological therapy but
can be accompanied by non-pharmacological therapy, namely footbath therapy

Keywords : Post Sectio Caesarea, Footbath Therapy, Pain Scale


Decrease
Readiness Reading list : 27 (2010-2020)

xii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Terapan Keperawatan Prodi Sarjana Terapan Keperawatan pada Jurusan
Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI. Saya menyadari, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan
penyusunan proposal ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Warjidin Aliyanto., SKM., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Tanjungkarang
Kemenkes RI
2. Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes, selaku ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Tanjungkarang Kemenkes RI
3. Dr. Anita, M.Kep.,Sp.MAT, selaku ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI
4. Purwati, S,Pd., MAP, selaku dosen pembimbing utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan proposal ini;
5. Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan proposal ini
6. Pihak RSUD Muhammadiyah Metro yang telah banyak membantu dalam
usaha memperoleh data yang saya perlukan
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bandar Lampung, Juli 2021

xii
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR..……………...…………………………… i
HALAMAN SAMPUL DALAM.………………………………………… ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………… iii
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………… iv
HALAMAN PENGESAHAN………...…………………………....…....... v
BIODATA PENULIS……………………………………………………... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... vii
MOTTO……………………………………………………………………. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………. ix
SERTIFIKAT KAJI ETIK……………………………………………….. x
ABSTRAK…………………………………………………………………. xi
ABSTRACT………………………………………………………………... xii
KATA PENGANTAR………………………………………....................... xiii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...... xiv
DAFTAR TABEL …………...……………………………………………. xvii
DAFTAR GAMBAR ……………………………….………………...…... xviii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………... 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………… 5
1. Tujuan Umum…………………………………….….. 5
2. Tujuan Khusus..……………………………………… 5
D. Ruang Lingkup Penelitian…… …………………………. 6

xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sectio Caesarea………………………………………….. 7
1. Definisi Sectio Caesarea……………………………... 7
2. Jenis – Jenis Sectio Caesarea………………………… 7
3. Indikasi Sectio Caesarea……………………………... 8
4. Komplikasi Kelahiran Sectio Caesarea……………… 8
B. Konsep Nyeri…………………………………………….. 9
1. Definisi Nyeri…...……………………………………. 9
2. Fisiologis Nyeri Post Sectio Caesarea…………..…… 10
3. Respon Prilaku Nyeri………………………………… 11
4. Klasifikasi Nyeri……………………………………... 12
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Nyeri………….. 16
6. Efek Membahayakan dari Nyeri……………………... 17
7. Penatalaksanaan Nyeri……………………………….. 18
8. Pengukuran Nyeri……………………………………. 19
C. Footbath Therapy………………………………………… 22
1. Definisi Footbath Therapy…………………………… 22
2. Mekanisme Footbath Therapy……………………..… 22
3. Prosedur Footbath Therapy……………………….….. 23
D. Penelitin Terkait………………………………………….. 23
E. Kerangka Teori…………………………………………... 24
F. Kerangka Konsep………………………………………… 25
G. Hipotesis Penelitian……...………………………………. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………... 26
B. Desain dan Rancangan Penelitian………………………... 26
C. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………. 27
D. Populasi dan Sampel Penelitian………………………….. 27
E. Variabel Penelitian…..…..……………………………….. 29
F. Definisi Operasional………….……….…………………. 30
G. Pengumpulan Data……………………………………….. 31
H. Tahap Pelaksanaan Penelitian……………………………. 31
I. Pengolahan Data…………………………………..……...
33
35

xv
J. Etik Penelitian....………………………………………….

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian………………….. 37
B. Hasil Penelitian…………………………………………. 39
C. Pembahasan…………………………………………….. 44
D. Keterbatasan Peneliti……………………………………. 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan…………………………………………...…. 51
B. Saran…………………………………. 51
…………………..
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Respon Prilaku Nyeri.............................................................................14

Tabel 2.2 Perbandingan Nyeri Akut & Nyeri Kronik...............................................17

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.................................................................34

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden.........................................................40

Tabel 4.2 Distribusi Rata – Rata Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Footbath Therapy Pada Kelompok Intervensi.........................................41

Tabel 4.4 Distribusi Rata – Rata Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Relaksasi Napas Dalam Pada Kontrol....................................................42

Tabel 4.4 Perbedaan Rata – Rata Skala Nyeri Pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol...............................................................................43

DAFTAR GAMBAR

xix
Halaman

Gambar 2.1 Numerical Rating Scale (NRS) 22


……………………………..

Gambar 2.2 Skala Analog Visual………………………………………………. 23

Gambar 2.3 Kerangka Teori……………………………………………………. 28

Gambar 2.4 Kerangka Konsep…………………………………………………. 29

Gambar 3.1 Desain 30


Penelitian…………………………………………………..

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian


Lampiran 2 Lembar Informed Consent
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Pernyataan Selesai Meneliti Dari Tempat Penelitian
Lampiran 5 Lembar Observasi Nyeri
Lampiran 6 Standar Operasional Prosedur (SOP) Footbath Therapy
Lampiran 7 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Skala Nyeri
Lampiran 8 Panduan Pengumpulan Data
Lampiran 9 Jadwal Pelaksanaan
Lampiran 10 Tabulasi Penelitian
Lampiran 11 Hasil Uji Statistik
Lampiran 12 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

xix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan hal yang dinantikan oleh ibu hamil.
Persalinan dapat dilakukan secara normal dan persalinan abnormal atau
persalinan dengan bantuan suatu prosedur seperti sectio caesarea. Sectio
caesarea merupakan tindakan untuk membantu persalinan apabila tidak
memungkinkan untuk dilakukan persalinan pervagina. Kondisi tidak
memungkinkan ini biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi seiring
moderenisasi seringkali sectio caesarea menjadi pilihan sadar calon ibu
atau kadang menjadi alternatif yang dianjurkan dokter meskipun tidak ada
indikasi medis seperti partus lama, gawat janin, posisi tidak normal dan
sebagainya yang diperlukan (Aini, 2010).
World Health Organization (WHO) 2018, menepatkan standar
rata-rata sectio caesarea sekitar 5-15% per 1.000 kelahiran dunia. Tingkat
kelahiran sectio caesarea hampir di seluruh negara mengalami
peningkatan, baik negara berkembang maupun negara maju. Peningkatan
prevelansi sectio caesarea menjadi 46% di Cina dan 25% di Asia, Eropa,
dan Amerika Latin (Ferniawati & Hartati, 2019). Sectio caesarea
mengalami nyeri akibat trauma operatif. Variabilitas individu nyeri pasca
operasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk sensitivitas terhadap
nyeri, faktor psikologis, usia, dan genetika (Dewi Marfuah, dkk. 2019).
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukan angka persalinan di Indonesia
pada perempuan umur 10-54 tahun telah mengalami peningkatan dari
tahun 2013, pada tahun 2018 angka persalinan mencapai rata-rata 80%
metode persalinan dengan operasi sectio caesarea pada perempuan 10-54
tahun mencapai rata-rata 17,6% (RISKESDAS, 2018).
Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan oleh Anggraeni, dkk,
pada bulan Februari Tahun 2021, didapatkan jumlah persalinan dengan

1
metode sectio caesarea yang dilakukan di beberapa Rumah Sakit di
provinsi

1
2

Lampung pada pada bulan Februari-Maret tahun 2020, yaitu


berkisar 426 pasien.
Proses melahirkan melalui sectio caesarea berisiko mengalami
nyeri dan cemas yang lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan
spontan (Hayati, 2015). Komplikasi yang terjadi pada ibu menurut Padila
(2015), diantaranya infeksi puerperal (ringan, sedang, dan berat),
pendarahan yang diakibatkan banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka, perdarahan pada plasenta, serta luka kandung kemih, emboli paru-
paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi.
Kemungkinan ruptur tinggi spontan pada kehamilan berikutnya Menurut
Lowdermilk, Perry, dan Bobak (2000), masalah yang biasa terjadi setelah
dilakukannya operasi antara lain: terjadinya aspirasi (25-30%), emboli
pulmonari, pendarahan infeksi pada luka, gangguan rasa nyaman nyeri,
infeksi uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada kandung kemih,
tromboflebitis, infrak dada, dan pireksia (Solehati & Kosasih, 2015).
Nyeri sangat tidak menyenangkan dan merupakan sensasi yang
sangat personal yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat
memenuhi pikiran seseorang mengarahkan semua aktivitas dan mengubah
kehidupan seseorang. Namun nyeri adalah konsep yang sulit untuk
dikomunikasikan oleh seseorang. Seorang perawat tidak dapat merasakan
ataupun melihat nyeri yang dialami oleh pasien (Kozier, Erb, Berman &
Snyder, 2020). Tidak ada dua orang mengalami nyeri yang benar-benar
sama. Selain itu, perbedaan persepsi dan reaksi nyeri individual, serta
banyak penyebab nyeri, memunculkan situasi yang kompleks bagi perawat
saat menyusun perencanaan untuk meredakan nyeri dan memberikan
kenyamanan.
Apabila nyeri dibiarkan tanpa penanganan atau tidak berkurang
intensitasnya, hal tersebut akan mengubah kualitas hidup seseorang secara
signifikan. Nyeri dapat mengganggu setiap aspek dari kehidupan
seseorang. Hal ini mampu menjelaskan manajemen nyeri penting untuk
3

kesejahteraan klien, baik secara fisik maupun psikologis (Potter & Perry,
2010).
Penatalaksanaan nyeri yang efektif adalah aspek penting dalam
asuhan keperawatan. Nyeri lebih dari sekedar sebuah gejela; nyeri
merupakan masalah yang memiliki prioritas tinggi. Nyeri menandakan
bahaya fisiologis dan psikologis bagi kesehatan pemulihan (Kozier, Erb,
Berman & Snyder 2020). Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien
merupakan efek samping yang timbul setelah menjalani suatu operasi
biasanya membuat pasien kesakitan. Penanganan yang sering digunakan
untuk menurunkan nyeri post sectio caesarea berupa penanganan
farmakologi dan non farmakologi.
Penanganan farmakologi untuk menghilangkan nyeri dengan
menggunakan analgesik yang terbagi menjadi tiga tipe, yaitu : (1) non-
opioid, mencakup asetaminofen dan obat antiinflamasi non-steroid
(nonsteroidal antiinflammatory drugs/NSAIDs); (2) opioid (secara
tradisional dikenal dengan narkotik); dan (3)
tambahan/pelengkap/koanalgesik (adjuvants).
Penanganan non farmakologi saat ini menjadi trend baru dan
merupakan metode altenatif untuk mengurangi nyeri pada ibu post sectio
caesarea pemulihan (Kozier, Erb, Berman & Snyder 2020). Menurut
Potter & Perry (2010), penanganan non farmakologi tersebut adalah
relaksasi napas dalam dan imajinasi terpimpin, distraksi, dan stimulasi
kutaneus. Stimulasi kutaneus merupakan stimulasi pada kulit untuk
membantu mengurangi nyeri, ketegangan otot yang dapat meningkatkan
persepsi nyeri. Seperti, Masase/pijatan, mandi dengan air hangat, dan
kantong es. Pemberian sensasi hangat lebih efektif bagi beberapa klien.
Salah satu metode pemberian stimulasi kutaneus yaitu menggunakan
footbath therapy atau rendam kaki air hangat.
Footbath therapy merupakan salah satu bagian dari rangkaian
perawatan postnatal yang dapat memberikan respon relaksasi, meredakan
nyeri tubuh karena dapat membantu dalam pelepasan hormon endorfin di
4

otak yang merupakan pereda nyeri alami serta dapat membantu


meningkatkan sirkulasi darah dengan cara memperlebar pembuluh darah
sehingga dapat memperoleh banyak oksigen yang akan dipasok ke
jaringan yang mengalami pembengkakan (Wulandari dan Arifianto, 2016).
Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, melancarkan aliran darah, menurunkan
ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan (Santosa, 2015).
Pada Penelitian yang dilakukan oleh Detty, dkk. (2019), Footbath
Treatment atau rendam kaki air hangat dan masase sering digunakan
karena mudah dilakukan dan terjangkau. Tetapi efeknya dapat menunjukan
betapa besar Footbath Treatment dalam mempengaruhi pada penurunan
skala nyeri post operasi. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya pada 30
responden menunjukan bahwa skala nyeri sebelum dilakukan intervensi
adalah nyeri sedang sebanyak 26 responden (87,7%). Skala nyeri setelah
dilakukan intervensi sebagian besar adalah nyeri ringan sebanyak 25
responden (83,3%). Hasil uji statistik menunjukan nilai p value
0,000<0,05 artinya ada pengaruh perawatan Footbath Treatment terhadap
nyeri post operasi sectio caesarea.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2021), Hasil penelitian ini
menunjukan sebelum melakukan Footbath Treatment sebanyak 19
responden (63,3%) dengan skala nyeri berat. Setelah melakukan Footbath
Treatment sebanyak 18 responden (60%) dengan skala nyeri sedang. Ada
perbedaan skala nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah
diberikan Footbath Treatment dengan  nilai  p value  0,000 < 0,05.
Diharapkan dapat menjadikan Footbath Treatment sebagai alternatif
dalam penerapan terapi non farmakologi dan komplementer untuk
melakukan penanganan pada nyeri persalinan.
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung
merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki angka persalinan dengan
sectio caesarea yang tinggi di Lampung. Berdasarkan data hasil survey
pada Januari 2021 di RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung
5

