Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU JIWA


RSJ DR. RADJIMAN WEDIDIONINGRAT LAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA
KUSUMA
Oleh:
 Gusti Ngurah Purnama 17710206
 Nur Azizah 17710225
 I Putu Agung Dicky Dharmawan 17710216
 Fildza Amalina Silthina 17710189
 Wigarda Prima Adiyaksa 17710184
 I Putu Dody Tmara Putra Dewantara 17710224

Pembimbing:
dr. Budi Cahyono., Sp KJ
Latar Belakang
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani,
schizein yang berarti terpisah atau pecah dan
phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/
ketidak serasian antara afek, kognitif, dan
perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa
fungsional dengan gangguan utama pada proses
pikir serta disharmonisasi antara proses pikir,
afek atau emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan,
terutama karena waham dan halusinasi,
assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul
inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, serta
psikomotor yang menunjukkan penarikan diri,
ambivalensi dan perilaku bizar (Maramis,
2012).Kesadaran dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif dapat berkembang
dikemudian hari. (Maslim, 2013)
 Gejala Skizofrenia
◦ Thought eco
◦ Thought insertion or withdrawal
◦ Thought broadcasting
◦ Delusion of control
◦ Delusion of influence
◦ Delusion of passivity
◦ Delusion perception
 Gejala Skizofrenia
◦ Halusinasi auditorik
◦ Waham menetap jenis lainnya
◦ Halusinasi yang menetap dari panca indera
◦ Arus pikiran yang terputus
◦ Perilaku katatonik
◦ Gejala negatif
Rumusan Masalah

Bagaimana diagnosis dan tatalaksana


pada kasus Skizofrenia Paranoid?
Tujuan

Untuk mengetahui diagnosis dan


tatalaksana pada kasus Skizofrenia
Paranoid.
Manfaat

Memberikan informasi mengenai


sindroma nefrotik serta mengetahui cara
mendiagnosis dan tatalaksana pada pasien
Skizofrenia Paranoid.
Tinjauan Pustaka
 Definisi Skizofrenia
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi
dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya(America Assosiation Pschyatri, 2011).
Pada umumnya ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau
tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian (American Assosiatin
Pshyciatri, 2011).
Jenis skizofrenia paranoid ini agak
berbeda dari jenis-jenis yang lain dalam
jalannya jenis penyakit. Jenis ini mulai sesudah
umur 30 tahun, penderita mudah tersinggung,
cemas, suka menyendiri, agak congkak dan
kurang percaya pada orang lain. Hal ini
dilakukan penderita karena adanya waham
kebesaran dan atau waham kejar ataupun
tema lainnya disertai juga dengan halusinasi
yang berkaitan (Kaplan, 2010).
Pasien skizofrenik paranoid biasanya
berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka
mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien
yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan
biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat
membantu mereka melewati penyakitnya. Juga,
kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari
pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien
skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang
lambat dari kemampuan mentalnya, respon
emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain
pasien skizofrenik (Elvira, 2013).
ETIOLOGI

BIOKIMIA GENETIKA KELUARGA


 Patofisiologi
Ketidakseimbangan yang terjadi pada
neurotransmiter juga diidentifikasi sebagai
penyebab skizofrenia. Ketidakseimbangan terjadi
pada dopamin yang mengalami peningkatan dalam
aktivitasnya. Selain itu, terjadi juga penurunan pada
serotonin, norepinefrin, dan asam amino gamma-
aminobutyric acid (GABA) yang pada akhirnya juga
mengakibatkan peningkatkan dopaminergik.
Neuroanatomi dari jalur neuronal dopamin pada
otak dapat menjelaskan terjadinya
skizofrenia(Muttaqin& Nosa. 2014).
 Kriteria Diagnosis
◦ Berlangsung paling sedikit 6 bulan dan
mencakup 1 bulan gejala fase aktif
◦ Penurunan fungsi yang cukup bermakna
◦ Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk
yang khas selama periode tersebut
◦ Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan
skizoafektif, gangguan mood mayor, autisme,
atau gangguan organik.
oTerapi

• Rawat inap
Non - • Terapi psiokologis
Farmakologis
• Dukungan sosial

• Diberikan obat –
Farmakologis obat anti psikosis
 Prognosis
Skizofrenia merupakan penyakit kronis
dan membutuhkan waktu lama untuk
menghilangkan gejala (Elvira & Hadikusanto
2013).Sekitar 90% dengan episode psikotik
pertam akan sehat dalam waktu satu tahun, 80%
mengalami episode selanjutnya dalam lima tahun,
dan 10% meninggal karena bunuh diri (Astilawati,
2012). Kira-kira 50% dari semua pasien
skizofrenia akan mencoba bunuh diri kira-kira
satu kali selama hidupnya, dan 10% sampai 15%
pasien skizofreninia meninggal karena bunuh diri
selama periode follow-up 20 tahun (Wiguna,
2010).
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat Onset muda
Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus
Onset akut Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan
pramorbid yang baik pramorbid yang buruk
Gejala gangguan mood ( terutama Perilaku menarik diri, autistic
gangguan depresif )
Menikah dan telah berkeluarga Tidak menikah, bercerai, janda / duda
Riwayat keluarga gangguan mood ( tidak Riwayat keluarga skizofrenia
ada keluarga yang menderita skizofrenia )
Sistem pendukung yang baik ( terutama Sistem pendukung yang buruk untuk
dari keluarga ) untuk kesembuhan pasien kesembuhan pasien
Gejala positif Gejala negatif
Jenis kelamin perempuan Tenda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Sering timbul relaps
Riwayat penyerangan
Status Pasien
 Identitas Pasien
◦ Nama : Tn. H
◦ Umur : 30 tahun
◦ Jenis kelamin : Laki - laki
◦ Tempat/tanggal lahir : Mojokerto / 25 Februari 1988
◦ Agama : Islam
◦ Suku Bangsa : Jawa
◦ Status Marital : Belum Menikah
◦ Pendidikan terakhir : SMP
◦ Pekerjaan terakhir : Pedagang ( penjual kursi bambu
)
◦ Waktu Pemeriksaan : 25 Juli 2018, Pukul 22.00 WIB
◦ Dokter Pemeriksa : DM
◦ No. RM : 125125
ANAMNESIS

AUTOANAMNESIS HETEROANAMNESIS
 Status Internis
◦ Tensi : 112/74 mmHg
◦ Respirasi : 20 x /menit
◦ Nadi : 100 x/menit
◦ Suhu : 36,6 0C
◦ Keadaan umum :
 Kepala/leher : a/i/c/d ; -/-/-/-
 Thorax: cor : kesan normal
Pulmo : kesan normal
 Abdomen : BU (+) N, soefl, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas : AH (-) ED (-)
 Status Neurologis
◦ GCS : 456
◦ Meningeal sign : kaku kuduk (-); brudzinski I (-
); brudzinki II (-); kernig (-)
◦ Refleks fisiologis : BPR +2/+2; TPR +2/+2; KPR
+2/+2; APE +2/+2
◦ Refleks patologis : babinski (-), cahddock (-),
hoffman (-); tromner (-)
 Status Psikiatri
◦ Kesan umum : Pasien laki – laki datang ke IGD RSJ Radjiman
Wediodiningrat Lawang roman wajah sesuai dengan usia, terdapat
luka robek di kepala sebelah kiri, berpenampilan kurang rapi, tidak
berbau, tidak tenang namun kooperatif dan komunikatif, datang
dengan tangan diikat diantar ke bed oleh keluarga, kemudian
pasien di fiksasi oleh petugas.
◦ Kontak : verbal (+), relevan, kontak non verbal (+) kontak mata :
(+)
◦ Kesadaran : berubah kualitatif
◦ Orientasi : W/T/O : +/+/+
◦ Daya ingat : S/P/PJ : +/+/+
◦ Persepsi : halusinasi auditorik (+) halusinasi visual (+)
◦ Proses berpikir : Bentuk : non - realistik; Arus: koheren, Isi: waham
curiga
◦ Mood afek : inadekuat
◦ Kemauan : ADL/sosial/pekerjaan : menurunl/menurun/menurun
◦ Psikomotor : hiperkinesia
 Diagnosis Multiaksial
◦ Axis I: F20.0.0 skizofrenia paranoid berkelanjutan ;
Z91.1 ketidakpatuhan terhadap pengobatan
◦ Axis II: gangguan ciri kepribadian pendiam dan
curiga
◦ Axis III: tidak ditemukan
◦ Axis IV: masalah pekerjaan (karena pasien tidak
kunjung mendapatkan pekerjaan tetap)
◦ Axis V: GAF SCALE MRS: 20-11; GAF 1 tahun
terbaik 90-81
Rencana Terapi

MRS Cek Lab

Farmakoterapi Maintanance

Non - Farmakologi
 Prognosis
No Faktor Baik Buruk
1 Umur 3o tahun -
2 Status Mental - Belum menikah
3 Pendidikan Terakhir - SMP
4 Pekerjaan Terakhir - Tidak bekerja
5 Faktor Pencetus Jelas
6 Faktor Keturunan Tidak ada
7 Kepribadian Premorbid Menyendiri &
tertutup
8 Onset Kronis
9 Faktor Ekonomi Kurang
10 Faktor Organik Tidak ada
11 Pengobatan Putus obat
12 Insight Denial (1)
Pembahasan
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dengan
pasien dan keluarga, terdapat halusinasi auditorik dan
waham curiga yang jelas dan susah untuk disangkal. Hal
ini sudah berlangsung 2 minggu tetapi pasien sebelumnya
pernah MRS di RSJ Menur dengan gejala yang sama. Dari
data ini menjadi dasar diagnosis bahwa pasien menderita
skizofrenia sekaligus menyingkirkan diagnosis psikotik
akut (F.20). Dari anamnesis yang dilakukan didapatkan
juga adanya halusinasi yang memanas manasi pasien
serta terdapatnya waham curiga, dan pasien sempat
berhenti minum obat satu bulan dapat disimpulkan
pasien menderita skizofrenia paranoid yang
berkepanjangan (F20.0.0) karena kambuh kembali
sebelum 6 bulan dan Z91.1 ketidak patuhan minum obat.
Terapi farmakologi masih merupakan pilihan
utama pada skizofrenia. Pilihan terapi pada
skizofrenia dipilih berdasarkan target gejala pada
pasien skizofrenia.Tujuan pengobatan adalah untuk
mencegah bahaya pada pasien, mengontrol perilaku
pasien, dan untuk mengurangi gejala psikotik pada
pasien seperti agitasi, agresif, negatif simptom, positif
simptom, serta gejala afek.Rencana terapi
maintenance diberikan Inj. Haloperidol 5mg/cc IM
dan inj. Diazepam 10 mg/2cc IM. Rencana terapi
diruangan yang diberikan adalah Haloperidol 5 mg
1/2-0-1/2 dan lorazepam 2 mg 0-0-1 karena gejala
pasien yang menonjol adalah gejala positif
(Halusinasi auditorik-visual,waham kejar,marah
marah,dan mood/afek yang inadekuat) dan ada gejala
prilaku gelisah dan susah tidur.. (Sadock, 2007)
Kesimpulan
Diagnosis skizofrenia paranoid pada kasus ditegakkan
berdasarkan anamnesis baik alloanamnesis maupun autoanamnesis
dan pemeriksaan status psikiatri. Diagnosa skizofrenia harus ada
sedikitnya satu gejala utama atau paling sedikitnya dua gejala
tambahan. Gejala tersebut harus berlangsung minimal satu bulan.
Pilihan terapi pada skizofrenia dipilih berdasarkan target gejala pada
pasien skizofrenia. Tujuan pengobatana dalah untuk mencegah
bahaya pada pasien, mengontrol perilaku pasien, dan untuk
mengurangi gejala psikotik pada pasien seperti agitasi, agresif, negatif
simptom, positif simptom serta gejala afek.
Obat antipsikosis golongan I dalam hal
ini haloperidol memiliki gejala positif
namun efek samping yang tinggi utnuk EPS
perlu diperhatikan maka dari itu selalu
harus dievaluasi pemberian haloperidol.
Pasien dengan skizofrenia selain
membutuhkan terapi farmakologi juga
perlu psikoterapi dan psikoedukasi agar
pasien mendapat dukungan oleh keluarga
serta mempercepat penyembuhan pasien.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai