Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Kelompok 3 : - Aditya Nugraha - SF20001

- Qanita Istiqamah - SF20082

- Tasya Bagja Sutrisno – SF20139

- Zaudiya Alya Rizki Akhmadi – SF20115

Dosen Pengampu : Abdurrahman, M.pd.


PEMBAHASAN

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa


Indonesia.

1. Periode Pengusulan Pancasila


Periode pengusulan pancasila adalah cikal bakal munculnya ideologi bangsa itu diawali
dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan bangsa
Indonesia. Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar
Pabottinggi dalam artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai Modal Rasionalitas Politik,
menengarai bahwa benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpunan
Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpunan  Indonesia
menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan.
Kemudian, disusul lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan momen-momen
perumusan diri bagi bangsa Indonesia.
Semuanya itu merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki tokoh-tokoh pergerakan
sehingga sidang-sidang maraton BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda, tidak sedikitpun
ada intervensi dari pihak penjajah Jepang. Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil,
bukan hanya atas dasar konstituensi, melainkan juga atas dasar integritas dan rekam jejak di
dalam konstituensi masing-masing. Oleh karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa diktum John
Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang keniscayaan mengumpulkan the best minds atau the
best character yang dimiliki suatu bangsa, terutama di saat bangsa tersebut hendak
membicarakan masalah-masalah kenegaraan tertinggi, sudah terpenuhi.
Dengan demikian, Pancasila tidaklah sakti dalam pengertian mitologis, melainkan sakti
dalam pengertian berhasil memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan esensial sekaligus.
(Pabottinggi, 2006: 158-159). Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap
dan penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah bangsa Indonesia
hingga sampai kepada masa sekarang ini.
Perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang
dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah
Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai
oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua),
yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen
Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelah
dilantik, 29 Mei 1945 dimulailah sidang yang pertama dengan materi pokok pembicaraan calon
dasar negara.
    Menurut catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan beberapa
pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Soepomo. Keempat
tokoh tersebut menyampaikan usulan tentang dasar negara menurut pandangannya masing-
masing. Meskipun demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat
persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap toleransi yang berkembang
di kalangan para pendiri negara seperti inilah yang seharusnya perlu diwariskan kepada generasi
berikut, termasuk kita.
Sebagaimana Anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar negara
dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945.
Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar
negara sebagai berikut:

a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia


b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan yang berkebudayaan

Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama Pancasila.
Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka
5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2)
Sosio-Demokrasi, dan (3)Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan
angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.

2. Periode Perumusan Pancasila

Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 – 16 Juli
1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila
sebagai berikut.

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudian
hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-sini. Peristiwa itu
ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah
peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan
maklumat yang berisi:

(1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
(PPKI),
(2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus 1945,
(3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.

Esok paginya, 8 Agustus 1945, Soekarno, Moh.Hatta, dan Radjiman dipanggil Jenderal
Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon,
Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan
oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon, ketiga
tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta,
Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo,
Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang,
Latuharhary, I Gede Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono
Kartodirdjo, dkk., 1975: 16–17). Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk,
Amerika dan sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang
meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan
yang semakin melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada
14 Agustus 1945. Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah
bekas pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia.
Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala tentara
Jepang masih ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan. Kekosongan kekuasaan
ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula dibentuk Jepang karena
Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin nasional pada waktu itu segera
mengambil keputusan politis yang penting. Keputusan politis penting itu berupa melepaskan diri
dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa
Indonesia.

3. Pengesahan pancasila
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang
ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta
lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara Indonesia
dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum
sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk
mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo,
Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu
membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari
Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam
akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang tidak
terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh
yang sepakat menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.” Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum sidang agar
permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu maka segera saja sidang pertama
PPKI dibuka.
1. keputusan:
1) Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945
2) Memilih presiden dan wakil presiden (Sukarno dan Moh. Hatta)
3) Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.
5. Fungsi pokok pancasila sebagai dasar Negara dan ideology Negara.
B. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Kata identitas memiliki arti sebagai ciri-ciri atau jati diri dari seseorang, kelompok atau
sesuatu yang dapat membuatnya berbeda dengan yang lain. Kata nasional disini lebih tertuju
pada konsep kebangsaan, dan juga merujuk pada kelompok yang terikat oleh kesamaan ras,
agama, budaya, Bahasa, dan lain-lain. Secara garis besar identitas nasional adalah sesuatu yang
dibentuk dan disepakati dengan dimusyawarahkan secara mufakat yang nantinya dapat
membedakan negara satu dengan negara lainnya.
Pancasila sebagai identitas nasional, yaitu sebagai kepribadian bangsa yang dapat
mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan sesuai relnya tetapi tidak melawan arus
globalisasi, melainkan bangsa menjadi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi
tantangan dan juga peluang yang ada. Alasan Pancasila sebagai identitas nasional karena bangsa
Indonesia salah satu dari masyarakat internasional yang punya sejarah dan prinsip yang berbeda
dengan bangsa-bangsa di dunia. Prinsip dasar filsafat dijadikan sebagai asas filsafat hidup
berbangsa dan bernegara yang berupa Pancasila. Jadi, dapat dikatakan Pancasila sebagai dasar
filsafat bangsa dan negara Indonesia yang bersumber pada nilai budaya dan agama yang dimiliki
oleh Indonesia sebagai kepribadian atau identitas bangsa. Selain itu, Pancasila sebagai dasar
hokum dan juga pandang hidup bangsa. 
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah perwujudan dari nilai-nilai


budaya bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan kebenarannya. Sebelum
ditetapkannya Pancasila sebagai dasar yang sah, Indonesia memang sudah sejak dahulu
menganut nilai-nilai budaya luhur yang telah tercipta di tengah-tengah masyarakat nenek
moyang Indonesia. Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri yang sudah ada,
tumbuh, dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, Pancasila adalah pribadi
bangsa Indonesia itu sendiri yang hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak keberadaanya
sebagai sebuah bangsa. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-
istiadat, kebudayaan, dan agama-agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila
sebagai kepribadian bangsa Indonesia juga mencerminkan jiwa sekaligus pandangan hidup
rakyat Indonesia.

3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup.Tanpa memilih pandangan
hidup suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan yang timbul
baik persoalan dari masyarakat sendiri ataupun persoalan dunia.

Menurut pahmo wadjono: "Pandangan hidup adalah sebagai suatu prinsip atau asas
yang mendasari segala jawaban terhadap pertanyaan dasar, untuk apa seseorang
hidup."Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sering disebut juga "Way of Life", pedoman
hidup, pegangan hidup, atau petunjuk hidup. Lanjut pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
digunakan sebagai petunjuk kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap
ataupun perilaku haruslah selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur pancasila.Hal ini sangat penting
karena dengan menerapkan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari maka tata
kehidupan yang harmonis di antara masyarakat Indonesia akan terwujud. Tetapi untuk
mewujudkan kehidupan yang harmonis masyarakat Indonesia tidak bisa hidup sendiri, mereka
harus tetap mengadakan hubungan dengan masyarakat lain.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya mnerupakan perwujudan dari


nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebenaran dan
kebaikannya.Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri dari yang sudah ada, tumbuh, dan
berkembang berabad-abad lamanya. Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa

Pancasila merupakan ideologi dasar bagi Negara Indonesia, yang berasal dari ajaran
Budha dalam kitab tripitaka:Panca yang berarti lima dan syila yang berarti dasar. Jadi secara
leksikal pancasila bermakna lima aturan tingkah laku yang penting.
Pancasila dicetuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia agar kita mempunyai pondasi
yang kuat, yang artinya pancasila memiliki dasar atau pondasi dalam bernegara dan tidak mudah
dipengaruhi dan dijajah oleh bangsa lain.
Dasar Negara Indonesia dilambangkan dengan burung garuda, burung garuda memiliki
makna yaitu jumlah bulu pada Garuda melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan
Indonesia, 17 bulu pada masing-masing Sayap, 8 bulu ekor, 19 bulu pangkal ekor, dan 45 bulu
leher, semuanya melambangkan 17-8-1945;17 Agustus 1945.
Fakta bahwa pancasila sebagai Living Reality dikarenakan Indonesia merupakan Negara
yang memiliki keberagaman yang terdiri dari Ras, Suka, Agama, Budaya yang sudah ditetapkan
di lima dasar yang disebut dengan pancasila. Contoh nyatanya biasa kita jumpai misalnya di
Jawa, nilai pancasila melekat pada konsep Tepo Seliro, Gotong Royong dan Sepi Ing Pamrih
Rame Ing Gawe. Pada masyarakat Batak, kita menjumpai nilai pancasila hidup dalam Sangon
Siala Sampagul Rap Tuginjang Rap Tu Roru yang merupakan konsep local mengenai persatuan
dan kesatuan.
Berdasarkan contoh tersebut jelas bahwa bangsa Indonesia tidak perlu diragukan lagi
tentang kebenaran pancasila sebagai Living Reality. Pancasila memiliki keberagaman yang
menjunjung tinggi persatuan dengan cara melindungi keadila bagi seluruh warga Indonesia
sehingga terciptanya kehidupan yang berdaulat, adil, dan makmur.
Pada tanggal 1 Oktober Indonesia memperingati hari kesaktian pancasila, karena salah
satu momen melepaskan Negara Indonesia dari sejarah yang kelam salah satunya G30S/PKI
yang terjadinya karena adanya pemberontakan sehingga menewaskan para Jendral terbaik
Indonesia. Momentum peringatan hari kesaktian pancasila menjadi salah satu saat yang tepat
bagi generasi muda untuk menanamkan nilai-nilai moral mulai dari diri sendiri. Sedangkan, pada
tanggal 1 Juni merupakan hari lahir pancasila dimana Ir.Soekarno menyampaikan pidatonya
secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan ketua
BPUPKI.
Pancasila adalah pondasi Negara Indonesia. Apa jadinya jika sebuah Negara tidak
memiliki pondasi? Pasti Negara tersebut tidak adanya keadilan, kesatuan, maka Negara tersebut
perlahan-lahan akan runtuh. Pancasila memiliki fungsi penting yaitu menjadi penentu arah dan
cita-cita bangsa. Sebagai warna Negara Indonesia harus menjunjung tinggi nila-nilai pancasila,
jika semua dapat melaksanakan sesuai prosedur maka cita-cita luhur tersebut akan terwujud.
Jika nilai-nilai pancasila terwujudnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, maka nilai-nilai pancasila telah diyakini kebenaranya oleh bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, setiap warga Negara Indonesia sudah seharusnya memili pola pikir, sikap, dan
perilaku yang mana menjujung tinggi nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa dan setiap warga
Negara diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap dalam memeluk salah satu
agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia.

5. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur

Pancasila dikatakan sebagai perjanjian luhur bangsa karena Pancasila digali dari sosio-
budaya bangsa Indonesia sendiri, disepakati bersama oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai milik
bangsa yang harus diamalkan serta dilestarikan.
Keragaman budaya bangsa Indonesia inilah yang mengangkat bahwa pancasila sebagai
perjanjian luhur dimana pada saat para proklamator kemerdekaan kita memutuskan untuk
menjadikan pancasila sebagai dasar negara disana tercantum suatu perjanjian yang menyangkup
seluruh rakyat Indonesia. Sebagaimana yang telah tertera ada butir sila pertama menyebutkan
bahwa “ketuhanan yang maha esa”. Keragaman agama yang ada di NKRI inilah yang membuat
butir 1 pada pancasila tersebut berbunyi ketuhanan yang maha esa.
Pada mulanya butir pertama pada pancasila mengandung unsur 1 agama (menjerus pada
agama islam) yang menyebut atas rahmat ALLAH, namun setelah terjadi pembahasan lebih
dalam akhirnya tercetuslah ketuhanan yang maha esa sebagai sila yang pertama. Selain
keragaman agama yang ada di Indonesia keragaman budaya juga menjadi tolah ukur mengapa
pancasila disebut sebagai perjanjian luhur bangsa. Karena keragaman suku bangsa dan agama
bangsa Indonesia menyatakan bahwa mereka bersatu atas nama bangsa Indonesia, yang
menjadikan pancasila sebagai perjanjian yang menyangkut seluruh rakyat Indonesia Itulah alasan
mengapa pancasila di katakan sebagai perjanjian luhur, karena pancasila terbentuk atas dasar
bangsa Indonesia dan menyangkut seluruh bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai