Oleh :
Yuyus Kardiman
r
irinya partai yang beraka
Herbert Fieth (1995): berd
• Berkembangnya
a bukan hanya
pada filosofi yang berbed pemikiran humanism
en gakibat kan ko nplik partai, tetapi sesungguhnya Fenomena
kantianisme dalam
m perkembangan ilmiah
ng begitu tajam.
terjadi konplik ideology ya Pancasila
• Demokrasi sekulerism
• Radikalisme
agama/teroris
Fenomena sosial • intoleransi
Tidak ada
politik
• Pornografi/pornoaksi hubungan
• LGBT, dll antar sila
Mu
n
mu culny
s
LGB lim te a stigm
asa T, por roris a Islam
si nog
rafi aga
/po ma
rno terr
aks oris
i ad t,
al ah
h ak
Naskah Persiapan
UUD 1945,
M. Yamin , 1959 Kajian Historis
Analisis Risalah BPUPKI-
PPKI, Setneg RI
konten 1995
Lahirnya UUD
1945, RM. AB
Kusuma, 2009
Faham Integralistik
Ketidak-otentikan Naskah
Hasil Kajian Historis
Perancang pertama UUD 1945
Persiapan UUD 1945
Lahirnya Pancasila
• Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, yang di susun oleh Muhammad Yamin, yang pernah di
nyatakan sebagai “Sumber primer” oleh pemerintahan Orde Baru, tetapi ditolak oleh “Panitia Lima”
(Dr. M. Hatta, Mr. A. Subardjo, Mr. A.A. Maramis, Prof. Mr. A.G. Pringgadigdo, dan Prof. Mr. Soenario),
mereka menyatakan bahwa buku itu tidak otentik.
• Bukti-bukti bahwa “Naskah Persiapan” tidak otentik :
1. Ditemukannya kembali risalah BPUPKI-PPKI yang dipinjam Mr. M. Yamin dari Mr. Abdul Gafar
Pringgadigdo (Kepala Kantor Tata Usaha BPUPK, kemudian menjadi Sekretaris Negara Republik
Indonesia yang pertama) dan kemudian oleh Orde Baru “Risalah BPUPK-PPKI” tersebut dinyatakan
“hilang”.
2. Beberapa bagian dari “Naskah Persiapan” tidak otentik dapat dilihat di “Arsip Mr. Abdul Karim
Pringgadigdo” (Adik dari Abdul Gafar Pringgadigdo, seorang pegawai tinggi Gunseikan yang bertugas
mengikuti jalannya sidang BPUPK, kemudian menjadi diplomat Republik Indonesia yang berunding
di Huge Veluwe, Linggarjati, Renville dan Konferensi Meja Bundar, kemudian menjadi Direktur
Kabinet Presiden yang fungsinya mirip dengan Sekretariat Negara) yang dahulu tersimpan di berkas
“Algemeene Secretarie Nederlansch Indie No. 5645-5647”, Algemeen Rijks Archief (ARA), Den Haag
dan sekarang disimpan di “Arsip Nasional” Jakarta (Kusuma, 2009: vii).
Perancang Pertama UUD 1945
• Klaim M. Yamin bahwa beliau pada tanggal 29 Mei 1945 melampirkan Rancangan UUD 1945 yang mirip
dengan UUD 1945 seperti yang tercantum dalam Naskah Persiapan UUD 1945, halaman 721-728 adalah tidak
benar. Karena dalam buku ini, dimuat notulen Pidato M Yamin tanggal 29 Mei 1945 yang Tidak Mencatat
bahwa beliau telah melampirkan rancangan UUD. Bila M. Yamin sungguh-sungguh melampirkan rancangan
UUD, hal sepenting itu menurut Kusuma pasti dicatat oleh notulis.
• Bukti lain bahwa rancangan UUD 1945 bukan rancangan M. Yamin terlihat dari pidato M. Yamin tanggal 15 Juli
1945 yang mengkritik dengan sangat tajam rancangan UUD 1945 yang disusun oleh Soepomo dkk.
• Pada pemungutan suara tanggal 16 Juli 1945 M. Yamin tidak mau berdiri yang menyebabkan Dr. Radjiman
Wedyodiningrat mengartikan bahwa M. Yamin tidak menyetujui rancangan UUD 1945.
• Pada tanggal 18 Juli 1945 ketika Dr. Radjiman Wedyodiningrat membuat laporan bahwa Rancangan UUD
diterima oleh anggota BPUPK, kecuali oleh satu orang, tanpa menyebut namanya. Tentunya penulis berpikir
itu adalah M. Yamin.
• Abdul Gafar Pringgadigdo yang menyatakan bahwa ada seorang anggota yang tidak menyetujui rancangan
UUD, juga tanpa menyebut namanya.
• Kesaksian Ichibangasae Yosio menyatakan bahwa rancangan UUD 1945 adalah disusun oleh Soepomo dan
kawan-kawan, bukan M. Yamin (Kusuma, 2009: 11-12).
Pencetus Pertama Dasar Negara
• Menurut SNI, pada masa sidang pertama, yang mengemukakan “Dasar
Negara” ada tiga orang, yakni Mr. Muhammad Yamin, Prof. Mr. Supomo,
dan Ir. Sokarno.
• SNI VI menyatakan bahwa yang dianggap pertama kali mengetengahkan
rumusan dasar negara adalah Mr. Muhammad Yamin.
• Ada 33 (tiga puluh tiga) orang bukan 3 (tiga) orang yang mengemukakan
konsep “dasar negara” tetapi hanya Ir. Sukarno yang mengemukakannya
sebagai “Philosofische Grondslag”.
• Di dalam Naskah Persiapan UUD 1945, kita akan melihat bahwa M. Yamin
mencampuradukkan antara “dasar negara” dan “dasar” lainnya. Pimpinan
sidang BPUPK tanggal 29 Mei 1945, R.P. Suroso menegur M. Yamin sampai
4 (empat) kali karena hal tersebut di atas (Kusuma, 2009: 12).
Lahirnya Pancasila
• Pancasila sesungguhnya karakter bangsa Indonesia. Pancasila telah ada dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri sehingga menjadi
pandangan hidup masayarakat Indonesia saat itu. Sehingga secara sosiologis
Pancasila lahir sejak bangsa Indonesia ada.
• Tanggal 1 Juni 1945 pertama kalinya konsep 5 prinsip atau sila dasar negara yang
diberi istilah oleh Soekarno dengan “Pancasila”.
• Secara yuridis konstitusional, tentunya Pancasila ditetapkan sejak tanggal 18 Agustus
1945 sebagai dasar falsafah negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
• Jika hari ini Pemerintah Republik Indonesia menetapkan bahwa lahirnya Pancasila
adalah tanggal tanggal 1 Juni 1945, dan setiap tanggal tersebut bangsa Indonesia
merayakannya sebagai hari lahirnya Pancasila, maka rujukan yang kuat adalah karena
tanggal 1 Juni lahirnya ide dasar dari konsep dasar falsafah negara Indonesia
Merdeka sebagai sintesa Sukarno yang diberi istilah Pancasila.
Penggali Dasar Negara
30 Mei 1945:
• M. Hatta;
kita tidak akan mendirikan negara dengan dasar perpisahan antara
“agama” dan “negara”, melainkan kita akan mendirikan negara modern
diatas dasar perpisahan antara urusan “agama” dan urusan “negara”.
• A. Rachim Pratalykrama;
Dasar Negara: Persatuan rakyat sekokoh-kokohnya. Agama Islam 95% dari
pendudukan beragama dan kepala negara harus seorang muslim. Islam
sebagai agama negara dengan kemerdekaan seluas-luasnya bagi
penduduk untuk memeluk agama yang bukan Islam.
Tentang Ketuhanan YME
31 Mei 1945:
1. Abdul Kadir; Agama, jika Indonesia merdeka sudah terbentuk, tidak boleh tidak agama
Islam yang punya penganut banyak akan menjadi agama penting dengan sendirinya.
2. Soepomo: dalam negara persatuan Indonesia urusan negara harus dipisah dengan
urusan agama.
3. Ki Bagoes Hadikoesoemo, Negaa harus berdasarkan Islam
4. M. Yamin: tuisan steografnya diragukan keotentikannya.
1 Juni 1945:
• Soekarno: Ketuhanan berkebudayaan, sebagai penutup sila dalam Pancasila
10 dokumen/stenograf yang berbicara Ketuhanan
• 1. Sukarno
Nasionalis •
•
2. Supomo
3. M. Yamin
sekuler •
•
4. M. Hatta
5. Wiranataputra
• 1. Soesanto Tirtoprojo
Nasionalis •
•
2. Dasaad
3.A. Rachim Pratalykrama
Religius/Islam •
•
4. Ki Bagus Hadikusumo
5. Abdul Kadir
Kajian Filosofis Pancasila
Idealitas Pancasila
Ki Hajar Dewantara
….
Manusia Seutuhnya
(Mubiar Puwasasmita, 2015; Yudi Latif, 2018; Hayanul Haq, 2019, Yuyus Kardiman, 2020)
Pancasila merupakan karakter-akar budaya bangsa
Mubiar Purwasasmita;
Pancasila merupakan model ideal kemanusiaan
Hayanul Haq;
Nilai Pancasila merupakan kodrati manusia
Yudi Latief:
Pancasila lima unsur kodrat kemanusiaan
Pemikiran Sukarno
1 juni 1945, antar sila dalam Pancasila merupakan hubungan sequential, setara, namun saling melengkapi, tanggal
28 Juni 1958, pemikirannya berkembang, dimana Ketuhanan menjadi meja statis sekaligur leitstar dinamis utama
dalam Pancasila
1 Juni 1945
• Bukan saja bangsanya yang ber-Tuhan, tetapi setiap warga negara nya harus ber
Tuhan sesuai dengan Tuhan agamanya masing-masing (nilai tauhid), ber-Tuhan
dengan menyembah Tuhannya dengan leluasa, berTuhan secara
berkebudayaan, yakni menjalankan nilai-nilai Tuhan tanpa dibarengi “egoisme
agama”. berketuhanan yang berbudi pekerti luhur, yang hormat-menghormati
satu sama lain) (nilai Kemanusiaan)
26 Juni 1958
• Formula Ketuhanan Yang Maha Esa ini dapat diterima oleh semua golongan
agama di Indonesia. Kalau kita mengecualikan elemen agama ini, kita
membuang salah satu elemen yang bisa mempersatukan batin bangsa
Indonesia dengan cara yang semesra-mesranya. Kalau kita tidak memasukan sila
ini, kita kehilangan salah satu leitstar yang utama, sebab kepercayaan kepada
Tuhan ini, bahkan itulah yang menjadi leitstar kita yang utama.
Pemikiran Muhammad Hatta
Kemanusiaan
Ketuhanan YME
Tap MPR No. II Tahun 1978
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang
Ketuhanan Maha Esa
YME Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Tap MPR No. I Tahun 2003
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang
Ketuhanan Maha Esa
YME Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Garis-Garis Besar Haluan Ideologi
Pancasila
Ketuhanan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Tuhan dan menolak
paham anti Tuhan (atheism)
YME
Bangsa Indonesia mengamalkan ajaran agamanya secara
berkeadaban, saling menghormati satu sama lain.
Islam:
Gotong Royong Hablumminallah-Hablumminannas-
Hablumminal’alam