Anda di halaman 1dari 41

SKIZOFRENIA

dr. Anggasta Vasthi


dr. Kania Irma H.
dr. Nuzulida Alfisyahr
dr. Trixie Brevi Putri
dr. Tutiek Dwi Minantie
DOKTER INTERNSIP RSUD BANGIL PASURUAN
2013-2014

PENDAHULUAN
Penderita skizofrenia kian meningkat

Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia

diperkirakan berkisar sekitar 1% dari seluruh


penduduk. Angka tersebut menggambarkan,
bahwa hampir tiga juta penduduk yang sedang,
telah, atau akan terkena penyakit tersebut
Insiden dan prevalensi seumur hidup secara kasar
sama di seluruh dunia

DEFINISI
Nevid 2003

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronis yang


ditandai oleh episode akut yang mencakup kondisi
terputus dengan realitas yang ditampilkan dalam ciri-ciri
seperti waham, halusinasi, pikiran tidak logis, pembicaraan
yang tidak koheren, dan perilaku yang aneh. Defisit residual
dalam area kognitif, emosional, dan sosial dari fungsi-fungsi
yang ada sebelum episode akut.
DSM IV

Kumpulan dari gejala positif dan negatif yang timbul


secara signifikan selama periode waktu 1 bulan/periode
aktif tetapi tanda-tandanya berlangsung paling sedikit
selama 6 bulan.

PENYEBAB (Kaplan & Saddaock, 2003)


Fisik

Stres

SKIZOFRENIA
Psikologi
s

Lingkunga
n

GEJALA KLINIS/DIAGNOSA
(PPDGJ III)
1 (jelas) atau
2/lebih (kurang
jelas)

Perubahan isi pikiran


Adanya waham
Halusinasi auditorik
Atau waham menetap jenis lain

Atau paling sedikit


2 gejala (jelas)

Halusinasi yang menetap dari panca indera


apa saja
Arus pikiran yang terputus
Perilaku katatonik, fleksibilitas cerea,
negativisme,
Gejala-gejala negatif

Waktu minimal
gejala khas terjadi

1 bulan atau lebih

Adanya perubahan
yang konsisten dan
bermakna

Dari beberapa aspek perilaku pribadi,


bermanifestasi seperti hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak melakukan
apapun, larut dalam diri sendiri, dan
penarikan diri secara sosial

TIPE SKIZOFRENIA
1.

2.
3.
4.
5.

Tipe Paranoid
Tipe Herbefrenik
Tipe Katatonik
Tipe tidak Tergolongkan
Tipe Residual

SKIZOFRENIA PARANOID (PPDGJ III)


1. Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia
2. Sebagai tambahan :
a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau

memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa


bentuk verbal
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh.
Halusinasi visual mungkin ada tapi tidak menonjol.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of influence), atau
passivity (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,

serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak


menonjol.

SKIZOFRENIA HERBEFRENIK (PPDGJ III)


Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Diagnosis pertama kali hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25


tahun).
Kepribadian premorbid biasanya ciri khas pemalu dan
senang menyendiri
Pengamatan kontinu 2 atau 3 bulan
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,

serta mannerisme. Ada kecenderungan untuk selalu mnyendiri


(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa
perasaan.
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar, sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),
tersenyum sendiri (self-absorbed smiling), atau sikap tinggi hati
(lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondriakal, dan ungkapan kata-kata yang diulang (reiterated
phrases).

SKIZOFRENIA HERBEFRENIK (2)


(PPDGJ III)
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta

gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi


dan waham mungkian ada tetapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delutions and
hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang
bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita
memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan
(aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose).

SKIZOFRENIA KATATONIK (PPDGJ III)


memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih perilaku berikut ini harus mendominasi

gambaran klinisnya
Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap

lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau


mutisme (tidak berbicara).
Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan,
yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal).
Menampilkkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil
dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh).
Negativisme ( tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif
terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau
pergerakan ke arah yang berlawanan).
Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk
melawan upaya menggerakkan dirinya).
Fleksibilitas cerea/waxy flexibility (mempertahankan anggota
gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar).
Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan
secara otomatis terhadap perintah) dan pengulangan kata-kata

SKIZOFRENIA KATATONIK-2 (PPDGJ


III)
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi

perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia


mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting
untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan
petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik
dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan
metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat
juga terjadi pada gangguan afektif.

SKIZOFRENIA TIDAK TERGOLONGKAN


(PPDGJ III)

Skizofrenia tidak tergolongkan menunjukkan gejala


yang tidak memenuhi kriteria untuk tipe paranoid,
terdisorganisasi, katatonik maupun residual.

SKIZOFRENIA TIPE RESIDUAL (PPDGJ III)


Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol,

misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun,


afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif,
kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi
tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.
Sedikitnya ada satu riwayat episode psikotik yang jelas
di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa
skizofrenia.
Sedikitnya sudah melewati kurun waktu satu tahun
dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata
seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari
skizofrenia.
Tidak terdapat demensia atau penyakit/gangguan otak
organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang

FASE SKIZOFRENIA

Fase
PRODORMAL

Fase AKTIF

Fase
RESIDUAL

PENATALAKSANAAN
SOMATOTERAPI

PSIKOTERAPI

SOSIOTERAPI

IDENTITAS PASIEN
Nama

Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Suku/ Bangsa
Agama
Status
Pekerjaan
Pendidikan

: Tn. A
: 27 tahun
: Laki-laki
: Beji, Pasuruan
: Jawa/ Indonesia
: Islam
: Belum menikah
: Tidak bekerja
: Tamat STM

ANAMNESA
Keluhan utama :
Pusing

AUTOANAMNESA
Pasien laki-laki dewasa 27 tahun, wajah tampak
sesuai usia, kulit sawo matang, rambut pendek
bergelombang, tidak tersisir rapi, perawakan tubuh
sedang, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus,
memakai kemeja lengan panjang berwarna putih polos
dan celana panjang kain berwarna hitam. Pasien datang
ditemani ibunya, duduk di depan pemeriksa dengan posisi
mengusap-ngusapkan tangannya, mengedip-ngedipkan
mata sambil ketawa-ketawa kecil sekali-kali. Saat
pemeriksa menjabat tangan dan berkenalan, pasien dapat
merespon dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan
mengenai nama, alamat, sedang ada dimana dan
ditemani oleh siapa dengan jelas. Ketika ditanya alasan
kenapa ketawa, pasien bilang: Ga apa-apa dok ada yang
lucu saja dipikiran saya. Saat ditanya hal apa yang ada

AUTOANAMNESA (2)
Ketika ditanya kenapa pasien dibawa kesini,
pasien menjawab karena dirinya sering pusing.
Pusing yang dimaksud bukan seperti berputar-putar
tetapi nyeri pada kepalanya hingga leher terasa
kaku. Pasien mengatakan pusing sejak dia
menjalankan MOS di STM penerbangan. Saya
pusing waktu MOS disuruh macam-macam, kalau
saya ada salah saya sering dihukum sit-up, pushup. Sampai sekarang masih terasa pusing dok,
leher saya terasa kaku, dan sulit berkeringat.

AUTOANAMNESA (3)
Ibu pasien mengutarakan bahwa anaknya
menderita gangguan jiwa karena di rumah sering
diam, membuang-buang barang (baju, celana
dalam, handphone), menonjok tembok-lemari, suka
mengguting bajunya sendiri, marah-marah tanpa
sebab, bicara dan ketawa sendiri. Ketika ditanyakan
kepada pasiennya apakah pasien sering begitu di
rumah, pasien hanya diam dan ketika ditanya
alasannya, pasien bilang bajunya dibuang karena
bau padahal kata ibunya pakaian tersebut sudah
dicuci bersih. Ketika ditanya kenapa suka merusak
barang pasien bilang: Pokoknya apa yang yang
saya rusakkan itu pasti kembali ke wujudnya semula

AUTOANAMNESA (4)
Ketika ditanya bagaimana caranya, pasien
menjawab: Ya suatu saat nanti pasti kembali
dok. Lalu ketika ditanya kenapa bajunya sering
digunting-gunting, pasien menjawab: Iya dok
bisa digunting, ditempel, dan diwarnai biar
bagus. Ketika ditanyakan apakah ada suarasuara yang menyuruh melakukan perbuatan itu,
pasien bilang: Ada suara-suara tapi tidak jelas,
suaranya keras sekali sampai isi telinga saya bisa
pecah sehingga jadi pusing begini dok.

AUTOANAMNESA (5)
Pasien tidak bekerja. Setelah lulus STM,
pasien kuliah di jurusan hukum UNTAG hingga
semester 6 kemudian berhenti. Ketika ditanya
kenapa kuliahnya berhenti, pasien menjawab
Tidak punya uang kuliah, uang transport dok,
cuacanya juga tidak mendukung. Selama di
rumah pasien kerjanya menonton dan jalan-jalan
sendiri di sekitar rumahnya. Pasien tidak bergaul
dengan orang sekitarnya karena tidak diajak.

HETEROANAMNESA
Ny. S, 58 tahun (Ibu Pasien)
Ibu pasien mengutarakan bahwa anaknya
menderita gangguan jiwa yang dirasakan sejak
anaknya lulus STM tahun 2002. Saat itu ibunya
merasa bahwa anaknya sedang kerasukan jin,
kemudian pergi ke orang pintar. Dari orang pintar,
didapatkan penjelasan bahwa jin tersebut telah
masuk ke tubuh anaknya dan mengikat kepalanya
sehingga menjadi pusing dan membuat pasien
melakukan hal-hal yang tidak wajar. Ibu pasien
sudah sering sekali mendatangi orang pintar
tersebut tetapi tidak pernah membawa anaknya ikut
serta. Pasien diterapi dengan mengirimkan sinyalsinyal positif dari tempat tinggal orang pintar
tersebut. Orang pintar itu mengatakan bahwa dirinya

HETEROANAMNESA (2)
Pasien mulai dibawa ke IRD pada tanggal 25
April 2011 malam hari karena pasien sudah 3 hari
tidak tidur, seharian tidak makan, dan mandi
cepat sekali tidak pakai sabun semenjak 1 bulan
ini. Apabila tidak tidur pasien sering keluar rumah
tidak jelas tidur-tiduran di beranda rumahnya
maupun di rumah orang lain. Di IRD pasien
diberikan obat untuk pikirannya dan vitamin
(Fluoxetin 10mg 1-0-0, Merlopam 2mg 0-0-1 prn,
Cyproheptadin tab 2ddI). Pasien dianjurkan untuk
ke poli jiwa keesokan harinya. Saat ini pasien
sudah mau makan dan bisa tidur sepulangnya
dari IRD. Pasien juga patuh minum obatnya.

HETEROANAMNESA (3)
Menurut ibunya, pasien menjadi putus kuliah
karena sudah tidak kuat pikirannya (pasien tidak
lulus-lulus dari semester 6 selama 3 tahun).
Untuk biaya kuliah dan transport, ibunya merasa
masih sanggup membiayai kuliah putranya. Di
rumah pasien lebih sering diam menyendiri.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien mulai menderita gangguan jiwa sejak

tahun 2002 tetapi tidak diterapi oleh dokter


melainkan dibawa ke orang pintar hingga tahun
2011.
Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis,
kejang, atau benturan di kepala.

RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara.
Ayah
: Tn. L sudah meninggal sejak tahun
2002. Sifatnya
keras, sering menghukum
pasien apabila ada
kesalahan (pasien
disiram air bila tidak
melakukan
perintah ayahnya mencuci motor)
Ibu
: Ny. S, 58 tahun. Ibu bekerja
berwirausaha
membuka toko kue.
Sifatnya sabar, suka memasak
makanan kesukaan pasien.
Anak I
: Ny. R, 31 tahun. Sudah menikah
ikut dengan
suaminya (tidak tinggal
bersama pasien).
Anak II
: Ny. E, 30 tahun. Sifatnya baik dan

RIWAYAT KELAHIRAN
Lahir spontan pervaginam, cukup bulan, ditolong
bidan.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Sesuai dengan anak seusianya.
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pernah tidak naik kelas ketika kelas 1 SD satu kali,
setelahnya naik kelas terus hingga lulus STM
dengan prestasi biasa saja. Setelah lulus, kuliah di
jurusan hukum UNTAG tahun 2002-2009 hingga
semester 6.

RIWAYAT PEKERJAAN
Tidak bekerja

RIWAYAT PERKAWINAN
Belum menikah
RIWAYAT SOSIAL
Pasien orangnya pendiam, mudah bergaul, banyak
temannya. Pasien terbuka pada ibunya apabila ada
masalah. Hobinya bersepeda. Pasien biasanya sering
merokok tetapi akhir-akhir tidak dilakukan karena tidak
dikasi uang oleh ibunya untuk membeli.
RIWAYAT PENYALAHGUNAAN ZAT
Disangkal

FAKTOR PREMORBID
Pendiam, mudah bergaul dan terbuka

FAKTOR KETURUNAN
Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami
gangguan jiwa.
FAKTOR ORGANIK
Tidak didapatkan
FAKTOR PENCETUS
Tidak jelas

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNISTIK
Vital sign :
Tekanan darah
140/80 Nadi
88 x/menit
Respiratory rate 20 x/menit
Suhu
36,50 C
Kepala/leher
: Anemis (-), icterus (-), sianosis (-), dispnea (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Cor
S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo
vesikuler -/-, rhonki -/, wheezing -/Abdomen : bising usus (+) normal, distensi (-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas
: Akral HKM, tidak ada edema
STATUS NEUROLOGI
GCS 4-5-6, kaku kuduk (-), brudzinski (-)
Pupil
: Bulat isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Motorik : Dalam batas normal, kekuatan otot 5 di semua ekstremitas
Sensorik : Dalam batas normal
Reflek fisiologis
: BPR +2/+2 TPR +2/+2 KPR +2/+2 APR +2/+2
Reflek patologis
: Babinski -/- , chaddock -/-, hoffman -/-, tromner -/Tremor saat aktif/istirahat -/-

STATUS PSIKIATRIK
Kesan Umum

: Pasien laki-laki dewasa 27 tahun,


wajah tampak sesuai usia, kulit sawo matang,
rambut pendek bergelombang, tidak tersisir rapi,
perawakan tubuh sedang, tidak terlalu gemuk dan
tidak terlalu kurus, memakai kemeja lengan panjang
berwarna putih polos dan celana panjang kain
berwarna hitam, duduk dengan posisi mengusapngusapkan tangannya, mengedip-ngedipkan mata
sambil ketawa-ketawa kecil sekali-kali.
Kontak
: (+) verbal, lancar, tidak relevan.
Kesadaran
: Kompos mentis

STATUS PSIKIATRIK (2)


Orientasi Waktu : Baik
Orientasi Tempat: Baik
Orientasi Orang : Baik
Afek emosi

: Inadekuat

Proses berpikir
o Bentuk
o Arus
o Isi

: Non realistik
: Asosiasi longgar
: Pikiran tidak memadai.

Intelegensi

: Belum dievaluasi
Persepsi : Halusinasi pendengaran (+)
Psikomotor : Grimas (+), giggling (+), stereotipi (+)
Kemauan : Dalam batas normal

RESUME
Pasien Tn. A laki-laki dewasa 27 tahun wajah
sesuai usia, rambut pendek bergelombang, tidak
tersisir rapi duduk dengan posisi mengusapngusapkan tangannya, mengedip-ngedipkan mata.
Pasien merespon baik ketika bersalaman, dapat
menyebutkan nama, sedang ada dimana dan
diantar oleh siapa walaupun sambil diselingi tertawa
(kontak + verbal relevan, orientasi waktu - tempat orang baik, afek/mood inadekuat). Pasien tertawa
kecil karena merasa ada yang lucu di pikirannya
namun tidak dapat menceritakan apa yang lucu di
pikirannya. Pasien juga tidak dapat menjelaskan
kenapa mengusapkan tangan dan mengedipkan
matanya (psikomotor grimace, gigling, stereotipi).

RESUME (2)
Pasien mengutarakan kedatangannya ke dokter untuk
mengobati pusingnya sementara ibunya tersenyum sambil
membisikkan bahwa pasien sedang mengalami gangguan
jiwa karena di rumah pasien sering diam, membuangbuang barang, menonjok tembok-lemari, suka mengguting
bajunya sendiri, marah-marah tanpa sebab, bicara dan
ketawa sendiri sejak anaknya lulus STM tahun 2002 (isi
pikiran tidak memadai). Pasien membuang-buang barang
karena menurutnya setelah barang tersebut rusak pasien
dapat membetulkannya kembali bagaimanapun caranya
(bentuk pikiran non realistik). Menurutnya dengan
menggunting bajunya, bajunya bisa digambar, bisa
ditempel, dan diwarnai juga (arus pikir asosiasi longgar).
Ketika ditanyakan apakah pasien mendengar suara-suara
pasien mengiyakan (halusinasi pendengaran +) dan
mengatakan bahwa suaranya sangat keras sehingga isi
telinganya bisa pecah dan membuatnya pusing (isi pikiran

RESUME (3)
Pasien mulai dirasakan mengalami gangguan
jiwa sejak lulus STM penerbangan tahun 2002
namun pasien tidak dibawa ke dokter melainkan ke
orang pintar hingga tahun 2011. Dari riwayat penyakit
keluarga tidak didapatkan kelainan (tidak ada faktor
keturunan). Dari pemeriksaan status internistik dan
status neurologis juga tidak ditemukan kelainan (tidak
ada faktor organik). Dari riwayat kelahiran, tumbuh
kembang pasien dalam batas normal. Pasien belum
bekerja dan belum menikah. Dari riwayat pendidikan
pasien berhenti kuliah hingga semester 6 karena
tidak lulus selama 3 tahun (masalah pendidikan). Dari
riwayat sosial pasien orangnya pendiam, mudah
bergaul, dan terbuka (faktor premorbid). Riwayat

DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I

(F20.10)
Axis II
Axis III
Axis IV
Axis V

: Skizofrenia Hebefrenik berkelanjutan

: Pendiam, terbuka, mudah bergaul


: Tidak didapatkan
: Masalah dengan pendidikan
: GAF scale saat pemeriksaan 55
GAF scale satu tahun terakhir 60

TATA LAKSANA
Somatoterapi
Haloperidol 5mg tab 2dd 1
Trihexyphenydil 5mg 2dd pro renata
Psikoterapi
Dilakukan psikoventilasi, persuasi, sugesti,
desensitisasi, latihan kerja agar dapat
meningkatkan insight pasien.

TATA LAKSANA (2)


Sosioterapi/keluarga :
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit

yang diderita pasien agar keluarga dapat memahami


keadaan pasien dan menerima pasien apa adanya.
Mengarahkan keluarga untuk menciptakan suasana
yang mendukung dalam menyembuhkan pasien,
misalnya meningkatkan kualitas hidup pasien,
mencegah kekambuhan, dan memberi kesibukan.
Keluarga pasien diinformasikan cara merawat dan
memperlakukan pasien dengan benar, karena pasien
gangguan jiwa memerlukan perhatian khusus.
Membimbing keluarga pasien agar memotivasi pasien
demi kesembuhannya dan mendukung dalam hal
terapi, antara lain dengan cara mengingatkan,
menemani dan mengawasi pasien untuk kontrol rutin
dan minum obat dengan benar dan teratur.

MONITORING
Keluhan, efek samping obat dan evaluasi gejala penyakit

PROGNOSIS
Diagnosa

: Skizofrenia herbefrenik berkelanjutan

(buruk)
Onset umur
: Muda
(buruk)
Perjalanan penyakit
: Kronis (buruk)
Faktor genetik
: Tidak ada (buruk)
Pendidikan
: Tamat STM
(baik)
Dukungan keluarga
: Baik
(baik)
Faktor pencetus : Tidak jelas (buruk)
Status
: Belum menikah (buruk)
Penyakit organik yang mendasari : Tidak ada
(buruk)
Kepatuhan minum obat
: Patuh (baik)
Kesimpulan
:
Prognosis pasien adalah dubius at malam (mengarah ke
buruk).

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai