Anda di halaman 1dari 8

KISI KISI PANCASILA

TEORI

1. Kausa pancasila?

a. Asal mula langsung pancasila menurut Notonegoro


1) Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Bangsa indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai pancasila,sehingga pancasila
pada hakekatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur pancasila digali dari
bangsa indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat , kebudayaan serta nilai-
nilai yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa indonesia].
2) Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)
Bagaimana bentuk pancasila itu dirumuskan termuat dalam pembukaan UUD
1945. Asal mula benuk pancasila adalah Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta
beserta anggota BPUPKI membentuk dan merumuskan pancasila, dan
merumuskan pancasila serta memberi nama Dasar Negara Pancasila.
3) Asal Mula Karya (Kausa Efesien)
Kausa efesien atau asal mula karya yaitu asal mula yang menjadikan pancasila
dari dalam Dasar Negara menjadi dasar Negara yang sah.
4) Asal Mula Tujuan ( Kausa Finalis)
Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam sidang-sidang para pendiri bangsa ,
tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai Dasar Negara. Para pendiri bangsa juga
berfungsi sebagai kausa sambungan karena yang merumuskan Dasar Filsafat
Negara.
b. Asal mula langsung pancasila menurut Aristoteles
1) Kausa Materialis: asal mula berupa bahan, bahan dasar untuk membentuk suatu
pemerintahan yang baik adalah UUD 1945 dan Pancasila.
2) Kausa Finalis: asal mula berupa tujuan, untuk mensejahterakan dan kemakmuran
rakyat sesuai asas keadilan dan kemanusiaan.
3) Kausa Formalis: asal mula berupa bentuk, dibentuklah Undang-Undang/Aturan
Negara dibentuk dan sistem pemerintah demokrasi atau autoritarian.
4) Kausa Efesien: asal mula berupa karya yaitu suatu proses untuk mewujudkan
sesuatu hal yang nyata.

2. Pancasila sebagai pandangan hidup. Uraikanlah!


Pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) adalah pancasila sebagai
petunjuk/pedoman dalam kehidupan sehari-hari untuk mengatur kehidupan bernegara, berbangsa
Indonesia, seluruh perilaku dan sikap setiap individu harus dijiwai dengan nilai-nilai Pancasila.
3. Jelaskan pancasila bersifat hirarkis piramida!
Yaitu dalam Pancasila ini memiliki hubunga antar kelompok sila yang ada dalam pancasila
dan bersifat erat, hirarkis sendiri memiliki arti pengelompokkan/penggolongan. Sila pertama
menggambarkan bahwa Tuhan sebagai pencipta segala makhluk , Yang Maha Kuasa, Yang
Maha Esa, sekaligus dasar semua hal yang ada, sebagai pengkhusuan diikuti suatu himpunan
manusia yang saling menghargai, dan mencintai sesama manusia, sebagaimana pada sila ketiga
persatuan Indonesia manusia selalu hidup berkelompok, berserikat saling mengenal satu sama
lainnya.

4. Proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara!

a. Periode pengusulan Pancasila


Perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama
yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh
Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang.
Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang
Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di
Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang
pertama dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara. Menurut catatan sejarah,
diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan beberapa pembicara, yaitu Mr. Muh
Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, dan Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut
menyampaikan usulan tentang dasar negara menurut pandangannya masing-masing.
Meskipun demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat
persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap toleransi yang
berkembang di kalangan para pendiri negara seperti inilah yang seharusnya perlu
diwariskan kepada generasi berikut, termasuk kita.
Salah seorang pengusul calon dasar negara dalam sidang BPUPKI adalah Ir.
Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan
lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama
Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak
menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-
Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno
akhirnya juga menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.
Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian hari diterbitkan
oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul
Lahirnya Pancasila (1947). Perlu diketahui bahwa dari judul buku tersebut menimbulkan
kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu pihak, ketika Soekarno masih berkuasa,
terjadi semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai
hari lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul
upaya-upaya de-Soekarnoisasi oleh penguasa Orde Baru sehingga dikesankan seolah-
olah Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian dan perumusan Pancasila.
Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar filsafat
negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan kemudian dibentuk
panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yamin,
Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta) yang bertugas
menampung usul-usul seputar calon dasar negara. Kemudian, sidang pertama BPUPKI
(29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.

2. Periode Perumusan Pancasila


Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal Pembukaan Hukum Dasar yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan
Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal Pembukaan Hukum Dasar yang dijuluki Piagam Jakarta ini di
kemudian hari dijadikan Pembukaan UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-
sini. Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan
menurut skenario Jepang, secara tiba-tiba terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu
penyebab terjadinya perubahan peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap
Sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6
Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan
Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi: (1) pertengahan Agustus 1945
akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI), (2) panitia itu
rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus 1945, dan
(3) direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan. Esok paginya, 8 Agustus
1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal Terauchi (Penguasa Militer Jepang
di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu
bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk
segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan
maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon, ketiga tokoh
tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta,
Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo,
Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi,
Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T.
Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17). Jatuhnya Bom di Hiroshima
belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di
Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan kota tersebut sehingga
menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah,
memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.
Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas
pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia.
Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala
tentara Jepang masih ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula
dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin
nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang penting. Keputusan
politis penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan
mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.

3. Periode Pengesahan Pancasila


Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta,
dan Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke
Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah
dijanjikan. Namun, di luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah
kepada Sekutu tanpa syarat. Pada 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman
kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka disambut oleh para pemuda yang mendesak
agar kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan secepatnya karena mereka tanggap
terhadap perubahan situasi politik dunia pada masa itu. Para pemuda sudah mengetahui
bahwa Jepang menyerah kepada sekutu sehingga Jepang tidak memiliki kekuasaan secara
politis di wilayah pendudukan, termasuk Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu
menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok pemuda dengan Soekarno dan kawan-
kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke Rengas
Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu mengamankan), tindakan pemuda itu
berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang 16 Agustus
1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk., 1975: 26). Melalui jalan berliku,
akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks
kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari.
Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini digagas
dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan
Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan
pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama Piagam
Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik yang
berubah.

KASUS

1. 8 (Delapan) Permasalahan Pancasila

1. Masalah Kesadaran Perpajakan


Kesadaran perpajakan menjadi permasalahan utama bangsa, karena uang dari pajak
menjadi tulang punggung pembiayaan pembangunan. APBN 2016, sebesar 74,6 %
penerimaan negara berasal dari pajak. Masalah yang muncul adalah masih banyak Wajib
Pajak Perorangan maupun badan (lembaga/instansi/perusahaan/dan lain-lain) yang masih
belum sadar dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Laporan yang disampaikan masih
belum sesuai dengan harta dan penghasilan yang sebenarnya dimiliki, bahkan banyak
kekayaannya yang disembunyikan. Masih banyak warga negara yang belum terdaftar
sebagai Wajib Pajak, tidak membayar pajak tetapi ikut menikmati fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah.

2. Masalah Korupsi
Masalah korupsi sampai sekarang masih banyak terjadi, baik di pusat maupun di
daerah. Transparency Internasional (TI) merilis situasi korupsi di 188 negara untuk tahun
2015. Berdasarkan data dari TI tersebut, Indonesia masih menduduki peringkat 88 dalam
urutan negara paling korup di dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ditemukan
adanya perilaku pejabat publik yang kurang sesuai dengan standar nilai/moral Pancasila.
Agar perilaku koruptif tersebut ke depan dapat makin direduksi, maka mata kuliah
pendidikan Pancasila perlu diintensifkan di perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan
mahasiswa merupakan kelompok elit intelektual generasi muda calon-calon pejabat publik
di kemudian hari. Sebenarnya, perilaku koruptif ini hanya dilakukan oleh segelintir pejabat
publik saja. Tetapi seperti kata peribahasa, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Hal
inilah tantangan yang harus direspon bersama agar prinsip good governance dapat terwujud
dengan lebih baik di negara Indonesia.

3. Masalah Lingkungan
Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia. Namun dewasa ini, citra tersebut perlahan
mulai luntur seiring dengan banyaknya kasus pembakaran hutan, perambahan hutan menjadi
lahan pertanian, dan yang paling santer dibicarakan, yaitu beralihnya hutan Indonesia
menjadi perkebunan. Selain masalah hutan, masalah keseharian yang dihadapi masyarakat
Indonesia saat ini adalah sampah, pembangunan yang tidak memperhatikan ANDAL dan
AMDAL, polusi yang diakibatkan pabrik dan kendaraan yang semakin banyak. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan masih perlu
ditingkatkan. Peningkatan kesadaran lingkungan tersebut juga merupakan perhatian
pendidikan Pancasila.

4. Masalah Disintegrasi Bangsa


Demokratisasi mengalir dengan deras menyusul terjadinya reformasi di Indonesia.
Disamping menghasilkan perbaikan-perbaikan dalam tatanan Negara Republik Indonesia,
reformasi juga menghasilkan dampak negatif, antara lain terkikisnya rasa kesatuan dan
persatuan bangsa. Sebagai contoh acapkali mengemuka dalam wacana publik bahwa ada
segelintir elit politik di daerah yang memiliki pemahaman yang sempit tentang otonomi
daerah. Mereka terkadang memahami otonomi daerah sebagai bentuk keleluasaan
pemerintah daerah untuk membentuk kerajaan-kerajaan kecil. Implikasinya mereka
menghendaki daerahnya diistimewakan dengan berbagai alasan. Bukan itu saja, fenomena
primordialisme pun terkadang muncul dalam kehidupan masyarakat. Beberapa kali Anda
menyaksikan di berbagai media massa yang memberitakan elemen masyarakat tertentu
memaksakan kehendaknya dengan cara kekerasan kepada elemen masyarakat lainnya.
Berdasarkan laporan hasil survei Badan Pusat Statistik di 181 Kabupaten/Kota, 34 Provinsi
dengan melibatkan 12.056 responden sebanyak 89,4 % menyatakan penyebab permasalahan
dan konflik sosial yang terjadi tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengamalan
nilai-nilai Pancasila (Dailami, 2014:3).

5. Masalah Dekadensi Moral


Dewasa ini, fenomena materialisme, pragmatisme, dan hedonisme makin menggejala
dalam kehidupan bermasyarakat. Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan akhlak
masyarakat, khususnya generasi muda. Fenomena dekadensi moral tersebut terekspresikan
dan tersosialisasikan lewat tayangan berbagai media massa. Perhatikan tontonan-tontonan
yang disuguhkan dalam media siaran dewasa ini. Begitu banyak tontonan yang bukan hanya
mengajarkan kekerasan, melainkan juga perilaku tidak bermoral seperti pengkhianatan dan
perilaku pergaulan bebas. Bahkan, perilaku kekerasan juga acapkali disuguhkan dalam
sinetron-sinetron yang notabene menjadi tontonan keluarga. Sungguh ironis, tayangan yang
memperlihatkan perilaku kurang terpuji justru menjadi tontonan yang paling disenangi.
Hasilnya sudah dapat ditebak, perilaku menyimpang di kalangan remaja semakin
meningkat. Lantas, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mencegah makin
merosotnya moralitas masyarakat? Bagaimana caranya meningkatkan
kontrol sosial dalam masyarakat yang notabene semakin permisif? Apakah cukup memadai
apabila hanya dilakukan dengan cara meningkatkan pelaksanaan fungsi dan peran dari
lembaga sensor film dan Komisi Penyiaran Indonesia? Bukankah upaya mencegah
dekadensi moral tersebut juga merupakan tantangan bagi Anda?

6. Masalah Narkoba
Dilihat dari segi letak geografis, Indonesia merupakan negara yang strategis. Namun,
letak strategis tersebut tidak hanya memiliki dampak positif, tetapi juga memiliki dampak
negatif. Sebagai contoh, dampak negatif dari letak geografis, dilihat dari kacamata bandar
narkoba, Indonesia strategis dalam hal pemasaran obat-obatan terlarang. Tidak sedikit
bandar narkoba warga negara asing yang tertangkap membawa zat terlarang ke negeri ini.
Namun sayangnya, sanksi yang diberikan terkesan kurang tegas sehingga tidak
menimbulkan efek jera. Akibatnya, banyak generasi muda yang masa depannya suram
karena kecanduan narkoba. Berdasarkan data yang dirilis Kepolisian Republik Indonesia
(POLRI) tahun 2013, POLRI mengklaim telah menangani 32.470 kasus narkoba, baik
narkoba yang berjenis narkotika, narkoba berjenis psikotropika maupun narkoba jenis bahan
berbahaya lainnya. Angka ini meningkat sebanyak 5.909 kasus dari tahun sebelumnya.
Pasalnya, pada tahun 2012 lalu, kasus narkoba yang ditangani oleh POLRI hanya sebanyak
26.561 kasus narkoba Bukankah hal ini mengancam generasi penerus bangsa? Apakah Anda
tidak merasa prihatin terhadap peningkatan jumlah korban narkoba tersebut?

7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan


Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah mereformasi sistem hukum dan
sekaligus meningkatkan kualitas penegakan hukum. Memang banyak faktor yang
berpengaruh terhadap efektivitas penegakan hukum, tetapi faktor dominan dalam penegakan
hukum adalah faktor manusianya. Konkretnya penegakan hukum ditentukan oleh kesadaran
hukum masyarakat dan profesionalitas aparatur penegak hukum. Inilah salah satu urgensi
mata kuliah pendidikan Pancasila, yaitu meningkatkan kesadaran hukum para mahasiswa
sebagai calon pemimpin bangsa.

8. Masalah Terorisme
Salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah terorisme. Asal mula
dari kelompok terorisme itu sendiri tidak begitu jelas di Indonesia. Namun, faktanya
terdapat beberapa kelompok teroris yang sudah ditangkap dan dipenjarakan berdasarkan
hukum yang berlaku. Para teroris tersebut melakukan kekerasan kepada orang lain dengan
melawan hukum dan mengatasnamakan agama. Mengapa mereka mudah terpengaruh
paham ekstrim tersebut? Sejumlah tokoh berasumsi bahwa lahirnya terorisme disebabkan
oleh himpitan ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, pemahaman keagamaan yang kurang
komprehensif terkadang membuat mereka mudah dipengaruhi oleh keyakinan ekstrim
tersebut. Agama yang sejatinya menuntun manusia berperilaku santun dan penuh kasih
sayang, di tangan teroris, agama mengejawantah menjadi keyakinan yang bengis tanpa belas
kasihan terhadap sesama. Dengan melihat permasalahan tersebut, tentu Anda mengerutkan
dahi dan bertanya, apakah ada hal-hal positif yang dapat meningkatkan kebanggaan Anda
sebagai bagian dari bangsa ini? Sudah barang tentu, hal-hal positif masih lebih banyak
dibandingkan dengan hal-hal negatif di negara Indonesia. Agar tidak tertarik dan cenderung
subjektif, hanya memperhatikan hal-hal yang kurang baik dari bangsa ini, silakan Anda cari
tokoh-tokoh yang menginspirasi dalam melawan/mengatasi masalah-masalah tersebut!

Anda mungkin juga menyukai