Anda di halaman 1dari 14

Vol. 11 No.

3 Juli 2019 (175-188)


DOI: 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188
ISSN: 1829 - 7285
E-ISSN: 2040 - 881X

IMPLEMENTASI SANITASI LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR: LAPORAN INSPEKSI


2018 DARI KECAMATAN KRAMATWATU, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN.

The Implementation of Environmental Sanitation in Elementary Schools: 2018 Inspection Report


from Kramatwatu Sub District, Serang District, Banten Province

Devi Novianti 1, Wiwik Eko Abstrak


Pertiwi 1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah merupakan suatu lembaga yang mempunyai peran mendidik sehingga perlu didukung
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan oleh kondisi sanitasi yang sehat. Kondisi sanitasi yang sehat akan memberikan pengaruh yang
Faletehan Serang, Jalan Raya Cilegon besar terhadap tingkat kesehatan peserta didik sekolah yang bersangkutan. Penelitian ini
KM. 06 Pelamunan Kramatwatu, bertujuan untuk mengetahui gambaran inspeksi sanitasi lingkungan Sekolah Dasar (SD) di
Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Kecamatan Kramatwatu Wilayah Utara tahun 2018. Penelitian ini menggunakan studi
42161
penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah total keseluruhan sekolah dasar yang ada di
Corresponding Author:
wiwikekopertiwi@yahoo.com Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang di Wilayah Utara. Sampel penelitian ini berjumlah
21 sekolah dasar. Pengumpulan data primer menggunakan lembar Inspeksi Sanitasi (IS). Data
diambil dengan cara observasi langsung dan wawancara di tempat penelitian. Hasil penelitian
Article Info menunjukkan sebanyak 42,9%, lokasi SD memenuhi syarat, 57.1% lingkungan halaman
memenuhi syarat, 71.4% pemanfaatan halaman memenuhi syarat, 90.5% bangunan memenuhi
Submitted : 30 Oktober 2018 syarat, 66.7% lantai memenuhi syarat, 19.0% dinding memenuhi syarat, 100 % atap bangun
In reviewed : 27 Novemberr 2018 memenuhi syarat, 85.7% langit-langit memenuhi syarat, 71.4% pintu memenuhi syarat, 90.5%
Accepted : 17 Juni 2019 ruang kelas memenuhi syarat, ventilasi, pencahayaan, tempat wudhu, kualitas fisik air,
Available Online : 17 Juli 2019 kuantitas air 100% memenuhi syarat, 9.5% pembuangan air limbah yang memenuhi syarat,
23.8% pengelolaan sampah memenuhi syarat. 0% kamar mandi dan WC memenuhi syarat.
Saran bagi pihak sekolah agar meningkatkan kesadaran bagi siswa didik untuk ikut berperan
Kata kunci: Inspeksi Sanitasi, aktif dalam menjaga kebersihan sekolah khususnya kebersihan lingkungan, perilaku
Sanitasi Sekolah, Sekolah Dasar
membuang sampah serta kebersihan jamban sekolah dan meningkatkan kerjasama dengan
Puskesmas, Dinas Kesehatan dan STIkes Faletehan untuk meningkatkan kegiatan sanitasi
Keywords: Inspection Sanitation,
lingkungan sehingga memenuhi syarat kesehatan.
Schools Sanitation, Elementary Schools

Abstract
Published by
A poor sanitation conditions in School could have a negative influence on the health level of
students. Moreover, it could also downgrade the quality of teaching and learning performance.
Fakultas Kesehatan Mayarakat This study aim to find out the overview of elementary school environmental sanitation through
Universitas Airlangga inspection in the North Region of Kramatwatu Sub District, in 2018. This study used a
descriptive metodology. While the population of this study was total number of primary schools
Index by in Kramatwatu Sub District, Serang Regency in the North Region. The sample of this study
amounted 21 elementary schools. Primary data collection was obtained from the sanitation
inspection (IS) sheet, whereas the data was taken by direct observation and interviews at the
research site. The results showed that 42.9% of elementary school locations, 57.1% of garden
environment, 71.4% of utilization, 90.5% of the buildings, 66.7% of the floors, 19.0% of the
walls, 100.0% of the roof, 85.7 % of the ceiling, 71.4% of the doors, 90.5% of the classrooms
already met the standard. While, ventilation, lighting, ablution, physical quality of water,
water quantity are 100% in accordance with the requirements. It was also reported 9.5% of
qualified wastewater discharge, 23.8% management garbage, 0% of bathrooms and toilets
have meet the requirement. Suggestions are given to make collaboration with cross-sector to
improve environmental sanitation quality therefore it meets health requirements.

PENDAHULUAN perilaku yang dapat berpotensi merugikan


Kesehatan lingkungan merupakan kondisi kesehatan. Berbagai faktor yang berpotensi
atau keadaan lingkungan yang optimum yang merugikan kesehatan memerlukan suatu upaya
memegang pengaruh terhadap status kesehatan penanganan, diantaranya melalui penyehatan
yang optimum. Kesehatan lingkungan tidak lingkungan. Upaya penyehatan lingkungan
hanya berhubungan dengan faktor fisik, kimia, ditargetkan pada pencegahan penyakit dan
dan biologis namun juga berkaitan dengan faktor menciptakan lingkungan yang sehat dengan
cara menjaga keseimbangan berbagai faktor
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

tersebut sehingga faktor yang ada tidak paling dominan menginfeksi adalah Ascaris
menyebabkan kondisi yang dapat merugikan lumbricoides (83,34%) (Chadijah dkk, 2014).
derajat kesehatan lingkungan masyarakat Keberadaan sanitasi lingkungan sekolah
(Suyono, 2011). Upaya penyehatan lingkungan sebagai bagian dari prasarana pendidikan
atau sanitasi lingkungan dapat diartikan sebagai cenderung dilupakan. Padahal kondisi sanitasi
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan yang buruk dapat memberi pengaruh negatif
dan mempertahankan kondisi lingkungan yang terhadap tingkat kesehatan peserta didik
mendasar dan mempengaruhi kesejahteraan sekolah yang bersangkutan. UNICEF Indonesia
manusia. Sanitasi lingkungan meliputi dalam Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi,
penyediaan air yang bersih dan aman, dan Kebersihan mengatakan bahwa 88%
pembuangan limbah baik dari manusia, hewan kematian anak akibat diare dapat disebabkan
maupun industri, sanitasi makanan, udara yang karena sanitasi dan perilaku kebersihan yang
bersih dan aman, rumah yang bersih dan aman. buruk serta air minum yang tidak aman. Penyakit
Penerapan sanitasi lingkungan tidak hanya diare sendiri menjadi penyebab utama kematian
terbatas pada lingkungan rumah, tempat anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia.
kerja/perkantoran, namun juga pada lingkungan Diare pada anak dapat dicegah melalui
sekolah. Sanitasi sekolah menjadi sangat kebiasaan mencuci tangan dengan air mengalir
penting karena sekolah merupakan tempat yang dan sabun. Perilaku mencuci tangan secara
mempunyai peran strategis terutama mendidik tepat dapat mengurangi resiko penyakit diare
dan menyiapkan sumber daya manusia. sebesar 42% sampai 47%. Sanitasi lingkungan
Sebagai tempat utama dalam mendidik dan yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan,
menyiapkan sumber daya manusia, maka personnal hygiene yang buruk, serta air yang
sekolah diharapkan dapat menjalankan terkontaminasi selain berpotensi menyebabkan
fungsinya sebagai lembaga untuk diare, juga dapat menyebabkan penyakit lain
mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga seperti disentri, kolera, tipus, hepatitis,
kondisi lingkungan sekolah pun haruslah bersih, leptospirosis, malaria, demam berdarah, kudis,
nyaman dan sehat. Sebagian besar waktu anak- penyakit pernapasan kronis dan infeksi parasit
anak dihabiskan di lingkungan sekolah, karena usus (Feryasari, 2015).
lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan Data global pada 2010 mengungkapkan
sehat sangat diperlukan untuk mendukung bahwa 63 juta penduduk Indonesia tidak
proses belajar mengajar. Terdapat beberapa memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB)
indikator dalam sanitasi lingkungan dan fasilitas sembarangan di sungai, laut atau di daratan.
sanitasi sekolah yang perlu mendapatkan Tidak jauh berbeda dengan data kepemilikan
perhatian, diantaranya adalah penyediaan air toilet secara umum, toilet sekolah di Indonesia
bersih, sanitasi dan kebersihan toilet, sarana juga kondisinya masih memprihatinkan.
pembuangan air limbah, sarana pembuangan Pemerintah Indonesia melalui program
sampah, dan upaya sekolah dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
pengendalian vektor (Dewi, 2011) Masyarakat (PAMSIMAS) memandang penting
Seperti diketahui bahwa kondisi sanitasi upaya peningkatan dan perbaikan sarana
sekolah sangat berkaitan erat dengan penyakit, sanitasi sekolah. Melalui Penyediaan Air Minum
khususnya penyakit berbasis lingkungan. dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Lingkungan sekolah yang sanitasinya buruk (PAMSIMAS), mencoba untuk merubah
berpotensi menjadi sumber penularan berbagai pemahaman dunia pendidikan tentang
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan penggunaan sarana sanitasi. PAMSIMAS juga
perserta didik. Penyakit berbasis lingkungan memberikan pendidikan dan pelatihan
karena sanitasi buruk tersebut diantaranya penerapan perilaku sanitasi bagi siswa. Hal ini
adalah penyakit diare, ISPA, dan kecacingan. didasarkan pada data SIM PAMSIMAS yang
Penelitian tentang hubungan pengetahuan, menyebutkan bahwa sanitasi di sekolah pada
perilaku dan sanitasi lingkungan dengan angka 2010 baru dimanfaatkan oleh 749 jiwa dan 2011
kecacingan pada anak sekolah di Kota Palu meningkat menjadi 1.488 jiwa (Pamsimas,
menunjukkan bahwa dari 288 sampel, 90 2010).
sampel terinfeksi cacing dengan jenis cacing Beberapa penelitian tentang sanitasi sekolah
menunjukkan data bahwa sanitasi sekolah

176
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

masih dalam kategori rendah. Penelitian 27 Lembar Inspeksi Sanitasi yang digunakan tidak
sekolah dasar di Kecamatan Kikim Timur yang dilakukan modifikasi. Data yang telah terkumpul
memiliki jamban yang memenuhi syarat kemudian dilakukan analisa secara univariat dan
sebanyak 10 (37%), memiliki sumber air bersih disajikan dalam bentuk tabulasi.
yang memenuhi syarat sebanyak 12 (44,5%),
memiliki septik tank memenuhi syarat sebanyak HASIL DAN PEMBAHASAN
8 (29,6) dan yang memiliki pembuangan air
limbah yang memenuhi syarat sebanyak 9 Kondisi Umum Sanitasi Sekolah Dasar di
(33,3%). (Ulfah, 2016) Kecamatan Kramatwatu
Kecamatan Kramatwatu terdiri 32 sekolah Kondisi umum sanitasi Sekolah Dasar
dasar dan berdasarkan inspeksi sanitasi sekolah berdasarkan hasil penelitian secara lengkap
dasar tahun 2017 diketahui bahwa kondisi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
sanitasi sekolah hanya 45%, dengan kondisi Tabel 1
tempat sekolah dasar yang laik sehat, sebesar Kondisi Umum Sanitasi Sekolah Dasar
60%, lingkungan/halaman yang memenuhi Frekuensi Persentase
syarat 60%, pengelolaan sampah 40%, WC dan Variabel
(Jumlah SD) (%)
tempat cuci tangan 25%. (Puskesmas Lokasi sekolah
Kramatwatu, 2017) kondisi sanitasi tersebut Memenuhi syarat 9 42,9
masih dari target yang telah ditetapkan. Tidak memenuhi syarat 12 57,1
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Lingkungan halaman sekolah
gambaran sanitasi lingkungan Sekolah Dasar Memenuhi syarat 12 57,1
(SD) di Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Tidak memenuhi syarat 9 42,9
Serang tahun 2018. Pemanfaatan halaman sekolah
Memenuhi syarat 15 71,4
METODE PENELITIAN Tidak memenuhi syarat 6 28,6
Bangunan sekolah
Memenuhi syarat 19 90.5
Penelitian ini mengenai inspeksi sanitasi
Tidak memenuhi syarat 2 9,5
Sekolah Dasar di Kecamatan Kramatwatu
dengan menggunakan desain penelitian
deskriptif yang memberikan gambaran secara Lokasi Sekolah
mendalam mengenai kondisi sanitasi Sekolah Berdasarkan observasi inspeksi sanitasi
Dasar setelah dilakukan inspeksi sanitasi. sekolah dasar di Kecamatan Kramatwatu
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan Wilayah Utara seperti yang tertera pada tabel 1
dari Unit Pelaksana Teknis Pendidikan menunjukkan bahwa dari keempat kriteria
Kecamatan Kramatwatu dan mendapatkan ijin kondisi umum sanitasi sekolah yang paling
dari pihak sekolah dasar yang menjadi objek banyak tidak memenuhi persyaratan adalah
penelitian. Jumlah seluruh SD di Kecamatan lokasi sekolah, yaitu dari 21 sekolah dasar
Kramatwatu sebanyak 32 sekolah yang tersebar sebesar 12 (57,1%) yang tidak memenuhi
di wilayah kecamatan Kramatwatu bagian syarat. Sebagian besar (57,1%) sekolah berada
selatan sebanyak 11 sekolah dan wilayah di pinggir jalan utama (jalan raya), terletak di
kecamatan Kramatwatu bagian utara sebanyak dekat sungai, dan terletak di daerah rawan
21 sekolah. Populasi dalam penelitian ini adalah banjir. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan
seluruh Sekolah Dasar di bagian utara wilayah Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1429
Kecamatan Kramatwatu Serang Banten yang tahun 2006 tentang persyaratan kesehatan
berjumlah 21 sekolah. Sampel dalam penelitian lingkungan menyebutkan bahwa lokasi sekolah
ini adalah total populasi. dasar yang memenuhi syarat adalah terhindar
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei dari pencemaran kimia, terhindar dari
hingga Juli tahun 2018. Penelitian ini pencemaran fisik, terhindar dari pencemaran
menggunakan data primer yang berasal dari bakteri, tidak terletak di daerah banjir (Depkes,
observasi dan wawancara dengan 2006).
menggunakan lembar inspeksi sanitasi Sekolah dasar yang terletak di pinggir jalan
kesehatan lingkungan sekolah yang berasal dari raya memungkinkan dapat terpapar
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. pencemaran seperti debu, asap dan juga bising
177
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

dari kendaraan yang melintas. Kebisingan jalan sekolah dasar yang kurang memenuhi
raya merupakan jenis kebisingan yang persyaratan karena masih ditemukan lingkungan
intermitten dan berpotensi menyebabkan yang kurang bersih sehingga terlihat kurang
gangguan pendengaran serta mengurangi indah, sampah yang berserakan, rumput-rumput
konsentrasi belajar siswa. Lingkungan sekolah liar, dan juga tumpukan sampah bekas di bakar,
dalam pembagian kategori baku mutu dan masih ada beberapa sekolah dasar yang
kebisingan, dapat dikategori sebagai terdapat tumpukan barang-barang yang sudah
pemukiman dan perumahan, sehingga baku tidak terpakai yang memungkinkan sebagai
mutu kebisingan yang standar adalah sebesar tempat bersarang/ berkembang biak serangga
55 dBA. Beberapa penelitian terkait dengan khususnya nyamuk dan tikus. Apabila kondisi
kebisingan di lingkungan sekolah menyebutkan tersebut dibiarkan maka dapat menjadi media
bahwa sekolah yang berada di pinggir jalan raya penularan penyakit kepada siswa didik.
mempunyai kebisingan yang melebihi baku Halaman atau pekarangan rumah yang
mutu. Tingkat kebisingan rata-rata 67,5 – 77,2 terdapat barang-barang berserakan dan tidak
dBA (Sihite, dkk, 2013). Selain kebisingan, debu tertata rapi dapat beresiko menjadi tempat
dan asap dari lalu-lalang kendaraan juga perindukan nyamuk, khususnya nyamuk Aedes
berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan aegypti yang dianggap sebagai vektor utama
kesehatan pada anak sekolah, khususnya nyamuk pembawa penyakit DBD. Selain Aedes
penyakit ISPA. aegypti, jenis nyamuk yang dianggap sebagai
Sekolah dasar yang terletak di pinggir jalan vektor DBD di Indonesia yaitu Aedes albopictus.
raya dapat mengurangi paparan polusi dengan Aedes aegypti merupakan nyamuk domestik di
membuat taman atau menanam pohon di sekitar daerah perkotaan, hidup didalam dan sekitar
halaman atau lingkungan sekolah untuk rumah. Aedes abopictus sebagai vektor
mengurangi paparan debu dan asap dari sekunder hidup dan berkembang biak di kebun
kendaraan. Selain mengurangi paparan polusi, atau semak-semak di daerah pedesaan.
pepohan yang ditanam didepan sekolah juga (Pramestuti, N, 2012). Kedua jenis nyamuk
berfungsi untuk memperindah halaman atau tersebut tidak tertutup kemungkinan juga dapat
lingkungan sekolah. Lokasi dekat dengan aliran berkembang biak di sekolah dan sekitar
sungai yang mungkin dapat menyebabkan kebun/halaman sekolah, terutama sekolah-
pencemaran bakteri. Lokasi juga terdapat di sekolah dengan kondisi lingkungan yang tidak
daerah rawan banjir karena lokasi tersebut menenuhi persyaratan kesehatan.
terletak di dataran rendah seperti lokasi lebih Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi tahun
rendah dari jalanan sehingga air meluap ke 2017 oleh tim sanitasi Puskesmas Kramatwatu
sekolah dasar dan juga aliran selokan yang tidak Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang
lancar yang dapat menyebabkan banjir. menunjukkan bahwa lingkungan halaman
mencapai 60% sedangkan pada tahun 2018
Lingkungan Halaman Sekolah Dasar
mencapai 57,1%. Halaman lingkungan sekolah
Lingkungan halaman sekolah dasar yang hendaknya diperhatikan akan kebersihan dan
memenuhi syarat adalah bersih dan indah, tidak keindahannya, untuk itu seperti dedaunan,
memungkinkan sebagai tempat bersarang/ kertas dan plastik yang sering bertebaran di
berkembang biak serangga dan tikus, berpagar lingkungan sekolah supaya segera dibersihkan
kuat, dan terdapat tempat parkir (Depkes, 2006). dan dibuang ke tempat sampah agar tidak
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, menjadi tempat perindukan vektor.
lingkungan halaman sekolah dasar ditemukan Pemanfaatan Halaman Sekolah Dasar
sebanyak 42,9% lingkungan halaman sekolah Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
dasar yang tidak memenuhi syarat. Republik Indonesia No. 1429 tahun 2006,
Lingkungan halaman sekolah dasar pemanfaatan halaman sekolah dasar yang
Kecamatan Kramatwatu Wilayah Utara sudah memenuhi syarat adalah halaman yang
cukup baik karena lingkungan halaman sekolah dimanfaatkan. Berdasarkan hasil penelitian
dasar berpagar kuat dan terdapat tempat parkir, diketahui bahwa sebanyak 71,4% sekolah dasar
di lingkungan halaman terdapat tanaman yang memenuhi syarat. Halaman sekolah dapat
perindang dan tanaman hias yang dapat dimanfaatkan sebagai taman sekolah sehingga
memperindah lingkungan halaman. Lingkungan memberikan kenyamanan dan keindahan

178
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

sekolah. Halaman sekolah dapat ditanami mencapai 90,5%. Bangunan tersebut


berbagai jenis tanaman diantaranya tanaman mengalami peningkatan dimana bangunan
hias, tanaman perdu yang dapat menyerap tersebut lebih baik dari sebelumnya. Bangunan
polusi udara, tanaman jenis obat dan sayuran harus tetap tingkatkan akan kokoh/ kuatnya
seperti cabai, dan lain-lain. Halaman juga di bangunan dan kebersihannya agar terus
jadikan sebagai tempat kegiatan olahraga siswa- mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
siswi. Halaman yang kurang dimanfaatkan tidak (Puskesmas Kramatwatu, 2017).
ditanami pohon-pohon perindang sehingga
Kondisi Konstruksi Sanitasi Sekolah Dasar di
terasa panas dan dengan mudahnya debu Kecamatan Kramatwatu
masuk keruangan.
Kondisi konstruksi sanitasi Sekolah Dasar
Bangunan Sekolah Dasar yang diobservasi meliputi semua konstruksi
Merujuk kepada Kemendiknas No. 24 tahun sanitasi dasar mulai dari lantai, dinding, atap,
2007, menyebutkan bahwa bangunan gedung langit-langit, kondisi ventilasi, dan pencahayaan
sekolah harus memenuhi persyaratan seperti tertera pada tabel 2 berikut ini :
keselamatan diantaranya adalah bangun yang Tabel 2
stabil dan kokoh (Kemendiknas, 2007). Kondisi Konstruksi Sanitasi Sekolah Dasar
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, Frekuensi Persentase
bangunan sekolah dasar dari 21 sekolah dasar Variabel
(Jumlah SD) (%)
terdapat 19 (90,5%) bangunan sekolah dasar Lantai sekolah dasar
yang memenuhi syarat. Bangunan harus kokoh/ Memenuhi syarat 14 66,7
kuat karena bangunan yang tidak kokoh/ kuat Tidak memenuhi 7 33,3
dapat menyebabkan runtuhnya bangunan yang syarat
mengakibatkan kecelakaan. Dinding Sekolah dasar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih Memenuhi syarat 4 19,0
terdapat bangunan sekolah dasar di Kecamatan Tidak Memenuhi 17 81,0
Kramatwatu Wilayah Utara yang lantainya kotor, syarat
langit-langit yang berlubang, tumpukan barang Atap sekolah dasar
bekas, pintu yang tidak bisa ditutup, sampah Memenuhi syarat 21 100,0
yang berserakan, selokan yang mampet, yang Tidak memenuhi 0 0,0
memungkinkan serangga dan tikus dapat syarat
berkembang biak di bangunan sekolah tersebut. Langit-langit sekolah
Hal ini tentunya dapat berdampak pada proses Memenuhi syarat 18 85,6
pembelajaran. Siswa menjadi tidak tenang Tidak memenuhi 3 14,3

dalam belajar, dan berpotensi terkena penyakit. syarat

Chadijah, dkk (2014) menyebutkan bahwa Pintu sekolah dasar


Memenuhi syarat 15 71,4
sekolah sebagaimana rumah tempat untuk
Tidak memenuhi 6 28,6
menimba ilmu bagi anak didik, maka
syarat
pembangunan sekolah harus dapat menjamin
Kondisi ruang kelas
peningkatan kesehatan dan keselamatan
Memenuhi syarat 19 90,5
penghuninya.
Tidak memenuhi 2 9,5
Bangunan sekolah selain harus menjadi tempat
syarat
yang aman dan terhindar dari potensi penyakit,
Ventilasi sekolah
juga harus dilakukan perawatan secara
Memenuhi syarat 21 100,0
rutin/berkala minimal 5 tahun sekali, yang
Tidak memenuhi 0 0,0
meliputi pengecatan ulang, perbaikan pintu dan syarat
jendala, plafon, lantai dan instalasi listrik Pencahayaan sekolah
(Kemendiknas, 2007). Memenuhi syarat 21 100,0
Berdasarkan hasil inspeksi pada tahun 2017 Tidak memenuhi 0 0,0
yang dilakukan oleh tim sanitasi Puskesmas syarat
Kramatwatu Kabupaten Serang, menunjukkan
bahwa bangunan sekolah dasar yang memenuhi
Berdasarkan hasil observasi inspeksi sanitasi
syarat mencapai 85% dan pada tahun 2018
sekolah dasar di Kecamatan Kramatwatu
179
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

