Anda di halaman 1dari 50

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN DIAGNOSA ANGINA PECTORIS

DI RSUD KONAWE

Studi Kasus Ini Di Ajukan Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Keperawatan medical
bedah I Semester IV

OLEH:

NURUL ZEIKA HAIRUNNISA

P00320018078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga
penulis dapat meyelesaikan tugas dengan judul “asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose
angina pectoris ” dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran kita dan bisa
menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu keperawatan.

Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan studi kasus ini belum mencapai hasil yang
sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga tugas ini dapat membantu
pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum diungkapkan dalam membahas
asuhan keperawatan pada penyakit angina pectoris.

Kendari, 21 april 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi.........................................................................................................................

1.2 Etiologi........................................................................................................................

1. 3 Klasifikasi...................................................................................................................

1.4 Patofisiologi.................................................................................................................

1.5 Pathway........................................................................................................................

1.6 Manifestasi klinis.........................................................................................................

1.7 Komplikasi ..................................................................................................................

1.8 Pemeriksaan diagnostik...............................................................................................

1.9 Asuhan keperawatan berdasarkan teori.......................................................................

BAB II : TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH

2.1 Pengkajian....................................................................................................................

2.2 klasifikasi Data............................................................................................................

2.3 Analisa Data.................................................................................................................

2.4 Diagnosa......................................................................................................................

2.5 Intervensi.....................................................................................................................

2.6 Implementasi................................................................................................................

2.7 Evaluasi........................................................................................................................

2.8 standar operasional prosedur.......................................................................................

BAB III : PENUTUP


3.1 Saran............................................................................................................................

3.2 kesimpulan..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN

ANGINA PECTORIS
1.1 Definisi
Angina Pectoris adalah perasaan tercekik di dada. Angina pectoris juga merupakan
istilah yang umum digunakan dalam kesehatan untuk menggambarkan rasa dari nyeri dada
yang disebabkan oleh iskemia miokard. (Perrin, 2009). Istilah angina berasal dari bahasa
latin yang artinya tersumbat. Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan akibat penyakit arteri koronari.
(Morton. 2009).
Angina pectoris memiliki arti nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia
miokardium yang refersibel dan sementara (Robbins, 2007). Angina pectoris adalah nyeri
hebat berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak
adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri bisa menyebar dilengan kiri ke punggung, ke rahang
atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009). Jadi berdasarkan pengertian di atas, dapat
disimpulkan angina pectoris adalah nyeri hebat yang menyebar ke lengan kiri, ke
punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen dan terjadi sebagai akibat suplai oksigen
yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.

1.2 Etiologi
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih
pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress.
Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen yang
diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah
diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat
dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga
wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi
sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.

Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah:

a. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya akan
bertambah.

b. Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor
adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.

c. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri


Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.

d. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.

Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :

1. Aterosklerosis
2. Denyut jantung yang terlalu cepat
3. Anemia berat
4. Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
5. Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
6. Spasme arteri koroner
1.3 Klasifikasi
1. Angina Stabil
Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan
oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga,
naiktangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti
menyekop salju. Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas
mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini,
biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.
2. Angina Variant (Prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering
terjadi pada saat istirahat. Pada angina ini, suatu arteri koroner mengalami spasme yang
menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan
aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa walaupun tiak jelas tampak lesi pada arteri,
dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide
vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi
arteri koroner. Disritmia sering terjadi pada angina variant
3. Angina Tidak Stabil
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan
segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina
ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat
aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami
spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan
trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan
thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu
beresiko mengalami kerusakan jantung irreversible. Unstable angina dapat juga
dikarenakan kondisi kurang darah (anemia) khususnya jika anda telah memiliki
penyempitan arteri koroner sebelumnya Tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak
memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas fisik berat sebelumnya serta tidak
menurun dengan minum obat ataupun istirahat. Angina tidak stabil termasuk gejala infark
miokard pada sindrom koroner akut.
1.4 Patofsiologi
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard
atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang
karena penyempitan pembuluh darah koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi
karena proses ateroskleosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses
aterosklerosis dan spasme.

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.


Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-
sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah
yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen
menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan
berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini
menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.

Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan
oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang
cukup berat. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga
meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri
koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis dan tidak dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen, dan terjadi iskemia(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menyebabkan
nyeri ang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung
berkurang, suplai oksigen oksigen menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda.

1.5 Pahway
1.6 Manifestasi Klinis
a. Angina Stabil
 Rasa tidak nyaman sering menyebar ke leher, bahu dan punggung.
 Sesak pada saat beraktifitas, kelelahan
 Merasa tidak nyaman pada sternum seperti rasa tertekan
 Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
 Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan pengobatan
terhadap angina
b. Angina tidak stabil
 Ciri khas ketidaknyamanan di dada pada angina ini berupa: nyeri dada retrosternal
atau percordial yang tertekan, sering menyebar ke leher, lengan kiri, dan bahu.
 Mual, muntah, palpitasi dan sesak napas
 Gejala terjadi pada saat istirahat atau pada saaat beraktifitas ringan
 Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
 Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
 EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
c. Angina Varians
 Ketidaknyamanan retrosternal mungkin menyebar ke lengan, leher atau rahang
biasanya terjadi pada saat istirahat, sering terjadi pada waktu pagi hari.
 EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan yang
kemudian normal setelah serangan selesai.
1.7 Komplikasi

1) Stable Angina Pectoris 

2) Unstable Angina Pectoris

3) Hipoksemi 

4) Dekompensatio cordis
5) Infark miokard acut (IMA) 

6) Aritmia

7) Kematian Jantung Mendadak (Sudden Cardiac Death)

