Anda di halaman 1dari 13

MONITORING DAN EVALUASI PASCA PEMICUAN STBM

I. PENDAHULUAN
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan khusus bidang
hygiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui
pendekatan sanitasi total. Pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari
pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi
daya ungkit terjadinya perubahan perilaku hygienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi
pendekatan sanitasi total berbasisi masyarakat yang menekankan pada 5 perubahan perilaku
hygienis.

II. LATAR BELAKANG


Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pasca pemicuan STBM yang dilakukan di
beberapa desa wilayah kerja Puskesmas Towea, salah satunya yaitu desa Moasi yang cakupan
jambannya telah mencapai 60%. Angka capaian tersebut masih tergolong rendah, sekitar 40%
masyarakat yang masih BAB (Buang Air Besar) di sembarang tempat. Kondisi ini perlu terus di
picu untuk meningkatkan nakes jamban.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan 5 pilar akan
mempermudah upaya peningkatan nakes sanitasi masyarakat lebih baik serta mengubah dan
mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui/ perkembangan perubahan perilaku masyarakat pasca pemicuan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pemantauan terhadap peserta yang terpicu membangun jamban keluarga
b. Melakukan pemantauan terhadap masyarakat/ pencatatan yang sudah mengetahui dan
sedang membangun jamban.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Pendataan terhadap masyarakat yang membangun jamban keluarga
2. Mengevaluasi ulang terhadap masyarakat yang terpicu membangun jamban keluarga
3. Membina terhadap masyarakat yang terpicu membangun jamban keluarga

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Mengunjungi masyarakat yang terpicu membangun jamban keluarga
2. Memantau perkembangan pembangunan jamban keluarga terhadap masyarakat yang terpicu
3. Mencatat kemajuan pembangunan keluarga terhadap masyarakat yang terpicu
KAMPANYE HYGIENE SANITASI SEKOLAH

I. PENDAHULUAN
Kampanye Hygiene Sanitasi Sekolah adalah kegiatan mengedukasi siswa sekolah dasar dan
siswa menengah pertama tentang pentingnya sanitasi dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat. Diharapkan para siswa dapat mempengaruhi orang tuanya dan masyarakat
untuk berperilaku bersih dan sehat. Karena terpicu dengan pendidikan hygiene sanitasi yang
didapatnya di sekolah.

II. LATAR BELAKANG


Upaya pengembangan masalah promosi kesehatan masalah hygiene sanitasi sekolah yang
lebih terarah, rencana terpadu dan berkesinambungan dikembangkan melalui kabupaten dan kota
integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama adalah tatanan rumah tangga (individu, keluarga,
masyarakat) dan institusi pendidikan utama adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambilan keputusan, seperti Bupati, Kepala Dinas
Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPR, Lintas Sektor sangat penting untuk pembinaan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di sekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu peran
sebagai dari pihak terkait tim pembina dan pelaksana UKS juga penting. Sedangkan masyarakat
sekolah hanya berpartisipasi dalam berperilaku bersih dan sehat baik disekolah maupun di
masyarakat. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan menitik beratkan kepada upaya sanitasi atau
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

III. SASARAN
Anak Sekolah Dasar (SD) Moasi sebanyak 20 orang di wilayah desa Moasi (Puskesmas Towea)

IV. PELAKSANAAN
1. Fungsi dan peran tenaga kesehatan lingkungan Puskesmas dalam kampanye hygiene sanitasi
lingkungan sekolah adalah :
a. Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab kegiatan
b. Tenaga kesehatan lingkungan bertanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan kampanye
hygiene sanitasi sekolah
2. Sarana dan Prasarana
a. Materi penyuluhan
b. Alat – alat penyuluhan seperti poster, pengeras suara, alat peraga, alat transportasi dengan
perlengkapannya.

V. TATA LAKSANA
1. Persiapan
Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan kegiatan :
a. Pendataan/ daftar hadir siswa
b. Mempersiapkan sarana dan prasarana
c. Pelaksaan melakukan kegiatan kampanye hygiene sanitasi lingkungan sekolah
2. Pelaksnaan
Pelaksanaan kegiatan kampanye hygiene sanitasi lingkungan sekolah adalah :
a. Mengadakan rapat untuk membicarakan kegiatan kampanye hygiene sanitasi dengan
tenaga kesling untuk melakukan penyuluhan di Sekolah Dasar di wilayah binaan tenaga
kesling
b. Menetukan lokasi/ tempat pelaksanaan kegiatan kampanye hygiene sanitasi
c. Menentukan jadwal kegiatan
d. Serta materi yang akan diberikan pada kegiatan kampanye hygiene sanitasi
e. Pelaksaan kegiatan penyuluhan kampanye hygiene sanitasi :
1) Menentukan tanggal kegiatan
2) Membuat surat undangan dengan diketahui kepala UPTD Puskesmas
3) Memberikan surat undangan ke sekolah dasar
4) Petugas datang ke sekolah dasar sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun
5) Petugas memberitahu maksud dan tujuan penyuluhan kampanye hygiene sanitasi
6) Menyampaikan materi penyuluhan kampanye hygiene sanitasi dengan menggunakan
metode ceramah, tanya jawab dan demontrasi/ peragaan yaitu tentang cuci tangan
pakai sabun, stop BABS, pencegahan penyakit karena air dan sanitasi, perilaku hidup
bersih dan sehat di lingkungan sekolah.
7) Menganalisa hasil penyuluhan kampanye hygiene sanitasi untuk merencanakan
kegiatan berikutnya serta membuat laporan
f. Evaluasi kegiatan penyuluhan kampanye hygiene sanitasi
1) Melakukan analisa serta mengulang kembali dengan mempraktekkan kembali 6
langkah cuci tangan pakai sabun yang benar dan menanyakan kembali materi yang
telah disampaikan kepada siswa.
2) Membuat laporan hasil penyuluhan kampanye hygiene sanitasi kepada kepala UPTD
Puskesmas Towea.

VI. DOKUMENTASI
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan kampanye hygiene sanitasi, maka dilakukan
pencatatan dan pelaporan sebagai berikut :
1. Buku catatan harian petugas
2. Laporan hasil pelaksanaan
3. Surat tugas
4. Foto dokumentasi kegiatan penyuluhan kampanye hygiene sanitasi

Mengetahui Towea, 2019


Kepala UPTD Puskesmas Towea Petugas Kesling

LIRIH, S.Kep, Ns
PEMICUAN STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)

I. PENDAHULUAN
Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah
penyebaran penyakit berbasis lingkungan meningkatkan kemampuan masyarakat , serta
mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi
dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun
2017, perlu disusun strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang ditetapkan dengan
keputusan Menteri Kesehatan.

II. LATAR BELAKANG


Masih tingginya angka kejadian diare dan masih banyak masyarakat yang BAB di
sembarangan tempat serta banyak masyarakat yang belum mengelolah sampah dengan aman di
wilayah Puskes Towea maka perlu untuk melakukan pendampingan penyusunan rencana kegiatan
sanitasi total berbasis masyarakat (STBM).

III. TUJUAN
1. Umum
Untuk memicu masyarakat guna merubah perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat sehingga terbentuk desa ODF/ desa STBM.
2. Khusus
Terjadinya perubahan perilaku STBM
a. Untuk menurunkan angka kejadian diare
b. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar
c. Untuk membiasakan masyarakat cuci tangan pakai sabun
d. Untuk mengubah perilaku masyarakat agar tidak BAB sembarangan
e. Pengelolaan sampah yang benar
f. Pengelolaan limbah cair rumah tangga yang aman.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan yang dilakukan yaitu:
1. Mengadakan rapat ditingkatkan Puskesmas
2. Menentukan lokasi kegiatan pemicuan STBM
3. Membuat jadwal kegaiatan pemicuan STBM
4. Membuat surat undangan ke desa yang akan dilaksanakan kegiatan pemicuan STBM

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Petugas kesling mengadakan rapat untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan pemicuan STBM
2. Menentukan lokasi/ tempat pelaksaan kegiatan pemicuan STBM
3. Menetukan tanggal/ jadwal pelaksaan kegiatan pemicuan STBM
4. Petugas melaksanakan kegiatan pemicuan STBM
5. Petugas datang ke lokasi pelaksanaan kegiatan pemicuan STBM. Petugas memperkenalkan diri
dan menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya kegiatan pemicuan STBM.
6. Petugas menyampaikan materi kegiatan pemicuan STBM dengan metode ceramah dan tanya
jawab serta lanjut ke lapangan ke tempat yang dipakai BABS
a. Petugas mencatat hasil kegiatan pemicuan STBM
b. Petugas melakukan evaluasi hasil kegiatan pemicuan STBM
c. Petugas membuat laporan kegiatan pemicuan STBM
d. Petugas melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Puskesmas

VI. SASARAN
Sasaran dari kegiatan pemicuan STBM yaitu masyarakat yang masih BABS (Buang Air
Besar Sembarangan). Cakupan desa Moasi sebanyak 15 orang diwilayah kerja Puskesmas Towea.

VII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Setelah melaksanakan kegiatan pemicuan STBM selanjutnya didapatkan kesepakatan/
komitmen pembuatan jamban, kemudian dilakukan monitoring pelaksaan kegiatan pemicuan
STBM.

VIII. KEGIATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil pelaksaan kegiatan pemicuan STBM dicatat dan didokumentasikan serta dilaporkan
ke Kepala Puskesmas.

Mengetahui Towea, 2019


Kepala UPTD Puskesmas Towea Petugas Kesling

LIRIH, S.Kep, Ns
SURVEILANS KUALITAS AIR

I. PENDAHULUAN
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan air, masyarakat sangat memerlukan air yang
berkualitas untuk dikonsumsinya. Agar air terjaga kualitasnya maka perlu dilakukan pengawasan
kualitas air secara terus menerus dan cermat. Salah satu cara yang dilakukan yaitu melakukan
kegiatan surveilans kualitas air. Surveilans kualitas air merupakan suatu upaya analisis yang
dilakukan terus menerus dan sistematis melalui pengumpulan data penyakit yang disebabkan oleh
air.

II. LATAR BELAKANG


Penyakit-penyakit yang mempunyai keterkaitan dengan air, sanitasi dan factor-faktor risiko
perilaku tidak higienis, ternyata lebih banyak memakan korban dibandingkan dengan penyaki-
penyakit AIDS, Malaria, ataupun Tuberculosis.
Secara global 19% (3,4 juta) kematian diakibatkan penyakit-penyakit infeksi yang berkaitan
dengan air, , sanitasi dan factor-faktor risiko kebersihan/ perilaku tidak higienis, 2/3 nya karena
diare. Kebanyakan dari kematian tersebut adalah anak-anak. Kurangnya akses terhadap air bersih/
air minum dan sanitasi serta perilaku yang tidak higienis sangat beresiko terhadap terjadinya
penyakit-penyakit lain seperti hepatitits, typhoid, trachoma dan penyakit-penyakit kecacingan.

III. TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi semua yang terkait dengan air yang dapat merupakan
risiko bagi kesehatan masyarakat
2. Untuk mengetahui factor risiko dan tindak lanjut yang akan dilaksanakan untuk mencegah
problema/ massalah kesehatan masyarakat
3. Untuk mengidentifikasi sumber KLB penyakit-penyakit melalui air dan tindakan koreksi

IV. SASARAN
Berdasarkan hasil Surveilans kualitas air yang dilakukan di beberapa desa wilayah kerja
Puskesmas Towea, salah satunya yaitu desa Moasi yang cakupan kualitas airnya telah mencapai
60%. Angka capaian tersebut masih tergolong rendah, sekitar 40% kualitas air yang masih
tergolong buruk. Kondisi ini perlu terus di picu untuk meningkatkan kualitas air di masyarakat.
Pelaksanaan Surveilans kualitas air ini dilaksanakan guna meningkatkan sanitasi
masyarakat lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih
dan sehat.

V. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN


1. Melakukan pengumpulan data dasar
a. Jenis, jumlah dan sumber-sumber air
b. Keadaan air yang digunakan masyarakat
c. Angka-angka penyakit yang ditularkan melaui air disuatu wilayah pada waktu tertentu
d. Pencemaran, gangguan yang berkaitan dengan air dan kualitasnya seperti sumber-sumber
pencemaran, daerah kumuh
e. Kondisi alam wilayah, geografis, musim hujan dan panas, kepadatan penduduk dan lain-lain
f. Pemetaan sarana air bersih dan sanitasi wilayah kerja (desa, kecamatan, kabupaten)
g. Perilaku penggunaan air minum
2. Inspeksi sanitasi
a. Inspeksi sanitasi keadaan sumber-sumber air dan lingkungannya
b. Inspeksi sanitasi pada intake (tempat penangkapan air)
c. Inspeksi sanitasi pada tempat pengolahan air
d. Pelaporan inspeksi sanitasi, harus menggunakan formulir yang memuat komponen informasi
yang dapat dipakai dalam kegiatan tindak lanjut
e. Kegiatan inspeksi sanitasi sarana harus dapat menetukan tingkat risiko sarana dengan risiko
amat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.
3. Pengambilan sampel air
a. Pengambilan sampel diambil pada titik sampling
b. Pengambilan sampel harus mengikuti teknik prosedur
c. Pengambilan sampel harus berdasarkan petunjuk teknis
4. Pemeriksaan sampel air
a. Pemeriksaan sampel air harus menggunakan metode pemeriksaan yang sama untuk
menghindari hasil pemeriksaan yang berbeda
b. Pemeriksaan kualitas air untuk bakteriologis (koliform, koliform tinja, dan total kuman)

VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi laporan pemeriksaan sampel air perlu dilakukan
kegiatan tindak lanjut meliputi:
a. Perbaikan kualitas air terhadap SAB, kulitas air dan lingkungannya
b. Hasil perbaikan kualitas air dilaporkan/ diinformasikan kepada Dinas Kesehatan dan instansi
terkait
c. Promosi perilaku higienis dan sanitasi pengguna air

Mengetahui Towea, 2019


Kepala UPTD Puskesmas Towea Petugas Kesling

LIRIH, S.Kep, Ns
SANITASI PASAR

I. PENDAHULUAN
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan khusus bidang
hygiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu
melalui pendekatan sanitasi total pada tempat tempat umum seperti pasar, terminal dan
lain-lain.
Pasar merupakan tempat umum berkumpul atau melakukan kegiatan orang banyak
yang mana akan meningkatkan hubungan atau kontak antara orang yang satu dengan yang
lainnya, berarti memungkinkan terjadinya penularan penyakit baik secara langsung maupun
tidak langsung akan lebih meningkat.
Sanitasi pasar adalah usaha pengendalian melaui kegiatan pengawasan dan
pemeriksaan terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar yang erat hubungannya
dengan timbul atau merebaknya suatu penyakit.

II. LATAR BELAKANG


Pasar di Indonesia dikenal dengan fasilitas dan perilaku sanitasi warga pasarnya
yang buruk. Sebut saja perilaku para pedagang pasar yang membiarkan sampah berceceran
di pinggir jalan, serta jalan jalan pasar yang becek akibat drainase yang kurang baik. Semua
terjadi akibat kurangnya kepedulian masyarakat khususnya warga pasar untuk menerapkan
sanitasi yang benar.
Ketidaktahuan tentang manfaat sanitasi dikalangan masyarakat khususnya warga
pasar menghasilkan masyarakat yang menyepelekan upaya hidup bersih dan sehat
(sanitasi). Sehingga akhirnya menghasilkan lingkungan pasar yang memiliki gambaran
pasar yang kumuh, menjijikan, serta sampah yang semrawut sehingga dapat menimbulkan
penyakit.

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum yaitu untuk mengetahui factor factor yang mempengaruhi kondisi pasar
yang tidak hygienis
2. Tujuan Khusus yaitu :
a. Untuk mengetahui manfaat sanitasi dikalangan masyarakat khususnya warga pasar
b. Untuk mengetahui pentingnya pengetahuan dan sikap di kalangan masyarakat saat
mengunjungi pasar khususnya para pedagang di pasar.

IV. SASARAN

V. FASILITAS SANITASI PASAR


1. Penyediaan Air Bersih
Ari bersih merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, baik untuk
memenuhi kebutuhan individual maupun menjaga kehidupan lainnya. Untuk itu syarat
pemenuhan air bersih meliputi :
a. Air bersih selalu tersedia dalam jumlah yang cukup
b. Jarak sumber air bersih dengan septictank minimal 10 meter
c. Pengujian kualitas air bersih dilakukan 6 bulan sekali
2. Pengolahan sampah
a. Setiap kios, lorong tersedia tempat sampah basah dan kering
b. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, kuat,
tertutup dan mudah dibersihkan
c. Tersedia alat pengangkut sampah yang kuat dan mudah dibersihkan
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan dan mudah dijangkau
3. Saluran pembuangan limbah cair
Saluran pembungan limbah cair ini penting untuk estetika, kebersihan dan
kenyamanan. Saluran ini berfungsi untuk pembungan benda cair yang terutama berasal
dari kios daging, ikan, dan warung. Saluran harus dikontrol agar pedagang tidak
membuang sampah seenaknya di got atau saluran air.
4. Penyediaan toilet
Harus tersedia toilet yang terpisah antara pria dan wanita, yang dilengkapi
dengan symbol yang jelas dan jumlah yang cukup.

VI. HUBUNGAN PASAR DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pasar mempunyai peranan penting yang berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu:
1. Pasar dapat menjadi sumber perkembangan vector penyakit, terutama pada pasar yang
kebersihannya kurang diperhatikan (pembuangan sampah, air kotor, dan lai-lain)
2. Pasar merupakan tempat paling baik untuk penularan penyakit dari orang sakit ke orang
yang sehat
3. Pasar yang tidak memperhatikan letaknya, misalnya di wilayah daerah rawa, daerah
banjir akan mengakibatkan permukaan tanah senantiasa berair dan becek. Hal ini dapat
menimbulkan berbagai gangguan bagi para penjual.
INSPEKSI SANITASI SARANA AIR BERSIH

I. PENDAHULUAN
Masalah air bersih merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupsn manusia,
dimana setiap hari kita membutuhkan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci
dan sebagainya.
Agar air yang digunakan untuk keperluan manusia tidak berdampak negativ bagi
manusia maka perlu dilakukan upaya pengawasan terhadap sarana air bersih yang
digunakan masyarakat. Salah satu upaya untuk mengetahui kualitas sarana penyediaan air
bersih diantaranya dengan melakukan pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas sumber
air.

II. LATAR BELAKANG


Program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan tujuannya adalah
menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang memadai serta memenuhi syarat
kesehatan. Program ini diharapkan dapat memperbaiki status kesehatan masyarakat melalui
penurunan angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan melalui air.
Air merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam aspek kesehatan masyarakat,
dimana air dapat menjadi sumber dan tempat perindukan dan media bibit penyakit, seperti
diare, malaria, dan lain-lain.
Program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan tujuannya adalah
menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang memadai serta memenuhi syarat
kesehatan.

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengamankan
kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia
2. Tujuan Khusus
a. Terpantaunya kualitas air melalui upaya pengawasan
b. Berlakunya kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan
c. Meningkatkan kualitas air melaui upaya perbaikan
d. Meningkatkan pengertian, kesadaran, kemauan melakukan pengawasan kualitas air.

IV. SASARAN
Berdasarkan hasil Surveilans kualitas air yang dilakukan di beberapa desa wilayah
kerja Puskesmas Towea, salah satunya yaitu desa Moasi yang cakupan kualitas airnya telah
mencapai 60%. Angka capaian tersebut masih tergolong rendah, sekitar 40% kualitas air
yang masih tergolong buruk. Kondisi ini perlu terus di picu untuk meningkatkan kualitas air
di masyarakat.
Pelaksanaan Surveilans kualitas air ini dilaksanakan guna meningkatkan sanitasi
masyarakat lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup
bersih dan sehat.
V. KEGIATAN POKOK
1. Pendataan
2. Menentukan lokasi inspeksi sanitasi sarana air bersih
3. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air bersih sesuai jenisnya
4. Mencatat hasil inspeksi dan menentukan factor resikonya.

VI. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Menyusun rencana kegiatan
2. Koordinasi Lintas sektor terkait (kepala desa koordinasi kegiatan yang akan
dilaksanakan)
3. Menentukan tempat dan waktu pelaksaaan kegiatan
4. Menyiapkan form laporan
5. Membuat laporan kegiatan

VII. EVALUASI PELAKSAAAN KEGIATAN DN PELAPORANNYA


Evaluasi terhadap pelaksnaan kegiatan dilakukan setiap kegiatan sesuia dengan jadwal
yang ada dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada kegiatan tersebut.

VIII. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dengan menggunakan register dan format laporan yang telah ditetapkan dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten, evaluasi kegiatan dilakukan sesuai dengan
jadwal rapat tinjuan manajemen Puskesmas.
VERIFIKASI DESA ODF

I. PENDAHULUAN
Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat ini merupakan acuan dalam
penyusunan, pemacanaan, pemantauan serta verifikasi yang terkait dengan sanitasi total
berbasis masyarakat untuk mencapai desa ODF.
Sanitasi total berbasis masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan.

II. LATAR BELAKANG


STBM dilakukan dengan pendekatan berbasis pada masyarakat melalui keterlibatan
seluruh masyarakat (perempuan dan laki-laki) dan pendekatan yang tanggap terhadap
keutuhan masyarakat. Pendekatan tersebut dilakukan melaui proses pemberdayaan
masyarakat untuk menumbuhkan prakarsa, inisiatif, dan partisipasi aktif masyarakat dalam
memutuskan, merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara
sarana yang telah di bangun secara berkesinambungan serta kegiatan peningkatan perilaku
hygienis di masyarakat dengan tujuan untuk mencapai desa ODF.

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memantau masyarakat sasaran secara bertahap telah menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat untuk mencapai desa ODF.
2. Tujuan Khusus
Untuk melihat apakah masyarakat telah melakukan perbaikan perilaku sesuai harapan
yang telah diharapkan, yaitu:
a. Peningkatan akses jamban sehat dan efektifitas penggunaan sarana
b. Penilaian perubahan perilaku untuk stop BABS

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Kegiatan Pokok
a. Memonitoring kegiatan CLTS
b. Memantau perkembangan perilaku masyarakat untuk stop BABS
c. Memantau perkembangan jumlah penduduk yang akses terhadap fasilitas sanitasi
d. Memantau pemanfaatan sarana jamban
2. Rincian Kegiatan
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data

V. METODE/ CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Pencatatan kegiatan dengan cara mendokumentasikan seluruh proses kegiatan dari awal
sampai akhir dalam bentuk daftar, bukti kunjungan, notulen, rencana tindak lanjut.
VI. SASARAN
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pasca pemicuan STBM yang dilakukan
di beberapa desa wilayah kerja Puskesmas Towea, salah satunya yaitu desa Moasi yang
cakupan jambannya telah mencapai 60%. Angka capaian tersebut masih tergolong rendah,
sekitar 40% masyarakat yang masih BAB (Buang Air Besar) di sembarang tempat. Kondisi
ini perlu terus di picu untuk meningkatkan nakes jamban.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan 5 pilar akan
mempermudah upaya peningkatan nakes sanitasi masyarakat lebih baik serta mengubah dan
mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat

VII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


1. Evaluasi pelaksanaan kegiatan rencana tindak lanjut di lakukan pada bulan berikutnya
setelah pengolahan data
2. Laporan hasil kegiatan, foto kegiatan, pencatatan, dokumentasi kegiatan dilaporkan
kepada Puskesmas setelah kegiatan dilaksanakan.

VIII. PENCATATAN DAN PELAPORAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan dengan cara mendokumentasikan seluruh proses
kegiatan dari awal hingga akhir dalam bentuk daftar bukti kunjungan, notulen, dan rencana
tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai