Anda di halaman 1dari 12

Vol. 4, No.

3 September 2021
pISSN 2614-5073, eISSN 2614-3151
Telp. +62 853-3520-4999, Email: jurnalmakes@gmail.com
Online Jurnal: http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes

ANALISIS TINGKAT KEBERHASILANPELAKSANAAN PROGRAM SANITASI TOTAL


BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEMPAE
KOTA PAREPARE

Analysis of Success Levels of the Community Based Total Sanitation Program (STBM) in the
Working Area of PuskesmasCempae, Kota Parepare

Istiana*, Usman, Rini Anggraeni


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Parepare
*(Email: istianalu27@gmail.com)

ABSTRAK
STBM merupakan strategipelibatan masyarakat dalam program sanitasi dantelah dilaksanakan
sejak Tahun 2008 dengan tujuan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melaluipemberdayaan
masyarakat demi mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas yang berkelanjutan.Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian observasional deskriptif.Sampelpenelitianini terdiridari masyarakat
yang berada di wilayah kerja Puskesmas CempaKota Parepare, sebanyak 106 KK. Pengambilan sampel
dilakukan dengan Probability Sampiling dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Cempae Kota
Parepare sebanyak 92 (86,8%), frekuensi perilaku penggunaan jamban sebanyak 106 (100%). Adapun
tingkat keberhasilan Pelaksanaan program STBM pilar pertama stop BABS100% berhasil berdasarkan
perilaku masyarakat yang melaksanakan program STBM pilar pertama stop BABS dengan tidak buang air
besar sembarangan. Untuk itu kepada petugas sanitasi puskesmas diharapkan agar lebih sering berbaur
dengan masyarakat agar pengetahuan masyarakat tentang STBM tidak minim dan kiranya dapat terus
mempertahakan gelar ODF di wilayah kerjanya.

Kata Kunci: STBM, Tingkat Keberhasilan, Stop BABS

ABSTRACT
STBM is a community involvement strategy in the sanitation program and has been implemented
since 2008 with the aim of changing hygienic and sanitary behavior through community empowerment in
order to achieve total sanitation conditions in a sustainable community. The research method used is
descriptive observational research. The sample of this research consisted of people living in the working
area of Puskesmas Cempa, Parepare City, as many as 106 families. Sampling was done by using
Probability Sampiling usingtechnique Simple Random Sampling. The results of this study indicate that
the availability of latrines in the working area of Puskesmas Cempae, Parepare City is 92 (86.8%), the
frequency of latrine use behavior is 106 (100%). The success rate of the first pillar STBM stop BABS
program was 100% successful based on the behavior of the community who implemented the first pillar
STBM program to stop BABS by not defecating openly. For this reason, sanitation officers at the health
center are expected to mingle with the community more often so that community knowledge about STBM
is not minimal and hopefully they can continue to maintain the ODF title in their working area.

Keywords: STBM, Success Rate, Stop BABS

391
Vol. 4, No. 3 September 2021

PENDAHULUAN Program STBM ini difokuskan untuk


Beberapa upayapemerintah untuk merubah perilaku suatu kelompok di masyarakat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan pemicuan menggunakan metode
salah satu diatantanya yaitu melalui program Metodology Participatory Assesmant
nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Participatory Hygiene And Sanitation
(STBM). PERMENKES RI Nomor 3 Tahun Transformasi (MPAPHAST). Pemicuan
2014 menyatakan bahwa Sanitasi Total Berbasis dilakukan dengan cara memfasilitasi
Masyarakat (STBM), merupakan suatu proses masyarakat agar upaya untuk memperbaiki
untuk merubah perilaku higienis dan sanitasi di keadaan sanitasi di lingkungan mereka dapat
masyarakat dengan cara pemicuan. Program ini mencapai kondisi Open Defecation Free
bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang (ODF). Kondisi ODF ditandai dengan 100%
higienis dan sanitersetiap individu dalam upaya masyarakat telah mempunyai akses BAB di
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat jamban sendiri, tidak adanya kotoran di
yang setinggi-tingginya.1 lingkungan mereka, serta mereka mampu
Pelaksanaan SanitasiTotalBerbasis menjaga kebersihan jamban.4
Masyarakat (STBM) terdiri dari lima pilar, Berdasarkan data capaian Nasional
yaitu: Stop Buang Air Besar Sembarangan, STBM tahun 2016 yaitu terjadi peningkatan
Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air sebanyak 42,24% dari capaian tahun 2015 yaitu
Minum dan Makanan Rumah Tangga, sebanyak 32,91%. Provinsi yang memiliki
Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan persentase desa/kelurahan dengan pelaksanaan
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga 2. STBM tertinggi yaitu DI Yogyakarta (96,35%),
Berdasarkan lima pilar tersebut akses sanitasi Nusa Tenggara Barat (95,07%), dan Kep.Bangka
masyarakat tentunya akan semakin meningkat, Belitung (80,62%).
dan hal tersebut dapat mengubah dan Sedangkan provinsi dengan persentase
mempertahankan budaya pola hidup bersih dan desa/kelurahan dengan pelaksanaan STBM
sehat. terendah yaitu Papua (7,05%), Sulawesi Utara
Pelaksanaan program STBM dimulai (7,88%) dan DKI Jakarta (9,74%). Dilihat dari
dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar jumlah, 5 (lima) provinsi dengan realisasi
Sembarangan (Stop BABS). Fokus utama desa/kelurahan yang melaksanakan STBM
dilakukan pada Stop BABS hal ini karena pilar tertinggi yaitu Jawa Timur (5.797
tersebut memiliki fungsi sebagai pintu masuk desa/kelurahan), Jawa Tengah (5.222
menuju sanitasi total di masyarakat, serta desa/kelurahan), Jawa Barat (2.401
merupakan caraagar memutus rantai desa/kelurahan), Nusa Tenggara Timur (2.230
kontaminasi kotoran manusia terhadap air
baku minum, makanan, dan lainnya.3
392
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

desa/kelurahan), dan Sulawesi Selatan (1.570 jamban sehat, dari 358 KK sebanyak 236 KK
5
desa/kelurahan). masih menumpang pada jamban milik keluarga
Dilihat dari Profil Dinas Kesehatan ataupun tetangga, dan sebanyak 122 KK masih
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2015, buang air besar sembarangan yakni di laut,
jumlah desa yang melaksanakan STBM yaitu sungai, kebun, dll. Yang artinya perubahan
2.030 dengan prsentase 64.75 % dan desa yang perilaku pada masyarakat di wilayah kerja
telah dinyatakan Stop BABS adalah 567Desa, Puskesmas Cempae masih sangat rentan
dengan presentase 18.09%.6 terhadap kebiasan lama. Selain itu sebahagian
Data yang diperoleh dari Dinas wilayah kerja Puskesmas Cempae yang berada di
Kesehatan Kota Parepare tahun 2019 daerah pesisir pantai, yang dikhawatirkan masih
menyatakan bahwa pada tahun 2017 sebanyak ada masyarakat yang BABS di pantai.8
22 Kelurahan di 4 Kecamatan telah diverifikasi Berdasarkan hasil pengamatan diatas
Open Defecation Free(ODF) oleh tim verifikasi peneliti berinisiatif mengangkat judul penelitian
tingkat Kota, Kecamatan dan Kelurahan. Pada yaitu: Analisis Tingkat Keberhasilan
17 Desember 2018 sebanyak 22 Kelurahan dari 4 Pelaksanaan Program STBM Pilar Pertama Stop
Kecamatan di verifikasi tingkat Provinsi dan Buang Besar Sembarangan di Wilayah Kerja
ditetapkan sebagai Kota ODF pertama di Sulsel Puskesmas Cempae.
7
dan di Indonesia Timur.
Hasil pengamatan pendahuluan yang BAHAN DAN METODE
Metode penelitian yang digunakan
dilakukan oleh peneliti diperoleh informasi
adalah penelitian rancangan Observasional
bahwa Kota Parepare sendiri telah melaksanakan
Deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
kegiatan STBM di 6 wilayah kerja puskesmas
Polulasi dalam penelitian ini adalah seluruh
yakni Puskemas Lumpue, Puskemas Lompoe,
masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskemas Madising Na Mario, Puskemas
Puskesmas Cempae Kota Parepare, sampel
Lakessi, Puskemas Lapadde, dan Puskemas
dalam penelitian ini sebanyak 106 KK.
Cempae. Dari keenam puskesmas tersebut secara
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan
keseluruhan telah mencapai status Open
Probability Sampiling dengan menggunakan
Defecation Free (ODF).
teknik Simple Random Sampling atau teknik
Berdasarkan uraian tersebut peneliti
pengambilan sampel secara acak.Data primer
tertarik untuk meneliti di wilayah kerja
diperoleh dari hasil wawancara menggunakan
Puskesmas Cempae. Hal ini karena berdasarkan
kuesioner dan observasi langsung di
data capaian STBM Puskesmas Cempae Tahun
lapangan.Data sekunder diperoleh dari data
2018 sebelum dinyatakan ODF tercatat sebanyak
capaian STBM tahun 2018 di Puskesmas
358 KK masih belum atau tidak memiliki
Cempae Kota Parepare.
393
Vol. 4, No. 3 September 2021

STBM pilar pertama stop BABS 100% berhasil


HASIL (tabel 5).
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
bahwa sebanyak 92 (86,8%) keluarga memiliki PEMBAHASAN
jamban, sedangkan sebanyak 14 (13,2%) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
responden tidak memiliki jamban. Sebanyak 92 dari 106 KK yang menjadi responden di wilayah
(86,8%) keluarga memiliki air bersih di dalam kerja Puskesmas Cempae, sebanyak 92 (86,8%)
jamban mereka. Sebanyak 68 (64,2%) keluarga responden sudah memiliki jamban sehat dirumah
membangun jamban dengan biaya sendiri, dan mereka masing-masing. Meskipun terdapat 14
24 (22,6%) keluarga membangun jamban (13,2%) responden yang masih belum memiliki
dengan biaya atau bantuan dari Pemda setempat jamban sehat pribadi, akan tetapi secara
serta sebanyak 92 (86,8%) keluarga memiliki keseluruhan masyarakat di wilayah kerja
jamban menggunakan jamban jenis leher angsa Puskesmas Cempae telah memiliki akses sanitasi
dan sebanyak 92 (86,8%) keluarga memiliki dengan adanya bantuan WC Umum dari
kontruksi jamban yang memenuhi syarat. Pemerintah Daerah, sehingga tidak ada lagi
Keluarga yang memiliki jamban dengan masyakarat yang buang air besar sembarangan.
jarak yang terjangkau yaitu sebanyak 92 (86,8%) Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dan 78 (73,6%) keluarga memiliki jamban yang yang dilakukan oleh Febriani, Samino, Sari,
terletak di dalam rumah serta 28 (26,4%) (2016) di Desa Sumbersari Metro Selatan, yang
keluarga memiliki memiliki jamban yang menyatakan bahwa secara keseluruhan
terletak diluar rumah (tabel 2).Seluruh responden respondennya telah memiliki akses sanitasi, hal
106 (100%) selalu menggunakan jamban sebagai tersebut dapat di lihat berdasarkan beberapa hal,
tempat untuk buang air besar. Adapun tempat antara lain yaitu tersedianya jamban di setiap
buang air besar seluruh responden yaitu rumah, sehingga masyarakat desa Sumbersari
sebanyak 92 (86,8%) keluarga menggunakan tidak lagi buang air besar sembarangan. Hal ini
jamban pribadi sebagai tempat untuk buang air juga didukung oleh semua aparat termasuk
besar. Sebanyak 12 (11,3%) keluarga buang Air aparat pemerintah, sehingga desa Sumbersari
besar di Wc Umum dan sebanyak 2 (1,9%) bisa mendeklarasikan menjadi desa ODF (Open
keluarga buang air besar dengan menumpang di Defecation Free).9
WC tetangga. Kedua penelitian ini sejalan, akan tetapi
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui ada hal penting menjadi perbedaan diantara
bahwa sebanyak 36 (34,0%) keluarga puas keduanya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
dengan adanya program STBM dan 70 (66,0%) Windy Febriani, Samino, Nurhalina Sari, (2016).
keluarga yang tidak puas terhadap program di Desa Sumbersari Metro Selatanbahwa secara
STBM. Adapun tingkat keberhasilan program keseluruhanrespondennya telah memiliki akses
394
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

sanitasi, hal tersebut dapat di lihatberdasarkan fisik air pembersih dalam jamban sudah
beberapa hal, antara lain yaitutersedianya memenuhi syarat secara fisik yakni tidak
jamban di setiap rumah, sehingga masyarakat berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
desa Sumbersari tidak lagi buang air besar Penelitian ini sejalan dengan penelitian
sembarangan, adapun penelitian ini sendiri yang dilakukan oleh Rumanjar Dkk, (2019) di
dikatakan berhasil mekipun masih terdapat 14 Kep. Sangihe Desa Toloanre I dimana hasil
(13,2%) responden yang masih belum memiliki pengolahan data untuk ketersediaan air bersih
jamban sehat pribadi, hal ini karena secara pada setiap jamban 100% air bersih tersedia
keseluruhan masyarakat di wilayah kerja dengan cukup dan selau tersedia pada saat
Puskesmas Cempae telah memiliki akses sanitasi dibutuhkan. Secara fisik air yang tersedia tidak
dengan adanya bantuan WC Umum dari berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.4
Pemerintah Daerah, masyarakat yang tidak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
memiliki jamban pribadi memanfaatkan akeses dari 92 (86,8%) keluarga yang memiki jamban,
tersebut sehingga tidak ada lagi masyakarat yang 68 (64,2%) keluarga membangun jamban dengan
buang air besar sembarangan, seluruh biaya sendiri atau membangun jamban secara
masyarakat mau merubah perilakunya menjadi mandiri. Sedangkan 24 (22,6%) diantaranya
lebih sehat. Hal ini juga didukung oleh semua membangun jamban dengan bantuan dari
instansi termasuk instansi lintas sektor yakni pemerintah daerah kota parepare melalui Dinas
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum dan
dan Dinas Komunikasi dan Informasi, sehingga Perumahan Rakyat. Jamban merupakan sarana
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cempae yang digunakan untuk membuang kotoran/tinja
bisa mendeklarasikan ODF (Open Defecation hal ini tentu penting untuk dimiliki oleh setiap
Free).9 rumah atau KK, akan tetapi proses pembangunan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jamban sering mendapat kendala karena
seluruh responden yang memiliki jamban sehat persoalan biaya. Biaya yang di butuhkan untuk
dan juga yang menggunakan jamban sharing/ wc membangun jamban tidak sedikit, hal ini pula
umum, memiliki air bersih dengan cukup dan yang membuat masayrakat dengan kondisi
selalu tersedia pada saat yang dibutuhkan di ekonomi tingkat menengah kebawah kesulitan
dalam jamban mereka. Hal ini tentunya sangat untuk membangun jamban pribadi.
baik karena dengan tersedianya air bersih yang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
cukup dan memadai maka seluruh anggota 92 (86,8%) responden yang memiliki jamban
keluarga dapat menggunakan jamban tanpa sehat dan 14 (13,2%) reponden yang
khawatir apabila kekurangan air untuk membilas memnggunakan jamban sharing dan jamban
dan membersihkan kotoran di jamban.Secara milik tetangga masing-masing menggunakan

395
Vol. 4, No. 3 September 2021

jamban jenis leher angsa. Jamban leher angsa Penelitian ini sejalan dengan penelitian
memerlukan air untuk menggelontor kotoran. yang dilakukan oleh Rumanjar Dkk, (2019) di
Air yang terdapat pada leher angsa adalah untuk Kep. Sangihe Desa Toloanre I dimana hasil
menghilangkan bau dan mencegah masuknya pengolahan dan analisis data menunjukkan jika
lalat dan kecoa. konstruksi jamban yang dibangun oleh
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pemerintah Desa Toloanre I kecamatan
yang dilakukan oleh Rumanjar Dkk, (2019) di Manganitu secara keseluruhan memenuhi syarat,
Kep. Sangihe Desa Toloanre I dimana hasil yaitu jamban memiiki septic tank, lantai jamban,
pengolahan dan analisis data untuk jenis jamban dan memiiki rumah jamban serta tersedianya air
yang dibangun oleh Pemerintah Desa Toloanre I pembersih didalam rumah jamban, yang cukup
kecamatan Manganitu 100% adalah jamban leher bahkan ebih yang digunakan oleh anggota
angsa dan memenuhi syarat kesehatan.4 keluarga yang menggunakan jamban.4
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
konstruksi jamban yang dimiliki oleh 92 (86,8%) akses penggunaan jamban di Wilayah Kerja
responden 100% memenuhi syarat yaitu jamban Puskesmas Cempae dapat dengan mudah di
memiliki atap, dinding, lantai, septic tank dan jangkau oleh setiap anggota keluarga.
tersedianya air bersih yang cukup bahkan lebih Berdasarkan hasil wawancara dari 106 keluarga
untuk digunakan anggota keluarga yang yang menjadi responden sebanyak 68 (64,2%)
menggunakan jamban. Adapun jamban sharing/ responden letak jambannya berada di dalam
WC umum yang digunakan oleh 14 responden rumah dan 24 (22,6%) responden memiliki
terdapat sebuah WC umum yang tidak dapat di jamban yang letaknya berada di luar rumah
kategorikan baik karena pintu dan atapnya sudah tetapi tetap dapat di jangkau dengan mudah oleh
rusak. penggunanya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rumanjar Dkk, (2019) di
Kep.Sangihe Desa Toloanre I hasil wawancara
dengan responden dimana sebagian besar dimana
sebagian besar responden menyatakan bahwa
jamban yang dibangun dekat dengan rumah
tinggal atau hanya di belakang atau di samping
rumah, dan terdapat beberapa rumah yang
bangunan jambannya berada dalam jarang
kurang lebih 10 m dari rumah. Hal ini karena

396
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

tempat untuk membangun jamban di sekitar desa Sumbersari tidak lagi buang air besar
4
rumah tidak memungkinkan. sembarangan. Seluruh masyarakat mau merubah
Wilayah kerja Puskesmas Cempae perilakunya menjadi lebih sehat. Sedangkan
berada di dua kelurahan yakni kelurahan Wt. menurut Rumanjar, dkk, 2019 kegiatan
Soreang dan kelurahan Bukit Indah serta berada penyuluhan secara berulang kepada masyarakat
di daerah yang padat penduduk sehingga dapat membantu untuk merubah perilaku mereka
memiliki lahan yang sempit hal ini juga untuk berhenti buang air besar sembarangan.9
memungkinkan masyarakat untuk membangun Pada penelitian ini dapat dilihat
jamban di sekitar rumah maupun di dalam perbandingan antara penelitian terdahulu dengan
rumah. Berbeda dengan penelitian sebelumnya penelitian sebelumnya dimana pada penelitian
dimana lokasinya cukup mumpuni dan sebelumnya peneliti menyatakan bahwa seluruh
senggang, selain jamban yang dibangun dekat responden tidak lagi buang air besar
dengan rumah tinggal terdapat pula beberapa sembarangan karena tersedia jamban sehat
rumah yang bangunan jambannya berada dalam dirumah mereka masing-masing. Sedangkan
jarang kurang lebih 10 m dari rumah.Hal ini pada penelitian ini bahwa dapat dilihat meskipun
karena tempat untuk membangun jamban di terdapat 14 (13,2%) responden yang tidak
sekitar rumah tidak memungkinkan. memiliki jamban sehat pribadi, akan tetapi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka memanfaatkan fasilitas umum yang
dari 106 responden sebanyak 92 (86,8%) disediakan pemerintah setempat yakni WC
responden yang memiliki jamban sehat secara umum sebagai sarana untuk buang air besar,
keseluruhan menggunakan jamban untuk buang sedangkan responden lainnya menumpang di
air besar setiap hari. Adapun 14 (13,2%) jamban/WC milik tetangga maupun saudara atau
responden yang tidak memiiki jamban sehat keluarga untuk buang air besar. Menurut mereka
pribadi, 12 (11,%) diantaranya menggunakan lebih baik menggunakan WC umum dan
WC umum sebagai sarana untuk buang air besar, menumpang di WC milik tetangga atau WC
sedangkan 2 (1,9%) responden lainnya milik keluarga daripada buang air besar
menumpang di jamban/WC milik tetangga sembarangan, mereka sadar diri bahwa periaku
maupun saudara atau keluarga untuk buang air BABS berdapak buruk terhadap lingkungan
besar. sekitar dan kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yang dilakukan Febriani, Samino, Sari, (2016) di dari 106 responden hanya sebanyak 36 (34,0%)
Desa Sumbersari Metro SelatanHasil penelitian yang puas terhadap program STBM pilar
di Desa Sumbersari yaitu bahwa dengan pertama, dan sebanyak 70 (66,0%) responden
tersedianya jamban di setiap rumah, masyarakat

397
Vol. 4, No. 3 September 2021

tidak merasa puas dengan program STBM pilar yang menyiarkan ajakan kepada masyakat agar
pertama ini. tidak buang air besar sembarangan, khususnya di
Penelitian ini tidak sejalan dengan yang pantai karena selain mencemari lingkungan dan
dilakukan oleh Rumanjar, dkk(2019) untuk dapat menyebabkan masalah kesehatan hal
tingkat kepuasan terhadap program STBM tersebut juga memengaruhi estetika Kota
khususnya pilar pertama, paling banyak merasa Parepare.
puas terhadap program STBM pilar pertama Berbeda dengan penelitian sebelumnya
sebanyak 36 responden (80%) dan responden yang dilakukan oleh oleh Rumanjar Dkk, (2019)
yang tidak merasa puas sebanyak 9 responden di Kep. Sangihe Desa Toloanre I, berdasarkan
4
(20%). hasil wawancara dengan responden dimana
Berdasarkan hasil wawancara dengan program ini sangat membantu masyarakat,
responden, mereka yang menyatakan puas khususnya masyarakat yang tingkat ekonomi
terhadap program ini mengaku bahwa beberapa rendah yang tidak bisa membangun jamban,
dari mereka pernah mengikuti pemicuan sehingga jamban telah disediakan oleh
sebelummnya sehingga mereka bisa mengetahui pemerintah. Bagi masyarakat yang tidak puas hal
apa itu STBM dan merasakan manfaatnya. ini disebabkan karena masyarakat belum
Sedangkan responden yang tidak puas terhadap menikmati setiap fasilitas yang disediakan oleh
program STBM ini, menyatakan bahwa banyak pemerintah. Hal ini karena perilaku masyarakat
dari mereka yang tidak mengetahui apa STBM yang tidak terbiasa dalam penggunaan jamban.4
itu sendiri. Beberapa responden mengatakan Keberhasilan pelaksanaan STBM pilar
bahwa mereka sudah lupa apa itu STBM (untuk pertama stop BABS di wilayah kerja Puskesmas
responden yang di rumahnya terdapat stiker Cempae Kota Parepare 100% berhasil. Hal ini
pelaksanaan STBM) dan ada pula beberapa dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara dan
responden yang mengatakan bahwa mereka tidak survei lapangan di temukan bahwa dari 106
puas karena pelaksana program jarang responden 92 (86,8%) responden yang memiliki
berinteraksi secara langsung dengan masyarakat jamban telah menggunakan jamban beserta
sehingga banyak dari mereka yang tidah tahu apa seluruh anggota keluarganya sebagaimana
itu STBM beserta pilar-pilarnya. Adapun terkait mestinya, begitupula dengan 14 (14,2%)
informasi yang mereka peroleh tentang larangan responden lainnya yang tidak memiliki jamban,
untuk buang air besar sembarangan khususnya mereka menyatakan bahwa seluruh anggota
untuk responden yang tidak memiliki jamban keluarganya menggunakan jamban saat BAB,
dan berada di wilayah pesisir pantai menyatakan meskipun tidak memiliki jamban pribadi tetapi
bahwa mereka mengetahui informasi tersebut terdapat WC umum yang telah disediakan pemda
dari mobil Dinas Komunikasi dan Informasi disekitar rumah mereka dan beberapa warga juga

398
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

mengatakan meskipun tidak memiliki jamban maupun pengunjung yang datang untuk sekedar
sendiri ia tetap menggunakan jamban untuk duduk-duduk bersantai di tepi pantai sembari
BAB baik menggunakan fasilitas yang di menikmati makanan ringan atapun mereka yang
sediakan seperti WC umum ataupun datang untuk berenang.
menggunakan/menumpang di WC milik tetangga
maupun keluarga. KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini sejalan dengan yang Berdasarkan hasil penelitian dan

diakukan oleh Rumanjar Dkk, 2019 di Kep. pembahasan tentang tingkat keberhasilan

Sangihe Desa Toloanre I dimana hasil pelaksanaan program STBM pilar pertama stop

pengolahan dan analisis data menunjukkan BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Cempae

bahwa dari 45 rumah yang tidak memiliki KotaParepare dapat diketahui bahwa seluruh

jamban setelah adanya program STBM, 45 responden yang terdiri dari 106 KK, 100%

rumah tersebut secara keseluruhan telah berhasil melaksanakan program STBM pilar

memiliki jamban dan mendeklarasikan Stop pertama stop BABS dengan tidak buang air besar

BABS bagi masyarakat Toloanre I. Sehubungan sembarangan dan menggunakan jamban sebagai

adanya program STBM ini perubahan perilaku di mana mestinya untuk membuang

desa Toloanre I juga sudah meningkat sebanyak kotoran/tinjaBerdasarkan hasil penelitian, maka

80% masyarakatnya sudah menggunakan jamban peneliti memberikan sarankepada petugas

sebagaimana mestinya dan 20% lainnya sedang sanitasi puskesmas agar lebih tepat sasaran

dalam masa transisi dan dilakukan pendekatan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat

persuasive agar masyarakat yang tidak terbiasa agar pengetahuan masyarakat tentang STBM

buang air besar di jamban, dapat menggunakan tidak minim dan kiranya agar terus

jamban sebagaimana mestinya.4 mempertahakan gelar ODF di wilayah kerjanya,

Pada penelitian ini keberhasilan program selanjutnya diharapkan kepada Dinas Kesehatan

STBM di wilayah kerja Puskesmas Cempae di dan pihak Puskesmas agar lebih meningkatkan

picu oleh kesadaran masyarakat itu sendiri, upaya kegiatan promosi Program STBM Pilar

mereka merasa terganggu dengan bau apabila Pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan,

ada yang buang air besar sembarangan dan agar perubahan perilaku di masyarakat tidak

merasa tidak nyaman saat berada di ruang bersifat sementara dan untuk peneliti selanjutnya

terbuka seperti di pantai dan mendapati kotoran untuk melakukan penelitian sejenis dengan

atau tinja disana, hal ini menurut mereka selain variabel berbeda dan menggunakan metode

mengganggu pemandangan dan indera penelitian berbeda pula agar peneliti dapat

penciuman juga mengundang bibit penyakit bagi melihat perbedaan maupun perubahan yang

mereka yang bermukim diwilayah pesisir pantai terjadi di masyarakat dalam kurun waktu tertentu

399
Vol. 4, No. 3 September 2021

setelah penelitian terdahulu sehingga dapat


dijadikan perbandingan.

7. Dinkes Kota Parepare. Data Capaian


Program STBM di Kota Parepare. Parepare.

DAFTAR PUSTAKA Dinkes Kota Parepare; 2019


1. Kemenkes RI, Peraturan Menkes Republik 8. Puskesmas Cempae. Data Capaian STBM di
Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Puskesmas Cempae. Kota Parepare; 2018
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm). 9. Windy Febriani, Samino, Nurhalina Sari.
Jakarta; 2014 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan
2. Dirjend PP Dan PL Kemenkes RI. Pedoman Perilaku Stop Buang Air Besar Sembarangan
Pelaksanaan Teknis Stbm; 2011. (Babs): Studi Pada Program STBM Di Desa
3. Dirjend PP Dan PL Kemenkes RI. Sumbersari Metro Selatan 2016. FKM
Kurikulum Dan Modul Pelatihan Fasilitator Universitas Malahayati. Jurnal Kesehatan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm) Masyarakat (Kesmas); 2016: 10 (3)
Di Indonesia. Jakarta. Kemenkes Rijakarta. 10. Agus Erwin Ashari, Fajar Akbar. Evaluasi
Ditjend PP Dan PL Kementrian Kesehatan; Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
2014 Di Kabupaten Mamuju. Mamuju. Sulbar;
4. Poltje D. Rumanjar, Dismo Katiandagho, 2016
Daniel Robert . Analisis Tingkat 11. Kemenkes, R. Profil Kesehatan RI Tahun
Keberhasilan Pelaksaaan Sanitasi Total 2017. Banten; 2017
Berbasis Masyarakat Di Wilayah Kerja 12. Masjuniarty. Perilaku Masyarakat tentang
Puskesmas Manganitu Kabupaten Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Wilaah
Kepulauan Sangihe (Studi Di Desa Kerja Puskesmas Cangadi Kec. Liliriaja
Toloanre). Poltekes Kemenkes Manado; Kab. Soppeng. Fakultas Ilmu Kesehatan
2019. UIN Alauddin Makassar; 2010
5. Sekretariat STBM, Buku Saku Verifikasi 13. Mukhlasin, Fitri, M., & Elengoe, A.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitation of Ro-Ro vessel at the port of
Jakarta; 2016 ferry branch Merak Banten - -.
6. Dinkes Sulsel. Profil Dinkes Provinsi EnfermeríaClínica; 2020:30, 213–215.
Sulawesi Selatan Tahun 2015. Makassar. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.11.057
Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan; 2015

400
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

14. Robi Ahmadi. Analisis Peran Pemerintahan Masyarakat (Stbm) Pilar 1 Stop Buang Air
Pekon Dalam Pelaksanaan Pilar Pertama Besar Sembarangan (Stop Babs) dengan
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Kejadian Penyakit Diare Di Kelurahan
(STBM) Di Kabupateng Pringsewu. Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar.
Universitas Lampung; 2019 Makassar; 2019
15. Syamsuddin Syam, Asriani Asriani.
Penerapan Sanitasi Total Berbasis

LAMPIRAN
Tabel 1. Distribusi Ketersediaan Akses Sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cempae Kota
Parepare Tahun 2020
Variabel Keterangan n=106 %
Ketersediaan jamban Ada 92 86,8
Tidak Ada 14 13,2
Ketersediaan Air Bersih Tidak Ada 14 13,2
Ada 92 86,8
Biaya Pembangunan Tidak Ada 14 13,2
Biaya Sendiri 68 64,2
Bantuan Pemda 24 22,6
Jenis Jamban Tidak Ada 14 13,2
Leher Angsa 92 86,8
Konstruksi Jamban Tidak Ada 14 13,2
Memenuhi Syarat 92 86,8
Sumber : Data Primer

Tabel 2. Distribusi Akses Penggunaan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Cempae Kota
Parepare Tahun 2020
Variabel Keterangan n=106 %
Tidak Ada 14 13,2
Keterjangkauan Jamban
Terjangkau 92 86,8
Di Dalam Rumah 78 73,6
Letak Jamban
Di Luar Rumah 28 26,4
Sumber : Data Primer

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Cempae
Kota Parepare Tahun 2020
Variabel Keterangan n=106 %
Frekuensi penggunaan Tidak 0,0 0,0
jamban Kadang-kadang 0,0 0,0
Ya 106 100,0
Tempat BABS untuk Memiliki Jamban 92 86,8
seluruh responden Di WC Umum 12 11,3
Di Tetangga 2 1,9
Sumber : Data Primer
401
Vol. 4, No. 3 September 2021

Tabel 4. Distribusi Kepuasan Masyarakat Terhadap Program STBM di Wilayah Kerja


Puskesmas Cempae Kota Parepare Tahun 2020
Kepuasan Masyarakat n %
Puas 36 34,0
Tidak Puas 70 66,0
Total 106 100,0
Sumber : Data Primer

Tabel 5. Distribusi Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program STBM Pilar Pertama Stop
BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Cempae KotaParepare Tahun 2020
Tingkat Keberhasilan n %
Berhasil 106 100,0
Tidak Berhasil 0 0,0
Total 106 100,0
Sumber : Data Primer

402

Anda mungkin juga menyukai