M
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: ANGINA PECTORIS
DI RUANG WIRASAKTI RUMAH SAKIT TK.II
Prof. dr. J. A. LATUMETEN AMBON
OLEH
KELOMPOK 1
OLEH
KELOMPOK I
1. Briyan Fernando Nahakleky, S. Kep
2. Giani Tauran, S. Kep
3. Nancy I. D. Latuputty, S. Kep
4. Nova Souisa, S. Kep
5. Tabita Manakuty, S. Kep
6. Wendalina Efamutan, S. Kep
7. Wa Irma, S. Kep
Telah disahkan di
Ambon,…..Januari 2023
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Angina
Pectoris Di Ruang Wirasakti Rumah Sakit TK.II Prof. dr. J. A. Latumeten Ambon”, sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan Stase Medikal Bedah Pendidikan Profesi Ners Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.
Penulis sungguh menyadari bahwa dalam penulisan asuhan keperawatan ini, banyak
hambatan dan tantangan yang penulis temui, namun berkat bimbingan dan arahan dari CI Lahan
dan CI Institusi serta dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
asuhan keperawatan ini. Maka dengan segenap kerendahan hati sekali lagi penulis ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penurlis.
Ambon,....Januari 2023
Kelompok I
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iv
iv
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………. 52
4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………….... 52
4.2. Saran…………………………………………………………………………….. 52
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
ANGINA PECTORIS
1.1.2 Klasifikasi
a. Angina Pektoris Stabil/Stable Angin
Angina ini disebut juga angina klasik, dilatasi terjadi karena
penyempitan arteri koroner yang tidak dapat meningkatkan alirannya
sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Aktivitas misalnya olahraga dapat
menyebabkan peningkatan kerja jantung. Secara klasik berkaitan dengan
latihan dan aktivitas atau mengalami stress psikis/emosi tinggi yang
meningkatkan kebutuhan oksigen, nyeri akan segera hilang dengan istirahat
atau penghentian aktivitas. Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan
stabil (frekuensi ,lama serangan faktor pencetu menetap dalam 30 menit
terakhir). Serangan nyeri dada hilang bila klien beristirahat dan mendapatkan
obat nitrogliserin (SANAK, 2021)
Angina pectoris juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri
koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran
darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung
dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga, naik tangga, atau bekerja
keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti menyekop salju.
Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental
seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis
1
2
1.1.3 Etiologi
Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau
penyakit arteri koroner yang digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus,
lemak dan jaringan konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous
adalah lesi khas dari aterosklerosis, lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam
dinding pembuluh darah, yang dapat meningkatkan obstruksi aliran darah persial
maupun komplit. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak
fibrous dengan deposit kalsium, disertai dengan pembentukan thrombus.
Obstruksi pada lumen akan mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada
jaringan disekitarnya (SANAK, 2021).
Beberapa penyebab angina pektoris menurut (SANAK, 2021), yaitu:
a. Faktor penyebab
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor:
faktor pebuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan ateritis, faktor sirkulasi:
hipotensi, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta, dan faktor darah: anemia,
hipoksemia, dan polisitemia.
2) Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi, makan
terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme. Dengan bekerja, maka akan
banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor adrenalin)
sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
3) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan oleh
kerusakan miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik.
