DI SUSUN OLEH:
TAHUN AJARAN
2022/2023
1
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................7
TINJAUAN TEORITIS......................................................................................7
A. DEFINISI.................................................................................................7
B. ETIOLOGI...............................................................................................9
D. MANIFESTASI KLINIS.......................................................................13
E. KOMPLIKASI.......................................................................................14
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
PENUNJANG................................................................................................16
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
penduduk Indonesia (Surevei Kesehatan Rumah Tangga Nasional, 2004).
Berdasarkan data pola penyakit di rumah sakit se-Jakarta tahun 2005,
penyakit jantung dan pembuluh darah menempati urutan ketiga. Kejadian
kasus penyakit jantung koroner mengalami peningkatan di Jakarta.
Berdasarkan data rumah sakit se-Jakarta Timur pada tahun 2007 sebanyak
24,92%, tahun 2008 sebanyak 26.85%. (Vany Yany, 2010).
4
daerah cibiong selama tiga hari perawatan dari tanggal 24april
2016 sampai dengan 27 april 2016. dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan secara komprehensif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis
mendapatkan pengalaman nyata dalam penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE
2. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
CORONARY ARTERY DISEASE maka penulis diharapkan
mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
CORONARY ARTERY DISEASE
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat,
serta solusi/ alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
5
C. Ruang Lingkup
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
7
sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi
ke miokardium.
8
obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan
obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Dep.kes, 1993.
B. ETIOLOGI
9
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat
dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat
kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga.
4. Diabetes.
5. Merokok.
7. Kegemukan (obesitas).
10
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan
yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat
seseorang terkena pneyakit jantung koroner.
9. Stress.
C. PPATOFISIOLOGI
11
D. MANIFESTASI KLINIS
12
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
5. Pusing
6. Mual
E. KOMPLIKASI
1. Aritmia
13
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard.
Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan
menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada
disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti pada
vena sistemik.
3. Syok kardikardiogenik
5. Ventrikuler Aneurisma
6. Perikarditis
14
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar,
sehingga merangsang permukaan pericardium dan
menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru
3. Hb, Ht
4. Elektrokardiogram (EKG)
15
apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut.
Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung.
6. Pemeriksaan laboratorium
7. Treadmill
8. Kateterisasi Jantung
16
juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas
dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan
obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan factor
resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal
dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah
ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula
dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-
gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon
dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan
bedah pintas koroner.
G. PENATALAKSANAAN
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri
jantung. Yang paling umum diantaranya:
17
mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat,
Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau
semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang
nyeri dada secara cepat.
18
double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit
pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk,
prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung
sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan
yang lebih baik.
7. Operasi.
b. Revaskularisasi Transmiokardia
G. Diagnosa Keperawatan
19
Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air
Intervensi Keperawatan
Intervensi
20
Rasional : Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitasjantung.
2. Catatbunyijantung.
Rasional : S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa
S3 sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4
menunjukkan inkopetensi atau stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer.
Rasional : Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang
sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
4. Pantau tekanan darah.
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisanjantung.
5. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan
atau konsentrasi urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai
darah ke ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone
aldosteron yang berfungsi pada proses pengeluaran urine.
6. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral
sekunder terhadap penurunan curah jantung.
7. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat
tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung,
obat diuretic dan cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.
21
Tujuan dan kriteria hasil:
Intervensi
22
6. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai
kerja jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung dibawah stress, : bila disfungsi
jantung tidak dapat baik kembali.
Intervensi
1. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana
diuresis terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya
selama sehari) karena penurunan perfusi ginjal
2. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24
jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan
cairan tiba-tiba atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema
atau asites masih ada
3. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan
pemasukan nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama
4. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas
tambahan contoh krekels, mengi atau batuk.
5. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru.
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung
kiri akut.
6. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan
pada digestif.
23
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik,
cairan dan elektrolit.
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat
menghambat reabsorbsi.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien
yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan membrane
kapiler-alveolus, contoh pengumpulan atau perpindahan cairan ke
dalam area interstitial ataualveoli.
Intervensi:
1. Auskultasi bunyi napas, catat krekels.
Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau
pengumpulan secret
2. Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran
oksigen
3. Dorong perubahan posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan
meningkatkan inspaksi paru maksimal
5. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan
sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang
dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksia jaringan.
6. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti
diuretic dan bronkodilator.
Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan
pertukaran gas, meningkatkan aliran oksigen dengan
24
mendilatasi jalan napas dan mengeluarkan efek diuretic ringan
untuk menurunkan kongestif paru.
Intervensi
1. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area
sirkulasinya terganggua atau pigmentasi atau kegemukan.
Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko
imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
2. Pijat area kemerahan
Rasional : Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
jaringan.
3. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan
latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu
area yang mengganggu aliran darah.
4. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban
Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit
dan mempercepat kerusakan.
5. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai
kebutuhan
Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema
dependen., meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit
pada kaki.
6. Hindarai obat intramuscular.
Rasional : Edema interstitial dan gangguan sirkulasi
memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan
kulit atau terjadinya infeksi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart
Disease: A Systematic Review and Meta-Analysis.
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors
with risk of coronary artery disease: a meta-analysis of individual
participant data.
Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A.
2000. Powell American Journal of Roentgenology, 175, 45-51
27
28