Anda di halaman 1dari 23

“EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS


JAWAKISA KECAMATAN AESESA SELATAN
KABUPATEN NAGEKEO
PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR”

DELFINA BENGA
25000119183411

PEMBIMBING
Dr. Suhartono, M. Kes
Dr. Dra. Nur Endah Wahyuningsi, MS
ABSTRAK
 Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan suatu pendekatan untuk
mengubuh perilaku higiene dan sanitasi dengan melakukan pemicuan di
komunitas. STBM meliputi 5 pilar, yaitu stop buang air besar sembarangan
(BABS), mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang
aman, pengamanan sampah rumah tangga, mengelola limbah cair rumah tangga
dengan aman. Dalam kurun waktu 8 tahun pelaksanaan STBM di KECAMATAN
Aesesa selatan terdapat 7 desa yang sudah mencapai desa ODF (Open Defecation
Free). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program sanitasi
total berbasis masyarakat di Kecamatan Aesesa Selatan yang meliputi tahapan
input, proses dan output. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling
dan dilakukan dengan wawancara mendalam. Jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 20 orang yaitu petugas sanitarian 1 orang, serta 19 orang tim STBM
desa. Hasil penelitian ini menunjukan hanya ada satu orang petugas sanitarian,
tidak ada sarana transportasi, dan tidak adanya evaluasi lintas sector, tetapi ada
peningkatan ketersediaan sarana Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah pelaksanaan program STBM di wilayah kerja Puskesmas
Jawakisa belum dapat berjalan dengan baik karena terdapat beberapa kendala
dalam pelaksanaanya. Diharapkan adanya pendampingan dan keikutsertaan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo dalam pelaksanaan program STBM.
 Kata Kunci : Evaluasi, STBM
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
 Kemajuan akses Nasional
 STBM: suatu JSP pd Maret tahun 2021
pendekatan untuk 54,44% dan 17,67% JSSP.
mengubah perilaku (Data WEB STBM 2021)
hagiene dan sanitasi  Desa melaksanakan STBM
melalui pemicuan di 2.732 desa (81,5%), Desa
komunitas. (Permenkes Stop BABS sebanyak 1.483
No. 3 tahun 2014) desa (44,2%), dan Desa
STBM sebanyak 940 desa
(28%). (Profil NTT 2019)
 Tujuan STBM: untuk Persentase keseluruhan
mewujudkan perilaku akses progres SBS di
masyarakat yang higiene Kabupaten Nagekeo (Web
dan saniter secara STBM per Agustus 2018):
mandiri dlm rangka 77,39%. Dari data tersebut
meningkatkan derajat terdapat 22% akses
kesehatan masyarakat BABS.
yg setinggi-tingginya.

Slid
e4
METODE

• Penelitian deskrptif • Semua tenaga


dengan kesehatan desa • Sampel dalam
pendekatan yang berperan penelitian ini
kualitatif dalam sebanyak 16
melaksanakan orang
program
sebanyak 19 Teknik dan
Jenis orang,
Populasi Jumlah
Penelitian
Sampling
METODE
• Ketersediaan • Proses koding
tenaga,anggaran,peral • Membuat tema
atann, waktu,kebijkan,
metode • Penulisan memo
• Adanya
perencanaan,pelaksan
aan pemicuan,
pemantauan dan
penyuusunn laporan
• Peningkatan jumlah
sarana sebelum dan
sesudah pemicuan dan
jumlah desa yang
memiliki sarana CTPS
Analisis
Variabel
Data
HASIL
1. INPUT
a. Sumber daya manusia
Program sanitasi total berbasis masyarakat mulai masuk di Puskesmas
Jawakisa Kecamatan Aeesa Selatan sejak tahun 2013 dgn satu orang petugas
sanitarian yang berperan sebagai penanggung jawab dalam melaksanakan
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan seorang relawan. Karena
hanya ada satu orang petugas saja yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan program STBM petugas merasa terbebani karena wilayahnya
cukup luas sebanyak 7 desa dimana lima diantaranya desa dekat 2 desa desa
sangat jauh, selain itu sanitarian bertanggung jawab juga terhadap
pengawasan kualitas air minum, air bersih, tempat-tempat umum serta
kegiatan dalam Gedung penyuluhan dan juga pelaporan. Oleh karena itu
petugas harus lebih aktif menjalin kerja sama dengan program lain dan
membuat jadwal kunjungan pelaksanaan untuk 7 Desa.
b. Anggaran
Untuk dana penunjang pelaksanaan program STBM setiap tahun selalu
dialokasikan dari APBN, APBD dan dana bantuan Operasional Kesehatan
(BOK).
HASIL PENELITIAN
Lanjutan…
Dana BOK sebesar Rp. 18.900.000 dana tersebut digunakan mulai
dari sosialisasi hingga tahap evaluasi. Puskesmas Jawakisa juga
termaksud salah satu puskesmas diantara 7 tujuh puskesmas yang
mendapatkan dana pamsimas (APBN) untuk kelancaran program STBM
mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi sebesar Rp.7.500.000
menurut sanitarian dana tersebut cukup untuk pelaksanaan program
dengan rincian biaya Rp.10.800.000 biaya makan minum kegiatan
pemicuan ketujuh desa. Rp. 600.000 belanja alat peraga sarana lima pilar
STBM. Berikut adalah wawancara dengan informan utama dan triangulasi
terkait pendanaan
c. Sarana dan Prasarana
Sebagian besar informan mengatakan mereka tidak mendapatkan
fasilitas kendaraan dinas untuk operasianal program kesehatan
lingkungan, sehingga mereka harus menggunakan kendaraan pribadi dan
diberikan uang bensin menggunakan dana BOK. Menurut sebagian besar
informan, peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemicuan tidak sulit
untuk diperoleh sebab biasanya menggunakan bahan-bahan yang ada di
daerah masing-masing seperti jerigen, tali, kayu, sabun yang digunakan
sebagai alat peraga dalam pembuatan contoh sarana cuci tangan pakai
sabun
d. Waktu
Waktu pelaksanaan kegiatan sudah direncanakan satu tahun
sebelumnya melalui penyusunan rencana usulan kerja oleh sanitarian yang
disetujui oleh kepala puskesmas sesuai dengan jumlah anggaran yang ada
sehingga diharapkan semua kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Target waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas adalah
minimal satu desa bisa mencapai 100% memiliki sarana STBM dalam setahun
yaitu sejak dimulainya sosialisasi pada bulan Maret tahun 2013.
e. Kebijakan
Secara umum informan mengetahui kebijakan yang digunakan sebagai
dasar pelaksanaan STBM yaitu peraturan yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan walaupun tidak semua informan dapat menyebutkan secara tepat
nomor dan tahun kebijakan ditetapkan, namun pengelola program dapat
menyebutkan dengan tepat kebijakan yang digunakan yaitu Permenkes
nomor 3 tahun 2014. Berikut kutipan wawancara dengan salah satu
pengelola STBM Puskesmas mengenai kebijakan: “...pelaksanaan STBM
ya...sesuai kebijakan pakai Permenkes 03 tahun 2014.” Berdasarkan
pelusuran dokumen ditemukan SK. No XXV/JAKIS/2014 tentang penugasan
diberikan kepada sanitarian sebagai penanggung jawab program STBM
sedangkan SOP (Standar Operasional Prosedur) tidak ditemukan karena
masih dalam proses penyusunan .
f. METODE
Berdasarkan wawancara mendalam dengan pengelola STBM Puskesmas
mengatakan bahwa mereka menggunakan metode yang sama yaitu metode
pemicuan, fasilitator memicu rasa jijik, rasa malu, rasa takut, rasa sakit,
sehingga mendorong masyarakat untuk buang kotoran d jamban, selalu cuci
tangan pakai sabun sebelum atau sesudah melakukan aktifitas. Pemicuan
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu identifikasi lokasi-lokasi/tempat yang
diduga tidak memiliki kesadaran untuk buang kotoran sembarang dan fasilitas
cuci tangan pakai sabun rendah berdasarkan data atau laporan yg ada,
melakukan observasi lapangan bersama masyarakat/kader lokasi atau wilayah
atau daerah yang diduga memiliki kebiasaan buang tinja sembarang dan
kebiasaan cuci tangan rendah, Menjelaskan ke masyarakat mekanisme
penularan penyakit akibat BABs, tidak cuci tangan dengan baik/benar, dan
melakukan Focus Group Discussion bersama masyarakat untuk merumuskan
aksi/tindakan apa saja yang akan dilakukan untuk menangani permasalahan
STBM.
2. PROSES
a. Perencanaan
setiap pengelola STBM memahami dan melakukan identifikasi masalah terlebih
dahulu sebelum melakukan proses pemicuan. Menurut informan utama tujuan
dilakukan identifikasi masalah dan analisa situasi adalah untuk dapat
menggambarkan kondisi sanitsai suatu daerah sehingga dapat mentukan desa
atau lokasi yang tepat untuk dilakukan pemicuan.
Lanjutan
Menurut informan lainya, penentuan lokasi pemicuan secara umum ditentukan
berdasarkan minimnya ketersediaan sarana sanitasi, hasil identifikasi dan
analisa situasi yang telah dibuat menghasilkan kesepakatan bersama baik
dalam tim fasilitator maupun dengan tokoh masararakat dan masyarakat
setempat mengenai waktu dan lokasi pelaksanaan pemicuan. Berdasarkan
penulusuran dokumen ditemukan agenda berupa surat
No:XI/AESEL/JAKIS/2014 tentang persetujuan penentuan lokasi dan waktu serta
rencana usulan kerja yang dibuat oleh sanitarian Puskesmas.
b. Pelaksanaan Pemicuan
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengelola STBM Puskesmas bahwa
yang melaksanakan pemicuan adalah tim STBM Puskesmas yaitu tenaga
Sanitarian, serta tim desa yang sudah mendapatkan pelatihan menjadi
fasilitator STBM. Pemicuan berjalan dengan baik dan masyarakat terpicu akan
rasa jijik rasa berdosa sehingga mau merubah perilaku hidup bersih mereka
dengan menulis di kontrak social oleh kepala keluarga yang ditandatangani
oleh Kepala desa. Pelaksanaan kegiatan baik pemicuan maupun monitoring
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan di 7 Desa namun sanitarian sebagai
penanggung jawab program hanya bisa memantau di lima Desa dekat sehingga
pemicuan di desa lainya dilakukan oleh tim STBM desa. Berikut hasil wawancara
dengan salah satu informan “ saya yang melakukan pemicuan karena sudah
mengikuti pelatihan ditingkat kabupaten selama 3 hari, dampak positif sangat
dirasakan warga terpicu dan mau membuat jamban, sarana cuci tangan pakai
sabun atas dasar kemauan sendiri”. Hal ini sesuai dengan perencanaan karena
yang berhak melakukan pemicuan adalah sanitarian atau tim STBM yang sudah
medapatkan pelatihan.
c. Pemantauan dan Evaluasi
Dalam pelaksanaanya, petugas sanitasi mencatat hasil pemantauan
pelaksanaan kegiatan yaitu ketersediaan sarana STBM dimasyarakat dengan
cara observasi .
c. Pencatatan dan Pelaporan
petugas sanitarian mencatat hasil pemantuan berupa jumlah ketersediaan
sarana STBM dimasyarakat. Kemudian dibuat dalam laporan hasil kegiatan
pemicuan juga digunakan untuk mendata presentase jumlah penduduk yang
telah mengakses sarana STBM sebagai bahan laporan dan evaluasi
pencapaian target program STBM kepada Dinas Kesehatan
3. OUTPUT
Berdasarkan penelusuran dokumen dan wawancara untuk dua indicator yaitu
peningkatan jumlah sarana dan perubahan perilaku dengan informan utama
dan informan triangulasi ada peningkatan jumlah sarana STBM. Berikut hasil
wawancara dengan informan utama dan informan triangulasi
“Ada peningkatan jumlah sarana STBM setelah pelaksanaan program bahkan
ada 4 desa yang telah dideklarasikan karena sudah mencapai 100 % dari pilar
1 sampai pilar 5”
berdasarkan hasil observasi diketahui ada perubahan perilaku pada
masyarakat yang dilihat langsung saat mencuci tangan dan juga selalu
menampung dan isi ulang air didalam jerigen atau ember.
PEMBAHASAN
Salah satu factor keberhasilan pada suatu program kesehatan adalah
tersedianya sumber daya manusia kesehatan yang memadai. Kualitas sumber
daya manusia tersebut salah satunya ditentukan oleh factor kompetensi dan
keterampilan yang dimiliki oleh personil dalam mencapai tujuan. dalam
pelaksanaan program sanitasi total berbasis masyarakat. sesuai dengan
pedoman Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI nomor 03 tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu pemegang program dengan
latar belakang Pendidikan kesehatan lingkungan. Dalam rangka meningkatkan
pelayanan suatu organisasi kesehatan maka ketersediaan dan kecukupan unsur
inti (core element) yang membentuk organisasi sangatlah penting untuk
keberhasilan dan kemajuan organisasi.
Sumber daya yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan program, selain
sumber daya manusia adalah dana. Dana tersebut berfungsi untuk membiayai
operasional pelaksanaan kegiatan. Terbatasnya anggaran akan mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan program. Secara umum setiap Puskesmas dan
Kecamatan mempunyai alokasi dana khusus untuk pelaksanaan STBM dan
sebagian besar Tim STBM juga mengatakan dana yang ada selama ini sudah
mencukupi untuk kegiatan pelaksanaan STBM.
peralatan untuk pemicuan belum cukup seperti yang dikatakan informan
tapi karena gampang warga menyiapkan peralatan tersebut seperti tali, jerigen,
kayu. Sumber daya manusia yang memadai tanpa adanya sarana maka
pelaksanaan program tidak akan optimal.
Pembahasan
 Secara umum butuh waktu yang panjang untuk mencapai 100% rumah
tangga memiliki sarana STBM karena target dinas Kesehatan dan target
puskesmas memasang target minimal satu desa mencapai 100% dalam
tahun, hal ini dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang tidak memadai.
Berdasarkan hasil penelitian metode yang dipakai dalam pelaksanaan
program di tujuh desa yang ada di wilayah kerja puskesmas jawakisa adalah
pemicuan, dimana hasil penelitian di puskesmas jawakisa menunjukkan
bahwa semua pelaksanaan program sanitasi total berbasis masyarakat
dilaksanakan berdasarkan acuan pada permenkes RI Nomor 03 tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah untuk menurunkan angka
kejadian diare dan meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan
masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proses
perencanaan program STBM sudah dijalankan dengan baik, sementara
setiap pengelola STBM baik puskesmas maupun tim STBM identifikasi
masalah. Perencanaan waktu, tempat dan sasaran pemicuan dilakukan
dengan baik. Selain itu terbentuknya fasilitator desa dan adanya advokasi
kepada tokoh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pedoman pelaksanaan
teknis STBM tahun 2012, dimana dijelaskan perlunya dilakukan analisis
situasi untuk menggambarkan kondisi sanitasi masyarakat terlebih dahulu
walaupun keadaan dokumen hanya bukti terlaksananya suatu kegiatan
Lanjutan
Analisis situasi adalah telaah dari keadaan yang ada saat sekarang dan merupakan awal
dari penerapan manajemen program Kesehatan. Sedangkan identifikasi masalah
ditentukan dari hasil daftar masalah yang ada. Masalah yang telah terdaftar kemudian
dikelompokkan menurut konsep manajemen dan konsep sistem, sehingga alur
pelaksanaan kegiatannya berjalan dengan sesuai dengan rencana dan output sesuai
yang diterapkan. Didalam pelaksanaan pemicuan dikomunitas pengelola STBM
puskesmas berkolaborasi dengan tim STBM desa.
Tahapan - tahapan tersebut dapat laksanakan dengan baik oleh pengelola STBM
puskesmas dan tim STBM desa dapat diketahui dari hasil wawancara dengan pengelola
STBM puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan STBM dan pemicuan
sudah sesuai dengan pedoman pelaksanaan program STBM
Monitoring dan evaluasi oleh tim STBM kecamatan dilakukan oleh pihak puskesmas
yakni sanitarian, hasil monitoring kemudian dilaporkan ke kabupaten berupa laporan
kemajuan askes sanitasi. Laporan dalam bentuk print laporan ini dapat dikirimkan
melalui pesan singkat atau SMS web. Berdasarkan hasil penelitian mendalam di
puskesmas Jawakisa diperoleh bahwa proses pemantauan dan evaluasi program STBM
berjalan dengan tidak baik, dimana pengelola program STBM dan tim STBM desa tidak
melakukan evaluasi perubahan sikap masyarakat dalam berperilaku cuci tangan pakai
sabun. Selain itu juga tidak adanya evaluasi kembali program STBM bersama
masyarakat oleh pengelola program STBM, hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman pengelola program STBM tentang pentingnya dilakukan pemantauan dan
evaluasi paska dilakukan pemicuan dan keterbatasan anggaran yang tersedia.
Lanjut
 Dalam pemantauan dan evaluasi pengelolah program STBM Puskesmas
perlu melakukan kegiatan antara lain mengecek adanya relevansi
dari program, mengukur kemajuan terhadap target yang
direncanakan menentukan sebab dan faktor internal maupun eksternal
yang mempengaruhi pelaksaaan program. Berdasarkan hasil penelitian
laporan program dikirim ketingkat kabupaten.hal ini harus dilakukan
untuk mengetahui perkembangan program dan untuk pelaksanaan
program dan tindak lanjut
 Berdasarkan hasil penelusuran data diperoleh hasil bahwa di wilayah kerja
Puskesmas Jawakisa ada peningkatan jumlah sarana sanitasi total
berbasis masyarakat setelah pelaksanaan program. Ada peningkatan
jumlah sarana 5 pilar STBM setelah pelaksanaan program bahkan ada 4
desa yang telah di deklarasikan karena sudah 100% menerapakan dari
pilar 1 sampai pilar 5.
 Sedangkan 3 desa lainnya yakni desa Tengatiba, Desa Wajomara dan Desa
Renduteno belum mencapai lima pilar STBM. Dapat dikatakan bahwa
ketiga desa tersebut baru terdapat 25,08 % rumah yang sudah memiliki
sarana STBM dari 1236 rumah, sedangkan 306 rumah (24,75 %) yang ada
yang belum memiliki sarana 5 pilar STBM.
Lanjut
Berdasarkan hasil observasi diketahui ada perubahan perilaku pada
masyarakat yang dilihat langsung saat mencuci tangan dan juga selalu
menampung dan mengisi air Kembali Ketika air sudah habis digunakan
dalam jerigen serta ember. Dari total rumah yang ada 75,24 % rumah
menggunakan sarana 5 pilar STBM sedangkan 24,75 % belum memiliki
sarana STBM
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat disampaikan berdasarkan hasil dan analisis data
dalam penelitian tentang evaluasi pelaksanaan sanitasi total berbasis
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Jawakisa memiliki kendala dalam
pelaksanaannya baik dari input proses maupun output seperti informan
pemegang program memiliki beban ganda selain penanggung jawab
program STBM juga bertanggungjawab pada program lain, terbatas
anggaran pelaksanaan STBM Sehingga diharapkan adanya pendampingan
dan keikutsertaan dari dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo dalam
perencanaan dan pelaksanaan program STBM. Adapun metode STMB yang
digunakan di wilayah kerja Puskesmas Jawakisa adalah pemicuan.
Saran
 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo

Perlu adanya penetapan target waktu pencapaian yang pasti bagi


program STBM agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai dengan
target yang ditetapkan serta diharapkan adanya pendampingan dan
Keikutsertaan Dinas Kesehatan dalam pengiriman laporan STBM serta
pelaksanaan program STBM lainnya di Kabupaten Nagekeo.
 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan masukan dan bahan pembelajaran bagi institusi


pendidikan mengenai pelaksanaan program STBM
 Bagi tim fasilitator desa

Tim fasilitator desa harus memiliki strategi untuk kelancaran


pelaksanaan program STBM.
 Bagi peneliti

Menjadi masukan dan pembelajaran tentang pelaksanaan program


STBM di wilayah kerja Kecamatan Aesesa Selatan agar dapat menambah
wawasan tentang pelaksanaan dan mengatasi kendala maupun
keterbatasan dalam pencapaian program STBM
Daftar Pustaka
1. Undang-undang republik indonesia No 36 tentang Kesehatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2009.
2. Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan Teori dan Perilaku
Kesehatan, hal 194-. Jakarta; 2012. 194 p.
3. Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta; 2015. hal. 2.
4. Blum H. L. Status Derajat Kesehatan. Jakarta; 2010.
5. Menteri Kesehatan RI no 3. Sanitasi total berbasis masyarakat.
Jakarta: Peraturan menteri kesehatan; 2014.
6. Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Teknis STBM Tahun 2012.
Kesehatan [Internet]. 2012;1–72. Available from:
http://stbm.kemkes.go.id/public/docs/reference/5b99c4c2576e1
2f4c9a2019139312658b2f3704c9abc5.pdf
7. Kementrian Kesehatan RI. Strategi nasional sanitasi total berbasis
masyarakat. Jakarta: Keputusan Menteri Kesehatan
No.852/MENKES/SK/IX/2008; 2008.
8. Dinkes NTT. Ntt bangkit ntt sejahtera. Profil Kesehat Provinsi Nusa
Tenggara Timur. 2018;
9. kemenkes.kuriculum dan modul pelatihan fasilitar stbm sanitsi total
berbasis masyrakat di ndonesia. 2014;
10. Desk LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN KAB.
11. Profil Puskesmas Jawakisa. 2019.
12. Harsa IMS. The Relationship Between Clean Water Sources And The
Incidence Of Diarrhea In Kampung Baru Resident At Ngagelrejo Wonokromo
Surabaya. J Agromedicine Med Sci. 2019;5(3):124.
13. Arikunto S. Evaluasi program pendidikan : Pedoman teoritis praktis bagi
praktisi pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara; 2007.
14. Supriyanto A. Pengantar teknologi informasi. Jakarta: Salemba infotek;
2007.
15. Ayuningtyas D. Kebijakan kesehatan; Prinsip dan Praktik. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada; 2015. xxviii+198.
16. Azwar, Azrul. Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1996.
17. Kast FR. Organisasi dan manajemen. Jakarta; 1985.
18. Kar K CR. Community-Led Total Sanitasion. In London: Plan Internasional
UK; 2008. p. 96p.
19. M. N. Dampak program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)pilar
pertamadi Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang.
20. Direktorat Kesehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Roadmap STBM tahun 2015-2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016.
21. Kemenkes RI. Perilaku cuci tangan pakai sabun di Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI; 2014.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai