Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PENGETAHUAN PENCEMARAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN

TERHADAP PERILAKU BERTANGGUNGJAWAB BERWAWASAN LINGKUNGAN


(Environmentally Responsible Behaviour) SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MEDAN

ABSTRAK
PENGARUH PENGETAHUAN PENCEMARAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN
TERHADAP PERILAKU BERTANGGUNGJAWAB BERWAWASAN LINGKUNGAN
(Environmentally Responsible Behaviour) SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MEDAN.
Oleh
SITI RAHMAH ALFIDAYATI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan pencemaran dan perubahan
lingkungan dan perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa, serta pengaruh
pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan terhadap perilaku bertanggungjawab
berwawasan lingkungan siswa kelas X SMA Negeri 2 Medan. Sampel penelitian adalah siswa
kelas X IPA SMA Negeri 2 Medan yang ditentukan menggunakan teknik random sampling. Data
penelitian berupa data kuantitatif yang berupa hasil tes pengetahuan pencemaran dan perubahan
lingkungan serta kuesioner perilaku bertanggung jawab berwawasan lingkungan, yang diolah
secara kuantitatif menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan bantuan program SPSS
Versi 17 For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pencemaran
dan perubahan lingkungan siswa berada dalam kategori cukup tinggi dengan rata-rata sebesar
69,71. Tingkat perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa berada dalam kategori
cukup tinggi dengan rata-rata 73,01. Iii Pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan
berpengaruh positif terhadap perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan dilihat dari
nilai hasil analisis regresi sederhana dan uji One Way ANOVA yaitu Nilai Sig. Regresi (0.000) <
Taraf Signifkansi (0.05) dan nilai Sig. One Way ANOVA (0.004) < Taraf Signifikasi (0.05).
Kata Kunci : lingkungan, pengetahuan, perilaku
PENGARUH PENGETAHUAN PENCEMARAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN
TERHADAP PERILAKU BERTANGGUNGJAWAB BERWAWASAN LINGKUNGAN
(Environmentally Responsible Behaviour) SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MEDAN.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktifitas yang dilakukan manusia dalam kehidupannya sehari-hari ternyata telah banyak
menimbulkan berbagai macam dampak yang buruk bagi keseimbangan tatanan lingkungan
hidup. Aktifitas manusia yang tidak bertanggungjawab yang seringkali menyalahi kaidah-kaidah
yang ada dalam tatanan lingkungan hidup dapat berakibat bergesernya keseimbangan dalam
tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk baru yang cenderung lebih buruk. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup, manusia seringkali melakukan eksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan, hal tersebut akan mengakibatkan merosotnya daya dukung alam dan di lain sisi zat
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan menjadi beban bagi lingkungan, dan jumlah
limbah yang kian waktu semakin besar akan menimbulkan masalah pencemaran dan perubahan
terhadap lingkungan. Istilah “pencemaran” digunakan untuk menunjukkan benda-benda
berbahaya yang dimasukkan oleh manusia ke dalam lingkungannya. Pencemaran terjadi pada
saat senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan,
menyebabkan perubahan yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologi dan estetis (Connel
dan Gregory, 1995: 7). Semua komponen yang merupakan kunci pokok terjadinya pencemaran
yang diawali adanya berbagai kegiatan atau aktifitas manusia, kemudian terdapatnya Agent atau
zat yang terdiri dari berbagai bentuk zat dan senyawa, selanjutnya melalui media maka pada
akhirnya terjadilah dampak atau effect dengan terakumulasinya keempat komponen ini maka
terjadilah pencemaran tersebut. Polusi bisa berlangsung di udara, air, tanah, atau dimana saja.
Kebanyakan polusi disebabkan oleh berbagai jenis kegiatan manusia: pertanian, industry,
transportasi, dan sebagainya (Purwanto, 2008: 7). Manusia sangat berperan penting dalam
melestarikan potensi lingkungan hidup. Oleh karena itu, manusia perlu diberi bekal untuk
melestarikan lingkungan melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan dilaksanakan
melalui pendidikan sekolah atau luar sekolah untuk semua jurusan pendidikan, jenjang
pendidikan dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi (Neolaka, 2008: 13)
Pemerintah menanggapi persoalan tentang lingkungan hidup ini dengan serius dengan
berkomitmen dalam menjaga lingkungan dari kerusakan melalui pendidikan. Pendidikan itu pun
dikenal dengan nama Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), yang penerapannya di sisipkan di
semua mata pelajaran tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup yang terintegrasi
dalam kurikulum 1984. Pada kurikulum 2006 (KTSP) pendidikan lingkungan hidup ini mulai
diberi peluang untuk menjadi mata pelajaran sendiri pada muatan lokal (mulok). Kemudian
pemerintah melanjutkan program pendidikan lingkungan hidup pada tahun 2006 melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dengan
mengembangkan program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (SPBL) yang dikenal
dengan program Adiwiyata. Dari awal program itu dicanangkan pada tahun 2006 sampai 2011
sudah 1.351 sekolah dari 251.415 sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) Se- Indonesia yang telah
ikut berpartisipasi dalam program Adiwiyata tersebut. Dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan
hingga 4.132 sekolah dari 33 provinsi (Azhar, Basyir, Alfitri, 2015: 36-37). Pelaksanaan
pendidikan di lingkungan sekolah berkaitan dengan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah, yaitu mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) khususnya mata pelajaran Biologi
yang lebih spesifik diajarkan di bangku sekolah menengah atas. IPA Biologi berkaitan dengan
mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA Biologi bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Dalam pembelajaran IPA Biologi mengkaji berbagai
persoalan yang berkaitan dengan fenomena makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi
kehidupan, dan interaksinya dengan factor lingkungan pada dimensi ruang dan waktu, serta
mempelajari kejadian-kejadian alamiah yang berada di sekitar kehidupan seluruh umat manusia
di alam semesta beserta lingkungannya. Karena itu, dalam pembelajaran sains siswa harus
didekatkan dan diakrabkan dengan lingkungannya (Wagiyatun, 2013: 3). Mengingat pentingnya
pendidikan lingkungan yang akan menciptakan pribadi yang ramah lingkungan, maka penulis
perlu melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Berdasarkan studi pustaka dan hasil
wawancara dengan Kepala sekolah beserta guru mata pelajaran IPA Biologi di SMA Negeri 2
Medan, diketahui bahwa SMA Negeri 2 Medan ini pernah meraih penghargaan sebagai Sekolah
Adiwiyata pada tahun 2012 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI karena
berhasil menerapkan pendidikan lingkungan hidup pada sistem pembelajaran di sekolahnya,
Kemudian Kurikulum 2013 yang digunakan telah memuat pelestarian, mencegah pencemaran,
dan kerusakan lingkungan yang pada kelas X terintegrasi pada KD 3.10 tentang perubahan
lingkungan dan KD 4.10 tentang permasalahan lingkungan. Namun, tidak keseluruhan guru
bidang studi biologi yang menerapkan terjun langsung ke lingkungan untuk metode
pembelajaran materi tersebut. Kegiatan lainnya yang berkaitan tentang lingkungan seperti piket
kebersihan kelas,jumat bersih, dan lomba kebersihan kelas merupakan kegiatan lingkunganyang
dilaksanakan dalam rangka pemeliharaan gedung dan lingkungansekolah sudah berjalan dengan
baik. Selanjutnya, pengadaan tanaman toga, rumah kaca (green house), hutan sekolah,
pengelolaan sampah (daur ulang sampah), dan lain sebagainya belum dilaksanakan oleh pihak
sekolah sebagai upaya pemanfaatan lahan fasilitas sekolah, padahal hal tersebut dapat dijadikan
sarana pendukung untuk menunjang pendidikan lingkungan hidup siswa di sekolah. Dari hasil
observasi tersebut peneliti berkesimpulan bahwa dari segi kegiatan yang berkaitan dengan
pendidikan lingkungan hidup sudah dilaksanakan dengan baik namun dari segi pemanfaatan
lahan sekolah untuk menunjang fasilitasnya masih belum memadai. Peneliti akan melakukan
penelitian tentang mengaitkan pengetahuan tentang pencemaran dan perubahan lingkungan yang
dimiliki siswa yang sudah mereka dapatkan dari mata pelajaran biologi dan program pendidikan
lingkungan hidup yang sudah diterapkan di sekolah terhadap perilaku bertanggungjawab
berwawasan lingkungan mereka. Penelitian yang relevan untuk mendukung penelitian ini adalah
hasil penelitian dari Nanik, Tukiman, dan Hartuti (2013) yang berjudul Perilaku Warga Sekolah
Dalam Program Adiwiyata di SMK Negeri 2 Semarang dengan hasil penelitiannyan yaitu
program adiwiyata yang dijalankan oleh SMK Negeri 2 Semarang menunjukkan perubahan
perilaku warga sekolah yang sadar akan kebutuhan lingkungan dan membuktikan bahwa
program adiwiyata yang dicanangkan oleh pemerintah berjalan dengan baik dan mendapatkan
hasil yang positif. Kamudian salah satu penelitian relevan yang mendukung lainnya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Wagiyatun (2011) dengan judul Pengaruh Pengetahuan
Pencemaran Lingkungan Terhadap Kepedulian Lingkungan dengan objek penelitian siswa kelas
VII di SMP Alam Ar-Ridho Semarang yang hasil penelitiannya adalah pengaruh pengetahuan
pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan memiliki persentase sebesar 23%
namun jika dilihat dari hasil analisis regresi dan prediktor variabel pengetahuan pencemaran
lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepedulian lingkungan siswa
SMP Alam Ar-Ridho Semarang. Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas maka peneliti
akan melakukan penelitian yang bejudul: “Pengaruh Pengetahuan Pencemaran dan Perubahan
Lingkungan Terhadap Perilaku Bertanggungjawab Berwawasan Lingkungan Siswa Kelas X
SMA Negeri 2 medan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan siswa kelas X
SMA Negeri 2 Medan?
2. Bagaimanakah tingkat perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa kelas X
SMA Negeri 2 Medan?
3. Bagaimanakah pengaruh pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan terhadap
perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswakelas X SMA Negeri 2 Medan?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Tingkat pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan siswa kelas X SMA Negeri 2
Medan.
2. Tingkat perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa kelas X SMA Negeri 2
Medan
3. Pengaruh pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan siswa terhadap perilaku
bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa kelas X SMA Negeri 2 Medan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Peneliti: memberikan bekal sebagai calon tenaga pendidik yang professional yaitu cara atau
variasi-variasi proses pembelajaran yang nyata terlebih di materi pencemaran dan perubahan
lingkungan sehingga dapat meningkatkan perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan
siswa.
2. Guru: memberikan informasi sehingga dapat mengembangkan variasi proses pembelajaran
IPA Biologi pada materi pencemaran dan perubahan lingkungan yang nyata atau sesuai dengan
kehidupan sehari-hari siswa sehingga dapat berdampak positif bagi tingkat kepedulian dan rasa
tanggungjawab siswa terhadap lingkungan.
3. Siswa: memahami tentang proses pencemaran dan perubahan lingkungan yang diakibatkan
oleh manusia ataupun alami sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku
bertanggungjawab siswa terhadap lingkungan.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan dikemukakan, maka perlu
adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Medan
2. Objek penelitian ini adalahsiswa kelas X IPA di SMA Negeri 2 Medan
3. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengukur pengetahuan pencemaran dan perubahan
lingkungan (X) dan perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa (Y) kelas X SMA
Negeri 2 Medan.
4. Pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan siswa diukur menggunakan instrumen tes
berupa soal berjumlah 25 butir soal pilihan 8 jamak dengan penilaiannya menggunakan nominal.
Sedangkan untuk perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa akan diukur
menggunakan instrumen kuesioner yang berisi 25 pernyataan yang terdiri dari 14 pernyataan
negatif dan 11 pernyataan positif dengan penilaiannya menggunakan skala Likert.
5. Hasil yang didapat akan dianalisis bagaimanakah signifikan keberpengaruhan antara variabel
X dengan variabel Y menggunakan SPSS Versi 17 For Windows.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan Lingkungan
Lingkungan menurut Palar (2008: 10) dapat diartikan sebagai media atau suatu areal. Tempat
atau wilayah yang didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktivitas yang berasal dari
ornamen-ornamen penyusunnya. Ornamen-oranamen yang ada dalam membentuk lingkungan,
merupakan suatu bentuk sistem yang saling mengikat, saling menyokong kehidupan mereka.
Manusia dengan lingkungan hidupnya terdapat hubungan timbal balik. Manusia mempengaruhi
lingkungan hidupnya, dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia
ada di dalam lingkungan hidupnya dan ia tidak dapat terpisahkan daripadanya. Antara manusia
dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan yang dinamis. Perubahan dalam lingkungan hidup
akan menyebabkan perubahan dalam kelakuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
yangbaru. Perubahan dalam kelakuan manusia ini selanjutnya akan menyebabkan pula
perubahan dalam lingkungan hidup. Sastrawijaya pun berpendapat bahwa hanya dalam
lingkungan hidup yang baik, manusia dapat berkembang secara maksimal, dan hanya dengan
manusia yang baik lingkungan hidup dapat berkembang ke arah yang optimal (Sastrawijaya,
2009: 7).
B. Fakor Pengaruh Pencemaran Lingkungan
a) Sumber Pencemar Udara
Secara umum sumber pencemaran udara dapat terjadi karena faktor alamiah, yaitu peristiwa
yang mempengerahui alam sehingga menimbulkan pencemaran yang dapat mengganggu
manusia, hewan, dan tumbuhan seperti letusan gunung, atau terjadi karena buatan manusia
seperti limbah industri dan limbah pabrik. Pencemaran udara dapat terjadi karena zat atau
senyawa seperti:
(1) Karbon Monoksida (CO) Gas karbon monoksida (CO) dapat menjadikan udara tercemar. Gas
ini terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon.
Pencemaran udara bisa disebabkan oleh setiap pembakaran atau peledakan yang cenderung
menghasilkan gas CO contohnya gas ini berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dari
knalpot kendaraan bermotor.
(2) Belerangdioksida (SO2) Gas belerangdioksida merupakan salah satu yang dapat menjadikan
udara tercemar gas ini berasal dari pembakaran arang batu, minyak bumi, kilang minyak tanah,
gunung api, industri kimia, industri logam, industri pulp dengan proses sulfit dan hasil
pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang.
(3) Nitrogen Oksida (NO dan NO2) Nitrogen Oksida adalah kelompok gas yang terdapat di
atmosfer yang terdiri atas gas nitrik oksida dan nitrogen oksida, kedua gas ini paling banyak
ditemukan sebagai sumber pencemar udara. Nitrit oksida merupakan gas yang tidak berwarna
dan tidak berbau, sebaliknya nitrogen dioksida mempunyai warna cokelat kemerahan dan berbau
tajam. Nitrogen oksida merupakan hasil dari pusat-pusat pembakaran oleh industri-industri,
transportasi, pusat-pusat pembangkit tenaga listrik.
(4) Senyawa Karbon Dengan adanya penggunaan dari beberapa senyawa karbon di bidang
pertanian, kesehatan dan peternakan. Misalnya kelompok organoklor (insektisida, fungisida, dan
herbisida).
(5) Bau-bauan Bau-bauan yang tidak enak, bisa mengganggu suasana lingkungan yang
menyebabkan seseorang tidak akan betah tinggal lama di tempat yang Pencemaran tanah dapat
terjadi melalui air. Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan
kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah.
Pencemaran tanah dapat juga melalui udara. Udara yang tersemar akan menurunkan hujan yang
mengandung bahan pencemar ini.
Akibatnya tanah juga akan tercemar (Supardi, 1994: 67). Limbah atau Sampah bisa berasal dari
berbagai sumber, seperti industri, rumah tangga, sekolah, rumah sakit, perkantoran, fasilitas
umum, seperti stasiun kereta api, terminal bus. Sumber datangnya sampah dapat diuraikan
sebagai berikut.
1) Rumah tangga, umumnya terdiri dari sampah organik dan anorganik yang
dihasilkan dari aktivitas rumah tangga. Misalnya, buangan dari dapur, taman, debu, dan alat-alat
rumah tangga.
2) Daerah komersial, yaitu sampah yang dihasilkan dari pertokoan, restoran,
pasar, perkantoran, hotel. Biasanya terdiri dari bahan pembungkus sisa-sia makanan, kertas dari
perkantoran dll.
3) Sampah institusi, berasal dari sekolah, rumah sakit, dan pusat pemerintah.
4) Sampah industri berasal dari proses industri, dari pengolahan bahan baku hingga hasil
produksi.
5) Sampah fasilitas umum berasal dari taman umum, pantai, atau tempat rekreasi.
6) Sampah kontruksi bangunan, yaitu sampah yang berasal dari sisa pembuatan gedung,
perbaikan dan pembongkaran jalan atau jembatan dll.
7) Sampah dari hasil pengelolaan air buangan dan sisa-sisa pembakaran dari incinerator.
8) Sampah pertanian, berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak dapat dimanfaatkan lagi (Suryati,
2009: 16).
C. Pendidikan Lingkungan Hidup Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) menurut
UNESCO (1977 dalam Redy, 2016: 6-7) adalah suatu proses untuk membangun populasi
manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala
masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama (baik secara individu
maupun secara kolektif) untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan
mencegah timbulnya masalah baru. Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang
pendidikan lingkungan hidup diadakan di Beogard, Jugoslavia. Pendidikan lingkungan hidup
merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup
dan juga menjadi saran yang sangat penting dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang
dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pendidikan lingkungan dibutuhkan dan
harus diberikan kepada anak sejak dini menurut pendapat dari Nurhajni dan Widodo (2009
dalam Landriany, 2014: 82) ini bertujuan agar mereka mengerti dan tidak merusak lingkungan.
Hal ini dipengaruhi beberapa aspek antara lain:
a) Aspek kognitif, pendidikan lingkungan hidup mempunyai fungsi untuk meningkatkan
pemahaman terhadap permasalahan lingkungan, juga mampu meningkatkan daya ingat,
penerapan, analisis, dan evaluasi.
b) Aspek afektif, pendidikan lingkungan hidup berfungsi meningkatkan penerimaan, penilaian,
pengorganisasian dan karakteristik kepribadian dalam menata kehidupan dalam keselarasan
dengan alam.
c) Aspek psikomotorik, pendidikan lingkungan hidup berperan dalam meniru, memanipulasi
dalam berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya dalam upaya meningkatkan budaya
mencintai lingkungan.
d) Aspek minat, pendidikan lingkungan hidup berfungsi meningkatkan minat dalam dari anak.
Ada berbagai perwujudan penanaman pendidikan lingkungan hidup di sekolah, seperti sekolah
berbudaya lingkungan, sekolah hijau, dan sekolah sehat. Adapun istilah yang sedang digalakkan
pemerintah yaitu Adiwiyata. Adiwiyata merupakan suatu tempat yang baik dan ideal untuk
memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup untuk mencapai cita-cita pembangunan
berkelanjutan. Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung
jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah
yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Adapun prinsip dasar Adiwiyata
adalah:
1) Prinsip partisipatif, yaitu komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi
keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan perannya.
2) Prinsip berkelanjutan, berupa seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus
menerus secara komprehensif (Hidayati, 2013: 150).
Program Adiwiyata diharapkan dapat menciptakan kondisi yang nyaman dalam pembelajaran
serta timbulnya tanggung jawab lingkungan dalam rangka pembangunan berkelanjutan. Sebab
lingkungan yang bersih, nyaman akan menambah semangat belajar serta menciptakan kondisi
yang tidak membosankan. Pelaksanaan Adiwiyata di sekolah memiliki beberapa keuntungan.
Menurut Tim Adiwiyata Nasional (2011 dalam Hidayati, 2013: 151) keuntungan mengikuti
Program Adiwiyata sebagai berikut:
1) Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompetensi dasar dan standar kompetensi lulusan
(SKL) pendidikan dasar dan menengah.
2) Meningkatkan efesiensi penggunaan dana opersional sekolah melalui penghematan dan
pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan energi.
3) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman
dan kondusif.
4) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.
5) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan
pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di sekolah.
D. Perilaku Bertanggungjawab Berwawasan Lingkungan
Perilaku menurut teori ABC (Antecedent, Behaviour, Concequences) (dalam Notoatmodjo, 2010:
73) adalah merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara: Antecedent-Behaviour-
Concequences. 1) Antecedent adalah suatu pemicu (trigger) yang menyebabkan seorang
berperilaku, yakni kejadian-kejadian dilingkungan kita, ini dapat berupa alamiah (hujan, angin,
cuaca, dan sebagainya), dan buatan manusia (interaksi dan komunikasi dengan orang lain). 2)
Behaviour merupakan reaksi atau tindakan terhadap adanya “antecedent” atau pemicu tersebut
yang berasal dari lingkungan. 3) Concequences adalah kejadian selanjutnya yang mengikuti
perilaku atau tindakan tersebut (konsekuensi), dimana terdapat dua bentuk konsekuenasi yaitu:
Konskuensi Positif (menerima); berarti akan mengulang perilaku tersebut, dan Konsekuensi
Negatif (menolak); berarti tidak akan mengulang perilaku tersebut. Menurut Ritohardoyo (2013:
55) Perilaku manusia dicirikan salah satunya oleh sifat deferensial. Artinya, satu rangsangan
kepada seseorang dapat menimbulkan lebih dari satu tanggapan yang berbeda, dan beberapa
rangsangan yang berbeda dapat saja menimbulkan satu tanggapan yang sama. Beberapa
kemungkinan yang terjadi dalam hubungan manusia dengan lingkungannya, pertama suatu
ketika komponen lingkungan sebagai stimulus yang diterima individu manusia secara parsial,
dapat berakibat pada terbentuknya tanggapan tertentu secara parsial. Kedua, komponen
lingkungan sebagai stimulus yang diterima individu manusia secara integral, dapat saja berakibat
pada terbentuknya tanggapan tertentu secara parsial atau terbentuknya satu tanggapan. Ketiga,
sebaliknya tanggapan manusia dapat saja berpengaruh terhadap lingkungan menjadi berubah.
Hal ini mengingat berbagai kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam, pada
hakikatnya merupakan wujud tanggapan mereka terhadap tantangan lingkungan (Ritohardoyo,
2013: 55-56).
E. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia dalam Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut Ancok (1987 dalam Ritohardoyo, 2013:
59) antara lain faktor persepsi, sikap dan niat. Hal ini secara identik dapat dikemukan, bahwa
bagaimana perilaku atau kegiatan manusia didalam atau terhadap lingkungannya, bergantung
pada persepsi mereka terhadap lingkungan, sikap mereka terhadap lingkungan, serta bagaimana
dan seberapa besar niat mereka untuk melakukan kegiatan terhadap lingkungannya.
a) Persepsi manusia terhadap lingkungan Persepsi manusia secara teoritis dapat dibedakn
menjadi dua jenis, yakni persepsi personal dan persepsi sosial. Menurut Harvey dan Smith
(1977) person perception adalah suatu proses pembentukan kesan berdasar pengamatan ataupun
penalaran terhadap suatu hal, yang mempunyai pengaruh pada aspek fisik maupun psikologik.
Sedangkan persepsi sosial adalah suatu tindakan berdasar pengamatan maupun penalaran, baik
melalui interaksi langsung, melalui media massa maupun melalui melalui orang lain terhadap
suatu hal, sehingga membentuk kesan tersendiri (Ritohardoyo, 2013: 61). Persepsi mempunyai
implikasi yang sangat penting terhadap tatanan perilaku, termasuk tatanan perilaku sosial yeng
mempengaruhi hidup dan kehidupan lingkungan sosial maupun lingkungan biogeofisik
(ekosistem). Seperti yang dijelaskan oleh Sutami (1976 dalam Ritohardoyo, 2013: 62) sistem
sosial dan ekosistem merupakan dwitunggal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain, sebab masing-masing mencakup satuan fungsional, yang merupakan suatu interaksi
kehidupan dengan lingkungannya.
b) Sikap manusia terhadap lingkungan Sikap merupakan suatu reaksi ataupun tanggapan secara
khusus (special response) terhadap suatu rangsangan ataupun situasi (yang berasal dari persepsi
sesorang terhadap lingkungannya) disertai dengan pendirian dan atau perasaan orang
tersebut.Pada dasarnya yang memegang peranan penting dalam sikap adalah perasaan atau emosi
dan respon sebagai kecenderungan untuk bereaksi.Menurut Adisubroto (1984 dalam
Ritohardoyo, 2013: 64) sikap seseorang dapat tercermin pada perilakunya, yang besar
kemungkinannya berpengaruh terhadap lingkungan. Pada penelitian ini, peneliti akan
memperhatikan beberapa sikap yang merujuk pada kepedulian lingkungan siswa, adapun sikap
tersebut adalah kerja keras,cmenghargai kesehatan dan kebersihan, bijaksana, dan tanggung
jawab. Sikap dancperilaku tersebut dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar dan
mengajar.cSelanjutnya, sikap-sikap tersebut didefinisikan sebagai berikut.
1) Kerja keras Kerja keras adalah upaya terus menerus (tidak mudah menyerah) dalam
menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas (Dharma Kesuma, 2011:
17).Kerja keras membutuhkan energi yang besar agar kita bias memberikan energi yang besar
dalam bekerja, kita harus fokus dan bersungguhsungguh pada pekerjaan kita termasuk pekerjaan
kita untuk melestarikan alam.Kerja keras untuk melindungi dan melesatrikan alam perlu lebih
digalakkan (Emil Salim, 1986: 54).
2) Menghargai kesehatan dan kebersihan Menghargai kebersihan kesehatan berarti menghargai
dan menjaga kesehatan dan kebersihan diri sendiri, masyarakat dan lingkungan.Hal-hal yang
dapat dilakukan sebagai upaya menghargai keberishan dan kesehatan adalah membuang sampah
pada tempatnya, menutup tempat penampungan air, dan menyiram kamar mandi setelah
digunakan (Muchlas Samani dan Haryanto, 2012: 129).
3) BijaksanaBijaksana menurut Tabrani (2003: 114) adalah orang yang menggunakan akal sehat
dan pikirannya dalam bertindak. Dengan menggunakan akal budinya untuk bertindak, orang
akan mendudukan segala sesutunya secara proporsional. Orang bijaksana dapat dicirkan dengan
tidak cepat marah jika ada masalah, memtuskan sesuatu melalui pertimbangan yang matang,
menghukum orang setelah ada buktinya, menerima isu atau berita stelah jelas kedudukannya dan
mengambil tindakan setelah mengkonfirmasi berbagai sumber. Masalah yang kita hadapi
sekarang bukanlah memakai atau tidak memakai BBM, pestisida, dll, yang berpotensi
mencemari lingkungan akan tetapi bagaimana menggunakan SDA (Sumber Daya Alam) tersebut
secara proporsional atau bijaksana (Soemarwoto, 2008: 192).
4) Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang seharusnya dia lakukan untuk diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya) dan Tuhan Yang Maha Esa (Asmani, 2011: ).
Orang yang bertanggung jawab akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya.
c) Niat berperilaku Perilaku terjadi bergantung secara langsung pada keberadaan niat untuk
melakukan kegiatan. Niat untuk melakukan perilaku terbentuk sebagai akibat interaksi dua
komponen yaitu sikap terhadap perilaku dan norma subjektif tentang perilaku. Dalam hal ini
dapat saja terjadi ketidaksesuaian antara sikap denga perilaku, ataupun antara norma subjektif
dengan perilaku. Contoh dalam kasus tertentu seseorang memiliki sikap positif terhadap
pengelolaan lingkungan suatu danau, namun karena orang tersebut merasa akan dirugikan
dengan harus melepas sebagian lahan miliknya di pinggiran danau untuk penghijauan dan
beberapa anggota rumah tangganya tidak setuju, maka niat untuk menerima uang ganti rugi lahan
dibatalkan atau menolak program pengelolaan danau tersebut. Dalam contoh kasus diatas yakni
menolak untuk melepas lahan milik diganti rugi, adalah salah satu wujud nyata dari perilaku.
Hanya saja dalam hal ini sifat perilaku tidak sesuai dengan sifat sikap dan niat sesorang. Secara
umum perilaku merupakan realisasi dari niat untuk melakukan aktifitas lahir dalam bentuk yang
nyata dan merupakan refleksi dan sikap seseorang (Ritohardoyo, 2013: 65)
F. Kesadaran Lingkungan
Kesadaran manusia terhadap lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja secara alamiah, namum
harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui kegiatan-
kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menanamkan kesadaran
terhadap Lingkungan Hidup, langkah yang paling strategis adalah melalui pendidikan, baik
pendidikan formal atau pendidikan non-formal. Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai
wadah pendidikan perlu sejak dini menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa terhadap
lingkungan hidup agar terbentuk sumberdaya manusia yang secara arif dapat memanfaatkan
potensi dirinya dalam berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis,
lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif
dengan menganut nilainilai dan kearifan budaya lokal (Wagiyatun, 2011:31-32). Kegiatan
manusia sadar lingkungan perlu ditingkatkan. Masalah utama yang menonjol adalah hubungan
antara manusia dalam mencari kehidupan maupun dalam meneruskan keturunannya, dapat
menimbulkan masalah kelestarian sumberdaya yaitu kerusakan yang timbul akibat ulah manusia
itu. Penggunaan teknologi yang kurang terkendali justru akan lebih memperparah rusaknya
lingkungan. Ruang lingkup lingkungan sangat luas, dari langit atau udara, dari kutub utara
sampai kutub selatan, puncak gunung, kota, desa, lembah, sungai, pantai, danau, lautan, air laut,
dasar laut. Karena itu kesadaran lingkungan menjadi makin penting dan pendidikan
kependudukan dan lingkungan justru menjadi mutlak karena manusia dan lingkungan itu
merupakan dua unsur pokok yang saling menentukan, dalam arti manusia hidup dari lingkungan
dan jika lingkungan rusak maka manusia yang celaka (Neolaka, 2008: 20). Kesadaran
lingkungan menurut M.T.Zen yang dikuti dalam buku karangan Neolaka (2008: 20) adalah usaha
melibatkan setiap warga negara dalam menumbuhkan dan membina kesadaran untuk
melestarikan lingkungan, berdasarkan tata nilai dari pada lingkungan itu sendiri dengan filsafat
hidup secara damai dengan alam lingkungan. Asas ini harus mulai ditumbuhkan melalui
pendidikan sekolah dan luar sekolah, dari kanak-kanak hingga perguruan tinggi agar lambat laun
tumbuh rasa cinta kasih kepada alam lingkungan, disertai tanggung jawab sepenuhnya setiap
manusia untuk memelihara kelestarian lingkungan. Kesadaran lingkungan juga berkaitan tentang
kepedulian terhadap lingkungan.Menurut Narwanti (2011: 30) kepedulian lingkungan
merupakan sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi. Upaya-upaya tersebut seharusnya dimulai dari diri sendiri dan dilakukan dari hal-hal
kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon, menghemat penggunaan
listrik dan bahan bakar. Jika kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh semua orang maka akan
didapatkan lingkungan yang bersih, sehat dan terjadi penghematan pada sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui Pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dapat dilakukan secara
individu, kelompok atau masyarakat, maupun secara kelembagaan (pemerintah). Pada dasarnya,
ada tiga prinsip untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan, yaitu secara
administratif, teknologi dan edukatif.
a) Secara Administratif, pencegahan dan penanggulangan pencemaran dilakukan dengan
membuat peraturan dan perundang-undangan oleh pemerintah.
1) Pabrik tidak boleh menghasilkan produk yang dapat mencemari lingkungan.
2) Sebelum dilakukan pembangunan pabrik atau proyek industri harus dilakukan analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL). b) Secara Teknologi, diadakan unit-unit pengolah
limbah dan sampah. Dalam hal ini industri harus memiliki unit pengolah limbah (padat, cair dan
gas) sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan sudah terbebas dari zat-zat yang
membahayakan lingkungan.c) Secara Edukatif, dilakukan melalui jalur pendidikan baik formal
maupun non formal. Pembekalan pengetahuan juga bisa anak dapatkan melalui kegiatan
ektrakurikuler di sekolah. Anak dapat mengikuti kegiatan pramuka, karya ilmiah remaja, palang
merah remaja (PMR), pecinta alam, dokter kecil dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan di
masyarakat juga mempengaruhi sikap anak terhadap lingkungannya. Agar anak dapat memilah
kebiasaan baik dan buruk, diperlukan pengawasan, bimbingan orang tua dan guru agar
pendidikan lingkungan hidup dapat dipraktikan dalam keseharian anak (Hardian, 2011: 1).
Pembentukan kesadaran terhadap kondisi yang ada di lingkungannya menurut Mustakin (2011:
86) dapat ditempuh melalui pendidikan yang ada di sekolah, ia yang menjelaskan bahwa sekolah
seharusnya memainkan perannya dalam membentuk kesadaran terhadap lingkungan. Perlu ada
pembentukan karakter terhadap lingkungan pada diri siswa, Karakter ini bisa dimulai dari
persoalan sepele, seperti penyediaan tempat sampah yang memadai, sampai pada perumusan
action plan tentang program-program kepedulian lingkungan. Melalui pembentukan karakter ini
diharapkan lahir generasi yang memiliki kepedulian lingkungan. Hal itu berarti, sekolah sebagai
institusi pendidikan, memiliki tugas untuk membentuk karakter peduli lingkungan pada diri
siswa. Karakter terbentuk dari sikap yang dilakukan terus menerus sehingga sekolah mempunyai
kewajiban untuk menanamkan sikap peduli lingkungan secara berkesinambungan. Ini sesuai
dengan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
siswa.
G. Indikator Sikap Peduli Lingkungan
Terdapat hal-hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan hidup dalam kehidupan
sehari-hari, dan juga dapat dijadikan indikator seseorang memiliki kepedulian lingkungan yang
tinggi atau rendah. Hal-hal tersebut dipaparkan oleh Salim (1986: 234) dalam bukunya yang
berjudul Pembangunan Berwawasan Lingkungan sebagai berikut.
1) Peningkatan kesehatan lingkungan yang menyangkut usaha kebersihan selokan, tempat
mandi-cuci-kakus, terpeliharanya sumur air minum.
2) Kebersihan dalam rumah, termasuk jendela yang bisa memasukkan sinar matahari, kebersihan
dapur.
3) Usaha hemat energi, seperti: a) Menghemat pemakaian aliran listrik dengan memadamkan
lampu-lampu yang tidak diperlukan pada waktu tidur, serta segera memadamkan lampu pada
pagi hari. b) Menghemat pemakaian air, jangan sampai ada kran ataupun tempat air (bak) yang
bocor, ataupun dibiarkan mengalir/menetes terus.
4) Pemanfaatan kebun atau perkarangan dengan tumbuh-tumbuhan yang berguna, penanaman
bibit tumbuh-tumbuhan untuk penghijauan, rumah dan halaman diusahakan sebersih dan seindah
mungkin sehingga merupakan lingkungan yang sehat dan menyenangkan bagi keluarga.
5) Penanggulangan sampah, memanfaatkan kembali sampah organis, dan mendaur ulang
(recycling) sampah anorganis (botol, kaleng, plastik, dan lainlainnya) melalui tukang loak atau
yang serupa.
6) Mengembangkan teknik biogas, memanfaatkan sampah hewan, manusia dan kotoran dapur,
untuk dibiogaskan sebagai sumber energi untuk memasak.
7) Meningkatkan keterampilan sehingga dapat memanfaatkan bahan tersedia, sisa bahan, atau
bahan bekas, lalu turut mendaur-ulang berbagai bahan berkali-kali, seperti merangkai bunga dari
bahan sisa dan sebagainya. Narwanti (2011: 69) juga menjelaskan implementasi karakter peduli
lingkungan sekolah pada siswa dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a)
kebersihan ruang kelas terjaga, b) menyediakan tong sampah organik dan nonorganik, c) hemat
dalam penggunaan bahan praktik, dan d) penanganan limbah bahan kimia dari kegiatan praktik.
H. Kerangka Berpikir Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk
khususnya manusia dengan lingkungannya. Ilmu yang membahas tentang hubungan timbale
balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya tersebut dinamakan ekologi, Kata ekologi
pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel ahli biologi Jerman pada tahun 1869. Dari kata
“oikos” yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan “logos” yang artinya telaah atau studi. Jadi
ekologi adalah ilmu tentangrumah atau tempat tinggal makhluk atau dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekologi ini tertuang dalam pembelajaran IPA Biologi jika pada tingkat satuan pendidikan
menengah atas, dimana dalam pembelajaran IPA pada aspek biologis mengkaji berbagai
persoalan yang berkaitan dengan fenomena makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi
kehidupan, dan interaksinya dengan factor lingkungan pada dimensi ruang dan waktu serta
mempelajari kejadian-kejadian alamiah yang berada di sekitar kehidupan seluruh umat manusia
di alam semester beserta lingkungannya termasuk yaitu tentang pencemaran lingkungan dimana
dalam pencemaran lingkungan ini banyak sekali peran dari manusia. Pembelajaran IPA Biologi
di sekolah menengah kebanyakan masih bersifat “teacher centered”. Kondisi tersebut
menyebabkan siswa kurang dapat menghubungkan antara konsep yang diperoleh dengan
permasalahan yang ada di lingkungannya. Padahal permasalahan tentang pencemaran dan
kerusakan lingkungan harusnya dijelaskan dengan menghubungkan fakta-fakta yang ada
disekitar siswa. Dengan begitu, sikap peduli lingkungan dapat tertanam pada diri siswa dan
diterapkan dalam perilaku yang berwawasan lingkungan. Perilaku bertanggungjawab
berwawasan lingkungan adalah pengetahuan dan sikap tentang lingkungan yang diwujudkan
dalam tindakandi kehidupan seharihari untuk melestarikan, memperbaiki dan mencegah
kerusakan dan pencemaran lingkungan. Implementasi perilaku berwawasan lingkungan dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran IPA Biologi karena IPA Biologi bertujuan ikut serta dalam
memilihara, menjaga, dan melestarikan alam sehingga upaya-upaya untuk mengurangi tindakan
perusakan dan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh manusia dapat dikaji melalui
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada SMA kelas X semester genap terdapat
kompetensi dasar yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup yaitu menganalisis data
perubahan lingkungan, penyebab dan dampaknya bagi kehidupan. Pada kompetensi dasar ini
diharapkan siswa dapat memahami apa itu perubahan lingkungan, apa saja penyebab terjadinya
perubahan lingkungan , dan bagaimana cara mencegah dan mengatasi dampak perubahan
lingkungan tersebut. Dari kompetensi dasar ini guru dapat meningkatkan pengetahuan perubahan
lingkungan yang diantaranya terdapat materi tentang pencemaran lingkungan untuk siswa agar
diharapkan pengetahuan yang sudah didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan membentuk perilaku berwawasan lingkungan. Bagan Kerangka Berpikir Seluruh Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Medan, Hasil pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan siswa
Tes Pengetahuan Belum diketahui pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan siswa
Belum diketahui perilaku berwawasan lingkungan siswa Kuesioner Perilaku Hasil perilaku
bertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa Analisis Regresi Linear Sederhana Pengaruh
Pengetahuan Pencemaran dan Perubahan Lingkungan terhadap Perilaku Bertanggungjawab
Berwawasan Lingkungan
I. Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: Ha : Pengetahuan
pencemaran dan perubahan lingkungan berpengaruh positif terhadap perilaku bertanggungjawab
berwawasan lingkungan siswa SMA Negeri 2 Medan H0 : Pengetahuan pencemaran dan
perubahan lingkungan tidak berpengaruh positif terhadap perilaku bertanggungjawab
berwawasan lingkungan siswa SMA Negeri 2 Medan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei – 4 Mei 2018 di SMA Negeri 2
Medan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA di SMA Negeri 2 Medan tahun
pelajaran 2017/2018 sebanyak 288 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini sebesar 25% dari seluruh siswa kelas XIPA di SMA Negeri 2 Medan tahun
pelajaran 2017/2018 sebanyak 72 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Random Sampling yaitumenurut Arikunto (2013: 134)adalah teknik pengambilan sampel dengan
cara mencampur subjek-subjek tanpa mempertimbangkan tingkatan-tingkatan dalam populasi,
namun pada objek penelitian ini adalah berupa siswa yang berada pada kelas, jadi sampel pada
penelitian ini adalah 72 siswa yang didapat dari 3 kelas yaitu kelas XA3, XA4, dan XA5 yang
diperoleh secara random, karena rata-rata jumlah siswa di SMA Negeri 2 Medan per kelasnya
adalah 36 siswa.
C. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional, dimana menurut
Notoatmodjo (2010: 5) penelitian korelasional adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
melihat hubungan antara dua variabel atau lebih, karena pada penelitian ini hanya melihat apakah
ada pengaruh antara pengetahuan pencemaran lingkungan yang dimiliki oleh siswa terhadap
perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan.
2. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel yang dijadikan
pedoman dalam penelitian sehingga akan memudahkan dalam mengoperasikannya di lapangan.
Untuk memahami dan memudahkan dalam menafsirkan banyak teori yang ada dalam penelitian
ini, maka akan ditentukan beberapa definisi konseptual yang berhubungan dengan yang akan
diteliti, antara
lain:
a. Pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan Pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2003: 140) dapat diartikan sebagai penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya sehingga menghasilkan pengetahuan. Pengertian
pencemaran lingkungan menurut UU RI No. 23 Tahun 1997 adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan perubahan
lingkungan yaitu terganggunya keseimbangan lingkungan dikarenakan faktor alam dan faktor
manusia. Dari teoriteori tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pencemaran dan
perubahan lingkungan adalah hasil tahu manusia yang diperoleh dari hasil penginderaannya
tentang segala sesuatu yang dapat mencemari dan mengganggu keseimbangan lingkungan dan
cara menanggulanginya.
b. Perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan (Enviromentally Responsible Behaviour)
Perilaku menurut teori ABC (Antecedent, Behaviour, Concequences) (dalam Notoatmodjo, 2003:
73) adalah merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara: Antecedent-Behaviour-
Concequences. Sedangkan perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan menurut Andrew
dan Slamet (2013: 12) adalah sebuah perilaku maupun tindakan yang bertanggungjawab
berkontribusi dan memiliki dampak positif pada pelestarian lingkungan, sistem bumi dan sumber
daya alam. Ada 3 hal yang mempengaruhi perilaku manusia terhadap lingkungan menurut
Ancok (dalam Ritohardoyo, 2013: 59) yaitu: 1) Persepsi manusia terhadap lingkungan, 2) Sikap
manusia terhadap lingkungan dan 3) Niat berperilaku.
3. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variable diukur. Dengan
melihat definisi operasional suatu penenlitian, maka seorang peneliti akan dapat mengetahui
suatu variabel yang akan diteliti.
D. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan jenis data kuantitaif dan teknik analisis regresi linear
sederhana. Pada kegiatan analisisnya terdapat 3 tahapan yaitu analisis pendahuluan, pengujian
prasyarat hipotesis dan analisis uji hipotesis. Analisis pendahuluan dilakukan peneliti dengan
melakukan penyusunan data yang diperoleh dari instrumen kuesioner dan tes untuk siswa,
kemudian hasil data yang diperoleh akan lanjut dalam pengujian prasyarat hipotesis yaitu
diantaranya uji normalitas dan uji linearitas karena itu merupakan syarat yang dibutuhkan untuk
lanjut ke uji hipotesis yang menggunakan analisis regresi linear sederhana. Setelah dilakukan
pengujian prasyarat hipotesis dan didapatkan data yang terdistribusi normal dan memiliki
hubungan yang linear kemudian data tersebut di uji hipotesisnya menggunakan analisis regresi
linear sederhana menggunakan bantuan SPSS Versi 17 For Windows untuk menguji data tentang
ada tidaknya pengaruh antara variabel X yaitu tingkat pengetahuan pencemaran lingkungan
siswa dengan variabel Y yaitu perilakubertanggungjawab berwawasan lingkungan siswa.
E. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Penelitian
a. Membuat surat izin penelitian ke Dekanat FKIP Universitas Negeri Medan.
b. Memberikan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Medan
c. Melakukan wawancaradan observasi langsung kepadakepala sekolah dan guru mata pelajaran
biologi kelas X di SMA Negeri 2 Medan untuk mendapatkan informasi tentang sekolah, siswa
dan metode pembelajaran yang diterapkan pada kompetensi dasar yang berkenaan dengan
pencemaran lingkungan
d. Mengambil data penelitian pendahuluan yaitu berupa profil sekolah, data siswa kelas X IPA
SMA Negeri 2 Medan.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Melakukan penyebaran kuesioner dan tes kepada kelas XIPA di SMA Negeri
2 Bandar Lampung yang sudah dipilih menjadi sampel penelitian dengan menggunakan metode
random sampling
b. Melakukan analisis data secara kuantitatif.
F. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data
Data yang digunakan adalah hasil jawaban kuesioner dan tes yang diisi oleh siswa kelas XIPA di
SMA Negeri 2 Medan yang menjadi sampel penelitian.
2. TeknikPengumpulan Data
Teknik pengambilan datayang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes
dan kuesioner.
a. Tes Tes menurut Arikunto (2013: 150) adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk mengetahui
pengetahuan siswa tentang pencemaran lingkungan. Dengan adanya tes akan membantu sejauh
mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Adapun tes yang digunakan
dalam penelitian adalah tes pilihan jamak yaitu memberikan pertanyaan yang telah diberi empat
alternatif jawaban dengan jumlah 25 butir soal. Soal dibuat dengan menggunakan kisi-kisi yang
disajikan di lampiran.
Sifat Pertanyaan
Format jawaban dan skala (skor)
SS S KS TS
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
Sumber : Triyono (2013 :170)
Hasil tes dan kuesioner yang datanya sudah berupa data standar seratus, lalu
dikategorikan berdasarkan hasil yang diperoleh siswa
No. Interval Nilai Interpretasi
1. 76-100 Tinggi
2. 56-75 Cukup Tinggi
3. 40-55 Sedang
4. < 40 Rendah
Sumber: Arikunto (2013: 26)
3. Analisis Instrumen
Sebelum melakukan pengambilan data, tes dan kuesioner perlu diuji validitas dan
reabilitasnya.
1. Validitas , Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen. Penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk dengan
menggunakan pendapat dari ahli. Setelah instrumen dikontruksi pada aspek-aspek yang akan
diukur dengan berlandaskan teori-teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para
ahliyang terdiri dari dosen sesuai dengan bidangnya. Setelah pengujian konstruk dari ahli selesai,
maka diteruskan dengan uji coba instrumen yang diuji cobakan kepada sampel yang bukan
sampel sesungguhnya dari populasi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2013 : 211). Uji validitas ini
akan menggunakan Microsoft Office Excell untuk soal tes pengetahuan dan program SPSSuntuk
pernyataan kuesioner. Dalam program SPSS digunakan PearsonProduct Moment Correlation –
Bivariate dan membandingkan hasil uji PearsonCorrelation dengan r tabel. Kriteria diterima dan
tidaknya suatu data valid atau tidaknya (Prayitno, 2012: 101) berdasarkan nilai korelasi:
- Jika r hitung > r tabelmaka item dinyatakan valid
- Jika r hitung< r tabel maka item dinyatakan tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Apabila data sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama.
Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2013:221). Untuk
menghitung reliabilitas instrumen digunakan dua rumus yaitu rumus KR- 20 untuk menghitung
bentuk instrumen tes pilihan jamak dan rumus Alpha Cronbach untuk menghitung bentuk
instrumen kuesioner peduli lingkungan. Nilai reliabilitas dapat dicari dengan membandingkan
nilai Cronbac’s Alpha pada taraf signifikansi 0,05 (SPPS secara default menggunakan nilai ini)
dan df N-k, df = N-2, N adalah banyaknya sampel dan k adalah jumlah variabel yang diteliti.
Kriteria reliabilitas dapat dilihat di bawah ini (Wibowo, 2012: 52):
- Jika rhitung (ralpha) > rtabeldf maka butir pertanyaan/pernyataan tersebut reliabel.
- Jika rhitung (ralpha) < rtabeldf maka butir pertanyaan/pernyataan tersebut tidak reliabel.
G. Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, peneliti melakukan
uji coba instrumen terlebih dahulu ke 27 siswa kelas X SMAIT Ar-Rahman Medan. Hasil uji
coba instrumen yang terdiri dari uji coba tes pengetahuan pencemaran lingkungan dan kuesioner
perilaku bertanggungjawab berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Uji coba tes pengetahuan tentang pencemaran lingkungan Berdasarkan uji validitas soal tes
pengetahuan tentang pencemaran lingkungan dan perubahan iklim yang berbentuk pilihan jamak,
menunjukkan bahwa pada 40 soal terdapat 25 soal valid dan 15 soal tidak valid. Distribusi uji
validitas disajikan
H. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data secara
kuantitatif dengan melalui 3 tahapan yaitu analisis pendahuluan, analisis prasyarat uji hipotesis,
dan analisis uji hipotesis.
1. Analisis Pendahuluan Di dalam analisis pendahuluan, penelitian menyusun data yang telah
terkumpul dari tes dan kuesioner, kemudian dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi untuk
tiap-tiap variabel. Untuk tes yang dijawab oleh siswa, jawaban benar bernilai 1 dan jawaban
salah bernilai 0 dengan hasil tes diubah menjadi standar seratus. Sedangkan untuk penskoran
hasil kuesionermenggunakan skala Likert. Skala pengukuran dengan tipe ini mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain yaitu sesuai,
kurang sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Kuesioner tersebut akan menggunakan
pernyataan favorable dan unfavorable dimana ketika pernyataan favorable (mengarah atau
menunjuk ciri adanya atribut yang diukur) mendapatkan nilai 4, 3, 2, 1 dan pernyataan
unfavorable (tidak mengarah atau tidak merujuk atribut yang dicirikan) mendapat nilai 1, 2, 3, 4.
2. Pengujian Prasyarat Hipotesis Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang harus dilakukan
guna menghasilkan suatu keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis. Terdapat
3 uji yang dilakukan dalam pengujian prasyarat hipotesis yaitu uji normalitas, uji linearitas dan
uji homogenitas
a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan melihat koefisien nilai sig pada baris terakhir tabel One Sample Kolmogorov- Smirnov
Test. Uji normalitas digunakan untuk melihat terdistribusi normal atau tidaknya data hasil
penelitian. Pengujian ini juga menentukan teknik statistik yang selanjutnya akan dilakukan.
Apabila data terdistribusi normal maka digunakan statistik parametrik sedangkan apabila data
tidak terdistribusi normal maka digunakan statistik nonparametrik. Berdasarkan uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang dibantu program SPSS Versi 17 for Windows,
diperoleh nilai sig sebesar 0,770. Bila dibandingkan dengan taraf signifikansi 0.05, maka 0.770 >
0.05, sehingga data terdistribusi normal.
b. Uji Linearitas Uji linearitas yaitu garis regresi antar variabel independen dan variabel
dependen membentuk garis linear atau tidak.Kalau tidak linear maka analisis regresi tidak dapat
dilanjutkan (Sugiyono, 2008: 265).Untuk menguji linearitas hubungan antar variabel dilakukan
dengan mencari nilai Sig. deviation melalui langkah-langkah analysis of variance (ANOVA).
Dengan penentuan keputusan hasil pengujian linearitas data bisa dikatakan linear didasarkan
pada ketentuan apa bila nilai Sig. deviation > taraf signifikansi, yang pada penelitian ini
menggunakan taraf signifikansi 0.05. Berdasarkan uji linieritas melalui ANOVA dengan dibantu
oleh program SPSS Versi 17 for Windows, nilai sig yang diperoleh adalah sebesar 0,063 yang
menunjukkan nilai sig > 0,05, yang berarti terdapat hubungan linier secara signifikan antara
pengetahuan pencemaran dan perubahan lingkungan dengan perilaku bertanggungjawab
berwawasan lingkungan.
c. Uji homogenitas Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi
dua buah distribusi atau lebih. Penelitian ini menggunakan uji Homogenitas Variansi yang
dibantu dengan program SPSS Versi 17 for Windows. Penentuan keputusan hasil pengujian
homogenitas didasarkan pada ketentuan apabila nilai sig > 0,05, maka data homogen. Nilai sig
hasil uji homogenitas yang diperoleh adalah 0,147, yang menunjukkan > 0,05 sehingga
dataPerilaku Bertanggungjawab Berwawasan Lingkungan (Y) berdasarkan Pengetahuan
Pencemaran Lingkungan (X) mempunyai varian yang sama (homogen).
3. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis merupakan lanjutan dari analisis pendahuluan
dengan menguji data tentang pengaruh antara variabel X dengan variabel terikat Y. Analisis ini
digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan, adapun analisis yang digunakan
pada penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dengan pengujian hipotesisnya
meenggunakan uji One WayANOVA, variabel X dikatakan memiliki pengaruh terhadap variabel
Y apabila nilai sig < taraf signifikansi

Anda mungkin juga menyukai