b. Faktor predisposisi
Terdapat dua fator risiko terhadap Angina Pektoris yaitu faktor yang tidak
bisa diubah dan faktor yang bisa diubah, yaitu:
1) Tidak dapat diubah
- Usia
- Jenis kelamin
- Faktir genetik
2) Dapat diubah
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Merokok
- Kolesterol
- Obesitas
- Stress
- Gaya hidup
4
1.1.4 WOC
Aterosklerosis & Pejanan terhadap Stress Latihan fisik Makan makanan berat
spasme pembuluh darah dingin
Jantung kekurangan O2
Diperlukan pengetahuan
Intoleransi aktivitas Ansietas
tinggi
Defisit pengetahuan
g. Angina pectoris tidak stabil : Angina yang baru pertama kali atau angina stabil
dengan karakteristik frekuensi berat dan lamanya meningkat, Timbul waktu
istirahat/kerja ringan, Tidak dapat diperkirakan, Biasanya lebih parah dan hilang
dalam waktu yang lebih lama, Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun
pengobatan angina, EKG: Deviasi segment ST depresi
1.1.7 Penatalaksanaan
Angina dapat dikendalikan menggunakan tablet nitrogliserin. Segera setelah
serangan dimulai, klien meletakkan tablet di bawah lidah (sublingual) sehingga
tablet larut. Nitrogliserin memberikan efek peredaan yang cepat dengan mendilatasi
arteri koroner. Klien dapat menggunakan obat ini dengan aman selama bertahun –
tahun tanpa adanya efek yang menyebabkan penyakit. Salep nitrogliserin topical atau
balutan transdermal yang dibasahi dengan nitrogliserin digunakan secara luas untuk
memberi perlindungan terhadap nyeri angin dan mendukung pemulihan nyeri. Jika
obat gagal mengendalikan serangan angina seseorang, PTCA atau bedah arteri
koroner mungkin perlu dilakukan (SANAK, 2021)
penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan angina pektor
a. Terapi farmakologi
1) Nitrat dan nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi gejala angina pektoris dan juga memiliki efek antitrombotik dan
antiplatelet. Obat yang tergolong golongan ini, yaitu isosorbit dinitrat
(sorbitrat) diberikan dengan jumlah dosis 10 – 20 mg tiap 2 – 4 jam, nitrat
transdermal diserap melalui kulit dan dapat digunakan sebagai pasta yang
dioleskan pada dinding dada, dan preheksilin maleat diberikan dosis sebesar
100 mg per oral tiap 12 jam, kemudian ditingkatkan hingga 200 mg setiap 12
jam.
2) Nitrogliserin
Bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan pembuluh darah sehingga
memengaruhi sirkulasi perifer dan juga menurunkan konsumsi oksigen
jantung yang akan mengurangi iskemia nyeri angina. Obat ini biasanya
diletakkan di bawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan
menghilangkan iskemia dalam 3 menit. Nitrogliserin juga tersedia dalam
bentuk topical (Lnilin-petrolatum) yang dioleskan dikulit sebagai
perlindungan terhadap nyeri angina dan mengurangi nyeri.
3) Penyekat beta adrenergic
Digunakan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan
9
peregangan pada dinding ventrikel kiri. Obat yang digunakan, antara lain
atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol.
4) Antagonis kalsium
Obat ini meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara
melebarkan dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi kebutuhan
jantung dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan demikian juga beban
kerja ventrikel kiri. Tiga jenis antagonis kalsium yang sering digunakan
adalah nifedipin (prokardia), verapamil (isoptil, calan), dan diltiazen
(cardiazem).
5) Antitrombin
Heparin adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari perbagai
polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang
berbeda-beda. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark miokard
b. Terapi invasive
1) Percutanens transluminal coronary (PTCA)
Merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dengan cara
memecahkan plak atau ateroma dengan cara memasukan kateter dengan
ujung berbentuk balon.
1.1.8 Komplikasi
a. Infark Miokard Akut (IMA)
10
Identitas pasien yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, nomor rekam medis,
jenis kelamin, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, status,
diagnosa medis, agama, alamat, pekerjaan .
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan seperti dyspnea, nyeri dada,
pingsan, sesak nafas, merasa lemas dan cepat lelah pulse yang tidak
teratur. Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina
pectoris yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke
leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang
dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat,
serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh
klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan angina pectoris yaitu
nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah
interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak
memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi
dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai sesak nafas, perasaan lelah,
kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizziness
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kardiovaskuler,
adanya riwayat nyeri dada, nafas pendek, penyakit jantung bawaan,
stroke,pingsan, riwayat hipertensi, merokok, DM, CHF, riwayat penyakit
pernafasan kronis, pola hidup sehat, nyeri yang hilang timbul, serangan
jantung sebelumnya, riwayat penyakit pembuluh darah, oedema
4) Riwayat pengobatan
Pengobatan yang sudah dijalani dan obat- obatan yang dipakai
selama pengobatan berlangsung. Pengkajian pengobatan harus dituliskan
nama dari obat dan kegunaan dan efek samping dari obat tersebut
5) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga meliputi riwayat keluarga penyakit
jantung, infark mikoard , DM, stroke,hipertensi, penyakit vaskuler perifer
6) Pola hidup sehat
Hubungan yang kuat antara komponen- komponen dari gaya hidup
pasien dan kesehatan kardiovaskuler sangat berpengaruh antara lain : pola
persepsi sehat dan manajemen sehat, pola nutrisi metabolik, pola
eliminasi, pola latihan aktivitas, pola istirahat tidur, pola kognitif-
perspektif, pola persepsi konsep diri, pola hubungan peran, pola toleransi
koping stress, pola nilai-nilai kepercayaan
c. Pemeriksaan fisik
12
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu
dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien
juga diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi
koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan
atau tampak tidak sakit
2) Tanda-tanda vital
Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat
gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi
3) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak
perubahan ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat
atau tidak nyeri pada rahang
b) Leher
Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri
c) Thorak
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau
murmur menunjukkan gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan
pericarditis
d) Paru-paru
Suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat
batuk dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental
ataupun merah muda, Kulit/membrane mukosa lembab, dingin, pucat
pada adanya vasokontriksi.
e) Abdomen
Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus
normal/menurun, Mual, nyeri ulu hati/epigastrium saat makan, Diet
tinggi kolesterol/lemak, garam kafein, minuman keras, sesak, distensi
gaster
f) Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema
perifer dan udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau
sianosis, kuku datar, pucat pada membran mukosa dan bibir, perasaan
tidak berdaya setelah latihan, nyeri dada bila bekerja, dispnea saat
kerja
4) Integritas ego
Tanda dan gejala
a) Stressor kerja, keluarga
b) Ketakutan, mudah marah
13
5) Nyeri
Tanda dan gejala
a) Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu
dan ekstremitas atas (lebih pada kiri dari pada kanan)
b) Kualitas: macam: ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan,
terjepit, terbakar
c) Durasi: biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30
menit (rata-rata 3 menit)
d) Faktor pencetus: nyeri sebuhungan dengan kerja fisik atau emosi
besar, seperti marah atau hasrat seksual, olahraga pada suhu ekstrem,
atau mungkin tak dapat diperkirakan dan/atau terjadi selama istirahat.
e) Faktor penghilang: nyeri mungkin responsive terhadap mekanisme
penghilang tertensu (contoh: istirahat, obat antiangina)
f) Nyeri dada baru atau terus-menerus yang telah berubah frekuensi,
durasi, karakter atau dapat diperkirakan (contoh: tidak stabil,
bervariasi, prinzmetal)
g) Wajah berkeruh, meletakan pergelangan tangan pada midsternum,
memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah
h) Respon otomatis (contoh: takikardi, perubahan TD)
6) Penyuluhan dan pembelajaran
a) Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes
b) Penggunaan/kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat
yang dijual bebas
c) Penggunaan alcohol teratur, obat narkotik (contoh: kokain,
amfetamin)
d) Rencana pemulangan: perubahan pada penggunaan/terapi obat,
bantuan/pemeliharaan tugas dengan perawat di rumah, perubahan
pada susunan
meningkat stimulus
3. Kemudahan dalam 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
melakukan aktivitas aktif
sehari-hari meningkat 7. Berikan aktivitas distraksi yang
4. Kecepatan berjalan menenangkan
menigkat 8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika
5. Jarak berjalan meningkat tidak dapat berjalan atau berpindah
6. Kekuatan tubuh bagian 9. Anjurkan tirah baring
atas dan bawah 10. Anjurkan melakukan aktivitas secara
meningkat bertahap
7. Toleransi dalam menaiki 11. Anjurkan menghubungi perawat jika
tangga meningkat tanda dan gejala kelelahan tidak
8. Keluhan lelah menurun berkurang
9. Dyspnea saat aktivitas 12. Ajarkan strategi koping untuk
menurun mengurangi kelelahan
10. Perasaan lemah menurun 13. Kolaborasi dengan ahili gizi tentang cara
11. Aritmia saat dan setelah meningkatkan asupan makanan.
aktivitas menurun
12. Frekuensi nafas membaik
13. EKG iskemia membaik.
5 Ansietas b.d ancaman terhadap Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09134) tindakan:
kematian keperawatan diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
tingkat ansietas menurun 2. Monitor tanda-tanda ansietas
(L.09093) dengan kriteria 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
hasil: menumbuhkan kepercayaan
1. Verbalisasi khawatir 4. Pahami situasi yang membuat ansietas,
akibat kondisi yang dengarkan dengan penuh perhatian
dihadapi menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenag dan
2. Perilaku gelisah menurun menyakinkan
19
Pasein mengatakan memiliki riwayat hipertensi, operasi empedu 8 tahun yang lalu,
dan asam lambung 5 tahun yang lalu.
Obat-obatan (Resep) Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
Mylanta Sirup 3-4x1
Kegiatan 0 1 2 3 4
23
Kekuatan otot : 4 3
4 3
Kemampuan ROM : Sedang
Keluhan saat beraktivitas : Pasien mengatakan merasa lelah saat melakukan
aktivitas berlebihan dan mengakibatkan nyeri pada dada
kirinya
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri bertahan
3. Kulit
Warna kulit : Normal
25
Kelembaban : Lembab
Turgor kulit : Baik
Oedema : Tidak ada oedema
4. Kepala/rambut
Inspeksi : Bentuk kepala oval, warna rambut hitam dengan uban, tidak ada memar,
tidak ada ketombe
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada bengkak
5. Mata
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, sklera anikhterik, konjungkiva anemis,
pupil isokhor +/+
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi : Telinga simertris kiri dan kanan, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Hidung dan Sinus
Inspeksi : Terpasang O2 3 lpm via nasa kanul, tidak ada bengkak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada
karies, gigi lengkap, tidak ada tonsillitis
Palpasi : Tidak ada nyeri menelan
9. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena
jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
10. Thoraks atau Paru
Inspeksi : Dada simetris
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada dada sebelah kiri, tidak ada krepitasi
perkusi : Bunyi sonor
Auskultas : Bunyi napas vesikuler
i
11. Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi : Teraba iktus cordis, terdapat nyeri tekan pada dada sebelah kiri
Perkusi : Bunyi sonor kemudian berubah pada batas jantung kiri yang berada dari
linea aksilaris sampai linea midklavikularis
Auskultas : Terdengar bunyi jangtung S1 dan S2
i
12. Abdomen
Inspeksi : Terdapat bekas operasi pada kuadran 1 sepanjang ± 10-15 cm
26
2. EKG
28
hingga berat
12 Ketorolac (IV) 30 mg Meredakan nyeri sedang hingga
berat
13 Sucralfat Syrup (Oral) 100 mg Tukak lambung, gastritis
N : 92 x/m
S : 36,2 oC
RR : 26 x/m
SpO2 : 93%
2 23/01/2023 DS: Aliran O2 arteri
- Pasien mengatakan koroner menurun
merasa letih saat
melakukan aktivitas
berlebih sehingga Jantung kekurangan
nerasa nyeri pada O2
dada kiri
Intoleransi
Nyeri dada aktivitas
-ADL dibantu orang
lain
- TTV Kelemahan
TD : 130/90
mmHg
Intoleransi aktivitas
N : 92 x/m
S : 36,2 oC
RR : 26 x/m
SpO2 : 93%
3 23/01/2023 DS: Aliran O2 arteri Gangguan Pola
- Pasien mengatakan koroner menurun Tidur
susah tidur, jika
sudah terbangun
maka tidak bisa Jantung kekurangan
tidur lagi O2
- Pasien mengatakan
tidur malam hanya
2 jam dan tidur Iskemia otot
siang hanya 30 jantung
32
menit
DO:
- Pasien tampak Iskemia otot
cemas jantung
- Pasien tampak Ansietas
pucat
Pembentukan asam
- Pasien tampak
laktat oleh
menangis saat
miokardium
bercerita
kekhawatirannya
terrhadap penyakit
Nyeri dada
yang dialami
- TTV
TD : 130/90 Takut mati
mmHg
N : 92 x/m
S : 36,2 oC Ansietas
RR : 26 x/m
33
SpO2 : 93%
- TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 97 x/m
S : 36,6oC
RR : 23 x/m
SpO2 : 96%
O:
- Pasien tampak meringis
berkurang
TD : 130/90 mmHg
N : 72 x/m
S : 36,4oC
RR : 22 x/m
SpO2 : 97%
RR : 22 x/m
SpO2 : 97%
O:
- Pasien tampak meringis
saat dada kirinya ditekan
TD : 120/90 mmHg
N : 83 x/m
S : 36,7oC
43
RR : 20 x/m
SpO2 : 97%
5 5: 120/90 mmHg
5 5
TD
N : 83 x/m
S : 36,7oC
RR : 20 x/m
SpO2 : 97%
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
dan 5
DK 3 15/01/2023 1. Mengidentifikasi pola 15/01/2023 S:
(15.00) aktivitas dan tidur (17.30) - Pasien mengatakan sudah
2. Mengidentfikasi faktor tideur nyenyak
penganggu tidur
3. Memodifikasi lingkungan O:
4. Menjelaskan pentingnya tidur - Konjungtiva unanemis
cukup selama sakit TD : 120/90 mmHg
N : 83 x/m
S : 36,7oC
RR : 20 x/m
SpO2 : 97%
46
47
the different
interventions include
regional homogeneity
(ReHo) amplitude of
low-frequency
fluctuations (ALFF), and
seedbased functional
connectivity based on
the results of ReHo and
ALFF
can be concluded
that the combined
treatment of
prescribed
Yangshin and
conventional
Western medicine
is more effective
than the Western
medicine not
combined with
prescribed
Yangshin.
2 Acupuncture as A total of 80 All participants in the The researchers The main outcome is This trial
Adjuvant Therapy for participants two groups will receive grouped the Seattle Angina will be
Treating Stable Angina the same basic samples into two Questionnaire scores. ,e conducted
Pectoris with Moderate treatment with short- groups, the other observation indices over 8
Coronary Artery term sublingual electroacupuncture are the heart rate weeks,
Lesions and the nitroglycerin therapy group and the variability and self-rating including a
Mechanism of Heart- when the patient suffers sham anxiety scale and self- 2-week
Brain Interactions: A acute angina pectoris electroacupuncture rating depression scale screening,
Randomized Controlled symptoms. group, with a ratio scores. To explore 2-week
Trial Protocol of 1:1 the samples mechanisms based on the treatment,
are split evenly hypothesis of a correlation and 4-week
Long Zhao, Qingqiao between the two between heart and brain follow-up.
Song, Huaqin Wu, groups. The function, fMRI scans will
Yanli Wang, Jiani Wu, primary outcome be used to detect
Jiliang Fang, and in this study was functional brain changes in
Zhigang Li (2021) the Seattle Angina 15 patients from each
Questionnaire group at baseline and at
score. while other the end of treatment.
observations were Finally, the efficacy of
52
4.1. Kesimpulan
Angina pektoris (biasanya disebut sebagai angina) berarti “nyeri dada”. Angina terjadi
secara tiba-tiba ketika beraktivitas berat mengharuskan arteri meningkatkan suplai darah ke
jantung. Arteri yang menyempit atau obstruksi tidak dapat memberikan suplai yang
diperlukan. Akibatnya otot jantung terbebani (SANAK, 2021). Angina pectoris dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu angina pektoris stabil (Stable Angin) dan angina pektoris
tidak stabil (Unstable Angina).
Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau penyakit arteri
koroner yang digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak dan jaringan konektif
disekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis, lesi ini
dapat bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat meningkatkan
obstruksi aliran darah persial maupun komplit. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut
terdiri atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai dengan pembentukan thrombus.
Manifestasi klinis dari angina pektoris, yaitu ditandai dengan nyeri dada substernal
atau retrosternal yang menjalar ke leher, tenggorokan daerah interskapula atau lengan kiri.
Nyeri ini berawal sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang menyebar ke
lengan kiri bagian dalam dan kadang hingga pundak, bahu dan leher kiri bahkan sampai ke
kelingking kiri. Perasaan ini juga dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan, rahang dan
ada juga yang sampai ke lengan kanan.
Angina dapat dikendalikan menggunakan tablet nitrogliserin. Penatalaksanaan medis
yang dapat dilakukan pada pasien dengan angina pektor terapi farmakologi (nitrat dan nitrit,
nitrogliserin, penyekat beta adrenergic, antagonis kalsium dan antitrombin), terapi invasive
(percutanens transluminal coronary dan coronary artery bypass graft). Komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita angina pectoris antara lain infark miokard akut, aritmia, gagal
jantung, syok cardiogenik, perikarditis dan aneurisma ventrikel.
4.2. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih memperhatikan kesehatan terkhususnya bagi
penderita atau yang beresiko untuk mejauhi faktor-faktor pencetus yang dapat menyebabkan
angina pectoris dengan cara mengatur gaya hidup yang sehat dan makan makanan bergizi.
54
DAFTAR PUSTAKA
Liu, J., Dong, Y., & Hu, X. (2022). Ef fi cacy of Yangxin Recipe in Combination with
Conventional Western Medicine in Treatment of Angina Pectoris of Coronary Heart
Disease. SAGE, 28, 1–8. https://doi.org/10.1177/10760296221076152
SANAK, S. A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J.R DENGAN
DIAGNOSAMEDIK ANGINA PECTORIS DI RUANGAN HIGH CARE UNIT/HCU RSUD.
S.K. LERIK KUPANG. POLTEKKES KEMENKES KUPANG.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Zhao, L., Song, Q., Wu, H., Wang, Y., Wu, J., Fang, J., & Li, Z. (2021). Acupuncture as
Adjuvant Therapy for Treating Stable Angina Pectoris with Moderate Coronary Artery
Lesions and the Mechanism of Heart-Brain Interactions: A Randomized Controlled Trial
Protocol. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 1155(10), 8.
https://doi.org/https://doi.org/10.1155/2021/6634404