didapatkan data selama 3 bulan terakhir dari bulan Oktober sampai


Desember 2020 terdapat ibu post partum dengan persalinan sectio
caesarea sebanyak 188 orang. Beberapa ibu yang sudah melahirkan
persalinan sectio caesarea menunjukan tanda dan gejala nyeri sedang
sampai dengan nyeri berat.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai Pengaruh Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pada Ibu Post Sectio Caesarea Caesarea Di RSU Muhammadiyah Metro
Provinsi Lampung Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Footbath Therapy Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di RSU
Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung Tahun 2021?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui pengaruh footbath therapy terhadap penurunan skala
nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSU Muhammadiyah Metro
Provinsi Lampung Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a) Diketahui distribusi rata-rata skala nyeri ibu post sectio caesarea
sebelum dan sesudah diberikan footbath therapy pada kelompok
intervensi di RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung
Tahun 2021.
b) Diketahui distribusi rata-rata skala nyeri ibu post sectio caesarea
sebelum dan sesudah diberikan relaksasi napas dalam pada
kelompok kontrol di RSU Muhammadiyah Metro Provinsi
Lampung Tahun 2021.
6

c) Diketahui perbedaan rata-rata skala nyeri pada kelompok intervensi


dan kelompok kontrol terhadap penurunan skala nyeri pada ibu
post sectio caesarea Di RSU Muhammadiyah Metro Provinsi
Lampung Tahun 2021.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Dalam Keperawatan
Hasil penelitian ini sebagai bahan bacaan serta untuk
mengembangkan teori dalam peningkatan kualitas penurunan skala
nyeri pada ibu post sectio caesarea, serta sebagai bahan
pengembangan penerapan footbath therapy dalam bidang
keperawatan.
2. Manfaat Aplikatif
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan yang dapat
digunakan untuk merencanakan kebijakan pelayanan keperawatan
khususnya pada ibu post sectio caesarea sehingga dapat menjadikan
footbath therapy sebagai salah satu metode penurunan skala nyeri pada
ibu post sectio caesarea secara non farmakologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dalam lingkup ilmu keperawatan medikal bedah.
Pokok penelitian ini pada pemberian footbath therapy terhadap penurunan
skala nyeri dilakukan pada pasien postpartum dengan sectio caesarea di
RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung Tahun 2021. Jenis
penelitian kuantitatif, menggunakan quasy experiment dengan rancangan
non equivalent control grup design. Subjek penelitian adalah ibu post
sectio caesarea dengan 64 responden. Teknik penelitian ini menggunakan
metode accidental sampling. Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei –
Juni 2021.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesarea
1. Definisi Sectio Caesaria
Sectio caesrea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Padila, 2015),
sedangkan menurut Jitowiyono (2010) sectio caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500gr.

2. Jenis-jenis Sectio Caesarea


Menurut Padila (2015) operasi sectio caesarea dapat di lakukan
melalui:
1) Sectio caesarea abdominalis
a) Sectio caesarea transperitonealis klasik atau corporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira 10 cm. kelebihan sectio caesarea jenis ini
yaitu mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan bisa diperpanjang
proksimal atau distal. Sedangkan kekurangannya yaitu infeksi
mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik,dan lebih beresiko terjadi ruptur uteri
spontan pada persalinan berikutnya.
b) Sectio caesarea ismika atau profundal
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat
pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira
10 cm. kelebihan insisi ini yaitu penjahitan luka lebih mudah,
penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, perdarahan

7
8

tidak begitu banyak, kemungkinan ruptur uteri spontan lebih


kecil. Sedangkan kekurangannya yaitu luka dapat melebar ke
kiri, kanan, bawah sehinggga dapat menyebabkan uteri uterine
pecah sehingga mengakiatkan perdarahan banyak, serta
keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
c) Sectio caesarea ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka
peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum
abdominal.
2) Vagina (Sectio caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan
sebagai berikut : sayatan memanjang (longitudinal), sayatan
melintang (transversal), sayatan memanjang (longitudinal).

3. Indikasi Sectio Caesarea


Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal
mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin
dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio caesarea
proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal
(Padila, 2015). Indikasi sectio caserea, antara lain : fetal distress, his
lemah/melemah, janin dalam posisi sungsang atau melintang, bayi
besar (BBL≥4,2 kg), plasenta previa, kelainan letak, disproporsi
cevalo-pervik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul),
rupture uteri mengancam, hydrocephalus, primi muda atau tua, partus
dengan komplikasi, panggul sempit, problema plasenta.

4. Komplikasi Kelahiran Sectio Caesarea


Komplikasi yang terjadi pada ibu menurut Padila (2015),
diantaranya infeksi puerperal (ringan, sedang, dan berat), pendarahan
yang diakibatkan banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka,
perdarahan pada plasenta, serta luka kandung kemih, emboli paru-paru
dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi.
9

Kemungkinan ruptur tinggi spontan pada kehamilan berikutnya


Menurut Lowdermilk, Perry, dan Bobak (2000), masalah yang biasa
terjadi setelah dilakukannya operasi antara lain: terjadinya aspirasi
(25-30%), emboli pulmonari, pendarahan infeksi pada luka, gangguan
rasa nyaman nyeri, infeksi uterus, infeksi pada traktus urinarius,
cedera pada kandung kemih, tromboflebitis, infrak dada, dan pireksia
(Solehati & Kosasih, 2015).

B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Asosiasi Internasional untuk penelitian nyeri (Internasional
Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai
suatu pengalaman perasaan dan emosi yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan sebenarnya ataupun potensial pada suatu
jaringan. Nyeri merupakan perasaan tubuh atau bagian dari tubuh
manusia, yang senantiasa tidak menyenangkan dan keberadaan nyeri
dapat memberikan suatu pengalaman alam rasa (Judha, 2012).
Walaupun nyeri merupakan sebuah pengalaman universal, sifat
nyeri tetap menjadi misteri. Diketahui bahwa nyeri sangat bersifat
subjektif dan individual dan bahwa nyeri merupakan salah satu
mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan adanya masalah.
Nyeri yang tidak ditangani menyebabkan bahaya fisiologis dan
psikologis bagi kesehatan dan penyembuhannya (Kozier, Erb, Berman
& Snyder 2020).
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri,
diantaranya sebagai berikut :
a) Teori gerbang kendali
Menurut teori gerbang kendali Melzack dan Wall (1965),
serabut saraf perifer yang membawa nyeri ke mendula spinalis
dapat memodifikasi inputnya di tingkat mendula spinalis sebelum
input tersebut ditransmisikan ke otak. Sinaps di kornu dorsalis
10

bekerja sebagai sebuah gerbang yang tertutup untuk menjaga


implus agar tidak mencapai otak atau terbuka untuk
memungkinkan implus naik menuju otak.
Serabut saraf berdiameter kecil membawa stimulus nyeri
melalui sebuah gerbang, tetapi serabut saraf berdiameter besar
menuju gerbang yang sama dapat menghambat transmisi implus
nyeri tersebut sehingga menutup gerbang. Mekanisme gerbang
terletak di sel gelatinosa substansia di dalam kornu dorsalis
mendula spinalis. Karena terbatasnya informasi sensorik yang
dapat mencapai otak pada suatu waktu, sel-sel terdapat
mengganggu implus nyeri. Otak juga dapat mempengaruhi tertutup
dan terbuka nya gerbang.

2. Fisiologis Nyeri Post Operasi


Tindakan operasi, seperti pemotongan atau peregangan jaringan
mengakibatkan trauma dan inflamasi pada jaringan sekitar, sehingga
akan menimbulkan stimulus nosiseptif yang merangsang reseptor
nosiseptif. Pada reseptor nosiseptif, stimulus tersebut ditransduksi
menjadi impuls melalui serat aferen primer c-fiber dan aδ-fiber,
kemudian diteruskan ke medula spinalis. Neuron aferen primer
bersinaps dengan neuron aferen sekunder di kornu dorsalis medula
spinalis dan diteruskan ke pusat, yaitu korteks serebri dan pusat yang
lebih tinggi lainnya, melalui jalur spinotalamikus kontralateral dan
spinoretikularis. Impuls tersebut diproses oleh pusat dengan
mekanisme yang kompleks menjadi pengalaman nyeri (Suseno, dkk
2017).
Pada saat terjadi respons inflamasi, mediator inflamasi, seperti
sitokin bradikinin, dan prostaglandin, dilepaskan pada jaringan yang
mengalami kerusakan, akibatnya nyeri nosiseptif dirasakan. Selain itu,
respons inflamasi menyebabkan terjadinya perubahan plastisitas
reversible pada reseptor nosiseptor yang membuat ambang rangsang
11

reseptor nosiseptor menurun. Hal tersebut menyebabkan sensitivitas


terhadap nyeri meningkat pada daerah yang mengalami kerusakan
jaringan, sehingga rangsangan ringan saja dapat menimbulkan rasa
sakit. Proses tersebut dikenal sebagai sensitisasi perifer dengan tujuan
membantu proses penyembuhan dengan cara melindungi daerah yang
mengalami kerusakan jaringan, sehingga terjadinya perbaikan.
Sensitisasi tersebut akan hilang saat mediator-mediator inflamasi
berhenti diproduksi, yaitu pada saat jaringan rusak mengalami
penyembuhan (Suseno, dkk 2017).

3. Respon Prilaku Nyeri


Apabila nyeri dibiarkan tidak mendapatkan penanggan yang tepat,
baik secara fisik maupun psikologis. Beberapa pasien memilih untuk
tidak mengekspresikan nyeri yang dirasakan, karena mereka
menganggap bahwa ekspresi tersebut akan membuat orang lain merasa
tidak nyaman atau merupakan salah satu tanda bahwa mereka
kehilangan kontrol terhadap diri mereka sendiri. Pasien yang memiliki
toleransi yang tinggi terhadap nyeri mampu menahan rasa nyeri tanpa
bantuan atau pertolongan dari orang lain.
Sedangkan, seseorang yang memiliki toleransi nyeri yang rendah
dapat mencari upaya untuk menghilangkan rasa nyeri sebelum nyeri
terjadi. Gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat mengindikasikan
adanya nyeri, seperti mengatubkan gigi-gigi, memegang tubuh yang
terasa sakit, postur tubuh yang membungkuk, dan ekspresi wajah yang
meringis. Beberapa klien bahkan menangis atau mengerang kesakitan
dan biasanya terlihat gelisah atau meminta sesuatu secara terus-
menerus kepada perawat.
Hal ini menjadi penting bagi seseorang perawat untuk mengenali
dan mengamati respon yang ditunjukkan oleh pasien terutama pada
pasien yang tidak mampu atau tidak bisa melaporkan adanya rasa nyeri
yang dirasakan, contohnya pasien dengan gangguan kognitif.
12

Bagaimanpun, kurang atau tidak adanya ekspresi nyeri bukan berarti


pasien tidak merasakan nyeri. Respons perilaku nyeri dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Respons Perilaku Nyeri

Respons Perilaku Nyeri pada Klien


1. Mengaduh
Vokalisasi 2. Menangis
3. Sesak napas
4. Mendengkur
1. Meringis
2. Menggeletukkan gigi
Ekspresi wajah 3. Mengernyitkan dahi
4. Menutup mata atau mulut dengan rapat atau
membuka mata atau mulut dengan lebar
5. Menggigit bibir
1. Gelisah
2. Imobilisasi
3. Ketegangan otot
4. Peningkatan gerakan jari dan tangan
Gerakan tubuh 5. Aktivitas melangkah yang tanggal ketika
berlari atau berjalan
6. Gerakan ritmik atau gerakan
menggosok
7. Gerakan melindungi bagian tubuh
1. Menghindari percakapan
2. Fokus hanya pada aktivitas untuk
Interaksi sosial menghilangkan nyeri
3. Menghindari kontak sosial
4. Penurunan rentang perhatian

Sumber : Potter & Perry (2006)

4. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan :

a) Nyeri berdasarkan asalnya (Kozier, Erb, Berman & Snyder 2020):

1) Nyeri kutaneus
Nyeri kutaneus dapat dikarakteristikan sebagai onset yang
tiba-tiba dengan kualitas yang tajam atau menyengat atau onset
13

yang berlangsung perlahan dengan kualitas seperti sensasi terbakar,


bergantung dari tipe serat saraf yang terlibat.
2) Nyeri somatik profunda
Nyeri somatik berasal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh
darah, dan saraf. Nyeri somatik profunda menyebar dan cenderung
berlangsung lebih lama dibandingkan nyeri kutaneus. Keseleo
pergelangan kaki adalah sebuah contoh nyeri somatik profunda.
3) Nyeri viseral
Nyeri viseral berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga
abdomen kranium dan toraks. Nyeri viseral cenderung menyebar
dan sering kali terasa seperti nyeri somatik profunda, yaitu rasa
terbakar, nyeri tumpul atau merasa tertekan. Nyeri viseral sering
kali disebabkan oleh peregangan jaringan, iskemia, atau spasme
otot.
Misalnya obstruksi usus akan menyebabkan nyeri viseral.
4) Nyeri menjalar
Nyeri menjalar dirasakan di sumber nyeri dan meluas ke
jaringan-jaringan di sekitarnya. Misalnya, nyeri jantung tidak
hanya dirasakan di dada tetapi juga dirasakan di sepanjang bahu
kiri dan turun ke lengan.
5) Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan di satu bagian tubuh
yang cukup jauh dari jaringan yang menyebabkab nyeri. Misalnya,
nyeri yang berasal dari sebuah bagian visera abdomen dapat
dirasakan di suatu area kulit yang jauh dari organ yang
menyebabkan rasa nyeri.
6) Nyeri tak tertahankan
Nyeri tak tertahankan adalah nyeri yang sangat sulit untuk
diredakan. Salah satu contohnya adalah nyeri akibat keganasan
stadium lanjut. Untuk meredakan rasa nyeri ini menggunakan
sejumlah metode, baik farmakologi maupun nonfarmakologi.
14

7) Nyeri neurapatik
Nyeri neurapatik adalah nyeri akibat kerusakan sistem saraf
tepi atau sistem saraf pusat di masa kini atau masa lalu dan
mungkin tidak mempunyai sebuah stimulus, seperti kerusakan
jaringan atau saraf, untuk rasa nyeri. Nyeri neurapatik berlangsung
lama, dapat digambarkan sebagai terbakar, nyeri tumpul, dan nyeri
tumpul yang berkepanjangan kemudian nyeri tajam seperti
tertembak.
(Hawthorn & Redmond, 1998)
8) Nyeri bayangan
Nyeri bayangan yaitu sensasi rasa nyeri yang dirasakan
pada bagian tubuh yang telah hilang, misalnya kaki yang telah
diamputasi.

b) Nyeri berdasarkan berat ringannya:

1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan skala rendah.


2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan skala yang tinggi.
(Sutanto & Fitriana, 2017)
c) Nyeri berdasarkan polanya :
Nyeri dapat digambarkan dalam hal durasi, lokasi, atau etiologinya.
Saat nyeri hanya berlangsung selama periode pemulihan yang telah
diperkirakan, nyeri digambarkan sebagai :
1) Nyeri akut
Nyeri akut bersifat melindungi, memiliki penyebab yang dapat
diidentifikasi, berdurasi pendek, dan memiliki sedikit kerusakan
jaringan serta respon emosional. Pada akhirnya, nyeri akut akan
ditangani dengan atau tanpa pengobatan setelah jaringan yang rusak
sembuh (Potter & Perry 2010).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik berlangsung lama, biasanya bersifat kambuh atau
15

menetap selama 6 bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi tubuh.


Nyeri akut dan nyeri kronik menyebabkan respon fisiologis dan
perilaku yang berbeda.

Tabel 2.2 Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronik


Nyeri Akut Nyeri Kronik
Ringan dan berat Ringan sampai berat
Respon saraf simpatik : Respon sistem saraf parasimpatik :
Peningkatan denyut nadi Tanda-tanda vital normal
Peningkatan frekuensi
pernapasan
Peningkat tekanan darah
Diafosis Kulit kering hangat
Dilatasi pupil Pupil normal atau dilatasi
Berhubungan dengan cedera Terus berlanjut setelah
jaringan; hilang dengan penyembuhan
penyemnbuhan.
Klien tampak gelisah dan cemas Klien tampak depresi dan menarik
diri
Klien melaporkan rasa nyeri Klien sering kali tidak
menyebutkan rasa nyeri kecuali
ditanya
Klien menunjukan perilaku yang Perilaku nyeri sering kali tidak
menidentifikasikan rasa nyeri :
muncul
menangis, menggosok area
nyeri, memegang area nyeri

Sumber : Kozier, Erb, Berman & Snyder 2020

d) Nyeri berdasarkan tempatnya:


1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh misalnya pada kulit, mukosa. Nyeri post sectio caesarea
termasuk dalam pheriperal pain, karena nyeri terasa pada kulit
tempat insisi bedah dilakukan.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau pada organ-organ tubuh viceral.
3) Referd pain, yaitu nyeri dalam yang yang disebabkan karena
penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke
16

bagian tubuh di daerah yang berbeda bukan daerah asal nyeri.


4) General pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan
pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan
lian-lain.
(Sutanto & Fitriana, 2017)

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


Terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi persepsi individu
terhadap nyeri, untuk memahami faktor-faktor tesebut agar dapat
memberikan pendekatan yang tepat dalam pengkajian dan perawatan
terhadap klien yang mengalami nyeri. Faktor-faktor tersebut antara
lain: (Andarmoyo, 2020).
a) Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri
Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan
membantu mengatasi nyeri. Karena ibu telah memiliki koping
terhadap nyeri. Ibu primipara dan multipara kemungkinan akan
merespon secara berbeda terhadap nyeri walaupun menghadapi
kondisiyang sama, yaitu persalinan. Hal ni disebabkan ibu
multipara telah memiliki pengalaman pada persalinan sebelumnya.
b) Usia
Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang
masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri
yang dirasakan menjadi lebih hebat. Usia juga dipakai sebagai
salah satu faktor dalam menentukan seiring bertambahnya usia dan
pemahaman terhadap nyeri.
c) Kebudayaan/suku
Budaya tertentu akan mempengaruhi respon seseorang terhadap
nyeri. Ada budaya yang mengekspresikan rasa nyeri secara bebas,
tetapi ada pula yang menganggap nyeri adalah sesuatu yang tidak
perlu di ekspresikan secara berlebihan.
17

d) Dukungan Keluarga dan Sosial


Dukungan dari keluarga dan orang terdekat sangat membantu
mengurangi rangsang nyeri yang dialami oleh seseorang. Individu
yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan,
atau perlindungan.
e) Gaya Koping
Klien sering kali menemukan berbagai cara untuk mengembangkan
koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Penting untuk
memahami sumber-sumber koping klien selama mengalami nyeri
dapat digunakan dalam rencana asuhan keperawatan dalam upaya
mendukung klien mengurangi nyeri sampai ketingkat tertentu.

6. Efek Membahayakan Dari Nyeri


Nyeri merupakan kejadian ketidaknyamanan yang dalam
perkembangannya akan mempengaruhi berbagai komponen dalam
tubuh. Menurut (Andarmoyo,2020) Efek nyeri diantaranya, sebagai
berikut :
a) Efek fisik
Nyeri apabila tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek
membahayakan di luar ketidaknyamanan yang disebabkannya.
Selain merasakan ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri dapat
mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal,
endokrin, dan imunologik. Pada kondisi ini, respon stres (respons
neuroendokrin terhadap stres) pada terhadap trauma meningkat.
Sehingga dapat meningkatakan laju metabolisme dan curah
jantung.
b) Efek prilaku
Pada interaksi sosial, individu bisa menunjukan karakteristik
seperti menghindari percakapan, fokus hanya pada aktivitas untuk
mengurangi nyeri, menghindari kontak sosial, dan penurunan
18

rentang perhatian.
c) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Nyeri dapat membatasi mobilisasi pasien, seperti melakukan
mandi, berpakaian, mencuci rambut, dan sebagainya.

7. Penatalaksanaan Nyeri
Menurut Potter & Perry (2010), penatalaksanaan nyeri ada 2 yaitu :
a) Intervensi Nyeri Secara Farmakologis
Banyak substansi-substansi/agen farmakologis tersedia
untuk mengurangi nyeri. perawat harus memberikan semua
analgesik dengan menggunakan pedoman/petunjuk. Analgesik
merupakan metode penanganan nyeri yang paling umum. Ada tiga
tipe analgesik, yaitu :
1) Non-opioid, mencakup asetaminofen dan obat antiinflamasi
non-steroid (nonsteroidal antiinflamatory drugs/NSAIDs).
2) Opioid (secara tradisional dikenal sebagai narkotik)
3) Tambahan/pelengkap/koanalgesik (adjuvants), variasi dari
pengobatan yang meningkatkan analgesik atau memiliki
kandungan analgesik yang semula tidak diketahui.
b) Intervensi Nyeri Secara Non Farmakologis
a. Stimulus Kutaneus
Stimulus kutaneues ada stimulus pada kulit untuk
membantu mengurangi nyeri, hal tersebut dapat
menyebabkan pelepasan endorfin dengan demikian dapat
menghambat transmisi nyeri. Teori gate-control
mengatakan bahwa stimukus kutaneus mengaktivasi
transmisi serabut saraf sensorik A-beta yang lebih besar dan
lebih cepat. Hal ini menutup “gerbang” sehingga
menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dengan
diameter kecil. Stimulus kutaneus juga dapat membantu
mengurangi keteganggan otot yang meningkatkan nyeri.
19

Menurut Potter & Perry (2010) contoh dari stimulus


kutaneus :

1) Pemberian sensari hangat atau dingin


Memberikan sensasi hangat atau dingin bervariasi
disesuaikan dengan kondisi pasien, sebagai contoh
footbath therapy, dapat mengurangi keteganggan otot, dan
melancarkan peredaran darah. Ketika memberikan sensasi
hangat atau dingin, intruksikan pasien menghindari cedera
pada kulit dengan memeriksa suhu dari alat yang
digunakan.
b. Relaksasi napas dalam
Teknik ini didasarkan kepada keyakinan tubuh berespons
pada nyeri yang merangsang pikiran karena kondisi
seseorang. Teknik relaksasi dapat menurunkan keteganggan
fisiologis membuat individu terkontrol terhadap dirinya,
sehingga menurunkan curah jantung, tekanan darah, dan
kecepatan bernapas. Potter & Perry (2010)

8. Pengukuran Nyeri
a) Skala nyeri
Skala nyeri adalah gambaran seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu. Pengukuran nyeri sangat subjektif dan individual
dan kemungkinan nyeri dalam skala yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Skala nyeri dapat diketahui
menggunakan alat ukur atau skala ukur nyeri.
Menurut Kozier, Erb, Berman & Snyder (2020), terdapat beberapa
skala nyeri yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri
yaitu :
1. Numerical Rating Scale (NRS)
NRS merupakan skala nyeri yang popular dan lebih banyak
20

digunakan di klinik, khususnya pada kondisi akut, mengukur


skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi teraupetik, mudah
digunakan dan didokumentasikan.

Gambar 2.1 Numerical Rating Scale (NRS)


Sumber : Kozier, Erb, Berman & Snyder (2020)

Skala nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, skala nyeri


ringan pada skala 1 sampai 3, skala nyeri sedang pada skala 4
sampai 6, skala nyeri berat pada skala 7 sampai 10. Cara
penggunaan skala ini adalah : berilah tanda salah satu angka
sesuai dengan skala nyeri yang dirasakan pasien. NRS
merupakan skala pengukuran nyeri yang mudah dipahami oleh
pasien, dalam penelitian ini skala nyeri NRS diberi warna yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, skala NRS ini yang akan
digunakan sebagai instrumen penelitian. Skala nyeri
dikategorikan sebagai berikut:
1) 0 = tidak nyeri, tidak ada keluhan nyeri
2) 1-3 = nyeri ringan, ada rasa nyeri, mulai terasa dan
masih dapat ditahan
3) 4-6 = nyeri sedang, ada rasa nyeri, terasa mengganggu
dengan usaha yang cukup untuk menahannya
4) 7-10 = nyeri berat, ada nyeri, terasa sangat mengganggu /
tidak tertahankan sehingga harus meringis, menjerit
bahkan berteriak

2. Skala Analog visual (Visual Analog Scale)


21

Skala Analog visual (Visual Analog Scale) adalah sustu


garis lurus/horzontal sepanjang 10cm, dan ujungnya
mengindikasikan untuk nyeri yang berat, ujung kiri
menandakan tidak ada atau tidak nyeri kemudian pasien
diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan
letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut (Smelzer& Bare
2002).

Gambar 2.2 Skala Analog Visual


Sumber : Potter & Perry (2006)

b) SOP Pengukuran Skala Nyeri


a) Persiapan pasien dan lingkungan:
Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan, beri posisi
yang nyaman.
b) Identifikasi pasien.
c) Jelaskan prosedur pengukuran skala nyeri pada pasien.
d) Jelaskan pada pasien tentang skala nyeri:
1.0 = tidak nyeri, tidak ada keluhan nyeri
2.1-3 = nyeri ringan, ada rasa nyeri, mulai terasa dan
masih dapat ditahan
3. 4-6 = nyeri sedang, ada rasa nyeri, terasa mengganggu
dengan usaha yang cukup untuk menahannya
4.7-10 =nyeri berat, ada nyeri, terasa sangat
mengganggu/tidak tertahankan sehingga harus
meringis, menjerit bahkan berteriak.
e) Kaji pengalaman nyeri pasien yang terdahulu
22

f) Kaji skala nyeri pasien dengan meminta pasien untuk


menandai angka yang terdapat pada Numerical Rating Scale
yang sesuai dengan nyeri yang dialami pasien saat itu.
g) Dokumentasikan hasil pengukuran skala nyeri pasien
C. Footbath Therapy
1) Definisi Footbath Therapy
Footbath therapy adalah rendam kaki mengguanakan air hangat
yang merupakan metode perawatan dan penyembuhan menggunakan
air untuk mendapatkan efek-efek terapis. Terapi air merupakan terapi
secara alami yang didasarkan dalam penggunaanya secara internal dan
eksternal sebagai pengobatan (Amirta, 2007).

2) Mekanisme Footbath Therapy


Footbath therapy mempunyai manfaat fisiologis bagi tubuh dan
berdampak pada pembuluh darah dimana air hangat membuat sirkulasi
darah menjadi lancar. Perendaman air hangat akan berpindah ke dalam
tubuh dan akan memperlebar pembuluh darah dan menurunkan
ketegangan otot, memperlancarkan sirkulasi darah, sehingga nyeri
akan berkurang (Tamsuri, 2007 dalam Nelza Safitri, 2016).
Teori gerbang kendali mengatakan bahwa stimulus kulit
mengaktifkan transmisi sarabut saraf sensori A-beta yang lebih besar
dan cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C
dan A berdiameter kecil, gerbang sinap menutup transmisi implus
nyeri. Footbath therapy menggunakan air hangat akan meningkatkan
aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-
produk inflamasi, seperti bradikini, histamin, dan prostaglandin yang
menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat saraf yang
menutup gerbang sehingga transmisi implus nyeri ke medula spinalis
dan ke otak dihambat. (Tamsuri, 2007 dalam Nelza Safitri, 2016).
Penggunaan dari footbath therapy dapat membuat sirkulasi darah
lancar, vaskularisasi lancar dan terjadi vasodilatasi yang membuat
23

relaksasi pada otot karena otot mendapat nutrisi yang dibawa oleh
darah sehingga kontraksi otot menurun (Anugraheni, 2013 dalam
Rahmadhayanti, Eka, 2017). Arovah, 2016 dalam Hakiki, 2018 juga
berpendapat bahwa footbath therapy digunakan untuk meningkatkan
aliran darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada
jaringan. Panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga
mengurangi kekakuan otot.

3) Prosedur Footbath Therapy


Pada prosedur footbath therapy dilakukan 3 kali/hari dan
menggunakan air dengan suhu 40°C yang telah diukur dengan
thermometer selama 20 menit. Sebelum intervensi peneliti melakukan
pretest untuk menggukur skala nyeri pada responden dan setelah tiga
kali intervensi footbath therapy dilakukan posttest untuk mengukur
skala nyeri pada responden, untuk melihat pengaruh footbath therapy
atau terapi air hangat.

D. Penelitian Terkait
Pada penelitian yang dilakukan oleh Detty, dkk. (2019), footbath
treatment atau rendam kaki air hangat dan masase sering digunakan
karena mudah dilakukan dan terjangkau. Tetapi efeknya dapat menunjukan
betapa besar footbath treatment dalam mempengaruhi pada penurunan
skala nyeri post operasi. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya pada 30
responden menunjukan bahwa skala nyeri sebelum dilakukan intervensi
adalah nyeri sedang sebanyak 26 responden (87,7%). Skala nyeri setelah
dilakukan intervensi sebagian besar adalah nyeri ringan sebanyak 25
responden (83,3%). Hasil uji statis tik menunjukan nilai p value
0,000<0,05 artinya ada pengaruh perawatan footbath treatment terhadap
nyeri post operasi sectio caesarea.
Sedangkan, penelitian yang berkaitan dengan persalinan
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2021), Hasil penelitian
24

ini menunjukan sebelum melakukan footbath therapy sebanyak 19


responden (63,3%) dengan skala nyeri berat. Setelah melakukan footbath
therapy sebanyak 18 responden (60%) dengan skala nyeri sedang. Ada
perbedaan skala nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah
diberikan footbath therapy dengan  nilai  p value  0,000 < 0,05.
Diharapkan dapat menjadikan footbath therapy sebagai alternatif dalam
penerapan terapi non farmakologi dan komplementer untuk melakukan
penanganan pada nyeri persalinan.

E. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, maka dapat dibuat kerangka teori
sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kerangka Teori

Ibu post operasi


sectio caesarea

Komplikasi sectio caesarea:


1. Emboli pulmonari
2. Pendarahan
Faktor-faktor yang 3. Infeksi pada luka
mempengaruhi nyeri: 4. Gangguan rasa nyaman nyeri

1. Pengalaman dan
pengetahuan tentang
Nyeri Ringan
nyeri
2. Usia Nyeri Akut Nyeri Sedang
3. Kebudayan/suku
4. Dukungan keluarga Nyeri Sangat
dan sosial
Berat
5. Gaya koping

Intervensi yang dapat Intervensi yang dapat menurunkan


menurunkan nyeri : nyeri :
1) Teknik Farmakologis 2) Teknik Non Farmakologis
a) non-opioid a) Stimulasi Kutaneus
b) opioid 1. Masase/pijatan
c) koanalgesik 2. Pemberian sensasi hangat
(adjuvants) atau dingin
i. Footbath Therapy
25

Sumber : Modifikasi berdasarkan sumber Andarmoyo (2013), Kozier, Erb, Berman &
Snyder (2020), Potter & Perry (2010) dan Sutanto & Fitriana (2017)
F. Kerangka Konsep
Pengaruh Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pada Ibu Dengan Sectio Caesarea di RSU Muhammadiyah Metro tahun
2021.
Kerangka konsep ini disusun mengacu pada kerangka teori sebelumnya.

Kelompok Intervensi :

Nyeri Sebelum Nyeri Sesudah


Ibu minimal 24 jam post Intervensi Ibu minimal 24 jam
sectio caesarea sebelum Pemberian post sectio caesarea
pemberian footbath footbath therapy sesudah pemberian
therapy caesarea footbath therapy

Kelompok Kontrol :

Nyeri Sebelum Nyeri Sesudah


Ibu minimal 24 jam post i Ibu minimal 24 jam post sectio
sectio caesarea sebelum caesarea sesudah pemberian
pemberian relaksasi napas dalam relaksasi napas dalam

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

G. Hipotesis Penelitian
Pernyataan masalah yang spesifik, karakteristik hipotesis dapat
diteliti, menunjukan hubungan variabel-variabel, dapat diuji, mengikuti
temuan-temuan penelitian sebelumnya (Aprina & Anita, 2015). Adapun
hipotesis untuk penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
26

Hipotesis Alternatif (Ha) “ada pengaruh footbath therapy terhadap


penurunan skala nyeri pada ibu sectio caesarea di RSU Muhammadiyah
Metro tahun 2021”.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang
menemukan data penemuan dengan prosedur statistik secara terukur.
Dimana, selama proses penelitian kuantitatif peneliti memusatkan pada
permasalahan yang memiliki karakteristik tertentu pada variabel (Donsu,
2019).

B. Desain dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode quasy
experiment dengan rancangan non equivalent control grup design.
Rancangan non equivalent control grup design dilakukan untuk
mengetahui perbandingan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
footbath therapy pada ibu post sectio caesarea dengan menggunakan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol untuk pembanding.
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Intervensi 01 X 02

Kelompok kontrol 03 04

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

01 : Penilaian skala nyeri kelompok intervensi sebelum diberikan


footbath therapy

02 : Penilaian skala nyeri kelompok intervensi setelah diberikan footbath


therapy

26
27

03 : Penilaian skala nyeri kelompok kontrol sebelum diberikan relaksasi


napas dalam
04 : Penilaian skala nyeri kelompok kontrol sesudah diberikan relaksasi
napas dalam
X : Pemberian intervensi footbath therapy pada kelompok intervensi

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Assalam di RSU Muhammadiyah
Metro Provinsi Lampung Tahun 2021.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Muhammadiyah Metro mulai Mei
– Juni 2021.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang
karakteristiknya akan diduga (diteliti) dan anggota dari populasi
disebut sebagai unit populasi atau elemen populasi (Aprina & Anita,
2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien melahirkan
dengan sectio caesarea berjumlah 188 orang yang riwat selama 3
bulan di RSU Muhammadiyah Metro Provinsi.

2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008).
Cara perhitungan sampel untuk penelitian survey (Lemeshow). Hosmer
dan Klar (Aprina & Anita, 2015). Sampel dalam penelitian ini,
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
28

Rumus : n =
Z2 α . P(1−P) N
1−
2

Ket : d 2 ( N −1 )+ Z 2 α . P (1−P)
1−
2
n : Besaran Sampel
N : Besar Populasi
Z21-α/2 : Standar Deviasi Normal adalah 1,96
d : Tingkat penyimpangan yang diinginkan adalah
0,05
p : Proporsi Populasi adalah 0,5
Berdasarkan rumus yang tertera di atas, maka dapat ditentukan besaran
sampel sejumlah:
Z2 α . P ( 1−P ) . N
1−
2
n=
d 2 ( N −1 )+ Z 2 α . P (1−P)
1−
2

1,96 . 0,5 ( 1−0,5 ) 188


n= 2
0,05 ( 188−1 ) +1,96 .0,5 (1−0,5)

92,12
n= = 31,9
0,96

n = 32 sampel

Jadi, jumlah responden penelitian adalah 32 responden.


Dengan 32 kelompok intervensi dan 32 kelompok kontrol.

Pada penelitian ini ditentukan kriteria inklusi sebagai berikut:


Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu dengan persalinan sectio caesarea
b. Ibu dengan persalinan sectio caesarea minimal 24 jam operasi.
c. Ibu dengan persalinan sectio caesarea yang bersedia untuk
dijadikan responden.
d. Ibu dalam keadaan sadar penuh
29

e. Ibu dengan umur 18 tahun - 45 tahun


f. Ibu dengan skala nyeri 4 - 7 : nyeri sedang dan nyeri berat
29

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :


a. Ibu dengan persalinan sectio caesarea yang tidak bersedia menjadi
responden.
b. Ibu dengan komplikasi pendarahan dan infeksi pada luka operasi
c. Ibu dalam keadaan tidak sadar.

3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non
probability sampling atau non rendom sampling yaitu pengambilan
secara tidak acak, tetapi lebih didasarkan kepada pertimbangan-
pertimbangan tertentu dengan menggunakan metode accidental
sampling adalah metode pengambilan sampel dimana responden
diambil bedasarkan sampel yang ada atau yang tersedia (Aprina &
Anita, 2015).

E. Variable Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki oleh satuan penelitian tentang suatun konsep pengertian
tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya
(Notoatmodjo 2010). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan :
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau berubahnya variabel dependent (terikat). Variable bebas dalam
penelitian ini adalah footbath therapy.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas). Variabel
terikat pada penelitian ini adalah penurunan skala nyeri.
30

F. Definisi Opearsional Variabel


Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2018). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel


Definisi Alat Cara Skala
Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Independent
Footbat Penatalaksanaan - - - -
h pada ibu post operasi
Therapy sectio caesarea yang
dilakukan
footbath
therapy atau rendam
kaki dengan air
hangat dengan cara
melakukan prosedur
sesuai dengan SOP
dilakukan pada suhu
40°C dengan tiga kali
intervensi selama 20
menit.
Dependent
Nyeri post Keluhan nyeri yang Lembar Numer Skore : Ordinal
operasi dirasakan ibu Obervas ical 0 : tidak nyeri
minimal 24 jam i yang Rating 1-3 : nyeri ringan
pertama setelah post diukur Scale 4-6 : nyeri sedang
operasi sectio sebelum (NRS). 7-9 : nyeri berat
caesarea yang dan se Skala 10 : nyeri sangat
digambarkan sudah 0-10 Berat
dengan rentang diberika
angka 0- 10, yang di n
ukur sebelum dan footbat
setelah intervensi h
footbath therapy therapy
31

G. Pengumpulan Data
1. Instrument Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :
a) Lembar Observasi skala nyeri menggunakan Numerical Rating
Scale (NRS) yang diisi oleh responden sebelum dan sesudah
diberikan footbath therapy.
2. Alat dan bahan Penelitian
Alat dan bahan yang perlukan dalam penelitian ini adalah :
a) Lembar oberservasi skala nyeri sejumlah 62 lembar.
b) Lembar informed consent Sejumlah 62 lembar
c) Thermometer air
d) Baskom/ember bentuk tabung dengan tinggi 44 cm, diameter 47
cm, dan tebal 0,25 cm.
e) 2 buah handuk ukuran dewasa (70×135 cm)
Wadah air/termos yang berisi air panas 3 L

H. Tahap Pelakasanaan Penelitian


1. Tahap Pre Intervensi
Peneliti melakukan identifikasi pasien sesuai dengan kriteria
inklusi yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga menjelaskan tujuan
penelitian dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Apabila
responden setuju maka responden menandatangani informed consent.
Responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Pada tahap ini peneliti memberikan observasi
skala nyeri dan menjelaskan cara pengisian observasi pada masing-
masing kelompok responden sebelum diberikan intervensi.
32

2. Tahap Intervensi
a) Kelompok intervensi
1) Peneliti membuat kesepakatan dengan responden kelompok
intervensi untuk memberikan footbath therapy selama 20 menit
minimal 24 jam setelah melahirkan sectio caesarea di ruang
kebidanan. Intervensi diberikan 3 kali/hari dan dalam posisi
nyaman
2) Menjaga privasi pasien
3) Berikan pasien posisi duduk
4) Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air panas sampai
setengah penuh lalu ukur suhu air (40oC) dengan thermometer
air
5) Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki
terlebih dahulu
6) Celupkan dan rendam kaki sampai betis (20 menit)
7) Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka
tambahkan air panas (kaki diangkat dari ember) dan ukur
kembali suhunya dengan thermometer. Atau bisa dengan cara
langsung mengganti dengan ember yang baru dengan suhu
yang sudah diukur dan pindahkan kaki pasien pada ember
selanjutnya atau ember kedua
8) Tutup ember dengan handuk untuk mempertahankan suhu
9) Setelah selesai (20 menit), angkat kaki dan keringkan dengan
handuk
10) Rapikan alat

b) Kelompok kontrol
Peneliti membuat kesepakatan dengan responden kelompok
kontrol untuk memberikan relaksasi napas dalam dalam sesuai
dengan program rumah sakit selama 15 menit minimal 24 jam
setelah melahirkan sectio caesarea di Ruang Assalam. Intervensi
33

diberikan 3 kali/hari dan dalam posisi semifowler agar respoden


merasa nyaman.
3. Tahap Post Intervensi
a) Kelompok intervensi
Setelah memberikan footbath therapy peneliti menjelaskan cara
pengisian lembar observasi. Pengisian lembar observasi skala nyeri
diisi oleh responden dengan bantuan dari peneliti Data tersebut
merupakan data posttest (data setelah diberikan intervensi).
b) Kelompok kontrol
Setelah responden menerima relaksasi napas dalam sesuai dengan
program rumah sakit peneliti menjelaskan cara pengisian lembar
observasi. Pengisian lembar observasi skala nyeri diisi oleh
responden dengan bantuan dari peneliti. Data tersebut merupakan
data posttest kelompok kontrol.

I. Pengolahan Data
1. Tahap Pengolahan Data
Dalam penelitian ini peneliti akan mengolah data menggunakan
program/perangkat lunak komputer. Proses pengolahan data penelitian
akan melalui tahap sebagai berikut : (Aprina & Anita, 2015)
a. Editing (Penyuntingan), Peneliti melakukan pengecekan dan
perbaikan data yang telah dikumpulkan melalui lembar observasi
b. Coding (Pemberian Code), Peneliti mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data dalam bentuk angka atau bilangan.
a) Pretest Intervensi 1 = Pretest kelompok intervensi
b) Posttest Intervensi 1 = Posttest kelompok intervensi
c) Pretest Kontrol 1 = Pretest kelompok kontrol
d) Posttest Kontrol 1 = Posttest kelompok kontrol
34

c. Processing
Setelah dilakukan pengkodean pada data yang diperoleh, selanjutnya
yaitu memproses data agar data dapat dianalisis. Proses data dilakukan
dengan cara memasukkan data observasi dengan menggunakan
software computer.
d. Cleaning (Pembersihan Data), Peneliti mengecek kembali data yang
telah dientry valid atau tidak, ternyata data valid dan tidak terdapat
missing pada data yang telah di entry, kemudian data dilakukan
analisis.

2. Analisa Data
Analisa data merupakan tahapan selanjutnya dari penelitian setelah
tahap pengolahan data. Analisa data dimulai dari analisis deskriptif
(univariat) kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat
a. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik
setiap variabel penelitian. Untuk data numerik digunakan nilai
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang akan
diteliti (Aprina dan Anita, 2015). Analisa univariat yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan bantuan perangkat lunak komputer
dengan menggunakan uji t-test dependent untuk melihat perbedaan
rata – rata skala nyeri ibu sebelum dan setelah diberikan footbath
therapy pada kelompok intervensi dan perbedaan skala nyeri ibu
sebelum dan sesudah diberikan relaksasi napas dalam pada kelompok
kontrol. Namun, setelah dilakukan uji normalitas pada kedua
kelompok didapatkan data berdistribusi tidak normal sehingga
digunakan uji altenative yaitu uji Wilcoxon Signed Ranks untuk
mencari perbedaan rata – rata dari masing – masing kelompok dan
data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
35

b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat merupakan tahap selanjutnya dari analisis
univariat. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji t-
test independent, tujuannya untuk mengetahui perbedaan pemberian
footbath therapy dan relaksasi napas dalam terhadap penurunan
skala nyeri pada ibu post sectio caesarea, sehingga dilakukan uji
normalitas dan didapatkan hasil data tidak berdistribusi normal
sehingga peneliti menggunakan uji alternative yaitu uji non-
parametik dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan hasil uji
didapatkan nilai p- value=(0.000) < α (0.05) maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan skala nyeri pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai sum of ranks pada
kelompok intervensi lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu
1272.00 pada kelompok intrevensi dan 808.00 pada kelompok
kontrol, yang artinya pemberian terapi footbath therapy lebih
efektif untuk menurunkan skala nyeri jika dibandingkan dengan
terapi relaksasi napas dalam .

J. Etik Penelitian
Dalam peneleitian harus menerapkan etika penelitian sebagai berikut:
1. Persetujuan Penelitian (Informed Concent)
Informed concent merupakan proses pemberian informasi yang
cukup dapat dimengerti kepada responden mengenai partisipasinya dalam
suatu penelitian. Sebelum melakukan intervensi, peneliti memberikan
informasi kepada responden mengenai tindakan yang akan dilakukan
peneliti. Jika responden setuju maka responden akan menandatangani
lembar informed concent, namun apabila responden menolak untuk diteliti
maka peneliti tidak akan memaksa responden. Peneliti melakukan proses
kaji etik untuk mendapatkan persetujuan penelitian.
2. Keadilan (Justice)
36

Sebelum melakukan intervensi, peneliti mempertimbangkan hak-


hak responden dalam mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan
dengan jalannya penelitian. peneliti berlaku adil dan tidak membedakan
derajat pekerjaan, status sosial, ataupun materi terhadap kelompok
intervensi
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan identitas responden harus dijaga oleh peneliti, dengan
membuat kode pada identitas responden, serta hasil pengukuran hanya
peneliti dan kolektor data yang mengetahui. Dalam proses pengolahan
data, analisa dan publikasi identitas responden dirahasiakan dari orang
lain. Setelah data diolah, lembar observasi akan dimusnahkan.
4. Kejujuran (Veracity)
Peneliti harus bersifat jujur terhadap responden, tidak menutup-nutupi
kebenaran. Peneliti memberikan informasi yang sebenarnya tentang
penelitian yang dilakukan sehingga hubungan antara peneliti dan
responden terbina dengan baik dan timbul hubungan saling percaya.
5. Memberikan Yang Terbaik (Beneficience)
Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian agar
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin untuk responden
dan dapat digunakan pada tingkat populasi
6. Tidak Merugikan (Non malefience)
Peneliti melakukan intervensi yang tidak membahayakan untuk
responden. Dalam penelitian ini, footbath therapy tidak menimbulkan
dampak negatif karena intervensi tersebut dapat menurunkan skala nyeri.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung


1. Sejarah Singkat Berdirinya RSU Muhammadiyah Metro Provinsi
Lampung
Upaya pendirian RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung
telah dimulai sejak tahun 1967. Pada tahun itu, Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Kabupaten Lampung Tengah di Metro telah
memiliki izin operasional Rumah Sakit Penolong Kesengsaraan
Oemat (RS-PKO) Muhammadiyah dari LKES Provinsi Lampung.
Namun pada perkembangan selanjutnya upaya pengembangan
RS PKO Muhammadiyah menjadi tidak maksimal. Pendirian RSU
Muhammadiyah Metro kembali diamanatkan oleh Musywarah Daerah
Muhammadiyah II Kota Metro periode 2005-2010. Majelis
Kesehatan dan Kesehatan Mayrakat (MKKM) PD Muhammadiyah
Kota Metro menyabut baik keputusan tersebut dengan menetapkan
panitia pendirian RSU Muhammadiyah Metro.
Setelah melalui berbagai studi kelayakan dan analisa selama
beberapa bulan, panitia pendirian RSU Muhammadiyah Metro yang
diketuai oleh Drs. Hi. Amin HS, menetapkan lokasi di jalan Soekarno
Hatta No.42 (bekas Rumah Sakit Bersalin “Amanah”) sebagai lokasi
yang layak untuk didirikan RSU Muhammadiyah Metro diatas tanah
seluas 11.012m2, saat ini telah terbangun gedung seluas ± 7.128 m2
dengan berbagai fasilitas. RSU Muhammadiyah Metro mulai
beroperasi sejak bulan OOktober 2007 dan diresmikan pada tanggal
22 Januari 2008 oleh ketua Umum PP Muhammadiyah.

37
38

2. Visi, Misi dan Motto RSU Muhammadiyah Metro Provinsi


Lampung
a. Visi
Visi RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung adalah
terwujudnya rumah sakit yang Islami, unggul, dan prima sebagai
rahmatan lil’alamin.
b. Misi
1) Menjadikan rumah sakit sebagai saran ibadah untuk
melaksanakan dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar.
2) Mengintegrasikan nilai-nilai islami dalam pelayanan dan
tatanan.
3) Membangun tata kelola rumah sakit yang baik, efektif, dan
efisien.
4) Menyediakan fasilitas kesehatan yang lengkap dan modern.
5) Memberikan pelayanan yang cepat,tepat,dan akurat.
6) Menyiapakan sumber daya insani yang terampil,andal, dan
professional.
7) Menrepkan pola pembiayaan yang terjangkau dan berpihak
pada kaum dhu’afa.
c. Motto
Motto RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung adalah
Islami – Ukhuwah – Profesional – Nyaman.

3. Kapasitas dan Pelayanan


Berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan RSU Muhammadiyah
Metro Provinsi Lampung meliputi instalasi gawat darurat, instalasi
rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi bedah central, instalasi
intensif care unit (ICU), instalasi pelayanan perinatology, instalasi
farmasi, instalasi radiologi, instalasi laboratorium, instalasi isolasi
covid, bank darah, instalasi gizi, instalasi kamar jenazah, ambulance,
instalasi laundry, instalasi senitasi, instalasi penunjang pemeliharaan
39

sarana rumah sakit (IPSRS), pendidikan dan pelatihan (Diklat), sistem


informasi manajemen (SIM), dan fasilias umum (masjid, bank/ ATM
dan kantin).

4. Ruang Assalam
Ruang Assalam RSU Muhammadiyah Metro memiliki 9
ruangan, dengan 2 dokter special kebidanan dan penyakit kandungan,
1 dokter spesialis anak dan 18 perawat. Ruang perawatan di instalasi
tersebut, memiliki tempat tidur, yaitu 8 tempat tidur untuk pasien
kelas III, 6 tempat tidur kelas II, 3 tempat tidur kelas I, serta 1 ruang
memandikan bayi.

B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Penelitian telah dilakukan di Ruang Assalam RSU
Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung pada Mei – Juni 2021,
terhadap pasien sectio caesarea. Hasil analisa data tentang
“Pengaruh Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSU Muhammadiyah Metro
Provinsi Lampung Tahun 2021” peneliti sajikan data karakteristik
responden berdasarkan umur, suku, pengalaman operasi sebelumnya
dan riwayat analgesik yaitu sebagai berikut:
40

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit


Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung Tahun 2021
Kelompok Kelompok
Karakteristik Responden Intervensi Kontrol
N % N %
1 Usia
Remaja Akhir (17-25 tahun) 6 18.8 11 34.4
Dewasa Awal (26-35 tahun) 22 68.8 17 53.1
Dewasa Akhir (36-45 tahun) 4 12.5 4 12.5
Total 32 100 32 100
2 Suku
Jawa 17 53.1 22 68.8
Lampung 10 31.3 8 25.0
Suku Lainnya 5 15.6 2 6.3
Total 32 100 32 100
3 Pengalaman Operasi
Pernah 13 40.6 11 34.4
Tidak pernah 19 59.4 21 65.6
Total 32 100 32 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa usia
responden terbanyak adalah usia dewasa awal (26-35 tahun) pada kelompok
intervensi sebanyak 22 orang (68.8%) dan pada kelompok kontrol adalah 17
orang (53.1%). Suku bangsa responden terbanyak adalah suku jawa pada
kelompok intervensi sebanyak 17 orang (53.1%) dan pada kelompok kontrol
sebanyak 22 orang (68.8%). Pengalaman operasi terbanyak baik kelompok
intervensi dan kelompok kontrol adalah tidak pernah sebanyak 19 orang
(59,4%) dan 21 (65.6%)
41

a. Distribusi Rata-Rata Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah


diberikan Footbath Therapy Pada Kelompok Intervensi di
Rumah Sakit Muhammadiyah Metro Tahun 2021

Tabel 4.2 Distribusi Rata-Rata Skala Nyeri Sebelum dan


Sesudah diberikan Footbath Therapy Pada Kelompok
Intervensi di Rumah Sakit Muhammadiyah Metro
Provinsi Lampung Tahun 2021
Variabel Mean Std. Deviasi Minimum Maximum (n)

Pre-test 6,50 0.71 5 7 32


Post-test 4,69 1,27 3 7

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 didapatkan


hasil pengukuran rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan
intervensi footbath therapy adalah 6,50 dengan nyeri terendah
adalah nyeri sedang dengan skala 5 dan nyeri tertinggi adalah
nyeri berat dengan skala 7, sedangkan hasil pengukuran rata-rata
skala nyeri sesudah diberikan footbath Therapy adalah 4,69
dengan skala nyeri terendah adalah nyeri ringan dengan skala 3
dan nyeri tertinggi adalah nyeri berat dengan skala nyeri 7. Setelah
dilakukan uji non-parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon
Signed Rank Test didapatkan dari 32 responden sebanyak 27 orang
mengalami penurunan skala nyeri dan 5 orang tidak mengalami
penurunan skala nyeri, hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan nilai p-value=(0.000) < α (0.05), maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan skala nyeri sebelum dan setelah
diberikan footbath therapy.
42

b. Distribusi Rata-Rata Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah


diberikan Relaksasi Napas Dalam Pada Kelompok Kontrol di
Rumah Sakit Muhammadiyah Metro Tahun 2021

Tabel 4.3 Distribusi Rata-Rata Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah


diberikan Relaksasi Napas Dalam Pada Kelompok
Kontrol di Rumah Sakit Muhammadiyah Metro Tahun
2021
Variabel Mean Std. Deviasi Minimum Maximum (n)

Pre-test 6,46 0.71 5 7 32


Post-test 5,68 0.96 4 7

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan hasil


pengukuran rata-rata skala nyeri pada kelompok kontrol sebelum
dilakukan intervensi relaksasi napas dalam adalah 6,46 sedangkan
setelah diberikan relaksasi napas dalam adalah 5,68.
Skala nyeri tertinggi sebelum diberikan relaksasi napas
dalam adalah nyeri berat dengan skala 7 dan nyeri terendah adalah
nyeri sedang dengan skala 5. Skala nyeri terendah setelah diberikan
relaksasi napas dalam adalah nyeri sedang dengan skala nyeri 5
dan skala nyeri tertinggi adalah nyeri berat dengan skala nyeri 7.
Setelah dilakukan uji non parametrik dengan uji Wilcoxon Signed
Rank Test didapatkan dari 32 responden sebanyak 25 orang
mengalami penurunan skala nyeri dan 7 orang tidak mengalami
penurunan skala nyeri, hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan nilai p-value=(0.000) < α (0.05), maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan skala nyeri sebelum dan setelah
diberikan terapi relaksasi napas dalam.
43

2. Analisis Bivariat
Sebelum melakukan analisa bivariat dilakukan uji normalitas
terlebih dahulu dan didapatkan data tidak berdistribusi normal, maka
untuk mengetahui perbedaan rata-rata penurunan skala nyeri pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan uji non-
parametrik yaitu dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan
diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Analisis Selisih Skala Nyeri Pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol Pasien Post Operasi
Sectio Caesarea l di Rumah Sakit Muhammadiyah
Metro Tahun 2021
Mean
Variabel Rank Sum of Ranks
P-value (n)
Kelompok
39.75 1272.00
Intervensi
0.000 64
Kelompok
Kontrol 25.25 808.00

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan


hasil uji non- parametrik dengan menggunakan uji Mann-Whitney
dan didapatkan nilai p- value=(0.000) < α (0.05) maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan skala nyeri pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai sum of ranks pada
kelompok intervensi lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu
1272.00 pada kelompok intrevensi dan 808.00 pada kelompok
kontrol, yang artinya pemberian terapi footbath therapy lebih
efektif untuk menurunkan skala nyeri jika dibandingkan dengan
terapi relaksasi napas dalam.

C. Pembahasan
44

Berdasarkan hasil karakteristik responden diatas usia terbanyak usia


dewasa awal (26-35 tahun) 22 orang (68,8%) pada kelompok intervensi dan
17 orang (53,1%) pada kelompok kontrol.
Menurut Andarmoyo (2020), Usia muda cenderung dikaitkan dengan
kondisi psikologis yang masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan
sehingga nyeri yang dirasakan menjadi lebih hebat. Usia juga dipakai sebagai
salah satu faktor dalam menentukan seiring bertambahnya usia dan
pemahaman terhadap nyeri.
Menurut Ebersole dan Hess (1994) dalam Potter & Perry (2006),
individu berusia lanjut memiliki resiko tinggi mengalami situasi-situasi yang
membuat mereka merasakan nyeri. Karena usia lansia mengalami kondisi
patologis yang rentan terhadap nyeri. Seseorang lansia yang menderita nyeri,
maka ia dapat mengalami gangguan status fungsi yang serius seperti
mobilisasi, aktivitas perawatan diri, sosialisasi dilingkungan rumah, dan
mengalami penurunan toleransi aktivitas.
Menurut peneliti pada usia dewasa awal seseorang akan lebih bisa
menahan dan mengontrol nyeri yang dirasakan. Selain itu, pada dewasa awal
fungsi sel masih mengalami regenerasi (pembentukan) sel, sedangkan pada
dewasa akhir fungsi sel akan mengalami proses degenerasi (perusakan) sel
sehingga respon adaptif seseorang terhadap nyeri akan lebih rendah.
Usia mempengaruhi respon terhadap nyeri karena semakin bertambahnya
usia maka pemahaman terhadap nyeri akan bertambah sehingga responden
akan berupaya untuk mengatasi nyeri yang sedang dialaminya.
Berdasarkan suku terbanyak diatas menurut peneliti bahwa pada suku
bangsa suku jawa mungkin lebih tertutup dalam merespon nyeri, sedangkan
sebaliknya pada suku lampung seseorang akan lebih merespon nyeri yang
dirasakan. Hai ini didukung dengan pernyataan Potter & Perry (2010), yang
mengatakan keyakinan serta nilai-nilai budaya dapat mempengaruhi cara
individu dalam mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan
dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka, termasuk bagaimana
bereaksi terhadap nyeri.
45

Menurut Andarmoyo (2020), Budaya/suku tertentu akan mempengaruhi


respon seseorang terhadap nyeri. Ada budaya yang mengekspresikan rasa
nyeri secara bebas, tetapi ada pula yang menganggap nyeri adalah sesuatu
yang tidak perlu diekspresikan secara berlebihan.
Pengalaman operasi terbanyak diatas tidak pernah operasi sebelumnya,
menurut peneliti, seseorang yang tidak pernah mengalami riwayat operasi,
semakin takut terhadap nyeri yang akan dirasakan sehingga persepsi terhadap
nyeri semakin meningkat. Sedangkan, seseorang yang pernah mempunyai
riwayat operasi mungkin respon nyeri yang dirasakan dianggap biasa dan
tidak menimbulkan kecemasan yang berlebih.
Menurut Andarmoyo (2020), Pengalaman sebelumnya seperti persalinan
terdahulu akan membantu mengatasi nyeri. Karena ibu telah memiliki koping
terhadap nyeri. Ibu primipara dan multipara kemungkinan akan merespon
secara berbeda terhadap nyeri walaupun menghadapi kondisi yang sama,
yaitu persalinan. Hal ni disebabkan ibu multipara telah memiliki pengalaman
pada persalinan sebelumnya.
Berdasarkan data observasi, pasien yang dilakukan tindakan operasi
mengalami nyeri sedang sampai dengan nyeri berat. Penggunaan analgesik
dalam mengatasi nyeri post sectio caesarea di RSU Muhammadiyah Metro
adalah ketorolac. Ketorolac diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg.
Menurut Marino dan Sutin 2007, dalam sigit 2011) Ketorolac adalah
suatu obat penurun nyeri dari golongan analgesik NSAID (Non Steroid Anti
Inflamasi Drug) memberikan efek analgesik yang potensial namun efek anti
inflamasinya sedang, dapat diberikan secara intramuskular atau intravena.
Obat ini untuk mencegah nyeri pasca bedah, sebagai obat tunggal atau
diberikan bersama opioid.
Menurut (Wong 1996, dalam sigit 2011) ketorolac secara kompetitif
menghambat kedua isoenzim siklooksigenase (COX), COX - 1, dan COX – 2,
dengan cara memblokade ikatan arakhidonat yang menghasilkan efek
farmakologis anti inflamasi, analgesia, dan anti pireksia. Ketorolac 30 mg
intravena memberikan efek analgesia yang setara dengan morfin 10 mg atau
46

meperidin 100 mg. Keuntungan dari ketorolac atau terapi analgesik yaitu
tidak menimbulkan depresi pernapasam atau depresi kardiovaskular.
Menurut (Burke et al., 2006) ketorolac dimetabolisme terutama oleh
sitokrom P450 kemudian dikonjugasi asam glukoronat. Pada pemberia dosis
tunggal intravena waktu paruh 5,2 jam, puncak analgesik dicapai dalam 2
jam. Lama analgesik 4 – 6 jam. Ekskresi terutama melalui ginjal (91,4%) dan
melalui feses (6,1%).
Penelitian ini dilakukan setelah efek dari ketorolac atau terapi analgesik
sudah mengalami waktu paruh, yaitu waktu yang diperlukan untuk turunnya
kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menjadi separuhnya. Sehingga
skala nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSU Muhammadiyah Metro
sudah mengalami penurunan dari efek terapi analgesik.

1. Rata – Rata Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Footbath Therapy Pada
Kelompok Intervensi
Hasil uji analisis rata-rata skala nyeri pada 32 responden kelompok
intervensi didapatkan rata-rata nilai nyeri sebelum dilakukan footbath
therapy adalah 6,50 dan rata-rata nilai nyeri sesudah dilakukan footbath
therapy adalah 4,69, hasil ini menunjukkan adanya penurunan rata-rata skala
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan footbath therapy sebanyak 1,81.
Menurut Detty, dkk. (2019), footbath treatment atau rendam kaki air
hangat dan masase sering digunakan karena mudah dilakukan dan
terjangkau. Tetapi efeknya dapat menunjukan betapa besar footbath
treatment dalam mempengaruhi pada penurunan skala nyeri post operasi.
Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya pada 30 responden menunjukan
bahwa skala nyeri sebelum dilakukan intervensi adalah nyeri sedang
sebanyak 26 responden (87,7%). Skala nyeri setelah dilakukan intervensi
sebagian besar adalah nyeri ringan sebanyak 25 responden (83,3%). Hasil uji
statistik menunjukan nilai p value 0,000<0,05 artinya ada pengaruh
perawatan footbath treatment terhadap nyeri post operasi sectio caesarea.
47

Teori gerbang kendali mengatakan bahwa stimulus kulit mengaktifkan


transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan cepat. Proses ini
menurunkan transmisi dari serabut C dan A berdiameter kecil, gerbang sinap
menutup transmisi implus nyeri. Footbath Therapy menggunakan air hangat
akan meningkatkan aliran darah dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan
produk – produk inflamasi, seperti bradikini, histamin, dan prostaglandin
yang dilepaskan pada jaringan yang mengalami kerusakan, akibatnya nyeri
nosiseptif dirasakan. Panas akan merangsang serat saraf yang menutup
gerbang sehingga transmisi implus nyeri ke mendula spinalis dan ke otak
dihambat. (Tramsuri, 2007 dalam Nelza Safitri, 2016).
Menurut peneliti, adanya penurunan rata-rata skala nyeri pada kelompok
intervensi disebabkan karena dilakukannya footbath therapy dapat
membantu sirkulasi darah menjadi lancar dimana perendaman air hangat
akan berpindah kedalam tubuh dan akan memperlebar pembuluh darah dan
menurunkan ketegangan otot, memperlancar sirkulasi darah, sehingga nyeri
akan berkurang.

2. Rata – Rata Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Footbath Therapy Pada
Kelompok Intervensi
Hasil uji analisis rata-rata skala nyeri pada 32 responden kelompok kontrol
didapatkan rata-rata nilai nyeri sebelum dilakukan relaksasi napas dalam
adalah 6,46 dan rata-rata nilai nyeri sesudah 5,68, hasil ini menunjukkan
adanya penurunan rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah pada kelompok
kontrol. Pada kelompok kontrol ini mengalami penurunan yang sama dengan
kelompok intervensi, namum penurunan penurunan pada kelompok kontrol
lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok intervensi sebesar 0,78.
Berdasarkan toeri dari Smeltzer & Bare (2002), mengatakan bahwa nyeri
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang system saraf pusat. Teori
ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
48

dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Upaya ini dapat
dilakukan dengan relaksasi nafas dalam. Hasil analisis data diatas, sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiatie, Wiwik (2015) dengan judul
“ Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Unipdu Medika
Jombang” , dengan responden berjumlah 30 orang didapatkan hasil p value
0,000 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan ada pengaruh relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea di ruang nifas rumah sakit
advent manado.
Menurut peneliti, penurunan rata-rata skala nyeri pada kelompok kontrol
disebabkan karena pemberian relaksasi nafas dalam, dengan melakukan
relaksasi nafas secara benar dan teratur maka seseorang akan merasakan
nyaman dan rileks sehingga akan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

3. Perbedaan rata – rata skala nyeri pada kelompok intervensi dan


kelompok kontrol terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post sectio
caesarea di RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil uji non- parametrik
dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan didapatkan nilai p-
value=(0.000) < α (0.05) maka dapat disimpulkan adanya perbedaan skala
nyeri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai sum of ranks
pada kelompok intervensi lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu
1272.00 pada kelompok intrevensi dan 808.00 pada kelompok kontrol, yang
artinya pemberian terapi footbath therapy lebih efektif untuk menurunkan
skala nyeri jika dibandingkan dengan terapi relaksasi napas dalam.
Anugraheni, 2013 dalam Rahmadhayanti, Eka (2017), mengatakan
penggunaan dari footbath therapy dapat membuat sirkulasi darah lancar,
vaskularisasi lancar dan terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi pada otot
karena otot mendapat nutrisi yang dibawa oleh darah sehingga kontraksi otot
menurun. Arovah, 2016 dalam Hakiki, 2018 juga berpendapat bahwa
footbath therapy digunakan untuk meningkatkan aliran darah yang dapat
49

meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga


meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot.
Menurut peneliti, penurunan rata-rata skala nyeri pada kelompok
intervensi disebabkan karena pemberian footbath therapy. Pemberian
footbath therapy dapat membantu sirkulasi darah menjadi lancar dimana
perendaman air hangat akan berpindah kedalam tubuh dan akan
memperlebar pembuluh darah dan menurunkan ketegangan otot,
memperlancar sirkulasi darah, sehingga tercapailah keadaan rileks,
sehingga tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin untuk menghambat
transmisi impuls nyeri dari nervus trigeminus dan mengakibatkan
tertutupnya substansia gelatinosa di thalamus. Tertutupnya substansia
gelatinosa di thalamus mengakibatkan stimulasi yang menuju korteks
serebri terhambat sehingga nyeri berkurang.
Adanya stimulus nyeri pada area luka bedah yang menyebabkan
keluarnya mediator nyeri yang akan menstimulasi transmisi impuls
disepanjang serabut saraf aferen nosiseptor ke substansia gelatinosa di
medula spinalis untuk selanjutnya melewati thalamus kemudian
disampaikan ke kortek serebri dan diinterprestasikan sebagai nyeri.
Perlakuan footbath therapy akan menghasilkan impuls yang akan dikirim
melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor, serabut saraf non-nosiseptor
mengakibatkan substansia gelatinosa tertutup sehingga stimulus nyeri
terhambat dan berkurang. Hasil uji statistik dengan hasil uji non-parametrik
dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan didapatkan nilai p-
value=(0.000) < α (0.05) maka dapat disimpulkan adanya perbedaan skala
nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nilai sum of ranks
pada kelompok intervensi lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu
1272.00 pada kelompok intrevensi dan 808.00 pada kelompok kontrol,
yang artinya pemberian terapi footbath therapy lebih efektif untuk
menurunkan skala nyeri jika dibandingkan dengan terapi relaksasi napas
dalam. Sehingga Ha diterima yang artinya ada pengaruh footbath therapy
50

terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSU
Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung Tahun 2021.
D. Keterbatasan Penelitian
Pada saat melakukan penelitian ada beberapa keterbatasan yang dapat
mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan
tersebut sebagai berikut:
1. Lamanya waktu pembuatan surat izin penelitian.
2. Sampel penelitian membutuhkan pembahasan yang ketat berupa kriteria
inklusi dan eksklusi pada responden sehingga sebagian populasi tidak
dapat dijadikan sampel.
3. Responden masih mengalami kecemasan dan merasa takut ketika akan
dimintai persetujuan untuk dilakukan tindakan, sehingga peneliti
membutuhkan waktu dan pendekatan yang tepat untuk pengumpulan
data.
4. Adanya kendala saat pemberian intervensi secara langsung keresponden
untuk mrncegah penyebaran virus karena adanya pandemi covid-19,
maka intervensi dilakukan dengan protokol kesehatan.
51
52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh
Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu Post Sectio
Caesarea di RSU Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung Tahun 2021,
maka dapat disimpulan sebagai berikut :
1. Ada penurunan rata-rata nyeri pre-test dan post-test pada kelompok
intervensi sebesar 1,81, dengan nilai terendah pada pre-test adalah 5
dan pada post-test adalah 3, sedangkan nilai tertinggi pada pre-test
dan post-test adalah 7.
2. Ada penurunan rata-rata nyeri pre-test dan post-test pada kelompok
kontrol sebesar 0,78 dengan nilai terendah pada pre-test adalah 5 dan
pada post-test adalah 4, sedangkan nilai tertinggi pada pre-test dan
pada post-test adalah 7.
3. Ada perbedaan rata – rata skala nyeri pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, dengan menggunakan uji Mann-Whitney
didapatkan nilai p-value=(0.000) < α (0.05) dan diperoleh nilai sum
of ranks pada kelompok intervensi lebih besar daripada kelompok
kontrol yaitu 1272.00 pada kelompok intrevensi dan 808.00 pada
kelompok kontrol.

B. Saran
1. Bagi RSU Muhammadiyah Metro
Diharapkan agar rumah sakit dapat menjadikan footbath therapy
sebagai terapi pendamping atau sebagai bagian dari intervensi
keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya dalam
penanganan nyeri pada pasien post sectio caesarea.
52

2. Bagi Tenaga Kesehatan di RSU Muhammadiyah Metro


Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang bertugas di RSU
Muhammadiyah Metro Provinsi Lampung, diharapkan penelitian ini
dapat menjadi informasi sehingga dalam menyusun intervensi
keperawatan dalam mengatasi nyeri bisa didampingi dengan terapi non
farmakologi yaitu footbath therapy.
3. Bagi Responden
Diharapkan agar dapat menerapakan footbath therapy untuk
mengurangi skala nyeri secara mandiri
4. Bagi Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan
menambahkan terapi yang lain yang dikombinasikan dengan footbath
therapy dan dengan lebih memperhatikan fakto-faktor penyebab nyeri.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan
referensi bagi mahasiswa atau calon perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam mengatasi nyeri khususnya pada pasien
pasca bedah Sectio Caesarea dengan menggunakan tindakan secara
non-farmakologi
DAFTAR PUSTAKA

Adhaini (2020)., Pengaruh Terapi Musik Terhadap Bounding Attachment Pada


Ibu Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Restu Bunda
Bandar Lampung Tahun 2020

Aini, H. (2010). Panduan Lengkap Menghadapi persalinan. Yogyakarta: Citra


Pustaka

Andarmoyo, S. (2020). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. (R. KR, Ed.).
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.\

Aprina & Anita, (2015). Riset Keperawatan. Bandar Lampung

Aprina, A., & Puri, A. (2016).Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persalinan


Sectio Caesarea di RSUD dr.H.Abdul MoeloekProvinsi Lampung.Jurnal
Kesehatan, 7(1), 90. https://doi.org/10.26630/jk.v7i1.124

Astuti, I., Utami, P., Widyanthari, D., & Yuwinda, N. (20150) Footbath Treatmen
Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Denpasar.
Erepo.Unud.Ac.Id, 1–6.

Chotimah, D., Herliani, Y., & Astiriyani, E. (2020). Pengaruh Footbath Treatment
Terhadap Nyeri Post Sectio Caesarea Di Ruang Melati Rsud Dr Soekardjo
Tasikmalaya Tahun 2019.

Dimas (2011)., Perbandingan Efektivitas Antara Ketorolak Dan Petidin Sebagai


Obat Anti Nyeri Pasca Operasi. digilib.uns.ac.id

Fernawati, F., & Hartati, R. (2019). Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio
Caesarea Dengan Penyembuhan Luka Operasi Di Rsu Avicenna Kecamatan
Kota Juang Kabupaten Bireue. Journal of Healthcare Technology and
Medicine, 5(2), 318. https://doi.org/10.33143/jhtm.v5i2.47.
Jakarta: EGC.

Jitowiyono, Sugeng & Weni Kristianasari. 2010. Asuhan Keperawatan Post


Operasi Dengan Pendekatan Nanda, Nic, Noc. Yogyakarta: Nuha Medika.

Judha, M. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan.


Yogyakarta Muha Medika. Hal : 169

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2019). Laporan Nasional Riskesdas


2018.Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Kozier, Erb, Berman & Snyder (2020), Buku Ajar Fundamental of nursing :
concepts, process, and practice ( 7 ed., Vol. 2). Jakarta :EGC.

Marfuah, D., Nurhayati, N., Mutiar, A., Sumiati, M., & Mardiani, R. (2019). Pain
Intensity among Women with Post-Caesarean Sectio: A Descriptive Study.
KnE Life Sciences, 2019, 657–663. https://doi.org/10.18502/kls.v4i13.5322

Notoatmodjo, S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

Notoatmodjo, S (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

Padila (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan


Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Rustam, M, (2012), Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, EGC,


Jakarta.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah.

Sudaryono. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press

Sukma Wijaya, I. M. (2018). Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multidisiplin.


(R. I. Utami, Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: ANDI.

Suseno, Andy dkk. (2017).Pencegahan Nyeri Kronis Pasca Operasi.

Sutanto, Andina Vita & Yuni Fitriana. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Teori
Dan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.

Syaifuddin. 2016. Ilmu Biomedik Dasar Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Widiatie, Wiwik. (2015). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit
Unipdu Medika Jombang.
https:www.jurnal.unipdu.ac.id/indeks.php/eduhealth/article/view/476
LAMPIRAN
Lampiran 1

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
Jl. Soekarno Hatta No.6 Bandar Lampung
Telp : 0721-783852 Faxsimile : 0721 – 773918
Website :ww.bppsdmk.depkes.go.id/poltekkestanjungkarang
E-mail : poltekkestanjungkarang@yahoo.co.id

LEMBAR PENJELASAN

Judul Penelitian: Pengaruh Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala Nyeri


Pada Ibu Post Sectio Caerarea di RSU Muhammadiyah Metro Tahun 2021.

Dalam penelitian ini tidak ada resiko dan tidak membahayakan fisik maupun
kesehatan subjek penelitian (responden). Footbath therapy sangat berguna bagi
responden post sectio caesarea guna membantu mengurangi rasa nyeri. Serta
berguna untuk pengembangan pelayanan kesehatan maupun keperawatan.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan footbath therapy kepada responden
yang diharapkan dapat membantu responden menurunkan skala nyeri pada ibu
post sectio caesarea pada kelompok eksperimen dan memberikan tindakan
keperawatan sesuai prosedur rumah sakit tanpa pemberian terapi musik pada
kelompok kontrol. Peneliti akan mengobservasi penurunan skala nyeri responden
setelah 3 kali sehari pemberian footbath therapy pada kelompok eksperimen dan
pada kelompok kontrol. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut digunakan untuk
mengolah data serta setelah selesai penelitian data akan dimusnahkan. Penelitian
terhadap responden akan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari
responden dengan cara responden menandatangani lembar persetujuan dan semua
data yang diteliti dijamin kerahasiannya. Bila selama penelitian ini responden
merasa tidak nyaman, maka responden berhak untuk tidak melanjutkan
partisipasinya dalam penelitian ini. Demikian penjelasan mengenai penelitian ini,
peneliti sangat mengharapkan kerjasama dan keikutsertaan ibu dalam penelitian
ini.
Lampiran 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
Jl. Soekarno Hatta No.6 Bandar Lampung
Telp : 0721-783852 Faxsimile : 0721 – 773918
Website :ww.bppsdmk.depkes.go.id/poltekkestanjungkarang
E-mail : poltekkestanjungkarang@yahoo.co.id

LEMBAR PERSETUJUAN/INFORMED CONSENT


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama responden (insial) :
Nomor responden :
Umur :
Ruangan :
Alamat :

Bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian, dengan judul “Pengaruh


Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu Post Sectio
Caesarea Di RSU Muhammadiya Metro Provinsi Lampung Tahun 2021” dan
saya yakin tidak membahayakan bagi kesehatan dan dijamin kerahasiannya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan.

Bandar Lampung,...................... 2021

Menyetujui,

Peneliti Responden

( Lia Oktarina ) (........................................)

NIM. 1714301025
Lampiran 3
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH FOOTBATH THERAPY TERHADAP PENURUNAN SKALA


NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSU
MUHAMMADIYAH METRO TAHUN 2021

A. Identitas Responden

Nama Responden (Inisial) :

Nomor Responden :

Kelahiran ke :

Umur :

Suku :

Riwayat Analgesik :

B. Pre Test Skala Nyeri Numerical Rating Scale (NRS)

C. Post Test Skala Nyeri Numerical Rating Scale (NRS)


Lampiran 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

FOOTBATH THERAPY TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA IBU


POST SECTIO CAESAREA

PERSIAPAN ALAT 1. Thermometer air


DAN BAHAN
2. Baskom/ ember bentuk tabung dengan tinggi
44 cm, diameter 47 cm, dan tebal 0,25 cm.

3. 2 buah handuk ukuran dewasa (70×135 cm)

4. Wadah air/ termos yang berisi air panas 3 L

FASE ORIENTASI 1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan prosedur

4. Menanyakan kesiapan pasien

FASE KERJA 1. Menjaga privasi pasien

2. Berikan klien posisi duduk

3. Mengukur skala nyeri menggunakan Numerik


Scale Rating (NSR) dan mengisi lembar observasi

4. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air


panas sampai setengah penuh lalu ukur suhu air
(40oC) dengan thermometer air.

5. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk


mencuci kaki terlebih dahulu.

6. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (20 menit)

7. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika


suhu turun maka tambahkan air panas (kaki
diangkat dari ember) dan ukur kembali suhunya
dengan thermometer. Atau bisa dengan cara
lansung mengganti dengan ember yang baru
dengan suhu yang sudah diukur dan pindahkan
kaki pasien pada ember selanjutnya atau ember
kedua.

8. Tutup ember dengan handuk untuk


mempertahankan suhu

9. Setelah selesai (20 menit), angkat kaki dan


keringkan dengan handuk.

10. Rapikan alat

FASE TERMINASI 1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Menyampaikan rencana tindak lanjut

3. Catat hasil kegiatan dalam lembar observasi

Modifikasi berdasarkan sumber Kusumaastuti (2008)


Lampiran 7

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Skala Nyeri

a. Persiapan klien dan lingkungan:


Beritahu klien tindakan yang akan dilakukan, beri posisi yang
nyaman.
b. Identifikasi klien.
c. Jelaskan prosedur pengukuran skala nyeri pada klien.
d. Jelaskan pada klien tentang skala nyeri:
1) 0 = tidak nyeri, tidak ada keluhan nyeri
2) 1-3 = nyeri ringan, ada rasa nyeri, mulai terasa
dan masih dapat ditahan
3) 4-6 =nyeri sedang, ada rasa nyeri, terasa
mengganggu dengan usaha yang cukup
untuk menahannya
4) 7-10 =nyeri berat, ada nyeri, terasa sangat
mengganggu / tidak tertahankan sehingga
harus meringis, menjerit bahkan berteriak.
e. Kaji pengalaman nyeri klien yang terdahulu
f. Kaji skala nyeri klien dengan meminta klien untuk menandai
angka yang terdapat pada Numerical Rating Scale yang sesuai
dengan nyeri yang dialami klien saat itu.
g. Dokumentasikan hasil pengukuran skala nyeri klien
Lampiran 8
PANDUAN PENGUMPULAN DATA

A. Fase Persiapan
1. Mempersiapkan rencana penelitian serta alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian dengan mengajukan proposal penelitian.
2. Mengkonsultasikan perbaikan proposal, prosedur pemberian footbath
therapy, dan lembar observasi.
3. Menentukan waktu dan tempat penelitian yaitu Mei – Juni 2021 di
Ruang Assalam di RSU Muhammadiyah Metro Tahun 2021
4. Mengurus administrasi guna keperluan izin penelitian dari pihak
bersangkutan.
5. Peneliti melakukan identifikasi pasien sesuai dengan kriteria inklusi
yang telah ditentukan.
B. Fase Pretest
1. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan prosedur penelitian yang
akan dilakukan. Apabila responden setuju maka responden
menandatangani informed consent.
2. Peneliti membagi responden menjadi dua kelompok, yaitu 32
responden pertama merupakan kelompok intervensi dan 32 responden
kedua merupakan kelompok kontrol.
3. Peneliti memberikan lembar observasi pretest skala nyeri dan
menjelaskan cara pengisian lembar observasi pada masing-masing
kelompok responden sebelum diberikan intervensi footbath therapy.
4. Responden mengisi lembar observasi dan peneliti sesuai dengan
kelompok dan keadaan responden.
C. Fase Intervensi
1. Kelompok intervensi
Peneliti membuat kesepakatan dengan responden kelompok intervensi
untuk memberikan footbath therapy selama 20 menit minimal 24 jam
setalah melahirkan sectio caesarea di ruang kebidanan. Intervensi
diberikan 3 kali/hari selama sehari dengan posisi yang nyaman
2. Kelompok kontrol
Responden kelompok kontrol diberikan terapi sesuai dengan program
rumah sakit yaitu relaksasi napas dalam menit minimal 24 jam setalah
melahirkan sectio caesarea di ruang kebidanan. Intervensi dilakukan
selama 15 menit selama 3x/hari
D. Fase Posttest
1. Kelompok intervensi
Setelah memberikan footbath therapy peneliti menjelaskan cara
pengisian lembar observasi skala nyeri posttest. Pengisian lembar
observasi post test skala nyeri diisi oleh responden dengan bantuan
dari peneliti dan peneliti mengisi lembar observasi sesuai kondisi
responden. Data tersebut merupakan data posttest (data setelah
diberikan intervensi).
2. Kelompok kontrol
Setelah responden menerima terapi sesuai dengan program rumah sakit
peneliti menjelaskan cara lembar observasi skala nyeri. Pengisian
lembar observasi skala nyeri diisi oleh responden dengan bantuan dari
peneliti dan peneliti mengisi lembar observasi sesuai kondisi
responden. Data tersebut merupakan data posttest kelompok kontrol.
Lampiran 9

JADWAL PELAKSANAAN

No. Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan Judul Skripsi

2. Proses Bimbingan Proposal Skripsi

3. Seminar Proposal

4. Perbaikan Proposal dan Kaji Etik

5. Izin Penelitian

6. Pelaksanaan Penelitian

7. Analisis Data
8. Penyusunan Laporan Penelitian

9. Seminar Hasil Penelitian

10. Publikasi
Lampiran 10 DATA TABULASI PENELITIAN

PENGARUH FOOTBATH THERAPY TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA IBU

