DI RSUD KONAWE
Studi Kasus Ini Di Ajukan Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Keperawatan medical
bedah I Semester IV
OLEH:
P00320018078
Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga
penulis dapat meyelesaikan tugas dengan judul “asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose
angina pectoris ” dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran kita dan bisa
menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu keperawatan.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan studi kasus ini belum mencapai hasil yang
sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga tugas ini dapat membantu
pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum diungkapkan dalam membahas
asuhan keperawatan pada penyakit angina pectoris.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
1.1 Definisi.........................................................................................................................
1.2 Etiologi........................................................................................................................
1. 3 Klasifikasi...................................................................................................................
1.4 Patofisiologi.................................................................................................................
1.5 Pathway........................................................................................................................
2.1 Pengkajian....................................................................................................................
2.4 Diagnosa......................................................................................................................
2.5 Intervensi.....................................................................................................................
2.6 Implementasi................................................................................................................
2.7 Evaluasi........................................................................................................................
3.2 kesimpulan..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
ANGINA PECTORIS
1.1 Definisi
Angina Pectoris adalah perasaan tercekik di dada. Angina pectoris juga merupakan
istilah yang umum digunakan dalam kesehatan untuk menggambarkan rasa dari nyeri dada
yang disebabkan oleh iskemia miokard. (Perrin, 2009). Istilah angina berasal dari bahasa
latin yang artinya tersumbat. Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan akibat penyakit arteri koronari.
(Morton. 2009).
Angina pectoris memiliki arti nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia
miokardium yang refersibel dan sementara (Robbins, 2007). Angina pectoris adalah nyeri
hebat berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak
adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri bisa menyebar dilengan kiri ke punggung, ke rahang
atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009). Jadi berdasarkan pengertian di atas, dapat
disimpulkan angina pectoris adalah nyeri hebat yang menyebar ke lengan kiri, ke
punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen dan terjadi sebagai akibat suplai oksigen
yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.
1.2 Etiologi
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih
pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress.
Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen yang
diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah
diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat
dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga
wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi
sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.
a. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya akan
bertambah.
b. Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor
adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
d. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
1. Aterosklerosis
2. Denyut jantung yang terlalu cepat
3. Anemia berat
4. Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
5. Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
6. Spasme arteri koroner
1.3 Klasifikasi
1. Angina Stabil
Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan
oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga,
naiktangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti
menyekop salju. Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas
mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini,
biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.
2. Angina Variant (Prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering
terjadi pada saat istirahat. Pada angina ini, suatu arteri koroner mengalami spasme yang
menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan
aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa walaupun tiak jelas tampak lesi pada arteri,
dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide
vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi
arteri koroner. Disritmia sering terjadi pada angina variant
3. Angina Tidak Stabil
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan
segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina
ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat
aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami
spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan
trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan
thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu
beresiko mengalami kerusakan jantung irreversible. Unstable angina dapat juga
dikarenakan kondisi kurang darah (anemia) khususnya jika anda telah memiliki
penyempitan arteri koroner sebelumnya Tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak
memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas fisik berat sebelumnya serta tidak
menurun dengan minum obat ataupun istirahat. Angina tidak stabil termasuk gejala infark
miokard pada sindrom koroner akut.
1.4 Patofsiologi
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard
atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang
karena penyempitan pembuluh darah koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi
karena proses ateroskleosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses
aterosklerosis dan spasme.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan
oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang
cukup berat. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga
meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri
koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis dan tidak dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen, dan terjadi iskemia(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menyebabkan
nyeri ang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung
berkurang, suplai oksigen oksigen menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda.
1.5 Pahway
1.6 Manifestasi Klinis
a. Angina Stabil
Rasa tidak nyaman sering menyebar ke leher, bahu dan punggung.
Sesak pada saat beraktifitas, kelelahan
Merasa tidak nyaman pada sternum seperti rasa tertekan
Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan pengobatan
terhadap angina
b. Angina tidak stabil
Ciri khas ketidaknyamanan di dada pada angina ini berupa: nyeri dada retrosternal
atau percordial yang tertekan, sering menyebar ke leher, lengan kiri, dan bahu.
Mual, muntah, palpitasi dan sesak napas
Gejala terjadi pada saat istirahat atau pada saaat beraktifitas ringan
Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
c. Angina Varians
Ketidaknyamanan retrosternal mungkin menyebar ke lengan, leher atau rahang
biasanya terjadi pada saat istirahat, sering terjadi pada waktu pagi hari.
EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan yang
kemudian normal setelah serangan selesai.
1.7 Komplikasi
3) Hipoksemi
4) Dekompensatio cordis
5) Infark miokard acut (IMA)
6) Aritmia
1.9 Penatalaksanaan
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung
bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah.
Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.
1) Airway
Lidah jatuh kebelakang
Benda asing/ darah pada rongga mulut
Adanya sekret
2) Breathing
Pasien sesak nafas dan cepat letih
Pernafasan kusmaul
3) Circulation
TD meningkat
Nadi kuat
Disritmia
Adanya peningkatan JVP
Capillary refill > 2 detik
Akral dingin
4) Disability : pemeriksaan neurologis è GCS menurun
A (Allert) : sadar penuh, respon bagus
V (Voice Respon) :kesadaran menurun, berespon thd suara
P (Pain Respons) :kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd
rangsangan nyeri
U (Unresponsive) : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon
thd nyeri
b. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan
pada pemeriksaan primer.
Letak
Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah
sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan
kiri, ke punggung, rahang atau leher. Sakit dada juga dapat timbul di tempat lain
seperti di daerah epigartrium, gigi dan bahu
Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria diatas. Nyeri
dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya
memenuhi 1 dari tiga kreteria tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan informasi
tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, split S2 atau
ronkhi basah basal yang kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat
menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal lain yangn bisa didapat dari pemeriksaan fisik
adalah tanda-tanda adanya factor resiko, misalnya tekanan darah tinggi.
1) Nyeri akut b.d. agen Pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Penurunan curah jantung b.d. Perubahan Kontraktilitas
3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
1.12 Intervensi Keperawatan
(SESUAI SDKI,SLKI,SIKI.)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl.. Jend.A.H Nasution No. G.14 Anduonohu Kota Kendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail poltekkeskendari@yahoo.com
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap :Tn. T
2. Jenis Kelamin : laki – laki
3. Umur/Tanggal Lahir : 62 tahun/ 2 mei 1958
4. Status perkawinan :menikah
5. Agama :Islam
6. Suku Bangsa :Jawa
7. Pendidikan :SMA
8. Pekerjaan :wirausaaha
9. Pendapatan :-
10. Tanggal MRS : 28 april 2020
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap :Ny. W
2. Jenis kelamin :Perempuan
3. Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
4. Hubungan dengan klien :Istri
5. Alamat : kab. Konawe kec. unaaha
7. lain – lain :
Nampak klien meringis
Nampak klien memegang daerah
yang sakit
Nampak klien sulit diajak komunikasi
Nampak klien bersikap protektif
(posisi menghindari nyeri)
V. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : ………180/120……..mmHg
2. Pernapasan : 24 kali / menit, Irama :…ireguler …………
3. Nadi : 100 kali / menit, regular/ireguler : ………
0
4. Suhu badan : 36,8 C
2. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan : …65…..Kg
2. Tinggi badan : …165……….Cm
3. IMT :…23……..
3. Kepala :
1. Bentuk kepala : simetris
2. Keadaan kulit kepala: Nampak kulit kepala bersih
3. Nyeri kepala / pusing: klien mengatakan ada
4. Distribusi rambut: Nampak rambut merata
5. Rambut mudah tercabut : Nampak rambut klien tidak mudah tercabut
6. Alopesia : …………………tidak ada ……………….
7. Lain-lain : ……………………………………
4. Mata
1. Kesimetrisan : …nampak mata kanan dan kiri simetris
2. Edema kelopak mata : …nampak tidak ada edema
3. Ptosis : …nampak tidak ada ptosis
4. Sklera : …nampak skelera warna putih
5. Konjungtiva : …nampak konjungtiva pucat
6. Ukuran pupil : …nampak ukuran pupil baik
7. Ketajaman penglihatan : …baik(tidak ada gangguan)
8. Pergerakan bola mata : …baik( tidak ada gangguan)
9. Lapang pandang : …baik (tidak ada gangguan)
10. Diplopia : …baik (tidak ada gangguan).
11. Photohobia : …baik (tidak ada gangguan)
12. Nistagmus : …baik (tidak ada gangguan).
13. Reflex kornea : …baik (tidak ada gangguan)
14. Nyeri : …tidak ada nyeri tekan……
15. Lain – lain : ……………………………….
5. Telinga
1. Kesimetrisan : …simetris kanan dan kiri
2. Sekret : …nampak tidak ada secret.
3. Serumen : …nampak tidak ada serumen.
4. Ketajaman pendengaran : …baik (tidak ada gangguan)
5. Tinnitus : …tidak ada ……………………
6. Nyeri : …Tidak ada nyeri tekan….
7. Lain – lain : ……………………………….
6. Hidung
1. Kesimetrisan : …simetris kanan dan kiri.
2. Perdarahan : …nampak tidak ada pendarahan
3. Sekresi : …nampak tidak ada secret
4. Fungsi penciuman : …baik (tidak ada gangguan)
5. Nyeri : …tidak ada nyeri tekan
6. Lain – lain : ……………………………….
7. Mulut
1. Fungsi berbicara : …nampak klien berbiara dengan baik
2. Kelembaban bibir : …nampak bibir sedikit kering
3. Posisi uvula : …normal (tidak ada masalah)
4. Mukosa : …baik (tidak ada masalah)
5. Keadaan tonsil :…baik (tidak ada masalah)
6. Stomatitis : …tidak ada………………
7. Warna lidah : merah mudah ………………………….
8. Tremor pada lidah : …tidak ada…………………………….
9. Kebersihan lidah : …nampak lidah klien bersih…………
10. Bau mulut : …tidak ada bau mulut……………….
11. Kelengkapan gigi : …nampak gigi lengkap………………
12. Kebersihan gigi : …nampak gigi bersih………………….
13. Karies : …nampak tidak ada gigi karies………
14. Suara parau : …tidak ada…………………………….
15. Kesulitan menelan : …tidak ada kesulitan menelan………
16. Kemampuan mengunyah : nampak kemampuan menguyah baik
17. Fungsi mengecap : …baik (tidak ada masalah)………
18. Lain – lain : ……………………………….
8. Leher
1. Mobilitas leher :…baik (tidak gangguan)………
2. Pembesaran kel. Tiroid : …nampak tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
3. Pembesaran kel. limfe : …nampak tidak ada pembesara kel. limfe.
4. Pelebaran vena jugularis : nampak tidak ada pelebaran vena jugularis
5. Trakhaea : ………………………………….
6. Lain-lain : ………………………………….
9. Thoraks
Paru – paru
1. Bentuk dada : …(normal)
2. Pengembangan dada : …(penurnan ekspansi dada ) otot bantu nafas
3. Retraksi dinding dada : …retraksi dinding dada (+)
4. Tanda jejas : …nampak tidak ada jejas
5. Taktil fremitus : …penurunan taktil fremitus.
6. Massa : …tiadak ada massa……….
7. Dispnea : …ada………………………
8. Ortopnea : …ada…………………………
9. Perkusi thoraks : …resonan ……………….
10. Suara nafas : …terdengar suara bronkial.
11. Bunyi nafas tambahan : …tidak ada …
12. Nyeri dada : …terdapat nyeri dada saat bernafas
13. Lain-lain : ……………………………….
Jantung
1. Iktus kordis : normal……………….
2. Ukuran jantung : ………- ……………………….
3. Nyeri dada : terdapat nyeri dada saat bernafas.
4. Palpitasi : tidak ada…………….
5. Bunyi jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan (normal)
6. Lain-lain : ……………………………….
10. Abdomen
1. Warna kulit : sawo matang……………
2. Distensi abdomen : tidak ada………………..
3. Ostomy : tidak ada…………………………………..
4. Tanda jejas : nampak tidak ada jejas………
5. Peristaltik : normal…………………………
6. Perkusi abdomen : normal…………………………
7. Massa : tidak ada masa………Lokasi :…………………
8. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan……….Lokasi :
9. Lain - lain : ……………………………………..
11. Payudara
a. Kesimetrisan : tidak di kaji……………………………
b. Keadaan puting susu : tidak di kaji……………………………
c. Pengeluaran dari putting susu : tidak di kaji……………………………
d. Massa : tidak di kaji……………………………
e. Kulit paeu d’orange : tidak di kaji……………………………
f. Nyeri : tidak di kaji……………………………
g. Lesi : tidak di kaji……………………………
h. Lain – lain : ………………………………
12. Genitalia
Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna :tidak di kaji ……….
2. Lesi pada genital : tidak di kaji………
3. Scrotum : tidak di kaji………
4. Pembesaran prostat :tidak di kaji …….
5. Pendarahan :tidak di kaji ……
6. Lain – lain : ………………………………
Wanita
1. Keadaan meatus uretra eksterna :tidak di kaji
2. Leukorrhea : tidak di kaji………….
3. Perdarahan : tidak di kaji………….
4. Lesi pada genital : tidak di kaji………….
5. Lain - lain :
13. Pengkajian sistem saraf
1. Tingkat kesadaran :composmentis (GCS 14)
2. Koordinasi :sistem syaraf dan simtem indra baik
3. Memori :baik mampu mengingat
4. Orientasi :baik, mampu menjawab pertanyaan
5. Konfusi :tidak ada ganggua konfusi……….
6. Keseimbangan :baik( tidak ada masalah)…
7. Kelumpuhan :tidak ada
8. Gangguan sensasi :tidak ada
9. Kejang-kejang :tidak ada
10. Lain – lain : …………………………………….
11. Refleks :
a. Refleks tendon
1. Biseps : …kontraksi otot biseps normal
2. Trisep : …normal …………………………
3. Lutut : ……lutut ekstensi saat diberikan refleks
4. Achiles : …normal……………………………
b. Refleks patologis
Babinski : ……refleks babinski negatif……
Lain - lain :
c. Tanda meningeal :
1. Kaku kuduk/kernig sign: tidak ada…………………
2. Brudzinski I : kedua tungkai tidak fleksi ……
3. Brubzinski II : …negative ……………………………
4. Lain - lain :
14. Anus dan perianal
1. Hemorrhoid : tidak ada…………………………
2. Lesi perianal : tidak ada lesi……………………
3. Nyeri : tidak ada nyeri…………………………
4. Lain – lain : ………………………………
15. Ekstremitas
1. Warna kulit : sawo matang……………………………….
2. Purpura / ekimosis : tidak ada……….. Lokasi ……………………
3. Atropi : tidak ada…………………………..
4. Hipertropi : tidak ada…………………………..
5. Lesi : nampak tidak ada lesi…………….
6. Pigmentasi : tidak ada…………………………..
7. Luka : tidak ada……..……Lokasi……..………..Ukuran
8. Deformitas sendi : tidak ada pergeseran sendi ………..
9. Deformitas tulang : tidak ada pergeseran tulang………
10. Tremor : tidak ada ……………………………..
11. Varises :Nampak tidak ada varises
12. Edema : Nampak tidak ada edema
13. Turgor kulit : baik…………………………..
14. Kelembaban kulit : kulit Nampak kering…………
15. Capillary Tefilling Time (CRT) : …kuarang dari 3 detik …..
16. Pergerakan : ……menurun ………………
17. Kekakuan sendi : ……baik…………………………..
18. Kekuatan otot : ……baik…………………………..
19. Tonus otot : ……baik…………………………..
20. Kekuatan sendi : ……baik…………………………..
21. Nyeri : ……tidak ada nyeri………………
22. Diaphoresis : ……terdapat diaforesis…………
23. Lain – lain : … nampak akral dingin………
b. Kebutuhan Keamanan
1. Riwayat paparan terhadap kontaminan : .tidak ada......................
2. Riwayat perdarahan : ..tidak ada....................
3. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : ..tidak ada...................
4. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : ...tidak ada .................
5. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : ....ada................
6. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat :tidak ada............
7. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama :tidak ada...........
8. Imobilisasi : ada.........
9. Luka pada kulit / jaringan : tidak ada……..
10. Benda asing pada luka : tidak ada………
11. Riwayat jatuh : tidak ada……..
12. Penyebab jatuh : tidak ada…………
13. Kelemahan umum :klien mengatakan lemah
seelah melakukan aktivitas
14. Lain – lain : ………………………….
c. Kebutuhan Kenyamanan :
a. Keluhan nyeri : klien mengatakan nyeri …….lokasi
…daerah dada
b. Pencetus nyeri : klien mengatakan setelah
melakukan aktivitas dan saat kelelahan
c. Upaya yang meringankan nyeri : klien mengtakan dengan beristirahat
d. Karakteristik nyeri : nyeri yang dirasakan seperti tertindih
benda berat
e. Intensitas nyeri :
f. Durasi nyeri : klien mengatakan nyerinya hilang timbul
g. Dampak nyeri terhadap aktivitas : Klien mengatakan nyeri
mempengaruhi aktivitas dan pekerjaan
h. Lain – lain :
Nampak klien meringis
Nampak klien memegang daerah
dadanya
Nampak klien sulit diajak komunikasi
Nampak klien bersikap protektif
(posisi menghindari nyeri)
d. Kebutuhan Aktivitas
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Kegiatan rutin Bekerja di kebun Klien mengatakan
tidak bisa beraktivitas
karena kelelahan
Waktu senggang Istrahat Istrahat
Kemampuan berjalan Klien mengatakan Klien mengatakan
mampu kemampuan berjalan
berkurang karena
kelelahan
Kemampuan merubah Klien mengatakan Mampu
posisi saat berbaring mampu
Kemampuan berubah Klien mengatakan Klien mengatakan
posisi : berbaring ke duduk mampu mampu merubah
posisi
Kemampuan Klien mengatakan Mampu
mempertahankan posisi mampu
duduk
Kemampuan berubah Klien mengatakan Klien mengatakan
posisi : duduk ke berdiri mampu mampu
Kemampuan Klien mengatakan Klien mengatakan
mempertahankan posisi mampu mampu
berdiri
Kemampuan berjalan Klien mengatakan Klien mengatakan
mampu kemampuan berjalan
berkurang karena
kelelahan
Penggunaaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
dalam pergerakan
Dispnea setelah Tidak Klien mengatakan
beraktivitas sesak saat/ dan setelah
melakukan aktivitas
Ketidaknyamanan setelah Tidak ada Ada klien merasa
beraktivitas sesak dan nyeri dada
Pergerakan lambat Tidak Klien mengatakan jika
bergerak sangat
lambat
Lain-lain
klien mengatakan
kelelahan setelah
beraktivitas
klien mengatakan
merasa lemah
klien mengatakan
merasa tidak
nyaman setelah
beraktivitas
nampak frekuensi
nadi meningkat
20% dari kondisi
istrahat
nampak tekanan
darah berubah
dari >20 % dari
kondisi istrahat
gambaran EKG
menunjukkan
aritmia
saat/setelah
beraktivitas (ST
elevasi lead I,II,
III, aFV)
nampak iskemia
VII Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
:
B. Studi diagnostic :
EKG ST elevasi lead I,II, III, aFV)
Data subjektif :
Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
Klien mengatakan nyerinya sperti tertindih benda berat
Klien mengatakan nyerinya menjalar hingga ke lengan,leher, dan punggung
kiri
Klien mengatakan skala nyerinya 7
Klien mengatakan nyerinya yang dirasakan saat dan setelah beraktivitas
Klien mengatakan nyerinya secara tiba tiba
Klien mengatakan nyerinya hilang timbul
Klien mengatakan sesak nafas
Klien mengatakan kelelahan
Klien mengatakan sesak nafas saat /dan setelah melakukan aktivitas
Klien mengatakan sulit bernafas saat berbaring terlentang (ortopnea)
Klien mengatakan hal yang dapat meringankan keluhan klien mengatakan
dengan beristirahat
Klien mengatakan ada riwayat merokok sejak muda
Klien mengatakan sebelum masuk RS klien mengalami sedikit sesak setelah
jogging tapi sembuh setelah beristirahat
klien mengatakan kelelahan setelah beraktivitas
klien mengatakan merasa lemah
klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
Data objektif :
Nampak klien meringis
Nampak klien memegang daerah dadanya
Nampak klien sulit diajak komunikasi
Nampak klien bersikap protektif (posisi menghindari nyeri)
Nampak klien gelisah
Nampak klien sesak nafas (dipsnea)
Nampak klien bernapas dengan menggunakan otot bantu
Ortopnea
Nampak klien kelelahan
Nampak akral dingin
Nampak kulit pucat
Nampak klien berkeringat
Bradikardia
Nampak terpsang alat bantu pernapasan
Nampak terpsang O2 3 lpm
nampak frekuensi nadi meningkat 20% dari kondisi istrahat
nampak tekanan darah berubah dari >20 % dari kondisi istrahat
gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah beraktivitas (ST elevasi lead
I,II, III, aFV)
nampak iskemia
Nampak klien kelelahan
Nampak klien berkeringat
Ttv :
TD : 180/120
N : 100x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,80c
Iskemia otot
Terjadinya metabolism
anaerob
nyerinya menjalar
hingga ke
lengan,leher, dan
punggung kiri
Klien mengatakan
skala nyerinya 7
Klien mengatakan
nyerinya yang
dirasakan saat dan
setelah beraktivitas
Klien mengatakan Peningkatan asam
nyerinya secara tiba
tiba
Klien mengatakan
nyerinya hilang timbul Reseptor nyeri
Do :
Nampak klien
meringis Nyeri dada
Nampak klien
memegang daerah
dadanya Nyeri akut
Nampak klien sulit
diajak komunikasi
Nampak klien bersikap
protektif (posisi
menghindari nyeri)
Nampak klien gelisah
Ttv :
TD : 118/120
N : 100x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,80c
2. Ds :
Klien mengatakan Angina pectoris
sesak nafas Penurunan curah
Klien mengatakan jantung b.d.
kelelahan Kekurangan O2 Perubahan
Klien mengatakan
sesak nafas saat /dan Kontraktilitas
setelah melakukan
aktivitas Ischemia otot
Klien mengatakan sulit
bernafas saat berbaring
terlentang (ortopnea) Terjadi metabolism
Klien mengatakan ada anaerob
riwayat merokok sejak
muda
Do :
Nampak klien sesak
nafas (dipsnea)
Kontraksi miokardium
Nampak klien
menurun
bernapas dengan
menggunakan otot
bantu
Ortopne Fungsi ventikel
Nampak klien terganggu
berkeringat
Nampak klien
kelelahan
Perubahan hemodinamika
Nampak teraba akral (TD dan nadi meningkat )
dingin
Nampak kulit pucat
Bradikardia
Nampak terpsang alat Penurunan curah
bantu pernapasan jantung
Nampak terpsang O2
3 lpm
Ttv :
TD : 118/120
N : 100x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,80c
3. Ds :
Klien mengatakan Beban kerja jangtung
sebelum masuk RS meningkat Nyeri akut b.d. agen
klien mengalami Pencedera fisiologis
sedikit sesak setelah
(misalnya inflamasi,
jogging tapi sembuh
Kebutuhan O2 meningkat iskemia, neoplasma)
setelah beristirahat
klien mengatakan
kelelahan setelah
beraktivitas
aterosklerosis
klien mengatakan
merasa lemah setelah
beraktivitas
klien mengatakan
merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Arteri koroner tidak dapat
Do : berdilatasi
Nampak frekuensi
nadi meningkat 20%
dari kondisi istrahat Suplai O2 kemiokard
Nampak tekanan darah berkurang
berubah dari >20 %
dari kondisi istrahat
Intolerasi aktivitas
gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah
beraktivitas (ST
elevasi lead I,II, III,
aFV)
Nampak iskemia
Nampak klien
kelelahan
Nampak klien
berkeringat
Ttv :
TD : 180/120
N : 100x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,80c
2.6 Implementasi
Implementasi pada klien berdasarkan apa yang akan di rencanakan kepada klien
berdasarkan Hari/Tanggal/Waktu pelaksanaan implementasi dan di akhiri dengan evaluasi,
dari perkembangan implementasi.
2.7 Evaluasi (SOP)
1. S = Subjektif
2. O = Objektif
3. A = Analisa
4..P = Perencanaan
2.8 Standar Operasional Prosedur
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
TUJUAN Sebagai acuan untuk pemberian terapi oksigen pada pasien IGD
untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen dan mencegah
terjadinya komplikasi
KEBIJAKAN Ada tenaga perawat dan tersedia alat dan tabung oksigen
PETUGAS Perawat
Tabung 02
Flowmeter
Humideifer beris aquades
Masker wajah
Handscoon
3.1 Kesimpulan
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh ischemia
miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali
digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa
bengkak dan rasa seperti sakit gigi.Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15 menit di
daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan
kiri.Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan.Kadang-kadang
keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh
gangguan fungsi akibat ischemia miokard.Penyakit angina pektoris ini juga disebut sebagai
penyakit kejang jantung.Penyakit ini timbul karena adanya penyempitan pembuluh koroner
pada jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan tenaga pada saat kegiatan jantung
dipacu secara terus-menerus karena aktifitas fisik atau mental.
Oleh karebna itu kita harus melakukan pencegahan dini terhadap penyakit angina pectoris
Berikut adalah beberapa tindakan pencegahan angina:
1. Berhenti merokok.
2. Menurunkan berat badan jika mengalami obesitas.
3. Mengkonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat.
4. Olahraga teratur terbukti efektif mencegah angina.
5. Hindari stres yang tidak perlu dan belajar teknik relaksasi.
6. Kurangi konsumsi alkohol.
7. Jangan menambahkan garam pada makanan.
3.2 Saran
Dari tugas kasus ini saya mengharapkan agar para pembaca bisa membaca,memahami
dan membuat tugas kasus ini menjadi referensi untuk belajar mengetahui tentang penyakit
angina pectotris yang merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler.demi
kesempurnaannya penulis mengharapkan kritik dan dan saran yang membangun dari
pembaca agar bisa menjadi lebih baik selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Ruhyanudin, faqih. 2006. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
Houn, H. Gray, Keith D. Dawkins, Iain A. Simpson & Jhon M. Morgan. 2005. Lecture notes
Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada 11 Maret 2012
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius