01 02
Tahun 2018
Volume 1
02
Rangkuman
Jurnal
Tujuan
Untuk menentukan Subjek
kesesuaian hasil
pemeriksaan kehamilan penelitian
metode strip test Metode
dengan metode Seluruh pasien yang penelitian
aglutinasi didiagnosis hamil oleh
klinisi di Puskesmas
Sungai Dareh Metode strip test dan
Metode Aglutinasi
Metode strip test
Step 1 Step 2
Step 3
Step 1 Step 2
Step 3
Untuk nilai kesesuaian dihitung dengan Kappa cohen yaitu 0,917 yang berarti
pemeriksaan kehamilan dengan metoda aglutinasi dibandingkan strip tes
memiliki tingkat kesesuaian baik sekali.
1. Hasil pemeriksaan positif hamil pada metode strip tes 65,4% dan
metode aglutinasi 61,5%.
2. Metode aglutinasi dibandingkan metode strip memiliki tingkat
sensitifitas 94,1% dan 100%.
3. Pemeriksaan kehamilan dengan metode aglutinasi dibandingkan
strip test memiliki tingkat kesesuaian baik sekali.
Tanya Jawab
Judul PREGNANCY TEST USING THE MALE TOAD CARLOS GALLI MAININI
Tahun 1947
Volume 7(9)
halaman 653-658
Rangkuman Jurnal
A. Tujuan Penelitian
Mengetahui langkah-langkah pemeriksaan kehamilan dengan
01 menggunakan uji Galli Mainini
01 Kontrol Eksperimen
Substansi/Zat Lainnya
02
03 Suhu lingkungan
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian
Untuk variabel kontrol dilakukan uji urin dari 77 subjek yang berbeda yang telah disuntikkan
beberapa substansi zat. Dari 77 urin tersebut mendapatkan hasil yang sama yakni negatif.
Adapun zat lain juga digunakan sebagai kontrol. Zat lain tersebut disuntikkan pada katak dengan
dosis tertentu dan memperoleh hasil sebagai berikut:
Dosis yang digunakan adalah 1 kali injeksi pada setiap kasus. Dengan waktu
pengamatan dalam 3 jam pertama dan 24 jam setelah dilakukan injeksi.
Hasil Penelitian
Suhu Lingkungan
Pengaruh faktor suhu lingkungan diuji dengan melakukan injeksi 500U Gonadotropin Korionik pada setiap
katak. Hal ini dilakukan pada 12 sampel katak yang didiamkan selama 22 jam pada suhu yang berbeda.
Suhu rektal katak diukur ketika mencapai waktu 22 jam akhir setelah di injeksi gonadotropin korionik.
1. Katak yang memiliki suhu rata-rata 26C hanya 3 sampel katak menunjukkan hasil positif dalam
waktu 30 menit, sedangkan dalam waktu 1 jam semua sampel katak menunjukkan hasil positif.
2. Katak yang memiliki suhu rata-rata 16C hanya 1 sampel katak yang menunjukkan hasil positif dalam
waktu 30 menit, sedangkan dalam waktu 1 jam semua sampel katak juga menunjukkan hasil positif.
3. Katak yang memiliki suhu rata-rata 9C tidak ada satupun sampel katak yang menunjukkan hasil
positif dalam waktu 30 menit, sedangkan dalam waktu 1 jam semua sampel katak juga menunjukkan
hasil positif (lebih tepatnya dalam waktu 1 jam 45 menit ) setelah diinjeksi.
Discussion
Tes kehamilan ini memiliki keuntungan yaitu
2. Kesederhanaan: 4. Spesifisitas:
(a) Tidak perlu persiapan khusus Berdasarkan hasil yang
(b) Injeksinya tanpa kesulitan. diperoleh dengan kontrol urin,
(c) Pengumpulan urin katak reaksi ini khusus untuk urin ibu
sederhana dan tidak diperlukan hamil.
intervensi bedah.
Discussion
Tes kehamilan ini memiliki keuntungan yaitu
5. Ekonomis:
Biaya katak yang rendah dan
tidak diperlukan perawatan
khusus.
Selain itu, katak yang sama
dapat digunakan kembali setelah
interval satu minggu antara
reaksi.
kesimpulan
1 2 3
Positif atau negatifnya test Spermatozoa dapat Tes kehamilan Galli Mainini
ditentukan oleh ada atau ditemukan pada 18 sampel memiliki beberapa
tidaknya spermatozoa katak setelah dilakukan keuntungan dari yaitu dari
dalam urin katak yang injeksi dengan waktu kecepatan reaksi,
sebelumnya disuntik maksimal ditemukannya kesederhanaan, titik akhir
dengan urin wanita yang spermatozoa dalam waktu yang jelas, spesifisitas dan
diduga hamil. 50 jam. ekonomis.
Terima
Kasih
NOTULENSI DISKUSI
No Penanya Pertanyaan Jawaban
1 Nafi Satur Terdapat pengaruh suhu pada uji Suhu yang efektif untuk dilakukan uji galli mainini, yaitu 26° C,
Rohmah_K4320058 kehamilan galli mainini, suhu berapakah dapat terlihat dari hasil penelitian pada 30 menit setelah
yang efektif dilakukan? dilakukan penetesan sudah terlihat hasilnya, sedangkan untuk
suhu 16 dan 9 belum bisa terlihat hasilnya.
2 Dinda Salma Mengapa pada sebelumnya itu disuntik Berdasarkan hasil yang ditunjukkan dalam laporan ini, urin
Fathurrizqi_K4320022 dengan urin wanita yang diduga hamil? wanita hamil juga memiliki sifat untuk menginduksi pelepasan
dan migrasi spermatozoa, yang beberapa saat setelah
penyuntikan, dapat ditemukan dalam urin yang terkandung
dalam kandung kemih.
3 Siva Aisyah Pada bagian metode penelitian iya menggunakan wanita hamil. Bukan katak betina.
Azzuri_K4320077 disebutkan bahwa urin yang disuntikkan Pengujian kehamilan Galli Mainini ini menggunakan katak
berasal dari wanita hamil. Dalam jantan yang disuntikkan dengan 3-5 ml urin ibu
konteks ini, wanita hamil adalah katak hamil ke dalam kantong getah bening katak jantan di bawah
betina atau bagaimana ya? kulit di daerah ventral paha.
b. Subjek Penelitian
e. Kesimpulan
c. Metode Penelitian
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kinerja
diagnostik uji aglutinasi lateks langsung (DLA), uji
aglutinasi lateks pasca pengayaan (LA), dan kultur
langsung pada media kromogenik dalam identifikasi
cepat pembawa GBS (Streptococcus grup B) pada wanita
hamil dibandingkan dengan pasca pengayaan
konvensional yang direkomendasikan oleh CDC (Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) dan selanjutnya
untuk memperkirakan prevalensi pembawa GBS
(Streptococcus grup B) dan kerentanan antimikrobanya.
Subjek Penelitian
Deteksi antigen streptokokus grup B dengan aglutinasi lateks setelah pengayaan 5 jam
adalah metode yang andal, mudah, dan relatif cepat untuk skrining pembawa GBS di
wanita hamil tidak dalam proses persalinan. Aglutinasi lateks setelah pengayaan 18-24
jam dapat digunakan sebagai alternatif metode subkultur standar untuk menyaring
pembawa GBS.
Thanks!
