Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOLOGI
Pemeriksaan Kehamilan

Nama : Herlin Windasari


Nim : 1801055
Grup : B (S1-4B)
Kelompok : 7 (Tujuh)
Tanggal Praktikum : Kamis, 7 Mei 2020

Dosen Pengampu :

Rahmayati Rusnedy, S.Farm, M.Si., Apt

Asisten :

1. Dhea Ananda
2. Yulinda Anggraini

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2020
Objek VII

Pemeriksaan Kehamilan

1. Tujuan
Menetukan adanya beta HCG pada urin wanita hamil yang diperiksa secara biologis
(menggunakan makhluk hidup)

2. Tinjauan Pustaka
Implantasi adalah peristiwa berkontaknya suatu benda asing pada lapisan
endometrium uterus. Secara normal setiap benda asing yang masuk ke dalam tubuh akan
mendapat perlawanan dari system homeostasis tubuh. Tetapi dalam peristiwa implantasi
tidak terjadi penolakan atas blastocyst atau implan tersebut. Ini berarti bahwa untuk
memungkinkan terjadinya implantasi, tubuh harus menyiapkan diri untuk menerima
blastocyst tadi. Salah satu yang telah diketahui adalah dihasilkannya satu atau sejumlah
hormon yang bekerja pada uterus menyebabkan uterus ada berada dalam status siap
menerima blastocyst.
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh hampir semua wanita. Jika
sel telur bertemu dengan sperma maka akan terjadi pembuahan sehingga dapat
menyebabkan kehamilan. Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh,
terutama oleh pengaruh hormon-hormon somatotropin, estrogen dan progesteron. HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh
jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin. Hormon ini juga
dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan epitel korion seperti
molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan ditandai dengan
meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I, hormone ini bisa ditemukan di
darah dan urin pada sekitar 10 hingga 14 hari setelah pembuahan (konsepsi terjadi).
Pemeriksaan HCG dengan metode immunokromatograp merupakan cara yang paling
efektif untuk mendeteksi kehamilan dini.
Ada beberapa metode tes kehamilan sesuai dengan teknologi pada zaman masing-
masing:
1) Test Ascheim-Zondek: dengan menyuntikkan urin pagi seorang perempuan kepada 4
tikus putih dewasa, jika perempuan yang diambil urinnya itu hamil, maka indung
telor pada tikus itu akan membengkak, jenuh darah dan mudah mengalami
pendarahan.
2) Test Friedman: menyuntikkan urin pagi kepada kelinci yang tidak hamil dan telah
dikarantina selama tiga minggu, setelah itu kelinci dibedah dan diperiksa folikel yang
berdarah, jika pecah, maka kehamilan perempuan positif.
3) Test imunologik: mencampur urine dengan serum anti human chorionic gonadotropin
dan antigen terdiri satu pertikel yang dilapisi human chorionic gonadotropin masing-
masing satu tetes, digoyang-goyang dan ditunggu hingga setengah menit, Kemudian
dua tetes antigen ditambahkan pada campuran pertama, digoyang-goyang lagi. Jika
tidak terjadi gumpalan maka hasilnya positif dan sebaliknya.
4) Test kodok jantan: Pastikan kodok jantan tidak mengandung spermatozoa, maka 5 ml
urine wanita disuntikkan ke dalam kantong limfa kodok tersebut melalui dorsal, jika
setelah satu jam diperiksa dan timbul cairan kloaka kodok jantan, maka hasilnya
positif.
Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu secara biologik dan dengan imunologik. Percobaan biologik dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu cara ascheim, zondek, Friedman, dan Galli manini; masing-masing
cara biologik ini menggunakan hewan uji. Sedangkan pemeriksaan secara imunologik
dapat dilakukan dengan cara Direct Latex Agglutination (DLA) atau secara tidak
langsung dengan cara Latex Agglutination Inhibition (LAI) serta cara Hemaglutination
Inhibition (HAI). Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya
adalah dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode strip. Keduanya
berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibodi (immunoassay). Metode
aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-HCG di urin minimal 200 mIU/ml sedangkan
metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim
dilakukan karena selain lebih sensitif juga lebih praktis,
Mengingat pentingnya anti HCG untuk tes kehamilan secara imunologis, HCG
dapat diperoleh dari ekstraksi urin wanita hamil karena hormon yang diproduksi oleh
plasenta ini dieksresikan dalam jumlah besar melalui urin. HCG mempunyai sifat seperti
LH pada wanita dengan produksi gonadotropin yang rendah atau non siklis. Hormon ini
juga digunakan pada wanita dengan ovulasi pada fase luteal sehingga terjadi infertilitas
atau abortus habitualis. Kadar HCG dalam darah ibu sedemikian tinggi sehingga sebagian
disekresikan di dalam urine dan dapat dideteksi dalam uji kehamilan. Puncak produksi
hormon tersebut dicapai dalam bulan kedua kehamilan. Jika telur telah dibuahi dan
tertanam di dalam endometrium, sel-sel tropoblas dalam plasenta yang sedang
berkembang mensekresi gonadotropin chorion.
Pada metode dengan hewan uji, pada hewan betina FSH dan LH akan
mempengaruhi indung telur (ovarium). FSH, LH, dan estrogen bersama-sama akan
terlibat dalam siklus ovulasi dan sekaligus mempersiapkan uterus berkembang pada
mamalia. Sedangkan pada jantan, FSH dan LH akan mempengaruhi testis untuk mulai
memproduksi hormon testosteron dan sperma. Sekresi FSH diatur juga oleh suatu faktor
yang dihasilkan oleh hipotalamus yang disebut faktor pelepas gonadotropin atau GnRF .
Hormon LH dapat mendorong pertumbuhan folikel menjadi folikel praovulasi dan
diikuti terjadinya ovulasi. Peningkatan progesteron pada lapisan theka menyebabkan
lapisan granulosa menjadi lebih responsif terhadap LH pada saat folikel mendekati
ovulasi. Folikel ovari dan kadar estrogen di atas ambang akan memberi respon terhadapa
hipotalamus untuk menekan pelepasan FSH dan selanjutnya memfasilitasi pelepasan LH
untuk menandai proses ovulasi.
Human Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah suatau glikoprotein yang
mengandung galaktosa dan heksosamin. Kadar HCG meningkat dalam darah dan urin
segera setelah implantasi ovum yang sudah dibuahi. Dengan demikian ditemukannya
HCG merupakan dasar bagi banyak tes kehamilan. HCG juga merupakan hormon
glikoprotein yang mempertahankan system reproduksi geanita dalam keadaan cocok
untuk kehamilan. Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai
antigen dan anti HCG sebagai antibody bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali
antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibody
yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena
berasal dari sel B yang berbedabeda. Sedangkan antibodi monoclonal lebih spesifik
mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B yang dibiakan.
Pada strip yang berfungsi sebagai kontrol akan tetap berwarna merah pada kondisi
positif atau negatif, sehingga kontrol menjadi tanda acuan ketepatan hasil tes. Hal ini
menunjukkan bila kedua garis di strip tersebut menunjukkan perubahan warna pada
kontrol dan tes, maka sampel yang ujikan tersebut mengandung HCG dan wanita positif
hamil. Sedangkan apabila hanya kontrolnya saja yang berubah warna, maka urin sampel
tidak mengandung HCG dan wanita tersebut tidak hamil. Jika pada tes didapatkan kedua
garis kontrol dan tes sama-sama tidak mengalami perubahan warna, maka dapat
dipastikan bahwa alat tersebut sudah rusak.
Sedangkan pada pemeriksaan urin dengan menggunakan metode latex
menunjukkan gambaran yang positif yaitu adanya gumpalan atau aglutinasi pada
lingkaran setelah diberikan reagen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
HCG : Urin yang digunakan harus urin pertama pagi hari, umur kehamilan tidak lebih
dari 7 bulan, adanya proteinuria dapat menyebabkan perubahan ketepatan hasil, penyakit
imunologi, penyimpanan reagen dan penghomogenan reagen yang mempengaruhi
keakuratan hasil.

3. Alat dan Bahan


 Alat
- Spuit (jarum suntik)
- Pipet
- Test-pack
 Bahan
- Urin wanita hamil (kurang dari 3 bulan)
- Katak Bufo Vulgaris
- Urin pagi

4. Cara Kerja
a. Metode Galli Manini
1) Ambil seekor katak/kodok, pegang erat-erat tapi jangan terlalu kencang.
2) Cubit daerah punggung belakang atau perut bagian bawah sampai kulitnya tertarik
ke atas.
3) Suntikkan urin ibu hamil sebanyak 3 cc dengan jarum suntik.
4) Lepaskan katak tersebut, biarkan di air. Ikatlah salah satu kaki katak dengan tali
raffia. Diamkan selama 30 menit.
5) Setelah 30 menit, ambil kataknya, rangsang bagian kloaka menggunakan pipet
dengan cara diputar-putar secara perlahan sampai urinnya keluar kemudian
dipipet.
6) TEteskan urin tersebut di objek glass dan tutup dengan cover glass.
7) Amati sperma katak tadi dengan mikrokop (perbesaran (10x) apabila tidak
terdapat sperma katak yg bentuknya seperti cabe merah, ambil kembali urin katak
30 menit kemudian.
8) Bila dalam urin katak terlihat adanya sperma, maka urin pasien positif
mengandung HCG dan dapat dikatakan hamil.

b. Metode Test-Pack
1) Urin pagi ibu diletakkan dalam wadah yang bersih.
2) Celupkan strip ke dalam urin sesuai dengan tanda panah batas garis maksimum
selama 30-60 detik.
3) Angkat strip tunggu 1-3 menit baca hasilnya.
4) Jika muncul dua garis hasilnya positif, artinya positif hamil.
5) Jika muncul 1 garis hasilnya negative, artinya tidak hamil.

5. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil Pengamatan

Urin Kelompok Metode Galli Manin Metode Test Pack


1 1 - +
2 2 + +
3 3 - +
4 4 + +
5 5 - +
6 6 - +
7 7 + +
8 8 - +
KETERANGAN (+) : positif hamil (muncul 2 garis), terdapat sperma katak
(-) : tidak hamil / tidak terdapat sperma katak

b. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan kehamilan pada sampel urin yang
mana bertujuan untuk menetukan adanya beta HCG pada urin wanita hamil yang
diperiksa secara biologis. HCG adalah hormon yang dibuat oleh plasenta. Hormon
kehamilan ini hanya terbentuk ketika sel telur yang sudah dibuahi menempel di
dinding rahim. Jumlah hormon ini akan meningkat seiring bertambahnya usia
kehamilan dan mencapai puncaknya pada hari ke-60 hingga 90. Tingkat hCG
meningkat pada trimester pertama kehamilan, dan mereka dapat terdeteksi dalam urin
dalam satu atau dua hari implantasi.
Pemeriksaan kehamilan pada praktikum ini menggunakan dua metode yaitu
metode Galli Manini dan metode test-pack. Metode Galli Manini menggunakan
hewan uji yaitu katak sebagai media pembuktian ada atau tidaknya hormon chorio
gonadotropin (HCG) dalam urin wanita hamil. Penggunaan kodok sebagai media,
karena pada amfibia pengaruh hormon ini dapat menyebabkan ovulasi/
spermatogenesis dalam beberapa jam. Kodok yang digunakan adalah kodok jantan
karena dengan ditambahkan hormon choriogonadotropin lebih dapat menyebabkan
spermatogenesis dengan cepat sehingga dapat dengan cepat pula diketahui adanya
hormon choriogonadotropin dalam urin wanita hamil. Ini ditandai dengan lebih
banyaknya sperma kodok jantan dan pergerakannya juga lebih aktif. Parameter yang
diamati dari metode ini adalah adanya sperma pada urin katak yang mirip dengan biji
cabe ketika diamati di bawah mikroskop setelah kira-kira 30 menit disuntikkan
dengan urin wanita hamil.
Katak jantan digunakan pada praktikum uji kehamilan karena katak mudah
didapatkan, mudah dibedakan jenis kelaminnya, dan sperma katak dapat dipicu
pengeluarannya dengan mudah. Hormon tersebut saat disuntikkan pada katak akan
merangsang sperma katak berkembang sehingga katak tersebut mengalami estrus
(birahi). Hal ini dikarenakan HCG mempunyai sifat seperti LH.
Sementara itu, untuk metode test-pack, tidak diperlukan hewan uji. Pengujian
lebih sederhana karena hanya menggunakan sampel urin dan alat test-pack. Hasil
yang dikeluarkan test pack cukup akurat. Sebagian besar alat tes kehamilan yang
dijual di pasaran mengklaim tingkat keakuratan mencapai 99 persen dan bisa
dilakukan 1 hari setelah terlambat haid. Namun, setiap wanita memiliki masa ovulasi
yang berbeda-beda. Waktu penempelan sel telur yang sudah dibuahi (zigot) ke rahim
juga berbeda-beda. Jadi, untuk melakukan uji kehamilan dengan test pack, disarankan
untuk menunggu hingga seminggu setelah mengalami terlambat haid. Pada waktu
tersebut, kadar hCG sudah lebih banyak, sehingga lebih mudah terdeteksi oleh test
pack. Hasil positif pada pengujian ini diperlihatkan dengan munculnya dua garis
merah pada alat, sementara hasil negative hanya terdapat satu garis merah. Urin yang
digunakan untuk pemeriksaan sebaiknya adalah urin pagi, karena urin pagi diduga
memiliki konsentrasi hormone HCG yang lebih tinggi sehingga akan mudah
terdeteksi.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan kedua metode tersebut, pada kelompok 1
didapat hasil positif pada pengujian dengan metode test-pack, tetapi negative pada
metode galli mainini. Secara teori, hasil yang ditunjukkan dengan test-pack lebih
akurat dibandingkan dengan metode gali mainini. Kemungkinan hasil negative pada
metode galli mainini dapat disebabkan karena kodok yang masih terlalu muda atau
belum mencapai kematangan seksualnya.
Pada kelompok 2, 4 dan 7 dengan kedua metode menunjukkan sampel yang diuji
mengandung hormone beta-HCG, karena hasilnya positif. Hal ini menunjukkan
bahwa pemilik sampel urin yang diuji positif hamil. Sementara kelompok 3, 5, 6 dan
8 hasilnya sama dengan kelompok 1, dimana pada metode galli mainini menunjukkan
hasil negative tetapi pada metode test-pack menunjukkan hasil positif. Sehingga
berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel urin yang diuji positif
mengandung hormone beta-HCG.
Pada pemeriksaan kehamilan dengan mendeteksi hormone HCG ini, terdapat
beberapa hal yang dapat menyebabkan hasil pemeriksaan terganggu atau tidak sesuai.
Factor yang dapat mempengaruhi kadar HCG adalah sebagai berikut:
1. Stress
Stress yang dikarenakan oleh beragam faktor juga dapat mempegaruhi kadar
hormon HCG yang ada pada tubuh. Adanya stress yang berlebih juga bisa menjadi
pemicu akan beberapa jenis penyakit yang bisa tebilang berat seperti hipertensi
pada ibu hamil dan lain sebagainya.
2. Konsumsi obat – obatan
Ada beberapa jenis obat – obatan yang juga mempengaruhi kadar HCG dalam
tubuh. Beberapa jenis obat – obatan tersebut adalah obat – obatan diuretik, obat
kesuburan, dan obat parkinson. Ada baiknya untuk mencoba mengkonsultasikan
kondisi yang sulit mendapatkan momongan dan mencoba untuk mengkonsumsi
beberapa jenis makanan untuk kesuburan wanita. Usahakan untuk berusaha sebaik
mungkin menghindari obat. Obat – obatan adalah bahan kimia yang
sebagaimanapun juga akan memiliki efek samping pada tubuh.
3. Konsumsi vitamin
Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar HCG adalah adanya konsumsi
vitamin. Memang ada beberapa jenis vitamin untuk ibu hamil yang dianjurkan
untuk membantu meningkatkan kondisi kesehatan ibu hamil tersebut. Tetapi,
ternyata konsumsi vitamn C secara berlebihan dapat menyebabkan kadar HCG
dalam tubuh menjadi semakin meningkat. Dan tentunya, apabila kadar hormon
hcg ini terus meningkat maka siklus normal hormon ini akan terganggu dan
tentunya akan ada efek samping yang merugikan yang bisa dirasakan oleh ibu
hamil.
4. Kanker uterus
Selanjutnya, kanker uterus juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab adanya
kadar HCG yang meningkat. Karena sel kanker bekerja untuk merusak dan
menghancurkan jaringan yang sehat, maka tidak menutup kemungkinan bahwa
kelenjar penghasil hormon HCG juga akan ikut hancur karena adanya kanker
uterus ini. Waspadai juga bahaya kista coklat karena ia dapat berubah menjadi
kista ganas dan menjadi kanker yang tentunya akan mengubah kadar HCG pada
tubuh dan menimbulkan berbagai efek samping yang merugikan.
5. Mola hidatidosa
Kondisi selanjutnya adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa adalah suatu kondisi
dimana terjadi gangguan pada plasenta ataupun jaringan janin yang sebagian besar
diakibatkan oleh adanya kekurangan asupan gizi pada masa kehamilan oleh ibu
hamil. Selain itu, adanya kelainan pada sel telur juga bisa menyebabkan adanya
keadaan ini. Dan oleh karena itu, akan sangat dianjurkan bagi seseorang yang
telah merencanakan kehamilannya untuk mengkonsumsi makanan bergizi untuk
ibu hamil selama tiga bulan sebelum masa kehamilan dimulai.

6. Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1) Kehamilan dapat diketahui dengan memeriksa hormone HCG melalui urin. Karena
hormone HCG merupakan hormone yang diproduksi oleh plasenta ketika hamil.
2) Urin yang digunakan pada pemeriksaan hendaknya adalah urin pagi karena
konsentrasi HCG yang terkandung lebih tinggi.
3) Pemeriksaan kehamilan melalui hormone HCG dapat dilakukan dengan metode galli
manini dan metode test-pack. Metode test-pack lebih akurat dibandingkan metode
galli manini.
4) Metode galli manini menggunakan hewan uji katak karena katak mudah didapat dan
sperma katak dapat dipicu pengeluarannya dengan mudah dengan penambahan
hormone HCG ini. Parameter yang diamati adalah adanya sperma pada urin katak
setelah sebelumnya disuntikkan dengan urin wanita hamil.
5) Metode test-pack lebih sederhana karena hanya membutuhkan urin dan alat test-pack.
Parameter yang diamati adalah garis merah pada alat. Dimana munculnya dua garis
merah menandakan hasil positif dan satu garis merah menandakan negative
6) Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa kelompok yang menunjukkan hasil
negative pada metode galli manini tetapi positif pada metode test-pack. Hal ini dapat
disebabkan karena katak yang digunakan masih terlalu muda atau belum mencapai
kematangan seksualnya.
7) Kadar hormone HCG dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti sress, konsumsi
obat-obatan, konsumsi vitamin, kanker uterus dan mola hidatidosa sehingga dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.

7. Pertanyaan dan Jawaban


1. Bagaimana peran HCG pada pemeriksaan kehamilan?
Jawaban: Kehamilan sangat erat kaitannya dengan hormone HCG yang dibuat oleh
plasenta. Human chorionic gonadotropin (HCG) dikenal sebagai beta HCG. HCG
pertama kali diproduksi setelah implant embrio masuk ke dalam lapisan rahim.
Tingkat HCG meningkat pada trimester pertama kehamilan dan dapat terdeteksi
dalam urin. Oleh sebab itu, meningkatnya kadar HCG dapat dijadikan indicator untuk
mengetahui kehamilan karena HCG diproduksi dari plasenta setelah diinduksi adanya
implan embrio ke dalam rahim.

2. Apakah ada kemungkinan HCG meningkat selain pada wanita saat hamil?
Jelaskanlah!
Jawaban: Ada, misalnya pada wanita yang mendapatkan suntikan HCG (misalnya
Pregyl, Profasi, Pergonal, APL) untuk membantu masa subur (ovulasi) kemungkinan
HCG meningkat meski wanita tidak hamil. Selain itu, HCG ternyata tidak hanya
diproduksi oleh wanita hamil saja. Ada beberapa situasi yang membuat wanita tidak
hamil memiliki kadar HCG tinggi seperti pengidap kanker tertentu seperti kanker
ovarium, hati, perut dan usus juga dapat memiliki kadar HCG tinggi.

3. Bagaimana kadar HCG pada ibu hamil kembar hamil anggur (mola) dibandingkan
pada keadaan hamil biasanya?
Jawaban: Mola hydatidosa atau hamil anggur adalah pembentukan ari-ari (plasenta)
yang abnormal saat kehamilan. Hamil anggur tergolong komplikasi kehamilan yang
jarang terjadi. Plasenta atau ari-ari yang terbentuk pada penderita hamil anggur tidak
normal dan terbentuk seperti sekumpulan anggur. Sering kali janin sama sekali tidak
terbentuk, hanya jaringan plasenta yang abnormal. Penderita hamil anggur akan
memiliki kadar hormon HCG yang meningkat lebih tinggi dibandingkan wanita
kehamilan normal.

4. Jelaskanlah hal-hal yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan kehamilan!


Jawaban: Hal-hal yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan kehamilan seperti
melakukan pengetesan terlalu cepat kemungkinan menunjukkan negaif palsu karena
HCG belum muncul pada urin. Selain itu, ada juga yang dapat menyebabkan positif
palsu. Penyebabnya bisa karena terlalu banyak mengonsumsi makanan kaya protein,
membaca hasil pada waktu yang salah, membiarkan alat tes terkena suhu panas atau
muncul hormone HCG di urin karena suatu ha (seperti kondisi kanker ovarium).
Selain itu, konsumsi obat-obatan antipsikosis (untuk redakan skizofrenia) seperti
chlorpromazine dan narkoba bisa mengacaukan hasil tes. Konsumsi obat-obat
penunjang kesuburan khususnya yang mengandung HCG bisa menghasilkan hasil tes
positif palsu

8. Daftar Pustaka
Agnes, Sri Harti., Estuningsih dan Heni Nurkusumawati. 2013. Pemeriksaan HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara
Immunokromatografi. Jurnal KesMaDaSka. Vol 1 (1):1-4.
Ibrahim. Zr. Christina.S. 2007. Perawatan Kebidanan I. Jakarta: Bhratara Nuraini, dkk.
2012. Penyuntikan Ekstrak Biji Carca papaya L. Varietas Cibinong Pada Macaca
fascicularis L. dan Kualitas Spermatozoa Kadar Hormon Testosteron. Jurnal
Makara Kesehatan. 16: 9-16
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Renowati dan Sri Suharlina. 2018. Uji Kesesuaian Pemeriksaan Kehamilan Metode Strip
Test dengan Metode Aglutinasi. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis. Vol 1 (1):
1-5.
Sacher, Ronald A. Richard, A. McPherson.2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai