Anda di halaman 1dari 51

IVA

(Inspeksi Visual Asam Asetat)

1. Inspeksi Visual Asam Asetat

a. Pengertian

1. Inspeksi visual asam asetat (IVA)

merupakan sebuah metode untuk mengidentifikasi lesi pra-kanker, yaitu

dengan mengusapkan pada leher rahim asam asetat 3-5% dengan aplikator kapas lesi

pra-kanker, lalu hasilnya dapat diamati dengan mata telanjang selama 20-30 detik

(Laila, 2009).

2. Pemerikasaan IVA

adalah pemeriksaan dengan cara melihat langsung leher rahim setelah

memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%. Bila setelah pulasan asam

asetat 3-5% ada perubahan warna yaitu tampak bercak putih,maka kemungkinan ada

kelainan tahap pra-kanker serviks (Romauli, 2009).


b. Keuntungan

 Mudah, praktis, mampu laksana

 Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan

 Alat-alat yang dibutuhkan sederhana

 Sesuai dengan pusat pelayanan sederhana

c. Syarat dilakukannya test IVA

 Sudah melakukan hubungan seksual

 Tidak sedang datang bulan / haid

 Tidak sedang hamil

 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

d. Langkah – langkah pemeriksaan IVA

1) Persiapan pasien

 Melakukan informant consent

 Menyiapkan lingkungan sekitar klien, empat tidur ginekologi dan lampu sorot

 Menganjurkan klien berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi.

2) Persiapan Alat

 Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti handscone, speculum

cocor bebek, asam asetat 3-5% dalam botol, kom kecil steril, lidi wotten,

tampon tang/venster klem, kasa steril pada tempatnya, formulir permintaan

pemeriksaan sitologi, lampu sorot/senter, Waskom berisi larutan klorin 0,5%,

tempat sampah, tempat tidur ginekologi, sampiran.

 Menyusun perlengkapan/bahan secara ergonomis.


3) Pelaksanaan

 Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh

langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.

 Menggunakan handscone steril

 Melakukan vulva higyene

 Memerhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi

 Memasang speculum dalam vagina

 Masukkan lidi wotten yang telah dicelupkan dengan asetat 3-5% kedalam

vagina sampai menyentuh porsio

 Oles lidi wotten keseluruh permukaan porsio dan lihat haslnya :

1) Jika permukaan serviks berwarna kusam , berbenjol dan mudah berdarah

maka dicurigai kanker

2) Jika tampak warna kemerahan yang merata di daerah serviks disetai

cairan vagina abnormal maka curigai infeksi

3) Bila kedua hal diatas tidak ditemukan, harus diperiksa daerah

transformasi.

 Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kapas steril dengan menggunakan

tampon tang

 Mengeluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan

 Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan

 Rapihkan ibu dan rendam alat-alat dan melepas sarung tangan (merendam dalam

larutan klorin 0,5%)

 Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh

langkah

 Menemui klien kembali


 Mencatat hasil tindakan dalam status (Romauli 2009).

4) Kategori Pemeriksaan IVA

Kategori pemeriksaan IVA Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah

satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:

a) IVA negatif = Serviks normal.

b) IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip

serviks).

c) IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang

menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan

ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau

kanker serviks in situ).

d) IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium

kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker

serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (Ayurai, 2010).

5) Program Skrining oleh WHO

a) Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun
b) Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun

c) Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun

d) Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60

tahun

e) Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki

dampak yang cukup signifikan.

Di Indonesia, dianjurkan untuk melakukan IVA bila : Hasil positif (+) adalah

1 tahun dan, bila hasil negative (-) adalah 5 tahun.

e. Efektifitas Pemeriksaan IVA

Table 2.1 Perbandingan skrining tes PAP dan IVA

Uraian/Metode Tes PAP IVA


Skrining
Petugas Kesehatan Bidan
Sample taker (Bidan/ Perawat
perawat/ dokter umum/Dr Dokter Umum
Spesialis) Dr Spesialis

Srinner/Sitologis?Patologis
Sensitivitas 70% - 80% 65% - 96%
Spesifisitas 90% - 95% 54% - 98%
Hasil 1 hari – 1 bulan Langsung
Sarana Spekulum, lampu sorot, kaca Spekulum, lampu sorot,
benda, laboratorium asam asetat
Dokumentasi Ada ( dapat dinilai ulang) Tidak ada

TUGAS

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN IVA


Disusun Oleh :
Dwi yuniarti
Nanik urifatin

PROGRAM STUDI BIDAN D-IV KLINIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik
(BPS), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515
ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi
kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).

Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai
usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan,
kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun
pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko
Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi
(Syamsul, 2003).

Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya akibat ahli kebidanan atau bidan
terlambat mengenali, terlambat merujuk pasien ke perawatan yang lebih lengkap, terlambat
sampai di tempat rujukan, dan terlambat ditangani. (Anonim,2002).

Penanganan rujukan obstetri merupakan mata rantai yang penting, menjadi faktor
penentu dari hasil akhir dari kehamilan dan persalinan. Kurang lebih 40% kasus di RS
merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90% merupakan kasus
rujukan. Kematian perinatal di RS pendidikan kurang lebih 60% berasal dari kelompok
rujukan (Anonim, 2002).

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang paling penting dan saling terkait
dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah membuat
keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan Infeksi, pencetakan (rekam
medik) asuhan persalinan dan rujukan (Asuhan Persalinan Normal, 2002).

Kasus-kasus yang harus dirujuk bidan adalah riwayat bedah sesar, perdarahan
pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah
disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban
pecah pada persalinan kurang bulan (kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia
berat, tanda gejala infeksi, pre-eklampsia /hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm
/lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih 5/5,
persentasi bukan belakang kepala, persentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau
gemelli, tali pusat menumbung dan syok (Asuhan Persalinan Normal, 2007).Membuat
keputusan klinik dihasilkan melalui serangkaian proses dan menggunakan informasi dari
hasil dan dipadukan dengan kajian teoritis dan interpensi berdasarkan bukti pengalaman yang
dikembangkan melalui berbagai tahapan dan terfokus pada pasien (Varney,1997).

Di beberapa daerah di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal
lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah
perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata
80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan
maupun penanganan penderita (Abram Siregar, 2002).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menyajikan makalah mengenai postmatur


disertai dengan stusi kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari hari.

B. Tujuan Penulisan

Penyusunan makalah ini bertujuan antara lain :

1. Sebagai bahan acuan mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai


persalinan postmatur
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan kebidanan patologis
3. Untuk menambah bahan bacaan di perpustakaan kampus

BAB II
KONSEP DASAR

I. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Definisi Kehamilan Lewat waktu (PosT Term) adalah kehamilan yang
melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu Lengkap. ( ILmu kebidanan: hal 317).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah
melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikas.i(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450)
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (
postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai
lama kehamilan dan maturitas janin. ( Varney Helen,2007)
B. Etiologi
Etiologi menurut Nwosu dkk factor-faktor yg menyebabkan post matur stress,
sehingga tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban Insufisiensi plasenta ( ILmu
Kebidanan: hal.318)
Namun ada juga yang berpendapat Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang
dikemukakan adalh hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang
( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah
janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga
berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi
gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi
yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup
tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Selain itu juga terjadinya kehamilan sirotinus antara lain:
1. Hipoplasia hipofise
2. Anensefalus
3. Devisiensi enzim sulfarase plasenta
4. Hormon estriol yang rendah
C. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak
terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai :
partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan
postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah
besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula
yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
D. Diagnosa
Dengan mengetahui hari pertama menstruasi maka kita akan dapat menentukan:
1. Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut Naegle
2. Hasil pemeriksaan antenatal berupa:
a) Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
b) Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
c) Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)
3. Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim yang (sudah baku)
4. Perbandingan dengan orang lain yang sudah bersalin
5. Menggunakan ultrasonografi untuk memperkirakan berat, waktu persaliunan,
menentukan biofisik profil janin, kesejahteraan intraureti. USG, Ukuran
diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
6. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada
bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter
bipariental 9,8 cm atau lebih.

7. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis,


baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak
dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36
minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-
sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :

a. Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu

b. Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu

8. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena


dikeruhi mekonium.

9. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta

10. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi
reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik,
hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.

11. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin


12. Pemeriksaan PH darah kepala janin
13. Pemeriksaan sitologi vagina
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

Kita sering kali sukar menetapkan diagnosis kehamilan sirotinus,khususnya di Negara


berkembang tetapi dapat di gunakan beberapa criteria berikut:

1. Detag jantung Janin mulai terdengar


a) Fondoskop pada minggu 18
b) Dopller pada minggu 12
2. Quickening terasa mulai minggu 18
a) Fundus uteri setinggi pusat pada minggu 20
Dendang memeriksakan USG perkiraan usui kehamilan akan lebih tepat untuk
kehamilan trimester I dan II, sedangkan pada Trimester III sering kurang cepat.
Kenyataan ini sering terjadi oleh karena pertumbuhan janin dalam rahim tidak tetap
artinya bukan merupakan pertumbuhan linier.

Perubahan yang mendasar yang terjadi pada kehamilan sirotinus atau postmatur
bersumber dari kemampuan plasenta untuk memberikan nutrisi dan oksigen serta
kemampuan fungsi lainya, dan dapat menyebabkan keadaan sebagai berikut:
1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
a. Tumbuh kembang janin berlangsung terus,sehingga berat badan terus bertambah
sekalipun lambat,dapt mencapai lebih dari 4000-4500gr yang di sebut dengan
bayi makrosomia
b. Bayi postmaturel hipermaturel dengan criteria:
· Mungkin dengan berat badsan yang besar atau makrosomia
· Kukun panjang
· Penulangan baik
· Tulang rawan telinga sudah cukup
· Pertumbuhan genetalia sekunder sudah ada
· Mata besar dan terbuka
2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi atau insufisiensi, sehingga tidak
mampu mamberikan nutrisi dan oksigen yang cukup,akan terjadi sebaliknya dan
di sebut sebagai sindron postmature dengan criteria berikut:
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang
c. Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput terutama di kulit
tangan dan kaki
d. Matanya lebar bahkan sudah terbuka
e. Verniks caseosa telah hilangatau berkuran
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan memperhatikan tanda-tanda
postmaturitas yang dapat dibagi dalam 3 stadium :

1. Stadium I : kulit tampak kering, rapuh dan mudah mengelupas(maserasi), verniks


kaseosa sangat sedikit sampai tidak ada.
2. Stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang
kehijauan oleh mekoneum yang bercampur air ketuban.
3. Stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada
jaringan tali pusat.Pada saat persalinan, penting dinilai keadaan cairan ketuban.
Jika telah terjadi pewarnaan mekonium (kehijauan) atau bahkan pengentalan
dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi lahir harus segera dilakukan resusitasi
aktif. Idealnya langsung dilakukan intubasi dan pembilasan trakhea.
E. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmaturhipoksia ;
1. Hipovolemia
2. Asidosis
3. Sindrom gawat napas
4. Hipoglikemia
5. Hipofungsi adrenal.

Persalinan janin makrosomia pervaginam akan menimbulkan trauma pada bayi dan
maternal yang makin tinggi
1. Komplikasi trauma pada janin atau bayi
a. Asfiksia karena terlalu lama terjepit
b. Truma akibat tindakan oprasi yang di lakukan pervaginam dengan bentuk trias
komplikasi:
1) Infeksi
2) Asfiksia
3) Trauma langsung dan perdarahan
2. Komplikasi maternal “trias komplikasi”
a. Trauma langsung persalinan pada jalan lahir:
1) Robekan luas
2) Fistula rekto-vasiko vaginal
3) Ruptura perineum tingkat lanjut
b. Infeksi karena terbukanya jalan halir secara luas senghingga mudah terjadi
kontaminasi bacterial.
c. Perdarahan:
1) Trauma langsung jalan lahir
2) Atonia uteri
3) Retentio Plasenta

F. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.

4. Bila :

a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim


b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
d. Pada kehamilan > 40-42 minggu
Maka ibu dirawat di rumah sakit :

1. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada


a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.

2. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi
sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur
lebih peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.

(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

Pertimbangan Persalinan Anjuran (induksi)

Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat :

1. Merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan berlangsung


2. Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir bishop
telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi dapat berhasil
seperti yang ditujukan pada tabel berikut :

Keadaan fisik Nilai Total Nilai


Pembukaan serviks 0 cmPerlunakan 0-30% 0 0

Konsistensi serviks kaku

Arah serviks ke belakang

Kedudukan bagian terendah -3


Pembukaan 1-2 cmPerlunakan serviks 40-50% 1 1

Konsistensi serviks sedang

Arah serviks ke tengah

Kedudukan bagian terendah -2


Pembukaan 3-4 cmPerlunakan 60-70% 2 2

Konsistensi serviks lunak

Kedudukan bagian terendah -1-0


Pembukaan di atas 5 cmPerlunakan 80% + 3 3

Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode:

1. Metode Stein
Persalinan anjuran mulai pagi hari.
a. Pukul 6.00 : 30 cc oleum ricini
b. Pukul 7.00 : bisulfas kinine 0,200 gr

c. Pukul 8.00 : bisulfas kinine 0,200 gr + klisma air sabun hangat 1 liter

d. Pukul 9.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

e. Pukul 10.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc


f. Pukul 11.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

g. Pukul 12.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

h. Pukul 14.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

i. Pukul 16.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

j. Pukul 18.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

Sekalipun metode stein sudah ditinggalkan, tetapi untuk pengetahuan bidan masih
perlu diketahui. Selama metode stein, kehamilan lewat waktu akan mendapatkan :

a. 1,2 gr bisulfas kinine


b. 1,4 cc pituitrin injeksi

Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit berbahaya karena dapat
terjadi :

a. Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam :


1) Ketuban pecah saat pembukaan kecil
2) Ruptura uteri membakat
3)Gawat janin dalam rahim
b. Kelambatan melakukan rujukan, dapat merugikan penderita.
c. Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
2. Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam 500 cc
glukosa 5%, banyak dipergunakan.
Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan 8 tetes, dengan
teknik maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8
tetes sampai kontraksi optimal tercapai. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah
tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi
kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu 24 sampai 48 jam.

3. Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan.
Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot
rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti
induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.

4. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin


Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh prostaglandin.
Pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena
(Nalador) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).

5. Pompa Payudara atau Stimulasi Putting


Beberapa studi skala besar telah mengevaluasi keamanan dan keefektifitasaan stimulasi
payudara sebagai metede induksi persalinan. Namun,efek komulatif dari banyak studi
yang menggunakan pompa payudara atau stimulasi putting manual yang di kombinasi
dengan landasan fisiologi perubahab serviks telah meningkatkan tres perekomendasian
metode yang relative tidak berbahaya ini untuk menginduksi persalinana. Penanganan
yang beragam termasuk pompa payudara listrik otomatis yang mensimulasi masing-
masing payu dara selama15 menit, di selingi periode istirahat selama15 menit, stumulasi
payu dara dengan pijatan lembut menggunakan kompresan hangat lembab salama 1jam
sebanyak 3 kali sehari, stimulasi payudara selama 45 menit tiga kali sehari dan pijatan
lembut pada kedua payudara secara bergantian selama waktu 3 jam sehari. Kelemahan
penelitian ini meliputi kurangnya kepatuhan dalam melaksanakan intervensi yang di
anjurkan,jumlah anggoata sedikat daklam kelompok, control minim terhadap veriabel
penting,seperti usia gestasi, dan criteria intervensi yang tidak dapat di andalkan. Wanita
yang mencoba teknik ini sebaiknya di peringatkan membatasi kontak dengan putting
sehingga tidak terlalu hiperstimulasi uterus.
6. Minyak Jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang di campur dengan jus apel atau jus jaruk tampaknya
dapat menigkatkan anggka kejadian persalinan normal jika di berikan pada kehamilan
cukup bulan. Investi ini memiliki beberapa kelemahan namun hanya terdapat sedikit
penelitian mengenai topic ini. Waktu yang tepat untuk memberikan minyak jarak dalam
menginduksi persalinan adalah setelah tidur malam yang lelap dan 1 hingga 2 jam
sebelum wanita hamil bangun setiap hari.. Minyak jarak bekerja dengan manstimulasi
saraf fagus sehingga akan menrangsang uterus . Cara kerja ini akan berlanggsung dalam 2
hingga 6 jam.

7. Kateter Folay atau Kateter Balon


Kateter Folay memiliki beberapa manfaat sabagai alat mekanis yang di gunakan untuk
meregangkan serviks. Kateter ini mudah di dapatkan relative aman untuk di gunakan,
ekonomis, mudah di pasang dan mudah di pasang dan mudah di lepas.
Selain itu pemantauan janin tidak perlu di lakukan saat kateter di gunakan, karena Kateter
Ini juga mempunyai kelebihan manfaat bila di kombinasi dengan metode hormone untuk
mematangkan serviks. Secara umum biasanya kateter ukuran 16 di masukan melalui
saluran serviksa, dan kemudian balon diisi udara sebanyak 20 hingga 50 mililiteruntuk
menjaga kateter tetep pada tempatnya. Beberapa uji klinis secara kecil membuktikan
teknik ini sangat menjanjikan dan banyak subjek pada uji tersebut memasuki awal
persalinan dengan Folay masih terpasang. Efek yang sama terlihat pada penggunaan
laminaria dan dilater osmosis sintetik.
8. Aktivitas Seksual, Jamu-jamuan
Banyak bidan secara rutin atau memanipulasi genetalia jika membrane masih utuh ,
stimulasi payudara dan putting atau metode jamu-jamuan untuk mempercepat
persalinan.Meminum jamu-jamuan seperti evening primrose oil, black cohosh tincture
dan blue cohosh tincture dapat membantu namun kurangnya penelitian yang member
panduan untuk dosis, keamanan dan dan metode ini mengurangkan niat bidan untuk
menganjurkanya. Akupuntur dan hemoepati merupakan metode tambahan untuk induksi
persalinan.
(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk
Pendidikan Bidan, 1998) dan ( Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol 1 hal:666)

Sikap bidan dalam penanganan kehamilan lewat waktu

Kehamilan lewat waktu dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap rangsangan
kontraksi, yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam melakukan
pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan :
1. Anamnesa.
2. Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu.
3. Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.

Hasil anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.

1. Hasil pemeriksaan

Hasil pemeriksaan dapat dijumpai :


a. Berat badan ibu mendatar atau menurun
b. Air ketuban terasa berkurang.
c. Gerak janin menurun

2. Bagaimana sikap bidan


Menghadapi keadaan demikian bidan dapat bersikap :

a. Melakukan konsultasi dengan dokter.


b. Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit.
c. Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.

(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk
Pendidikan Bidan, 1998)

Pengelolaan Intrapartum

1. Pasien tidur miring sebelah kiri


2. Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
3. Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
4. Perhatikan jalannya persalinan
5. Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi,
hipovolemi, hipotermi dan polisitemi

(Dikutip dari Buku Maternal dan Neonatal, 2002)

Mencegah Aspirasi Mekoneum

Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera dilakukan
resusitasi sebagai berikut :
1. Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara agresif sebelum dada janin lahir
2. Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian venitasi dengan tekanan positif dan
tangguhkan dahulu sampai trakea telah di latubasi dan penghisapan yang cukup.
3. Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal.

(Dikutip dari Buku Maternal dan Neonatal, 2002)


BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan tanggal 7 Maret 2015 pukul 13.00 WIB di ruang perawatan
kebidanan RSI AROFAH MOJOSARI. Ibu mengatakan bahwa kehamilannya sudah lewat
bulan.

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
A. Biodata

Nama ibu : Ny.Y Nama ayah : Tn.A

Umur : 21 tahun Umur : 26 th

Agama : Islam Agama : islam

Suku / bangsa : Indonesia Suku / bangsa : indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : swasta

Alamat : Purwokerto Alamat : Purwokerto

B. Anamnesa

Pada tanggal 7 Maret 2010 Pukul 13.00 WIB

1. Alasan Datang : Ibu datang ke RSUDN Margono Soekarjo Purwokert pada tanggal 7
Maret 2010 mengaku hamil lewat bulan, anak pertama, mules (-), lendir darah (-),
air-air (-), dan gerakan anak masih dirasakan.
2. Keluhan Utama : Ibu merasa cemas dengan kehamilannya yang lebih bulan
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit yang diderita pasien
1. Penyakit menular (AIDS/HIV, TBC, Sifilis) : tidak ada
2. Penyakit Keturunan (Hipertensi, Jantung, ginjal) : tidak ada
3. Penyakit yang pernah diderita pasien : tidak ada
4. Riwayat operasi yang pernah dijalani : tidak ada
b. Riwayat penyakit keluarga/keturunan
1. Penyakit menular (AIDS/HIV, TBC, Sifilis) : tidak ada
2. Penyakit Keturunan (Hipertensi, jantung, ginjal) : tidak ada
3. Keturunan kembar : tidak ada

4. Riwayat Obstetrik
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Warna : Merah kehitaman
Siklus : 28 hari

Jumlah : 2 kali ganti pembalut perhari

Lamanya : 7 hari

Dismenorhoe : tidak ada

b. Riwayat kehamilan sekarang


HPHT : 10 Mei 2014

ANC : 6 kali di bidan

HPL : 17 Februari 2015

Tablet Fe : 90 tablet sudah habis diminum

Usia Kehamilan : 42 minggu 4 hari

TT : 6X dibidan

Keluhan selama hamil :

Trimester 1 : mual, pusing

Saran : Istirahat teratur, makan sedikit tapi sering


Trimester II : tidak ada

Trimester III : nyeri pinggang

Saran : Pandkes ketidaknyamanan nyeri pinggang

c. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas yang lalu.


Tgl lhr Komplikasi Bayi Nifas
Usia Jenis
Tempat PB/BB
No kehamil persalina Penolong
Umur persalinan Ibu Bayi Keadaan Keadaan Laktasi
an n
jenis
1.
Hamil
ini

5. Data Kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Makan : 3x sehari

Pagi : nasi,lauk, secangkir teh manis

Siang : sepiring nasi,ikan,semakuk sayur dan buah

Malam : sepiring nasi,tempe dan semangkuk sayur

Minum : 8-10 gelas perhari

b. Pola istirahat dan Aktivitas


Tidur / Istirahat malam : ± 6-7 jam / hari

Tidur / istirahat siang : ± 1-2 jam / hari

Aktivitas : pekerjaan rumah tangga


c. Pola Eliminasi
BAB

- Frekuensi : 1-2 x sehari


- Konsistensi : lembek
- Warna : kuning kecoklatan
- Penyulit : tidak ada
BAK

- Frekuensi : 5-7x perhari


- Konsistensi : cair
- Penyulit : tidak ada
- Warna : kuning jernih
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari
Gosok gigi : 2x sehari

Ganti pakaian dalam : 2x dan apabila lembab

6. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 kali dengan suami sekarang

Lamanya : 1 tahun

Umur waktu kawin : 18 tahun

7. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : pernah

Pernah menjadi akseptor KB : belum pernah

Jenis kontrasepsi yang digunakan : tidak ada

Lama menjadi akseptor KB : -

Alasan berhenti menjadi akseptor KB : -


8. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : baik

Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan ini : menerima

Pengambil keputusan keluarga : suami

Adat / kebiasaan yg dilakukan mempengaruhi kehamilan : tidak ada

Kebiasaan merokok dan minum-minuman keras : tidak ada

Rencana tempat Persalinan : bidan

DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 68 kg
Lila : 26 cm

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100/80 mmHg

Suhu : 36,6 0C

Pulse : 80 X/menit

RR : 20 X/menit

B. Pemeriksaan Kebidanan
Inspeksi
a. Kepala
Rambut : Rambut bersih, tidak rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemi, sclera tidak ikterus
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada caries gigi dan sariawan
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
b. Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : tidak ada
Pembesaran vena juguralis : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada

c. Dada
Mamae : simetris
Areola mamae : hiperpigmentasi
Putting susu : menonjol
Colostrum : ada
d. Abdomen
Pembesaran : simetris
Striae livide : ada
Linea nigra : ada
Linea Albicans : tidak ada
Striae albicans : tidak ada
Luka bekas operasi : tidak ada
e. Genetalia eksterna :
oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada.
f. Ekstremitas
Atas : tidak ada kelainan
Bawah : tidak ada varices
Refkleks patella : +
Palpasi

Leopold 1 : Teraba bagian besar, bulat dan tidak melenting, TFU 3 jari bawah
px (Mc.Donald :33 cm)
Leopold II : Kanan : Teraba bagian kecil janin
Kiri : Teraba bagian keras memanjang seperti ada tahanan.
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting serta tidak dapat
digoyangkan
Leopold IV : Kedua tangan sejajar

TBBJ : ( 33 – 12 ) x 155 = 3255gram

His : ( - )

Auskultasi

DJJ : ( + )

Frekuensi : 145 x / menit

Sifat : Teratur

Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu

Pemeriksaan Dalam

Tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa :Ny.A umur 21 tahun G1P0AO hamil 42 minggu janin tunggal
hidup intra uteri, presentasi kepala dengan hamil post matur
Data dasar :

DS :

- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, hamil pertama kali belum
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran dan HPHT 10 Mei 2014
DO :

- Leopold I : teraba bagian besar, lunak bulat tidak melenting,TFU 33 cm


- Leopold II : Kanan teraba bagian kecil janin dan kiri punggung janin
- Leopold III : presentasi kepala sudah masuk PAP
- Leopold IV : sebagian sudah masuk PAP
- DJJ + frekuensi 145x/menit
- UK = 42 minggu lebih 4 hari
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Partus lama
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI
Kolaborasi
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
1. Beritahu keadaan ibu dan janin
2. Observasi keadaan ibu dan janin.
3. Anjurkan ibu untuk banyak-banyak minum air putih.
4. Anjurkan ibu miring ke kiri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi sesuai advis dokter :
- I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul 8 tetes per menit
VI. PELAKSANAAN
Pada tanggal 7 Maret 2015 Pukul 13.30 WIB
1. Memberitahu keadaan ibu dan janin
2. Mengobservasi keadaan ibu dan janin.
3. Menganjurkan ibu untuk banyak-banyak minum air putih.
4. Menganjurkan ibu miring ke kiri
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi sesuai advis dokter :
- I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul 8 tetes per menit
VII. EVALUASI
Pada tanggal 7 Maret 2015 Pukul 13.40 WIB
1. Ibu mengetahui keadaan ibu dan janin
2. Keadaan ibu dan janin baik.
3. Ibu mau banyak minum
4. Ibu bersedia untuk miring ke kiri
5. Telah berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi sesuai advis
dokter :
- I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul 8 tetes per menit
DATA PERKEMBANGAN KALA I

Pengkajian Dilakukan pada tanggal 8 Maret 2015 pukul : 07.00 WIB

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama semakin sering.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
TD : 110/80mmHg
Suhu : 36,8 ºC

2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
Keluar lendir bercampur darah dari vagina
b. Palpasi
HIS : 2x dalam 10 menit, lamanya 30 detik
Sifat : kuat dan teratur

3. Auskultasi

Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu


DJJ : (+)
Frekuensi : 142x/menit
Sifat : kuat dan teratur
4. Pemeriksaan Dalam
a. Portio
- Konsistensi : tipis
- Pendataran : 50%
- Pembukaan : 3 cm
b. Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
c. Ketuban : (+)
d. Penurunan : hodge I(+)

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa : Ny. Y umur 21 tahun G1P0AO janin tunggal hidup, presentasi kepala
hamil posterm inpartu kala 1, fase laten,
Masalah : ibu mengeluh kesakitan
Data dasar :
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, hamil pertama kali belum
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran dan HPHT 10 Mei 2009
- Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama semakin
sering.
DO :

- Leopold I : teraba bagian besar, lunak bulat tidak melenting,TFU 33 cm


- Leopold II : Kanan teraba bagian kecil janin dan kiri punggung janin
- Leopold III : presentasi kepala sudah masuk PAP
- Leopold IV : sebagian sudah masuk PAP
- DJJ + frekuensi 142 x/menit
- UK = 42 minggu lebih 4 hari
- Keluar lendir bercampur darah dari vagina
- HIS : 2x dalam 10 menit, lamanya 30 detik,Sifat : kuat dan teratur
- Konsistensi portio tipis,Pendataran : 50%, Pembukaan : 3 cm, Penunjuk : ubun-
ubun kecil kiri depan,Ketuban : (+),Penurunan : hodge I(+)
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Partus lama
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI
Kolaborasi
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
1. Beritahu keadaan ibu dan janin.
2. Berikan support mental dalam proses persalinan
3. Berikan asupan nutrisi kepada ibu
4. Anjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri
5. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his yaitu dengan menarik nafas
panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut
6. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi sesuai dengan advis dokter :
- I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul 20 tetes per menit
7. Observasi kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf dan lakukan
pemeriksaan
VI. PELAKSANAAN
Pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 08.00
1. Memberitahu keadaan ibu dan janin.
2. Memberikan support mental dalam proses persalinan
3. Memberikan asupan nutrisi kepada ibu
4. Menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri.
5. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his yaitu dengan menarik nafas
panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk memberi terapi sesuai dengan advis
dokter
- I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul 20 tetes per menit
7. Mengobservasi kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf dan
melakukan pemeriksaan
VII. EVALUASI
Pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 08.15
1. Ibu mengerti bahwa keadaan ibu dan janin baik
2. Ibu merasan lebih nyaman
3. Ibu mau meminum teh manis yang diberikan
4. Ibu mau tidur dengan posisi miring kekiri
5. Ibu menarik nafas panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut
6. Kolaborasi dengan dokter dan telah diberikan obat sesuai advis dokter
7. Kemajuan persalinan di observasi dengan hasil
TTV HIS DJJ Φ
Jam
TD N T RR +/- Frek/dtk Lama Kuat Frek/mnt teratur Cm
07.30 80 20 + 3 35 Sdg 140 teratur 5
08.00 80 20 + 3 35 Sdg 140 Teratur
08.30 80 20 + 4 40 Sdg 140 Teratur
09.00 80 36,7 20 + 4 45 Sdg 140 Teratur
09.30 82 22 + 4 45 Kuat 140 Teratur
10.00 82 20 + 4 45 Kuat 140 Teratur
10.30 82 22 + 5 45 Kuat 140 Teratur
11.00 120/80 82 36,5 22 + 5 45 Kuat 142 Teratur 10

DATA PERKEMBANGAN

Pengkajian Dilakukan pada tanggal 8 Maret 2015 pukul : 11.00 WIB

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama
semakin sering.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 º C
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
Keluar air-air dan lendir bercampur darah dari vagina
b. Palpasi
HIS : 5x dalam 10 menit, lamanya 45 detik
Sifat : kuat dan teratur
c. Auskultasi
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu
DJJ : (+)
Frekuensi : 142x/menit
Sifat : kuat dan teratur
d. Pemeriksaan Dalam
1) Portio
Konsistensi : tipis
Pendataran : 100%
Pembukaan : 10 cm
2) Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
3) Ketuban : (-)
4) Penurunan : hodge III(+)
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Ny. Y umur 21 tahun G1P0AO, janin tunggal hidup, presentasi
kepala hamil posterm, inpartu kala 1, fase aktif,
Masalah : ibu mengeluh kesakitan
Data Dasar :
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, hamil pertama kali belum
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran dan HPHT 10 Mei 2014
- Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama
semakin sering.
DO :

- Leopold I : teraba bagian besar, lunak bulat tidak melenting,TFU 33 cm


- Leopold II : Kanan teraba bagian kecil janin dan kiri punggung janin
- Leopold III : presentasi kepala sudah masuk PAP
- Leopold IV : sebagian sudah masuk PAP
- DJJ + frekuensi 142 x/menit
- UK = 42 minggu lebih 4 hari
- Keluar lendir bercampur darah dari vagina
- HIS : 5x dalam 10 menit, lamanya 45 detik,sifat : kuat dan teratur
- Konsistensi portio : tipis, Pendataran : 100%, Pembukaan : 10 cm, Penunjuk
: ubun-ubun kecil kiri depan, Ketuban : (-),Penurunan : hodge III(+)
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Partus macet
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI
Kolaborasi
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH1
1. Observasi keadaan ibu dan janin.
2. Berikan support mental dalam proses persalinan
3. Berikan asupan nutrisi kepada ibu
4. Anjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri
5. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his yaitu dengan menarik nafas
panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut
6. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi sesuai advis dokter
- I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul 20 tetes per menit
7. Persiapkan alat untuk menolong persalinan dan BBL
VI. PELAKSANAAN
Pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 11.00 WIB
1. Memberitahu keadaan ibu dan janin.
2. Memberikan support mental dalam proses persalinan
3. Memberikan asupan nutrisi kepada ibu
4. Menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri.
5. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his yaitu dengan menarik nafas
panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk member terapi sesuai advis dokter
- I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul 20 tetes per menit
7. Mempersiapan alat terdiri dari
a. Partus set :
1) ½ koher
2) 2 klem tali pusat
3) 1 gunting tali pusat
4) 1 gunting episiotomy
5) Penghisap lendir
6) Pengikat tali pusat
7) Handscone 2 pasang
8) Kassa steril
9) Kateter
10) Spuit 3 ml + oksitosin 10 ui
b. Heacting set :
1) Needle holder
2) Benang catgut
3) Pinset cyrurgis
4) 1 gunting benang
5) Jarum
6) Spuit 5cc + lidokain 1%
7) Handscone 1 pasang
8) Kassa betadin
9) Kassa steril
c. Alat-alat non steril : 2 ember, DTT dan klorin, waslap, Doppler, tensi dan
temometer, celemek partograf
d. Alat resusitasi
VII. EVALUASI
Pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 11.05 WIB
1. Ibu mengerti bahwa keadaan ibu dan janin baik
2. Ibu merasan lebih nyaman
3. Ibu mau meminum teh manis yang diberikan
4. Ibu mau tidur dengan posisi miring kekiri
5. Ibu menarik nafas panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut
6. Kolaborasi dengan dokter dan telah diberikan obat sesuai advis dokter
7. Alat telah siap.
KALA II

Pengkajian Dilakukan pada pukul : 11.05 WIB

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa ingin meneran seperti ingin BAB
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos menthis
Nadi : 82X / menit
TD :120/80 mmhg
RR : 22 X/menit
Suhu : 36,5 ºC
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
1. Vulva membuka
2. Perinium menonjol
3. Tekanan pada anus
b. Palpasi
HIS : 5x dalam 10 menit, lamanya 45 detik
Sifat : kuat dan teratur
Penurunan : 0/5
c. Auskultasi
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu
DJJ : (+)
Frekuensi : 142x/menit
Sifat : kuat dan teratur
d. Pemeriksaan Dalam
1. Portio
Pendataran : 100%
Pembukaan : lengkap
Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
Ketuban : (-)
Penurunan : hodge III +
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Ny. Y umur 21 tahun G1P0AO, janin tunggal hidup, presentasi
kepala. hamilposterm, inpartu kala II
Masalah : Ibu cemas menghadapi persalinan
Data Dasar :
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, hamil pertama kali belum
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran dan HPHT 10 Mei 2014
- Ibu merasa ingin meneran seperti ingin BAB
DO :

- Leopold I : teraba bagian besar, lunak bulat tidak melenting,TFU 33 cm


- Leopold II : Kanan teraba bagian kecil janin dan kiri punggung janin
- Leopold III : presentasi kepala sudah masuk PAP
- Leopold IV : sebagian sudah masuk PAP
- DJJ + frekuensi 142 x/menit
- UK = 42 minggu lebih 4 hari
- Vulva membuka, Perinium menonjol,Tekanan pada anus
- HIS : 5x dalam 10 menit, lamanya 45 detik,Sifat : kuat dan teratur,
Penurunan : 0/5
- Pendataran portio : 100%,Pembukaan : lengkap, Penunjuk : ubun-ubun kecil
kiri depan,Ketuban : (-)
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
- Trauma langsung jalan lahir
- Retensio plasenta
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI
Kolaborasi
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
1. Pastikan tanda dan gejala kala II
2. Pastikan pembukaan sudah lengkap
3. Pastikan alat-alat persalinan dan obat-obatan yang digunakan sudah tersedia
4. Jelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa persalinan sudah dimulai
5. Anjurkan keluarga untuk menemani ibu saat persalinan
6. Pakai celemek
7. Cuci tangan
8. Pakai sarung tangan
9. Atur posisi ibu
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal
11. Anjurkan ibu untuk istirahat dan minum antara kontraksi
12. Pimpin ibu meneran setiap ada His
13. Lakukan sangga susur pada bayi setelah kepala bayi keluar
14. Keringkan bayi dang anti dengan kain yang bersih dan kering
VI. PELAKSANAAN.
Pada tanggal 8 Maret 2015 11.15 WIB
1. Memastikan tanda dan gejala kala II
2. Memastikan pembukaan sudah lengkap
3. Memastikan alat-alat persalinan dan obat-obatan yang digunakan
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa persalinan sudah dimulai
5. Menganjurkan anggota keluarga atu suami untuk menemani ibu yang akan
bersalin
6. Memakai celemek
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Mengatur posisi ibu
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal
11. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan minum antara kontraksi
12. Memimpin ibu meneran setiap ada His
13. Melakukan sangga susur pada bayi
14. Mengeringkan bayi dang anti dengan kain yang bersih dan kering
VII. EVALUASI.
Pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 12.30 WIB
1. Ada tanda dan gejala kala II
2. Pembukaan sudah lengkap
3. Alat dan obat sudah lengkap
4. ibu dan keluarga mengerti bahwa persalinan sudah dimulai
5. Suami mendampingi ibu
6. Celemek sudah dipakai
7. Udah mencuci tangan
8. Sarung tangan
9. Ibu dalam posisi dorsal recumbent
10. DJJ janin dalam keadaan normal
11. ibu bersedia untuk istirahat dan minum antara kontraks
12. ibu meneran dengan baik setiap ada His
13. Bayi telah lahir pukul 12.30 WIB menangis dengan jenis kelamin laki-laki
14. Bayi berada dalm selimut bersih dan kering
KALA III

Pengkajian dilakukan pada pukul 12.35 WIB

I. PENGKAJIAN
SUBJEKTIF
Ibu merasa perutnya mules dan ibu merasa lelah setelah persalinan
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TD : 110 / 70 mmHg.
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
Melihat adanya tanda-tanda lepasnya plasenta:
1. Tali pusat bertambah panjang
2. Terlihat adanya semburan darah secara tiba-tiba dari vagina
3. Uterus berubah bentuk menjadi globular
b. Palpasi :
1) kontraksi uterus : baik
2) TFU : sepusat
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Ny.Y umur 21 tahun P1A0, post partum kala III
Masalah : Plasenta belum lahir
Data Dasar
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, baru saja melahirkan
bayinya dan belum pernah keguguran
- Ibu merasa perutnya mules dan ibu merasa lelah setelah persalinan
DO :

- Ibu baru saja melahirkan bayinya


- Terdapat tanda lepasnya plasenta:
1. Tali pusat bertambah panjang
2. Terlihat adanya semburan darah secara tiba-tiba dari vagina
3. Uterus berubah bentuk menjadi globular
- kontraksi uterus : baik, TFU : sepusat
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Atonia uteri
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI
Injeksi oksitosin
V. MERENCANAKAN ASUHAN SECARA MENYELURUH
1. Beritahu keadaan ibu dan bayi
2. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin pada paha ibu
3. Suntikkan oksitosin 10 UI secara IM 1/3 paha ibu bagian luar
4. Pindahkan klem didepan vulva 5-10 cm
5. Lakukan peregangan tali pusat terkendali, satu tangan memegang tali pusat
dan yang satu melakukan dorso cranial
6. Lakukan masase uterus
7. Periksa kelengkapan plasenta
8. Perika adanya laserasi jalan lahir
9. Periksa adanya perdarahan pervaginam
VI. PELAKSANAAN
Pada tanggal 8 Maret 2010 pukul 12.40 WIB
1. Memberitahu keadaan ibu dan bayi
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin pada paha ibu
3. Menyuntikkan oksitosin 10 UI secara IM 1/3 paha ibu bagian luar
4. Memindahkan klem didepan vulva 5-10 cm
5. Melakukan peregangan tali pusat terkendali, satu tangan memegang tali pusat
dan yang satu melakukan dorso cranial
6. Melakukan masase uterus
7. Memeriksa kelengkapan plasenta
8. Memeriksa adanya laserasi jalan lahir
9. Memeriksa adanya perdarahan pervaginam
VII. EVALUASI
Pada tanggal 8 Maret 2015 Pukul 12.45 WIB
1. Ibu mengetahui keadaannya
2. Ibu mengetahui bahwa akan disuntik
3. Oksitosin telah masuk
4. Klem berada 5 cm di depan vulva
5. Plasenta lahir
6. Uterus menjadi keras
7. Plasenta lahir lengkap ,TP : 48cm. BP : 450 gram diameter : 18-19 cm.
8. Tidak ada laserasi jalan lahir
9. Tidak ada perdarahan per vaginam
KALA IV

Pengkajian dilakukan pada pukul 12.45 wib

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
1. Ibu merasa lelah
2. Ibu merasa haus dan lapar
DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :sedang
Kesadaran : compos menthis
TD :110/80 mmhg
Nadi :80x/menit
RR : 22/menit
Suhu : 36 C
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Palpasi :
1) Kontaksi uterus : baik
2) Konsistensi : keras
3) TFU : 2 jari bawah pusat
4) Kandung kemih : kosong

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa : Ny. Y umur 21 tahun P1A0 post partum kala 1V
Masalah : keadaan ibu lemah
Data Dasar
DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. A berumur 21 tahun, baru saja melahirkan
bayinya dan belum pernah keguguran
- Ibu merasa lelah, haus dan lapar
DO :

- Plasenta sudah lahir spontan, lengkap


- Kontaksi uterus : baik, Konsistensi : keras
- TFU : 2 jari bawah pusat
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
- Infeksi jalan lahir
- Perdarahan
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI
Observasi pendarahan
V. MERENCANAKAN ASUHAN SECARA MENYELURUH
1. Beritahu keadaan ibu dan bayi
2. Observasi pendarahan
3. Periksa adanya laserasi jalan lahir.
4. Bersihkan tubuh ibu dan menggantikan pakaian
5. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama
satu jam kala empat berikutnya
6. Masase uterus untuk membuat kontraksi menjadi baik setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit setiap dua jam kala dua
7. Pantau temperature tubuh setiap jam pertama selama dua jam pasca
persalinan
8. Nilai perdarahan setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan
9. Dekontaminasi alat bekas pakai
10. Lakukan cuci tangan efektif
11. Anjurkan ibu untuk istirahat
12. Lakukan pendokumentasian.
VI. PELAKSANAAN
Pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 12.50 WIB
1. Memberitahu keadaan ibu dan bayi
2. Mengobservasi pendarahan
3. Memeriksa adanya laserasi jalan lahir.
4. Membersihkan tubuh ibu dan menggantikan pakaian
5. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama
satu jam kala empat berikutnya
6. Masase uterus untuk membuat kontraksi menjadi baik setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit setiap dua jam kala dua
7. Pantau temperature tubuh setiap jam pertama selama dua jam pasca
persalinan
8. Nilai perdarahan setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan
9. Dekontaminasi alat bekas pakai
10. Melakukan cuci tangan efektif
11. Anjurkan ibu untuk istirahat
12. Melakukan pendokumentasian.
VII. EVALUASI
Pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 12.55 WIB
1. Ibu mengetahui keadaan ibu dan bayi
2. pendarahan normal 100 C
3. tidak ada laserasi jalan lahir
4. Ibu telah mengenakan pakain bersih
5. Memantau kontraksi dan pendarahan pervaginam 2-3 kali dalam 15 menit
pasca persalinan
Pukul 13.00
Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 X/ menit

Tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah pusat

Darah yang keluar : ± 50 cc

Pukul 13.15

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 90 X/ menit

Tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah pusat

Darah yang keluar : ± 50 cc

Pukul 13.30

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 90 X/ menit

Tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah pusat

Darah yang keluar : ± 50 cc

Pukul 13.45

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 80 X/ menit

Tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah pusat

Darah yang keluar : ± 50 cc

6. masase uterus telah dilakukan dan uterus berkontraksi dengan baik


7. temperature
Pukul 13.00 wib
Suhu : 36º celcius
Pukul 14.00 wib
Suhu : 36,5 ºcelcius
8. perdarahan
pukul 13.00 wib
Tidak terjadi perdarah dan pengeluaran darah ± 100 cc
Pukul 13.15 wib
Tidak terjadi perdarahan dan pengeluaran darah ± 100 cc
Pukul 13.30 wib
Tidak terjadi perdarahan dan pengeluaran darah ± 100 cc
Pukul 13.45 wib
Tidak terjadi perdarahan dan pengeluaran darah ± 100 cc
9. Alat telah didekontaminasi
10. Cuci tangan efektif telah dilakukan
11. Ibu bersedia untuk istirahat
12. Telah didokumentasikan
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah
melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian besar bias
diselesaikan dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan bidan tidak
berwenang menolong persalinan dengan kehamilan postmatur kecuali bidan di rumah
sakit dengan kolaborasi dengan dokter.
B. SARAN
1. Sebaiknya persalinan dengan postmatur dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi
dengan dokter
2. Kehamilan postmatur harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi
terutama pada janin
3. Bidan sebaiknya dapat mendeteksi kehamilan postmatur untuk menghindari
komplikasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary, dkk. 2006. Obstetri William ed.21. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta. Arcan

Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.

Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC

Source:www.thieryabdee.wordpress.com
MAKALAH
STANDART KEGAWAT DARURATAN
KEBIDANAN

I. PENDARAHAN PASCA PERSALINAN

Adalah pendarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah proses


persalinan.
Seorang ibu yang sehat tidak anemikpun dapat mengalami akibat fatal dari
kehilangan darah, penanganan aktif kala tiga sebaiiknya dilakukan pada semua
wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan
pasca bersalin.

PENANGANAN UMUM
 Mintalah bantuan.
 Pemeriksaan vital sign.
 Jika terjadi syok lakukan tindakan segera, pastikan bahwa Uc baik.
 Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah.
 Oksitosin 10 Iu ml.
 Pasang infus.
 Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar masuk.
 Periksa kelengkapan plasenta.
 Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perinium.
 Jika perdarahan terus berlangsung lakukan uji beku darah.
 Setelah perdarahan teratasi 24 Jam periksa Hb. Jika Hb < 7 gr % segera
rujuk untuk penanganan lebih lanjut.
 Jika atonia uteri berat lakukan KBI atau KBE.

II. SYOK

Merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi adekuat


ke organ-organ vital.Syok merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan
membutuhkan tindakan segera dan intensif,

Penyebab Syok pada kasus gawat darurat obstetri biasanya adalah :


 Perdarahan (Syok hipovolemik).
 Sepsis (Syok Septik).
 Gagal Jantung (Syok kardiogenik).
 Rasa Nyeri (Syok Neurogenik).
 Alergi (Syok Anafilatik).

Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut :
 Perdarahan pada awal kehamilan (Seperti abortus, KET atau Mola).
 Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (Seperti plasenta Previa,
Solusio plasenta, Ruptur uteri)
 Perdarahan setelah melahirkan (Ruptur Uteri, atau Atonia Uteri, Robekan
jalan lahir, Retensio Plasenta)
 Infeksi (Seperti abortus yang tidak aman atau abortus septik, amnionitis,
netritis, pielonetritis).
 Trauma (Seperti perlukaan pada uterus atau usus selama proses abortus,
Ruptura, Robekan jalan lahir.

TANDA DAN GEJALA


 Nadi cepat dan lemah (110 X / menit atau lebih).
 Tekanan darah yang rendah.
 Sistolik < 90 mmhg.
 Pucat.
 Keringat atau kulit terasa dingin dan lembab.
 Pernafasan yang cepat 30 X / menit atau lebih.
 Gelisah, bingung, dan Hilangnya kesadaran.
 Urine yang sedikit < 30 ml / Jam.

PRINSIP DASAR PENANGANAN SYOK


 Menstabilkan kondisi pasien.
 Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah.
 Mengefisiensikan sistem sirkulasi darah.
 Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok.

PENANGANAN AWAL
1. Mintalah bantuan.
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat, keadaan umum ibu dan harus
dipastikan bahwa jalan nafas bebas.
3. Pantau tanda-tanda vital.
4. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring agar tidak terjadi aspirasi.
5. Jagalah ibu dalam posisi yang hangat.
6. Tinggikan posisi kaki.

PENANGANAN KHUSUS
1. Infus menggunakan kanula atau jarum besar RL 1000 cc / jam.
2. Periksa golongan darah, laboratorium DL.
3. Jangan berikan cairan melalui mulut pada ibu yang mengalami syok.
4. Pantau tanda-tanda vital setiap 15 menit, apabila kondisi pasien membaik
hati-hati agar tidak berlebihan memberi cairan.
5. Lakukan kateterisasi.
6. Beri O2 dengan sungkup/ kanula.

III. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Klarifikasi meliputi :
 Hipertensi tanpa protein urine dan oedem.
 Preeklamsia ringan.
 Preeklamsia berat.
 Eklamsia.

Tekanan diastolik > 90 mmhg pada kehamilan < 20 Minggu (Hipertensi Kronik).
Tekanan diastolik 90 – 110 mmhg pada kehamilan < 20 Minggu, Protein Urine
< ++ (Hipertensi Kronik dengan sumperimpased preeklamsia ringan).
Tekanan diatolik 90 – 110 mmhg pada kehamilan > 20 Minggu, Protein Urine
++ (PER).
Tekanan diatolik >110 mmhg pada kehamilan > 20 Minggu, Protein Urine <
+++, nyeri kepala, penglihatan kabur, oliguria < 400 ml / 24 Jam, nyeri abdomim
atas ke epigastrium, Oedema paru (PEB).
Tekanan diastolik > 90 mmhg pada kehamilan > 20 Minggu, Protein Urine > ++,
koma, dan gejalan sama dengan PEB (Eklamsia).
Ingat Preeklamsia ringan sering tanpa gejala,protein urine yang meningkat
merupakan tanda membusuknya preeklamsia, edema tungkai bukan
merupakan tanda yang selalu pada preeklamsia. Preeklamsia ringan dengan
cepat meningkat menjadi preeklamsia berat resiko menjadi eklamsia sangat
besar pada PEB.
Kejang dapat terjadi pada hubungan dengan beratnya hipertensi, sukar
diramalkan dapat terjadi tanpa adanya hiperflekxia, nyeri kepala atau gangguan
penglihatan pada 25 % terjadi pasca persalinan. Dapat terjadi berulang-ulang
sehingga dapat berakhir dengan kematian.
Nb : Jangan berikan ergometrin pada ibu dengan preeklamsia, eklamasia atau
hipertensi karena dapat meningkatkan resiko kejang dan gangguan
serebrofaskular.
CARA PEMBERIAN Mgso4

IV. GAWAT JANIN PADA PERSALINAN.


 Denyut jantung janin < 100 / menit atau > 180 / menit.
 Air ketuban hijau kental.

Penanganan Umum

1. Pasien dibaringkan miring ke kiri.


2. Berikan oksigen.
3. hentikan infus oksitisen (jika sedang diberikan infus Oksitosen)

Diagnostik Gawat Janin saat persalinan didasarkan pada DJJ.


Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, infus oksitosin,
perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetus, kehamilan pre dan
posterm atau Prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu
penanganan segera.

DJJ Abnormal
 DJJ Normal dapat melambat sewaktu His dan segera kembali normal
setelah relaksasi.
 DJJ Melambat < 100 saat tidak ada His, menunjukkan gawat janin.
 DJJ Cepat > 180X / menit disertai takikardi ibu bisa karena demam, efek
obat, hipertensi, amionitis.
 Ketuban bayi bercampur mekonium.

PENANGANAN
Segera dilakukan sectio caesar.

Anda mungkin juga menyukai