Anda di halaman 1dari 16

Pelaksanaan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


( STBM )
DALAM PKGBM
I MADE KAWI SUTAMA
Borong, 22 April 2016
Apa itu STBM ?
STBM
(Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat) adalah
pendekatan untuk
mengubah perilaku
higienis dan saniter
melalui pemberdayaan
masyarakat dengan
cara pemicuan
STBM Bagian dari Percepatan MDGs 2015
( Target Sekarang Universal Acses 2030 )

LIMA PILAR STBM

STB
M

3
Mengapa STBM Penting?

• Masih ada 40,29 % penduduk Indonesia belum


mendapatkan akses sanitasi (Susenas 2013)
• Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar 56,7
trilyun pertahun akibat kondisi sanitasi yang buruk (Studi
WSP 2006)
• Intervensi modifikasi lingkungan dapat menurunkan
angka penyakit diare sebesar 94% (Studi WHO 2007)
MENGAPA PEMERINTAH MEMILIH
PENDEKATAN STBM ?
• Perubahan sikap dan perilaku lebih memungkinkan
untuk mendorong terjadinya perkembangan jumlah
sarana dibandingkan sebaliknya.

• Dukungan Subsidi Sanitasi mendorong


ketergantungan masyarakat, sehingga keberlanjutan
melemah

• Program yang dirancang sendiri oleh masyarakat,


akan meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung
jawab dari masyarakat.
KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN
Kepmenkes No. 852 Permenkes No. 3
Tahun 2008 Tahun 2014
• Keputusan yang • Peraturan yang
sifatnya sementara
dalam rangka sifatnya mengatur dan
mencapai target MDGs jangka waktu tidak
2015 mengikat
• Penjelasan
• Mengkhususkan pada menyeluruh tentang
strategi pelaksanaan STBM
STBM
Komponen STBM
Penciptaan Lingkungan Peningkatan Kebutuhan Peningkatan Akses
yang Kondusif Sanitasi Penyediaan Sanitasi

Advokasi kepada Upaya sistematis untuk Membuka dan


Pemerintah, Pemerintah mendapatkan perubahan mengembangkan pasar
Daerah, dan pemangku perilaku yang higienis dan sanitasi perdesaan, yaitu :
kepentingan dalam saniter, berupa: a. opsi teknologi sesuai
mengembangkan a. pemicuan kebutuhan dan terjangkau;
komitmen bersama untuk b. promosi dan kampanye b. menciptakan dan
melembagakan program c. pesan melalui media memperkuat jejaring pasar
pembangunan sanitasi d. mengembangkan sanitasi perdesaan; dan
perdesaan komitmen masyarakat c. mengembangkan
e. memfasilitasi mekanisme peningkatan
terbentuknya tim kerja kapasitas pelaku pasar
masyarakat sanitasi.
f. mekanisme penghargaan
Koordinasi dan Tukar Pengalaman
• Dilakukan koordinasi dalam pokja AMPL
di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten,
• Dilakukan koordinasi dalam suatu forum
di tingkat kecamatan dan desa
• Saling tukar informasi dan keberhasilan
dalam pelaksanaan STBM. Antar desa,
antar kecamatan/kabupaten/propinsi
Memilih desa dan dusun
• Desa yang belum SBS dan tidak sedang mengikuti pemicuan dari program
lain
• Puskesmas mengundang pimpinan desa menghadiri pertemuan sosialisasi
STBM Kecamatan.
• Perwakilan desa yang menunjukkan paling berminat dan berkomitmen
melaksanakan program STBM dipilih,
• Kepala desa menandatangani surat minat dan komitmen dan diajukan ke
puskesmas
• Pemilihan empat sampai enam dusun untuk dilakukan pemicuan awal
didasarkan atas keinginan kuat dari kepala dusun dan diperkirakan seluruh
masyarakat dusun cepat menerima perubahan.
• Jika puskesmas tidak mempunyai tenaga sanitasi, pimpinan puskesmas
menunjuk petugas yang bertanggung jawab thd pelaksanaan program STBM,
Pra, Saat, dan Paska Pemicuan
• Pra-Pemicuan:
Pendekatan pimpinan desa dan tokoh masyarakat
melakukan pengkajian keadaan desa sebelum pemicuan dilaksanakan utk
memperoleh data/informasi secara umum: kondisi dan perkembangan
sanitasi dan hygiene, geografi, peta, profil dunia usaha, mikro kredit,
teknologi dan kepempinan serta tokoh desa.
• Pelaksanaan pemicuan kpd bapak/ibu, anak dan masyarakat.
• Paska pemicuan dan kampanye perubahan perilaku
Membangun komitmen masyarakat termasuk pemerintah desa
Memfasilitasi tim kerja masyarakat termasuk ibu-ibu,
Mendukung pesta deklarasi pencapaian SBS (dusun, desa, kecamatan)
Kampanye pesan kesehatan melalui media, (dilakukan IMA)
Masyarakat Sekolah juga memperoleh perhatian
Kegiatan Pemicuan STBM
Tujuan Merubah perilaku
masyarakat untuk tidak BAB
Sembarangan
Keluaran 1. Peta Sosial
2. Natural leader
3. Rencana aksi masyarakat
Peserta Masyarakat
Bahan Pedoman Pemicuan STBM
Nara Sumber Sanitarian/Tim Pemicu
Puskesmas
Lokasi Desa/ dusun
Waktu 1 hari
Pendam-
pingan
Tim Pemicu Desa Satu desa dilakukan
pemicuan di 4 dusun

Pemantapan Pemicuan: 16 - 20 orang dari 4 dusun


berkumpul di kantor desa  Rencana Aksi Masy.
Rencana Aksi Masyarakat dan Pelaksanaan

• Rencana aksi dibuat oleh


masyarakat yang sudah
terpicu dibantu dan diawasi
oleh kader dan pembinaan
oleh sanitarian
• Pelaksanaan Rencana Aksi
dibiayai oleh masyarakat
sendiri
• Proyek tidak membiayai
pembuatan jamban
Desa/Kelurahan SBS (Stop BAB Sembarangan)
• Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban
yang sehat dan membuang tinja/kotoran bayi
hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).
• Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
• Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain
oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di
sembarang tempat.
• Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat
masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai
jamban sehat.
Peran Puskesmas
1. Memfasilitasi desa yang berminat untuk dilakukan pemicuan
2. Membentuk Tim Pemicuan Puskesmas
3. Memfasilitasi Pembentukan Tim Pemicuan Desa
4. Membina dan mengawasi proses pemicuan STBM yang
dilakukan oleh Kader Desa dan pelaksanaan rencana kerja
STBM oleh masyarakat
5. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten melatih Kader Desa
6. Memfasilitasi pemilihan Kader Desa yang akan dilatih
7. Memfasilitasi pembentukan Tim Verifikasi tingkat Desa
8. Membentuk Tim verifikasi tingkat Kecamatan
9. Melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan dan
menyampaikan laporannya kepada Dinkes Kabupaten
DATA JAMBAN DAN KASUS DIARE
DI MANGGARAI TIMUR
THN 2012 - 2015

TAHUN
2012 2013 2014 2015
JUMLAH JAMBAN 37.110 38.617 39.062 41.793
JUMLAH KK 55.702 59.093 60.217 61.715
CAKUPAN
KASUS DIARE 5.113 4.526 3.987 3.355
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai