Anda di halaman 1dari 8

PEMBERSIHAN URIN BAG DENGAN KLORIN TERHADAP JUMLAH

KUMAN DALAM URIN PADA PASIEN DENGAN KATETER MENETAP


DI RUANG B1 SARAF RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Ns. Yunie Armiyati, S.Kep., M.Kep,Sp KMB (*), Ns. Zaenal Arifin, S.Kep (**)

(*) Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Jl. Kedungmundu Raya no 18, Semarang, Indonesia
(**) Ruang B1 Syaraf, RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jl. Dr. Soetomo, Semarang, Indonesia
Email: yunie_army@yahoo.com, arifin_zae2010@yahoo.com,

ABSTRAK

Pemasangan kateter menetap dalam saluran kemih meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Koloni
bakteri dalam urin (bakteriuria) akan terjadi dan beresiko terhadap peningkatan kejadian infeksi saluran
kemih. Pembersihan urin bag dengan desinfektan seperti larutan klorin diharapkan dapat menekan
pertumbuhan kuman penyebab infeksi saluran kemih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pembersihan urin bag dengan larutan klorin terhadap perubahan jumlah kuman dalam urin. Penelitian
menggunakan desain quasi eksperimen dengan rancangan Nonrandomized Control Group, Pretest–
Posttest Design. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang terpasang kateter di Ruang B1
Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang dalam rentang waktu 2 bulan berjumlah 12 orang berdasarkan teknik
Consecutive Sampling. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney U test. Hasil
penelitian menujukkan jumlah kuman rata-rata pada hari ke 3 pemasangan kateter pada kelompok yang
kontrol sebesar 34911,883 µl sedangkan pada kelompok intervensi 59171,433 µl. Rata-rata jumlah kuman
dalam urin pada hari ke 7 pemasangan kateter pada kelompok kontrol lebih tinggi yaitu sebesar
37258,683 µl sedangkan pada kelompok perlakuan lebih rendah yaitu sebesar 1019,5 µl. Tidak ada
perbedaan jumlah kuman dalam urin pada kelompok kontrol (p value = 0,463). Ada perbedaan kuman
dalam urin pada kelompok yang dilakukan pembersihan urin bag (p value = 0,028). Ada perbedaan
jumlah kuman pada responden yang dilakukan pembersihan urin bag dengan larutan klorin dengan
responden yang tidak dilakukan pembersihan (p value = 0,037), larutan klorin efektif menurunkan jumlah
kuman dalam urin. Rekomendasi yang dapat diberikan agar perawat dapat mengaplikasikan pembersihan
urin bag dengan larutan klorin pada pasien yang terpasang kateter menetap.

Kata kunci:
Kuman dalam urin, pembersihan urin bag, Klorin, kateter menetap

Pembersihan Urin Bag Dengan Klorin Terhadap Jumlah Kuman Dalam Urin Pada Pasien 97
Dengan Kateter Menetap Di Ruang B1 Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang
Yunie Armiyati, Zaenal Arifin
Pendahuluan perlengkapan yang kotor atau yang sudah
Pemasangan kateter dan lamanya kateter digunakan. Baik sterilisasi maupun
dipasang, sangat mempengaruhi kejadian disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang
terjadinya infeksi saluran kemih, meskipun efektif tanpa proses pembersihan
tidak semua klien yang dipasang kateter (pencucian) sebelumnya. Larutan klorin
mengalami infeksi saluran kemih. Hampir dapat menjadi pilihan untuk membersihkan
80 % kejadian Infeksi Saluran Kemih yang urin bag karena larutan klorin merupakan
di dapat di rumah sakit dihubungkan bahan dekontaminasi yang efektif dapat
dengan penggunaan kateter (Adukauskiene, membunuh sebagian besar bakteri atau
2006). Resiko terjadinya ISK semakin kuman. Darmadi (2008) menyebutkan
meningkat sesuai dengan lamanya pengguaan klorin sebagai bahan desinfektan
pemasangan kateter. Sekitar 50% penderita akan mengurangi jumlah kuman dalam urin,
yang memakai kateter selama 7- 10 hari hal ini karena klorin dan memiliki efek
mengalami ISK dan meningkat lebih dari kerja yang cepat dan kemampuannya
90% apabila penggunaannya lebih dari 30 menginaktivasi mikroba cukup luas.
hari (Bongard, 2002). Mikroorganisme akan
masuk ke traktus urinarius paling sering Metodologi
adalah melalui migrasi ke dalam kandung Penelitian ini merupakan penelitian quasi
kemih di sepanjang lumen internal kateter eksperimen dengan desain Nonrandomized
setelah kateter terkontaminasi (Smeltzer, Control Group, Pretest–Posttest Design.
Bare, Cheever & Hirnkle, 2008). Penelitian Besar sampel dalam penelitian ini yaitu
Asbar (2011) tentang pengaruh waktu sebanyak 12 orang (6 kelompok perlakuan,
terhadap jumlah kuman dalam air kemih 6 kelompok kontrol), dengan metode
pada penderita dengan dauer kateter Consecutive sampling. Penelitian dilakukan
didapatkan hasil bahwa pemeriksaan di ruang B1 Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
jumlah kuman urin kateterisasi hari ketiga Kariadi Semarang selama 3 minggu dari
(p=0,002) dan hari ketujuh (p=0,024) Maret sampai April 2012. Seluruh sampel
terdapat perbedaan jumlah kuman yang dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan
bermakna, waktu berpengaruh terhadap urin rutin pada hari ke-3 setelah
pertumbuhan jumlah kuman. Adanya pemasangan kateter, kemudian pada hari ke
kuman berlebihan dalam urin dapat 4, 5, dan 6. Responden yang mendapatkan
menimbulkan infeksi saluran kemih. perlakuan dilakukan pembersihan urin bag
dengan larutan klorin 0,5% setiap pagi hari,
Data dari Depkes RI (2006) menujukkan sedang pada kelompok kontrol hanya
bahwa tindakan pembersihan urin bag urin dibuang urinnya saja tanpa dilakukan
pada klien di rumah sakit masih jarang pembersihan urin bag. Pembersihan urin
dilakukan, bahkan ditemukan data tidak bag dengan cara: 1) Membuang urin dalam
dilakukannya pengosongan secara rutin urine bag, 2) Mengguyur urine bag dengan
pada 45% dari seluruh pasien yang NaCl 0,9% sebanyak 200 cc, 3)
terpasang kateter dalam sebuah rumah sakit. Membersihkan urine bag larutan klorin
Urin bag (kantung penampung urin) yang 0,5% 200 cc, meratakan larutan klorin
tidak dikosongkan dan dibersihkan dalam urin bag dengan mengocoknya 4)
berkontribusi terhadap perubahan jumlah Membilas urine bag dengan NaCl 0,9% 200
kuman yang konsekuensinya bersiko cc. Selanjutnya hari ke-7 seluruh responden
terhadap insiden infeksi saluran kemih. dilakukan pemeriksaan urin ulang untuk
Pembersihan urin bag merupakan suatu mengetahui ada tidaknya perubahan jumlah
tindakan mencuci dan membilas urin bag kuman dalam urin pada kelompok kontrol
yang dilakukan untuk mengurangi atau dan kelompok perlakuan. Data dianalisis
menghilangkan mikroorganisme patogen secara Univariat dengan tendensi sentral
dari instrumen/peralatan. Pembersihan dan secara bivariat dengan Mann Whitney
(pencucian) adalah cara paling efektif untuk U test.
menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada peralatan atau

98 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 2, November 2013; 97-104


Hasil tertua responden adalah 75 tahun. Hasil
Hasil penelitian menujukkan rata-rata usia penelitian tentang karakteristik responden
responden adalah 53 tahun. Usia termuda juga dijelaskan dalam tabel 1
responden adalah 33 tahun sedangkan usia

Tabel 1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dan lama rawat di Ruang B1 Saraf
RSUP Dr. Kariadi Semarang, Maret- April 2012 (n = 12)
Variabel f %
Jenis kelamin
Laki-laki 9 75.0
Perempuan 3 25.0
Lama Rawat
8 hari 7 58.3
9 hari 5 41.7

Hasil penelitian menunjukkan sebagian (25,0%). Sebagian besar memiliki lama


besar berjenis kelamin laki-laki yaitu rawat selama 8 hari yaitu sebanyak 7 orang
sebanyak 9 orang (75,0%), sisanya berjenis (58,3%).
kelamin perempuan yaitu sebanyak 3 orang

Tabel 2
Distribusi rata-rata jumlah kuman dalam urin pada kelompok kontrol dan intervensi di Ruang B1
Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang, Maret- April 2012 (n1=6, n2=6)
Jumlah kuman dalam urin Mean Median Std. deviasi Minimal Maksimal

Kelompok kontrol
Sebelum (hari ke-3) 34.911,88 16.092,20 50.166 33,5 131.000.3
Sesudah (hari ke-7) 37.258,68 13.016,45 46.694 20,3 120.400.5
Kelompok perlakuan
Sebelum (hari ke-3) 59.171,43 5.381,45 129.990 66,2 324.000,3
Sesudah (hari ke-7) 1.019,5 29,1 224.7,66 0 5.593,9

Hasil penelitian menujukkan jumlah kuman dilakukan pembersihan urin bag pada
dalam urin rata-rata sebelum dilakukan kelompok perlakuan adalah sebesar
pembersihan urin bag pada kelompok 59.171,43 µl. Adapun rata-rata jumlah
kontrol sebesar 34.911,88 µl. Adapun rata- kuman dalam urin setelah dilakukan
rata jumlah kuman dalam urin pada akhir pembersihan urin bag dengan klorin (hari
(hari ke 7) sebesar 37258,68 µl. Rata-rata ke 7 pemasangan kateter) sebesar 1.019,5
jumlah kuman dalam urin sebelum µl.

Tabel 3
Hasil uji perbedaan jumlah kuman dalam urin sebelum dan sesudah pembersihan urin bag pada
pasien dengan kateter menetap pada kelompok kontrol dan intervensi di Ruang B1 Saraf RSUP
Dr. Kariadi Semarang, 2012 (n1=n2=6)
Variabel Mean Std. Deviasi p-Value
Kelompok kontrol
Sebelum (hari ke-3) 34.911,88 50.166
0,463
Sesudah (hari ke-7) 37.258,68 46.694
Kelompok intervensi
Sebelum (hari ke-3) 59.171,43 129.990
0,028
Sesudah (hari ke-7) 1.019,5 2.247,66

Pembersihan Urin Bag Dengan Klorin Terhadap Jumlah Kuman Dalam Urin Pada Pasien 99
Dengan Kateter Menetap Di Ruang B1 Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang
Yunie Armiyati, Zaenal Arifin
Analisis hasil penelitian dengan uji pada kelompok intervensi diperoleh p-value
Wilcoxon diperoleh p-value adalah 0,463 > adalah 0,028 <  (0,05) sehingga artinya
 (0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan jumlah kuman dalam urin
ada perbedaan jumlah kuman dalam urin pada kelompok perlakuan antara sebelum
pada kelompok kontrol antara sebelum dan dan setelah dilakukan pembersihan urin bag
setelah dilakukan perlakuan. Sedangkan dengan larutan klorin.

Tabel 4
Hasil uji Mann Whitney perbedaan jumlah kuman dalam urin pada kelompok kontrol dan
perlakuan di Ruang B1 Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2012 (n1=n2=6)

Variabel Mean Std. Deviasi p value


Kelompok kontrol - 2347 69.700,89
Kelompok perlakuan 58.150 130.459,79
0,037

Hasil analisis penelitian didapatkan bahwa pada wanita lebih pendek daripada laki-
rata-rata perubahan jumlah kuman dalam laki, sehingga hal ini memudahkan bagi
urin pada kelompok perlakuan lebih tinggi kuman untuk dapat bertransmisi ke saluran
yaitu mengalami penurunan jumlah kuman kemih. Karakteristik responden berdasarkan
sebesar 58150 µl dibandingkan kelompok lama rawat didapatkan bahwa sebagian
kontrol yang tidak dilakukan pembersihan besar adalah dirawat selama 8 hari yaitu
dengan klorin mengalami peningkatan sebanyak 7 orang (58,3%). Lamanya pasien
jumlah kuman sebesar 2347 µl. Hasil uji terpasang kateter pemasangan kateter
statistik non parametrik dengan uji Mann berkontribusi pada pertumbuhan kuman
Whitney didapatkan p-value sebesar 0,037 < dalam urin. Koloni bakteri (bakteriuria)
 (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada akan terjadi dalam waktu 2 minggu pada
perbedaan jumlah kuman dalam urin pada separuh pasien yang terpasang kateter urin,
kelompok kontrol dan perlakuan. dan dalam waktu 4 hingga 6 minggu akan
ditemukan pada hampir semua pasien
Diskusi (Smeltzer, Bare, Cheever & Hirnkle, 2008).
Karakteristik responden berdasarkan umur
dalam penelitian ini memiliki rata-rata Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
umur 53 tahun, dengan umur termuda jumlah kuman dalam urin pada kelompok
adalah 33 tahun dan umur tertua adalah 75 kontrol setelah perlakuan mengalami
tahun. Usia menjadi perhatian dalam peningkatan jumlah kuman yaitu sebesar
pencegahan infeksi saluran kemih. Stanley 2.347 µl (6,30%) meningkat dari rata-rata
dan Beare (2006) menyebutkan bahwa jumlah kuman sebesar 34.911,883 µl
ketika seseorang bertambah tua, pertahanan menjadi 37.258,683 µl. Hasil penelitian
mereka terhadap organisme asing pada kelompok perlakuan mengalami
mengalami penurunan, sehingga lebih penurunan jumlah kuman sebesar 58.150 µl
rentan untuk menderita berbagai penyakit (98,8%) terjadi penurunan dari rata-rata
seperti kanker dan infeksi. Karakterstik jumlah kuman sebelum pembersihan
jenis kelamin responden dalam penelitian larutan klorin sebesar 59.171,43 µl menjadi
didapatkan bahwa sebagian besar adalah 1.019,50 µl setelah pembersihan kantung
laki-laki yaitu sebanyak 9 orang (75,0%). urin dengan larutan klorin. Hasil uji statistik
Jenis kelamin dalam hal ini berhubungan menujukkan tidak ada perbedaan jumlah
dengan faktor resiko terhadap infeksi kuman dalam urin pada kelompok kontrol
saluran kemih, dimana wanita 65% lebih (p-value 0,463) dan ada perbedaan antara
beresiko terkena infeksi saluran kenih jumlah kuman dalam urin pada kelompok
dibandingkan dengan laki-laki (Smeltzer, perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan
Bare, Cheever & Hirnkle, 2008). Uretra

100 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 2, November 2013; 97-104
pembersihan urin bag dengan larutan klorin terbuang akan berkembang dari hari ke hari,
(p-value 0,028). dengan demikian jumlah kuman setelah
perlakuan akan relatif lebih banyak
Bertambahnya jumlah kuman pada daripada sebelum perlakuan (Purnomo,
kelompok kontrol dimungkinkan karena 2000). Penelitian Rofikoh (2007) tentang
kondisi urin bag yang hanya dikosongkan perbedaan jumlah kuman dalam urin
dari urin dan tidak dilakukan pembersihan sebelum dan sesudah dilakukan
maka akan meninggalkan sisa kotoran pada pengosongan urin bag secara rutin pada
urin bag, sehingga urin bag yang kotor pasien yang terpasang kateter menetap
tersebut akan menjadi media yang cocok menunjukkan tidak ada perbedaan yang
bagi pertumbuhan kuman. Urin bag urin signifikan pada jumlah kuman dalam urin
yang kotor menjadi tempat berkembang setelah dilakukan pengosongan urin bag
biak dan meningkat jumlah kuman secara selama satu minggu. Artinya pada pasien
kuantitatif (Irianto, 2006). Saat ditempatkan yang terpasang kateter menetap jika urin
dalam medium nutrisi lengkap, sel bakteri hanya dikosongkan saja namun kantungnya
tumbuh lebih besar dan akhirnya membelah tidak dibersihkan urin yang menempel
menjadi banyak. Urin yang masih tertinggal dalam urin bag yang kotor menjadi media
dalam urin bag menjadi media yang baik yang baik untuk berkembang biaknya
untuk pertumbuhan kuman. kuman.

Penelitian Kurnia (2009), tentang pengaruh Kolonisasi bakteri dalam urin (bakteriuria)
pengosongan urin bag terhadap akan terjadi dalam waktu dua minggu pada
pertumbuhan kuman pada pasien yang separuh dari pasien-pasien yang
terpasang kateter menetap menujukkan menggunakan kateter urin, dan dalam
terjadi peningkatan jumlah kuman dalan waktu empat hingga enam minggu sesudah
urin setelah dilakukan tindakan pemasangan kateter pada hampir semua
pengosongan urin bag selama tujuh hari. pasien. Resiko infeksi saluran kemih akan
Pengosongan urin bag dilakukan dengan menjadi besar mengingat pemasangan
tujuan untuk mengurangi jumlah kuman kateter akan menurunkan sebagian besar
dalam urin, namun hal tersebut tidak dapat daya tahan alami pada saluran kemih
terjadi karena kuman tidak sepenuhnya bagian bawah dengan menyumbat saluran
hilang saat proses pengosongan urin bag. di sekeliling uretra, mengiritasi mukosa
Kuman yang masih tertinggal dalam urin kandung kemih dan menimbulkan jalur
bag akan terus berkembang biak dan masuknya kuman ke dalam kandung kemih.
melakukan migrasi ke dalam traktus Penanganan kateter yang salah paling
urinarius. Ratih (2010) menyatakan bahwa sering menjadi penyebab kerusakan mukosa
setiap tindakan invasif atau pemasangan kandung kemih pada pasien yang mendapat
kateter akan beresiko mengalami infeksi kateterisasi. Infeksi akan terjadi tanpa
saluran kemih. terelakkan ketika urin mengenai mukosa
yang rusak tersebut. Mikroorganisme
Meningkatnya jumlah kuman pada patogen dapat tumbuh dan yang
kelompok yang tidak dilakukan menyebabkan infeksi saluran kemih yang
pembersihan kateter terjadi karena kuman berkaitan dengan kateter. Mikroorganisme
yang ada dalam urin akan berkembang biak tersebut adalah Escherichia coli, Klebsiella,
secara progresif jika terdapat dalam media Pseudomonas, Proteus, Enterobacter,
yang sesuai. Pasien yang tidak dilakukan Serratia dan Candida (Smeltzer, Bare,
dilakukan pengosongan urin bag saja tanpa Cheever & Hirnkle, 2008)
pembersihan urin bag, akan terdapat
endapan urin yang dapat menjadi media Penurunan jumlah kuman yang cukup
kembang biak kuman. Pembuangan urin signifikan sebesar 98,8% pada pasien yang
dalam urin bag tidak sepenuhnya dapat diakukan pembersihan urin bag dengan
menghilangkan kuman yang ada di lauran klorin menujukkan bahwa larutan
dalamnya, sehingga kuman yang tidak ikut klorin cukup efektif dalam menurunkan

Pembersihan Urin Bag Dengan Klorin Terhadap Jumlah Kuman Dalam Urin Pada Pasien 101
Dengan Kateter Menetap Di Ruang B1 Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang
Yunie Armiyati, Zaenal Arifin
pertumbuhan kuman. Hasil analisis statistik Hasil penelitian ini dimungkinkan karena
dengan uji Mann Whitney juga menujukkan pada kelompok perlakuan responden
nilai rata-rata jumlah kuman pada dilakukan pembersihan urin bag dengan
kelompok perlakuan lebih tinggi larutan klorin, dimana larutan klorin ini
dibandingkan dengan kelompok kontrol, merupakan suatu zat kimia yang sering
ada perbedaan secara signifikan (bermakna) digunakan untuk dekontaminasi. Prinsip
antara jumlah kuman dalam urin pada dari dekontaminasi ini adalah untuk
kelompok kontrol dan perlakuan (p-value = mengurangi atau menghilangkan
0,037). mikroorganisme baik yang ada dalam tubuh
manusia atau peralatan medis dan non
Penurunan jumlah kuman pada kantung medis. Berdasarkan hal tersebut maka
urin pada kelompok pasien yang dilakukan penggunaan klorin untuk pembersihan urin
pembersihan dengan larutan klorin bag sangat efektif dan dapat mengurangi
dimungkinkan karena larutan klorin jumlah kuman dalam urin.
merupakan bahan dekontaminasi yang
efektif dapat membunuh sebagian besar Senyawa klorin yang paling aktif adalah
bakteri atau kuman. Ketika urin bag asam hipoklorit atau yang sering disebut
dibersihkan dengan larutan klorin, maka larutan klorin 0,5%. Mekanisme kerjanya
seluruh dinding permukaan lumen hingga adalah menghambat oksidasi glukosa dalam
urin bag akan terkena larutan klorin sel mikroorganisme dengan cara
sehingga sisa kuman yang tidak terbuang menghambat enzim-enzim yang terlibat
saat proses pembuangan urin sebagian besar dalam metabolisme karbohidrat. Kelebihan
akan mati jika terkena larutan klorin dari disinfektan ini adalah mudah
tersebut. Berdasarkan hal ini, maka koloni digunakan, dan jenis mikroorganisme yang
bakteri akan berkurang dalam urin dan dapat dibunuh dengan senyawa ini juga
dapat mengurangi resiko infeksi (Lynda, cukup luas, meliputi bakteri gram positif
2009). dan bakteri gram negatif (Furqon, 2003).
Klorin memiliki fungsi menghambat
Hasil penelitian ini sejalan dengan pertumbuhan atau mematikan berbagai
penelitian yang dilakukan oleh Mustikarani mikroba patogen (Darmadi, 2008). Klorin
(2010), tentang perbedaan jumlah kuman dalam air lebih dari tiga kali lebih efektif
dalam urin sebelum dan sesudah dilakukan sebagai desinfektan terhadap Escherichia
pembersihan urin bag dengan air sabun coli daripada konsentrasi setara brom, dan
pada pasien yang terpasang kateter lebih dari enam kali lebih efektif daripada
menetap. Penelitian tersebut menunjukkan konsentrasi setara yodium (Hartono, 2010).
hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan Pengguaan klorin sebagai bahan
pada jumlah kuman dalam urin setelah desinfektan akan mengurangi jumlah
dilakukan pembersihan urin bag dengan air kuman dalam urin, hal ini karena klorin dan
sabun. Hasil penelitian ini juga sesuai derivatnya memiliki efek kerja yang cepat
dengan beberapa penilitian yang telah dan kemampuannya menginaktivasi
dilakukan di beberapa negara menunjukkan mikroba cukup luas.
bahwa pembersihan urin bag dengan
pemutih (klorin) sangat efektif untuk Hasil penelitian ini didukung oleh
membunuh kuman. Penggunaan pemutih penelitian yang dilakukan oleh Firman
diencerkan atau cuka putih suling telah (2009), yang menyatakan bahwa ada
terbukti efektif sebagai agen pembersih perbedaan yang signifikan antara jumlah
untuk kantong saluran urin. Penelitian kuman pada kelompok kontrol dengan
memang menunjukkan bahwa salah satu kelompok perlakuan yang dilakukan
kantong kemih dapat digunakan untuk pembersihan urin bag dengan menggunakan
sebulan dengan membersihkan konsisten alkohol (p value = 0,023 < 0,05). Hal ini
dengan larutan pemutih (King & Stickler, didukung dengan pendapat Poets (2004),
1993). yang menyatakan bahwa efektivitas larutan
klorin ini dapat menghilangkan atau

102 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 2, November 2013; 97-104
menonaktifkan mikroorganisme sebesar Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat
80%. Kelemahan dari disinfektan berbahan tinggi secara kimiawi (dalam larutan klorin
dasar klorin adalah dapat menyebabkan 0,5%) setelah dilakukan pencucian
korosi pada pH rendah (suasana asam), tempatkan peralatan dalam wadah yang
meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan bersih dan biarkan kering sebelum memulai
untuk mencapai efektivitas optimum proses desinfeksi (Syafuddin, 2004).
disinfektan ini. Klorin juga cepat
terinaktivasi jika terpapar senyawa organik Conclusion
tertentu (Lynda, 2009). Oleh karena itu Ada perbedaan jumlah kuman pada
perlu dilakukan pengenceran agar sifat responden yang dilakukan pembersihan
korosifnya menjadi berkurang tanpa urin bag dengan larutan klorin dengan
mengurangi manfaatnya. Pengenceran responden yang tidak dilakukan
dapat dilakukan dengan air dengan pembersihan yaitu dengan (p value =
perbandingan 9 bagian air dan 1 bagian 0,037). Larutan klorin cukup efektif dalam
klorin 5,25%. menurunkan pertumbuhan jumlah kuman
dalam kantung kateter. Berdasarakan hasil
Pembersihan urin bag merupakan suatu penelitian diharapkan perawat dapat
tindakan mencuci dan membilas urin bag melakukan pembersihan urin bag dengan
urin yang dilakukan untuk mengurangi atau larutan klorin pada pasien yang terpasang
menghilangkan mikroorganisme patogen kateter menetap secara rutin setiap hari.
dari instrument atau peralatan. Pembersihan
(pencucian) adalah cara paling efektif untuk Referensi:
menghilangkan sebagian besar Adukauskiene. (2006). Infeksi saluran
mikroorganisme pada peralatan atau kemih merupakan infeksi nosokomial
perlengkapan yang kotor atau yang sudah yang sering terjadi. Diakses 9
digunakan. Baik sterilisasi maupun Desember 2013 dari
disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang http://sugardod.multiply.com/journal/
efektif tanpa proses pembersihan item.
(pencucian) sebelumnya. Darmadi (2008) Asbar, A. R., (2011) Pengaruh waktu
menyebutkan jika benda-benda yang terhadap jumlah kuman dalam air
terkontaminasi tidak dapat dicuci segera kemih pada penderita dengan dauer
setelah didekontaminasi, bilas peralatan kateter di RS PKU Muhammadiyah
dengan air untuk mencegah korosi dan Surakarta, diakses dari 12 Des 2013
menghilangkan bahan-bahan organik, lalu dari
cuci dengan seksama secepat mungkin. http://etd.eprints.ums.ac.id/14867/1/
HALAMAN_DEPAN.pdf
Sebagian besar (80%) mikroorganisme Bongard, B. (2002). Urologi Kedokteran.
dalam sampah metabolik (urin, feses), Jakarta: PT Gramedia.
darah dan bahan-bahan organik lainnya bisa Darmadi. (2008). Pembersihan kantong
dihilangkan melalui proses pembersihan kateter dengan larutan klorin.
(pencucian). Pembersihan (pencucian) juga Diakses 2 Desember 2013 dari from
dapat menurunkan jumlah endospora http://www.dekontaminasitingkatting
bakteri yang menyebabkan gangren, gi/dtt/referensi.4792html.
pembersihan (pencucian) ini penting karena Depkes Depkes RI. (2006). Keperawatan
residu bahan-bahan organik bisa menjadi dasar ruangan. Jakarta. Retrieved
tempat kolonisasi mikroorganisme December 22, 2011. from
(termasuk endospora) dan melindungi http://www.infeksinosokomial/inos/r
mikroorganisme dari proses sterilisasi atau eferensi 4html. 20k.
disinfeksi kimiawi. Jika perlengkapan untuk Firman, K. (2009). Perbedaan Yang
proses sterilisasi tidak tersedia, Signifikan Antara Jumlah Kuman
pembersihan (pencucian) secara seksama Pada Kelompok Kontrol Dengan
merupakan proses fisik satu-satunya untuk Kelompok Perlakuan Yang
menghilangkan sejumlah endospora bakteri. Dilakukan Pembersihan Kantong

Pembersihan Urin Bag Dengan Klorin Terhadap Jumlah Kuman Dalam Urin Pada Pasien 103
Dengan Kateter Menetap Di Ruang B1 Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang
Yunie Armiyati, Zaenal Arifin
Kateter Dengan Menggunakan Mustikarani, A. (2010). Perbedaan jumlah
Alkohol di RSUD Blora. Semarang: kuman dalam urine sebelum dan
Kilat press. sesudah dilakukan pembersihan
Furqan, F. (2003). Tindakan Perawatan kantong kateter dengan air sabun
Kateter Urine. Diakses dari pada pasien yang terpasang kateter
http://www.pemasangankateterurine. menetap di RS Dr. Sardjito
com/isk/referensi.543htm. Jogjakarta. Surakarta: Universitas
Hartono, G. (2010). Klorin. Diakses 10 Muhammadiyah Surakarta.
Desember 2013 dari Purnomo, S. (2000). Infeksi Saluran Kemih.
http://www.dekontaminasi_desinfeks Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina
i/ddk/referensi.4html. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Irianto. (2006). Mikrobiologi. Bandung: Ratih, W. (2010). Infeksi nosokomial di
CV. Yrama Widya. rumah sakit. Jogjakarta: CV. Yrama
King, J. B, & Stickler, D. J. (1993). Widya.
Efektifitas waktu pemakaian kantong Rofikoh, S. (2007). Perbedaan jumlah
drainase kemih vinil dengan kuman dalam urine sebelum dan
dekontaminasi menggunakan sesudah dilakukan pengosongan
pemutih. Dari kantong kateter secara rutin pada
http://www.urologicalresearch.com/r pasien yang terpasang kateter
emaja/referensi_543htm. menetap di Ruang ICU RSI Sultan
Kurnia, M. (2009). Pengaruh pengosongan Agung Semarang. Semarang: Tim
kantong kateter terhadap penerbit UNDIP.
pertumbuhan kuman pada pasien Smeltzer,S.C,. Bare,B.G., Hinkle,J.L &
yang terpasang kateter menetap di Cheever,K.H. (2008 ). Textbook of
Rumah Sakit Umum Daerah medical –surgical nursing. ed 12.
Siantanhulu Pontianak Kalimantan Philadelpia: Lippincott William &
Barat. Pontianak. Diakses 10 Wilkins.
Desember 2013 dari From Syafuddin. (2004). Panduan pencegahan
http://sugardod.multiply.com/journal/ infeksi untuk fasilitas pelayanan
item kesehatan dengan sumber daya
Lynda, A. (2009). Fakta Tentang Klorin. terbatas. Jakarta: Yayasan Bina
Diakses 20 Februari 2012 dari Pustaka Sarwono Prawiroharjo
http://www.wikipedia.com/2009/12/0
9/desinfektan_dekontaminasi.html.
.

104 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 2, November 2013; 97-104

Anda mungkin juga menyukai