Oleh :
YESSI
NIM: 2019.C.11A.1071
1
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Yessi
Nim : 2019.C.11a.1071
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Ny.N
Dengan Diagnosa Medis Kebutuhan rasa aman dan
nyaman
: Cedera Kepala Ringan
Pembimbing Akademik
Kristinawati,S.Kep.,Ners
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hikmah kesehatan dan kebijaksanaan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan dengan
Judul Laporan Pendahuluan Keperawatan Pada Dengan Diagnosa Medis “
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan disusun dalam rangka
untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata Kuliah Parktik Praklinik
Keperawata I.
Pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes
Yayasan Eka Harap Palangka Raya
2. Ibu Melitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku Ketua Prodi S1
Keperawatan Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku penanggung jawab mata
Kuliah Praktik Praklinik Keperawatan I
4. Kristinawati,S.Kep.,Ners Selaku dosen pembimbing Akademik
5. Secara Khusus Kepada Pihak Dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang
telah memberi izin tempat
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan
keperawatan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan dan juga asuhan
keperawatan ini dapat mencapai sasaran yang diharapakan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Yessi
4
5
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I TINJAUAN TEORITIS...............................................................................
1.1 Konsep Penyakit Cedera Kepala Ringan.........................................................
1.1.1 Definisi..............................................................................................................
1.1.2 Etiologi Cedera Kepala Ringan ........................................................................
1.1.3 Klasifikasi Cedera Kepala Ringan....................................................................
1.1.4 Patofosiologi (WOC ).......................................................................................
1.1.5 Manifestasi Klinis.............................................................................................
1.1.6 Komplikasi........................................................................................................
1.1.7 Penatalaksanaan Penunjang .............................................................................
1.1.8 Pemeriksaan medis............................................................................................
1.2 Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.................................................
1.2.1 Definisi..............................................................................................................
1.2.2 Anatomi Fisiologi..............................................................................................
1.2.3 Etiologi Cedera Kepala Ringan ........................................................................
1.2.4 Klasifikasi Cedera Kepala Ringan....................................................................
1.2.5 Patofosiologi (WOC ).......................................................................................
1.2.6 Manifestasi Klinis.............................................................................................
1.2.7 Komplikasi........................................................................................................
1.2.8 Penatalaksanaan Penunjang .............................................................................
1.2.9 Pemeriksaan medis...........................................................................................
1.3 Pengkajian Keperawatan..................................................................................
1.3.1 Diagnosa Keperawatan......................................................................................
1.3.2 Rencana Tindakan Keperawatan.......................................................................
1.3.3 Pelaksanaan.......................................................................................................
1.3.4 Evaluasi............................................................................................................
6
BAB II TINJAUAN KASUS...................................................................................
2.1 Pengkajian Keperawatan......................................................................................
2.2 Daftar Diagnosa Keperawatan.............................................................................
2.3 Rencana Tindakan Keperawatan.........................................................................
2.4 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.....................................................
2.5 Implementasi dan Evaluasi................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
7
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.1 Definisi
1.1.2 Etiologi
8
Berdasarkan Hurst (2016) penyebab umum cedera otak traumatic adalah :
9
(cedera contrecoup)
3. (B3) Brain
Pada tinjauan pustaka didapatkan data tingkat kesadaran klien menurun
dan responterhadap lingkungan adalah indicator paling sensitif untuk
menilai disfungsi sistem persarafan.Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran
klien cedera kepala biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor,
semikomatosa, sampai koma (Brunner & Suddart, 2013).
10
4. (B4) Bladder
Pada tinjauan pustaka didapatkan data kaji keadaan urine meliputi warna,
jumlah, dan karakeristik urine, termasuk berat jenis urine. Setelah cedera
kepala, klien mungkin mengalami inkontinensia urine karena konfusi,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan
(Brunner & Suddart, 2013).
5. (B5) Bowel
Pada tinjauan pustaka didapatkan data Didapatkan adanya keluhan
kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, dan muntah pada fase
akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan tekanan
intrakranial sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.Pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas (Brunner & Suddart, 2013).
6. (B6) Bone
Pada tinjauan pustaka didapatkan data adanya perubahan warna kulit,
warna kebiruan menunjukakan adanya sianosis ( ujung kuku,
ekstermitas,telinga, hidung, bibir dan membram mukosa).Pucat pada
wajah dan membram mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar
haemoglobin atau syok,pucat dan sianosis pada klien yang menggunakan
ventilator dapat terjadi akibat adanya hipoksemia. Warna kemerahan pada
kulit dapat menunjukkan adanya demam, dan infeksi. Integritas kulit untuk
menilai adanya lesi dan dekubitus. Adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi,mudah
lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat (Brunner &
Suddart, 2013).
11
terdapat Pediatric Coma Scale sebagai instrument pengukuran tingkat
kesadaran yang dimodifikasi dari GCS (ICNA, 2020). Skor GCS
tersebut meliputi: cedera kepala ringan (GCS 13–15), cedera kepala
sedang (GCS 9–12), dan cedera berat (GCS <8) (Allen et al., 2013).
12
2. Trauma tembus
Trauma tembus adalah bentuk cedera yang meliputi luka
pada kepala akibat benda asing (misalnya pisau atau peluru) atau
akibat dari fragmen tulang dan fraktur tengkorak. Kerusakan yang
disebabkan oleh cedera tembus sering kali berkaitan dengan
kecepatan objek tersebut menembus tengkorak dan otak. Fragmen
tulang dari fraktur tengkorak dapat menyebabkan cedera otak local
akibat laserasi jaringan otak dan merusak struktur lainnya
(misalnya saraf dan pembuluh darah). Jika pembuluh darah utama
mengalami kerusakan atau rupture, gumpalan besar (hematoma)
dapat terbentuk dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak
yang luas.
3. Cedera kulit kepala
Cedera kulit kepala dapat menyebabkan laserasi,
hematoma, dan kontusi atau abrasi pada kulit. Cedera kulit kepala
yang paling ringan adalah abrasi/kontusio, yang pada umumnya
membaik dengan terapi lokal (yaitu, membersihkan luka dan
penggunaan antibiotic topikal dan kompres dingin). Pukulan yang
lebih kuat dapat menyebabkan perdarahan pada rongga subgaleal
(perdarahan diantara aponeurosis dan periosteum) atau
subperiosteal (perdarahan diantara periosteum dan tulang
tengkorak), dengan pembentukan sefal hematoma.
4. Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak sering disebabkan oleh kekuatan yang
cukup keras menimbulkan fraktur pada tengkorak dan
menyebabkan cedera otak. Fraktur tengkorak depresi mencederai
otak dengan menimbulkan memar (mengakibatkan kontusi) atau
dengan mengarahkan fragment tulang ke dalamnya (menyebabkan
laserasi).
5. Cedera otak
Cedera otak sering menggunakan istilah terbuka, tertutup, konkusi
dan kontusi. Cedera kepala terbuka adalah cedera yang menembus
13
tengkorak, sedangkan cedera tertutup berasal dari trauma tumpul.
a. Konkusi
Konkusi diklasifikasikan berdasarkan hebatnya derajat cedera
primer dan hasil disfungsi neurologis. Lesi grade I
menyebabkan kebingungan (confusion) sementara, lalu segera
kembali ke kesadaran normal dan tanpa amnesia; grade II,
kebingungan yang sedikit lebih berat dan sedikit amnesia
(hanya postraumatik), grade III, kebingungan yang sangat
berat pada awalnya, dengan amnesia postraumatik dan
retrograde; grade IV (konkusi klasik), kehilangan kesadaran
singkat, periode kebingungan yang bervariasi, dan amnesia
postraumatik dan retrograde.
b. Kontusi
Kontusi berhubungan dengan kerusakan yang lebih luas
daripada konkusi. Pada kontusi, otak itu sendiri mengalami
kerusakan, sering kali disertai dengan beberapa area
perdarahan kecil dan area memar di jaringan otak.
c. Cedera aksonal yang menyebar
Cedera aksonal yang menyebar adalah bentuk cedera kepala
yang palig parah karena tidak ada lesi fokal yang dihilangkan.
Cedera ini melibatkan seluruh jaringan otak. Cedera aksonal
yang menyebar diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, atau
berat. Cedera aksonal yang menyebar dimulai dengan
hilangnya kesadaran dengan cepat, koma berkepanjangan,
postur fleksi atau ekstensi yang abnormal, hipertensi, dan
demam.
6. Cedera fokal
a. Epidural hematoma (hematoma ekstradural)
Hematoma ini terjadi pada sekitar 10% dari cedera
kepala yang parah dan biasanya berhubungan dengan fraktur
tengkorak. Hematoma epidural terjadi akibat cedera pada
pembuluh darah serebral (arteri
14
meningeal). Perdarahan biasanya kontinu dan
membentuk bekuan besar yang memisahkan dura dari
tengkorak. Hematoma epidural tercatat sebanyak 1% sampai
3% dari semua kasus cedera kepala mayor. Kecelakaan
berkendara menjadi penyebab utama, tetapi kejadian kecil,
seperti terpeleset dan cedera olahraga, bisa menjadi pencetus
yang fatal. Sumber permasalahan umumnya berasal dari
arterial (85%), tetapi epidural hematoma juga dapat
melibatkan vena meningeal atau sinus dural. Lokasi-lokasi
epidural hematoma paling umum termasuk fosa temporal,
regio subfrontal dan area oksipital-suboksipital.
1) Epidural hematoma fosa temporal
Hematoma epidural fosa temporal, yang menyebabkan
cedera arteri meningeal media, adalah epidural hematoma
yang paling sering dijumpai. Fraktur tulang temporal
menjadi penyebab pada setidaknya 80% kasus. Tanda-
tanda klinis klasik dan rangkaian kejadian yang panjang
pada hematoma tipe ini hanya ditemukan pada sebagian
kecil pasien saja. Pada dasarnya, konkusi menyebabkan
periode awal penurunan kesadaran, kemudian, karena
dura cukup erat dengan tulang tengkorak, akumulasi
darah terhambat dan interval lucid menyusul, pada saat
fungsi neurologis pasien relatif normal. Akhirnya, ketika
lesi semakin membesar, kesadaran menurun secara
drastis. Kejadian ini menggambarkan karakteristik yang
disebut "talk and die patient" (pasien berbicara lalu
meninggal).
2) Epidural hematoma region subfrontal
Hematoma epidrual frontal atau subfrontal paling sering
terjadi pada anak-anak atau orang tua, dan dikaitkan
dengan pukulan langsung pada bagian frontal. Cedera ini
dapat melibatkan cabang anterior arteri
15
meningeal media, arteri meningeal anterior, atau sinus
venosus. Gejala dan tanda yang umum termasuk sakit
kepala, perubahan kepribadian dan anisokoria.
3) Epidural hematoma oksipital-suboksipital
Hematoma epidural fosa posterior biasanya disebabkan
oleh pukulan pada bagianvoksipital, dan dikaitkan dengan
fraktur yang melewati sinus transversus. Presentasi klinis
bisa akut atau kronis. Gejala dan tanda yang umum
termasuk sakit kepala, meningismus, dysmetria, ataxia
dan defisit nervus kranialis. Herniasi fosa posterior
melalui foramen magnum dapat menyebabkan trias
Cushing─depresi pernafasan, tekanan darah yang tinggi,
dan denyut nadi yang rendah.
b. Subdural hematoma
Subdural hematoma adalah kumpulan darah di ruang subdural
(antara duramater dan arachnoid). Hematoma subdural pada
umumnya merupakan hasil dari hemorrhagik vena akut yang
diakibatkan oleh ruptur bridging veins. Robeknya pembuluh
darah penghubung pada otak adalah penyebab utama
hematoma subdural. Subdural hematoma diklasifikasikan
sebagai akut, subakut, dan kronis (Black & Hawks, 2014)
16
setelah cedera (biasanya dalam jam). Separuh kasus
berkaitan dengan fraktur tulang tengkorak; kecelakaan
bermotor merupakan penyebab utama. Sering disertai
oleh kontusi serebral atau batang otak yang sangat berat,
atau keduanya, menghasilkan mortalitas yang tinggi
(50%). Tanda-tanda umum termasuk penurunan
kesadaran, dilatasi pupil ipsilateral, dan hemiparesis
kontralateral. Seperti hematoma epidural, hemiparesis
pada kasus ini jarang ipsilateral. Tanda-tanda lain yang
disebut sebagai lokalisasi palsu termasuk homonimus
hemianopia akibat dari trombosis arteri serebral posterior
pada herniasi unkal, tatapan/pandangan abnormal yang
disebabkan oleh cedera batang otak, dan, kadang-kadang,
dilatasi pupil kontralateral karena kompresi nervus
okulomotor terhadap tentorium. Hematoma subdural akut
hampir selalu terletak pada konveksitas serebral dan
ditemukan bilateral pada 15% sampai 20% pasien.
Hematoma subdural subakut biasanya terjadi di
dalam 7 sampai 10 hari setelah cedera. Gejala dan
tandanya mirip dengan hematoma subdural akut, tetapi
perjalanannya lebih lambat dan mortalitasnya lebih
rendah.
2) Subdural hematoma kronis
Subdural hematoma kronis paling banyak terjadi
pada orang tua dan pasien alkoholik. Pasien mengalami
atrofi otak, yang mengakibatkan peregangan pembuluh
darah dan peningkatan ukuran ruang subdural. Vena-vena
yang meregang ini mudah rupture pada insiden jatuh,
sekalipun insiden jatuh tersebut tidak menyebabkan
cedera lainnya. Secara bertahap bekuan darah yang
membesar menimbulkan tekanan pada otak.pada pasien
yang telah menjalani evakuasi subdural hematoma kronis
17
biasanya dipasang saluran di
1.1.6 Komplikasi
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
intracranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak.
a. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan
TIK pada pasien yang mendapat cedera kepala, puncak
pembengkakan yang terjadi kira-kira 72 jam setelah cedera.
TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk
membesar meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan
otak diakibatkan trauma.
b. Defisit neurologic dan psikologic
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal
seperti anosmia(tidak dapat mencium bau-bauan) atau
abnormalitas gerakan mata, dan deficit neurologic seperti
afasia,efek memori, dan kejang post traumatic atau epilepsy
18
1. Computed Tomography (CT-Scan)
Peran CT scan kepala pada pasien cedera kepala merupakan salah satu
informasi tambahan yang bisa digunakan untuk menentukan kondisi
pasien menggunakan teknologi imaging. CT scan memperlihatkan
perbedaan densitas antara struktur-struktur intrakranial. Densitas
serebrum pada CT adalah isodens. Hematoma epidural dan subdural
keduanya hiperdens tetapi seringkali memiliki bentuk yang berbeda.
Hematoma epidural berbentuk lentikular karena kerekatan dura mater
dengan tabula dalam tulang tengkorak pada kedua tepi/ujung lesi.
Hematoma epidural dapat menggeser sistem ventrikuler dan kelenjar
pineal.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan pemeriksaan structural yang paling
sensitive. MRI, sesuai yang diindikasikan oleh namanya,
penggunaan bidang magnet untuk menggambarkan jaringan otak,
yang bertentangan dengan radiasi sinar-X dari pemindaian CT.
MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang
menggeser posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak dan
duramater. MRI juga dapat menggambarkan batas fraktur yang
terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dipilih
untuk menegakkan diagnosis.
3. EEG (elektroensafa-logram)
19
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
20
meningkatkan diuresis osmotik.
c. Terapi antikonvulsan
Setelah mengalami cedera kepala, aktivitas kejang menghasilkan
peningkatan ICP dan pasokan oksigen yang berubah ke otak yang
terluka. Untuk mencegah cedera otak sekunder, profilaksis kejang
perlu diketahui. Pengobatan dengan phenytoin efektif dalam
menurunkan tingkat kejang pasca trauma dalam 7 hari pertama
cedera, tetapi tidak peran penting dalam pencegahan kejang pasca
trauma setelah.
1.2 Konsep Dasar Rasa Aman Dan Nyaman
21
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan
tidak nyaman pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan
tanda pada pasien (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
22
yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan
nyeri (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
23
11) Tekanan emosional
12) Riwayat
penganiayaan
(mis: fisik,
psikologis, seksual)
13) Riwayat
penyalahgunaan
obat/zat.
24
klien tentang nyeri. Klien yang mengartikan nyeri sebagai
sesuatu yang “negatif” cenderung memiliki suasana hati
sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik
menjadi rasa marah atau frustasi. Sebaliknya, bagi klien
yang memiliki presepsi yang “positif” cenderung
menerima nyeri yang dialaminya (Zakiyah, 2015).
3. Respons perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan
tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan
nyeri dapat ditunjukkan oleh pasien sebagai respons
perilaku terhadap nyeri. Respons tersebut seperti:
menkerutkan dahi, gelisah, memalingkan wajah ketika
diajak bicara (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
25
4) Merasa gatal
5) Mengeluh mual Objektif:
1) Menunjukkan gejala distres
2) Tampak merintih/menangis
3) Pola eleminasi berubah
4) Postur tubuh berubah
5) Iritabilitas
d. Kondisi klinis terkait:
1) Penyakit kronis dan Keganasan
2) Distres psikologis, Kehamilan (SDKI PPNI, 2016).
1.2.7 Komplikasi
1. Usia
2. Jenis kelamin
26
terjadilah presepsi nyeri.
4. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya
pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang
menurun.
5. Makna nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan
tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas
tidak mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan nyeri yang serius.
7. Gaya koping
27
dengan lebih mudah di masa datang.
10. Dukungan keluarga dan social
Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka
terhadap klien dapat memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan
nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun
nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan (Wahyudi & Abd.Wahid,
2016).
b. Nyeri akut
c. Nyeri kronis
28
negatif dan merugikan. Supresi atau penekanan yang terlalu
lama pada fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis
dapat meningkatkan pertumbuhan tumor (Andarmoyo, 2017).
3. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah
dan gerakan tubuh yang khas dan berespons secara vokal serta
mengalami kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien seringkali
meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah,
imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan
melindungi bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas
menghilangkan nyeri (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
4. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Pasien mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi
dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam
melakukan tindakan higiene normal dan dapat mengganggu
aktivitas sosial dan hubungan seksual (Wahyudi & Abd.Wahid,
2016).
1.2.9 Penatalaksanaan Medis
1. Penanganan nyeri farmakologis
a. Analgesik narkotik
29
inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan
penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari
jaringan yang mengalami atau inflamasi. Efek samping yang
paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya
ulkus gaster dan perdarahan gaster (Wahyudi & Abd.Wahid,
2016).
a. Distraksi
30
e. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental
dan fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang
sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas
dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat
b. Riwayat kesehatan
Tingkat kesadaran/GCS (<15), konvulsi, muntah, dispnea /
takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di
kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya
liquor dari hidung dan telinga dan kejang.
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang
berhubungan dengan sistem persyarafan maupun penyakit
sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit
keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau
keluarga sebagai data subjektif. Data-data ini sangat berarti
karena dapat mempengaruhi prognosa pasien.
31
c. Pengkajian persistem Keadaan umum
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor,
koma TTV
1) Sistem pernapasan
Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun
frekuensi, nafas bunyi ronchi.
2) Sistem kardiovaskuler
Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat,
denyut nadi bradikardi kemuadian takikardi
3) Sistem perkemihan
Inkotenensia, distensi kandung kemih
4) Sistem gastrointestinal
Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan
mengalami perubahan selera
5) Sistem muskuloskletal Kelemahan otot, deformasi
6) Sistem persyarafan
Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope,
tinnitus, kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan,
gangguan pengecapan
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan
status mental, perubahan pupil, kehilangan pengindraan,
kejang, kehilangan sensasi sebagai tubuh
32
hemiparese, kuadreplegia, ataksia, cara berjalan tak tegap,
masalah keseimbangan, kehilangan tonus otot dan tonus
sptik
3) Sirkulasi
Gejala : normal atau perubahan tekanan darah
Tanda : perubahan frekuensi jantung ( bradikardia,
takikardia yang diselingi disritmia )
4) Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku kepribadian ( terang atau
dramatis ) Tanda : cemas mudah tersinggung , delirium,
agitasi, bingung, depresi dan impulsive
5) Eliminasi
Gejala : inkontinensia kandung kemih / usus atau
mengalami gangguan fungsi
6) Nyeri dan kenyamanan
1.3.2 intervensi keperawatan
Berdasarkan perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses
keperawatan. Diharapkan perawat mampu memprioritaskan masalah,
merumuskan tujuan/hasil yang diharapkan, memilih intervensi yang paling
tepat, menulis dan mendokumentasikan rencana keperawatan. Prioritas
pertama di artikan bahwa masalah ini perlu mendapat perhatian, karena dapat
mempengaruhi status kesehatan pasien secara umum dan memperlambat
penyelesaian masalah yang lain. dengan cedera kelapa ringan (CKR), tiga (3)
masalah keperawatan yang berurutan sesuai dengan prioritas masalah
keperawatan yaitu ketidakefektifanperfusi jaringan serebral, nyeri akut dan
hambatan mobilitas fisik. (Rohmah&Walid,2012)
1.3.3 Implementasi
adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta
menilai data yang baru (Rohmah&Walid, 2012)
33
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan
situasi yang membutuhkan tambahan beragam mengimplementasikan
intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif,
interpersonal dan psikomotor (tekhnis). Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien cedera cedera kepala, pada prinsipnya adalah
menganjurkan pasien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan Teknik relaksasi
untuk mengatasi nyeri.
1.1.4 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Rohmah&Walid,2012)
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang
menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu
rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari
ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari
hasil pengamatan.
34
BAB II
PENGKAJAN KEPERAWATAN
35
DAFTAR PUSTAKA
36
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Pasien datang ke IGD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi pada tanggal 30 juni 2021 dengan
keluhan hidung berdarah, telinga berdarah, pasien sempat pingsan saat kecelakaan,
bengkak di belakang kepala bagian kanan, lecet di batang hidung.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Riwayat kesehatan sekarangPada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 Juni 2021,
37
pasien mengatakan sudah hari ke 6 dirawat di ruang ambun suri lantai 2, pasien
mengatakan nyeri pada bagian kepala belakang. nyeri seperti di tusuk-tusuk. Skala nyeri
4, pasien mengatakan tidak ada mandi selama dirawat di RS, rambut pasien tampak kotor
ditandai dengan adanya ketombe, mulut dan gigi pasien kotor ditandai dengan mulut
berbau dan telinga pasien tampak kotor ditandai dengan adanya serumen, pasien
mengatakan badan terasa lemas, pasien mengatakan BB sebelum sakit 57 kg dan Lingkar
lengan atas 2,35 cm, pasien mengatakan nafsu makan menurun dan menghabiskan porsi
makan sebanyak ½ saja, pasien mengatakan tidur tidak nyenyak, mata pasien tampak
cekung, Tidur siang selama 3-5 jam, sedangkan malam hari hanya 2-4 jam karena nyeri
pada kepala bagian belakang tersebut sering dirasakan pada malam hari.
GENOGRAM KELUARGA
: laki laki
: Perempuan
: Klien
--------- : Tinggal serumah
: Meninggal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : compos metis
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : sedang
38
b. Ekspresi Wajah : meringis
c. Bentuk badan : normal
d. Cara berbaring/bergerak : bergerak aktif
e. Bicara : aktif
f. Suasana Hati : sedih
g. Penampilan : rapi
h. Fungsi kognitif : :
Lainnya...........................
j. Proses Berfikir : Blocking Cricumstansial
Flight oh ideas
Lainnya ............................
k Insight : Baik Mengingkari
Menyalahkan Orang lain
l. Mekanisme Pertahanan Diri Adaftip Mal Adaftip
m. Keluhan Lainnya :
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T :36 0 C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR :80 x/Menit
c. Pernapasan/RR : 22 x/Menit
d. Tekanan Darah/BP :120/70 mmHg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : …………………………
Kebiasaan merokok : ………………. Batang/hari
Batuk, sejak ………………….
Batuk darah, sejak ……………
Sputum, warna ……………….
39
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe Orthopnoe Lainnya ……………………..
Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya ………………………………………
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesikuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya ……………….
Keluhan lainnya : .......……………………………………................................
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan
5. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ………………….Cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak Melihat
Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat
Suara Jantung Normal, …………………….
Ada kelainan ………………………………………...................
Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………..............
..........................................................................................................
Masalah : .........................................................................................................
.........................................................................................................
40
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E (4) : …………………………………….
V (5) : …………………………………….
M (6) : …………………………………….
Total Nilai GCS (15) : .....................................................................
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Soporus Coma Sulit dinilai
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
42
Keluhan Lainnya :
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………..................................................
..............................................................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………......
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir : ………………………………………………………………………………..
Gigi : ………………………………………………………………………………..
Gusi : ………………………………………………………………………………..
Lidah : ………………………………………………………………………..
Mukosa : ………………………………………………………………………………..
Tonsil : ………………………………………………………………………………..
Rectum :
Haemoroid :
BAB : ………… x/hr Warna :…………. Konsistensi : …………………
Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement
43
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Parese/lemah, lokasi …………………………………………
Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….
Hemiparese, lokasi ……………………………………………………….
Nyeri, lokasi ………………………………………….
Bengkak, lokasi ………………………………………
Kekakuan,Lokasi .........................................................
Flasiditas .....................................................................
Spastisitas, Lokasi .......................................................
Ukuran Otot Simetris
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Uji Kekuatan otot : Ekstrimitas Atas………… . Ekstrimitas
Bawah…………………
Deformitas tulang, lokasi ……………………………….
Peradangan, lokasi ………………………………………
Perlukaan, lokasi ………………………………………..
Patah tulang, lokasi ……………………………………..
Tulang Belakang Normal Skoliosis
Kifosis Lordosis
44
Turgor Baik Cukup Kurang
Tekstur Halus Kasar
Lesi : Macula, lokasi …………………………
Pustula, lokasi …………………………
Nodula, lokasi …………………………
Vesikula, lokasi …………………………
Papula, lokasi …………………………
Ulcus, lokasi …………………………….
Jaringan Parut, lokasi ……………………………………………………….....................
Tekstur rambut : ………………………………………………………..
Distribusi rambut : ……………………………………………………..
Bentuk kuku Simetris Irreguler
Clubbing Finger Lainnya ……………….
Masalah Keperawatan :
…………………………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….
46
..........................................................................................................
Keluhan lain : ……………………………………………………………………..
..........................................................................................................
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………
Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………
Perdarahan : …………………….....………………
Flour Albus : ……………….......…………………..
Clitoris : ……………………………………….
Labia : ……………………………………….
Uretra : ………………………………………..
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : ………….............………. minggu
Taksiran Partus : ……………………...……
Lainnya : ......................................................................................................
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola …………………………………………..
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………….............
Masalah keperawatan :
………………………………........................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………
47
………………………………………………….............................................................................
.........................................................................................................................................................
4. Kognitif :
………………………………………………………………………………….………………..
…………………………………………………………………………………………………….
.........................................................................................................................................................
.........................................
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………………
5. Konsep Diri :
Gambaran Diri : …………………………………………………………………………………..
Ideal Diri : …………………………………………………………………………………..
Identitas Diri : …………………………………………………………………………………..
Harga Diri :
…………………………………………………………………………………..
Peran : …………………………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan :
……………………………………………………………………………………………………….
6. Aktivitas Sehari-hari :
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………………………………….
49
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................
Masalah Keperawatan:
……………………………………………………………………………….……………………
8. Nilai-Pola Keyakinan
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................
Masalah Keperawatan:
……………………………………………………………………………….……………………
E. SOSIAL – SPIRITUAL.
1. Kemampuan berkomunikasi :
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................
2. Bahasa sehari-hari :
………………………………………………………….................................................................
.........................................................................................................................................................
50
5. Orang berarti/terdekat :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
7. Kegiatan beribadah :
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
Hasil Pemeriksaan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
51
Obat/Terapi Medis Dosis Indikasi Kontraindikasi
1. 500cc/24jam
2. 2x1 A
Palangka Raya…………………………………
Mahasiswa,
(…………………………………………..)
52
ANALISIS DATA
Skala nyeri 4
TD : 120/70 mmHg
Nyeri akut
Agen pecendra fisik
Deficit
perwat
Kelemahan
an diri
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien :
Ruang Rawat :
Edukasi :
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
Edukasi :
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN