Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

M
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: ANGINA PECTORIS
DI RUANG WIRASAKTI RUMAH SAKIT TK.II
Prof. dr. J. A. LATUMETEN AMBON

OLEH
KELOMPOK 1

1. Briyan Fernando Nahakleky, S. Kep


2. Giani Tauran, S. Kep
3. Nancy I. D. Latuputty, S. Kep
4. Nova Souisa, S. Kep
5. Tabita Manakuty, S. Kep
6. Wendalina Efamutan, S. Kep
7. Wa Irma, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER: ANGINA PECTORI DI RUANG WIRASAKTI
RUMAH SAKIT TK.II Prof. dr. J. A. LATUMETEN AMBON

OLEH

KELOMPOK I
1. Briyan Fernando Nahakleky, S. Kep
2. Giani Tauran, S. Kep
3. Nancy I. D. Latuputty, S. Kep
4. Nova Souisa, S. Kep
5. Tabita Manakuty, S. Kep
6. Wendalina Efamutan, S. Kep
7. Wa Irma, S. Kep

Telah disahkan di
Ambon,…..Januari 2023

Mengetahui,

Preceptor Institusi Preceptor Lahan

(Endah Fitriasari, S. Kep., Ners., M. Kep) (Patrestin S. Dominggus, S. Kep., Ners)


NIDN: 1216058801 NITS: 201711102287

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Angina
Pectoris Di Ruang Wirasakti Rumah Sakit TK.II Prof. dr. J. A. Latumeten Ambon”, sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan Stase Medikal Bedah Pendidikan Profesi Ners Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.
Penulis sungguh menyadari bahwa dalam penulisan asuhan keperawatan ini, banyak
hambatan dan tantangan yang penulis temui, namun berkat bimbingan dan arahan dari CI Lahan
dan CI Institusi serta dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
asuhan keperawatan ini. Maka dengan segenap kerendahan hati sekali lagi penulis ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penurlis.

Ambon,....Januari 2023

Kelompok I

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iv

BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN………………………………………………… 01


1.1. Konsep Penyakit………………………………………………………………… 01
1.1.1. Definsi…………………………………………………………………... 01
1.1.2. Klasifikasi………………………………………………………………. 01
1.1.3. Etiologi………………………………………………………………….. 03
1.1.4. WOC……………………………………………………………………. 04
1.1.5. Manifestasi Klinis………………………………………………………. 06
1.1.6. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………… 07
1.1.7. Penatalaksanaan………………………………………………………… 08
1.1.8. Komplikasi……………………………………………………………… 10
1.2. Konsep Asuhan Keperawatan…………………………………………………... 10
1.2.1. Pengkajian………………………………………………………………. 10
1.2.2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………. 13
1.2.3. Intervensi Keperawatan…………………………………………………. 15

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………………… 21


2.1. Data Biografi…………………………………………………………………….. 21
2.2. Riwayat Kesehatan/Keperawatan………………………………………………... 21
2.3. Riwayat Kesehatan Dahulu……………………………………………………… 22
2.4. Riwayat Kesehatan Keluarga……………………………………………………. 22
2.5. Pola Fungsi Kesehatan…………………………………………………………... 22
2.6. Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………….. 24
2.7. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………. 26
2.8. Penatalaksanaan Pengobatan…………………………………………………….. 28
2.9. Klasifikasi Data………………………………………………………………….. 28
2.10. Analisa Data……………………………………………………………………. 29
2.11. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………. 32
2.12. Rencana Intervensi……………………………………………………………... 33
2.13. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan……………………………………… 35

BAB III. LITERATUR REVIEW……………………………………………………... 44


3.1. Review Artikel…………………………………………………………………... 44
3.2. Analisis PICOT………………………………………………………………….. 47

iv
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………. 52
4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………….... 52
4.2. Saran…………………………………………………………………………….. 52

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
ANGINA PECTORIS

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definsi
Angina pektoris (biasanya disebut sebagai angina) berarti “nyeri dada”.
Angina terjadi secara tiba-tiba ketika beraktivitas berat mengharuskan arteri
meningkatkan suplai darah ke jantung. Arteri yang menyempit atau obstruksi
tidak dapat memberikan suplai yang diperlukan. Akibatnya otot jantung
terbebani (SANAK, 2021).
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan episode
atau tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan
suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan
oksigen jantung meningkat (SANAK, 2021).
Pengertian Angina secara klinis adalah keadaan iskemia miokard yang
disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung (miokard)
karena adanya penyumbatan atau penyempitan arteri koroner, peningkatan beban
kerja jantung, dan menurunnya kemampuan darah mengikat oksigen (SANAK,
2021).

1.1.2 Klasifikasi
a. Angina Pektoris Stabil/Stable Angin
Angina ini disebut juga angina klasik, dilatasi terjadi karena
penyempitan arteri koroner yang tidak dapat meningkatkan alirannya
sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Aktivitas misalnya olahraga dapat
menyebabkan peningkatan kerja jantung. Secara klasik berkaitan dengan
latihan dan aktivitas atau mengalami stress psikis/emosi tinggi yang
meningkatkan kebutuhan oksigen, nyeri akan segera hilang dengan istirahat
atau penghentian aktivitas. Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan
stabil (frekuensi ,lama serangan faktor pencetu menetap dalam 30 menit
terakhir). Serangan nyeri dada hilang bila klien beristirahat dan mendapatkan
obat nitrogliserin (SANAK, 2021)
Angina pectoris juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri
koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran
darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung
dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga, naik tangga, atau bekerja
keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti menyekop salju.
Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental
seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis

1
2

ini, biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan


aktivitasnya (SANAK, 2021).
Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen miokard. Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard dapat
bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada pasien
diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Miokard
transien. Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam
spektrum penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut
(SANAK, 2021).
b. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina
Angina ini sering dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit
arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja
jantung. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil
yaitu selama 30 menit atau lebih, nyeri yang lebih hebat dan frekuensi
serangan lebih sering, nyeri dada dapat timbul saat istirahat dan melakukan
aktivitas, saat serangan timbul biasanya disertai dengan tanda-tanda sesak
nafas, mual, muntah, dan diaphoresis ( keringat berlebih karena syok).
Serangan nyeri dada dapat hilang bila klien mendapatkan terapi nitrogliserin,
bed rest total dan bantuan oksigenasi (SANAK, 2021).
Angina Pektoris Tidak Stabil Merupakan jenis angina yang sangat
berbahaya dan membutuhkan penanganan segera. Dijumpai pada individu
dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya
menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat
aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah
mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptida
vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami
kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan
serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami
kerusakan jantung irreversible. Unstable angina dapat juga dikarenakan
kondisi kurang darah (anemia) khususnya jika anda telah memiliki
penyempitan arteri koroner sebelumnya tidak seperti stable angina, angina
jenis ini tidak memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas fisik berat
sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat ataupun istirahat.
Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada sindrom koroner
akut (SANAK, 2021)
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh
disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang
menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi,
intensitas atau lama nyeri. Angina ini didefinisikan sebagai Angina Pektoris
atau ketidaknyamanan iskemik (SANAK, 2021)
3

1.1.3 Etiologi
Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau
penyakit arteri koroner yang digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus,
lemak dan jaringan konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous
adalah lesi khas dari aterosklerosis, lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam
dinding pembuluh darah, yang dapat meningkatkan obstruksi aliran darah persial
maupun komplit. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak
fibrous dengan deposit kalsium, disertai dengan pembentukan thrombus.
Obstruksi pada lumen akan mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada
jaringan disekitarnya (SANAK, 2021).
Beberapa penyebab angina pektoris menurut (SANAK, 2021), yaitu:
a. Faktor penyebab
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor:
faktor pebuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan ateritis, faktor sirkulasi:
hipotensi, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta, dan faktor darah: anemia,
hipoksemia, dan polisitemia.
2) Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi, makan
terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme. Dengan bekerja, maka akan
banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor adrenalin)
sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
3) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan oleh
kerusakan miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik.
b. Faktor predisposisi
Terdapat dua fator risiko terhadap Angina Pektoris yaitu faktor yang tidak
bisa diubah dan faktor yang bisa diubah, yaitu:
1) Tidak dapat diubah
- Usia
- Jenis kelamin
- Faktir genetik
2) Dapat diubah
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Merokok
- Kolesterol
- Obesitas
- Stress
- Gaya hidup
4

1.1.4 WOC

Aterosklerosis & Pejanan terhadap Stress Latihan fisik Makan makanan berat
spasme pembuluh darah dingin

