PENDAHULUAN
Penderita skizofrenia kian meningkat
DEFINISI
Nevid 2003
Stres
SKIZOFRENIA
Psikologi
s
Lingkunga
n
GEJALA KLINIS/DIAGNOSA
(PPDGJ III)
1 (jelas) atau
2/lebih (kurang
jelas)
Waktu minimal
gejala khas terjadi
Adanya perubahan
yang konsisten dan
bermakna
TIPE SKIZOFRENIA
1.
2.
3.
4.
5.
Tipe Paranoid
Tipe Herbefrenik
Tipe Katatonik
Tipe tidak Tergolongkan
Tipe Residual
gambaran klinisnya
Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap
FASE SKIZOFRENIA
Fase
PRODORMAL
Fase AKTIF
Fase
RESIDUAL
PENATALAKSANAAN
SOMATOTERAPI
PSIKOTERAPI
SOSIOTERAPI
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Suku/ Bangsa
Agama
Status
Pekerjaan
Pendidikan
: Tn. A
: 27 tahun
: Laki-laki
: Beji, Pasuruan
: Jawa/ Indonesia
: Islam
: Belum menikah
: Tidak bekerja
: Tamat STM
ANAMNESA
Keluhan utama :
Pusing
AUTOANAMNESA
Pasien laki-laki dewasa 27 tahun, wajah tampak
sesuai usia, kulit sawo matang, rambut pendek
bergelombang, tidak tersisir rapi, perawakan tubuh
sedang, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus,
memakai kemeja lengan panjang berwarna putih polos
dan celana panjang kain berwarna hitam. Pasien datang
ditemani ibunya, duduk di depan pemeriksa dengan posisi
mengusap-ngusapkan tangannya, mengedip-ngedipkan
mata sambil ketawa-ketawa kecil sekali-kali. Saat
pemeriksa menjabat tangan dan berkenalan, pasien dapat
merespon dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan
mengenai nama, alamat, sedang ada dimana dan
ditemani oleh siapa dengan jelas. Ketika ditanya alasan
kenapa ketawa, pasien bilang: Ga apa-apa dok ada yang
lucu saja dipikiran saya. Saat ditanya hal apa yang ada
AUTOANAMNESA (2)
Ketika ditanya kenapa pasien dibawa kesini,
pasien menjawab karena dirinya sering pusing.
Pusing yang dimaksud bukan seperti berputar-putar
tetapi nyeri pada kepalanya hingga leher terasa
kaku. Pasien mengatakan pusing sejak dia
menjalankan MOS di STM penerbangan. Saya
pusing waktu MOS disuruh macam-macam, kalau
saya ada salah saya sering dihukum sit-up, pushup. Sampai sekarang masih terasa pusing dok,
leher saya terasa kaku, dan sulit berkeringat.
AUTOANAMNESA (3)
Ibu pasien mengutarakan bahwa anaknya
menderita gangguan jiwa karena di rumah sering
diam, membuang-buang barang (baju, celana
dalam, handphone), menonjok tembok-lemari, suka
mengguting bajunya sendiri, marah-marah tanpa
sebab, bicara dan ketawa sendiri. Ketika ditanyakan
kepada pasiennya apakah pasien sering begitu di
rumah, pasien hanya diam dan ketika ditanya
alasannya, pasien bilang bajunya dibuang karena
bau padahal kata ibunya pakaian tersebut sudah
dicuci bersih. Ketika ditanya kenapa suka merusak
barang pasien bilang: Pokoknya apa yang yang
saya rusakkan itu pasti kembali ke wujudnya semula
AUTOANAMNESA (4)
Ketika ditanya bagaimana caranya, pasien
menjawab: Ya suatu saat nanti pasti kembali
dok. Lalu ketika ditanya kenapa bajunya sering
digunting-gunting, pasien menjawab: Iya dok
bisa digunting, ditempel, dan diwarnai biar
bagus. Ketika ditanyakan apakah ada suarasuara yang menyuruh melakukan perbuatan itu,
pasien bilang: Ada suara-suara tapi tidak jelas,
suaranya keras sekali sampai isi telinga saya bisa
pecah sehingga jadi pusing begini dok.
AUTOANAMNESA (5)
Pasien tidak bekerja. Setelah lulus STM,
pasien kuliah di jurusan hukum UNTAG hingga
semester 6 kemudian berhenti. Ketika ditanya
kenapa kuliahnya berhenti, pasien menjawab
Tidak punya uang kuliah, uang transport dok,
cuacanya juga tidak mendukung. Selama di
rumah pasien kerjanya menonton dan jalan-jalan
sendiri di sekitar rumahnya. Pasien tidak bergaul
dengan orang sekitarnya karena tidak diajak.
HETEROANAMNESA
Ny. S, 58 tahun (Ibu Pasien)
Ibu pasien mengutarakan bahwa anaknya
menderita gangguan jiwa yang dirasakan sejak
anaknya lulus STM tahun 2002. Saat itu ibunya
merasa bahwa anaknya sedang kerasukan jin,
kemudian pergi ke orang pintar. Dari orang pintar,
didapatkan penjelasan bahwa jin tersebut telah
masuk ke tubuh anaknya dan mengikat kepalanya
sehingga menjadi pusing dan membuat pasien
melakukan hal-hal yang tidak wajar. Ibu pasien
sudah sering sekali mendatangi orang pintar
tersebut tetapi tidak pernah membawa anaknya ikut
serta. Pasien diterapi dengan mengirimkan sinyalsinyal positif dari tempat tinggal orang pintar
tersebut. Orang pintar itu mengatakan bahwa dirinya
HETEROANAMNESA (2)
Pasien mulai dibawa ke IRD pada tanggal 25
April 2011 malam hari karena pasien sudah 3 hari
tidak tidur, seharian tidak makan, dan mandi
cepat sekali tidak pakai sabun semenjak 1 bulan
ini. Apabila tidak tidur pasien sering keluar rumah
tidak jelas tidur-tiduran di beranda rumahnya
maupun di rumah orang lain. Di IRD pasien
diberikan obat untuk pikirannya dan vitamin
(Fluoxetin 10mg 1-0-0, Merlopam 2mg 0-0-1 prn,
Cyproheptadin tab 2ddI). Pasien dianjurkan untuk
ke poli jiwa keesokan harinya. Saat ini pasien
sudah mau makan dan bisa tidur sepulangnya
dari IRD. Pasien juga patuh minum obatnya.
HETEROANAMNESA (3)
Menurut ibunya, pasien menjadi putus kuliah
karena sudah tidak kuat pikirannya (pasien tidak
lulus-lulus dari semester 6 selama 3 tahun).
Untuk biaya kuliah dan transport, ibunya merasa
masih sanggup membiayai kuliah putranya. Di
rumah pasien lebih sering diam menyendiri.
RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara.
Ayah
: Tn. L sudah meninggal sejak tahun
2002. Sifatnya
keras, sering menghukum
pasien apabila ada
kesalahan (pasien
disiram air bila tidak
melakukan
perintah ayahnya mencuci motor)
Ibu
: Ny. S, 58 tahun. Ibu bekerja
berwirausaha
membuka toko kue.
Sifatnya sabar, suka memasak
makanan kesukaan pasien.
Anak I
: Ny. R, 31 tahun. Sudah menikah
ikut dengan
suaminya (tidak tinggal
bersama pasien).
Anak II
: Ny. E, 30 tahun. Sifatnya baik dan
RIWAYAT KELAHIRAN
Lahir spontan pervaginam, cukup bulan, ditolong
bidan.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Sesuai dengan anak seusianya.
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pernah tidak naik kelas ketika kelas 1 SD satu kali,
setelahnya naik kelas terus hingga lulus STM
dengan prestasi biasa saja. Setelah lulus, kuliah di
jurusan hukum UNTAG tahun 2002-2009 hingga
semester 6.
RIWAYAT PEKERJAAN
Tidak bekerja
RIWAYAT PERKAWINAN
Belum menikah
RIWAYAT SOSIAL
Pasien orangnya pendiam, mudah bergaul, banyak
temannya. Pasien terbuka pada ibunya apabila ada
masalah. Hobinya bersepeda. Pasien biasanya sering
merokok tetapi akhir-akhir tidak dilakukan karena tidak
dikasi uang oleh ibunya untuk membeli.
RIWAYAT PENYALAHGUNAAN ZAT
Disangkal
FAKTOR PREMORBID
Pendiam, mudah bergaul dan terbuka
FAKTOR KETURUNAN
Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami
gangguan jiwa.
FAKTOR ORGANIK
Tidak didapatkan
FAKTOR PENCETUS
Tidak jelas
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNISTIK
Vital sign :
Tekanan darah
140/80 Nadi
88 x/menit
Respiratory rate 20 x/menit
Suhu
36,50 C
Kepala/leher
: Anemis (-), icterus (-), sianosis (-), dispnea (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Cor
S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo
vesikuler -/-, rhonki -/, wheezing -/Abdomen : bising usus (+) normal, distensi (-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas
: Akral HKM, tidak ada edema
STATUS NEUROLOGI
GCS 4-5-6, kaku kuduk (-), brudzinski (-)
Pupil
: Bulat isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Motorik : Dalam batas normal, kekuatan otot 5 di semua ekstremitas
Sensorik : Dalam batas normal
Reflek fisiologis
: BPR +2/+2 TPR +2/+2 KPR +2/+2 APR +2/+2
Reflek patologis
: Babinski -/- , chaddock -/-, hoffman -/-, tromner -/Tremor saat aktif/istirahat -/-
STATUS PSIKIATRIK
Kesan Umum
: Inadekuat
Proses berpikir
o Bentuk
o Arus
o Isi
: Non realistik
: Asosiasi longgar
: Pikiran tidak memadai.
Intelegensi
: Belum dievaluasi
Persepsi : Halusinasi pendengaran (+)
Psikomotor : Grimas (+), giggling (+), stereotipi (+)
Kemauan : Dalam batas normal
RESUME
Pasien Tn. A laki-laki dewasa 27 tahun wajah
sesuai usia, rambut pendek bergelombang, tidak
tersisir rapi duduk dengan posisi mengusapngusapkan tangannya, mengedip-ngedipkan mata.
Pasien merespon baik ketika bersalaman, dapat
menyebutkan nama, sedang ada dimana dan
diantar oleh siapa walaupun sambil diselingi tertawa
(kontak + verbal relevan, orientasi waktu - tempat orang baik, afek/mood inadekuat). Pasien tertawa
kecil karena merasa ada yang lucu di pikirannya
namun tidak dapat menceritakan apa yang lucu di
pikirannya. Pasien juga tidak dapat menjelaskan
kenapa mengusapkan tangan dan mengedipkan
matanya (psikomotor grimace, gigling, stereotipi).
RESUME (2)
Pasien mengutarakan kedatangannya ke dokter untuk
mengobati pusingnya sementara ibunya tersenyum sambil
membisikkan bahwa pasien sedang mengalami gangguan
jiwa karena di rumah pasien sering diam, membuangbuang barang, menonjok tembok-lemari, suka mengguting
bajunya sendiri, marah-marah tanpa sebab, bicara dan
ketawa sendiri sejak anaknya lulus STM tahun 2002 (isi
pikiran tidak memadai). Pasien membuang-buang barang
karena menurutnya setelah barang tersebut rusak pasien
dapat membetulkannya kembali bagaimanapun caranya
(bentuk pikiran non realistik). Menurutnya dengan
menggunting bajunya, bajunya bisa digambar, bisa
ditempel, dan diwarnai juga (arus pikir asosiasi longgar).
Ketika ditanyakan apakah pasien mendengar suara-suara
pasien mengiyakan (halusinasi pendengaran +) dan
mengatakan bahwa suaranya sangat keras sehingga isi
telinganya bisa pecah dan membuatnya pusing (isi pikiran
RESUME (3)
Pasien mulai dirasakan mengalami gangguan
jiwa sejak lulus STM penerbangan tahun 2002
namun pasien tidak dibawa ke dokter melainkan ke
orang pintar hingga tahun 2011. Dari riwayat penyakit
keluarga tidak didapatkan kelainan (tidak ada faktor
keturunan). Dari pemeriksaan status internistik dan
status neurologis juga tidak ditemukan kelainan (tidak
ada faktor organik). Dari riwayat kelahiran, tumbuh
kembang pasien dalam batas normal. Pasien belum
bekerja dan belum menikah. Dari riwayat pendidikan
pasien berhenti kuliah hingga semester 6 karena
tidak lulus selama 3 tahun (masalah pendidikan). Dari
riwayat sosial pasien orangnya pendiam, mudah
bergaul, dan terbuka (faktor premorbid). Riwayat
DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I
(F20.10)
Axis II
Axis III
Axis IV
Axis V
TATA LAKSANA
Somatoterapi
Haloperidol 5mg tab 2dd 1
Trihexyphenydil 5mg 2dd pro renata
Psikoterapi
Dilakukan psikoventilasi, persuasi, sugesti,
desensitisasi, latihan kerja agar dapat
meningkatkan insight pasien.
MONITORING
Keluhan, efek samping obat dan evaluasi gejala penyakit
PROGNOSIS
Diagnosa
(buruk)
Onset umur
: Muda
(buruk)
Perjalanan penyakit
: Kronis (buruk)
Faktor genetik
: Tidak ada (buruk)
Pendidikan
: Tamat STM
(baik)
Dukungan keluarga
: Baik
(baik)
Faktor pencetus : Tidak jelas (buruk)
Status
: Belum menikah (buruk)
Penyakit organik yang mendasari : Tidak ada
(buruk)
Kepatuhan minum obat
: Patuh (baik)
Kesimpulan
:
Prognosis pasien adalah dubius at malam (mengarah ke
buruk).
TERIMA KASIH