Dalam Islam terdapat beberapa sumber hukum yakni AL-Qur’an , As-Sunnah, Ijmak, dan
Qiyas . Urutan prioritas pengambilan sumber hukum dalam Islam antara lain Al- Qur’an menjadi
rujukan pertama dalam suatu kejadian yang memerlukan ketetapan hukum , kemudian apabila
ketetapan hukum tidak ditemukan dalam Al-Qur’an barulah beralih meneliti As-Sunnah. Apabila
tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah barulah diperbolehkan merujuk pada putusan
dari para ulama ( mujtahid ) yang menjadi Ijmak atau kesepakatan bersama dari masa ke masa.
Sekiranya tidak ditemukan dalam Ijmak maka ditempuhlah Qiyas.
AL – QURAN
Al-Quran adalah kalam Allah (Kalamullah – QS 53:4) , sebagai mukjizat yang di turunkan
kepada nabi muhammad SAW melalui malaikat jibril a.s untuk digunakan sebagai pedoman hidup
manusia untuk kebahagiaan dunia akhirat. Kalam adalah sarana untuk menerangkan sesuatu
berupa ilmu pengetahuan, nasihat , atau berbagai kehendak lalu memberitahukan perkara itu
kepada orang lain.
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur angsur selama 23 tahun Sebagian Al-Qur’an
diturunkan di mekah, dan sebagian lainnya turun dikota madinah. Ayat yang diturunkan di mekah
(Makkiyah) sebagian besar menerangkan tentang Akidah Islamiyah (keesaan Tuhan) , keimanan
terhadap para malaikat, para nabi dan hari akhir. Sedangkan ayat yang turun di Madinah
mengandung hukum fiqih,aturan pemerintahan,aturan keluarga serta aturan tentang hubungan
antara orang-orang muslim dna non muslim dalam menyangkut perjanjian dan perdamaian.
Mukjizat Al-Quran
1. Keindahan seni bahasa Al-Quran (balaghah) tidak hanya diakui oleh kalangan sastrawan tetapi
juga oleh para ahli yang pernah mendalami dan mengkaji ilmu bayan dalam bahasa Arab.
2. Keberadaan pemberitaan Al-Quran tentang keadaan yang terjadi pada abad-abad yang silam
yang semuanya benar ,sesuai kebenaran rasional.
Fungsi Al-Quran
1. Al- Qur’an sebagai pedoman hidup ( QS 45:20 ). Al-Qur’an adalah kitab lengkap sebagai
pedoman hidup manusia yang mencangkup informasi tentang Allah SWT, alam dan manusia,
ketentuan syariah yang berkaitan tentang kehidupan, serta renungan dan pelajaran atau kisah
atau peruistiwa sejarah
2. Al-Quran sebagai rahmat bagi alam semesta ( QS 10:57, dan QS 17:82)
3. Al-Quran sebagai cahaya petunjuk ( QS 42:52 dan QS 2:2-185 ). Allah menjadikan Al-Quran
sebagai cahaya , dan dengan cahaya(nur) itu Allah memberikan petunjuk kepada siapa-siapa
yang dikehendakinya
4. Al-Quran sebagai Peringatan,memberikan peringatan kepada manusia karena manusia yang
peluapa dalam berbagai hal
5. Al-Quran sebagai penerang dan pembeda . Misalnya pembeda antara baik dan buruk
6. Al-Quran sebagai pelajaran . Al-quran digunakan manusia agar senantiasa berada pada jalur
yang benar terkait dengan tujuan penciptanya.
7. Al-Qur’an sebagai sumber ilmu , karena banyak ayat yang mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan yang dapat dijangkau oleh pemikiran manusia.
8. Al-Quran sebagai hukum, menjelasakan hukum-hukum syariah untuk kemaslahatan
(kebaikan) hidup manusia
9. Al-Quran sebagai obat penyakit jiwa, berfungsi sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit
yang ada didalam hati manusia seperti syirik,sombong ,dll
10. Al-Quran sebagai pemberi kabar gembira, Al-Quran menceritakan kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman
AS-SUNAH
As-Sunah ialah ucapan, perbuatan, serta ketetapan-ketetapan nabi Muhammad SAW yang
merupakan sumber hukum Islam kedua setelah AL-Quran.
Dalam banyak hal, Al-Qur’an baru menjelaskan prinsip-prinsip umum yang bersifat global dan
universal. Oleh karena itu, salah satu fungsi As-Sunah adalah untuk menjelasakan dan
menguraikan secara lebih terinci prinsip-prinsip yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dengan
contoh-contoh aplikatif. Selain itu, As-Sunah bisa juga membatasi ketentuan Al-Qur’an yang
bersifat umum, dan bahkan bisa menetapkan hukum yang tidak ada dalam Al-Qur’an.
Salah satu contoh ucapan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sumber hukum Islam adalah
sabda beliau yang memerintahkan untuk muali puasa Ramadhan ketika masuk tanggal satu
ramadhan dan berhenti puasa (berbuka/lebaran) karena melihat tanggal 1 Syawal.
Contoh hukum Islam yang merujuk kepada perbuatan nabi Muhammad SAW adalah praktik
shalat dan haji sebagaimana dicontohkan oleh beliau. Dihadapan para sahabat, rasul menyatakan
“ Lakukanlah shalat persisi sebagaimana kalian melihatkau mengerjakan shalat”.
Contoh ketetapan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sumber hukum Islam adalah
pembenaran oleh Rasul terhadap tindakan salah seorang sahabat yang bertayamum, karena tidak
menemukan air untuk mengerjakan shalat kemudian menemukannya setelah shalat.
Berbeda dengan Al-Qur’an yang telah ditulis pada masa Nabi, hadits lebih banyak dihafal
dari pada ditulis. Bahkan pada awalnya, Rasul melarang para sahabat untuk mecatat hadits, karena
khawatir tercampur dengan Al-Qur’an. Izin penulisan hadits diberikan kepada sahabat tertentu
seperti Abdullah bin Amr. Rasul juga meminta orang yang mendengarkan hadits untuk
menyampaikan dengan teliti dan jujur kepada orang lain.
Barang siapa menaati Rasul, maka sesungguhnya dia telah menaati Allah SWT. Dan barang
siapa berpaling (dari ketaatan itu) maka (ketahuilah) Kami tidak mengutus (Muhammad) untuk
menjadi pemelihara mereka . (QS 4:80)
IJMAK
Ijmak adalah kesepakatan para mujtahid dalam suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW,
terhadap hukum syara’ yang bersifat praktis (a’maly), dna merupakan sumber hukum Islam ketiga
setelah Al-Qur’an dan As-Sunah. Dalil yang menjadi dasar Ijmak adalah sabda Rasulullah SAW
yang berbunyi :
“Apa yang dipandang oleh kaum muslimin baik, maka menurut pandangan Allah SWT juga baik”.
“Ingatlah, barang siapa yang ingin menempati syurga, maka bergabunglah (ikutilah) jama’ah.
Karena syaithan adalah bersama orang-orang yang menyendiri. Ia akan lebih jauh dari dua orang,
daripada dari seseorang yang menyendiri.” (HR. Umar bin Khattab)
Tingkatan Ijmak
Menurut Imam Syafi’I tingkatan ijmak adalah sebagai berikut :
1. Ijmak sharih ialah jika engkau atau salah seorang ulama mengatakan hukum ini telah
disepakati , maka niscaya setiap ulama yang engkau temui juga mengatakan seperti apa yang
engkau katakan.
2. Ijmak Sukuti ialah suatu pendapat yang dikemukakan oleh seorang mujtahid, kemudian
pendapat tersebut telah diketahui oleh para mujtahid di atas, akan tetapi tidak ada seorang
pun yang mengingkarinya.
3. Ijmak pada permasalahan pokok, jika para ahli fikih (fuqaha) yang hidup dalam satu masa
(generasi) berbeda dalam berbagai pendapat, akan tetapi bersepakat dalam hukum yang
pokok, maka seseorang tidak boleh mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan
pendapat-pendapat mereka.
Terjadinya Ijmak
Faktor-faktor yang harus terpenuhi sehingga Ijmak dapat dijadikan sebagai dasar hukum
adalah sebagai berikut:
1. Pada masa terjadinya peristiwa itu harus ada beberapa orang mujtahid
2. Kesepakatan itu haruslah kesepakatan yang bulat
3. Seluruh mujtahid menyetujui hukum syara’ yang telah mereka putuskan itu dengan tidak
memandang negara, kebangsaan dan golongan mereka.
4. Kesepakatan itu diterapkan secara tegas terhadap peristiwa tersebut baik lewat perkataan
maupun perbuatan.
QIYAS
Qiyas menurut bahasa ialah pengukuran sesuatu dengan yang lainnya atau penyamaan
sesuatu dengan sejenisnya. Sedangkan menurut terminologi, definisi qiyas secara umum adalah
suatu proses penyingkapan kesamaan hukum suatu kasus yang tidak disebutkan dalam suatu nash
baik di Al-Qur’an dan As-Sunah dengan suatu hukum yang disebutkan dalam nash karena ada
kesamaan dalam
Qiyas dapat dianggap sebagai sumber hukum, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Sepanjang mengacu dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunah, qiyas
diperlukan karena nash-nash dalam Al-Qur’an dan As-Sunah itu universal dan global.
Sedangkan kejadian-kejadian pada manusia itu berkembang terus. Oleh karena itu, tidak
mungkin nash-nash (teks dalam Al-Qur’an) yang universal itu dijadikan sebagai satu-satunya
sumber hukum terhadap kejadian-kejadian yang berkembang mengikuti zaman.
2. Qiyas juga sesuai dengan logika yang sehat. Misalnya, orang Islam meminum minuman yang
memabukkan. Sangatlah masuk akal, bila setiap menuman memabukkan yang diqiyaskan
dengan minuman tersebut, menjadi haram hukumnya.
BAB 5
SEJARAH DAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SYARIAH
SEJARAH AKUNTANSI
Akutansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia. Dari sejak jaman prasejarah,
keluurga memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan pakaian yang harus
meereka persiapakan dan mereka gunakan pada saat musim dingin.
Walupun akutansi sudah ada sejak zaman prasejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca
Paciolli sebagai bapak akutansi moderen. Paciolli, seorang ilmuan dan pengajar di beberapa
universitas yang lahir di tuscany- Italia paa tahun 1445, merupakan orang yang di anggap
menemukan persamaan akutansi untuk pertama kali padatahun 1494 dengan bukunya : Summa de
arithmetica geometria et proportionalita (A Review of arithmetica, geometry and proportions),
dalam buku tersebut, beliau menerangkan mengenai double entry book keeping sebagai dasar
perhitungan akuntansi modern, bahkan juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita
kenal saat ini seperti penggunaan jurnal, buku besar (ledger) dan memoradung.
Sebenarnya, Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book keeping
system, mengingat sistem tersebut telah di lakukan sejak adanya perdagangan antara fenice dan
genoa pada awal abat ke-13 M setelah terbukanya jalur perdagangan antara timur tengah dan
kawasan mediterania. Bahkan, pada tahun 1340 bendahara kota massri telah melakukan pencatatan
dalam bentuk double entry.
Dalam buku Accounting Theory yang ditulis oleh Hendriksen menjelaskan
“penemuan angka arab sangat membantu perkembangan akuntansi” .Kutipan ini menandai
anggapan bahwa sumbangan arab terhadap perkembangan disiplin akuntansi sangat besar.
Pencatatan dalam negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib diikuti, serta pihak
yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas dan menemukan surplus dan
defisit atas pencatatan yang tidak seimbang.. Prosedur yang harus dilakukan adalah :
1. Transaksi harus dicatat setelah terjadi.
2. Transaksi harus dikelompokkan menurut jenisnya (nature).
3. Penerimaan akan dicatat disebelah kanan dan pengeluaran dicatat disebelah kiri. Sumber-
sumber penerimaan harus dicatat dan dijelaskan
4. Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai disisi kiri halaman.
5. Pencatatan transaksi harus dicacat dengan sangat hati-hati.
6. Tidak diberikan jarak penulisan disisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup (attarkeen).
7. Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau menulis
ulang. Jika Al kateb melakukan kesalahan maka harus mengganti.
8. Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda akan hal tersebut.
9. Seluruh transaksi yang dicatat dibuku journal (Al Jaridah) akan dipindahkan pada buku khusus
berdasarkan pengelompokan transaksi.
10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang yang
melakukan pencatatan harian.
11. Saldo (disebut al haseel) diperoleh dari selisih.
12. Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus cukup detail dan memuat
informasi yang penting.
13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh al kateb harus menjelaskan seluruh
informasi secara detail barang dan dana yang berada dibawah wewenangnya.
14. Laporan tahunan yang disusun al kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dan akan disimpan di Diwan pusat
.
Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah sebagai berikut :
1. Al- Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi, dan Al Jaridah perlu di-cap dengan
stempel Sultan. beberapa bentuk jurnal khusus seperti berikut :
a. Jaridah Al-Kharaj diguanakan untuk berbagai jenis zakat seperti pendapatan yang berasal
dari tanah, tanaman, dan binatang ternak.
b. Jaridah Annafakat digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran.
c. Jaridah Al-Maal digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan yang berasal dari penerimaan
dan pengeluaran zakat.
d. Jaridah Al-Musadereen digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan khusus berupa
perolehan dana dari individu yang tidak harus taat dengan hukum islam seperti : non
muslim.
2. Daftar Al Yaumiah (buku harian/dalam bahasa persia ruznamah). Daftar tersebut digunakan
sebagai dasar untuk pembuatan Ash-Shahed (journal voucher). Journal voucher merupakan
tanggung jawab Al Kateb dan disetujui oleh pimpinan Diwan dan Menteri.
Bentuk umum dari Daftar diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Dafatr Attawjihat : buku yang digunakan untuk mencatat anggaran pembelanjaan
b. Daftar Attahwilat : buku yang digunakan untuk mencatat keluar masuknya dana antara
wilayah dan pusat pemerintahan.