1.8 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark
jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah,
seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan
faktor risiko.
b. EKG
EKG merekam adanya nyeri mungkin disebabkan iskemia dengan menggambarkan tanda
ST elevasi atau depresi. Rekaman EKG selama episode nyeri memberi kesan adanya
kekakuan arteri koroner dan meluasnya otot jantung menandakan adanya atau terjadinya
iskemia.
c. Latihan EKG
Selama stress tes, pasien berlatih dengan treadmill atau sepeda yang tidak berjalan sampai
mencapai 85% dari frekuensi jantung. EKG atau vital sign mungkin mengindikasikan
adanya iskemia
d. EBCT (Electron Beam Computed Temography)
Tindakan non invasive ini memungkinkan mendeteksi jumlah dari kalsium dalam arteri
koroner. Karena klasifikasi terjadi dengan adanya pembentukan dari plak aterosklerosis
dikoroner. Tingginya nilai kalsium koroner mempunyai hubungan dengan penyakit
sumbatan koroner.
e. Koroner Angiography
Angiography merupakan tes atau pemeriksaan diagnostic yang paling akurat dalam
menegakkan diagnose adanya sumbatan pada arteri koroner karena adanya aterosklerosis.
f. Foto Thoraks
Foto thorak adalah teknik yang mudah untuk melihat atau mendeteksi adanya
cardiomegaly dan penyebab nyeri dada yang bukan pada bagian jantung (misalnya;
pleuritis atau pneumonia).

1.9 Penatalaksanaan
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :

1) Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan


kuantitas hidup.
2) Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian  
meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah: meningkatkan pemberian oksigen
(dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen
(dengan mengurangi kerja jantung).

 1. Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti iskhemia


a.    Penyekat Beta
obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung,
kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
beta antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b.    Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi
symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan
antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan
preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu
masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat.
Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas
nitrat yang cukup yaitu 8 – 12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit,
ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
c.     Kalsium Antagonis
obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi
vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler
sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem,
felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
d.    Terapi Farmakologis untuk mencegah Infark miokard akut
1) Terapi antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita PJK baik
akut atau kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat diberikan
tiiclopidin atau clopidogrel.
2) Terapi Antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin. Penggunaan
antitrombolitik dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia pada
penderita dengan factor resiko .
3) Terapi penurunan kolesterol, simvastatin akan menurunkan LDL (low
density lipoprotein) sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah
atheroskelerosis maka aliran darah di arteria koronaria lebih baik.
           2.     Revaskularisasi Miokard

Angina pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk serangan


ringan yang stabil. Namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap serius, episode
nyeri dada menjadi lebih sering dan berat, terjadi tanpa penyebab yang jelas. Bila
gejala tidak dapat dikontrol dengan terapi farmakologis yang memadai, maka
tindakan invasive seperti PTCA (angioplasty coroner transluminal percutan) harus
dipikirkan untuk memperbaiki sirkulasi koronaria.

           3.    Terapi Non Farmakologis

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung
bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah.
Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.

1.10 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori


1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :

1) Airway
 Lidah jatuh kebelakang
 Benda asing/ darah pada rongga mulut
 Adanya sekret
2) Breathing
 Pasien sesak nafas dan cepat letih
 Pernafasan kusmaul
3) Circulation
 TD meningkat
 Nadi kuat
 Disritmia
 Adanya peningkatan JVP
 Capillary refill > 2 detik
 Akral dingin
4) Disability : pemeriksaan neurologis è GCS menurun
 A (Allert) : sadar penuh, respon bagus
 V (Voice Respon) :kesadaran menurun, berespon thd suara
 P (Pain Respons) :kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd
rangsangan nyeri
 U (Unresponsive) : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon
thd nyeri
b. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan
pada pemeriksaan primer.

Pemeriksaan sekunder meliputi :

1) AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event


2) Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3) Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
 Anamnese

Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai riwayat


penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit
dada yang mempunyai ciri khas sebagai beriku

 Letak

Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah
sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan
kiri, ke punggung, rahang atau leher. Sakit dada juga dapat timbul di tempat lain
seperti di daerah epigartrium, gigi dan bahu

 Kualitas sakit dada


Pada angina, sakit dada biasanya seperti tertekan benda berat (pressure like),
diperas (squeezing), terasa panas (burning), kadang-kadang hanya perasaan tidak
enak di dada (chest discomfort) karena pasien tidak dapat menjelaskan sakit dada
tersebut dengan baik, lebih-lebih bila pendidikan pasien rendah.

 Hubungan dengan aktivitas


Sakit dada pada angina pektoris biasanya timbul pada waktu melakukan
aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang menaiki tangga.
Aktivitas ringan seperti mandi, menggosok gigi, makan terlalu kenyang atau emosi
juga dapat menimbulkan angina pektoris. Sakit dada tersebut segera hilang bila
pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina pektoris dapat timbul pada
waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.

 Lamanya serangan sakit dada


Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, walaupun perasaan
tidak enak di dada masih dapat dirasakan setelah sakit dada hilang. Bila sakit dada
berlangsung lebih dari 20 menit, kemungkinan pasien mendapat serangan infark
miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa.
Pada pasien angina pektoris, dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas,
perasaan lelah, kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin.

Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria diatas. Nyeri
dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya
memenuhi 1 dari tiga kreteria tersebut.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan informasi
tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, split S2 atau
ronkhi basah basal yang kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat
menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal lain yangn bisa didapat dari pemeriksaan fisik
adalah tanda-tanda adanya factor resiko, misalnya tekanan darah tinggi.

1.11 Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut b.d. agen Pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Penurunan curah jantung b.d. Perubahan Kontraktilitas
3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
1.12 Intervensi Keperawatan

No Diagnose keperawatan Luaran keperawatan Inervensi

1 Nyeri akut b.d. agen Setelah di lakukan tindakan Manajemen nyeri


keperawatan selama….x24
Pencedera fisiologis Tindakan
jam, maka tingkat nyeri
(misalnya inflamasi, menurun dengan kriteria  observasi
hasil :
iskemia, neoplasma)  indentifikasi lokasi,
 Keluhan nyeri dari cukup karakteristik, durasi,
meningkat menjadi
menurun frekuensi,kualitas,intensias
 Meringis dari cukup nyeri
meningkat menjadi
menurun  identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif dari cukup  identifikasi respon nyeri
meningkat menjadi non verbal
menurun  identifikasi faktor yang
 Gelisah dari cukup memperberat dan
meningka menjadi meringankan nyeri
menurun  Terafeutik
 menarik diri dari cukup  Berikan teknik non
meningkat menjadi menurun farmakologi unuk
 frekuensi nadi dari cukup mengurai ras nyeri
memburuk menjadi mebaik (mis, Berikan teknik
 tekanan darah dari cukup nonfarmakologis untuk
memburuk menjadi mengurangi rasa nyeri
membaik
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat ras nyeri
(mis, suhu
rungan,pencahayaan,kebi
singan)
 Edukasi
 Jelaskan
penyebab,periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung


jantung b.d. intervensi keperawatan Tindakan :
Perubahan selama ….x24 jam, maka  Observasi :
Kontraktilitas Perfusi Miokard meningkat  Identifikasi tanda dan
dengan criteria hasil : gejala primer penurunan
 Gambaran EKG aritmia curah jantung (meliputi
dari meningkat menjadi dispnea, kelelahan,
menurun edema, ortopnea,
 Nyeri dada dari
paroxysmal nocturnal
meningkat menjadi
dyspnea, peningkatan
menurun
CVP)
 Tekanan arteri rata-rata
 Monitor tekanan darah
dari memburuk menjadi
(termasuk tekanan darah
membaik
ortostatik, jika perlu)
 Tekanan darah dari
 Monitor keluhan nyeri
memburuk menjadi
dada (mis. Intensitas,
membaik
lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)
 Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
 Terapeutik :
 Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
 Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
 Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen aritmia


b.d keperawatan selama ….x24 Tindakan
ketidakseimbangan jam, maka toleransi aktifitas
 Observasi
antara suplai dan meningkat dengan kriteria
kebutuhan oksigen hasil :  Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
 Frekuensi nadi dari
mengakibatkan
menurun menjadi
kelelahan
meningkat
 Monitor kelelahan fisik
 Saturasi oksigen dari
dan emosional
menurun menjadi
meningkat  Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
 Kemudahan dalam
selama melakukan
melakukan aktivitas
aktivitas
sehari – hari dari
 Terafeutik
menurun menjadi
meningkat  Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
 Keluhan lemah dari
stimulus (mis, vahaya,
meningkat menjadi
suara, kunjungan )
menurun
 Lakukan latihan rentang
 Dipsnea saat akifitas
gerak pasif dan/ atau
dari meningkat menjadi
aktif
menurun
 Berikan aktivitas
 Dipsnea setelah
distraksi yang
aktivitas dari meningkat
menenangkan
menjadi menurun
 Fasilitasi duduk disisi
 Perasaan lemah dari
tempa tidur, jika tidak
meningkat menjadi
dapat berpindah atau
menurun
berjalan
 Tekanan darah dari
 Edukasi
cukup memburuk
menjadi membaik  Anjurkan tirah baring

 Frekuensi nafas dari  Anjurkan melakukan

memburuk menjadi aktivitas secara


membaik bertahap
 EKG iskemia dari  Anjurkan menghubungi
memburuk menjadi perawat jika tanda dan
membaik gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
 Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BPH

(SESUAI SDKI,SLKI,SIKI.)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl.. Jend.A.H Nasution No. G.14 Anduonohu Kota Kendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail poltekkeskendari@yahoo.com

2.1 Pengkajian keperawatan

Tanggal pengkajian : 28 april 2020 No. Register …


Diagnosa medis :………Angina Pectoris ………………………

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap :Tn. T
2. Jenis Kelamin : laki – laki
3. Umur/Tanggal Lahir : 62 tahun/ 2 mei 1958
4. Status perkawinan :menikah
5. Agama :Islam
6. Suku Bangsa :Jawa
7. Pendidikan :SMA
8. Pekerjaan :wirausaaha
9. Pendapatan :-
10. Tanggal MRS : 28 april 2020

B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap :Ny. W
2. Jenis kelamin :Perempuan
3. Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
4. Hubungan dengan klien :Istri
5. Alamat : kab. Konawe kec. unaaha

II. Riwayat Kesehatan


A. Keluhan Utama :klien mengatakan sesak nafas dan di sertai
nyeri dada
B. Riwayat keluhan :klien mengatakan sesak nafas dan disertai
nyeri dada seperti tertindih benda berat
sebelah kiri menjalar ke lengan leher dan
punggung kiri secara tiba – tiba. 2 hari
sebelum masuk RS, pasien mengalami
sedikit sesak setelah jongging tapi sembuh
setelah istrahat.
1. Penyebab/faktor pencetus : klien mengatakan setelah melakukan
akivitas berat dan saat kelelahan sperti setelah jongging
2. Sifat keluhan : klien mengatakan nyerinya seperti
tertindih benda berat
3. Lokasi dan penyebarannya :klien megatakan lokasi penyebarannya di
bagaian daerah dada sebelah kiri,menjalar ke lengan leher dan
punggung kiri secara tiba – tiba
4. Skala keluhan :skala nyerinya 7 (nyeri berat)
5. Mulai dan lamanya keluhan :klien mengatakan keluhan yang dirasakan
sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk RS
6. Hal-hal yang meringankan/memperberat :
 hal yang dapat meringankan
keluhan klien mengatakan
dengan posisi setengan duduk
(semi fowler). Dan beristirahat
 Hal yang dapat memperberat
klien mengatakan setelah
melakukan aktivitas

B. Keluhan saat ini : klien mengatakan dada terasa nyeri dan


sesak
1. Penyebab/faktor pencetus :klien mengatakan setelah melakukan
aktivitas dan kelelahan
2. Sifat keluhan :klien mengatakan seperti tertindih benda
berat
3. Lokasi dan penyebarannya : klien megatakan lokasi penyebarannya di
bagaian daerah dada sebelah kiri,menjalar ke lengan leher dan
punggung kiri secara tiba – tiba
4. Skala keluhan : skala nyerinya 7 (berat)
5. Mulai dan lamanya keluhan : klien mengatakan keluhan yang dirasakan
sejak 2 hari yang lalu
6. Hal-hal yang meringankan/memperberat :
 hal yang dapat meringankan keluhan
klien mengatakan dengan posisi
setengan duduk (semi fowler). Dan
beristirahat
 Hal yang dapat memperberat klien
mengatakan setelah melakukan
aktivitas

7. lain – lain :
 Nampak klien meringis
 Nampak klien memegang daerah
yang sakit
 Nampak klien sulit diajak komunikasi
 Nampak klien bersikap protektif
(posisi menghindari nyeri)

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Apakah pernah mengalami penyakit yang sama :klien mengatakan tidak
pernah
b. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa :klien mengatakan belum pernah
c. Pernah mengalami pembedahan : ya/ tidak, penyakit:
d. Riwayat alergi : ya/tidak, terhadap zat/ obat/ minuman/
makanan : tidak ada
e. Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat:
1. Merokok (berapa batang sehari) : klien mengatakan pernah
merokok sewaktu muda
2. Minum alkohol :tidak Lamanya:
3. Minum kopi :iya Lamanya:
4. Minum obat-obatan :tidak Lamanya:

IV. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)


a. Buat genogram 3 generasi ( lembaran sendiri )

b. Riwayat kesehatan anggota keluarga


1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa: …klien
mengatakan tidak ada …….
2. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun :
klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit menular

V. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : ………180/120……..mmHg
2. Pernapasan : 24 kali / menit, Irama :…ireguler …………
3. Nadi : 100 kali / menit, regular/ireguler : ………
0
4. Suhu badan : 36,8 C
2. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan : …65…..Kg
2. Tinggi badan : …165……….Cm
3. IMT :…23……..

3. Kepala :
1. Bentuk kepala : simetris
2. Keadaan kulit kepala: Nampak kulit kepala bersih
3. Nyeri kepala / pusing: klien mengatakan ada
4. Distribusi rambut: Nampak rambut merata
5. Rambut mudah tercabut : Nampak rambut klien tidak mudah tercabut
6. Alopesia : …………………tidak ada ……………….
7. Lain-lain : ……………………………………
4. Mata
1. Kesimetrisan : …nampak mata kanan dan kiri simetris
2. Edema kelopak mata : …nampak tidak ada edema
3. Ptosis : …nampak tidak ada ptosis
4. Sklera : …nampak skelera warna putih
5. Konjungtiva : …nampak konjungtiva pucat
6. Ukuran pupil : …nampak ukuran pupil baik
7. Ketajaman penglihatan : …baik(tidak ada gangguan)
8. Pergerakan bola mata : …baik( tidak ada gangguan)
9. Lapang pandang : …baik (tidak ada gangguan)
10. Diplopia : …baik (tidak ada gangguan).
11. Photohobia : …baik (tidak ada gangguan)
12. Nistagmus : …baik (tidak ada gangguan).
13. Reflex kornea : …baik (tidak ada gangguan)
14. Nyeri : …tidak ada nyeri tekan……
15. Lain – lain : ……………………………….
5. Telinga
1. Kesimetrisan : …simetris kanan dan kiri
2. Sekret : …nampak tidak ada secret.
3. Serumen : …nampak tidak ada serumen.
4. Ketajaman pendengaran : …baik (tidak ada gangguan)
5. Tinnitus : …tidak ada ……………………
6. Nyeri : …Tidak ada nyeri tekan….
7. Lain – lain : ……………………………….

6. Hidung
1. Kesimetrisan : …simetris kanan dan kiri.
2. Perdarahan : …nampak tidak ada pendarahan
3. Sekresi : …nampak tidak ada secret
4. Fungsi penciuman : …baik (tidak ada gangguan)
5. Nyeri : …tidak ada nyeri tekan
6. Lain – lain : ……………………………….
7. Mulut
1. Fungsi berbicara : …nampak klien berbiara dengan baik
2. Kelembaban bibir : …nampak bibir sedikit kering
3. Posisi uvula : …normal (tidak ada masalah)
4. Mukosa : …baik (tidak ada masalah)
5. Keadaan tonsil :…baik (tidak ada masalah)
6. Stomatitis : …tidak ada………………
7. Warna lidah : merah mudah ………………………….
8. Tremor pada lidah : …tidak ada…………………………….
9. Kebersihan lidah : …nampak lidah klien bersih…………
10. Bau mulut : …tidak ada bau mulut……………….
11. Kelengkapan gigi : …nampak gigi lengkap………………
12. Kebersihan gigi : …nampak gigi bersih………………….
13. Karies : …nampak tidak ada gigi karies………
14. Suara parau : …tidak ada…………………………….
15. Kesulitan menelan : …tidak ada kesulitan menelan………
16. Kemampuan mengunyah : nampak kemampuan menguyah baik
17. Fungsi mengecap : …baik (tidak ada masalah)………
18. Lain – lain : ……………………………….
8. Leher
1. Mobilitas leher :…baik (tidak gangguan)………
2. Pembesaran kel. Tiroid : …nampak tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
3. Pembesaran kel. limfe : …nampak tidak ada pembesara kel. limfe.
4. Pelebaran vena jugularis : nampak tidak ada pelebaran vena jugularis
5. Trakhaea : ………………………………….
6. Lain-lain : ………………………………….
9. Thoraks
Paru – paru
1. Bentuk dada : …(normal)
2. Pengembangan dada : …(penurnan ekspansi dada ) otot bantu nafas
3. Retraksi dinding dada : …retraksi dinding dada (+)
4. Tanda jejas : …nampak tidak ada jejas
5. Taktil fremitus : …penurunan taktil fremitus.
6. Massa : …tiadak ada massa……….
7. Dispnea : …ada………………………
8. Ortopnea : …ada…………………………
9. Perkusi thoraks : …resonan ……………….
10. Suara nafas : …terdengar suara bronkial.
11. Bunyi nafas tambahan : …tidak ada …
12. Nyeri dada : …terdapat nyeri dada saat bernafas
13. Lain-lain : ……………………………….
Jantung
1. Iktus kordis : normal……………….
2. Ukuran jantung : ………- ……………………….
3. Nyeri dada : terdapat nyeri dada saat bernafas.
4. Palpitasi : tidak ada…………….
5. Bunyi jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan (normal)
6. Lain-lain : ……………………………….

10. Abdomen
1. Warna kulit : sawo matang……………
2. Distensi abdomen : tidak ada………………..
3. Ostomy : tidak ada…………………………………..
4. Tanda jejas : nampak tidak ada jejas………
5. Peristaltik : normal…………………………
6. Perkusi abdomen : normal…………………………
7. Massa : tidak ada masa………Lokasi :…………………
8. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan……….Lokasi :
9. Lain - lain : ……………………………………..

11. Payudara
a. Kesimetrisan : tidak di kaji……………………………
b. Keadaan puting susu : tidak di kaji……………………………
c. Pengeluaran dari putting susu : tidak di kaji……………………………
d. Massa : tidak di kaji……………………………
e. Kulit paeu d’orange : tidak di kaji……………………………
f. Nyeri : tidak di kaji……………………………
g. Lesi : tidak di kaji……………………………
h. Lain – lain : ………………………………

12. Genitalia
Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna :tidak di kaji ……….
2. Lesi pada genital : tidak di kaji………
3. Scrotum : tidak di kaji………
4. Pembesaran prostat :tidak di kaji …….
5. Pendarahan :tidak di kaji ……
6. Lain – lain : ………………………………
Wanita
1. Keadaan meatus uretra eksterna :tidak di kaji
2. Leukorrhea : tidak di kaji………….
3. Perdarahan : tidak di kaji………….
4. Lesi pada genital : tidak di kaji………….
5. Lain - lain :
13. Pengkajian sistem saraf
1. Tingkat kesadaran :composmentis (GCS 14)
2. Koordinasi :sistem syaraf dan simtem indra baik
3. Memori :baik mampu mengingat
4. Orientasi :baik, mampu menjawab pertanyaan
5. Konfusi :tidak ada ganggua konfusi……….
6. Keseimbangan :baik( tidak ada masalah)…
7. Kelumpuhan :tidak ada
8. Gangguan sensasi :tidak ada
9. Kejang-kejang :tidak ada
10. Lain – lain : …………………………………….
11. Refleks :
a. Refleks tendon
1. Biseps : …kontraksi otot biseps normal
2. Trisep : …normal …………………………
3. Lutut : ……lutut ekstensi saat diberikan refleks
4. Achiles : …normal……………………………
b. Refleks patologis
Babinski : ……refleks babinski negatif……
Lain - lain :
c. Tanda meningeal :
1. Kaku kuduk/kernig sign: tidak ada…………………
2. Brudzinski I : kedua tungkai tidak fleksi ……
3. Brubzinski II : …negative ……………………………
4. Lain - lain :
14. Anus dan perianal
1. Hemorrhoid : tidak ada…………………………
2. Lesi perianal : tidak ada lesi……………………
3. Nyeri : tidak ada nyeri…………………………
4. Lain – lain : ………………………………

15. Ekstremitas
1. Warna kulit : sawo matang……………………………….
2. Purpura / ekimosis : tidak ada……….. Lokasi ……………………
3. Atropi : tidak ada…………………………..
4. Hipertropi : tidak ada…………………………..
5. Lesi : nampak tidak ada lesi…………….
6. Pigmentasi : tidak ada…………………………..
7. Luka : tidak ada……..……Lokasi……..………..Ukuran
8. Deformitas sendi : tidak ada pergeseran sendi ………..
9. Deformitas tulang : tidak ada pergeseran tulang………
10. Tremor : tidak ada ……………………………..
11. Varises :Nampak tidak ada varises
12. Edema : Nampak tidak ada edema
13. Turgor kulit : baik…………………………..
14. Kelembaban kulit : kulit Nampak kering…………
15. Capillary Tefilling Time (CRT) : …kuarang dari 3 detik …..
16. Pergerakan : ……menurun ………………
17. Kekakuan sendi : ……baik…………………………..
18. Kekuatan otot : ……baik…………………………..
19. Tonus otot : ……baik…………………………..
20. Kekuatan sendi : ……baik…………………………..
21. Nyeri : ……tidak ada nyeri………………
22. Diaphoresis : ……terdapat diaforesis…………
23. Lain – lain : … nampak akral dingin………

VI. Pengkajian Kebutuhan Dasar


a. Kebutuhan oksigenasi
a. Batuk : …tidak ada …….. produktif / tidak : tidak
b. Kemampuan mengeluarkan sputum : tidak ada sputum
c. Karakteristik sputum :…tidak ada …………… jumlah :……tidak ada
d. Dispnea : …klien mengatakan sesak (dipsnea)
e. Ortopnea : …klien mengatakan merasa sesak ketika
berbaring terlentang
f. Alat bantu pernafasan :
 Nampak terpsang alat bantu pernapasan
 Nampak terpsang O2 3 lpm

b. Kebutuhan Keamanan
1. Riwayat paparan terhadap kontaminan : .tidak ada......................
2. Riwayat perdarahan : ..tidak ada....................
3. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : ..tidak ada...................
4. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : ...tidak ada .................
5. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : ....ada................
6. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat :tidak ada............
7. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama :tidak ada...........
8. Imobilisasi : ada.........
9. Luka pada kulit / jaringan : tidak ada……..
10. Benda asing pada luka : tidak ada………
11. Riwayat jatuh : tidak ada……..
12. Penyebab jatuh : tidak ada…………
13. Kelemahan umum :klien mengatakan lemah
seelah melakukan aktivitas
14. Lain – lain : ………………………….

c. Kebutuhan Kenyamanan :
a. Keluhan nyeri : klien mengatakan nyeri …….lokasi
…daerah dada
b. Pencetus nyeri : klien mengatakan setelah
melakukan aktivitas dan saat kelelahan
c. Upaya yang meringankan nyeri : klien mengtakan dengan beristirahat
d. Karakteristik nyeri : nyeri yang dirasakan seperti tertindih
benda berat
e. Intensitas nyeri :
f. Durasi nyeri : klien mengatakan nyerinya hilang timbul
g. Dampak nyeri terhadap aktivitas : Klien mengatakan nyeri
mempengaruhi aktivitas dan pekerjaan
h. Lain – lain :
 Nampak klien meringis
 Nampak klien memegang daerah
dadanya
 Nampak klien sulit diajak komunikasi
 Nampak klien bersikap protektif
(posisi menghindari nyeri)
d. Kebutuhan Aktivitas
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Kegiatan rutin Bekerja di kebun Klien mengatakan
tidak bisa beraktivitas
karena kelelahan
Waktu senggang Istrahat Istrahat
Kemampuan berjalan Klien mengatakan Klien mengatakan
mampu kemampuan berjalan
berkurang karena
kelelahan
Kemampuan merubah Klien mengatakan Mampu
posisi saat berbaring mampu
Kemampuan berubah Klien mengatakan Klien mengatakan
posisi : berbaring ke duduk mampu mampu merubah
posisi
Kemampuan Klien mengatakan Mampu
mempertahankan posisi mampu
duduk
Kemampuan berubah Klien mengatakan Klien mengatakan
posisi : duduk ke berdiri mampu mampu
Kemampuan Klien mengatakan Klien mengatakan
mempertahankan posisi mampu mampu
berdiri
Kemampuan berjalan Klien mengatakan Klien mengatakan
mampu kemampuan berjalan
berkurang karena
kelelahan
Penggunaaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
dalam pergerakan
Dispnea setelah Tidak Klien mengatakan
beraktivitas sesak saat/ dan setelah
melakukan aktivitas
Ketidaknyamanan setelah Tidak ada Ada klien merasa
beraktivitas sesak dan nyeri dada
Pergerakan lambat Tidak Klien mengatakan jika
bergerak sangat
lambat
Lain-lain
 klien mengatakan
kelelahan setelah
beraktivitas
 klien mengatakan
merasa lemah
 klien mengatakan
merasa tidak
nyaman setelah
beraktivitas
 nampak frekuensi
nadi meningkat
20% dari kondisi
istrahat
 nampak tekanan
darah berubah
dari >20 % dari
kondisi istrahat
 gambaran EKG
menunjukkan
aritmia
saat/setelah
beraktivitas (ST
elevasi lead I,II,
III, aFV)
 nampak iskemia
VII Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
:
B. Studi diagnostic :
 EKG ST elevasi lead I,II, III, aFV)

VIII. Tindakan medik/pengobatan

 Pemberian terapi oksigen 3 tpm


 Terapi farmakologi :
- Aspirin 1x80 mg
- Captropil 2x6,25gr
- Laxadyn sirup1x1
- IFVD Nacl 0,9% 16 tpm
- NGT 3x5 mg

Kendari, 28 april 2020


Mahasiswa

NURUL ZEIKA HAIRUNNISA


2.2 Klasifikasi Data

 Data subjektif :
 Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
 Klien mengatakan nyerinya sperti tertindih benda berat
 Klien mengatakan nyerinya menjalar hingga ke lengan,leher, dan punggung
kiri
 Klien mengatakan skala nyerinya 7
 Klien mengatakan nyerinya yang dirasakan saat dan setelah beraktivitas
 Klien mengatakan nyerinya secara tiba tiba
 Klien mengatakan nyerinya hilang timbul
 Klien mengatakan sesak nafas
 Klien mengatakan kelelahan
 Klien mengatakan sesak nafas saat /dan setelah melakukan aktivitas
 Klien mengatakan sulit bernafas saat berbaring terlentang (ortopnea)
 Klien mengatakan hal yang dapat meringankan keluhan klien mengatakan
dengan beristirahat
 Klien mengatakan ada riwayat merokok sejak muda
 Klien mengatakan sebelum masuk RS klien mengalami sedikit sesak setelah
jogging tapi sembuh setelah beristirahat
 klien mengatakan kelelahan setelah beraktivitas
 klien mengatakan merasa lemah
 klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
 Data objektif :
 Nampak klien meringis
 Nampak klien memegang daerah dadanya
 Nampak klien sulit diajak komunikasi
 Nampak klien bersikap protektif (posisi menghindari nyeri)
 Nampak klien gelisah
 Nampak klien sesak nafas (dipsnea)
 Nampak klien bernapas dengan menggunakan otot bantu
 Ortopnea
 Nampak klien kelelahan
 Nampak akral dingin
 Nampak kulit pucat
 Nampak klien berkeringat
 Bradikardia
 Nampak terpsang alat bantu pernapasan
 Nampak terpsang O2 3 lpm
 nampak frekuensi nadi meningkat 20% dari kondisi istrahat
 nampak tekanan darah berubah dari >20 % dari kondisi istrahat
 gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah beraktivitas (ST elevasi lead
I,II, III, aFV)
 nampak iskemia
 Nampak klien kelelahan
 Nampak klien berkeringat
 Ttv :
 TD : 180/120
 N : 100x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,80c

2.3 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
No
1. Ds : Intoleransi aktivitas
 Klien mengatakan Angina pectoris
b.d
nyeri dada sebelah kiri
 Klien mengatakan ketidakseimbangan
nyerinya sperti antara suplai dan
tertindih benda berat Kekurangan O2 kebutuhan oksigen
 Klien mengatakan

Iskemia otot

Terjadinya metabolism
anaerob
nyerinya menjalar
hingga ke
lengan,leher, dan
punggung kiri
 Klien mengatakan
skala nyerinya 7
 Klien mengatakan
nyerinya yang
dirasakan saat dan
setelah beraktivitas
 Klien mengatakan Peningkatan asam
nyerinya secara tiba
tiba
 Klien mengatakan
nyerinya hilang timbul Reseptor nyeri

Do :
 Nampak klien
meringis Nyeri dada
 Nampak klien
memegang daerah
dadanya Nyeri akut
 Nampak klien sulit
diajak komunikasi
 Nampak klien bersikap
protektif (posisi
menghindari nyeri)
 Nampak klien gelisah
 Ttv :
 TD : 118/120
 N : 100x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,80c

2. Ds :
 Klien mengatakan Angina pectoris
sesak nafas Penurunan curah
 Klien mengatakan jantung b.d.
kelelahan Kekurangan O2 Perubahan
 Klien mengatakan
sesak nafas saat /dan Kontraktilitas
setelah melakukan
aktivitas Ischemia otot
 Klien mengatakan sulit
bernafas saat berbaring
terlentang (ortopnea) Terjadi metabolism
 Klien mengatakan ada anaerob
riwayat merokok sejak
muda

 Klien mengatakan hal


yang dapat
meringankan keluhan
klien mengatakan
dengan beristirahat
Peningkatan asam

Do :
 Nampak klien sesak
nafas (dipsnea)
Kontraksi miokardium
 Nampak klien
menurun
bernapas dengan
menggunakan otot
bantu
 Ortopne Fungsi ventikel
 Nampak klien terganggu
berkeringat
 Nampak klien
kelelahan
Perubahan hemodinamika
 Nampak teraba akral (TD dan nadi meningkat )
dingin
 Nampak kulit pucat
 Bradikardia
 Nampak terpsang alat Penurunan curah
bantu pernapasan jantung
 Nampak terpsang O2
3 lpm
 Ttv :
 TD : 118/120
 N : 100x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,80c

3. Ds :
 Klien mengatakan Beban kerja jangtung
sebelum masuk RS meningkat Nyeri akut b.d. agen
klien mengalami Pencedera fisiologis
sedikit sesak setelah
(misalnya inflamasi,
jogging tapi sembuh
Kebutuhan O2 meningkat iskemia, neoplasma)
setelah beristirahat
 klien mengatakan
kelelahan setelah
beraktivitas
aterosklerosis
 klien mengatakan
merasa lemah setelah
beraktivitas
 klien mengatakan
merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Arteri koroner tidak dapat
Do : berdilatasi
 Nampak frekuensi
nadi meningkat 20%
dari kondisi istrahat Suplai O2 kemiokard
 Nampak tekanan darah berkurang
berubah dari >20 %
dari kondisi istrahat
Intolerasi aktivitas
 gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah
beraktivitas (ST
elevasi lead I,II, III,
aFV)
 Nampak iskemia
 Nampak klien
kelelahan
 Nampak klien
berkeringat
 Ttv :
 TD : 180/120
 N : 100x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,80c

2.4 Diagnose Keperawtan


1. Nyeri akut b.d. agen Pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Penurunan curah jantung b.d. Perubahan Kontraktilitas
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2.5 Intervensi keperawatan

No Diagnose keperawatan Luaran keperawatan Inervensi

1 Nyeri akut b.d. agen Setelah di lakukan tindakan Manajemen nyeri


keperawatan selama….x24
Pencedera fisiologis Tindakan
jam, maka tingkat nyeri
(misalnya inflamasi, menurun dengan kriteria  observasi
hasil :
iskemia, neoplasma)  indentifikasi lokasi,
 Keluhan nyeri dari cukup karakteristik, durasi,
meningkat menjadi
menurun frekuensi,kualitas,intensias
 Meringis dari cukup nyeri
meningkat menjadi
menurun  identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif dari cukup  identifikasi respon nyeri
meningkat menjadi non verbal
menurun  identifikasi faktor yang
 Gelisah dari cukup memperberat dan
meningka menjadi meringankan nyeri
menurun  Terafeutik
 menarik diri dari cukup  Berikan teknik non
farmakologi unuk
meningkat menjadi menurun
 frekuensi nadi dari cukup
mengurai ras nyeri

memburuk menjadi mebaik (mis, Berikan teknik

 tekanan darah dari cukup nonfarmakologis untuk


memburuk menjadi mengurangi rasa nyeri
membaik (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat ras nyeri
(mis, suhu
rungan,pencahayaan,kebi
singan)
 Edukasi
 Jelaskan
penyebab,periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung


jantung b.d. intervensi keperawatan Tindakan :
Perubahan selama ….x24 jam, maka  Observasi :
Kontraktilitas Perfusi Miokard meningkat  Identifikasi tanda dan
dengan criteria hasil :
gejala primer penurunan
 Gambaran EKG aritmia
curah jantung (meliputi
dari meningkat menjadi
dispnea, kelelahan,
menurun
edema, ortopnea,
 Nyeri dada dari
paroxysmal nocturnal
meningkat menjadi
dyspnea, peningkatan
menurun
CVP)
 Tekanan arteri rata-rata
 Monitor tekanan darah
dari memburuk menjadi
(termasuk tekanan darah
membaik
ortostatik, jika perlu)
 Tekanan darah dari
 Monitor keluhan nyeri
memburuk menjadi
dada (mis. Intensitas,
membaik
lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)
 Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
 Terapeutik :
 Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
 Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
 Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen aritmia


b.d keperawatan selama ….x24 Tindakan
ketidakseimbangan jam, maka toleransi aktifitas  Observasi
antara suplai dan meningkat dengan kriteria  Identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen hasil : fungsi tubuh yang
 Frekuensi nadi dari mengakibatkan
menurun menjadi kelelahan
meningkat  Monitor kelelahan fisik
 Saturasi oksigen dari dan emosional
menurun menjadi  Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan
 Kemudahan dalam selama melakukan
melakukan aktivitas aktivitas
sehari – hari dari  Terafeutik
menurun menjadi  Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
 Keluhan lemah dari stimulus (mis, vahaya,
meningkat menjadi suara, kunjungan )
menurun  Lakukan latihan rentang
 Dipsnea saat akifitas gerak pasif dan/ atau
dari meningkat menjadi aktif
menurun  Berikan aktivitas
 Dipsnea setelah distraksi yang
aktivitas dari meningkat menenangkan
menjadi menurun  Fasilitasi duduk disisi
 Perasaan lemah dari tempa tidur, jika tidak
meningkat menjadi dapat berpindah atau
menurun berjalan
 Tekanan darah dari  Edukasi
cukup memburuk  Anjurkan tirah baring
menjadi membaik  Anjurkan melakukan
 Frekuensi nafas dari aktivitas secara
memburuk menjadi bertahap
membaik  Anjurkan menghubungi
 EKG iskemia dari perawat jika tanda dan
memburuk menjadi gejala kelelahan tidak
membaik berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
 Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

2.6 Implementasi
Implementasi pada klien berdasarkan apa yang akan di rencanakan kepada klien
berdasarkan Hari/Tanggal/Waktu pelaksanaan implementasi dan di akhiri dengan evaluasi,
dari perkembangan implementasi.
2.7 Evaluasi (SOP)
1. S = Subjektif
2. O = Objektif
3. A = Analisa
4..P = Perencanaan
2.8 Standar Operasional Prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TERAPI OKSIGEN

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN IGD

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

PENGERTIAN Pemberian terapi oksigen bertujuan untuk mencegah dan mengattasi


kondisi kekurangan oksigen pada jaringan

TUJUAN Sebagai acuan untuk pemberian terapi oksigen pada pasien IGD
untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen dan mencegah
terjadinya komplikasi

KEBIJAKAN Ada tenaga perawat dan tersedia alat dan tabung oksigen

PETUGAS Perawat

PERALATAN Persiapan alat

 Tabung 02
 Flowmeter
 Humideifer beris aquades
 Masker wajah
 Handscoon

PROSEDUR Tahap prainteraksi


PERALATAN 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
Tahap kerja
1. Menyiapkan alat – alat dan mendekatkan peralatan di
samping pasien
2. Menghitung pernafasan klien
3. Perawatan cuci tangan
4. Memasang handscoon
5. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga
6. Menghubungkan selang oksigen pada tabung humidifier
7. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan dan
mengobservasi humideifer dengan melihat air bergelembung
8. Mengatur posisi pasien semi fowler
9. Menempelkan masker kea rah wajah klien dan meletakkan
dari hidung kebawa
10. Mengatur masker sesuai dengan bentuk wajah dan menutup
wajah agar sedikit oksigen yang keluar
11. Meningkatkan karet pengikat melingkar pada kepala klien
sehingga masker terasa nyaman
12. Pasien dirapikan alat – alat di rapikan
13. Cuci tangan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh ischemia
miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali
digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa
bengkak dan rasa seperti sakit gigi.Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15 menit di
daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan
kiri.Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan.Kadang-kadang
keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh
gangguan fungsi akibat ischemia miokard.Penyakit angina pektoris ini juga disebut sebagai
penyakit kejang jantung.Penyakit ini timbul karena adanya penyempitan pembuluh koroner
pada jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan tenaga pada saat kegiatan jantung
dipacu secara terus-menerus karena aktifitas fisik atau mental.
Oleh karebna itu kita harus melakukan pencegahan dini terhadap penyakit angina pectoris
Berikut adalah beberapa tindakan pencegahan angina:
1. Berhenti merokok.
2. Menurunkan berat badan jika mengalami obesitas.
3. Mengkonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat.
4. Olahraga teratur terbukti efektif mencegah angina.
5. Hindari stres yang tidak perlu dan belajar teknik relaksasi.
6. Kurangi konsumsi alkohol.
7. Jangan menambahkan garam pada makanan.
3.2 Saran

Dari tugas kasus ini saya mengharapkan agar para pembaca bisa membaca,memahami
dan membuat tugas kasus ini menjadi referensi untuk belajar mengetahui tentang penyakit
angina pectotris yang merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler.demi
kesempurnaannya penulis mengharapkan kritik dan dan saran yang membangun dari
pembaca agar bisa menjadi lebih baik selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC

Ruhyanudin, faqih. 2006. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system

kardiovaskuler. Malang : UMM Press

Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Houn, H. Gray, Keith D. Dawkins, Iain A. Simpson & Jhon M. Morgan. 2005. Lecture notes

kardiologi. Jakarta : Erlangga

CorwinEJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada 11 Maret 2012

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)

Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Anda mungkin juga menyukai