Anda di halaman 1dari 19

Analisis literasi

lingkungan siswa
SMA

AISYAH RAHMA NST


(8226713003)
Pendahuluan
Isu lingkungan seperti deforestasi, degradasi hutan, polusi air dan polusi udara merupakan
masalah dunia yang berdampak serius bagi kehidupan. Deforestasi telah mengancam tiga benua
di dunia; Afrika,Amerika dan Asia. Deforestasi telah menyebabkan hilangnya keanekaragaman
hayati dan degradasi tanah

Pertumbuhan populasi yang cepat dan pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir Mumbai
mengakibatkan pencemaran air. Perairan Pantai Mumbai telah tercemar oleh logam berat
antropogenik yang menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan manusia, keanekaragaman
hayati, produktivitas ekosistem laut, dan estetika

Polusi udara telah mempengaruhi sembilan dari sepuluh orang yang tinggal di daerah perkotaan
di seluruh dunia
Lanjutan
Paparan polusi udara berupa ozon dan NO2 meningkatkan risiko kematian, asma, kanker
paru-paru, dan infeksi pernapasan.

Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Baik secara langsung
maupun tidak langsung, aktivitas manusia berdampak pada kehidupan yang berkelanjutan [4].
Menurunnya kualitas lingkungan dipengaruhi oleh eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan oleh
manusia tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan fungsi ekologis

Pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan secara bijaksana, tepat dan lestari agar kelangsungan
makhluk hidup dan kelestarian ekosistem dapat terjaga.

Pendidikan memiliki peran penting dalam mengatasi kompleksitas masalah lingkungan

Pendidikan lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan melalui pendekatan formal dengan
Berdasarkan hasil Deklarasi Tbilisi UNESCO tahun 1997, pendidikan lingkungan bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran lingkungan peserta didik dan kemampuan memberikan solusi terhadap
masalah lingkungan.

Pendidikan lingkungan berusaha melibatkan peserta didik dalam menanamkan pengetahuan


untuk mengubah keyakinan, sikap dan perilaku terhadap lingkungan. Salah satu tujuan akhir
pendidikan lingkungan adalah meningkatkan EL siswa

Pelaksanaan pendidikan lingkungan mengintegrasikan EL di dalamnya, sehingga siswa


memahami hubungan lingkungan dan alam dengan manusia.
Berdasarkan hasil Deklarasi Tbilisi UNESCO tahun 1997, pendidikan lingkungan bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran lingkungan peserta didik dan kemampuan memberikan solusi terhadap
masalah lingkungan.

Pendidikan lingkungan berusaha melibatkan peserta didik dalam menanamkan pengetahuan


untuk mengubah keyakinan, sikap dan perilaku terhadap lingkungan. Salah satu tujuan akhir
pendidikan lingkungan adalah meningkatkan EL siswa

Pelaksanaan pendidikan lingkungan mengintegrasikan EL di dalamnya, sehingga siswa


memahami hubungan lingkungan dan alam dengan manusia.
EL diukur berdasarkan tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan perhatian

Pengetahuan diukur dengan menggunakan empat belas soal pilihan ganda.

Soal pengetahuan berdasarkan indikator RPP khususnya pada bab perubahan lingkungan dan
daur ulang sampah. Keempat belas soal tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Sikap diukur dengan menggunakan skala New Ecological Paradigm (NEP) paradigma baru
dalam ekologi yang terdiri dari lima belas item pernyataan dengan skala likert.

Kepedulian diukur dengan menggunakan lima belas pernyataan dengan skala Likert.

Soal pengetahuan berdasarkan indikator RPP khususnya pada bab perubahan lingkungan
dan daur ulang sampah. Keempat belas soal tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
EL siswa dapat dilihat melalui proses pembelajaran biologi di kelas, khususnya pada bab
perubahan lingkungan dan daur ulang sampah. Pendidikan lingkungan hidup di kelas
hendaknya melibatkan guru secara aktif untuk membangun pengetahuan siswa tentang
lingkungan hidup [12]. Guru harus memahami karakteristik topik lingkungan dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual, memberikan contoh kehidupan sehari- hari
yang relevan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna.

Hasil EL siswa merupakan isu penting untuk dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis EL siswa dan bagaimana proses pembelajaran berjalan untuk
menumbuhkembangkan EL siswa, khususnya pada bab “Perubahan lingkungan dan daur ulang
sampah
Berdasarkan hasil Deklarasi Tbilisi UNESCO tahun 1997, pendidikan lingkungan bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran lingkungan peserta didik dan kemampuan memberikan solusi terhadap
masalah lingkungan.

Pendidikan lingkungan berusaha melibatkan peserta didik dalam menanamkan pengetahuan


untuk mengubah keyakinan, sikap dan perilaku terhadap lingkungan. Salah satu tujuan akhir
pendidikan lingkungan adalah meningkatkan EL siswa

Pelaksanaan pendidikan lingkungan mengintegrasikan EL di dalamnya, sehingga siswa


memahami hubungan lingkungan dan alam dengan manusia.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai
April 2017 di salah satu SMA non Adiwiyata (belum hijau) di Karanganyar.

Sekolah yang berpartisipasi memiliki 18 kelas sains, dan topik lingkungan diajarkan di kelas
sepuluh. Partisipan penelitian ini adalah tiga kelas yang dipilih secara purposive dari tiga siswa
kelas.

Kelas pertama adalah kelas sepuluh, terdiri dari 17 siswa.

kelas dua dan tiga kelas sebelas dan dua belas, masing-masing terdiri dari 24 siswa.

Mengenai jenis kelamin, ada dua puluh anak laki-laki dan empat puluh empat perempuan dari
total yang bergabung sebagai peserta.
Instrument Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengukuran Pengetahuan
CONTOH SOAL INSTRUMENT
PENGETAHUAN EL
1. masalah faktual tentang masalah lingkungan.
2. dampak masalah lingkungan.
3. faktor penyebab masalah lingkungan.
4. nilai ambang batas pencemaran air.
5. pencemaran air.
6. bagaimana cara mengatasi pencemaran air.
7. faktor penyebab pencemaran air.
8. fakta perubahan lingkungan.
9. daur ulang.
10. 10 faktor penyebab, dampak, dan cara pencegahan angin
puting beliung.
11. dampak polusi suara.
12. bagaimana menangani polusi suara.
13. bagaimana menangani polusi suara.
14. dampak polusi suara.
Hasil Pengukuran Sikap
Hasil sikap siswa yang diukur dengan angket New Ecological Paradigm Scale (NEP)
menunjukkan rata-rata skor keseluruhan adalah 46,42. NEP terdiri dari lima komponen, masing-
masing tiga pernyataan, yang membentuk dasar sikap peduli lingkungan; membatasi
pertumbuhan, keseimbangan alam, anti-antroposentrisme, anti-pengecualian, dan krisis
lingkungan
CONTOH INSTUMENT SIKAP
•Pernyataan tentang batas pertumbuhan tercantum pada pertanyaan nomor 1, 6, dan 11

•Pernyataan tentang keseimbangan alam terdapat pada pertanyaan nomor 3, 8, dan 13

•Pernyataan tentang anti-antroposentrisme terdapat pada pertanyaan nomor 2, 7, dan 12

•Pernyataan tentang anti-exceptionalism terdapat pada pertanyaan nomor 4, 9, dan 14

•Pernyataan tentang eco-crisis tercantum pada nomor pertanyaan. 5, 10, dan 15


Hasil Pengukuran Kepedulian
HASIL
Hasil angket kepedulian lingkungan menunjukkan bahwa sebagian siswa belum memiliki persepsi
yang jelas tentang penggunaan plastik untuk tas belanja.

Beberapa siswa belum sepenuhnya memahami dampak lingkungan dari penggunaan plastik.

Siswa tidak dapat berpendapat tentang fakta bahwa penguraian plastik yang dapat dipercepat
oleh bakteri.

Siswa yang paham tentang daur ulang plastik lebih banyak dibandingkan yang belum paham,
sehingga sebagian besar siswa dapat menentukan persepsinya, namun alasan yang diberikan
kurang detail.
Hasil Observasi
Hasil observasi pembelajaran pendidikan lingkungan di kelas
menunjukkan bahwa pembelajaran didominasi oleh ceramah terus
menerus guru (direct instruction learning) berdasarkan slide power point
dan buku. Dari hasil wawancara, guru menyatakan tidak mau membuat
variasi untuk model pembelajarannya. RPP mereka menunjukkan bahwa
mereka menggunakan penemuan dan inkuiri. Guru menjelaskan bahwa
model pembelajaran selain direct instruction membutuhkan waktu yang
lama dan sulit untuk menilai kemampuan siswa
Hasil Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan wakil kepala sekolah kurikulum,
menunjukkan bahwa sekolah belum mengintegrasikan pendidikan
lingkungan ke dalam kurikulum, karena beberapa kekurangan dan
keterbatasan. Siswa belum mampu mengimplementasikan apa
yang dipelajarinya di sekolah, misalnya masih tidak peduli dengan
sampah di kelas dan zona sekolah serta pergantian tim piket yang
tidak berjalan dengan baik.
Pengamatan menunjukkan bahwa jarak tempat sampah satu dengan
yang lain adalah 14,4meter dan tidak semua kelas memiliki tempat
sampah.
Kesimpulan
Sekitar 80% EL siswa dikategorikan kurang memadai dan sisanya tergolong cukup.
Sikap siswa yang diukur dengan menggunakan skala New Ecological Paradigm
(NEP) menunjukkan nilai rata- rata siswa adalah 46,42 (sedang). Sedangkan
skor kepedulian siswa berkisar antara 2,58 hingga 4,18.

Pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa siswa kurang


memahami isi pembelajaran karena guru hanya mengajarkan teori dan konsep
tanpa mendemonstrasikan atau menerapkan konsep tersebut melalui
serangkaian percobaan atau penyelidikan. Selain itu, RPP guru dan proses
pembelajaran yang dilakukan guru belum memenuhi komponen EL. Pihak
sekolah juga belum mengintegrasikan pendidikan lingkungan melalui
kurikulumnya.

Anda mungkin juga menyukai