Wilayah Utara dari beberapa kriteria gambaran bangunan (Kemendiknas, 2007). Dinding
konstruksi yang meliputi lantai, dinding, atap, sekolah dasar terbuat dari bahan permanen
langit-langit, pintu, kondisi ruang, ventilasi, dan (tembok dari batu bata yang di plester) yang
pencahayaan. kokoh dan kuat, berwarna terang dan kedap air.
Dinding sekolah dasar berwarna terang seperti
Lantai Sekolah Dasar
berwarna merah, putih, kuning sehingga terlihat
Berdasarkan hasil pengamatan yang cerah.
dilakukan, lantai sekolah dasar dari 21 sekolah Hasil penelitian menunjukkan masih
dasar terdapat 14 (66,7%) lantai sekolah dasar ditemukan dinding yang terlihat retak. Dinding
yang memenuhi syarat. Dari hasil observasi yang terlihat retak tersebut dapat disebabkan
lantai di sekolah dasar Kecamatan Kramatwatu oleh banyak hal, diantaranya adalah karena
Wilayah Utara seluruhnya berlantaikan keramik. perubahan struktur tanah sekolah yang
Lantai-lantai tersebut memiliki permukaan lantai membuat kondisi bangunan berubah pada
yang rata dan kedap air. Lantai sekolah haruslah setiap tahunnya atau karena komposisi bahan
lantai yang kedap air, karena lantai yang tidak bangunan yang tidak sempurna sehingga dalam
kedap air dapat menyerap air sehingga kurun waktu 1 atau 2 tahun menyebabkan
menyebabkan kondisi lantai akan lembab dan dinding sekolah menjadi retak. Dinding yang
berpotensi menjadi tempat berkembang biak retak tersebut dapat menyebabkan
bakteri, jamur yang dapat meningkatkan berkurangnya rasa aman pada siswa,
penularan penyakit. Penelitian menunjukkan sedangkan salah satu persyaratan bangunan
bahwa terdapat hubungan antara suhu dan adalah mememuhi persyaratan keselamatan
kelembaban dengan kejadian ISPA pada siswa (Kemendiknas, 2007).
Sekolah Dasar (Yanti, 2013). Dinding yang terlihat kotor, banyak coret-
Hasil penelitian juga menemukan sekolah coretan dan sulit untuk dibersihkan karena
yang lantainya retak, kotor, lantai yang berdebu dinding tersebut dicat dan untuk
karena berada di pinggir jalan, dan masih ada membersihkannya kembali dengan cara
genangan air akibat selokan yang mampet mengecat ulang agar dinding terlihat bersih,
sehingga air meluap ke dasar lantai yang akan tetapi ada beberapa sekolah dasar yang
membuat lantai menjadi licin dan memungkinkan menggunakan dinding berbahan keramik
beresiko siswa siswi terpeleset dan juga dapat sehingga pada saat dinding kotor mudah
menimbulkan penyakit. dibersihkan. Kondisi dinding yang seperti ini
perlu dilakukan perawatan secara rutin dengan
Dinding Sekolah Dasar cara pengecatan kembali setiap tahun atau
Dinding sekolah dasar yang memenuhi minimal 5 tahun sekali. Berdasarkan hasil
syarat adalah bersih, kedap air, mudah inspeksi pada tahun 2017 dinding sekolah dasar
dibersihkan, berwarna terang (Depkes, 2006). 100% memenuhi syarat sedangkan pada tahun
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, 2018 dinding yang memenuhi syarat sebesar
dinding sekolah dasar dari 21 sekolah dasar 19% (Puskesmas Kramatwatu, 2017). Hal ini
terdapat 4 (19,0%) dinding sekolah dasar yang karena terdapat banyak coret-coretan didinding
memenuhi syarat. Hal ini menunjukkan bahwa yang terkesan dinding terlihat kotor dan masih
prosentase dinding sekolah dasar yang tidak ditemukan dinding yang retak akibat kondisi
memenuhi persyaratan kesehatan lebih banyak bangunan yang sudah terlalu lama.
dibandingkan yang memenuhi syarat.
Atap Sekolah Dasar
Dinding sekolah yang tidak memenuhi syarat
tersebut karena dinding sekolah berwarna Atap sekolah merupakan salah satu bagian
kurang terang, kotor, banyak coretan-coretan dari sebuah bangunan yang juga perlu
yang tidak berkaitan dengan proses pendidikan. mendapatkan perhatian. Atap sekolah yang
Dinding pada suatu bangunan mempunyai memenuhi persyaratan adalah yang tidak bocor,
berbagai berfungsi diantaranya adalah untuk dan tidak terjadi genangan air (Depkes, 2006).
mendukung dan menyangga atap, menahan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
angin dan air hujan, melindungi dari panas dan atap sekolah dasar dari 21 sekolah dasar
debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan terdapat 21 (100%) atap sekolah dasar
penghuninya atau meredam suara dari luar seluruhnya telah memenuhi syarat. Atap sekolah
180
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

dasar terbuat dari genteng yang dapat pengganggu. Berdasarkan hasil pengamatan
melindungi dari panas dan hujan. Atap sekolah yang dilakukan, pintu sekolah dasar dari 21
dasar di Kecamatan Kramatwatu wilayah Utara sekolah dasar terdapat 15 (71,4%) pintu sekolah
sudah baik yaitu tidak bocor dan tidak terjadi dasar yang memenuhi syarat dan 6 (28,6%)
genangan air karena atap yang bocor pada saat pintu sekolah dasar yang tidak memenuhi
hujan turun terjadi kebocoran atau rembesan air. syarat. Pintu sekolah yang tidak memenuhi
Atap suatu bangunan mempunyai beberapa syarat karena pintu di sekolah dasar masih
fungsi. Selain sebagai penahan panas sinar ditemukan pintu yang berlubang, dan juga pintu
matahari, atap bangunan juga berfungsi untuk yang tidak bisa ditutup/ dikunci dengan baik
melindungi masuknya debu, angin, dan air hujan sehingga dengan mudahnya binatang
ke dalam bangunan. Atap bangunan harus kuat pengganggu bisa keluar masuk ruangan. Pintu
dan tidak bocor sehingga mencegah resiko sekolah dasar sebaiknya bisa ditutup/ dikunci
munculnya genangan air pada lantai bangunan, dengan baik dan dalam kondisi yang baik agar
mengurangi resiko menjadi tempat serangga dan tikus tidak bisa masuk.
persembunyian hewan-hewan pengerat (tikus)
Kondisi Ruang Kelas Sekolah Dasar
yang akan membawa bibit penyakit. Atap yang
kuat dant tidak bocor juga dapat mengurangi Kondisi ruang kelas sekolah dasar yang
resiko kondisi bangunan menjadi lembab, memenuhi syarat adalah tidak pengap, tidak
sehingga bangunan tidak menjadi tempat berbau, tidak bising (Depkes, 2006).
pertumbuhan bakteri dan jamur. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
kondisi ruang kelas sekolah dasar dari 21
Langit-langit Sekolah Dasar sekolah dasar terdapat 19 (90,5%) kondisi ruang
Langit-langit merupakan bagian tidak kelas sekolah dasar yang memenuhi syarat dan
terpisahkan dari atap sebuah bangunan. 2 (9,5%) kondisi ruang kelas sekolah dasar yang
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik tidak memenuhi syarat. Untuk menciptakan
Indonesia No. 1429 tahun 2006 persyaratan kondisi ruang kelas yang tidak pengap, tidak
kesehatan lingkungan, langit-langit sekolah berbau dapat dilakukan dengan menjaga
dasar yang memenuhi syarat adalah tinggi dari sirkulasi udara ke dalam ruang kelas,
lantai minimal 2,5 m2 dan bersih. Berdasarkan meningkatkan luas ventilasi sehingga aliran
hasil pengamatan yang dilakukan, langit-langit udara yang masuk ke dalam ruang kelas menjadi
sekolah dasar dari 21 sekolah dasar terdapat lebih maksimal (Sahabuddin dkk, 2013). Selain
1,3% langit-langit sekolah dasar yang tidak itu, ruang kelas dapat senantiasa dijaga sirkulasi
memenuhi syarat. udaranya dengan cara menjaga kebersihan
Langit-langit yang tidak memenuhi syarat dalam kelas, senantiasa membuka jendela
karena masih ditemukan langit-langit yang secara rutin tiap pagi hari agar terjadi pertukaran
berlubang dan langit-langit kotor. Langit-langit udara di dalam kelas. Selain memberikan
yang berlubang tidak menutup kemungkinan kesegaran dalam kelas, sirkulasi udara yang
adanya serangga dan tikus. Selain itu ditemukan senantiasa terjaga juga mengurangi potensi
juga langit-langit yang tidak terawat yang akan tumbuhnya jamur dan bakteri dalam kelas yang
menimbulkan kesan kumuh pada bagian dalam berkembang biak dalam kondisi lembab dan
sebuah bangunan sehingga merusak keindahan pengap.
dan kenyamanan pada saat kegiatan belajar Kondisi ruang kelas sekolah dasar masih
mengajar berlangsung dan Langit-langit yang ditemukan sekolah yang bising karena sekolah
kotor juga dapat menimbulkan penyakit dan tersebut dekat dengan jalan tol yang
tempat bersarangnya nyamuk. mengganggu kegiatan belajar mengajar dan
kurangnya kenyamanan siswa-siswi pada saat
Pintu Sekolah Dasar belajar berlangsung dan ditemukan juga ruang
kelas yang berbau, hal ini di karenakan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
kurangnya kebersihan dalam ruangan.
Republik Indonesia No. 1429 tahun 2006
Sebaiknya kondisi ruang harus tetap terjaga
persyaratan kesehatan lingkungan, pintu
kebersihannya agar proses belajar mengajar
sekolah dasar yang memenuhi syarat adalah
berjalan dengan nyaman.
dapat di buka/ ditutup di kunci dengan baik,
dapat mencegah masuknya binatang
181
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

Kondisi ruang kelas secara umum sangat berupa kaca mati yang tidak bisa dibuka
berhubungan dengan proses pembelajaran. (Sahabuddin dkk, 2013).
Ruang kelas yang tidak memenuhi persyaratan
Pencahayaan Sekolah Dasar
akan berdampak pada prestasi belajar siswa.
Seperti diketahuai bahwa salah satu faktor yang Pencahayaan sekolah dasar dapat terdiri dari
berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
faktor lingkungan dalam hal ini yaitu suasana Pencahayaan alami umumnya berasal dari sinar
dan kondisi kelas. Suasana dan kondisi kelas matahari, sedangkan pencahayaan buatan
yang nyaman dan tenang dapat meningkatkan merupakan pencahayaan yang bersumber dari
pemahaman terhadap materi yang disampaikan cahaya buatan manusia. Apabila cahaya
(Riyani, 2012). matahari/ pencahayaan alami tidak mencukupi
untuk menerangi ruangan, atau ruangan
Ventilasi Sekolah Dasar posisinya sulit terjangkau sinar matahari maka
pencahayaan buatan menjadi sangat diperlukan
Ventilasi sebagai sarana pertukaran udara
(SNI, 2011). Pencahayaan sekolah dasar yang
dan sinar matahari dalam sebuah bangunan
memenuhi syarat adalah dapat digunakan pada
umumnya dan ruang kelas khususnya juga
sudut yang paling gelap (Depkes, 2006),
harus memenuhi persyaratan yaitu sebesar 5% sedangkan menurut SNI nomor 6197
dari luas lantai (Depkes, 2006). Berdasarkan menyebutkan bahwa tingkat pencahayaan ruang
hasil pengamatan yang dilakukan, ventilasi kelas sebesar 350 lux (SNI, 2011). Secara
sekolah dasar dari 21 sekolah dasar seluruhnya umum tingkat pencahayaan minimal dalam
(100%) memenuhi syarat. Ventilasi ruang kelas suatu ruangan adalah 100 lux.
terdapat jendela sebagai keluar masuknya Berdasarkan hasil pengamatan yang
sirkulasi udara. Ventilasi yang memenuhi syarat dilakukan, pencahayaan sekolah dasar dari 21
akan menunjang proses belajar mengajar, sekolah dasar terdapat 21 (100%) pencahayaan
mengalirkan udara segar dari luar, memberikan sekolah dasar yang memenuhi syarat.
kenyamanan dalam ruangan, mengurangi bau- Pencahayaan sekolah dasar di Kecamatan
bau yang tidak sedap serta menjadi sarana Kramatwatu sudah sangat baik karena semua
masuknya sinar matahari ke dalam ruangan ruangan kelas dapat digunakan pada sudut yang
paling gelap yang berarti pencahayaan di
sehingga dapat mempengaruhi kelembapan
sekolah dasar tersebut cukup, tidak kurang dan
ruangan ( Abdullah dkk, 2011; Ayu dkk, 2019).
tidak berlebihan. Karena kurangnya
Di dalam kelas sebagian besar sekolah di
pencahayaan yang masuk kedalam ruangan
Kecamatan Kramatwatu Wilayah Utara terdapat mengakibatkan ruangan gelap dan ruangan
lampu yang bisa digunakan jika kondisi cuaca tersebut kurang nyaman untuk dihuni dan
sedang gelap. Di dalam ruangan kelas juga ada sebaliknya jika pencahayaan didalam ruangan
beberapa sekolah yang menggunakan kipas tersebut terlalu banyak cahaya akan
angin untuk membantu sirkulasi udara jika cuaca mengakibatkan silau yang akan menyebabkan
sedang terik sehingga siswa-siswi dapat belajar kelelahan mata. Hal ini diperkuat dengan
dengan nyaman. penelitian yang menyebutkan terdapat korelasi
Ventilasi udara mempunyai banyak fungsi, antara faktor iluminasi dan luminansi terhadap
diantaranya adalah untuk menjaga agar aliran kelelahan mata meskipun hubungan antara
udara didalam rumah tetap segar, menjaga korelasi tersebut sangat rendah (Purwanti dkk,
kelembaban ruangan rumah, sebagai jalan 2013).
masuk sinar matahari ke dalam ruangan. Tidak Pencahayaan yang kurang maksimal akan
cukupnya ventilasi akan menyebabkan menimbulkan masalah kenyamanan visual oleh
kelembapan udara di dalam ruangan naik pencahayaan alami dalam ruang. Pencahayaan
karena terjadiya proses penguapan cairan dari dalam ruang kelas dipengaruhi berbagai faktor,
kulit dan penyerapan. Kelembapan ini baik faktor internal maupun faktor eksternal.
merupakan media yang baik untuk bakteri- Beberapa faktor internal dapat berasal dari
bakteri pathogen (Trahati, 2015). Ventilasi yang penggunaan gorden, kondisi/ warna cat dinding
optimum juga akan berdampak pada ruangan, penambahan sarana prasarana dalam
kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran. kelas dan komposisi massa bangunan.
Jendela sebagai bagian dari ventilasi haruslah Sedangkan faktor eksternal yang dapat
dapat dibuka setiap pagi, bukan jendela yang mempengaruhi pencahayaan dalam suatu
ruangan kelas diantaranya adalah kerapatan
182
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

gedung/jarak antara 1 bangunan dengan Frekuensi Persentase


Variabel
bangunan yang lainnya, ada tidaknya pohon (Jumlah SD) (%)
rindang di depan ruang kelas, ada tidaknya atap Tidak memenuhi 0 0,0
gedung yang saling berdekatan dan syarat
menghalangi masuknya cahaya matahari serta Kuantitas Air Sekolah
ada tidaknya gedung yang menghalangi ruang Memenuhi syarat 21 100,0
kelas (Wibowo dkk, 2017). Tidak memenuhi 0 0,0
Berdasarkan inspeksi sanitasi yang syarat
dilakukan oleh tim sanitasi Puskesmas Pembuangan air limbah sekolah
Kramatwatu pada tahun 2017 pencahayaan Memenuhi syarat 2 9,5
mencapai 60% dan pada tahun 2018 Tidak memenuhi 19 90,5

pencahayaan mencapai 100%. Hal ini syarat

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya Pengelolaan sampah


Memenuhi syarat 5 23,8
karena pencahayaan di sekolah sudah baik.
Tidak memenuhi 16 76,2
Terdapat jendela di samping kanan kiri untuk
syarat
masuknya sinar matahari dan terdapat lampu
Kondisi Kamar Mandi dan WC
untuk penerangan pada saat cuaca sedang
Memenuhi syarat 0 0,0
mendung/gelap (Puskesmas Kramatwatu,
Tidak memenuhi 21 100,0
2017). syarat
Kondisi Fasilitas Sanitasi Sekolah Dasar di
Kecamatan Kramatwatu Tempat Wudhu Sekolah Dasar
Kondisi fasilitas sanitasi sekolah dasar di Tempat wudhu sekolah dasar yang
lokasi penelitian dapat terlihat pada tabel 3, memenuhi syarat adalah tempat wudhu dengan
Berdasarkan hasil observasi inspeksi sanitasi sistem air mengalir atau tidak dengan sistem air
sekolah dasar di Kecamatan Kramatwatu mengalir. Berdasarkan hasil pengamatan yang
Wilayah Utara dari beberapa kriteria fasilitas dilakukan, tempat wudhu sekolah dasar dari 21
sanitasi yang meliputi tempat wudhu, kualitas sekolah dasar terdapat 21 (100%) atau
air, kuantitas air, pembuangan air limbah, seluruhnya tempat wudhu sekolah dasar yang
pengelolaan sampah, kamar mandi dan WC, memenuhi syarat. Tempat wudhu di sekolah
terlihat bahwa sanitasi yang rendah adalah dasar seluruhnya menggunakan air mengalir.
kamar mandi dan WC yaitu dari 21 sekolah Sebagian sekolah dasar ada yang wudhu di
dasar tidak ada satupun kamar mandi yang kamar mandi karena tidak ada keran khusus
memenuhi syarat. atau tempat wudhu khusus.
Hal tersebut karena kamar mandi dan WC
tersebut kotor dan berbau. Kondisi kamar mandi Kualitas Fisik Air Sekolah Dasar
dan WC yang kotor dan berbau dapat Kualitas air sekolah dasar yang memenuhi
berdampak pada kenyamanan siswa dalam syarat adalah memenuhi syarat fisik, yaitu air
proses pembelajaran. WC yang kotor juga dapat yang tidak berwarna, berbau dan berasa
menjadi sarang penyakit. Sesuai dengan (Kemenkes, 2017). Berdasarkan hasil
persyaratan kesehatan bahwa jamban/WC yang pengamatan yang dilakukan, kualitas fisik air
sehat adalah WC bersih dan tidak berbau dari 21 sekolah dasar terdapat 21 (100%) atau
(Depkes, 2006). seluruhnya kualitas fisik air sekolah dasar yang
memenuhi syarat. Kualitas fisik air di sekolah
Tabel 3
Kondisi Fasilitas Sanitasi Sekolah Dasar dasar sudah baik karena air di sekolah dasar
Frekuensi Persentase tidak berbau, tidak keruh dan tidak berwarna.
Variabel
(Jumlah SD) (%) Air yang diperlukan untuk kebutuhan sehari-
Tempat Wudhu hari manusia harus berasal dari sumber yang
Memenui syarat 21 100,0 bersih dan aman. Bersih dan aman berarti air
Tidak memenuhi 7 33.3 yang digunakan sehari-hari harus bebas dari
syarat kontaminasi kuman atau bibit penyakit, bebas
Kualitas Air Sekolah dari substansi kimia yang berbahaya dan
Memenuhi syarat 21 100,0 memenuhi syarat fisik air serta dapat

183
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan tangan dangkal dan sumur pompa tangan
domestik dan rumah tangga. Air bersih juga dalam, tempat penampungan air hujan,
harus memenuhi standar minimal yang telah penampungan mata air dan perpipaan.
ditentukan oleh WHO atau Departemen Kecamatan Kramatwatu sebagian besar
Kesehatan RI. Selain syarat fisik, air juga harus wilayahnya masih merupakan wilayah
memenuhi syarat biologi apabila air tersebut pedesaan, dimana wilayah pedesaan sebagian
akan digunakan untuk konsumsi sehari-hari. besar menggunakan sarana air bersih berupa
Pemenuhan syarat biologis untuk sumur gali dan sumur pompa tangan dalam.
menghindarkan air dari pencemaran bibit Untuk memudahkan pengambilan air dari sumur
penyakit, parasit, bahan-bahan kimia yang tersebut, pada umumnya digunakan jetpum atau
berbahaya, dan sampah atau limbah industri. mesin pompa listrik untuk mengalirkan air dari
(Chandra, 2006). Persyaratan air bersih tersebut sumur ke bak penampungan air. Begitupun
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit sekolah-sekolah dasar yang terdapat di lokasi
bawaan air diantaranya adalah diare. Penelitian penelitian.
Yuniarto, Saudin menyebutkan bahwa terdapat Penggunaan air sumur gali dan sumur pompa
hubungan antara kandungan E. coli di hulu serta tangan baik sumur pompa tangan dalam
terdapat hubungan antara kandungan E. coli dan maupun dangkal tetap harus memenuhi
kadar TDS dengan kejadian diare di hilir DAS persyaratan air bersih, khususnya untuk
Solo (Yuniarto, 2005) kebutuhan MCK, air harus memenuhi syarat
Hal lain yang juga perlu mendapatkan fisik. Secara kuantitas jumlah air yang tersedia di
perhatian adalah bak atau tempat penampungan suatu sekolah disesuaikan dengan jumlah siswa.
air. Tempat penampungan air yang tidak tertutup
Pembuangan Air Limbah Sekolah Dasar
dapat menjadi tempat yang sangat baik bagi
perkembangbiakan nyamuk, khususnya nyamuk Pembuangan air limbah sanitasi sekolah
pembawa penyakit demam berdarah. Apabila dasar yang memenuhi syarat adalah memiliki
bak atau penampungan air tidak diberi penutup sarana pengolahan air limbah, air limbah
maka bak atau tempat penampungan air mengalir dengan lancar, saluran air limbah
tersebut secara rutin dibersihkan dan dikuras. sistem tertutup, saluran air limbah kedap air
Pengurasan atau pembersihan bak penampung (Depkes, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan
air perlu dilakukan minimal seminggu sekali. yang dilakukan, pembuangan air limbah sanitasi
sekolah dasar sebanyak 19 (90,5%) sistem
Kuantitas Air Sekolah Dasar
pembuangan air limbah sekolah dasar tidak
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan memenuhi syarat.
Republik Indonesia No. 1429 tahun 2006 Air limbah merupakan air yang tidak bersih
persyaratan kesehatan lingkungan, kuantitas air dan merupakan air bekas buangan yang
sekolah dasar yang memenuhi syarat adalah mengandung zat-zat yang bersifat
mencukupi dengan menggunakan sistem membahayakan kesehatan manusia. Air limbah
perpipaan atau mencukupi dengan dibagi menjadi 2 kategori yaitu air limbah
menggunakan sarana selain perpipaan. domestik dan air limbah industri. Air limbah yang
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dihasilkan dari aktivitas sekolah dikategorikan
kuantitas air sekolah dasar dari 21 sekolah menjadi limbah cair domestik yang berasal dari
dasar terdapat 21 (100%) atau seluruhnya air bekas aktivitas MCK. Genangan air limbah
kuantitas air sekolah dasar memenuhi syarat. yang dibuang ke saluran air/ got dapat menjadi
Karena air di sekolah dasar tersebut tempat perindukan vektor penyakit sehingga
berkecukupan dan tidak pernah kekurangan air limbah cair harus dikelola dengan baik. Air
dengan menggunakan sarana selain perpipaan/ limbah yang dibuang atau disalurkan melalui got
jet pump. menjadi tidak memenuhi syarat karena air
Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta limbah tidak mengalir dengan lancar serta
peralatan dan perlengkapannya yang saluran air limbah tidak dalam kondisi tertutup.
menghasilkan, menyediakan dan membagi- Saluran air limbah yang tidak tertutup
bagikan air bersih untuk masyarakat (Kusnadi, mempunyai potensi tinggi menjadi tersumbat
2011). Terdapat berbagai macam sarana air karena sampah-sampah domestik yang dibuang
bersih yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa secara sengaja ke saluran air atau terbawa oleh

184
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

angin dan masuk ke dalam saluran air limbah terdapat sebanyak 16 (76,2%) yang tidak
tersebut. memenuhi syarat.
Sebagian besar sekolah di Kecamatan Berdasarkan Undang-undang Republik
Kramatwatu Wilayah Utara memiliki saluran air Indonesia, Nomor 18 Tahun 2008 tentang
limbah yang terbuka sehingga dapat Pengelolaan Sampah bahwa pengelolaan
membahayakan siswa karena bisa saja saat sampah merupakan kegiatan yang sistematis,
siswa berlarian terjatuh. Saluran air limbah yang menyeluruh, dan berkesinambungan yang
terbuka dapat menimbulkan bau yang tak sedap meliputi pengurangan dan penanganan sampah
karena adanya proses pembusukan dari yang dapat dilakukan mulai dari kegiatan
pengendalian timbulan, penyimpanan,
sampah organik yang terdapat dalam air limbah
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
tersebut. Air limbah sebagian besar mengalir
pengolahan, dan pembuangan sampah.
dengan lancar karena saluran air limbah
Pengelolaan sampah dilakukan dengan
tersebut kedap air, tetapi ada saja sekolah yang mempertimbangkan berbagai aspek,
saluran air limbah nya tidak kedap air sehingga diantaranya adalah aspek kesehatan
dapat merembas ke tanah dan saluran air limbah masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi,
tidak lancar karena banyak tumpukan sampah di estestika, dan pertimbangan lingkungan lainnya
sekitar selokan yang menghambat air limbah serta tanggap terhadap perilaku massa.
mengalir sehingga air limbah tergenang yang Sampah yang dikelola dengan baik dan
akan menyebabkan penyakit seperti demam benar akan dapat mencegah munculnya tempat
berdarah, disentri, thypus (McKenzie, dkk, perindukan vektor penyakit seperti tikus, kecoa
2013). dan lalat. Pada tahap awal pengelolaan sampah
Hasil inspeksi saluran air limbah yang dilakukan dengan cara memilah sampah organik
dilakukan oleh tim sanitasi Puskesmas dan sampah anorganik, sehingga pihak sekolah
Kramatwatu pada tahun 2017 memenuhi syarat harus menyediakan 2 jenis tempat sampah.
sedangkan pada tahun 2018 hanya 9,5% yang Sekolah dasar di wilayah studi, telah memiliki
memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan saluran air tempat sampah namun jumlah tempat sampah
limbah terdapat tumpukan sampah di selokan yang berada di sekolah dasar tersebut kurang
yang menghambat aliran air limbah, sehingga air memadai. Artinya tidak setiap kelas terdapat
limbah tergenang dan menggunakan sistem tempat sampah. Tempat sampah di sekolah
saluran air limbah yang terbuka yang akan seluruhnya kedap air, akan tetapi masih banyak
menimbulkan bau yang tak sedap. Sebaiknya yang terbuka sehingga menimbulkan bau yang
saluran air limbah menggunakan sistem tertutup tak sedap.
dan kedap air sehingga tidak terjadi pencemaran Setelah sampah terkumpul pada tempat
tanah dan air limbah mengalir dengan lancar. sampah, maka sampah harus diangkut secara
rutin setiap hari dan dikumpulkan di tempat
Pengelolaan Sampah Sekolah Dasar
pembuangan sampah sementara. Frekuensi
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari pengangkutan tempat sampah oleh dinas
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk kebersihan di sekolah dasar tersebut tidak
padat (Indonesia, 2008). Sampah merupakan semuanya sekali sehari, ada juga yang 2 hari
istilah yang umum digunakan oleh masyarakat sekali. Pengangkutan yang sehari sekali
untuk menggantikan limbah padat. Limbah padat sebagain besar sudah memiliki Tempat
merupakan segala bentuk buangan/limbah Pembuangan Sampah Sementara (TPS) yang
padat dari rumah tangga, pertanian dan industry langsung di bakar sehingga tidak menjadi
(McKenzie, dkk, 2006). Sampah yang dihasilkan tempat perindukan serangga dan tikus. Sampah
sekolah dasar termasuk dalam jenis sampah juga dapat dilakukan pengolahan menjadi pupuk
domestik, yang harus dilakukan pengelolaan. organik, sedangkan sampah an organik atau
Pengelolaan sampah sekolah dasar yang sampah yang masih mempunyai nilai ekonomis
memenuhi syarat adalah tempat sampah, kedap seperti kertas bekas, botol plastik dapat diolah
air, tertutup, mudah diangkut, frekuensi dengan cara dikumpulkan dan dijual melalui
pengangkutan minimal 1 kali sehari, tidak program bank sampah. Terdapat banyak cara
menjadi tempat perindukan serangga (Depkes, pengelolaan sampah, sampah antara lain:
2006). Berdasarkan hasil pengamatan yang pengumpulan dan pengangkutan sampah,
dilakukan, pengelolaan sampah sekolah dasar

185
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

pemusnahan dan pengelolaan sampah tak sedap. Kamar mandi yang kotor juga dapat
(Notoatmodjo, 2007). menjadi tempat perindukan vektor yang akan
Berdasarkan hasil pengamatan yang menimbulkan penyakit. Letak kamar mandi yang
dilakukan peneliti selama proses pengambilan berhubungan langsung dengan ruang kelas
data penelitian diketahui bahwa mayoritas SD dapat mengganggu kenyamanan pada ruang
melakukan pengelolaan sampah masih belum kelas akibat bau yang tak sedap.
sesuai. Beberapa SD menyediakan tempat Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 63%
sampah sesuai dengan jumlah kelas, yaitu tiap sekolah status sanitasi jamban tergolong buruk.
kelas disediakan 1 tempat sampah, sebagian SD Kondisi ini terjadi karena tidak didukung sarana
yang lainnya hanya menyediakan beberapa yang cukup. Jamban yang tidak memenuhi,
tempat sampah yang tidak sesuai dengan penyediaan sumber air bersih tidak memenuhi
jumlah kelas yang ada. Tempat sampah yang syarat kesehatan, ketersediaan septic tank yang
seharusnya dipisahkan antara tempat sampah tidak memadai (Ulfah, 2016). Jamban yang
organik dan anorganik, sebagian besar di SD sehat haruslah memiliki persyaratan-
tidak dilakukan pemisahan sehingga sampah persyaratan sebagai berikut : jamban tertutup
organik dan anorganik bercampur menjadi satu. sehingga terlindung dari panas dan hujan,
Sampah yang terkumpul tersebut kemudian serangga dan binatang-binatang lain, terlindung
dilakukan pengangkutan oleh petugas dari pandangan orang, lantai pada bangunan
kebersihan dan diangkut menuju TPA jamban sebaiknya kuat dan kedap air,
Berdasarkan hasil inspeksi yang dilakukan mempunyai pijakan yang kuat. Penempatan
oleh tim sanitasi Puskesmas Kramatwatu tahun bangunan jamban sebaiknya pada lokasi yang
2017 menunjukkan bahwa pengelolaan sampah tidak mengganggu pandangan, tidak
mencapai 40% dan tahun 2018 mengalami menimbulkan bau, dan tersedia air, sabun cuci
penurunan menjadi 23,8% (Puskesmas tangan dan alat pembersih lainnya misalnya
Kramatwatu, 2017). Hal ini mengalami kertas pembersih (Notoatmodjo, 2007).
penurunan karena kurangnya ketersediaan
tempat sampah di setiap kelas dan tempat KESIMPULAN DAN SARAN
sampah masih banyak yang terbuka dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
pengangkutan sampah lebih dari sehari yang disimpulkan bahwa aspek sanitasi lingkungan
menjadi tempat perindukan serangga karena Sekolah Dasar yang belum memenuhi
sebagian sekolah masih ada yang belum persyaratan: kebersihan jamban (100%),
memiliki tempat pembuangan sementara (TPS). pengelolaan air limbah (90,5%), dinding
(81,0%), pengelolaan sampah (76,2%), lokasi
(57,1%) .
Kamar Mandi dan WC Sekolah Dasar Saran yang dapat diberikan berdasarkan
Kamar mandi dan WC sekolah dasar yang hasil penelitian adalah sekolah agar
memenuhi syarat adalah kamar mandi dan WC meningkatkan kedisiplinan bagi siswa didik
untuk ikut berperan aktif dalam menjaga
yang mempunyai jarak antara air dengan
kebersihan lingkungan, perilaku membuang
penampungan kotoran minimal 10 meter, bersih sampah, kebersihan jamban sekolah.
dan tidak berbau, letak tidak berhubungan
langsung dengan ruang kelas, perbandingan
DAFTAR PUSTAKA
antara jumlah murid dan guru dengan kamar
mandi/ WC adalah 1:40 (Depkes, 2006). Abdullah, M. T., & Hakim, B. A. (2011). Lingkungan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, Fisik dan Angka Kuman Udara Ruangan di
kamar mandi dan WC sekolah dasar semuanya Rumah Sakit Umum Haji Makassar,
(100%) tidak memenuhi syarat. Kondisi kamar Sulawesi Selatan. Jurnal Kesehatan
mandi dan WC di sekolah tidak bersih dan Masyarakat Nasional, Vol. 5, No. 5, April,
berbau, letak berhubungan langsung dengan 206-211.
ruang kelas, perbandingan antara jumlah murid http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v5i5.1
28
dan guru dengan kamar mandi kurang memadai.
Ayu, L., Budiastutik, I., & Trisnawati, E. (2019).
Kondisi kamar mandi dan WC tidak bersih dan
Hubungan Antara Suhu, Kelembaban Dan
berbau karena tidak dibersihkan setelah
Jumlah Bakteri Di Udara Pada Ruangan
membuang air kecil/ besar sehingga kamar
Ber-Ac Dengan Sick Building Sindrome
mandi terlihat kotor dan menimbulkan bau yang
186
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

(SBS) Pada Karyawanpt. Alas Kusuma http://media.neliti.com/medis/publication


Group Kabupaten Kubu Raya. s/185946-gambaran-sanitasi-sekolah-
http://repository.unmuhpnk.ac.id. dasar-negeri-k.pdf
Chadijah, S., Sumolang, P. P., & Veridiana, N. N. Pramestuti, N., Djati, A.P. (2012). Distribusi Vektor
(2014). Hubungan Pengetahuan, Perilaku Demam Berdarah Dengue (DBD) Daerah
dan Sanitasi Lingkungan Dengan Angka Perkotaan dan Perdesaan Di Kabupaten
Kecacingan Pada Anak Sekolah Di Kota Palu. Banjarnegara. Bulletinof Health Research,
Media of Health Research and Vol. 41, No. 3, September, 163-170.
Development, Vol. 4, No. 1, Januari, 50-56. https://ejournal.depkes.go.id.
https://ejournal.litbang.depkes.go.id. Purwanti, I., Poerwanto, & Wahyuni, D. (2013).
Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Analisa Pengaruh Pencahayaan Terhadap
Lingkungan. Jakarta: EGC. Kelelahan Mata Operator di Ruang Kontrol
Depkes, R. (2006). Nomor PT. XYZ. Jurnal Teknik Industri FT USU
1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Vol. 3, No. 4, November, 43-48.
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan http://jurnal.usu.ac.id.
Lingkungan Sekolah. Jakarta: Departemen Puskesmas Kramatwatu. (2017). Profil Kesehatan
Kesehatan RI. Tahun 2017. Serang.
Dewi. (2011). Mari Peduli Sanitasi Sekolah. Riyani, Y. (2012). Faktor-faktor yang
http://sanitasi.bersih.blogspot.co.id/2016 Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa
/06/mari-peduli-sanitasi-sekolah.html. (Studi pada mahasiswa Jurusan Akuntansi
Feryasari, I. (2015). Pemeliharaan Sanitasi Di Politeknik Negeri Pontianak).
Sekolah Dasa Negeri Se-Kecamatan Jetis https://repository.polnep.ac.id.
Kabupaten Bantul. Sahabuddin, Hamzah, B., & Ihsan, I. (2013).
https://eprints.uny.ac.id. Pengaliran Udara untuk Kenyamanan
Kemendiknas. (2007). Peraturan Menteri Termal Ruang Kelas dengan Metode
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Simulasi Computational Fluid Dynamics.
Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sinektika, Vo. 14, No. 2, 209-2016.
Sarana Prasarana untuk Sekolah https://journals.ums.ac.id.
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sihite, W. L., Chahaya, I., & Dharma, S. (2013).
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Analisis Tingkat Kebisingan Pada Sekolah
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Baru
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. dan Kecamatan Medan Petisah tahun
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional 2013.Lingkungan dan Kesehatan Kerja, Vol
Republik Indonesia. 3, No. 2, Agustus, 1-10.
Kemenkes. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan https://jurnal.usu.ac.id.
Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2017 SNI. (2011). SNI 6197 : Konservasi Energi pada
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Sistem Pencahayaan. Jakarta: Badan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Suyono. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam
untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Buku Kedokteran EGC.
Umum. Jakarta: Kementerian Kesehatan Trahati, M. (2015). Implementasi Pendidikan
Republik Indonesia. Karakter Peduli Lingkungan Di Sekolah
Kusnadi, E. (2011). Sistem Pendukung Keputusan Dasar Negeri Tritih Wetan 05 Jeruklegi
Pemeliharaan Bangunan Sekolah Negeri. Cilacap. https://eprints.uny.ac.id.
https://eprints.uns.ac.id Ulfah, M. (2016). Gambaran Sanitasi Jamban Di
LH, M. (1996). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah
No. 48 tahun 1996 Tentang Baku Mutu Kecamatan Kikim Timur. Jurnal Kesehatan
Kebisingan. Jakarta: Republik Indonesia. Husada Mahakam, Vol. 4, No. 5, November,
McKenzie, J. F., Pinger, R. R., & Kotecki, J. E. 270-276.
(2006). Kesehatan Masyarakat, Suatu https://husadamahakam.poltekkes-
Pengantar Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kaltim.ac.id.
Kedokteran EGC. Setkab RI, (2008). Undang-undang Republik
Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu Indonesia, Nomor 18 Tahun 2008 tentang
dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Pengelolaan Sampah. Jakarta: Republik
Pamsimas. (2010). Pemanfaatan Sanitasi Di Sekolah. Indonesia.
Retrieved April 25, 2018, from

187
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i3.2019.175-188 Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (175-188)

Wibowo, R., Kindangen, J. I., & Sangkertadi. (2017). Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat.
Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan di https://repository.uinjkt.ac.id.
Ruang Kelas Sekolah Dasar di Kawasan Yuniarto, S. (2005). Hubungan Kualitas Air Sumur
Perkotaan. Journal Arsitektur Daseng Dengan Kejadian Diare di DAS Solo (Studi
Unstrat Manado, Vol. 6, No. 1, 87-90. Kasus di Hulu dan Hilir Bengawan Solo).
https://ejournal.unsrat.ac.id. https://eprints,undip.ac.id.
Yanti, H. (2013). Hubungan Lingkungan Dalam Ruang
Kelas dengan Kejadian ISPA pada Siswa

188

Anda mungkin juga menyukai