POST SECTIO CAESAREA DI RSU MUHAMMADIYAH METRO TAHUN 2021

TANGGAL 28 MEI 2021 - 30 JUNI 2021

NAMA NO. RUAN PENGALAMAN RIWAYAT EKSPERIMEN KONTROL


NO ALAMAT USIA SUKU SELISIH
INISIAL RM G SEBELUMNYA TERAPI SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
1 Ny. A 171512 Assalam Batang Hari 21 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 6 4     2
2 Ny. A 173517 Assalam Bantul 29 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 5 3     2
3 Ny. E 119170 Assalam Trimurjo 40 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 5     2
4 Ny. H 146355 Assalam Kota Gajah 33 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 7     0
5 Ny. S 171410 Assalam Tubaba 34 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6     1
6 Ny. F 173422 Assalam Pekalongan 30 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 6 5     1
7 Ny. E 173918 Assalam Sekampung 19 Sunda Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6     2
8 Ny. S 173009 Assalam Purbolinggo 23 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 5     1
Labuhan
9 Ny. R 174052 Assalam 26 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6     1
Ratu
10 Ny. S 173224 Assalam Batang Hari 32 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 5     2
11 Ny. R 174158 Assalam Tigeneng 32 Lampung Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 5 3     2
12 Ny. T 174161 Assalam Purbolinggo 24 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 6 4     2
13 Ny. E 174207 Assalam Trimurjo 26 Sunda Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6     1
14 Ny. Y 105773 Assalam Trimurjo 32 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 7     0
15 Ny. I 97311 Assalam Pekalongan 28 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 6 4     2
16 Ny. M 173577 Assalam Sekampung 28 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 7     0
17 Ny. I 64032 Assalam Trimurjo 27 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6     1
18 Ny. H 94410 Assalam Pekalongan 37 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 5 3     2
Mekar
19 Ny. E 73288 Assalam 28 Sunda Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 5     2
Mulyo
20 Ny. N 79206 Assalam 16 C 26 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 7     0
Raman
21 Ny. L 15524 Assalam 28 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 5 3     2
Utara
22 Ny. I 86617 Assalam 21 Yosodadi 36 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 6 4     2
23 Ny. R 173734 Assalam Kota Gajah 28 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 6 5     1
24 Ny. W 62317 Assalam Ganjar Asri 31 Sunda Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6     1
25 Ny. G 124018 Assalam Metro 27 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 5     2
26 Ny. N 99303 Assalam Batang Hari 33 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6     1

27 Ny. D 173811 Assalam Bantul 23 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 6 4     2


Gaya Baru, Palemban
28 Ny. A 173210 Assalam 35 Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 6 4     2
Lam Teng g
29 Ny. Y 173913 Assalam Trimurjo 27 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 5     2
Bumi Ratu
30 Ny. S 173932 Assalam 21 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6     1
Nuban
Ganjar
31 Ny. S 163288 Assalam 36 Lampung Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 6 1
Agung
Ganjar
32 Ny. Y 173974 Assalam 32 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV 7 7 0
Agung
33 Ny. H 143665 Assalam Yoso Mulyo 38 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
34 Ny. S 170546 Assalam Batanghari 42 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     5 4 1
Palemban
35 Ny. T 109754 Assalam Batanghari 25 Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
g
36 Ny. S 158740 Assalam Rumbia 34 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
Bumi Ratu
37 Ny. A 173167 Assalam 24 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
Nuban
Metro
38 Ny. A 173237 Assalam 29 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     5 4 1
Kibang
39 Ny. N 173215 Assalam Trimurjo 35 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
Raman Palemban
40 Ny. B 173236 Assalam 31 Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
Utara g
Ganjar
41 Ny. M 139485 Assalam 28 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 7 0
Agung
Purwasari,
42 Ny. N 174087 Assalam 29 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 7 0
Natar
43 Ny. R 140643 Assalam Mulyojati 20 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
44 Ny. V 174329 Assalam Trimurjo 19 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
45 Ny. N 174263 Assalam Hadimulyo 25 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
Seputih
46 Ny. I 170408 Assalam 27 Lampung Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
Banyak
47 Ny. E 174423 Assalam Bekri 23 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 7 0
48 Ny. U 173266 Assalam Tigeneneng 30 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
49 Ny. I 171865 Assalam Trimurjo 31 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
Bangunsari,
50 Ny. T 173285 Assalam 31 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
Lamteng
Batanghari
51 Ny. S 173340 Assalam 28 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 7 0
Nuban
52 Ny. C 173252 Assalam Pekalongan 29 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 7 0
53 Ny. W 175715 Assalam Natar 24 Lampung Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
54 Ny. D 174615 Assalam Tigeneng 27 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
55 Ny. N 140077 Assalam Punggur 36 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
Seputih
56 Ny. S 173764 Assalam 31 Lampung Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     5 4 1
Raman
57 Ny. V 174232 Assalam Sekampung 42 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
58 Ny. N 172353 Assalam Metro 22 Jawa Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     6 5 1
59 Ny. H 174203 Assalam Trimurjo 34 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
60 Ny. Y 144605 Assalam Metro 23 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 7 0
61 Ny. R 171981 Assalam Hadimulyo 27 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
62 Ny. D 173835 Assalam Natar 23 Lampung Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 7 0
63 Ny. C 173552 Assalam Way Seputih 33 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     7 6 1
64 Ny. T 109754 Assalam Batanghari 25 Jawa Tidak Pernah Ketorolac/30 mg/ IV     5 4 1

Lampiran 11
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
Kelas N Percent N Percent N Percent
Uji Normalitas Kelompok Pretest Eksperimen 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Eksperimen & Kontrol Postest Eksperimen 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Pretest Kontrol 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Postest Kontrol 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%

Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Uji Normalitas Kelompok Pretest Eksperimen Mean 6.5000 .12700
Eksperimen & Kontrol 95% Confidence Interval Lower Bound 6.2410
for Mean Upper Bound 6.7590
5% Trimmed Mean 6.5556
Median 7.0000
Variance .516
Std. Deviation .71842
Minimum 5.00
Maximum 7.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -1.114 .414
Kurtosis -.080 .809
Postest Eksperimen Mean 5.1563 .22500
95% Confidence Interval Lower Bound 4.6974
for Mean Upper Bound 5.6151
5% Trimmed Mean 5.1736
Median 5.0000
Variance 1.620
Std. Deviation 1.27278
Minimum 3.00
Maximum 7.00
Range 4.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -.211 .414
Kurtosis -.933 .809
Pretest Kontrol Mean 6.4688 .12688
95% Confidence Interval Lower Bound 6.2100
for Mean Upper Bound 6.7275
5% Trimmed Mean 6.5208
Median 7.0000
Variance .515
Std. Deviation .71772
Minimum 5.00
Maximum 7.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -1.001 .414
Kurtosis -.280 .809
Postest Kontrol Mean 5.6875 .17061
95% Confidence Interval Lower Bound 5.3395
for Mean Upper Bound 6.0355
5% Trimmed Mean 5.7083
Median 6.0000
Variance .931
Std. Deviation .96512
Minimum 4.00
Maximum 7.00
Range 3.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.228 .414
Kurtosis -.817 .809

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Eksperimen .382 32 .000 .688 32 .000
Uji Normalitas Kelompok Postest Eksperimen .184 32 .008 .911 32 .012
Eksperimen & Kontrol Pretest Kontrol .364 32 .000 .709 32 .000
Postest Kontrol .221 32 .000 .879 32 .002

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas Kelompok Eksperimen & Kontrol


Normal Q-Q Plots
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Posttest Eksperimen - Negative Ranks 27 14.00 378.00
Pretest Eksperimen Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 5c
Total 32
Posttest Kontrol - Pretest Negative Ranks 25d 13.00 325.00
Kontrol Positive Ranks 0e .00 .00
Ties 7f
Total 32
a. Posttest Eksperimen < Pretest Eksperimen
b. Posttest Eksperimen > Pretest Eksperimen
c. Posttest Eksperimen = Pretest Eksperimen
d. Posttest Kontrol < Pretest Kontrol
e. Posttest Kontrol > Pretest Kontrol
f. Posttest Kontrol = Pretest Kontrol
Test Statisticsa
Posttest
Eksperimen - Posttest
Pretest Kontrol -
Eksperimen Pretest Kontrol
Z -4.696b -5.000b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Mann-Whitney Test
Ranks
Group N Mean Rank Sum of Ranks
Pretest Eksperimen Kelompok Eksperimen 32 39.75 1272.00
Kelompok Kontrol 32 25.25 808.00
Total 64

Test Statisticsa
Pretest
Eksperimen
Mann-Whitney U 280.000
Wilcoxon W 808.000
Z -3.483
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Group

Frequency Table
Usia Kelompok Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Remaja Akhir (17-25
6 18.8 18.8 18.8
tahun)
Dewas Awal (26-35) 22 68.8 68.8 87.5
Dewasa Akhir (36-45
4 12.5 12.5 100.0
tahun)
Total 32 100.0 100.0

Suku kelompok Eksperimen


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Jawa 17 53.1 53.1 53.1
Lampung 10 31.3 31.3 84.4
Suku Lainnya 5 15.6 15.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pengalaman Operasi Kelompok Eksperimen


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak pernah 19 59.4 59.4 59.4
Pernah Operasi 13 40.6 40.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

Usia Kelompok Kontrol


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid Remaja Akhir (17-25
11 34.4 34.4 34.4
tahun)
Dewas Awal (26-35) 17 53.1 53.1 87.5
Dewasa Akhir (36-45
4 12.5 12.5 100.0
tahun)
Total 32 100.0 100.0
Suku kelompok Kontrol
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Jawa 22 68.8 68.8 68.8
Lampung 8 25.0 25.0 93.8
Suku
2 6.3 6.3 100.0
Lainnya
Total 32 100.0 100.0

Pengalaman Operasi Kelompok Kontrol


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak pernah 21 65.6 65.6 65.6
Pernah Operasi 11 34.4 34.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
Lampiran 12

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

LEMBAR CATATAN KONSULTASI

NAMA : LIA OKTARINA


NIM : 1714301025
JUDUL SKRIPSI :Pengaruh Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSU
Muhammadiyah Metro Tahun 2021
PEMBIMBING I : PURWATI, SPd., MPd

Tanggal Hasil Konsultasi Paraf


01 Januari 2021 ACC Judul Skripsi
08 Januari 2021 Perbaiki BAB I
Perbaiki data terbaru mengenai sectio
caesarea
15 Januari 2021 Perbaiki BAB I
Perbaiki latar belakang dari data umum
ke khusus
19 Januari 2021 ACC BAB I
Perbaiki BAB II
Perbaiki tinjauan pustaka tentang nyeri
Perbaiki kerangka terori
Perbaiki penelitin terkait
ACC BAB II
22 Januari 2021 Perbaiki BAB III
Perbaiki desain dan rancangan penelitian
Perbaiki SOP penelitian
26 Januari 2021 Perbaiki penulisan pada referensi
Perbaiki penulisan BAB I – III
28 Januari 2021 ACC seminar proposal
Perbaiki penulisan BAB I-III
10 Juni 2021 Perbaiki penulisan pada tujuan khusus
Tambahkan sumber pada teori
Perbaiki pada analisa bivariat
14 Juni 2021 Perbaiki BAB IV
Tambahkan pendapat peneliti pada
pembahasan , optimalkan pembahasan
Tambahkan penelitian terkait dan
dukungan teori dalam penelitian
16 Juni 2021 Perbaiki BAB IV
Perbaiki penulisan tabel cek kembali
panduan
Perbaiki urutan penulisan tabel, N, Mean,
st devisiasi, min-max, p-value
17 Juni 2021 ACC BAB IV
Perbaiki BAB V
Perbaiki kesimpulan penelitian
Perbaiki saran penelitian
Tambahkan saran untuk responden
18 Juni 2021 Perbaiki penulisan skripsi BAB I – V
Perbaiki huruf, daftar pustaka
21 Juni 2021 ACC seminar hasil

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Tanjung Karang

Dr.Ns.ANITA,S.Kep.,Sp.Mat
NIP. 196902101992122001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
LEMBAR CATATAN KONSULTASI

NAMA : LIA OKTARINA


NIM : 1714301025
JUDUL SKRIPSI :Pengaruh Footbath Therapy Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSU
Muhammadiyah Metro Tahun 2021
PEMBIMBING 2 : Dr. APRINA, S.Kp.,M.Kes

Tanggal Hasil Konsultasi Paraf


01 Januari 2021 ACC Judul Skripsi
Perbaiki penulisan judul
Perbaiki penulisan proposal
02 Februari 2021
Perbaiki BAB I , latar belakang
menggunakan piramida terbalik, lengkapi
tujuan khusus, ruang lingkup mencakup
5W + 1H serta tambahkan sampel
penelitian
03 Februari 2021 ACC BAB I
Perbaiki BAB II, mencakup 2 variabel,
lengkapi hipotesis penelitian
03 Februari 2021 Perbaiki BAB III
Desain dan rancangan penelitian
Lengkapi sumber rumus
Perbaiki penulisan tabel
Perbaiki alat dan bahan berdasarkan SOP
ACC BABII
05 Februari 2021 Perbaiki BAB III
Analisa bivariat
Perbaiki penulisan daftar pustaka
menggunakan mendeley

10 Februari 2021 Perbaiki penulisan BAB I – III


12 Februari 2021 ACC seminar proposal
Perbaiki BAB IV
22 Juni 2021 Penulisan tabel
Perbaiki urutan pembahasan :
Hasil penelitian, teori, penelitian terkait,
pendapat peneliti
23 Juni 2021 Perbaiki BAB IV
Sesuaikan pada tujuan khusus
Sesuaikan daftar pustaka dengan teori
yang terdapat pada penelitian
25 Juni 2021 ACC BAB IV
Perbaiki BAB V
Perbaiki kesimpulan penelitian
Perbaiki saran penelitian
Tambahkan saran untuk responden
28 Juni 2021 Sesuaikan kesimpulan dengan tujuan
penelitian
Pada kesimpulan menjawab dari tujuan
penelitian
29 Juni 2021 Perbaiki penulisan skripsi BAB I – V
Huruf, bahasa asing, daftar pustaka, dan
penomoran
30 Juni 2021 ACC seminar hasil

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Tanjung Karang

Dr.Ns.ANITA,S.Kep.,Sp.Mat
NIP. 196902101992122001

Anda mungkin juga menyukai