a. Pengertian
dengan mengusapkan pada leher rahim asam asetat 3-5% dengan aplikator kapas lesi
pra-kanker, lalu hasilnya dapat diamati dengan mata telanjang selama 20-30 detik
(Laila, 2009).
2. Pemerikasaan IVA
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%. Bila setelah pulasan asam
asetat 3-5% ada perubahan warna yaitu tampak bercak putih,maka kemungkinan ada
1) Persiapan pasien
Menyiapkan lingkungan sekitar klien, empat tidur ginekologi dan lampu sorot
2) Persiapan Alat
cocor bebek, asam asetat 3-5% dalam botol, kom kecil steril, lidi wotten,
Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh
Masukkan lidi wotten yang telah dicelupkan dengan asetat 3-5% kedalam
transformasi.
Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kapas steril dengan menggunakan
tampon tang
Rapihkan ibu dan rendam alat-alat dan melepas sarung tangan (merendam dalam
Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh
langkah
Kategori pemeriksaan IVA Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah
b) IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip
serviks).
c) IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang
menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan
d) IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (Ayurai, 2010).
a) Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun
b) Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
c) Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
d) Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60
tahun
e) Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
Di Indonesia, dianjurkan untuk melakukan IVA bila : Hasil positif (+) adalah
Srinner/Sitologis?Patologis
Sensitivitas 70% - 80% 65% - 96%
Spesifisitas 90% - 95% 54% - 98%
Hasil 1 hari – 1 bulan Langsung
Sarana Spekulum, lampu sorot, kaca Spekulum, lampu sorot,
benda, laboratorium asam asetat
Dokumentasi Ada ( dapat dinilai ulang) Tidak ada
TUGAS
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik
(BPS), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515
ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi
kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai
usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan,
kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun
pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko
Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi
(Syamsul, 2003).
Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya akibat ahli kebidanan atau bidan
terlambat mengenali, terlambat merujuk pasien ke perawatan yang lebih lengkap, terlambat
sampai di tempat rujukan, dan terlambat ditangani. (Anonim,2002).
Penanganan rujukan obstetri merupakan mata rantai yang penting, menjadi faktor
penentu dari hasil akhir dari kehamilan dan persalinan. Kurang lebih 40% kasus di RS
merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90% merupakan kasus
rujukan. Kematian perinatal di RS pendidikan kurang lebih 60% berasal dari kelompok
rujukan (Anonim, 2002).
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang paling penting dan saling terkait
dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah membuat
keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan Infeksi, pencetakan (rekam
medik) asuhan persalinan dan rujukan (Asuhan Persalinan Normal, 2002).
Kasus-kasus yang harus dirujuk bidan adalah riwayat bedah sesar, perdarahan
pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah
disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban
pecah pada persalinan kurang bulan (kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia
berat, tanda gejala infeksi, pre-eklampsia /hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm
/lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih 5/5,
persentasi bukan belakang kepala, persentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau
gemelli, tali pusat menumbung dan syok (Asuhan Persalinan Normal, 2007).Membuat
keputusan klinik dihasilkan melalui serangkaian proses dan menggunakan informasi dari
hasil dan dipadukan dengan kajian teoritis dan interpensi berdasarkan bukti pengalaman yang
dikembangkan melalui berbagai tahapan dan terfokus pada pasien (Varney,1997).
Di beberapa daerah di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal
lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah
perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata
80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan
maupun penanganan penderita (Abram Siregar, 2002).
B. Tujuan Penulisan
BAB II
KONSEP DASAR
I. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Definisi Kehamilan Lewat waktu (PosT Term) adalah kehamilan yang
melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu Lengkap. ( ILmu kebidanan: hal 317).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah
melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikas.i(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450)
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (
postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai
lama kehamilan dan maturitas janin. ( Varney Helen,2007)
B. Etiologi
Etiologi menurut Nwosu dkk factor-faktor yg menyebabkan post matur stress,
sehingga tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban Insufisiensi plasenta ( ILmu
Kebidanan: hal.318)
Namun ada juga yang berpendapat Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang
dikemukakan adalh hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang
( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah
janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga
berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi
gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi
yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup
tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Selain itu juga terjadinya kehamilan sirotinus antara lain:
1. Hipoplasia hipofise
2. Anensefalus
3. Devisiensi enzim sulfarase plasenta
4. Hormon estriol yang rendah
C. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak
terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai :
partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan
postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah
besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula
yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
D. Diagnosa
Dengan mengetahui hari pertama menstruasi maka kita akan dapat menentukan:
1. Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut Naegle
2. Hasil pemeriksaan antenatal berupa:
a) Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
b) Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
c) Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)
3. Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim yang (sudah baku)
4. Perbandingan dengan orang lain yang sudah bersalin
5. Menggunakan ultrasonografi untuk memperkirakan berat, waktu persaliunan,
menentukan biofisik profil janin, kesejahteraan intraureti. USG, Ukuran
diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
6. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada
bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter
bipariental 9,8 cm atau lebih.
10. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi
reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik,
hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
Perubahan yang mendasar yang terjadi pada kehamilan sirotinus atau postmatur
bersumber dari kemampuan plasenta untuk memberikan nutrisi dan oksigen serta
kemampuan fungsi lainya, dan dapat menyebabkan keadaan sebagai berikut:
1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
a. Tumbuh kembang janin berlangsung terus,sehingga berat badan terus bertambah
sekalipun lambat,dapt mencapai lebih dari 4000-4500gr yang di sebut dengan
bayi makrosomia
b. Bayi postmaturel hipermaturel dengan criteria:
· Mungkin dengan berat badsan yang besar atau makrosomia
· Kukun panjang
· Penulangan baik
· Tulang rawan telinga sudah cukup
· Pertumbuhan genetalia sekunder sudah ada
· Mata besar dan terbuka
2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi atau insufisiensi, sehingga tidak
mampu mamberikan nutrisi dan oksigen yang cukup,akan terjadi sebaliknya dan
di sebut sebagai sindron postmature dengan criteria berikut:
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang
c. Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput terutama di kulit
tangan dan kaki
d. Matanya lebar bahkan sudah terbuka
e. Verniks caseosa telah hilangatau berkuran
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan memperhatikan tanda-tanda
postmaturitas yang dapat dibagi dalam 3 stadium :
Persalinan janin makrosomia pervaginam akan menimbulkan trauma pada bayi dan
maternal yang makin tinggi
1. Komplikasi trauma pada janin atau bayi
a. Asfiksia karena terlalu lama terjepit
b. Truma akibat tindakan oprasi yang di lakukan pervaginam dengan bentuk trias
komplikasi:
1) Infeksi
2) Asfiksia
3) Trauma langsung dan perdarahan
2. Komplikasi maternal “trias komplikasi”
a. Trauma langsung persalinan pada jalan lahir:
1) Robekan luas
2) Fistula rekto-vasiko vaginal
3) Ruptura perineum tingkat lanjut
b. Infeksi karena terbukanya jalan halir secara luas senghingga mudah terjadi
kontaminasi bacterial.
c. Perdarahan:
1) Trauma langsung jalan lahir
2) Atonia uteri
3) Retentio Plasenta
F. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4. Bila :
2. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi
sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur
lebih peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.
1. Metode Stein
Persalinan anjuran mulai pagi hari.
a. Pukul 6.00 : 30 cc oleum ricini
b. Pukul 7.00 : bisulfas kinine 0,200 gr
c. Pukul 8.00 : bisulfas kinine 0,200 gr + klisma air sabun hangat 1 liter
Sekalipun metode stein sudah ditinggalkan, tetapi untuk pengetahuan bidan masih
perlu diketahui. Selama metode stein, kehamilan lewat waktu akan mendapatkan :
Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit berbahaya karena dapat
terjadi :
3. Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan.
Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot
rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti
induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
Kehamilan lewat waktu dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap rangsangan
kontraksi, yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam melakukan
pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan :
1. Anamnesa.
2. Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu.
3. Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
1. Hasil pemeriksaan
(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk
Pendidikan Bidan, 1998)
Pengelolaan Intrapartum
Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera dilakukan
resusitasi sebagai berikut :
1. Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara agresif sebelum dada janin lahir
2. Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian venitasi dengan tekanan positif dan
tangguhkan dahulu sampai trakea telah di latubasi dan penghisapan yang cukup.
3. Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal.
TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan tanggal 7 Maret 2015 pukul 13.00 WIB di ruang perawatan
kebidanan RSI AROFAH MOJOSARI. Ibu mengatakan bahwa kehamilannya sudah lewat
bulan.
I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
B. Anamnesa
1. Alasan Datang : Ibu datang ke RSUDN Margono Soekarjo Purwokert pada tanggal 7
Maret 2010 mengaku hamil lewat bulan, anak pertama, mules (-), lendir darah (-),
air-air (-), dan gerakan anak masih dirasakan.
2. Keluhan Utama : Ibu merasa cemas dengan kehamilannya yang lebih bulan
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit yang diderita pasien
1. Penyakit menular (AIDS/HIV, TBC, Sifilis) : tidak ada
2. Penyakit Keturunan (Hipertensi, Jantung, ginjal) : tidak ada
3. Penyakit yang pernah diderita pasien : tidak ada
4. Riwayat operasi yang pernah dijalani : tidak ada
b. Riwayat penyakit keluarga/keturunan
1. Penyakit menular (AIDS/HIV, TBC, Sifilis) : tidak ada
2. Penyakit Keturunan (Hipertensi, jantung, ginjal) : tidak ada
3. Keturunan kembar : tidak ada
4. Riwayat Obstetrik
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Warna : Merah kehitaman
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
TT : 6X dibidan
6. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 kali dengan suami sekarang
Lamanya : 1 tahun
7. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : pernah
DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 68 kg
Lila : 26 cm
Tanda-tanda vital
Suhu : 36,6 0C
Pulse : 80 X/menit
RR : 20 X/menit
B. Pemeriksaan Kebidanan
Inspeksi
a. Kepala
Rambut : Rambut bersih, tidak rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemi, sclera tidak ikterus
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada caries gigi dan sariawan
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
b. Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : tidak ada
Pembesaran vena juguralis : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
c. Dada
Mamae : simetris
Areola mamae : hiperpigmentasi
Putting susu : menonjol
Colostrum : ada
d. Abdomen
Pembesaran : simetris
Striae livide : ada
Linea nigra : ada
Linea Albicans : tidak ada
Striae albicans : tidak ada
Luka bekas operasi : tidak ada
e. Genetalia eksterna :
oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada.
f. Ekstremitas
Atas : tidak ada kelainan
Bawah : tidak ada varices
Refkleks patella : +
Palpasi
Leopold 1 : Teraba bagian besar, bulat dan tidak melenting, TFU 3 jari bawah
px (Mc.Donald :33 cm)
Leopold II : Kanan : Teraba bagian kecil janin
Kiri : Teraba bagian keras memanjang seperti ada tahanan.
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting serta tidak dapat
digoyangkan
Leopold IV : Kedua tangan sejajar
His : ( - )
Auskultasi
DJJ : ( + )
Sifat : Teratur
Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, hamil pertama kali belum
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran dan HPHT 10 Mei 2014
DO :
I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama semakin sering.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
TD : 110/80mmHg
Suhu : 36,8 ºC
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
Keluar lendir bercampur darah dari vagina
b. Palpasi
HIS : 2x dalam 10 menit, lamanya 30 detik
Sifat : kuat dan teratur
3. Auskultasi
DATA PERKEMBANGAN
I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama
semakin sering.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 º C
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
Keluar air-air dan lendir bercampur darah dari vagina
b. Palpasi
HIS : 5x dalam 10 menit, lamanya 45 detik
Sifat : kuat dan teratur
c. Auskultasi
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu
DJJ : (+)
Frekuensi : 142x/menit
Sifat : kuat dan teratur
d. Pemeriksaan Dalam
1) Portio
Konsistensi : tipis
Pendataran : 100%
Pembukaan : 10 cm
2) Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
3) Ketuban : (-)
4) Penurunan : hodge III(+)
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Ny. Y umur 21 tahun G1P0AO, janin tunggal hidup, presentasi
kepala hamil posterm, inpartu kala 1, fase aktif,
Masalah : ibu mengeluh kesakitan
Data Dasar :
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, hamil pertama kali belum
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran dan HPHT 10 Mei 2014
- Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama
semakin sering.
DO :
I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa ingin meneran seperti ingin BAB
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos menthis
Nadi : 82X / menit
TD :120/80 mmhg
RR : 22 X/menit
Suhu : 36,5 ºC
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
1. Vulva membuka
2. Perinium menonjol
3. Tekanan pada anus
b. Palpasi
HIS : 5x dalam 10 menit, lamanya 45 detik
Sifat : kuat dan teratur
Penurunan : 0/5
c. Auskultasi
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu
DJJ : (+)
Frekuensi : 142x/menit
Sifat : kuat dan teratur
d. Pemeriksaan Dalam
1. Portio
Pendataran : 100%
Pembukaan : lengkap
Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
Ketuban : (-)
Penurunan : hodge III +
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Ny. Y umur 21 tahun G1P0AO, janin tunggal hidup, presentasi
kepala. hamilposterm, inpartu kala II
Masalah : Ibu cemas menghadapi persalinan
Data Dasar :
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, hamil pertama kali belum
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran dan HPHT 10 Mei 2014
- Ibu merasa ingin meneran seperti ingin BAB
DO :
I. PENGKAJIAN
SUBJEKTIF
Ibu merasa perutnya mules dan ibu merasa lelah setelah persalinan
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TD : 110 / 70 mmHg.
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
Melihat adanya tanda-tanda lepasnya plasenta:
1. Tali pusat bertambah panjang
2. Terlihat adanya semburan darah secara tiba-tiba dari vagina
3. Uterus berubah bentuk menjadi globular
b. Palpasi :
1) kontraksi uterus : baik
2) TFU : sepusat
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Ny.Y umur 21 tahun P1A0, post partum kala III
Masalah : Plasenta belum lahir
Data Dasar
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, baru saja melahirkan
bayinya dan belum pernah keguguran
- Ibu merasa perutnya mules dan ibu merasa lelah setelah persalinan
DO :
I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
1. Ibu merasa lelah
2. Ibu merasa haus dan lapar
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :sedang
Kesadaran : compos menthis
TD :110/80 mmhg
Nadi :80x/menit
RR : 22/menit
Suhu : 36 C
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Palpasi :
1) Kontaksi uterus : baik
2) Konsistensi : keras
3) TFU : 2 jari bawah pusat
4) Kandung kemih : kosong
Nadi : 80 X/ menit
Pukul 13.15
Nadi : 90 X/ menit
Pukul 13.30
Nadi : 90 X/ menit
Pukul 13.45
Nadi : 80 X/ menit
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah
melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian besar bias
diselesaikan dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan bidan tidak
berwenang menolong persalinan dengan kehamilan postmatur kecuali bidan di rumah
sakit dengan kolaborasi dengan dokter.
B. SARAN
1. Sebaiknya persalinan dengan postmatur dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi
dengan dokter
2. Kehamilan postmatur harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi
terutama pada janin
3. Bidan sebaiknya dapat mendeteksi kehamilan postmatur untuk menghindari
komplikasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta. Arcan
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Source:www.thieryabdee.wordpress.com
MAKALAH
STANDART KEGAWAT DARURATAN
KEBIDANAN
PENANGANAN UMUM
Mintalah bantuan.
Pemeriksaan vital sign.
Jika terjadi syok lakukan tindakan segera, pastikan bahwa Uc baik.
Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah.
Oksitosin 10 Iu ml.
Pasang infus.
Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar masuk.
Periksa kelengkapan plasenta.
Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perinium.
Jika perdarahan terus berlangsung lakukan uji beku darah.
Setelah perdarahan teratasi 24 Jam periksa Hb. Jika Hb < 7 gr % segera
rujuk untuk penanganan lebih lanjut.
Jika atonia uteri berat lakukan KBI atau KBE.
II. SYOK
Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut :
Perdarahan pada awal kehamilan (Seperti abortus, KET atau Mola).
Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (Seperti plasenta Previa,
Solusio plasenta, Ruptur uteri)
Perdarahan setelah melahirkan (Ruptur Uteri, atau Atonia Uteri, Robekan
jalan lahir, Retensio Plasenta)
Infeksi (Seperti abortus yang tidak aman atau abortus septik, amnionitis,
netritis, pielonetritis).
Trauma (Seperti perlukaan pada uterus atau usus selama proses abortus,
Ruptura, Robekan jalan lahir.
PENANGANAN AWAL
1. Mintalah bantuan.
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat, keadaan umum ibu dan harus
dipastikan bahwa jalan nafas bebas.
3. Pantau tanda-tanda vital.
4. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring agar tidak terjadi aspirasi.
5. Jagalah ibu dalam posisi yang hangat.
6. Tinggikan posisi kaki.
PENANGANAN KHUSUS
1. Infus menggunakan kanula atau jarum besar RL 1000 cc / jam.
2. Periksa golongan darah, laboratorium DL.
3. Jangan berikan cairan melalui mulut pada ibu yang mengalami syok.
4. Pantau tanda-tanda vital setiap 15 menit, apabila kondisi pasien membaik
hati-hati agar tidak berlebihan memberi cairan.
5. Lakukan kateterisasi.
6. Beri O2 dengan sungkup/ kanula.
Klarifikasi meliputi :
Hipertensi tanpa protein urine dan oedem.
Preeklamsia ringan.
Preeklamsia berat.
Eklamsia.
Tekanan diastolik > 90 mmhg pada kehamilan < 20 Minggu (Hipertensi Kronik).
Tekanan diastolik 90 – 110 mmhg pada kehamilan < 20 Minggu, Protein Urine
< ++ (Hipertensi Kronik dengan sumperimpased preeklamsia ringan).
Tekanan diatolik 90 – 110 mmhg pada kehamilan > 20 Minggu, Protein Urine
++ (PER).
Tekanan diatolik >110 mmhg pada kehamilan > 20 Minggu, Protein Urine <
+++, nyeri kepala, penglihatan kabur, oliguria < 400 ml / 24 Jam, nyeri abdomim
atas ke epigastrium, Oedema paru (PEB).
Tekanan diastolik > 90 mmhg pada kehamilan > 20 Minggu, Protein Urine > ++,
koma, dan gejalan sama dengan PEB (Eklamsia).
Ingat Preeklamsia ringan sering tanpa gejala,protein urine yang meningkat
merupakan tanda membusuknya preeklamsia, edema tungkai bukan
merupakan tanda yang selalu pada preeklamsia. Preeklamsia ringan dengan
cepat meningkat menjadi preeklamsia berat resiko menjadi eklamsia sangat
besar pada PEB.
Kejang dapat terjadi pada hubungan dengan beratnya hipertensi, sukar
diramalkan dapat terjadi tanpa adanya hiperflekxia, nyeri kepala atau gangguan
penglihatan pada 25 % terjadi pasca persalinan. Dapat terjadi berulang-ulang
sehingga dapat berakhir dengan kematian.
Nb : Jangan berikan ergometrin pada ibu dengan preeklamsia, eklamasia atau
hipertensi karena dapat meningkatkan resiko kejang dan gangguan
serebrofaskular.
CARA PEMBERIAN Mgso4
Penanganan Umum
DJJ Abnormal
DJJ Normal dapat melambat sewaktu His dan segera kembali normal
setelah relaksasi.
DJJ Melambat < 100 saat tidak ada His, menunjukkan gawat janin.
DJJ Cepat > 180X / menit disertai takikardi ibu bisa karena demam, efek
obat, hipertensi, amionitis.
Ketuban bayi bercampur mekonium.
PENANGANAN
Segera dilakukan sectio caesar.