Anda di halaman 1dari 32

KORELASI RASIO LDL/HDL DENGAN DERAJAT KLINIS

PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUD DR SOEDONO


MADIUN

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter

Disusun oleh:

Fina Idamatussilmi
14711014

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

REVISI KTI

KORELASI RASIO LDL HDL DENGAN DERAJAT KLINIS PADA


PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUD DR SOEDONO MADIUN

Diajukan oleh:

Fina Idamatussilmi

14711014

Penguji Pembimbing Utama

dr. Linda Rosita, M.Kes., Sp.PK dr. Rahma Yuantari, M.Sc., Sp.PK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2017
DAFTAR ISI

PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN ....................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2.Perumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3.Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.4.Manfaat Penelitian............................................................................................ 3
1.4.1. Bagi peneliti .................................................................................. 3
1.4.2. Bagi ilmu pengetahuan .................................................................. 3
1.4.3. Bagi masyarakat ............................................................................ 3
1.5.Keaslian Penelitian ......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

2.1. Telaah Pustaka .............................................................................................. 5

2.1.1. Stroke iskemik ............................................................................... 5

2.1.2. Penilaian derajat klinis stroke .............................................................. 12

2.1.3. Rasio LDL/HDL ................................................................................... 12

2.2. Kerangka Teori .......................................................................................... 16

2.3. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 17

2.4. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 17


BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 18

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................18

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................18

3.3. Subyek Penelitian ................................................................................18

3.3.1. Populasi penelitian ...........................................................................18

3.3.2. Teknik pengambilan sampel .......................................................... 18

3.3.3. Besar sampel ....................................................................................19

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ..............................................................20

3.5. Identifikasi Variabel ...........................................................................20

3.6. Definisi Operasional ...........................................................................20

3.7. Instrumen Penelitian ...........................................................................21

3.8. Alur Penelitian ....................................................................................21

3.9. Metode Analisis Data .........................................................................21

3.10. Etika Penelitian ................................................................................21

3.11. Jadwal Penelitian .............................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................23

LAMPIRAN...............................................................................................26
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ................................................................. 4


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Algoritma Stroke Gadjah Mada .................................................10

Gambar 2. The National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) .........26

Gambar 3. ATP III Classification of LDL, Total, and HDL Cholesterol... 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal
maupun global (menyeluruh) yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24
jam atau sampai menyebabkan kematian atau kecacatan, tanpa penyebab lain
selain gangguan vaskuler. Menurut proses perjalanan penyakitnya stroke dibagi
menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik
merupakan penyakit stroke yang paling sering terjadi, 87% dari kasus stroke
adalah stroke iskemik (WHO, 2008)
Setiap tahunnya 795.000 orang di Amerika mengalami stroke, sebanyak
610.000 orang stroke untuk pertama kalinya dan 185.000 orang adalah kejadian
berulang. Pada tahun 2013, setiap 40 detik 1 orang di Amerika terserang stroke
dan dalam 4 menit seseorang mati karena stroke. (AHA, 2015).
Stroke merupakan penyebab kedua kematian terbanyak di dunia setelah
penyakit jantung iskemik dan merupakan penyebab tersering kecacatan atau
disabilitas pada usia dewasa. (Dicarlo, 2009)
Jumlah penderita stroke di Indonesia menempati urutan pertama di Asia.
Sedangkan untuk jumlah kematian yang terjadi karena stroke, Indonesia
menempati urutan kedua. Dari data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi
stroke berdasarkan diagnosis tenaga kerja kesehatan tertinggi terdapat di Sulawesi
Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti
Jawa Timur sebesar (16,0%) (Kemenkes, 2013).
Stroke dipengaruhi oleh faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan
faktor resiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
diantaranya adalah umur, jenis kelamin, faktor keturunan, ras, riwayat penyakit
stroke sebelumnya, dan kelainan pembuluh darah bawaan. Sedangkan faktor
resiko yang bisa dimodifikasi adalah kadar kolesterol di dalam darah, tekanan
darah, kebiasaan olahraga, merokok, diabetes, pola makan terkait dengan obesitas,
dan konsumsi alkohol. Jika faktor resiko yang dapat dimodifikasi dikendalikan,
maka insidensi stroke dan disabilitas yang dapat terjadi akan berkurang (
PERDOSSI, 2004).
Hiperkolesterolemia sangat berperan dengan penyakit kardiovaskular salah
satunya stroke yang berhubungan dengan pembentukan plak aterosklerosis pada
pebuluh darah. Total kolesterol tersusun oleh LDL (low-density lipoprotein),
trigliserid, dan HDL (high-density lipoprotein). Pembentukan plak aterosklerosis
dapat disebabkan oleh peningkatan trigliserid dan LDL. Kadar LDL yang tinggi
dalam darah lebih menyebabkan stress oxidative pada pembuluh darah sehingga
dapat menyebabkan progresi pembentukan plak aterosklerosis. Semakin banyak
plak aterosklerosis yang terbentuk akan menyebabkan perburukan manifestasi
klinis pada pasien stroke. Sebaliknya kadar HDL dalam darah yang tinggi
diketahui dapat menyebabkan penurunan progresivitas pembentukan plak
aterosklerosis (Caplan, 2009 ; Zeljkovic et al., 2010)
Penelitian tentang rasio LDL dengan HDL pada derajat klinis stroke iskemik
saat ini masih sedikit. Penelitian yang hampir serupa telah dilakukan sebelumnya
berjudul “Profil Rasio Kolesterol LDL dan HDL pada Pasien Stroke di Bagian
Saraf RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari sampai Desember
2010”. Dalam penelitian ini didapatkan hasil pasien stroke dengan rasio kolesetrol
LDL dan HDL lebih dari 3,5 sebanyak 57 pasien (60%), dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi rasio maka insidensi stroke semakin tinggi. Pada penelitian
tersebut tidak diteliti tentang korelasi rasio LDL/HDL dengan derajat klinis.
Penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya berjudul “Hubungan antara Rasio
Kadar Kolesterol terhadap HDL dalam Darah dengan Kejadian Stroke Iskemik di
RSUD Sukoharjo” dalam penelitian ini HDL dibandingkan dengan kolesterol.
Maka belum ada paparan yang jelas mengenai peningkatan rasio LDL serta
penurunan HDL pada derajat keparahan pada pasien stroke iskemik. Sehubungan
dengan hal itu maka peneliti tertarik untuk meneliti hal ini.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka timbul permasalahan sebagai
berikut:
Bagaimana korelasi Rasio LDL HDL dengan Derajat Klinis pada Pasien
Stroke Iskemik di RSUD dr. Soedono Madiun tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi rasio LDL:HDL dengan


derajat klinis pada pasien stroke iskemik di RSUD dr. Soedono Madiun tahun
2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi peneliti


1. Peneliti mendapat pembelajaran dan pengalaman dalam membuat Karya
Tulis Ilmiah sebagai syarat mendapatkan gelar S1 kedokteran.
2. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
tentang korelasi rasio LDL:HDL terhadap derajat klinis pada pasien stroke
iskemik.

1.4.2. Bagi ilmu pengetahuan


1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu
pengetahuan dalam bidang kedokteran khususnya tentang korelasi rasio
LDL:HDL terhadap derajat klinis pada pasien stroke iskemik.
2. Diharapkan adanya pengelolaan hiperkolesterolemia dalam mengurangi
derajat klinis pasien stroke iskemik

1.4.3. Bagi masyarakat


1. Memberikan informasi mengenai stroke iskemik, rasio LDL:HDL,
derajat klinis penderita stroke iskemik
2. Memberikan informasi mengenai korelasi rasio LDL:HDL terhadap
derajat klinis pada pasien stroke iskemik.
3. Setelah mengetahui korelasi rasio LDL:HDL terhadap derajat klinis
pada pasien stroke iskemik diharapkan masyarakat dapat mengendalikan
pola hidup sehat untuk menurunkan derajat keparahan dan kejadian stroke
iskemik.
1.5 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Perbedaan


. Penelitian Penelitian Ini
Terdahulu
1. Wicaksono, Hubungan Antara Rasio Kadar Meneliti tentang Meneliti tentang rasio
A.G., 2014 Kolesterol Terhadap HDL rasio kolesterol LDL terhadap HDL
dengan Insidensi Stroke terhadap HDL dengan derajat klinis
Iskemik di RSUD Sukoharjo dan insidensi pasien stroke iskemik.
stroke iskemik.

2. Agusti, N.I., Profil Rasio Kolesterol LDL Meneliti tentang Meneliti tentang rasio
2012 dan HDL pada Pasien Stroke di profil rasio LDL LDL HDL pada pasien
Bagian Saraf RSUD Arifin HDL pada pasien stroke iskemik dengan
Achmad Provinsi Riau periode stroke secara derajat klinisnya.
Januari sampai Desember 2012 umum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Pustaka

2.1.1. Stroke iskemik

Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat adanya
gangguan vaskularisasi otak, seingga menyebabkan gangguan fungsional bersifat
fokal atau global. Stroke memiliki gejala-gejala yang dapat berlangsung lebih dari
24 jam atau dan dapat menyebabkan kematian tanpa penyebab lain selain
vaskuler. Pengertian ini mencakup stroke yang disebabkan akibat infark otak
(stroke iskemik), perdarahan intraserebral (PIS), perdarahan intraventrikuler, dan
beberapa kasus perdarahan subarachnoid (PSA) (Warlow et al., 2007).
Faktor resiko pada stroke dikategorikan menjadi faktor yang bisa
dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Usia, jenis kelamin, etnis, genetik,
berat badan lahir rendah merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Hal ini
menyebabkan pentingnya manajemen faktor resiko yang bisa dimodifikasi. Faktor
resiko yang bisa dimodifikasi antara lain pasien dengan transient ischemic attacks
(TIA), hipertensi, diabetes, dislipidemia, obesitas, merokok, dan lain-lain
(Goldstein et al, 2011).
Dislipidemia adalah kelian metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan dan penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kolesterol, trigliserida, LDL (low-density lipoprotein), dan HDL
(high-density lipoprotein). Pada dislipidemia, dalam sebuah penelitian meta
analisis oleh Baigent et al tahun 2010 menunjukkan bahwa setiap 1 mmol/L
(39mg/dL) penurunan LDL sebanding dengan penurunan risiko stroke sebanyak
21.1%, pasien dengan konsumsi statin mengurangi 16% risiko stroke (Baigent et
al., 2010).
Secara umum stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Lebih dari 85% kejadian stroke adalah stroke iskemik atau infark yang
disebabkan karena kurangnya aliran darah ke otak. Stroke iskemik adalah keadaan
dimana suplai darah ke otak inadekuat. Suplai darah ke otak yang inadekuat dapat
menyebabkan sel otak kekurangan oksigen dan glukosa untuk metabolisme sel
sehingga sel otak akan mengalami kematian (Ropper & Samuels, 2009; Kumar et
al., 2015)
Berdasarkan klasifikasi dari Trial of Org 10172 in Acute Stroke Treatment
(TOAST) stroke iskemik dibagi menjadi: (Canavan et al., 2013)
1. Large-artery atherosclerosis (embolus/trombosis)
Adanya bukti klinis disfungsi kortikal, subkortikal, batang otak maupun
serebelum dengan ditemukannya lebih dari 50% distribusi lesi atau oklusi
pembuluh darah intracranial atau ekstracranial dengan CT-scan atau MRI
pada infark lebih dari 1,5 cm.
2. Kardioembolisme (high risk/ medium risk)
Adanya bukti klinis disfungsi kortikal, subkortikal, batang otak maupun
serebelum dengan ditemukannya salah satu risiko tinggi contohnya pada
kejadian fibrilasi atrium atau resiko sedang kelainan jantung contohnya
pada patent foramen ovale pada pemeriksaan diagnostik
(elektrokardiogram, ekokardiogram, monitoring jantung 24 jam).
3. Small-vessel occlusion (lakuner)
Adanya bukti klinis sindrom lakuner seperti gangguan motorik murni,
gangguan sensorik murni, ataksia hemiparesis. Pada pemeriksaan
didapatkan hasil lesi kurang dari 1,5 cm pada area yang divaskularisasi
oleh arteri perforantes kecil. Pada subtipe ini keterlibatan arteri besar
jantung harus disingkirkan.
4. Stroke of other determined etiology
Stroke yang disebabkan oleh vaskulopati nonaterosklerosis. Gangguan
hiperkoagulasi, gangguan hematologi, dan penyebab stroke yang jarang
setelah pemeriksaan diagnostik.
5. Etiologi tidak dapat ditemukan pada eksplorasi intensif (kryptogenik/
undetermined etiology)
Jika terdapat dua atau lebih etiologi stroke, setelah pemeriksaan lengkap
tidak ada sumber penyebab yang mungkin atau pasien menjalani
pemeriksaan yang belum lengkap.

Terdapat 3 mekanisme penyebab iskemia pada pembuluh darah otak, yaitu:


(Caplan, 2009)
1. Trombosis
Trombosis adalah keadaan adanya obstruksi aliran darah yang
disebabkan oleh oklusi lokal pada satu atau lebih pembuluh darah.
Obstruksi aliran darah akan menyebabkan penurunan aliran darah atau
oklusi lokal pembuluh darah. Lumen pembuluh darah akan menyempit
karena adanya sumbatan yang terbentuk. Aterosklerosis merupakan
penyebab tersering keadaan patologis pada pembuluh darah. Plak
aterosklerosis akan menyumbat pembuluh darah. Beberapa penyebab
seperti displasia fibromuskular pembuluh darah, arteritis, diseksi dinding
pembuluh darah juga merupakan penyebab keadaan patologis pembuluh
darah yang dapat menyebabkan oklusi, walau kejadiannya sangat jarang
dibandingkan dengan kasus aterosklerosis. Selain karena keadaan
patologis pembuluh darah, plak pada lumen pembuluh darah bisa
disebabkan oleh penyakit pada darah sebagai penyebab primer,
contohnya pada kasus polisitemia, trombositosis, dan keadaan
hiperkoagulasi yang akan membuat kontraktilitas pembuluh darah
berkurang.
2. Emboli
Mekanisme kedua adalah emboli. Pada emboli, material
mengoklusi pembuluh darah yang akan meyebabkan kurangnya asupan
darah sehingga terjadi iskemia seperti pada trombosis. Emboli memiliki
perbedaan dengan trombosis. Emboli terbentuk pada area pembuluh
darah lainnya dan terbawa aliran darah. Materi akan bergerak ke arah
proksimal, paling sering materi emboli ini berasal dari jantung, arteri
mayor seperti aorta, arteri karotis, dan vena sistemik. Emboli yang
berasal dari jantung bisa berasal dari katup jantung, clots, atau tumor
pada atrium atau ventrikel. Selain beberapa hal di atas, emboli juga b isa
disebabkan oleh udara, lemak, material plak, material obat injeksi,
bakteri, benda asing, dan sel tumor yang masuk ke sistem pembuluh
darah dan menjadi emboli di otak.
3. Hypoperfusion
Penurunan perfusi sistemik akan menyebabkan penurunan aliran
darah ke otak. Penyebab paling sering penurunan perfusi adalah infark
miokard, aritmia, dan hipotensi sistemik seperti pada keadaan
hipovolemia akibat perdarahan yang masif. Stroke yang disebabkan
hipoperfusi ini biasanya bersifat generalisata dan mengenai daerah otak
secara difuse dan bilateral, berbeda dengan pada trombosis dan emboli.
Hipoperfusi biasanya mengenai area yang disebut watershed regions,
yaitu area perifer dari pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak.
Ateroskerosis adalah adaya lesi intima yang disebut ateroma (atau
ateromatosa atau plak sterosklerotik). Tidak hanya di tunika intima, plak juga
dapat melemahkan tunika media dan meyebabkan aneurisma. Plak aterometosa
adalah akumulasi massa lemak berupa penonjolan berupa penonjolan yang
ditutupi dengan jaringan ikat. Plak aterosklerotik yang ruptur akan membentuk
fisura yang berarti plak memiliki celah konstituen yang bersifat trombogenik
(Longo et al., 2011)
Aterosklerosis merupakan keadaan patologis vaskular yang ditandai dengan
adanya penimbunan atau deposisi material lipid, pertumbuhan jaringan fibrosa
dan muskular, adhesi trombosit yang dapat mempersempit lumen pembuluh
darah. Berulangnya kerusakan dinding arteri akan membentuk bekuan darah yang
disebut trombus, pada proses ini dapat terjadi penurunan aliran darah lebih lanjut
atau yang disebut dengan hipoperfusi. Trombus dapat membesar dan menutupi
lumen arteri atau trombus terlepas dan terbentuk emboli yang akan bergerak
bersama aliran darah dan akan menyumbat arteri di daerah distal yang relatif lebih
sempit dan akan terjadi hipoksia jaringan. Apabila oklusi terjadi di pembuluh
darah intrakranial, maka akan menimbulkan infark pada otak yang luas. Dalam
patogenesis penyakit stroke, atherosklerosis merupakan penyebab yang paling
sering (Caplan, 2009; Gofir, 2011).
Rata-rata otak manusia memiliki berat 2% dari berat badan, otak
membutuhkan sebanyak 20% dari aliran darah yang dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh untuk menjalankan fungsinya secara normal. Jumlah aliran darah
normal ke otak adalah 58 ml/100 gram jaringan otak setiap menit. Aliran darah
ke otak yang terlalu banyak akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
sedangkan jika kekurangan akan terjadi kerusakan atau kematian sel otak.
Aktivitas listrik neuron akan terhenti jika aliran darah ke otak di bawah 18-20
ml/100 gram jaringan otak/menit. Terhentinya aktivitas kelistrikan neuron akan
terjadi, tetapi struktur sel masih baik sehingga gejala klinis yang timbul masih
reversibel. Jika penurunan aliran darah terus terjadi dan semakin parah sampai di
bawah 8-10 setiap 100 gram jaringan otak per menit maka jaringan otak akan mati
yang disebut dengan infark dengan perubahan fungsi dan struktur otak yang
ireversibel (Gofir, 2011).
Manifestasi klinis stroke tergantung dari beratnya infark yang menyebabkan
defisit neurologis pada pasien. Defisit neurologis yang terjadi pada stroke bisa
bersifat fokal dan non fokal. Defisit neurologis fokal yang terjadi meliputi gejala
motorik, sensorik, visual, bahasa, kognitif, dan vestibular. Kelemahan atau
kecanggungan pada salah satu sisi tubuh seluruhnya atau sebagian, kelemahan
bilateral simultan, kesulitan menelan, ketidakseimbangan adalah contoh dari
gejala motorik. Bisa juga terjadi gangguan bicara/ bahasa yaitu kesulitan
memahami atau mengekspresikan bahasa lisan, kesulitan dalam membaca
(diseleksia) atau menulis, kesulitan dalam menghitung, bicara pelo. Pada gejala
sensorik akan terjadi perubahan yang terasa seperti penurunan rasa sebagian atau
seluruh tubuh. Gejala visual yang sering terjadi seperti gangguan penglihatan pada
mata, penglihatan ganda, gangguan pada lapang pandang, bahkan kebutaan. Tidak
jarang pada pasien stroke akan terlihat gejala perilaku atau kognitif yang berubah
seperti kesulitan berpakaian, menyisir rambut, menyikat gigi, disorientasi
geografik, lupa, dan gejala vestibular yaitu sensasi gerakan yang abnormal. Tanda
defisit neurologis non fokal meliputi kelemahan tubuh secara menyeluruh, sensasi
kepala terasa ringan, perubahan atau penurunan tingkat kesadaran, inkontinensia
urin atau feses, kebingungan, tinitus (Ropper & Samuels, 2009).
Anamnesis yang dapat digali adalah faktor resiko stroke, karakteristik
gejala yang timbul, adakah konsekuensi fungsional, kapan gejala tersebut dimulai
(onset), aktivitas pasien saat serangan, gejala lain yang menyertai (nyeri kepala,
kejang, muntah, nyeri dada, panik), riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit
keluarga. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tanda vital,
pemeriksaan kepala dan leher untuk mencari adakah cedera, pemeriksaan fisik
umum, dan pemeriksaan neurologis. Untuk menegakkan diagnosis stroke dapat
dilakukan dengan CT-Scan (Computed Tomography Scan) atau MRI (Magnetic
Resonance Imaging) yang dapat membedakan stroke infark atau perdarahan.
Selain itu, penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan Algoritma
Stroke Gadjah Mada (ASGM). (Gofir, 2011)

Gambar 1. Algoritma Stroke Gadjah Mada (Lamsudin, 2000)


Tujuan utama terapi stroke iskemik adalah menyelamatkan area
hipovolemi, mengurangi beratnya ischemia injury dengan neuro protection, dan
menurunkan durasi iskemik (memperbaiki aliran darah pada daerah iskemik).
Secara umum penanganan stroke adalah dengan memberikan memberikan life
support secara umum. Tidakan yang dapat dilakukan sebagai life support adalah
pembebasan jalan nafas, oksigenasi untuk mencegah hipoksia, pengendalian
sirkulasi darah agar tidak terjadi hipoperfusi ke jaringan otak, manajemen cairan
dan elektrolit, memperbaiki posisi kepala, mengatasi kejang dan rasa nyeri,
menghilangkan rasa cemas, menjaga suhu tubuh normal. Selain itu meminimalkan
lesi, pencegahan terjadinya komplikasi, melakukan rehabilitasi, pencegahan
timbulnya stroke yang berulang. Penatalaksanaan khusus lanjutan diberikan sesuai
dengan keadaan pasien (Gofir, 2011).
Prognosis pada pasien stroke terdiri dari 6 aspek yaitu: death, disease,
disability, discomfort, dissatification, destitution. Berbagai macam aspek ini dapat
dinilai pada saat awitan stroke akut atau pasca stroke. monitoring pasien secara
hati-hati dapat digunakan untuk mencegah agar tidak terjadi perburukan.
Beberapa hal yang harus dilakukan monitoring yaitu keadaan umum, fungsi otak,
ekg, saturasi oksigen, tekanan darah, suhu tubuh terus menerus selama 24 jam
setelah awitan stroke. sebuah penelitian mengatakan bahwa minggu pertama
adalah waktu diana terjadi perbaikan fungsi yang paling cepat dan selanjutnya
akan mengalami penurunan. Tetapi hal ini sangat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor dan keadaan yang terjadi pada penderita stroke (Lamsudin &
Asmedi, 1998 ; Gofir, 2011).
Pencegahan terhadap faktor resiko dan rahabilitasi pasca stroke dapat
mengurangi angka kematian dan disabilitas terhadap stroke. rehabilitasi dapat
menyebabkan perbaikan fungsi outcome fungsional dan meningkatkan kualitas
hidup. Outcome fungsional berhubungan dengan tingkat keparahan kerusakan
awal dan variabel lain yermasuk usia, disfungsi kognitif, dan komorbiditas.
Rehabilitasi awal dapat dilakukan dengan tindakan fisioterapi dan lainnya untuk
memulihkan fungsi neurologis. Rehabilitasi stroke harus segera dilakukan segera
mungkin. Rehabilitasi ini diberikan sesuai dengan derajat dan jenis kecacatan,
mungkin membutukan program rawat inap dan dilanjutkan di rumah atau secara
rawat jalan. Pendekatan secara multidisiplin (perawat, fisioterapi, terapi okupasi,
terapi wicara, diet, dan pekerjaan sosial) rehabilitasi medik meliputi penilaian
rehabilitasi vokasional, rehabilitasi komunikasi, penilaian ambulasi dan evaluasi
alat bantu jalan, penilaian kognitif dan psikologis, skrining depresi, penilaian
disfagia, modifikasi diet, dan program olahraga terapeutik (Gofir, 2011; Canavan
et al., 2013).
2.1.2. Penilaian derajat klinis stroke
Penentuan defisit neurologis pada pasien dapat menggunakan penilaian
sistematik dari The National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) (gambar
2). Penilaian ini dapat digunakan untuk mengukur derajat klinis pasien stroke
secara kuantitatif. Selain itu, NIHSS dapat digunakan sebagai penentu terapi
untuk pasien dan untuk memprediksi outcome pasien. Penilaian ini mempunyai
kelebihan yaitu lebih sederhana, valid, dan dapat dilakukan dengan mudah oleh
tenaga medis. NIHSS menilai beberapa hal yaitu kesadaran pasien, apakah pasien
tahu bulan dan usianya, apakah pasien dapat membuka dan menutup mata saat
diperintahkan, pergerakan horizontal pada mata, tes lapang pandang, paresis pada
wajah, fungsi motor pada lengan dan kaki, limb ataxia, sensoris, bahasa, disartia,
extinction and inattention. Masing-masing penilaian memiliki poinnya masing
masing. Setelah dilakukan penilaian maka semua poin yang didapat dijumlahkan.
Jika jumlah nilai 0 maka tidak ada stroke pada pasien, 1-4 untuk minor stroke, 5-
15 untuk moderate stroke, 15-20 untuk moderate/severe stroke, 21-42 untuk
severe stroke (Kasner, 2006; Brott et al., 1989)

2.1.3. Rasio LDL/HDL


Kolesterol dapat dibagi menjadi beberapa subgrup lipoprotein yaitu high
density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), intermediate density
lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein (VLDL), chylomicron remnants,
trigliserid. Penggolongan lipoprotein ini berdasarkan densitas, ukuran partikel,
susunan kimia, dan mobilitas elektroforesisnya. Densitas partikel lipoprotein
ditentukan oleh komposisi protein dan trigliserid yang terkandung di dalamnya.
Lipoprotein dengan trigliserid tinggi dan sedikit protein contohnya adalah
kilomikron dan VLDL memiliki densitas yang lebih rendah dari HDL yang terdiri
dari protein yang lebih dominan daripada trigliserid. LDL dan IDL lebih tinggi
densitasnya dari VLDL tapi densitasnya kurang dari HDL (Phoebe et al., 2010).
Menurut ATP III NCEP, lipoprotein pada serum manusia terdiri dari LDL,
HDL, dan VLDL. Sedangkan IDL dalam pengukuran secara klinis dimasukkan ke
dalam LDL. LDL biasanya sebanyak 60-70%, HDL hanya 20-30%, dan VLDL
10-15% dari serum kolesterol total. LDL mengandung apolipoprotein bernama
apo B-100 (apo B). LDL adalah lipoprotein yang bersifat aterogenik, sehingga
terapi yang ada biasanya untuk menurunkan LDL yang juga akan berhubungan
dengan menurunnya resiko penyakit kardiovaskular. HDL memiliki
apolipoproyein apo A-I dan apo A-II (National Institute of Health, 2001).
Kadar LDL <100mg/dl pada plasma merupakan pertanda rendahnya faktor
risiko seseorang terkena penyakit vaskular atau bisa dikatakan optimal. 100-129
mg/dl mendekati optimal, meskipun disini LDL sudah bersifat aterogenik. Kadar
LDL plasma 130-159 mg/dl merupakan borderline tinggi, disini aterogenesis
terjadi secara signifikan. 160-189mg/dl masuk kategori tiggi dan lebih dari sama
denga 190mg/dl merupakan kategori sangat tinggi. Sedangkan untuk HDL, jika
pada plasma terdapat <40mg/dl HDL maka tergolong HDL rendah dan nilai tinggi
untuk sama dengan lebih dari 60mg/dl (National Institute of Health, 2001).

Gambar 3. ATP III Classification of LDL, Total, and HDL Cholesterol


(National Institute of Health, 2001).
Hiperkolesterolemia sangat berhubungan dengan kejadian disfungsi sel
endotel pada pembuluh darah, bioavailabilitas nitrit oxide yang berhubungan
dengan stress oksidatif pembuluh darah, keadaan pro-inflammatory, dan lainnya
(Phoebe et al., 2010).
Hiperkolesterolemia secara langsung dapat mengganggu fungsi sel endotel
dengan cara meningkatkan radikal bebas oksigen lokal yang dapat meningkatkan
degradasi NO (nitrit oxide) sehingga vasodilatasi akan terganggu. Selain itu, pada
hiperlipidemia kronik lipoprotein yang terakumulasi pada tunika intima
membentuk LDL teroksidasi dan kristal kolesterol yang bersifat patogenik. LDL
teroksidasi dan kristal koleterol adalah sinyal berbahaya yang mengaktifkan
sistem imun alami seperti monosit dan makrofag. LDL dioksidasi oleh radikal
bebas oksigen yang dihasilkan oleh makrofag setempat atau sel endotel dan
difagosit makrofag melalui reseptor scavenger dan membentuk foam cells. LDL
yang teroksidasi kemudian meningkatkan pengeuaran growth factor, sitokin, dan
kemokin setempat yang kemudian menigkatkan rekruitmen monosit dan juga
sitotoksik untuk sel otot polos (Longo et al., 2011).
Peningkatan LDL, mempunyai beberapa peran yang besar dalam
aterogenesis (Longo et al., 2011):
1. Kolsterol dan ester kolesterol adalah kandungan yang dominan dalam plak
ateroma yang didominasi oleh LDL.
2. Hiperkolesterolemia familial homozigot yang disebabkan oleh defek
reseptor LDL dan konsumsi LDL dari hepar yang tidak adekuat dapat
mengakibatkan infark miokardium di usia 20 tahun.
3. Analisis epidemiologi yaitu Studi Framingham menunjukkan korelasi
signifikan antara tingkat keparahan aterosklerosis dan kadar kolesterol
total atau yang didominasi oleh LDL dalam plasma.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa HDL memperlambat perkembangan
aterosklerosis, berbanding terbalik dengan LDL yang bersifat aterogenik. VLDL
dan trigliserid juga bersifat aterogenik, sama seperti LDL tetapi LDL yang
diutamakan dalam manajemen klinis pada pasien yang memiliki faktor resiko
penyakit vaskular. Beberapa penelitian membandingkan kolesterol total dengan
HDL, tetapi jika dilihat dari komposisi kolesterol LDL merupakan komposisi
terbanyak dari kolesterol dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan LDL merupakan faktor risiko yang sangat kuat dan sangat bersifat
aterogenik. LDL adalah komponen utama kolesterol yang berperan dalam
terjadinya aterosklerosis, LDL akan mendistribusikan lemak ke jaringan perifer.
Sebaliknya HDL yang tinggi akan membuat turunnya faktor risiko, berkerja
dengan memobilisasi kolesterol dari plak pembuluh darah yang sedang atau telah
terbentuk dan membawa ke hati untuk diekskresi bersama bilirubin (National
Institute of Health, 2001).
Rasio LDL terhadap HDL dihitung dengan membagi kadar LDL dengan
HDL. Peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL akan menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya stroke iskemik. Pada kondisi tersebut, LDLyang
memiliki sifat atherogenik akan naik sehingga dapat memicu terjadinya
stherosklerosis. Rasio LDL dan HDL berhubungan dengan ketebalan tunika
intima media karotis, semakin besar rasio maka akan semakin tebal tunika hal ini
dapat digunakan sebagai pertanda awal adanya ateroskletosis yaitu penebalan
tunika media. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara peningkatan rasio perbandingan LDL dan HDL
terhadap kejadian stroke (Enomoto et al., 2011).
Dalam penelitian lain yang melibatkan 15.000 laki-laki berusia 40-48 tahun
didapatkan hasil 53% terdapat peningkatan resiko terjadinya penyakit
kardiovaskular setiap peningkatan 1 unit dalam nilai rasio LDL/HDL. (Kannel,
2005).
Dalam sebuah penelitian oleh PROSPER Study Group, pada 6000 pasien
dilakukan analisis retrospektif. LDL kolesterol/ HDL kolesterol merupakan faktor
predisposisi yang kuat pada kejadian penyakit kardiovaskular yang juga
berhubungan dengan kejadian stroke iskemik. Pada studi ini rasio LDL/HDL
harus segera mendapatkan intervensi farmakologis jika nilainya lebih dari 3.3
(Packard et al., 2005).
Penelitian lain yang melibatkan 11.000 laki-laki berusia 36 sampai 65 tahun
dilakukan pemantauan rasio LDL/HDL selama 4-14 tahun yang menggambarkan
hubungan linear antara rasio LDL/HDL dengan mortalitas penyakit
kardiovaskular. Rasio LDL/HDL sebesar 3.7-4.3 unit memiliki resiko yang tinggi
terhadap mortalitas pasien (Cullen et al., 1997).

2.2. Kerangka Teori

LDL HDL

Rasio LDL/HDL

Pembentukan plak aterosklerosis

Trombosis Emboli Hipoperfusi

Perluasan Infark

Derajat Klinis Stroke Iskemik


2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Rasio LDL/HDL pada Derajat klinis

pasien stroke iskemik pada penderita stroke iskemik

Variabel perancu:

Usia, Penurunan fungsi hepar

2.4. Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian ini adalah terdapat korelasi antara rasio LDL/HDL
terhadap derajat klinis pasien stroke iskemik di RSUD dr. Soedono Madiun.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah non eksperimental atau observasional yang
artinya penelitian ini dilakukan tanpa adanya manipulasi pada subjek. Hanya
melakukan pengamatan saja. Metode penelitian yang dipakai peneliti untuk
penelitian ini adalah analitik observasional. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian dengan pendekatan cross-sectional yaitu pengukuran
variabelnya hanya satu kali, pada satu saat untuk mencari korelasi variabel yang
diteliti (Sastroasmoro, 2014).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan di RSUD dr. Soedono Madiun, Jawa Timur dan
akan dilaksanakan pada bulan september sampai dengan bulan desember tahun
2017.

3.3 Subyek Penelitian


3.3.1. Populasi penelitian
Menurut Sastroasmoro (2014) populasi pada penelitian dibagi menjadi dua
yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target adalah populasi
yang secara umum merupakan sasaran akhir hasil penelitian dan memenuhi
kriteria klinis yang sesuai. Populasi terjangkau (accessible population) adalah
bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti. Pada penelitian ini
populasi terjangkau adalah semua pasien stroke iskemik yang telah dilakukan
pemeriksaan profil lipid di RSUD dr. Soedono Madiun tahun 2017. Data ini
diperoleh dari Rekam Medis pasien RSUD dr. Soedono Madiun.
3.3.2. Teknik pengambilan sampel
Pada penelitian ini digunakan teknik consecutive sampling untuk mengambil
sampel penelitian. Pengambilan sampel secara consecutive sampling termasuk
dalam kelompok non-probability sampling. Pada consecutive sampling semua
subyek yang datang berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan ke
dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi
(Sastroasmoro, 201).
3.3.3. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus besar sampel untuk
koefisien korelasi. Untuk menentukan besar sampel minimal pada uji hipotesis
dengan menggunakan koefisien korelasi (r) dapat menggunakan rumus:

N = {(Zα + Zβ ) / (0,5 ln [(1+r) / (1-r)])} ² + 3

Keterangan:
N: besar sampel
Zα: Defiat baku alfa
Zβ: defiat baku beta
r: perkiraan koefisien korelasi dari pustaka
(Sastroasmoro, 2014)
Peneliti menetapkan nilai alfa (α) 0,05 yang berarti nilai Zα sebesar 1,960.
Sedangkan untuk nilai β peneliti menetapkan sebesar 0,20 yang berarti Zβ sebesar
0,842. Perkiraan koefisiensi yang ditetapkan peneliti adalah r: 0,4 sesuai pustaka
yang dikutip dari peneltian Mohamed, A.S. dan Alshekhani, M.A.M tahun 2016
yang meneliti tentang korelasi peningkatan LDL dengan kejadian stroke iskemik.
Oleh karena itu besar sampel dapat dihitung sebagai berikut:
Diketahui,
Zα: 1,960
Zβ: 0,842
r: 0,405
N = {(Zα + Zβ ) / (0,5 ln [(1+r) / (1-r)])} ² + 3
= {(1,960 + 0,842 ) / (0,5 ln [(1+0,405) / (1-0,405)])} ² + 3
= {(2,802) / (0,5 ln [ 1,405 / 0,595 ])} ² + 3
= {6.516} ² + 3
= 42.46 + 3
= 45.46 (45 sampel)
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Dari jumlah populasi terjangkau tersebut diambil sebagai responden
dengan berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
1. Pasien stroke iskemik yang didiagnosis oleh dokter
2. Pasien yang memiliki hasil pemeriksaan profil lipid
Kriteria eksklusi:
1. Pasien dengan rekam medis tidak lengkap
2. Pasien dengan penyakit stroke hemoragik
3. Pasien dengan kelainan fungsi hepar

3.5 Identifikasi Variabel


Variabel adalah sesuatu sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh penelitian tentang konsep tertentu. Variabel bebas merupakan
variabel resiko atau sebab yang bersifat independent, sedangkan variabel terikat
adalah variabel akibat atau efek yang bersifata dependent (Notoadmojo, 2012).
1. Variabel Bebas: Rasio LDL/HDL pada Pasien Stroke Iskemik
2. Variabel Terikat: Derajat klinis pasien dengan skor NIHSS
3. Variabel Perancu: Usia pasien, Penurunan fungsi hepar

3.6.Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
1. Stroke Iskemik dapat terjadi ketika pembuluh darah mengalami
oklusi atau perdarahan sehingga menyebabkan kekurangan oksigen
dan glukosa untuk metabolisme sel otak sehingga sel otak
mengalami kematian yang berujung kepada manufestasi klinis
defisit neurologis. Stroke iskemik diambil dari data diagnosis
dokter pada rekam medis pasien di RSUD dr. Soedono Madiun.
2. Peningkatan rasio LDL/HDL adalah salah satu faktor risiko
terjadinya stroke iskemik, LDL berperan dalam patogenesis troke
iskemik yaitu pembentukan aterom.
3. Pengukuran derajat klinis pada pasien stroke menggunakan
penilaian sistematik dari The National Institutes of Health Stroke
Scale (NIHSS).

3.7. Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan form NIHSS sebagai instrumen
penelitian yang didapatkan dari data rekam medis pasien stroke iskemik di
RSUD dr. Soedono Madiun.

3.8. Alur Penelitian


Peneliti mengumpulkan data sekunder dari rekam medis pasien mengenai
profil lipid pada pasien stroke iskemik di RSUD dr. Soedono Madiun
kemudian menilai derajat klinis pasien berdasarkan skore NIHSS. Dari
populasi yang ada kemudian dipilih responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

3.9. Metode Analisis Data


Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan program komputer
Statistical Package for the social sciences (SPSS) versi 17. Langkah analisisnya
sebagai berikut Notoadmojo (2012):
1. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi
masing-masing, baik variabel bebas. Variabel terikat maupun deskripsi
kkarakteristik responden.
2. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variebel
bebas dan terikat untuk menguji hipotesis. Hasil analisis bivariat
berhubungan apabila nilai p< 0,05.

3.10. Etika Penenelitian


Peneliti menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan hanya digunakan
untuk kegiatan penelitian.
a. Anonimity
Dalam penelitian ini subjek penelitian dijamin kerahasiaan identitas
responden.

b. Confidentially
Dalam penelitian ini identitas, privasi dan kerahasiaan subjek dijaga
dengan baik oleh peneliti.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan ethical
clearance kepada komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia sebagai validasi bahwa penelitian ini tidak melanggar etika
dalam penelitian.

3.11. Jadwal Penelitian


Bulan Pengajuan Penyusunan Seminar Pengambilan Penyusunan Seminar
Judul Proposal Proposal Data, Analisis Karya Tulis Karya
Penelitian Data Ilmiah Tulis
Ilmiah
Desember 2016

Januari 2017

Februari 2017

Maret 2017

April 2017

Mei 2017

Juni 2017

Juli 2017

Agustus 2017

September2017

Oktober 2017
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA). 2015. Heart Disease and Stroke Statistics -
2015 Update: A Report from the American Heart Association.
Circulation.131:29-322. DOI: 10.1161/CIR.0000000000000152.
Asmedi, A., Lamsudin, R. 1998. Prognosis Stroke . Manajemen Stroke Mutakhir ,
Suplemen BKM XIV.
Boone, M., Chillon, J.M., Garcia, P.Y., Canaple, S., Lamy, C., Godefroy, O.
2012. NIHSS and Acute Complications after Anterior and Posterior
Circulation Strokes. Journal Therapeutics and Clinical Risk
Management.Vol 8, 87–93.
Brott, T., Adams, H.P., Olinger, C.P., et al. 1989. Measurements of Acute
Cerebral Infarction: A Clinical Examination Scale. Stroke.
Caplan, L.R. 2009. Basic Pathology Anatomy and Pathophysiology of Stroke.
Caplan’s Stroke a Clinnical Approach (4th ed). Saunders; 22-59.
Philadelpia.
Canavan, M., McGrath, E., O’Donnel, M. 2013. Stroke. Dalam Hoffman, R.,
Benz, E.J., Silberstein, L.E., Heslop, H., Weitz, J., Anastasi, J.
Hematology: Basic Principles and Practice (6th ed). Chapter 147, 2067-
2075.
Cullen, P., Schulte, H., Assmann, G. 1997. The Munster Heart Study (PROCAM)
Total Mortality in Middle-Aged Men is Increased at Low Total and LDL
Cholesterol Concentrations in Smokers but Not in Nonsmokers.
Circulation, 96:2128–2136.
Dicarlo, A. 2009. Human and Economic Burden of Stroke: Age Ageing. 38: 4-5.
DOI: 10.1093/ageing/afn282.
Enomoto, M., Adachi, H., Hirai, Y., Fukami, A., Satoh, A., Otsuka, M., et al.
2011. LDL-C/HDL-C Ratio Predicts Carotid Intima-Media Thickness
Progression Better Than HDL-C or LDL-C Alone. University School of
Medicine. Japan.
Kannel, W.B. 2005. Risk Stratification of Dyslipidemia: Insights from the
Framingham Study. Curr Med Chem Cardiovasc Hematol Agents, 3:187–
193.
Longo D.L., Kasper D.L., Jameson J.L., Fauci A.S., Hauser S.L., Loscalzo J.
2011. Hypertensive Vascular Disease. In: Harrison's Principles of Internal
Medicine (18th ed). McGraw-Hill Companies. United State of America.
NCEP ATP III. 2001. NCEP Cholesterol Guidelines. National Institute of Health.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi ke-2. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Packard, C.J., Ford, I., Robertson, M., et al. 2005. The PROSPER Study Group:
Plasma Lipoproteins and Apolipoproteins as Predictors of Cardiovascular
Risk and Treatment Benefit in the PROspective Study of Pravastatin in the
Elderly at Risk (PROSPER). Circulation, 112:3058–3065.
Ropper, A.H., Samuels, M.A. 2009. Cerebrovaskular Disease. Adams and
victor’s principles of neurology (9th ed). McGraw-Hill. New York.
Sastroasmoro, S., Sofyan, I. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi ke-5. CV. Sagung Seto. Jakarta.
Telmo, P. 2012. Dyslipidemia and Cardiovascular Risk: Lipid Ratios as Risk
Factors for Cardiovascular Disease, Dyslipidemia - From Prevention to
Treatment.InTech,Availablefrom:http://www.intechopen.com/books/dysli
pidemia-from-prevention/totreatment/dyslipidemia-and-cardiovascular-
risk-lipid-ratios-as-risk-factors-for-cardiovascular-disease-.
Warlow, C.P., Dennis, M.S., Gijn, V.J., Hankey, G.J., Sandercock, P.A.,
Bamford, J.M. 2007. Stroke in: a practical guide to management (1th ed).
Blackwell Science. London.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2011. Guideline Stroke Tahun
2011. PERDOSSI. Jakarta.
World Health Organization (WHO). 2008. The Global Burden of Disease-2004
Update: Disease. 1-3. Geneva: WHO Library Cataloguing-in-Publication
Data.
Zeljkovic, A., Vekic, J., Spasojevic, Kalimanovska, V., Jelic, I.Z., Bogavac-
Stanojevic, N., Gulan, B., et al. 2010. LDL and HDL Subclasses in Acute
Ischemic Stroke: Prediction of Risk and Short-term Mortality. Ath-
erosclerosis; 210:548-554.
LAMPIRAN

Gambar 2. The National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)


(Brott et al., 1989).

Anda mungkin juga menyukai