Anda di halaman 1dari 26

SINDROM KORONER AKUT

(ACUT CORONARY SYNDROM)

A. PENGERTIAN

Sindrom koroner akut adalah suatu kondisi terjadi pengurangan aliran darah ke
jantung secara mendadak. Beberapa gejala dari sindrom ini adalah tekanan di dada
seperti serangan jantung, sesak saat sedang beristirahat atau melakukan aktivitas fisik
ringan, keringat yang berlebihan secara tiba-tiba (diaforesis), muntah, mual, nyeri di
bagian tubuh lain seperti lengan kiri atau rahang, dan jantung yang berhenti mendadak
(cardiac arrest).
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan pada pembuluh
darah koroner yaitu suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang
disertai Infark Miocard Akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi
(NSTEMI) atau tanpa gelombang Q (IMA-TQ) dengan ST elevasi (STEMI) (Gambar
1) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak
stabil. Sindrom Koroner Akut (SKA) tersebut merupakan suatu sindrom yang terdiri
dari beberapa penyakit koroner yaitu angina tak stabil (unstable angina), infark
miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektoris
pasca infark atau pasca tindakan intervensi koroner perkutan ditandai dengan
manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat dari iskemia
miokardium.

B. ANATOMI FISIOLOGI

1. Jantung
Jantung berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya berada di
bawah dan apeksnya berada diatas, terletak didalam toraks antara kedua paru-
paru di belakang sternum lebih condong ke arah kiri dari pada kearah kanan
(Gambar 2). Terletak di intercosta ke 3 dan ke 4 2 jari sebelah sternum.
Jantung orang dewasa seberat 220 sampai 260 gram. Jantung normal
berdenyut rata-rata 70 kali per menit, dan tiap berdenyut memompakan 60 cc
darah ke pembluh nadi dengan tekanan sampai 130 mmHg.
Dinding jantung merupakan otot –otot yang kuat dan jaringan
pembuluh darah arteri koroner yang menyuplai oksigen dan nutrisi. Tebal
dinding jantung terbagi menjadi 3 lapis: Perikardium yaitu pembungkus
paling luar, Miokardium lapisan otot tengah dan Endokardium yaitu batas
dalam (Gambar 3) .
Jantung dibagi menjadi 4 ruang, dua ruang atas disebut atrium sebelah
kanan dan kiri, dua ruang bawah disebut ventrikel sebelah kanan dan kiri.
Ventrikel kiri untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan ventrikel kanan
untuk memompa jantung ke paru-paru. Atrium kiri untuk menerima darah
dari paru-paru dan atrium kanan untuk menerima darah dari seluruh tubuh
(Gambar 4).
Jantung memiliki 4 katup. Dua katup menghubungkan atrium dengan
ventrikel kanan disebut Tricuspid serta katup yang menghubungkan atrium
dan ventrikel kiri disebut katup Mitral. Sedangkan dua buah yang lain
mengatur aliran darah keluar jantung dari ventrikel kiri dan kanan yang
disebut katup aorta dan katup pulmonary. Katup-katup jantung membuka dan
menutup aliran darah dalam rongga jantung, agar mengalir ke satu arah
mencegah terjadi arus balik (Gambar 5).
Suatu sistem listrik pada jantung yang terdiri dari simpul-simpul
Sinoatrial node (SA) dan Atrioventricular node (AV) serta serabut saraf, yaitu
kelompok jaringan khusus yang secara periodik dan teratur mencetuskan dan
menuebarkan aliran listrik yang berfungsi sebagai pengatur irama jantung dan
penghantar rangsangan liistrik yang menyebabkan jantung dapat berdenyut
secara otomatis dan teratur (Gambar 6).
2. Pembuluh Darah
Arteri bermula dari aorta yang berada di ventrikel kiri kemudian aorta
bercabang menjadi lebih kecl hingga yang paling kecil yaitu kapiler yang
merupakan sarana yang digunakan untuk pertukaran gas O2 dan CO2 serta
nutrisi ke jaringan, kemudian masuk ke pembuluh vena dimana darah yang
kurang O2 dan nutrisi kembali ke jantung. Arteri memiliki sifat elastis yang
sangat penting dalam pengendalian tekanan darah, dindingnya tebal dan
berotot. Namun, vena tidak mendapat tekanan yang tinggi sehingga tidak perlu
berkonstruksi sedemikian kuat. Dengan demikian, vena berdinding relatif
tipis.
Arteri Coronaria, merupakan arteri yang menyalurkan O2 dan nutrisi ke
jantung itu sendiri. Saat istirahat aliran darah melalui arteri koronaria kira-kira
225 ml per menit. Jumlah ini adalah 4-5% dari total darah yang dipompa oleh
jantung sekalipun jantungitu berbobot kurang dari 1% berat badan. Arteri
koroner bercabang dan menembus ke dalam otot jantung membawa darah ke
sel-sel Miokardium (Gambar 7).
3. Sistem Peredaran Darah
(Gambar 8)
a. Sistem Peredaran Darah Kecil
Dari ventrikel kanan, darah mengalir ke paru-paru melalui
katup pulmonic untuk pertukaran gas dan pemberian nutrisi ke paru-
paru kemudian masuk ke atrium kiri. Darah yang masuk ke atrium
kanan memiliki kadar O2 yang rendah dan kadar CO2 yang tinggi
b. Sistem Peredaran Darah Besar
Dari ventrikel kiri darah dipompakan keseluruh tubuh melewati
aorta serta memasuki pembuluh nadi utama. Kemudian, darah kembali
ke jantung melewati vena cava superior yang menumpulkan darah dari
kepala dan anggota gerak atas dan vena cava inferior yang
mengumpulkan darah dari bagian badan dan anggota gerak bawah ke
atrium kiri.
c. Sistem Peredaran Darah Portal
Darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa dikumpulkan di
vena porta. Vena porta sendiri membelah diri ke dalamsistem kapiler
kemudian bersatu dengan kapiler-kapiler arteria hepatika yang
menghantarkan darah dari aorta ke hati. Persediaan darah ganda ini
dikumpulkan sebuah sistem vena yang bersatu membentuk vena
hepatika. Vena ini menganbtarkan darahnya ke vena kava inferior
kemudian ke jantung
d. Sistem Peredaran Darah Koronari
Pembuluh darah utama dibagi menjadi right coronary artery
(RCA), left coronary artery (LCA), left anterior descending artery
dan circum flex artery. Sistem sirkulasi darah koroner terpisah dari
sistem aliran darah kecil maupun sistem aliran darah besar. Artinya
khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu melalui pembuluh
koroner dan kembali melalui vena yang menyatau dan bermuara
langsung ke atrium kanan.
C. PATOLOGI

ACS adalah rangkaian yang menunjukkan hubungan antara plak yang rapuh
dengan arteri koronaria. Akibat dari ruptura plak aterosklerosis dan penurunan aliran
darah koronaria dapat terjadi gagal jantung mendadak atau kematian jantung
mendadak yang bisa menjadi manifestasi awal ACS yang menyebabkan kematian.
Pencetus kejadian ACS diyakini berupa ruptura atau erosi plak ateroskeloris
dalam arteri koronaria akibat inflamasi yang diikuti oleh trombosis. Ruptura ini
mengakibatkan pengaktifan, adhesi dan agregasi trombosit serta mengaktfkan bekuan
yang melekat pada dinding pembuluh darah dan mengakibatkan pembentukan
trombus oklusif. Trombosis setempat, setelah plak mengalami ruptura, terjadi karena
interaksi kompleks antara faktor pembekuan darah, inti plak yang berupa lipid, sel
otot halus yang terpajan, makrofag dan kolagen.
Sebagai respons terhadap terganggunya dinding endotel, trombosit mengalami
agregasi dan melepaskan isi granular, yang selanjutnya mempercepat agregasi
trombosit dan meningkatkan vasokonstriksi serta pembentukan trombus. Jika proses
ini menimbulkan okulasi total pada arteri, infark miokardium akut dengan elevasi
segmen ST (STEMI) akan terjadi Sebaliknya, jika proses menimbulkan stenosis berat
tetapi pembuluh arteri tetap paten, angina tidak stabil terjadi. Vasopasme arteri
koronaria dapat menyebabkan ketidakstabilan vakular dengan mengubah plak
koronaria yang sudah ada, yang menyebabkan gangguan pada tunika intima dan
penetrasi makrofag atau agregasi trombosit. Proliferasi dan migrasi sel otot halus yang
cepat sebagai respons terhadap cedera endotel dapat menimbulkan penyempitan arteri
koronaria dan gejala iskemia

D. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala seorang menderita jantung koroner :


1. Rasa tidak nyaman
2. Berat (seperti tertindih barang berat) atau sakit pada daerah dada
3. Rasa sakit di daerah dada dapat menyebar ke arah punggung, lengan kiri
4. Rasa panas atau rasa berat di dada atau ulu hati
5. Rasa jantung berdebar-debar dapat teratur atau tidak teratur
6. Napas terasa pendek
7. Keringat dingin
8. Mual, muntah
9. Rasa pusing bisa dalam keadaan tidak melakukan kativitas apapun atau sedang
dalam melakukan aktivitas fisik
10. Kekuatan fisik menurun

Faktor risiko penderita jantung koroner :


1. Laki-laki berumur lebih dari 30 tahun
2. Merokok,
3. risiko merokok bergantung pada jumlah rokok yang diisaqp per hari, namun tidak
pada lamanya merokok
4. Wanita yang menopause
5. Riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung
6. Peningkatan kolesterol LDL, trigliserida
7. Penurunan kolesterol HDL
8. Peningkatan tekanan darah

E. PENATALAKSANAAN

Pasien harus dipindahkan ke unit perawatan koroner (CCU) untuk monitoring, namun
penatalaksanaan awal tidak boleh ditunda selama menunggu pemindahan ke CCU :
1. Analgesia dengan opiat
2. Oksigen melalui masker
3. Aspirin segera, dikunyak tidak boleh ditelan
4. Trombolisis, biasanya dengan streptokinase atau aktivator plasminogen (tPA)
jaringan (trombolitik lain biasanya sama ampuhnya)
5. Β Bloker intravena, terutama pada hipertensi atau takikardia tanpa gagal jantung
yang jelas
6. Diuretik bila terjadi di edema paru
Inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE) (hari kedua atau ketiga) terutama
pada gagal jantung klinis, atau kerusakan fungsi ventrikel kiri yang signifikan
(MI anterior, pelepasan enzim dengan kadar tinggi , kerusakan ventrikel kiri pada
ekokardiografi)
F. KOMPLIKASI
1. Segera atau setelah beberapa jam
a. Aritmia ventrikel (takikardia atau fibrilasi) biasanya terjadi dalam 24 jam
atau kurang dan merupakan penyebab utama kematian sebelum sampai di
rumah sakit. Pasien harus dipantau dekat dengan defibrilator
b. Kegagalan perfusi adalah kegagalan terapi trombolitik untuk
mengembalikan aliran darah pada arteri yang tersumbat dalam 90 menit
setelah trombolisis; nyeri dada terus menerus dan elevasi segmen ST tidak
menghilang . Jika tidak diatasi, akan terjadi infark gelombang Q ketebalan
penuh. Ulangi trombolitik (tPA) dan hubungi ahli jantung.
c. Angioplasti transluminal perkutan (PCTA) ‘penyelamatan’ bisa membuka
kembali arteri dan mencegah MI sempurna.
2. Beberapa jam atau beberapa hari
Ruptur jantung ke perikardium jarang terjadi, namun biasanya terjadi setelah
2-5 hari; henti jantung dengan disosiasi eklektromekanik (EMD; lihat halaman
130) biasanya fatal.
Infark ulang sering terjadi setelah trombolisis, karena sebuah plak yang
menjadi penyebab bisa menyebabkan terulangnya trombosis koroner.
Berikkan trombolitik ulang (tPA) dan hubungi ahli jantung. PCTA bisa
membuka kembali arteri; obati lesi yang menjadi penyebab.
Gagal Jantung dengan edema paru terjadi akibat kerusakan fungsi
ventrikel kiri akut. Syok kardiogenik terjadi bila curah jantung tidak cukup
untuk mempertahankan TD arterial, akibat kerusakan fungsi ventrikel kiri
yang berat, infark ventrikal kanan (biasanya pada MI inferior) menyebabkan
pengisian jantung kiri yang tidak adekuat atau bahaya medis seperti :
a. Ruptur septum ventrikel (ventricular septal defect) :
murmurpansistolikkeras yang baru pada basis tepi sternal kiri
b. Ruptur muskulus papilaris : regurgitasi mitral (MR) yang berat,
murmur bisa tidak keras namun terjadi edema paru berat yang melebihi
proporsi terhadap kerusakan ventrikel yang nampak.
Keduanya membutuhkan pemeriksaan segera oleh ahli jantung dengan
pertimbangan badan segera.
3. Beberapa hari atau beberapa minggu
a. Tromboemboli (cedera serebrovaskular (CVA), iskemi usus atau
ekstermitas)bisa terjadi akibat trombus mural yang terbentuk pada tempat
infark. Trombolisis dan heparin kini jarang digunakan. Berikan wafarin
selama 3-6 bulan setelah terjadi MI dinding anterior luas atau kerusakan
ventrikel kiri berat.
b. Gagal jantung kronis : perbaikan struktur ventrikel kiri setelah MI bisa
memperburuk dan tidak memperbaiki fungsi ventrikel kiri. Obati dengan
inhibitor ACE, diuretik, bloker ᵦ dengan pengawasan, spironolakton.
c. Takikardia ventrikel bisa terjadi ≥ 24 jam dan menunjukkan bahwa
jaringan parut miokardial merupakan substrat untuk sirkuit re-entri.
Blokerᵦ dan amiodaron bisa membantu, namun jika terjadi gangguan
fungsi ventrikel kiri atau kolaps, risiko terjadinya serangan jantung
mendadak dikemudian hari menjadi bermakna dan membenarkan untuk
dilakukan implantasi defiblator otomatis (AICD).
d. Sindrom Dressler : perikarditis autoimun yang biasanya sembuh sendiri
dalam beberapa minggu setelah MI ketebalan penuh. Kadang-kadang
membutuhkan steroid, umumnya respon terhadap OAINS.

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Riwayat Kesehatan

a. Identitas Klien
 Nama : Tn. Karno  Pekerjaan : Olahragawan
 Umur : 55th  Alamat :x
 Jenis kelain : Laki-laki  Nomor register : D455
 Agama : Islam  Tanggal Masuk RS : 16 September 2013
 Suku : Jawa  Dx Medis : Acute Coronary
 Kebangsaan : Indonesia Syndrom
 Pendidikan : SMA
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny “P”
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :x
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Istri Pasien
c. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri dada sebelah kiri, dan
menjalar sampai punggung hingga lengan kiri. Dirasakan setelah berolahraga
badminton 2 jam yang lalu
d. Riwayat penyakit sekarang
 Alasan Masuk RS
nyeri dada sebelah kiri dan menjalar ke punggung hingga lengan kiri
 Keluhan waktu didata
Nyeri seperti tertindih benda berat, dengan skala nyeri 8
e. Riwayat kesehatan Dahulu
 Mempunyai riwayat vaskuler : hipertensi
 Mempunyai riwyat penyakit jantung
 Mempunyai riwayat kolesterol tinggi
f. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit jantung.
g. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran pasien: CM
KU :cukup, wajah menyeringai menahan nyeri
P :Pasien mengatakan nyeri menetap tanpa atau dengan aktivitas
Q :Pasien mengatakan nyeri seperti tertindih benda berat
R :Pasien mengatakan nyeri di dada sebelah kiri dan menjalar ke bahu kiri
dan punggung
S :Pasien mengatakan skala nyerinya 8
T : Pasien mengatakan nyeri menetap selama lebih dari 30 menit
Tanda-tanda vital
 suhu : 36 ⁰ C
 nadi : 120 x/menit
 TD : 100/60 mmHg
 Pernapasan : 32 x/menit
 BB : 85 kg
 TB : 170 cm

Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Inspeksi : Muka simetris,rambut warna putih, kulit kepala kotor, tak ada
lesi, wajah menyeringai menahan nyeri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan/benjolan/massa pada kulit kepala
2) Kulit, Rambut, Kuku
Inspeksi : warna kulit sawo matang, rambut jarang, distribusi rata,
bentuk kuku normal
Palpasi : kulit teraba dingin
Kelembapan : kulit lembab
Tekxtur : kasar
Turgor kulit : tidak elastisitas
Cavilary refill : 4 detik
3) Mata
Inspeksi : mata simetris, menggunakan kaca mata, konjungtiva anemis,
pupil isokor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bola mata
4) Telinga
Inspeksi : telinga simetris, ada kotoran pada lubang telinga, tidak ada
lesi pada telinga
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kedua telinga
5) Hidung
Inspeksi : hidung tampak simetris, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada lubang, tidak ada massa pada
hidung
6) Mulut
Inspeksi : Mulut tampak simetris, tidak ada stomatitis, mukosa bibir
tampak, kering.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada mulut dan tidak ada massa pada
mulut
7) Leher
Inspeksi : leher tampak simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Dada
Inspeksi : terjadi retraksi dada, pengunaan otot bantu pernafasan, tidak
ada lesi pada dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada massa pada dada,
fokal, premitus kanan dan kaki berbeda, pasien mengalami
palpitasi
Perkusi : Paru-paru suaranya sonor
Auskultasi : Paru-paru vesikuler, jantung suaranya redup, jantung
terdengar suara jantung S2 galop
9) Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak simetris,
Auskultasi : bising usus normal 35 x/menit
Perkusi : Suara perkusi perut tympani
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada perut
10) Ektremitas atas dan bawah
• Ekstremitas atas : tidak mampu bergerak bebas dan sangat lemah, tangan
kiri terpasang infuse Dektrosa 5%, NaCl 0,9 15 tetes/menit, kulit pucat dan
dingin.
• Ekstremitas bawah mampu bergerak bebas, tidak ada lesi tidak ada udema.
11) Anus dan Rektum
Tidak terdapat hemoroid baik interna maupun eksterna.
12) Genetalia
Normal, pasien tidak terpasang kateter urin
g. Nutrisi
Pasien mengatakan jika tidak sakit, dalam satu hari dapat makan 2-3 X/hari
dan sering porsi normal dengan lauk dan sayur serta buah kadang-kadang,
namun sejak sakit pasien hanya mampu menghabiskan makanan yang
disediakan rumah sakit ± 1/4 porsi dan air putih 4 gelas
i. Istirahat tidur
Pasien mengatakan kebiasaan tidur dengan frekuensi 6-7 jam/hari namun
sejak sakit pasien mengatakan tidur kurang dari 6 jam sehari. Pada waktu
tertentu terbangun karena nyeri dan sesak nafas.
j. Aktifitas
Selama dirawat di Rumah Sakit klien menjadi tidak dapat beraktivitas
seperti biasanya. Sebelum masuk RS klien sering berolahraga badminton
setiap sorenya.
k. Eliminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB hanya 1x/hari, konsistensi lembek,
BAK 5-7x/hari. Saat sakit BAB pasien 1 x sehari dengan konsistensi lembek,
BAK 2x/hari. ± 100 cc.
l. Pola konsep diri
 Harga diri : pasien mengatakan tidak malu dengan penyakit yang
dideritanya saat ini, dia yakin akan cepat sembuh.
 Ideal diri  :  pasien mengatakan penyakitnya  menyebabkan dia terganggu
dalam perilakunya sehari-hari dan keinginan untuk sembuh.
 Identitas diri : pasien mampu menyebutkan identitas dirinya dengan
benar (nama, umur, dll).
 Gambaran diri : pasien mengatakan mengatakan cemas karena takut mati
karena kondisi penyakitnya semakin memburuk.
 Perandiri : penyakitnyamenyebabkanpasienkehilanganperandirinyabaik
di keluarga/ masyarakatdanlingkungan.

2. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : ST elevasi pada lead II, III, aVF
2. Pemeriksaan Laboratorium                   
Aspek Nilai Normal
RBC  : 5,47 106/mm3 3,80 – 5,80
HGB  : 6 g/dl 11,5 – 16,00
HCT   : 36,5 % 37,0 – 47.0
MCV : 67 µm3  80 – 100
WBC  : 12,5 h 103/mm3 4 – 10
NEU  : 75 lt 40,0 – 74,0
PCT   : 0,426 % 0.150 – 0,500
PDW  : 9,81 % 11,0 – 18,0
MPV  : 7 µm3  6,0 – 11,0
PLT    : 605 103/mm3  150 – 500
RDW : 15,7 % 11,0 – 16,0
MCHC: 32,7 g/dl 32 – 36
CKMB : 100
LDH : 4000
Terapi
 PCI / fibrinolitik

3. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS: Risiko Penurunan Tekanan otot jantung
Klien menyatakan : perfusi jaringan (tamponade jantung),
1. nyeri didada sebelah kiri hyperlipidemia
dan menjalar sampai penyempitan /penyumbatan
punggung dan lengan kiri pembuluh darah arteri
DO : koronaria
1. klien terlihat kesakitan
dengan skala nyeri 8
2. hasil lab:
 EKG : ST elevasi
anteroseptal
 CK-MB : meningkat
 Troponin T dan I :
meningkat
 Kolesterol: >200

DS: Nyeri Iskemia jaringan sekunder


Klien menyatakan : terhadap sumbatan arteri
DS: coroner
Klien menyatakan:
1. nyeri menetap tanpa atau
dengan aktivitas
2. nyeri seperti tertekan
3. nyeri di dada sebelah kiri
dan menjalar ke bahu kiri
dan punggung
4. Pasien mengatakan skala
nyerinya 8
5. Pasien mengatakan nyeri
menetap selama lebih dari
30 menit
DO :
1. Pasien tampak pucat
2. Pasien terlihat lemah
3. Vital sign
4. suhu : 360 C
5. Nadi : 120 x/menit
6. TD     : 130/80 mmHg
7. RR     : 32 x/menit

DS : Penurunan curah Penurunan kontraktivitas


Klienmenyatakan: jantung myokard
1. BAK 2 x/hari (±100 cc)
2. Cemas
DO :
1. retraksi dada (+)
2. cavilary refill kembali
dalam 4 detik
3. kulit teraba dingin dan
pucat
4. ektrimitas lemah
5. Vital sign
- suhu : 360 C
- Nadi : 120 x/menit
- TD     : 130/80 mmHg
- RR     : 32 x/menit
DS: Intoleransi aktifitas Intoleransi aktifitas dalam
Klien menyatakan : pemenuhan kebutuhan
 nyeri seperti tertindih sehari-hari. dapat
benda berat dihubungakan dengan :
 nyeri terasa setelah ketidakseimbangan antar
berolahraga 2 jam yang suplai oksigen
lalu
DO :
1. Palpitasi
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien terlihat lemah
4. Pasien berkeringat dingin
5. Vital sign
 suhu : 360 C
 Nadi : 120 x/menit
 TD     : 130/80 mmHg
 RR     : 32 x/menit

DS Pola nafas tidak hiperventilasi


1. Pasien mengatakan efektif
mengalami kesulitan
bernafas
DO :
1. Bunyi jantung 2 galopp
2. Pasien mengalami nafas
pendek
3. Pasien tampak gelisah
4. Vital sign
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 32 x/menit
DS: Ansietas Ancaman kematian
Klien mengatakan:
1. nyeri dada sebelah kiri
secara mendadak dan
menjalar ke bahu sebelah
kiri dan punggung sebelah
kiri
2. mual dan muntah  disertai
pusing
3. cemas dan takut akan
kematian karena kondisi
penyakit yang semakin
memburuk
DO :
1. retraksi dada (+)
2. Posisi tubuh menunjukkan
3 point position
3. Nafas pendek
4. RR : 32 x/menit

4. Diagnosa Keperawatan yang muncul :


1. Risiko Penurunan perfusi jaringan yang berhubungkan dengan :
Tekanan otot jantung (tamponade jantung), hyperlipidemia penyempitan
/penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
2. Nyeri yang berhubungkan dengan: Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri coroner. Kemungkinan dibuktikan oleh : nyeri dada dengan atau tanpa
penyebaran
3. Penurunan curah jantungberhubungandenganpenurunan kontraktivitas myokard
4. Intoleransi aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. dapat dihubungakan
dengan : ketidakseimbangan antar suplai oksigen
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
6. Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan kerusakan jaringan
miokard
7. Ansietas yang berhubungandenganancamankematian
5. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Risiko Penurunan Gangguan perfusi 1. Monitor 1. Perubahan


perfusi jaringan jaringan berkurang / Frekuensi dan frekuensi dan irama
yang berhubungkan tidak meluas selama irama jantung jantung dapat
dengan : 4x24 jam dilakukan 2.  Observasi menunjukkan
Tekanan otot jantung tindakan perawatan di warna  dan keabnormalan
(tamponade jantung), RS, dengan kriteria suhu kulit / dalam perfusi
hyperlipidemia hasil: membran jantung
penyempitan 1. Daerah perifer mukosa 2. Warna dan suhu
/penyumbatan hangat 3. Ukur haluaran kulit serta
pembuluh darah arteri 2. tak sianosis, urin dan catat membrane mukosa
koronaria gambaran EKG tak berat jenisnya untuk mengetahui
menunjukan 4. Pantau kecukupan
perluasan infark Pemeriksaan kebutuhan oksigen
3. RR 16-24 x/ menit diagnostik / dan cairan dalam
4. tak terdapat dan tubuh
clubbing finger laboratorium 3. Untuk mengetahui
5. kapiler refill 3-5 mis EKG, output cairan
detik elektrolit , 4. Untuk mengetahui
6. nadi 60-100x GDA( Pa O2, keabnormalan
/menit, Pa CO2 dan irama,
7. TD 120/80 mmHg saturasi O2 ). keabnormalan
Dan  Pemberia GDA
n oksigen
5. Kolaborasi :
Berikan terapi
reperfusi obat
fibrinolitik
2. Nyeri yang Nyeri berkurang 1. Observasi 1. Karena nyeri berat
berhubungan setelah dilakukan karakteristik, dapat menyebabkan
dengan: Iskemia tindakan perawatan lokasi, waktu, syok
jaringan sekunder selama 3x24 jam, dan 2. Istirahat dapat
terhadap sumbatan dengan kriteria hasil: perjalanan  rasa menenangkan klien
arteri coroner. 1. Nyeri dada nyeri apabila terdapat
Kemungkinan berkurang misalnya dada  tersebut. nyeri
dibuktikan oleh : dari skala 8 ke 4 2. Anjurkan pada 3. Nafas dalam dapat
nyeri dada dengan 2. ekpresi wajah  rileks klien  menghen membantu
atau tanpa /tenang tikan aktifitas meringankan nyeri
penyebaran 3. tak tegang selama ada 4. Respon pasien
4. tidak gelisah  nadi serangan dan terhadap aktivitas
60-100 x/menit istirahat. dapat
5. TD 120/ 80 mmHg 3. Bantu mengindikasikan
klien  melakuk penurunan oksigen
an tehnik miokard
relaksasi, mis 5. Menurunkan nyeri
nafas dalam hebat, memberikan
4. Monitor tanda- sedasi, dan
tanda vital mengurangi kerja
( Nadi & miokard.
tekanan darah )
tiap dua jam.
5. Kolaborasi  den
gan tim
kesehatan  dala
m pemberian
analgetik

3. Penurunan Curah Setelah dilakukan 1. kaji atau nyeri 1. adanya nyei dada
Jantung asuhan perawatan dada menunjukkan
berhubungan selama 3×24 jam (intensitas, belum efektifnya
dengan penurunan diharapkan tingka lokasi, pompa jantung
kontraktivitas tefektifitas pompa penyebaran, pasien, dan sejauh
miokard jantung pasien durasi dan mana terapi yang
meningkat dengan faktor telah dilakukan
kriteri hasil: predisposisi berhasil
1. TD dbn 2. monitor 2. terapi O2 yang
(100/70-139/89 efektivitas adekuat dapat
mmHg) terapi O2 membantu
2. Bunyi jantung 3. Ajarkan terpenuhinya
abnormal (gallop) pasien untuk kebutuhan
tidak ditemukan membatasi O2dalam jaringan
3. Kelemahan intake cafein, dan tubuh
hebat tidak tampak sodium,  3. Makananbercafei
makanan n,
berkolesterol adalahperangsang
dan lemak langsungpadajant
tinggi ung yang
4. kolaborasi dapatmeningkatka
dengan dokter nfrekuensijantung
dalam 4. antikoagulan
pemberian dapat
antikoagulan meringankan
kerja jantung
4. Intoleransi Terjadi peningkatan 1. Catat 1. Respon pasien
aktifitas dalam toleransi pada klien frekuensi  jantu terhadap aktivitas
pemenuhan setelah dilaksanakan ng, irama,  dan dapat
kebutuhan sehari- tindakan keperawatan perubahan TD mengindikasikan
hari. dapat selama 4x24 jam di RS selama dan penurunan oksigen
dihubungakan dengan kriteria hasil: sesudah miokard
dengan : 1. frekuensi aktifitas 2. Istirahat dapat
ketidakseimbanga jantung  60-100 2. Tingkatkan memberikan rasa
n antar suplai x/menit istirahat ( di nyaman kepada
oksigen 2. TD 120-80 mmHg tempat tidur ) klien
3. Batasi aktifitas 3. Menurunkan
pada dasar kerja miokard/kons
nyeri  dan umsi oksigen
berikan 4. Dengan mengejan
aktifitas sensori dapat
yang tidak mengakibatkan
berat. bradikardi,
4. Anjurkan menurunkan curah
menghindari jantung, dan
peningkatan takikardi serta
tekanan peningkatan TD
abdomen misal, 5. Aktivitas yang
mengejan saat maju memberikan
defekasi kontrol jantung,
5. Jelaskan pola meningkatkan
peningkatan regangan dan
bertahap dari mencegah aktivitas
tingkat berlebihan.
aktivitas ,
contoh bangun
dari kursi, bila
tak ada nyeri,
ambulasi, dan
istirahat selama
1 jam setelah
makan.
5.Pola nafas tidak Setelah dilakukan 5. kaji 1. pelepasan alat
efektif berhubungan asuhan perawatan kemampuan oksigenasi saat
dengan hiperventilasi selama …x24 jam toleransi makan
diharapkan pasien pasien dalam menunjukkan
mampu meningkatkan pelepasan alat perbaikan dalam
ventilasi yang adekuat oksigenasi pemenuhan
dengan kriteria hasil: saat makan kebutuhan O2
1. RR dalam 6. monitor aliran pasien
rentang normal O2 dan 2. kelancaran aliran
(16-24 x/mnt) kondisi alat O2 dapat
2. Penggunaan 7. ajarkan pasien membantu proses
otot-otot bantu pentingnya pemulihan kondisi
pernafasan tidak alat bantu pasien dengan
tampak ( 3 point pernafasan tercukupinya
position) selain O2 kebutuhan O2.
3. Tidak ada 3. Alat bantu
retraksi dada pernafasanbergun
auntukmemenuhik
ebutuhanoksigen

5.Ansietas yang Menghilangkan 1. Kaji 1. Data


berhubungan dengan kecemasan selama dokumentasi dan tersebutmemberika
ancaman kematian 2x24 jam perawatan laporkan kepada ninformasimengena
dengan criteria hasil: dokter tingkat iperasaansehatsecar
1. Kecemasan kecemasan pasien aumumdanpsikolog
berkurang serta keluarganya, issehinggagejalapas
2. Pasien dan serta mekanisme caterapidapatdiban
keluarga koping dingkan.
mendiskusikan 2.
kecemasan mereka 2. Kaji kebutuhan jikapasienmembutu
tentang kematian bimbingan hkanbimbingan
3. Kecemasan pasien spiritual dan rujuk spiritual
dan keluarga bila perlu ataukeagamaanaka
berkurang 3. Biarkan pasien nmengurangikecem
4. Nampak cukup mengekspresikan asan
istirahat, kecepatan kecemasan dan 3. kecemasan yang
nafas kurangdari ketakutannya tidakdapatdihilangk
16x/permenit 4. Manfaatkan andapatmeningkatk
5. Frekuensi jantung waktukunjungan ankonsumsioksigen
kurang dari yang jantung
100x/menit tanpa fleksibeluntukme 4.
denyut ektopik nurunkantingkatk kehadirandandukun
6. Tekanan darah ecemasanpasien gankeluargadapatm
dalam batas normal 5.Ajarkan engurangikecemasa
klien teknikpenguranga npasien
7. Mempraktekkan n stress 5. pengurangan
teknik stress
pengurangan stress dapatmembantume
ngurangikonsumsio
ksigenjantungdanm
eningkatkanperasaa
nsehat
6. Fungsijantungkembalis 1.pantau 1.untukmengidentif
tabildengankriteriahasil pencitraan EKG ikasiindikasiadanya
Risikotinggiterhadapk
1. dengandering, kemajuanataupenyi
omplikasiberhubunga
hilangnyagejalakegagal hasilpemeriksaane mpangandarihasil
ndengankerusakanjari
anjantungkongestif lektrolit serum yang diharapkan.
nganmiokard
2. khususnyakalium Ketidakseimbangan
denyutdaniramajantung 2. kaliumdapatmempe
teratur Hubungkanpadap rcepataritmia
emantauan EKG. 2. pemantauan
Berikanpengobata EKG
n yang dapatmendeteksiare
tepatpadaperawat tmiadini
ankhususaretmia. 3.
3. aretmiamemberikec
laporkanadanyade enderunganberkura
nyutdaniramajant ngnyacurahjantung
ung abnormal denganpeningkatan
padadokter aliranbalik vena
preload.
7. Ansietas yang Setelahdilakukanasuha 1. kaji tingkat 1. reaksi fisik yang
berhubungandenganan nperawatanselama kecemasan dan berlebihan
camankematian 3×24 jam reaksi fisik menunjukkan
diharapkankecemasan pada tingkat  tingkat cemas yang
pasienberkurang kecemasan tinggi sehingga
dengankriteriahasil : 2.  instruksikan harus diatasi
1. Pasienmampum pasien dalam 2. penggunaan teksik
enggunakantekn penggunaan relaksasi yang tepat
ikrelaksasiuntuk teknik dapat meringankan
menguranginyer relaksasi gejala penyakit dan
i (menarik nafas membantu
2. Pasienmampum dalam, mengurangi
embinahubunga mendengarkan kecamasan serta
nsosial musik, guided meningkatkan
3. Pasienmampube imagery) istirahat
rkonsentrasi 3. bantu pasien 3. dengan mengetahui
4. Tidaktampaktan untuk situasi yang
da-tandacemas mengidentifika menciptakan
5. Tidakadaganng si situasi yang kecemasan dapat
uantidur menciptakan mencari strategi
kecemasan koping yang tepat
4.  kolaborasi dalam mengurangi
dengan dokter kecemasan yang
dalam terjadi
pemberian 4. meningkatkan
obat untuk relaksasi/istirahat
mengurangi dan menurunkan
cemas rasa cemas

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer. 1999. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI


Corwin,JElizabet. 2000. Patofisiologi. Jakarta: FKU
Carolyn M. Hudak. 1997. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII.
Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC
Chang, Esther, dkk. 2009. Patofisiologi Aplikasi pada Praktek Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Doenges, ME. 1999. RencanaAsuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaandan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovasekular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Soeharto, Imam. 2004. Serangan Jantung dan Stroke. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Susan Martin Tucker. 1998. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC
Wahidi, Kemala Rita danAryati. 1993. StandarAsuhanKeperawatan. Nursing Care
Emergency. Jakarta: FK

LAMPIRAN

Gambar 1. ST elevasi

Gambar 2. Letak Jantung


Gambar 3. Lapisan jantung Gambar 4. Ruang jantung

Gambar 5. Katup jantung Gambar 6. Sistem listrik jantung

Gambar 7. Pembuluh Darah

Gambar 8. Sistem peredaran darah


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN SINDROM KORONER AKUT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Disusun oleh:
Ade Nurhalimah P07120112041
Agus Hardi Nata P07120112042
Anggi Wibisono P07120112043
Anggih Shulchan Yoga Kusuma P07120112044
Anisa Nurul Khasanah P07120112045
Annisa Rahmatiah P07120112046
Aprilia Rizky Arifiani P07120112047
Berlin Devina Sriyadi P07120112048
Betty Retna Ningsih P07120112049
Clara Tyas Eviningrum P07120112050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2013

Anda mungkin juga menyukai