Please keep this slide for attribution
02 Jawab :
Berdasarkan pemeriksaan menunjukkan hasil yang positif
lebih besar apabila menggunakan urine pagi hari. karena
banyak konsentrat lebih banyak mengandung HCG per
satuan volume. (Niken Renawati - K4320060)
Diskusi
Pada hari keberapa kehamilan dapat dideteksi menggunakan HCG secara
immunokromatografi? (Pradita Anggun C - K4320061)
Jawab :
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang dihasil kan oleh jaringan
plasenta yang masih dan dikeluarkan lewat urin. Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat
proliferasi yang ab normal dari jaringan epitel korion seperti molahidatidosa atau suatu chorio
03 carsinoma. Kehamilan akan ditandai dengan meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I,
HCG disekresikan 7 hari setelah ovulasi. Pemeriksaan HCG dengan metode immunokromatografi
merupakan cara yang paling efektif untuk mendeteksi kehamilan dini. (Nilna Amanatul M -
K4320061)
Tambahan: HCG dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan
ekskresinya sebanding dengan meningkatnya usia kehamilan diantara 30-60 hari. Produksi
puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan
menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari. (Dewi Oktaviyani -
K4320020)
Diskusi
Apa pengaruh jika stik tidak dibaca dalam 3 menit?
(Lintang Prima Cahyani - K4320046)
Jawab :
Subjek Penelitian
Urin pertama yang dikeluarkan oleh kelinci putih New Zealand setelah tidur malam
Metode Penelitian
● Uji Lateks
- Waktu uji yang diperlukan 3-4 jam
- Menggunakan supernatan dari hasil sentrifugasi urin spesimen
● Uji Friedman
- Waktu uji yang diperlukan 48 jam
- Menggunakan kelinci betina putih dari New Zealand, dengan tahapan:
1. Hari pertama, seekor kelinci diinjeksikan 5 ml urin ke dalam vena
marginal, dengan ketentuan pH urin 4,5-5.
2. Hari kedua, kelinci yang sama diinjeksikan 10 ml urin yang sama,
dengan ketentuan suhu urin 40 derajat celcius.
3. Hari ketiga, kelinci dibius dengan eter dan dilakukan pemeriksaan pada
ovariumnya.
Hasil Penelitian
Dari tabel ini menunjukkan bahwa tes
lateks memberikan hasil positif yang
lebih sedikit daripada tes Friedman dan
dua setengah kali lebih banyak hasil
yang meragukan.
Dari tabel ini sensitivitas dan spesifisitas dari setiap tes telah dihitung. Sensitivitas
didefinisikan sebagai kemampuan tes untuk memberikan hasil positif pada pasien yang
sedang hamil, dan spesifisitas sebagai kemampuan tes untuk mengklasifikasikan hasil
negatif bagi yang tidak hamil.
Uji Lateks belum dapat menggantikan Uji Friedman untuk diagnosa awal kehamilan
TERIMA KASIH
METAMORFOSIS
KUPU-KUPU
-FASE LARVA-
KELOMPOK 2
Anggota Kelompok:
1. Andinawati Dwita Karina (K4320007)
2. Deva Fitriana C (K4320019)
3. Fahdilah Cahya Ningrum (K4320028)
4. Ikhsan Adi Ariyono (K4320039)
5. Resna Mariati Tolaik (N0122059)
6. Tasya Umi Pertiwi (K4320080)
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbandingan Perkembangan Larva Graphium doson
(lepidoptera:Papillionidae) pada jenis tanaman pakan larva
penulis : Aska Intan Maharidi, Herawati Soekardi, Emantis Rosa
Nama Jurnal : Jurnal Biologi Esperimen dan Keanekaragaman
Hayati
Tahun : 2017
Volume : 4
Halaman : 1-7
RANGKUMAN
JURNAL
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui perbandingan perkembangan larva G. doson pada empat
jenis tanaman pakan larva yang berbeda yaitu tcempaka (Michelia
campaca), glodokan (Polyalthia longifolia), alpukat (Persea americana)
dan sirsak (Annona muricata).
SUBJEK PENELITIAN
Larva Graphium doson
subjek perlakuan:
Cempaka (Michelia campaca)
Glodokan (Polyalthia longifolia)
Alpukat (Persea americana)
Sirsak (Annona muricata)
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Alat dan Bahan
TAHAPAN PENELITIAN
KUPU-KUPU
Emilia Dian Lintang Prima Mughofir Pradita Anggun Qorisha Lutfia Safila Safinatunaja
(K4320024) (K4320046) (K4320055) (K4320064) (K4320065) (K4320071)
POKOK BAHASAN
Identitas Rangkuman
Kesimpulan
Jurnal jurnal
IDENTITAS JURNAL
Pupasi dan Karakteristik Morfologi Pupa Kupu-Kupu Doleschallia bisaltide dan
Judul
Polyura hebe (Lepidoptera : nymphalidae)
Tahun 2017
Halaman 9 – 15
Rangkuman Jurnal
New York 4.496KM Tujuan Penelitian
Sydney 12.073KM
Manila 11.759KM
Untuk mengetahui pupasi dan karakteristik
Paris 9.
088KM morfologi pupa kupu-kupu Doleschallia
bisaltide dan Polyura hebe
Subjek Penelitian
10 ekor larva instar terakhir Doleschallia
bisaltide dan Polyura hebe
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Observasi
pada Januari - Maret 2016 di Taman Kupu-Kupu Gita Persada
yang terletak di Jalan Wan Abdurrachman, Desa Tanjung
Gedong, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Kemiling.
Pengamatan secara langsung dilakukan berdasarkan tahapan Metodologi
dan lamanya waktu pupasi dalam mencari tempat, membuat
benang, menggantung, hingga menjadi pupa. Pengamatan Penelitian
morfologi pupa, meliputi berat dan ukuran tubuh pupa,
perubahan warna selama fase pupa, dan lama fase pupa. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan uji t
(Independent Samples Test).
:
Hasil Penelitian
A Pupasi Doleschallia bisaltide dan Polyura hebe
Pupa P. hebe memiliki bentuk oval, dengan garis putih yang mengililingi tubuh, 3 pasang titik
berwarna coklat dekat kremaster, kremaster berwarna hijau, terdapat dua tonjolan hijau pada ventral
anterior, pada sisi lateral terdapat tonjolan yang memanjang berwarna hijau.
d. Berat dan Ukuran Tubuh Pupa Doleschallia bisaltide dan Polyura hebe
Kesimpulan
D. bisaltide memiliki ukuran lebih panjang 1,6x dari P. hebe
e. Pengamatan berat pupa dan jenis kelamin
Pupa D. bisaltide
hari ke-1 = putih kecoklatan
hari ke-10 = coklat kehitaman
transparan
tahap:
Pupa yang baru terbentuk bertekstur lunak
dan berwarna coklat, kemudian berubah
menjadi coklat muda dan mengeras
dengan bintik-bintik berwarna coklat tua.
Pada hari terakhir sebelum menetas
menjadi kupu-kupu, pupa akan berwarna
kehitaman, transparan, dan sayap akan
terlihat jelas berwarna orange kecoklatan.
f. Pengamatan perubahan warna pupa
Pupa D. hebe
hari ke-1 = hijau muda dengan garis putih
dan di lumuri cairan
hari ke-12 = hijau kecoklatan dan transparan
Pada hari terakhir sebelum berubah menjadi
kupu-kupu, pupa akan berwarna coklat
kemerahan. Pada hari terakhir fase pupa,
sayap terlihat jelas berwarna hijau.
Kesimpulan
Karakteristik pupa Doleschallia bisaltide berbeda
dengan karakteristik pupa Polyura hebe.
Pupasi Doleschallia bisaltide dan Polyura hebe
memiliki karakteristik bentuk awal yang sama ,
namun kedua spesies itu mempunyai waktu
pupasi yang berbeda.
Jenis kelamin kupu-kupu dapat diprediksi pada
fase pupa berdasarkan beratnya.
QnA
Nathania Almira Chiesa (K4320059)
Apakah ada cara lain untuk mengamati jenis kelamin pupa apabila pola jahitan
abdomen dan katup abdomen tidak terlihat?
Jawaban:
Ada cara lain yang dapat digunakan untuk mengamati jenis kelamin pupa jika pola
jahitan abdomen dan katup abdomen tidak terlihat, yaitu bisa dengan melihat
ukuran pupa. Pupa betina umumnya berukuran lebih besar dan lebih berat
dibandingkan pupa jantan
QnA
Afradila Rohma (K4320001)
Apakah terdapat faktor yang menyebabkan lamanya fase pupasi D. bisaltide lebih
cepat dari pada P.hebe?
Jawaban:
Ada beberapa faktor, yang pertama yaitu selama prosesnya terdapat perbedaan
waktu fase pupasi pada saat larva menggantung hingga menjadi pupa lama -->
pada D. bisaltide membutuhkan 7,59 jam lebih cepat dibandingkan P. hebe. Faktor
kedua yaitu pengaruh lingkungan dan kebutuhan pakan yang sudah tercukupi
QnA
Alya Febriyanti Nurhasanah (K4320005)
Mengapa pada jurnal ini menggunakan subjek penelitian berupa larva instar
terakhir? apakah terdapat alasan khusus yang mendasari?
Jawaban:
Alasan menggunakan larva instar terakhir berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu
mengetahui pupasi dan karakteristik pupa. Dalam hal ini, larva instar terkahir akan
segera melanjutkan fase pupasi, yaitu ketika larva instar terakhir pindah ke tempat
yang lebih aman dan cocok untuk menjadi pupa
QnA
Hasna Azkia (K4320037)
Apakah perbedaan morfologi pupa D.bisaltide dan P.hebe memengaruhi
perbedaan lama fase pupa?
Jawaban:
Perbedaan morfologi terjadi karena adanya perbedaan lingkungan, sedangkan
perbedaan lingkungan mempengaruhi lamanya pupasi. Sehingga lebih tepatnya
fase lama pupasi yang mempengaruhi perbedaan morfologi.
QnA
Niken Renawati (K4320060)
Pada fase pupa D. bisaltide terdapat bintik-bintik hitam. Berasal dari apakah bintik
tersebut dan apakah semua pupa memiliki bintik tersebut?
Jawaban:
Untuk bintik hitam pada pupa tersebut, kami belum memiliki referensi yang aktual,
tetapi itu dapat dilihat dari kupu-kupunya. Pigmen warna yang dimiliki oleh D.
bisaltide itu hitam coklat ada putih-putihnya, jadi pupa biasanya juga mengikuti
warna/corak morfologi dari kupu-kupu atau dari corak larva kupu-kupu tersebut
Terima kasih!
Review Jurnal
Daur Kupu-Kupu
Oleh Kelompok 8
Anggota:
1. Amelia Uswatun Khasanah (K4320006)
2. Arinda Brilian Tyaswari (K4320009)
3. Elisa Hidayatul Khasanah (K4320023)
4. Illiyyin Putuhana (K4320040)
5. Septiana Rizka Safitri (K4320074)
6. Yuslana Devinta (K4320085)
01
IDENTITAS
JURNAL
IDENTITAS JURNAL
Islam, M. S., et al. (2017). Biology and
morphometrics of the common mormon
butterfly, Papilio polytes Linnaeus
(Lepidoptera: Papilionidae) rearing in
laboratory condition. University Journal of
Zoology Rajshahi University, 36, 49-56.
ISSN: 1023-6104
—Sitasi Jurnal
IDENTITAS JURNAL
Biology and morphometrics of the common mormon
JUDUL butterfly, Papilio polytes Linnaeus (Lepidoptera:
Papilionidae) rearing in laboratory condition.
Md. Shahinur Islam, A. T. M. F. Islam , M. M. Rahman
PENULIS
dan Akira Yamanaka
TAHUN 2017
1 2 3 4 5
Pemeliharaan Oviposisi Analisis
Diberi makan Pemisahan Studi morfometrik statistik
dengan larutan Menempatkan Analisis statistik
Larva yang baru Mengambil 10 ulangan
gula 10% setiap cabang muda dilakukan
menetas setiap tahapan,yaitu.
hari untuk tanaman dengan
dipisahkan dan telur, instar 1, instar 2,
memastikan inang(Jeruk sp.) menggunakan
ditempatkan dalam instar 3, instar 4, dan
keberhasilan di dalam kandang Student'st-
10 wadah plastik larva instar 5 serta
reproduksi distribusi di
dan tiap wadah pra-pupa, pupa dan
berisi 10 larva dewasa untuk bawah hipotesis
dengan daun jeruk pengukuran linier. nol
Hasil Penelitian
1 2
P. polytes betina
meletakkan telur di Telur berbentuk
batang muda bagiian hampir bulat dengan
sisi ventral, dan bafian diameter 1,2 mm.
pungg daun muda. Bertekstur kasar
3
Pada hari pertama diletakkan, telur 4
berwarna kuning kehijauan. Hari
kedua, telur berwarna kuning pucat Masa inkubasi telur
hingga krem dengan noda hitam.. rata-rata 3-5 hari
Dan pada hari ketiga berwarna
hitam kecoklatan
KESIMPULAN
Penelitian ini penting untuk mengembangkan strategi dalam
konservasi kupu-kupu di Bangladesh
Tanya Jawab
1. Naomi Stefani Pohan_N0122118_izin bertanya kepada kelompok 8.
Apakah P. polytes betina selalu meletakkan telurnya dibatang muda bagian sisi ventral dan
bagian punggung daun muda? Jika ya, mengapa? Apakah ada kaitannya dengan
keberhasilan reproduksi?
Jawaban
Ini mungkin jawabannya karna tempat itu nantinya bisa buat makan larva kayak nanti
telurnya menetas jadi larva nah larvanya bisa makan daun
Ini dapat bervariasi tergantung pada spesies dan kondisi lainnya. Beberapa kupu-kupu
bertelur di atas daun dan yang lain bertelur di bawah. Dalam pengalaman saya, Black
Swallowtails dan Gulf Fritillaries cenderung bertelur secara tunggal di atas daun.
Monarch sering meletakkannya secara tunggal di bagian bawah.
Tanya Jawab
2. Arlisa Sevaratya Qur'rotaa'yun_K4320010_Kelompok 1 izin bertanya pada kelompok 8,
faktor apakah yg mempengaruhi hasil penelitian telur mengalami perbedaan warna dari hari ke
hari
Jawaban :
Faktor yg mempengaruhi bisa dikarenakan umur dari telur tersebut, pada hari pertama telur yg
baru diletakkan akan berwarna kuning kehijauan tetapi setelah hari berikutnya, telur akan
berubah menjadi warna kuning pucat hingga krem, dan pada hari ketiga warna telur menjadi
hitam kecoklatan.
Jawaban
Seluruh percobaan dipertahankan pada suhu rata-rata 29,57°C (±1,59) dengan kelembaban
relatif rata-rata 72,5% (±4,95). Suhu dan kelembaban dipertahankan dalam kisaran rata rata
tersebut dilakukan agar hasil penelitian konstan dan akurat
Tanya Jawab
4. Riannisa Shafira_K4320069_ijin bertanya kpd kel 8_bagaimana cara pemberian makan gula
10% kepada kupu kupu?
Jawaban
Kupu-kupu yang digunakan sebagai sampel pasti sudah diamankan di tempat yang semestinya,
lalu membuat larutan gula 10%. Membuat sesuatu yang menarik atensi kupu-kupu seperti
replika bunga-bungaan lalu larutan gula diletakkan disitu atau bisa menggunakan wadah kecil
yang bisa dijangkau oleh kupu-kupu
Teknik Pemeliharaan dalam
Kegiatan Penangkaran (Budidaya)
Kupu-Kupu
Nama Anggota :
1. Dinda Salma Fathurrizqi (K4320022/A)
2. Fitria Iga Mawarni (K4320033/C)
3. Hamida Rahmawati (K4320036/A)
4. Maulana Panca Wijaya (K4320050/B)
5. Sukarti Sakti Utari (K4320078/B)
6. Tina Safitri (K4320081/B)
Contents of this template
01 Identitas Jurnal
02 Tujuan Penelitian
03 Subjek Penelitian
04 Metode Penelitian
05 Hasil Penelitian
06 Kesimpulan
01 Identitas Jurnal
Penulis Maiser Syaputra, Ni Luh Putu Yesy Anggreni, Pande Komang Suparyana
Tahun 2021
Volume Volume X
Halaman 189-197
02 Tujuan penelitian
You can enter a subtitle here if you need it
Observasi Lapangan
Menggunakan metode Rapid assessment. Sasaran pokok dari metode ini
adalah pengumpulan dan pencatatan secara cepat dan akurat data melalui
pengamatan yang relevan. Data hasil pengamatan disajikan secara
deskriptif – kuantitatif.
05 Hasil penelitian
Dalam kegiatan penangkaran kupu-kupu diperlukan teknik penanganan
yang berbeda dalam setiap fase hidupnya. Kupu-kupu merupakan jenis
serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, dimana fase
hidupnya terdiri dari Fase telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan
imago (dewasa). Adapun tahap dalam pemeliharaan kupu-kupu di
penangkaran adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan Jenis
Selain alasan teknis, hal lain yang penting diperhatikan dalam pemilihan jenis
satwa yang akan ditangkarkan berdasarkan Departemen Kehutanan (2003)
adalah:
(1) Memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga dapat menutup biaya teknis
operasional penangkaran dan memberikan keuntungan bagi penangkar dan
(2) Populasi di alam yang cenderung menurun.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka jenis
kupu-kupu yang dapat dipertimbangkan untuk
dikembangkan di penangkaran kupu-kupu adalah
T. helena, P. aristolochiae, P. demolion, P. helenus,
P. memnon, P. peranthus dan P. polythes.
02 Tujuan Penelitian
03 Subjek Penelitian
04 Metode Penelitian
05 Hasil Penelitian
06 Kesimpulan
01 Identitas Jurnal
Penulis Maiser Syaputra, Ni Luh Putu Yesy Anggreni, Pande Komang Suparyana
Tahun 2021
Volume Volume X
Halaman 189-197
02 Tujuan penelitian
You can enter a subtitle here if you need it
Observasi Lapangan
Menggunakan metode Rapid assessment. Sasaran pokok dari metode ini
adalah pengumpulan dan pencatatan secara cepat dan akurat data melalui
pengamatan yang relevan. Data hasil pengamatan disajikan secara
deskriptif – kuantitatif.
05 Hasil penelitian
Dalam kegiatan penangkaran kupu-kupu diperlukan teknik penanganan
yang berbeda dalam setiap fase hidupnya. Kupu-kupu merupakan jenis
serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, dimana fase
hidupnya terdiri dari Fase telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan
imago (dewasa). Adapun tahap dalam pemeliharaan kupu-kupu di
penangkaran adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan Jenis
Selain alasan teknis, hal lain yang penting diperhatikan dalam pemilihan jenis
satwa yang akan ditangkarkan berdasarkan Departemen Kehutanan (2003)
adalah:
(1) Memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga dapat menutup biaya teknis
operasional penangkaran dan memberikan keuntungan bagi penangkar dan
(2) Populasi di alam yang cenderung menurun.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka jenis
kupu-kupu yang dapat dipertimbangkan untuk
dikembangkan di penangkaran kupu-kupu adalah
T. helena, P. aristolochiae, P. demolion, P. helenus,
P. memnon, P. peranthus dan P. polythes.