Vasokonstriksi Adrenalin Kebutuhan O2 ke Aliran O2 meningkat ke


pembuluh darah meningkat jantung meningkat mesemtrikus

Aliran O2 arteri Aliran O2 ke jantung


koronaria menurun menurun

Jantung kekurangan O2

Kontraksi miokardium Iskemia otot jantung

Penurunan curah Pembentukan asam


jantung laktat oleh miokardium

Nyeri dada Gangguan Pola Tidur


5

Nyeri akut Perlu menghindari


Kelemahan Takut mati
komplikasi

Diperlukan pengetahuan
Intoleransi aktivitas Ansietas
tinggi

Defisit pengetahuan

Sumber: Destrianty, 2020


6

1.1.5 Manifestasi Klinis


Nyeri biasanya lebih hebat di atas dada, meskipun nyeri dapat menyebar ke
bahu, lengan, leher, rahang, dan punggung. Klien mendeskripsikan sensasi sebagai
pengencangan, seperti terjepit, atau tercekik. Dyspepsia sering kali menjadi keluhan
utama. Klien lebih sering merasakan nyeri pada lengan kiri, karena merupakan arah
percabangan aorta. Namun, klien dapat merasakan nyeri pada lengan yang lain.
Klien Nampak pucat, merasa seperti pingsan, atau dispnea. Nyeri sering berhenti
dalam waktu kurang dari 5 menit, tetapi nyeri dapat terjadi secara intens saat
berlangsung. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa jantung tidak mendapatkan
cukup darah dan oksigen. Klien yang mengabaikan tanda peringatan ini, berisiko
mengalami penyakit yang serius atau kematian yang tiba – tiba jika mereka tidak
segera mendapatkan perawatan dari dokter. Klien mungkin akan mengalami
serangan angina berulang, tetapi terapi mengurangi bahaya serangan yang fatal
(SANAK, 2021)
Manifestasi klinis dari angina pektoris, yaitu ditandai dengan nyeri dada
substernal atau retrosternal yang menjalar ke leher, tenggorokan daerah interskapula
atau lengan kiri. Nyeri ini berawal sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa
terbakar yang menyebar ke lengan kiri bagian dalam dan kadang hingga pundak,
bahu dan leher kiri bahkan sampai ke kelingking kiri. Perasaan ini juga dapat pula
menyebar ke pinggang, tenggorokan, rahang dan ada juga yang sampai ke lengan
kanan. Rasa tidak enak ini juga dapat dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di
daerah apeks kordis. Nyeri dapat disertai beberapa atau salah satu gejala, seperti
keringat dingin, mual dan muntah, lemas, berdebar dan rasa akan pingsan (fainting).
Serangan nyeri berlangsung hanya beberapa menit (1 – 5 menit) tetapi dapat hingga
lebih dari 20 menit (SANAK, 2021). Tanda yang lain, yaitu:
a. Pemeriksaan fisik di luar serangan umumnya tidak menunjukan kelainan yang
berarti. Pada waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan darah
meningkat dan di daerah prekordium pukulan jantung terasa keras.
b. Pada auskultasi, suara jantung terdengar jauh bising sistolik terdengar pada
pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat.
c. Nyeri hilang atau berkurang bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
d. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik
e. Gambaran EKG sering kali normal pada waktu tidak timbul serangan
f. Angina Pectoris Stabil : Muncul Ketika Melakukan Aktifitas Berat, Biasanya
Dapat Diperkirakan Dan Rasa Nyeri Yang Muncul Biasanya Sama Dengan Rasa
Nyeri Yang Datang Sebelumnya, Hilang Dalam Waktu Yang Pendek Sekitar 5
Menit Atau Kurang, Hilang Dengan Segera Ketika Anda Beristirahat Atau
Menggunakan Pengobatan Terhadap Angina, Rasa Sakitnya Dapat Menyebar Ke
Lengan, Punggung Atau Area Lain, Dapat Dipicu Oleh Tekanan Mental Atau
Stres.
7

g. Angina pectoris tidak stabil : Angina yang baru pertama kali atau angina stabil
dengan karakteristik frekuensi berat dan lamanya meningkat, Timbul waktu
istirahat/kerja ringan, Tidak dapat diperkirakan, Biasanya lebih parah dan hilang
dalam waktu yang lebih lama, Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun
pengobatan angina, EKG: Deviasi segment ST depresi

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien angina pekoris (SANAK,
2021), yaitu
a. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering
dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan
meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih
normal. Pemeriksaan lipid darah, seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor risiko
b. EKG
Gambaran EKG terkadang menunjukan bahwa klien pernah mendapat
infark miokard pada masa lampau, menunjukan pembesaran ventrikel kiri pada
klien hipertensi dan angina, dan menunjukan perubahan segmen ST dan
gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG menunjukan
adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.
c. Foto Rontgen Dada
Sering kali menunjukan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan terkadang tampak adanya
kalsifikasi
d. Arteriografi Koroner
Suatu karakter dimasukan lewat arteri femoralis ataupun brakialis dan
diteruskan ke aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri. Media
kontras radiografik kemudian disuntikan dan cineroentgenogram akan
memperlihatkan kuntur arteri serta daerah penyempitan. Kateter ini kemudian
didorong lewat katup aorta untuk masuk ventrikel kiri dan disuntikan lebih
banyak media kontras untuk menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kir
e. Uji Latihan (Treadmill)
Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien
disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sehingga
pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama
latihan EKG diobservasi demikian pula setelah selesai EKG terus diobservasi.
Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1mm atau lebih
pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila di samping depresi segmen
ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan
besar pasien memang menderita angina pektoris
8

f. Thallium Exercise Myocardial Imaging


Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama uji latihan jasmani dan dapat
menambah sensitivitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201 disuntikan secara
intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning
jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien
sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada
daerah yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal.

1.1.7 Penatalaksanaan
Angina dapat dikendalikan menggunakan tablet nitrogliserin. Segera setelah
serangan dimulai, klien meletakkan tablet di bawah lidah (sublingual) sehingga
tablet larut. Nitrogliserin memberikan efek peredaan yang cepat dengan mendilatasi
arteri koroner. Klien dapat menggunakan obat ini dengan aman selama bertahun –
tahun tanpa adanya efek yang menyebabkan penyakit. Salep nitrogliserin topical atau
balutan transdermal yang dibasahi dengan nitrogliserin digunakan secara luas untuk
memberi perlindungan terhadap nyeri angin dan mendukung pemulihan nyeri. Jika
obat gagal mengendalikan serangan angina seseorang, PTCA atau bedah arteri
koroner mungkin perlu dilakukan (SANAK, 2021)
penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan angina pektor
a. Terapi farmakologi
1) Nitrat dan nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi gejala angina pektoris dan juga memiliki efek antitrombotik dan
antiplatelet. Obat yang tergolong golongan ini, yaitu isosorbit dinitrat
(sorbitrat) diberikan dengan jumlah dosis 10 – 20 mg tiap 2 – 4 jam, nitrat
transdermal diserap melalui kulit dan dapat digunakan sebagai pasta yang
dioleskan pada dinding dada, dan preheksilin maleat diberikan dosis sebesar
100 mg per oral tiap 12 jam, kemudian ditingkatkan hingga 200 mg setiap 12
jam.
2) Nitrogliserin
Bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan pembuluh darah sehingga
memengaruhi sirkulasi perifer dan juga menurunkan konsumsi oksigen
jantung yang akan mengurangi iskemia nyeri angina. Obat ini biasanya
diletakkan di bawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan
menghilangkan iskemia dalam 3 menit. Nitrogliserin juga tersedia dalam
bentuk topical (Lnilin-petrolatum) yang dioleskan dikulit sebagai
perlindungan terhadap nyeri angina dan mengurangi nyeri.
3) Penyekat beta adrenergic
Digunakan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan
9

peregangan pada dinding ventrikel kiri. Obat yang digunakan, antara lain
atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol.
4) Antagonis kalsium
Obat ini meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara
melebarkan dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi kebutuhan
jantung dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan demikian juga beban
kerja ventrikel kiri. Tiga jenis antagonis kalsium yang sering digunakan
adalah nifedipin (prokardia), verapamil (isoptil, calan), dan diltiazen
(cardiazem).
5) Antitrombin
Heparin adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari perbagai
polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang
berbeda-beda. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark miokard
b. Terapi invasive
1) Percutanens transluminal coronary (PTCA)
Merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dengan cara
memecahkan plak atau ateroma dengan cara memasukan kateter dengan
ujung berbentuk balon.

2) Coronary artery bypass graft (CABG)


Merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan untuk memintas
(jalan memutar) arteri janutng yang tersumbat untuk memulihkan aliran
darah normal ke otot jantung

1.1.8 Komplikasi
a. Infark Miokard Akut (IMA)
10

Infark miocard Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi


terhenrinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang
menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel menjadi nekrotik (mati)
karena kebutuhan energi akan melebihi suplai energi darah (SANAK, 2021)
b. Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila
menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan kebutuhan
O2 miokard yang mengakibatkan perluasan infark (SANAK, 2021)
c. Gagal Jantung
Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu
mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh (SANAK, 2021)
d. Syok Cadiogenic
Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan
dihubungkan dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan perawatan
agresif (SANAK, 2021)
e. Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada
inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan epikardium
yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga merangsang
permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan (SANAK, 2021)
f. Aneurisma Ventrikel
Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan
parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan tinggi
dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol keluar. Darah
dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat menjadi sumber
emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat mengganggu curah jantung
kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat pada apex dan bagian anterior jantung
(SANAK, 2021)

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal pada proses keperawatan dalam melakukan
proses asuhan keperawatan. Pengkajian meliputi data subjektif dan objektif yang
didapat dari wawancara, rekam medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang atau diagnostik (SANAK, 2021).
Dilakukan pengkajian secara sistematis pasien mencakup riwayat yang
berhubungan dengan gambaran gejala yang berupa nyeri dada,sulit bernafas
(dyspnea), palpitasi, pingsan, lemah, dan keringat dingin (SANAK, 2021).
a. Identitas
11

Identitas pasien yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, nomor rekam medis,
jenis kelamin, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, status,
diagnosa medis, agama, alamat, pekerjaan .
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan seperti dyspnea, nyeri dada,
pingsan, sesak nafas, merasa lemas dan cepat lelah pulse yang tidak
teratur. Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina
pectoris yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke
leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang
dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat,
serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh
klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan angina pectoris yaitu
nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah
interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak
memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi
dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai sesak nafas, perasaan lelah,
kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizziness
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kardiovaskuler,
adanya riwayat nyeri dada, nafas pendek, penyakit jantung bawaan,
stroke,pingsan, riwayat hipertensi, merokok, DM, CHF, riwayat penyakit
pernafasan kronis, pola hidup sehat, nyeri yang hilang timbul, serangan
jantung sebelumnya, riwayat penyakit pembuluh darah, oedema
4) Riwayat pengobatan
Pengobatan yang sudah dijalani dan obat- obatan yang dipakai
selama pengobatan berlangsung. Pengkajian pengobatan harus dituliskan
nama dari obat dan kegunaan dan efek samping dari obat tersebut
5) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga meliputi riwayat keluarga penyakit
jantung, infark mikoard , DM, stroke,hipertensi, penyakit vaskuler perifer
6) Pola hidup sehat
Hubungan yang kuat antara komponen- komponen dari gaya hidup
pasien dan kesehatan kardiovaskuler sangat berpengaruh antara lain : pola
persepsi sehat dan manajemen sehat, pola nutrisi metabolik, pola
eliminasi, pola latihan aktivitas, pola istirahat tidur, pola kognitif-
perspektif, pola persepsi konsep diri, pola hubungan peran, pola toleransi
koping stress, pola nilai-nilai kepercayaan
c. Pemeriksaan fisik
12

1) Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu
dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien
juga diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi
koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan
atau tampak tidak sakit
2) Tanda-tanda vital
Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat
gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi
3) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak
perubahan ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat
atau tidak nyeri pada rahang
b) Leher
Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri
c) Thorak
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau
murmur menunjukkan gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan
pericarditis
d) Paru-paru
Suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat
batuk dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental
ataupun merah muda, Kulit/membrane mukosa lembab, dingin, pucat
pada adanya vasokontriksi.
e) Abdomen
Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus
normal/menurun, Mual, nyeri ulu hati/epigastrium saat makan, Diet
tinggi kolesterol/lemak, garam kafein, minuman keras, sesak, distensi
gaster
f) Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema
perifer dan udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau
sianosis, kuku datar, pucat pada membran mukosa dan bibir, perasaan
tidak berdaya setelah latihan, nyeri dada bila bekerja, dispnea saat
kerja
4) Integritas ego
Tanda dan gejala
a) Stressor kerja, keluarga
b) Ketakutan, mudah marah
13

5) Nyeri
Tanda dan gejala
a) Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu
dan ekstremitas atas (lebih pada kiri dari pada kanan)
b) Kualitas: macam: ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan,
terjepit, terbakar
c) Durasi: biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30
menit (rata-rata 3 menit)
d) Faktor pencetus: nyeri sebuhungan dengan kerja fisik atau emosi
besar, seperti marah atau hasrat seksual, olahraga pada suhu ekstrem,
atau mungkin tak dapat diperkirakan dan/atau terjadi selama istirahat.
e) Faktor penghilang: nyeri mungkin responsive terhadap mekanisme
penghilang tertensu (contoh: istirahat, obat antiangina)
f) Nyeri dada baru atau terus-menerus yang telah berubah frekuensi,
durasi, karakter atau dapat diperkirakan (contoh: tidak stabil,
bervariasi, prinzmetal)
g) Wajah berkeruh, meletakan pergelangan tangan pada midsternum,
memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah
h) Respon otomatis (contoh: takikardi, perubahan TD)
6) Penyuluhan dan pembelajaran
a) Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes
b) Penggunaan/kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat
yang dijual bebas
c) Penggunaan alcohol teratur, obat narkotik (contoh: kokain,
amfetamin)
d) Rencana pemulangan: perubahan pada penggunaan/terapi obat,
bantuan/pemeliharaan tugas dengan perawat di rumah, perubahan
pada susunan

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penilian klinis mengenai respons
pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang didalamnya
baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga atau komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP, 2017; SANAK,
2021)
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama/frekuensi
jantung (D.0008)
3) Risiko perfusi miokard tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran
arteri koroner (D.0014)
14

4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen (D.0056)
5) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (D.0080)
6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
15

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu,
keluarga, dan komunitas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Luaran (outcome)keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi,
perilaku atau dari presepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran
keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2019)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
fisiologis (D.0077) keperawatan diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas intensitas nyeri
(L.08066) dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil: 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Kemampuan 4. Identifikasi faktor yang memperbesar dan
menuntaskan aktivitas memperingan nyeri
meningkat 5. Monitor efek samping penggunaan
2. Keluhan nyeri menurun analgesic
3. Meringis menurun 6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
4. Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
5. Kesulitan tidur menurun 7. Fasilitasi istrahat dan tidur
6. Frekuensi nadi membaik 8. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
7. Pola nafas membaik nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri,
8. Tekanan darah membaik anjurkan monitor nyeri secara mandiri
9. Nafsu makan membaik 9. Anjurkan menggunakan analgesic secara
10. Pola tidur membaik. tepat
10. Kolaborasi pemberian analgesik.
2 Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075)
perubahan irama/frekuensi keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tanda dan gejala primer
16

jantung curah jantung meningkat penurunan curah jantung


(L.02008) dengan kriteria 2. Identifikasi tanda dan gejala sekunder
hasil: penurunan curah jantung
1. Kekuatan nadi perifer 3. Monitor tekanan darah
meningkat, 4. Monitor intake dan output cairan
2. Palpitasi menurun, 5. Monitor bb
3. Bradikardia menurun, 6. Monitor saturasi oksigen
4. Takikardia menurun, 7. Monitor keluhan nyeri dada
5. Gambaran ekg aritmia 8. Monitor ekg
menurun, 9. Monitor aritmia
6. Lelah menurun, 10. Monitor nilai laboraturium jantung
7. Edema menurun, 11. Posisikan pasien semi fowler atau fowler
8. Distensi vena jugularis dengan posisi yang nyaman
menurun, 12. Berikan diet
9. Dyspnea menurun, 13. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
10. Pucat menurun, stress berikan okseigen
11. Sianosis menurun, 14. Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi
12. Murmur jantung 15. Anjurkan aktifvitas fisik secara bertahap
menurun, 16. Anjurkan berhenti merokok
13. Pulmonary vascular 17. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
resistance menurun,
14. Tekanan darah membaik,
15. CRT membaik,
16. CVP membaik,
17. PAWP mambaik.
3 Risiko perfusi miokard tidak Setelah dilakukan dengan Perawatan jantung (02075) tindakan:
efektif b.d penurunan aliran arteri tindakan keperawatan 1. Identifikasi tanda dan gejala primer
koroner diharapkan curah jantung penurunan curah jantung
meningkat (L.02008) dengan 2. Monitor tekanan darah
17

kriteria hasil: 3. Monitor intake dan output caira


1. Kekuatan nadi perifer 4. Monitor saturasi oksigen
meningkat 5. Monitor keluhan nyeri dada
2. Ejection fraction 6. Monitor nilai laboraturium jantung
meningkat 7. Posisikan pasien semi fowler
3. Cardiac index meningkat 8. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
4. Palpitasi menurun modifikasi gaya hidup sehat
5. Bradikardia menurun 9. Berikan terapi relaksasi
6. Takikardia menurun 10. Berikan oksigen untuk mempertahankan
7. Gambaran ekg aritmia saturasi oksigen
menurun 11. Anjurkan berhenti merokok
8. Lelah menurun
9. Edema menurun
10. Dyspnea menurun
11. Batuk menurun
12. Suara jantung s3 dan s4
menurun
13. Murmur jantung
menurun
14. PVR menurun
15. CRT membaik.
4 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy (I.05178) tindakan:
ketidakseimbangan antara suplai keperawatan diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dan kebutuhan oksigen toleransi aktivitas meningkat mengakibatkan kelelahan
(L.05047) dengan kriteria 2. Monitor kelelahan fisik
hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
meningkat selama melakukan aktifitas
2. Saturasi oksigen 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
18

meningkat stimulus
3. Kemudahan dalam 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
melakukan aktivitas aktif
sehari-hari meningkat 7. Berikan aktivitas distraksi yang
4. Kecepatan berjalan menenangkan
menigkat 8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika
5. Jarak berjalan meningkat tidak dapat berjalan atau berpindah
6. Kekuatan tubuh bagian 9. Anjurkan tirah baring
atas dan bawah 10. Anjurkan melakukan aktivitas secara
meningkat bertahap
7. Toleransi dalam menaiki 11. Anjurkan menghubungi perawat jika
tangga meningkat tanda dan gejala kelelahan tidak
8. Keluhan lelah menurun berkurang
9. Dyspnea saat aktivitas 12. Ajarkan strategi koping untuk
menurun mengurangi kelelahan
10. Perasaan lemah menurun 13. Kolaborasi dengan ahili gizi tentang cara
11. Aritmia saat dan setelah meningkatkan asupan makanan.
aktivitas menurun
12. Frekuensi nafas membaik
13. EKG iskemia membaik.
5 Ansietas b.d ancaman terhadap Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09134) tindakan:
kematian keperawatan diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
tingkat ansietas menurun 2. Monitor tanda-tanda ansietas
(L.09093) dengan kriteria 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
hasil: menumbuhkan kepercayaan
1. Verbalisasi khawatir 4. Pahami situasi yang membuat ansietas,
akibat kondisi yang dengarkan dengan penuh perhatian
dihadapi menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenag dan
2. Perilaku gelisah menurun menyakinkan
19

3. Perilaku tegang menurun 6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang


4. Tremor menurun memicu kecemasan
5. TTV dalam batas normal 7. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
6. Konsentrasi membaik sedang dialami
7. Pola tidur membaik 8. Informasikan secara factual mengenai
8. Kontak mata membaik diagnosis pengobatan
9. Orientasi membaik. 9. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien (jika perlu)
10. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
11. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
12. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
13. Latih teknik relaksasi
6 Defisit pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (I.2383) tindakan:
terpapar informasi keperawatan diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tingkat pengetahuan menerima informasi
meningkat (L.12111) dengan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
kritera hasil: meningkatkan dan menurunkan motivasi
1. Perilaku sesuai anjuran perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat 3. Sediakan materi dan media pendidikan
2. Verbalisasi minat dalam kesehatan
belajar meningkat 4. Jadwalkan pedidikan kesehatan sesuai
3. Kemampuan kesepakatan
menjelaskan 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
pengetahuan tentang 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat
suatu topik meningkat mempengaruhi kesehatan
4. Perilaku sesuai dengan 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
20

pengatahuan meningkat 8. Ajarkan strategi yang dapat diguanakan


5. Pertanyaan tentang untuk meningkatkan perilaku hidup dan
masalah yang dihadapi sehat
menurun
6. Persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun
7. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat menurun
8. Perilaku membaik.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: ANGINA PECTORIS
DI RUANG WIRASAKTI RUMAH SAKIT TK.II
Prof. dr. J. A. LATUMETEN AMBON

2.1. DATA BIOGRAFI


Nama : Ny. M
Umur : 61 Tahun
Suku/Bangsa : Maluku
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Belso
Tanggal Masuk RS : 11 Januari 2023
Tanggal Pengkajian : 13 Januari 2023 (08.30 WIT)
Catatan Kedatangan : Kursi Roda

Catatan keluarga yang bisa dihubungi :


Nama : Ny. N
Umur : 33 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Skip
Sumber Informasi : Anak Kandung

2.2. RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS
Nyeri dada bagian kiri
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada dada bagian kiri secara tiba-tiba, skala 8 nyeri
seperti dutusuk-tusuk pisau menjalar ke belakang, bahu kiri sampai kepala dan nyeri
menetap. Pasien mengatakan mencoba menghilangkan nyeri dengan minum obat
amoxciline tapi tidak berkurang nyerinya, kemudian menggunakan ibuprofen dan nyeri
sedikit berkurang.
Keluhan saat pengkajian:
Pasien mengatakan merasa nyeri pada dada kiri seperti ditusuk-tusuk dengan skala
6, nyeri bertahan menjalar ke bahu kiri sampai kepala. Pasien mengatakan merasa sesak
dan lemas. Nyeri bertambah saat beraktivitas
2.3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
21
22

Pasein mengatakan memiliki riwayat hipertensi, operasi empedu 8 tahun yang lalu,
dan asam lambung 5 tahun yang lalu.
Obat-obatan (Resep) Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
Mylanta Sirup 3-4x1

2.4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat hipertensi dari orang tuanya.

2.5. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)


1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan mengetahui apa itu hipertensi tetapi tidak mengetahui sakit
yang lainnya. Pasien mengatakan nyeri pada dadanya disebabkan karena darah tinggi.
Pasien mengatakan ridak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol serta memiliki alergi
terhadap obat tetapi tidak pada makanan. Pasien mengatakan tidak mengingat nama obat
tersebut dan hanya tahu bahwa itu adalah obat jantung.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien mengatakan mendapat instruksi dari dokter sebelumnya untuk tidak
mengkonsumsi kacang hijau, kacang merah, makanan pedas dan berminyak, tahu dan roti
beragi. Pasien mengatakan nafsu makan menurun, makanan terasa hambar, terasa mual
dan kadang muntah. Berat badan sebelumnya 64 kg. tidak merasa sakit jika menelan, gigi
lengkap. Pasien mengatakan tidak ada masalah kulit. Pasien mengatakan makan 3x1 hari
dengan makanan dihabiskan setengah porsi.
3. Pola eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
Pasien mengatakan BAB 1-2x/hari dengan waktu tidak menentu, warna khas,
konsistensi lunak dan tidak mengalami kesulitan BAB.
b. Buang Air Kecil (BAK)
Pasien mengatakan sering BAK kira-kira 5-6x/hari dengan waktu tidak menentu,
warna urin kuning dan tidak ada kesulitan dalam BAK

Aktivity Daily Living


0 : Mandiri
1 : Dengan alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan peralatan
4 : Ketergantungan/Ketidakmampuan

Kegiatan 0 1 2 3 4
23

Makan dan minum √


Mandi √
Berpakaian/Berdandan √
Toiletting √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √

Kekuatan otot : 4 3
4 3
Kemampuan ROM : Sedang
Keluhan saat beraktivitas : Pasien mengatakan merasa lelah saat melakukan
aktivitas berlebihan dan mengakibatkan nyeri pada dada
kirinya

4. Pola istirahat dan tidur


Lama tidur : 2.30 jam/hari. Malam: 2 jam; siang: 30 menit
Kebiasaan menjelang tidur : Pasien mengatakan selalu mendengar musik sebelum
tidur
Masalah tidur : Pasien mengatakan susah tidur, jika sudah terbagun
maka tidak bisa tidur lagi
Lain-lain : Pasien mengatakan kadang-kadang saat bangun
merasa lemas dan sakit kepala
5. Pola kognitif dan presepsi
Status mental : Sadar, orientasi baik GCS 15
Bicara : Normal
Kemampuan berkomunikasi : Baik
Kemampuan memahami : Baik
Tingkat ansietas : Sedang, pasien terkadang menangis
Pendengaran : Dalam Batas Normal
Penglihatan : Dalam Batas Normal
Ketidaknyamanan/Nyeri akut : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
Penatalaksanaan Nyeri : P : Nyeri saat berkativitas, kadang saat istirahat
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk pisau
R : Nyeri menjalar dari dada kiri ke bahu kiri
sampai kepala
24

S : Skala nyeri 6
T : Nyeri bertahan

6. Presepsi diri dan koping diri


Pasien mnegatakan berharap segera sembuh agar dapat melakukan aktivitas dengan
normal
7. Pola peran hubungan
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang
beraktivitas dirumah sehari-hari dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tetapi saat
sakit pasien tidak dapat melakukannya. Pasien mengatakan sistem pendukung terbaik
adalah suami dan anak-anaknya. Pasien mengatakan sebelum sakit pasien jarang
melakukan kegiatan sosial di desanya.
8. Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan telah menopaus
9. Pola koping dan toleransi stres
Pasien mengatakan saat sakit pasien kurang merasa nyaman karena jarang mandi
dan hanya membersihkan badan dengan kain basah. Pasien mengatakan merasa tidak bisa
melakukan apa-apa saat sakit. Pasien mengatakan saat ada masalah selalu curhat dengan
anak tertuanya karena lebih memahami dirinya. Pasien tidak menggunakan obat
penghilang stress saat stress.
10. Keyakinan dan kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Kristen Protestan. Pasien mengatakan sebelum sakit
selalu pergi ke gereja tetapi saat sakit pasien tidak pergi ke gereja hanya meminta
pelayanan pendeta di rumah sakit atau di rumah.

2.6 PEMERIKSAAN FISIK


1. Kesadaran umum
Keadaan : Composmentis GCS: E: 4; V:5; M: 6 (15)
BB : 64 kg
TB : 160 cm
IMT : 25
2. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 92 x/m
S : 36,2 oC
RR : 26 x/m
SpO2 : 93%

3. Kulit
Warna kulit : Normal
25

Kelembaban : Lembab
Turgor kulit : Baik
Oedema : Tidak ada oedema
4. Kepala/rambut
Inspeksi : Bentuk kepala oval, warna rambut hitam dengan uban, tidak ada memar,
tidak ada ketombe
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada bengkak
5. Mata
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, sklera anikhterik, konjungkiva anemis,
pupil isokhor +/+
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi : Telinga simertris kiri dan kanan, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Hidung dan Sinus
Inspeksi : Terpasang O2 3 lpm via nasa kanul, tidak ada bengkak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada
karies, gigi lengkap, tidak ada tonsillitis
Palpasi : Tidak ada nyeri menelan
9. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena
jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
10. Thoraks atau Paru
Inspeksi : Dada simetris
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada dada sebelah kiri, tidak ada krepitasi
perkusi : Bunyi sonor
Auskultas : Bunyi napas vesikuler
i
11. Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi : Teraba iktus cordis, terdapat nyeri tekan pada dada sebelah kiri
Perkusi : Bunyi sonor kemudian berubah pada batas jantung kiri yang berada dari
linea aksilaris sampai linea midklavikularis
Auskultas : Terdengar bunyi jangtung S1 dan S2
i
12. Abdomen
Inspeksi : Terdapat bekas operasi pada kuadran 1 sepanjang ± 10-15 cm
26

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati


Perkusi : Bunyi timpani keempat kuadran
Auskultas : Terdengar bunyi bising usus 11 x/m
i
13. Genitalia
Tidak dikaji
14. Rektal
Tidak dikaji
15. Ekstremitas
Inspeksi : Tidak ada oedema
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
16. Vaskuler periver
CRT : < 2 detik
Clubbin : Tidak ada clubbing finger
g
17. Neurologis
GCS : E: 4; V: 5; M: 6 (15)
Motorik : Baik
Sensorik : Baik
Reflek : Baik
fisiologis : Baik
Reflek : Baik
patologis : Baik

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK & LABORATORIUM)


1. Pemeriksaan Laboratorium
No Waktu Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1 14/01/2023 Hematologi
(07.36 1. Darah lengkap
WIT) Hemoglobin (HGB) 13.1 g/dL 11.0-15-0
Eritrosit (RBC) 4.66 juta/uL 3.9-5.1
Hematokrit (HCT) 39.8% 37-43
MCV 85.4 fL 8.-100
MCH 28.1 pg 28.0-32.0
Leukosit (WBC) 6.4 ribu/uL 4.0-10.0
Trombosit (PLT) 162 ribu/uL 150-440
L
MPV 6.6 fL 7.2-11.1
RDW-CV 13.4% 11.2-14.5
RDW-SD 45.8 fL 37.0-54.0 L
27

PCT 0.11% 0.17-0.35 H


PDW 19.4 fL 9.0-17.0
2. Hitungan Jenis
Leukosit
Basophil 0.5% 0.0-1.0 H
Eosinophil 5.8% 1.0-5.0 H
Neutrofil 73.6% 25.0-60.0 L
Limfosit 9.8% 25.0-40.0 H
Monosit 10.3% 1.0-6.0
2 14/01/2023 Kimia Darah
(07.36 1. Lemak Darah
WIT) Kolesterol total 189 mg/dl < 200
LDL 151.1 mg/dl < 150
2. Fungsi Ginjal
Ureum 31.60 mg/dl 20-50
Kreatinin 0.70 mg/dl < 1.5
3. Fungsi Hati
SGPT 19.2 u/L < 41
4. Glukosa Darah
121.2 mg/dL < 140
Glukosa sewaktu
3 14/01/2023 HBA1C 5.7% 4.00-6.5
(13.47
WIT)

2. EKG
28

2.8. PENATALAKSANAAN PENGOBATAN


No Jenis (Oral/IV/IM/Topikal) Dosis Indikasi
1 Ranitidine (IV) 50 mg Tukak lambung, dyspepsia
2 Candersatan (Oral) 8 mg Hipertensi dan gagal jantung
3 ISDN (Oral) 5 mg Pencegahan dan pengobatan
angina pectoris
4 CPG (Oral) 75 mg Infark miokard, stroke,
mengencerkan darah
5 Amlodiphin (Oral) 10 mg Hipertensi dan angina
6 Atorfastatin (Oral) 20 mg Kolesterol total dan kolesteril
LDL
7 Aprozolam (Oral) 1 mg Mengatasi gejala gangguan
kecemasan
8 Buscopam (IV) 10 mg Nyeri paroksismal pada lambung
atau usus halus
9 Pantoprazole (IV) 40 mg Sebagai penghambat pompa
proton pada kasus gastritis
10 Miozidine (Oral) 35 mg Membantu terapi anti angina
(kejang pada jantung)
11 Proneuron (Oral) 500 mg Meredakan rasa nyeri sedang
29

hingga berat
12 Ketorolac (IV) 30 mg Meredakan nyeri sedang hingga
berat
13 Sucralfat Syrup (Oral) 100 mg Tukak lambung, gastritis

2.9. KLASIFIKASI DATA


DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan nyeri pada dada 1. TTV
kirinya TD : 130/90 mmHg
P: Nyeri saat berkativitas, N : 92 x/m
kadang saat istirahat S : 36,2 oC
Q : Nyeri seperti ditusuk- RR : 26 x/m
tusuk pisau SpO2 : 93%
R : Nyeri menjalar dari 2. Pasien tampak meringis
dada kiri ke bahu kiri 3. Pasien tampak gelisah
sampai kepala 4. Pasien tampak menahan sakit
S: Skala nyeri 6 5. Terdapat nyeri tekan pada dada kiri
T : Nyeri bertahan 6. Pasien tampak lemah
2. Pasien mengatakan sesak napas 7. Kekuatan otot
3. Pasien mengatakan merasa letih saat 4 3
melakukan aktivitas berlebih sehingga 4 3
terasa nyeri pada dada kiri
4. Pasien mengatakan susah tidur, jika
sudah terbangun maka tidak bisa tidur 8. Pasien tampak cemas
lagi 9. Pasien tampak pucat
5. Pasien mengatakan tidur malam hanya 2 10. Pasien tampak menangis saat bercerita
jam dan tidur siang hanya 30 menit kekhawatirannya terhadap penyakit yang
6. Pasien mengatakan sangat cemas dan dialami
takut akan penyakitnya dan takut mati 11. Konjungtiva anemis
12. Pemeriksaan EKG

13. Pemeriksaan Lab


MPV : 6.6 fL (L)
PCT : 0.11% (L)
30

PDW : 19.4 fL (H)


Eosinophil : 5.8% (H)
Neutrofil : 73.6% (H)
Limfosit : 9.8% (L)
Monosit : 10.3% (H)

2.10. ANALISA DATA


No Waktu Data Etiologi Masalah
1 23/01/2023 DS: Aliran O2 arteri Nyeri akut
- Pasien mengatakan koroner menurun
pada nyeri dada
kirinya
- Manajemen nyeri Jantung kekurangan
P: Nyeri saat O2
berkativitas,
kadang saat
istirahat Iskemia otot
Q: Nyeri seperti jantung
ditusuk-tusuk
pisau
R: Nyeri menjalar
dari dada kiri ke Pembentukan asam
bahu kiri sampai laktat oleh
kepala miokardium
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri bertahan
Nyeri dada
DO:
- Pasien tampak
meringis Nyeri akut
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
menahan sakit
- Terdapat nyeri
tekan pada dada
kirinya
- TTV
TD : 130/90
mmHg
31

N : 92 x/m
S : 36,2 oC
RR : 26 x/m
SpO2 : 93%
2 23/01/2023 DS: Aliran O2 arteri
- Pasien mengatakan koroner menurun
merasa letih saat
melakukan aktivitas
berlebih sehingga Jantung kekurangan
nerasa nyeri pada O2
dada kiri

DO: Iskemia otot


- Pasien tampak jantung
lemah
- Kekuatan otot
Pembentukan asam
4 3 laktat oleh
4 3 miokardium

Intoleransi
Nyeri dada aktivitas
-ADL dibantu orang
lain
- TTV Kelemahan
TD : 130/90
mmHg
Intoleransi aktivitas
N : 92 x/m
S : 36,2 oC
RR : 26 x/m
SpO2 : 93%
3 23/01/2023 DS: Aliran O2 arteri Gangguan Pola
- Pasien mengatakan koroner menurun Tidur
susah tidur, jika
sudah terbangun
maka tidak bisa Jantung kekurangan
tidur lagi O2
- Pasien mengatakan
tidur malam hanya
2 jam dan tidur Iskemia otot
siang hanya 30 jantung
32

menit

DO: Pembentukan asam


- Konjungtiva anemis laktat oleh
- Pasien tampak miokardium
gelisah
- Pasien tampak
lemah Nyeri dada
- Pasien tampak
pucat
Gangguan pola
- TTV
tidur
TD : 130/90
mmHg
N : 92 x/m
S : 36,2 oC
RR : 26 x/m
SpO2 : 93%
4 23/01/2023 DS: Aliran O2 arteri
- Pasien mengatakan koroner menurun
sangat cemas dan
takut akan
penyakitnya dan Jantung kekurangan
takut mati O2

DO:
- Pasien tampak Iskemia otot
cemas jantung
- Pasien tampak Ansietas
pucat
Pembentukan asam
- Pasien tampak
laktat oleh
menangis saat
miokardium
bercerita
kekhawatirannya
terrhadap penyakit
Nyeri dada
yang dialami
- TTV
TD : 130/90 Takut mati
mmHg
N : 92 x/m
S : 36,2 oC Ansietas
RR : 26 x/m
33

SpO2 : 93%

2.11. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d angina pectoris (D.0077)
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
mengeluh lelah (D.0056)
3. Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur d.d mengeluh sulit tidur (D.0055)
4. Ansietas b.d ancaman kematian d.d merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi (D.0080)
34

2.12. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Waktu Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 13/01/2023 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
d.d angina pectoris keperawatan selama karakteristik, durasi, frekuensi lokasi, karakteristik,
(D.0077) 3x8 jam, dan kualitas nyeri durasi, frekuensi dan
diharapkan tingkat kualitas nyeri
nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui
(L.08066) dengan tingkat nyeri
kriteria hasil: 3. Berikan teknik 3. Untuk mengurangi
a. Keluhan nyeri nonfarmakologi untuk rasa nyeri tanpa obat-
menurun mengurangi rasa nyeri obatan
b. Meringis 4. Jelaskan penyebab, periode 4. Untuk memberikan
menurun dan pemicu nyeri informasi penyebab
c. Gelisah nyeri yang timbul
menurun 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk meredahkan
d. Kesulitan tidur analgetik nyeri
menurun
2 13/01/2023 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
b.d tindakan 1. Monitor kelelahan fisik dan 1. Untuk mengetahui
ketidakseimbangan keperawatan selama emosi kemampuan pasien
antara suplai dan 3x8 jam, dalam melakukan
kebutuhan oksigen diharapkan aktivtas
d.d mengeluh lelah toleransi aktivitas 2. Lakukan rentang gerak pasif 2. Untuk melatih
(D.0056) meningkat dan/atau aktif kekuatan otot agar
(L.05047) dengan tidak kaku
kriteria hasil: 3. Untuk melatih
a. Saturasi oksigen 3. Fasilitasi duduk di samping kemampuan pasien
35

meningkat tempat tidur dalam beraktivitas


b. Keluhan lelah 4. Untuk mencegah
menurun 4. Anjurkan tirah baring terjadinya luka
c. Frekuensi napas dekubitus
membaik 5. Untuk melatih
d. Kemudahan 5. Anjurkan melakukan aktivitas kemampuan
dalam secara bertahap beraktivitas dan
melakukan kekuatan otot pasien
aktivitas sehari- secara bertahap
hari meningkat
3 13/01/2023 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan
Dukungan Tidur (I.05174)
b.d kurangnya tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas dan 1. Untuk mengetahui
kontrol tidur d.d keperawatan selama tidur pola aktivitas dan
mengeluh sulit tidur 3x8 jam, tidur pasien
(D.0055) diharapkan 2. Identfikasi faktor penganggu 2. Untuk
pola mengetahui
tidur membaiktidur penyebab yang
(L.05045) dengan mengganggu tidur
kriteria hasil: pasien
a. Keluhan 3. Modifikasi lingkungan
sulit 3. Untuk memberikan
tidur menurun lingkungan yang
b. Keluhan sering mendukung pasien
terjaga menurun untuk tidur
4. Jelaskan pentingnya tidur
4. Untuk memberikan
cukup selama sakit
informasi tentang
pentingnya tidur
selama sakit pada
pasien
4 13/01/2023 Ansietas b.d ancaman Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (L.09341)
kematian d.d merasa tindakan 1. Monitor tanda-tanda ansietas 1. Untuk mengetahui
36

khawatir dengan keperawatan selama keadaan cemas pasien


akibat dari kondisi 3x8 jam, 2. Ciptakan suasana teraupetik 2. Untuk membangun
yang dihadapi diharapkan tingkat untuk menumbuhkan hubungan saling
(D.0080) ansietas menurun kepercayaan percaya dengan
(L.09093) dengan pasien
kriteria hasil: 3. Dengarkan dengan penuh 3. Untuk memberikan
a. Verbalisasi perhatian perasaan diperhatikan
kekhawatiran 4. Anjurkan keluarga untuk tetap 4. Untuk memberikan
akibat kondisi bersama pasien ketenangan bagi
yang dihadapi pasien lewat
menurun dukungan keluarga
5. Kolaborasi pemberian obat
b. Perilaku gelisah 5. Untuk mengurangi
ansietas
menurun tingkat kecemasan
c. Pola tidur
membaik
d. Pucat menurun

2.13. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No DK Waktu Implementasi Paraf Waktu Evaluasi Paraf
Implementasi Hari Pertama
DK 1 13/01/2023 1. Mengidentifikasi lokasi, 13/01/2023 S:
(13.30) karakteristik, durasi, frekuensi (14.00) - Pasien mengatakan merasa
dan kualitas nyeri nyeri pada dada kirinya
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Manajemen nyeri
3. Memberikan teknik P: Nyeri saat berkativitas,
nonfarmakologi untuk kadang saat istirahat
mengurangi rasa nyeri Q: Nyeri seperti ditusuk-
4. Menjelaskan penyebab, tusuk pisau
periode dan pemicu nyeri R: Nyeri menjalar dari
37

5. Berkolaborasi pemberian dada kiri ke bahu kiri


analgetik sampai kepala
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri bertahan
O:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 97 x/m
S : 36,6oC
RR : 23 x/m
SpO2 : 96%
A: Masalah nyeri akut belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan
5
DK 2 13/01/2023 1. Memonitor kelelahan fisik 13/01/2023 S:
(13.30) dan emosi (14.00) - Pasien mengatakan masih
2. Melakukan rentang gerak merasa lelah saat banyak
pasif dan/atau aktif bergerak
3. Memfasilitasi duduk di
samping tempat tidur O:
4. Menganjurkan tirah baring - Pasien tampak lemah
5. Menganjurkan melakukan - Kekuatan otot
aktivitas secara bertahap 4 3
4 3
- ADL dibantu orang lain
38

- TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 97 x/m
S : 36,6oC
RR : 23 x/m
SpO2 : 96%

A: Masalah intoleransi aktivitas


belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2 3 dan
4
DK 3 13/01/2023 1. Mengidentifikasi pola 13/01/2023 S:
(13.30) aktivitas dan tidur (14.00) - Pasien mengatakan masih
2. Mengidentfikasi faktor sulit tidur
penganggu tidur
3. Memodifikasi lingkungan O:
4. Menjelaskan pentingnya tidur - Pasien tampak lemas
cukup selama sakit - Pasien tampak mengantuk
- Konjungtiva anemis
- TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 97 x/m
S : 36,6oC
RR : 23 x/m
SpO2 : 96%

A: Masalah gangguan pola tidur


belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3
39

DK 4 13/01/2023 1. Memonitor tanda-tanda 13/01/2023 S:


(13.30) ansietas (14.00) - Pasien mengatakan tidak
2. Menciptakan suasana begitu cemas dan takut jika
teraupetik untuk keluarga berada bersama
menumbuhkan kepercayaan pasien
3. Mendengarkan dengan penuh
perhatian O:
4. Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga tampak terus
tetap bersama pasien menemani pasien
5. Berkolaborasi pemberian obat - Pasien tampak cemas
ansietas berkurang
- Pasien tampak tidak
menangis

A: Masalah ansietas belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan


5
Implementasi Hari Kedua
DK 1 14/01/2023 1. Mengidentifikasi lokasi, 14/01/2023 S:
(15.00) karakteristik, durasi, frekuensi (19.30) - Pasien mengatakan nyeri
dan kualitas nyeri dada berkurang
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Manajemen nyeri
3. Memberikan teknik P: Nyeri saat bergerak
nonfarmakologi untuk dan saat ditekan
mengurangi rasa nyeri Q: Nyeri seperti ditusuk-
4. Menjelaskan penyebab, tusuk pisau
periode dan pemicu nyeri R: Nyeri pada dada kiri
5. Berkolaborasi pemberian S: Skala nyeri 4
40

analgetik T: Nyeri hilang timbul

O:
- Pasien tampak meringis
berkurang
TD : 130/90 mmHg
N : 72 x/m
S : 36,4oC
RR : 22 x/m
SpO2 : 97%

A: Masalah nyeri akut belum


teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan
4
DK 2 14/01/2023 1. Memonitor kelelahan fisik 14/01/2023 S:
(15.00) dan emosi (19.30) - Pasien mengatakan masih
2. Melakukan rentang gerak merasa lelah saat
pasif dan/atau aktif beraktivitas
3. Memfasilitasi duduk di O:
samping tempat tidur - Kekuatan otot
4. Menganjurkan tirah baring
5. Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
5 4: 130/90 mmHg
5 4
TD
N : 72 x/m
S : 36,4oC
41

RR : 22 x/m
SpO2 : 97%

A: Masalah intoleransi aktivitas


belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
dan 5
DK 3 14/01/2023 1. Mengidentifikasi pola 14/01/2023 S:
(15.00) aktivitas dan tidur (19.30) - Pasien mengatakan sudah
2. Mengidentfikasi faktor bisa tidur tetapi masih
penganggu tidur terbangun pada malam hari
3. Memodifikasi lingkungan O:
- Pasien tampak mengantuk
- Pasien tampak lemas

A: Masalah gangguan pola tidur


belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3


DK 4 14/01/2023 1. Memonitor tanda-tanda 14/01/2023 S:
(15.00) ansietas (19.30) - Pasien mengatakan tidak
2. Menciptakan suasana cemas karena keluarga
teraupetik untuk pasien selalu bersama
menumbuhkan kepercayaan pasien
3. Mendengarkan dengan penuh
perhatian O:
4. Menganjurkan keluarga untuk - Pasien tampak selalu
tetap bersama pasien ditemani keluarga
5. Berkolaborasi pemberian obat - Pasien tampak tenang
42

ansietas TD : 130/90 mmHg


N : 72 x/m
S : 36,4oC
RR : 22 x/m
SpO2 : 97%

A: Masalah ansietas teratasi


P: Hentikan intervensi
Implementasi Hari Ketiga
DK 1 15/01/2023 1. Mengidentifikasi lokasi, 15/01/2023 S:
(15.00) karakteristik, durasi, frekuensi (17.30) - Pasien mengatakan hanya
dan kualitas nyeri merasa nyeri jika dada
2. Mengidentifikasi skala nyeri kirinya ditekan
3. Memberikan teknik - Manajemen nyeri
nonfarmakologi untuk P: Nyeri saat dada
mengurangi rasa nyeri ditekan
4. Menjelaskan penyebab, Q: Nyeri seperti ditusuk-
periode dan pemicu nyeri tusuk pisau
5. Berkolaborasi pemberian R: Nyeri pada dada kiri
analgetik S: Skala nyeri 2
T: Nyeri hilang timbul
(saat ditekan)

O:
- Pasien tampak meringis
saat dada kirinya ditekan
TD : 120/90 mmHg
N : 83 x/m
S : 36,7oC
43

RR : 20 x/m
SpO2 : 97%

A: Masalah nyeri akut belum


teratasi

P: Hentikan intervensi, pasien


pulang
DK 2 15/01/2023 1. Memonitor kelelahan fisik 15/01/2023 S:
(15.00) dan emosi (17.30) - Pasien mengatakan mudah
2. Melakukan rentang gerak lelah jika beraktivitas
pasif dan/atau aktif berlebihan
3. Memfasilitasi duduk di
samping tempat tidur O:
4. Menganjurkan tirah baring - Kekuatan otot
5. Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

5 5: 120/90 mmHg
5 5
TD
N : 83 x/m
S : 36,7oC
RR : 20 x/m
SpO2 : 97%

A: Masalah intoleransi aktivitas


belum teratasi
44

P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
dan 5
DK 3 15/01/2023 1. Mengidentifikasi pola 15/01/2023 S:
(15.00) aktivitas dan tidur (17.30) - Pasien mengatakan sudah
2. Mengidentfikasi faktor tideur nyenyak
penganggu tidur
3. Memodifikasi lingkungan O:
4. Menjelaskan pentingnya tidur - Konjungtiva unanemis
cukup selama sakit TD : 120/90 mmHg
N : 83 x/m
S : 36,7oC
RR : 20 x/m
SpO2 : 97%

A: Masalah gangguan pola tidur


teratasi
P: Hentikan intervensi
45
BAB III
LITERATUR REVIEW

3.1. Review Artikel


N Judul/ Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil penelitian
o Penulis/Tahun
1 Efficacy of A total of 78 Efficacy of 1. Preparatio The SPSS20.0 software After treatment, the
Yangxin Recipe patients with Yangxin n of YXR was used for statistical total effective rate of
in Combination coronary heart Recipe in 2. Grouping analysis. The YXR was 92.31%,
disease and angina
with Combinatio and measurement data with which was higher
pectoris were
Conventional randomly divided n with treating. normal distribution than (P < 0.01) that
Western into a control Convention analyzed by Shapiro- of the western
Medicine in group (n = 39) al Western Wilk test and medicine control
Treatment of and a YXR group Medicine in homogeneous variances group. The total
Angina Pectoris (n = 39). Treatment of each subject for score of TCM
of Coronary different treatment syndromes in the
Heart Disease groups were expressed YXR group was
as mean ± stan-dard (14.44±9.87), which
Jiali Liu, deviation (x ± s), and the was significantly
Yaorong Dong, t-test was used to lower than (P <
and Xiaozhen compare the differences 0.001) that in the
Hu (2022) between the two groups. simple western
The changes before and medicine control
after treatment in both group
control and YXR groups (22.44±13.87). The
has been analyzed by χ2 degree of coronary
test, and the count data stenosis in the YXR
were expressed as group decreased to
frequency (constituent (49.87±7.82) %,
ratio, %). P < 0.01 was which was
considered as a significantly lower

46
47

significant difference, than (P < 0.001) that


and P < 0.001 was used in the western
as the criterion for medicine control
judging the extremely group (57.05±9.92)
significance of the %.
difference.
2 Acupuncture as The study is a total of 80 patients Acupunctur All In this study, the The main outcome
Adjuvant randomized who are diagnosed e as participants in statistical analysis of the is Seattle Angina
Therapy for controlled with stable angina Adjuvant the two clinical data will be Questionnaire
clinical trial
Treating Stable pectoris with Therapy groups will performed by a scores. ,e other
Angina Pectoris moderate receive the statistician, who will be observation indices
with Moderate coronary artery same basic blinded to the trial, by are the heart rate
Coronary Artery lesions will be treatment using SPSS 19.0 variability and self-
Lesions and the recruited and with short- statistics software. rating anxiety scale
Mechanism of randomly term Demographic data and and self-rating
Heart-Brain assigned to two sublingual some basic indicators depression scale
Interactions: A treatment groups nitroglycerin will be analysed to scores. To explore
Randomized (electroacupunctur therapy when measure the balance of mechanisms based
Controlled Trial e or sham- the patient the two groups at on the hypothesis of
Protocol electroacupunctur suffers acute baseline. Continuous a correlation
e group) in a 1 :1 angina variables will be between heart and
Long Zhao, ratio. pectoris expressed as the means ± brain function, fMRI
Qingqiao Song, symptoms. standard deviation (SD). scans will be used to
Huaqin Wu, Categorical variables detect functional
Yanli Wang, will be expressed as brain changes in 15
Jiani Wu, numbers and percentages patients from each
Jiliang Fang, (%). Categorical group at baseline
and Zhigang Li variables will be and at the end of
(2021) analysed with the chi- treatment. Finally,
square (X2) test. the efficacy of
Continuous variables acupuncture will be
will be analysed with evaluated, and the
48

two-way repeated HRV and imaging


measures ANOVA and data will be
Kruskal–Wallis correlated with
ANOVA. Statistical clinical data to
analysis between the two investigate the
groups will be performed possible
using Dunnett’s test. ,e relationships
comparison between between the brain
baseline and end of and heart activity.
treatment in each group
will be carried out with a
paired samples t-test.
Statistical significance
will be set to P < 0.05
with the two-sided test.
For the BOLD–fMRI
data processing, we will
use the Statistical
Parametric Mapping
software SPM12
(http://www.fil.ion.ucl.ac
.uk/spm) with the
MATLAB platform of
DPABI 4.3 software to
process and analyse
whole brain functional
areas and the differences
in the resting-state
default network before
and after treatment. ,e
main analytical methods
for cerebral responses to
49

the different
interventions include
regional homogeneity
(ReHo) amplitude of
low-frequency
fluctuations (ALFF), and
seedbased functional
connectivity based on
the results of ReHo and
ALFF

3.2. Analisis PICOT (Population, Intervention, Comparance, Outcome, Time)


No Judul/Penulis/Tahun Population Intervention Comparance Outcome Time
1 Efficacy of Yangxin A total of 78 Prescription Yanxin This study After treatment, the total Routine
Recipe in Combination patients with treatment combined conducted a effective rate of YXR was reatment for
with Conventional stable angina with conventional comparison 92.31%, which was higher six months
Western Medicine in pectoris of CHD Western medicine between the than (P < 0.01) that of the
Treatment of Angina (Qi stagnation and control group western medicine control
Pectoris of Coronary blood stasis adopting western group. The total score of
Heart Disease syndrome) medicine and the TCM syndromes in the
admitted to YXR group YXR group was
Jiali Liu, Yaorong Shanghai receiving (14.44±9.87), which was
Dong, and Xiaozhen Hu University of conventional significantly lower than (P
(2022) TCM Shanghai western medicine < 0.001) that in the simple
TCM-Integrated plus oral western medicine control
Hospital from administration of group (22.44±13.87). The
January 2017 to YXR. After 6 degree of coronary
December 2019 consecutive stenosis in the YXR group
were recruited months of decreased to (49.87±7.82)
into this study. treatment, the data %, which was significantly
showed a lower than (P < 0.001) that
difference in the in the western medicine
50

outcome of the control group


two groups. the (57.05±9.92) %.
total effective rate
of YXR was
92.31%, which
was higher than (P
< 0.01) that of the
western medicine
control group. The
total score of
TCM syndromes
in the YXR group
was (14.44±9.87),
which was
significantly lower
than (P < 0.001)
that in the simple
western medicine
control group
(22.44±13.87).
The degree of
coronary stenosis
in the YXR group
decreased to
(49.87±7.82) %,
which was
significantly lower
than (P < 0.001)
that in the western
medicine control
group
(57.05±9.92) %. It
51

can be concluded
that the combined
treatment of
prescribed
Yangshin and
conventional
Western medicine
is more effective
than the Western
medicine not
combined with
prescribed
Yangshin.
2 Acupuncture as A total of 80 All participants in the The researchers The main outcome is This trial
Adjuvant Therapy for participants two groups will receive grouped the Seattle Angina will be
Treating Stable Angina the same basic samples into two Questionnaire scores. ,e conducted
Pectoris with Moderate treatment with short- groups, the other observation indices over 8
Coronary Artery term sublingual electroacupuncture are the heart rate weeks,
Lesions and the nitroglycerin therapy group and the variability and self-rating including a
Mechanism of Heart- when the patient suffers sham anxiety scale and self- 2-week
Brain Interactions: A acute angina pectoris electroacupuncture rating depression scale screening,
Randomized Controlled symptoms. group, with a ratio scores. To explore 2-week
Trial Protocol of 1:1 the samples mechanisms based on the treatment,
are split evenly hypothesis of a correlation and 4-week
Long Zhao, Qingqiao between the two between heart and brain follow-up.
Song, Huaqin Wu, groups. The function, fMRI scans will
Yanli Wang, Jiani Wu, primary outcome be used to detect
Jiliang Fang, and in this study was functional brain changes in
Zhigang Li (2021) the Seattle Angina 15 patients from each
Questionnaire group at baseline and at
score. while other the end of treatment.
observations were Finally, the efficacy of
52

made including acupuncture will be


heart rate evaluated, and the HRV
variability and and imaging data will be
self-assessment correlated with clinical
anxiety scale and data to investigate the
self-assessment possible relationships
depression scale between the brain and
scores. after that heart activity.
researchers
explore
mechanism based
on the hypothesis
of a correlation
between heart and
brain function,
fMRI scans will
be used to detect
functional
brain changes in
15 patients from
each group at the
start and end of
treatment. A
weakness of this
study is that the
reader does not
know for sure
whether
acupuncture as an
adjunctive therapy
can treat angina,
as the researchers
53

have not added


any studies that
have been
conducted.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Angina pektoris (biasanya disebut sebagai angina) berarti “nyeri dada”. Angina terjadi
secara tiba-tiba ketika beraktivitas berat mengharuskan arteri meningkatkan suplai darah ke
jantung. Arteri yang menyempit atau obstruksi tidak dapat memberikan suplai yang
diperlukan. Akibatnya otot jantung terbebani (SANAK, 2021). Angina pectoris dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu angina pektoris stabil (Stable Angin) dan angina pektoris
tidak stabil (Unstable Angina).
Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau penyakit arteri
koroner yang digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak dan jaringan konektif
disekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis, lesi ini
dapat bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat meningkatkan
obstruksi aliran darah persial maupun komplit. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut
terdiri atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai dengan pembentukan thrombus.
Manifestasi klinis dari angina pektoris, yaitu ditandai dengan nyeri dada substernal
atau retrosternal yang menjalar ke leher, tenggorokan daerah interskapula atau lengan kiri.
Nyeri ini berawal sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang menyebar ke
lengan kiri bagian dalam dan kadang hingga pundak, bahu dan leher kiri bahkan sampai ke
kelingking kiri. Perasaan ini juga dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan, rahang dan
ada juga yang sampai ke lengan kanan.
Angina dapat dikendalikan menggunakan tablet nitrogliserin. Penatalaksanaan medis
yang dapat dilakukan pada pasien dengan angina pektor terapi farmakologi (nitrat dan nitrit,
nitrogliserin, penyekat beta adrenergic, antagonis kalsium dan antitrombin), terapi invasive
(percutanens transluminal coronary dan coronary artery bypass graft). Komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita angina pectoris antara lain infark miokard akut, aritmia, gagal
jantung, syok cardiogenik, perikarditis dan aneurisma ventrikel.

4.2. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih memperhatikan kesehatan terkhususnya bagi
penderita atau yang beresiko untuk mejauhi faktor-faktor pencetus yang dapat menyebabkan
angina pectoris dengan cara mengatur gaya hidup yang sehat dan makan makanan bergizi.

54
DAFTAR PUSTAKA

Liu, J., Dong, Y., & Hu, X. (2022). Ef fi cacy of Yangxin Recipe in Combination with
Conventional Western Medicine in Treatment of Angina Pectoris of Coronary Heart
Disease. SAGE, 28, 1–8. https://doi.org/10.1177/10760296221076152
SANAK, S. A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J.R DENGAN
DIAGNOSAMEDIK ANGINA PECTORIS DI RUANGAN HIGH CARE UNIT/HCU RSUD.
S.K. LERIK KUPANG. POLTEKKES KEMENKES KUPANG.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Zhao, L., Song, Q., Wu, H., Wang, Y., Wu, J., Fang, J., & Li, Z. (2021). Acupuncture as
Adjuvant Therapy for Treating Stable Angina Pectoris with Moderate Coronary Artery
Lesions and the Mechanism of Heart-Brain Interactions: A Randomized Controlled Trial
Protocol. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 1155(10), 8.
https://doi.org/https://doi.org/10.1155/2021/6634404

Anda mungkin juga menyukai