Anda di halaman 1dari 21

PANCASILA DALAM KAJIAN

SEJARAH BANGSA INDONESIA

OLEH KELOMPOK 1
1. Gabrielle Chrestella (195080100111033)
2. Satria Loka Wijaya (195080100111047)
3. Berith Pratama Ginting (195080100111051)
4. Astri Lestari (195080100111075)
PANCASILA ERA PRA-KEMERDEKAAN

Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku ketua Badan dan


Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) pada
tanggal 29 Mei 1945, beliau meminta untuk mengadakan
sidang yang membahas tentang pengemukaan dasar negara
Indonesia merdeka

Pada tanggal 29 Mei - 1 Juni


1945 dilaksanakanlah sidang
pertama BPUPKI. Dalam
sidang pertama telah terjadi
pidato secara berurut dari
beberapa tokoh untuk
menyampaikan usulan tentang
dasar negara.
1. Peri Kebangsaan 1. Persatuan 1. Kebangsaan
2. Peri 2. Kekeluargaan Indonesia
Kemanusiaan 3. Keseimbangan 2. Internasionalisme
3. Peri Ketuhanan lahir dan batin atau peri
4. Peri Kerakyatan 4. Musyawarah kemanusiaan
5. Kesejahteraan 5. Keadilan rakyat 3. Mufakat atau
Rakyat demokrasi
Dr. Soepomo
Muhammad Yamin 31 Mei 1945
4. Kesejahteraan sosial
29 Mei 1945 5. Ketuhanan yang
berkebudayaan

Ir. Soekarno
1 Juni 1945

USULAN PARA TOKOH


Masa sidang kedua BPUPKI yaitu pada tanggal 10 –
17 Juli 1945, merupakan sidang penentuan
perumusan dasar negara sebagai hasil kesepakatan
bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang
kedua ini ditambah enam orang anggota baru.
Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945
menerima hasil panitia kecil atau panitia sembilan
yang disebut dengan Piagam Jakarta
PIAGAM JAKARTA
1. Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan
sjari’at Islam bagi pemeloek- pemeloeknja
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat,
kebidjaksanaan dalam
permoesjarawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia
setelah sidang pertama dilaksanakan, terjadi perdebatan sengit yang
disebabkan perbedaan pendapat karena apabila dilihat lebih jauh para
anggota BPUPKI terdiri dari elit Nasionalis agama Muslim dan elit
Nasionalis agama Kristen. Elit Nasionalis Muslim di BPUPKI
mengusulkan islam sebagai dasar negara, namun dengan kesadaran
dan terjadi negosiasi politik elit Nasionalis agama netral dengan elit
Nasionalis Muslim maka terbentuklah kesepakatan untuk mengganti
Piagam Jakarta pada nomor satu

Ketuhanan dengan
kewajiban
menjalankan syariat Ketuhanan Yang Maha Esa
Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
Pancasila sebagai dasar negara dirinci sebagai
berikut :
1. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala
sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia.
2. Pancasila sebagai dasar negara meliputi suasana kebatinan dari
UUD 1945.
3. Pancasila sebagai dasar negara mewujudkan cita cita hukum bagi
hukum dasar negara Indonesia.
4. Pancasila sebagai dasar negara mengandung norma yang
mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah maupun para penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti yang luhur dan memegang teguh cita
cita moral rakyat yang luhur.
1. Pembentukan Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS)

persetujuan hasil KMB di Kota Den Hag pada tanggal 27


Desember 1949
• Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis)
yaitu 16 Negara pasal (1 dan 2)
• Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan
asas demokrasi liberal dimana menteri-menteri
bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
terhadap parlemen (pasal 118 ayat 2)
• Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan
semangat maupun isi pembukaan UUD 1945, proklamasi
kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang terinci.
• Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki
kedaulatan, oleh karena itu persetujuan 27 Desember 1949
tersebut bukannya penyerahan kedaulatan melainkan
“pemulihan kedaulatan” atau “pengakuan kedaulatan”
PANCASILA ERA KEMERDEKAAN
Era kemerdekaan dimulai dengan proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945

Kemudian tanggal 18 Agustus pada


rapat PPKI, ditetapkan UUD 1945 dan
Presiden serta wakilnya. Sesudah itu
dimulailah pergolakan politik dalam
negeri seperti berikut ini:
2. Terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia tahun 1950
Berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI tanggal 19 Mei
1950, maka seluruh negara bersatu dalam negara kesatuan,
dengan Konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17 Agustus
1950
Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk
menuju cita-cita Proklamasi, Pancasila dan UUD 1945, namun
kenyataannya masih berorientasi kepada Pemerintah yang
berasas Demokrasi Liberal sehingga isi maupun jiwanya
merupakan penyimpangan terhadap Pancasila. Hal ini
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
• Sistem multi partai dan kabinet Parlementer berakibat silih
bergantinya kabinet yang rata-rata hanya berumur 6 atau 8
tahun.
• Secara Ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950,
tidak berhasil mendekati perumusan otentik Pembukaan
UUD 1945.
Pada akhir era ini, terjadi pergolakan politik yang
tidak berujung. Hal inilah yang mendorong
Presiden Soekarno megeluarkan Dekrit Presiden
pada tanggal 5 Juli 1959.
1. Pada Periode 1945-1950
• ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila
sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh
PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948
dan oleh DI/TII yang akan mendirikan negara
dengan dasar islam
• Dalam kehidupan politik, sila keempat yang
mengutamakan musyawarah dan mufakat tidak
dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang
diterapkan adalah demokrasi parlementer, dimana
presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara,
sedang kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana
Menteri
2. Pada Periode 1950-1959
• rumusan sila keempat bukan berjiwakan musyawarah
mufakat, melainkan suara terbanyak (voting)
• Sistem pemerintahannya yang liberal sehingga lebih
menekankan hak-hak individual
• munculnya pemberontakan RMS, PRRI, dan Permesta
yang ingin melepaskan diri dari NKRI
• demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya
pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi
anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat
menyusun UUD seperti yang diharapkan
(menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan,
yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit
Presiden 1959)
3. Pada Periode 1959-1965
• Dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin.
Kekuasaan berada pada kekuasaan pribadi presiden
Soekarno
• Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden
seumur hidup, politik konfrontasi, menggabungkan
Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak
cocok bagi NKRI
• Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno
melakukan pemahaman Pancasila dengan paradigma
yang disebut USDEK. Untuk memberi arah perjalanan
bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang
teguh UUD 45, sosialisme ala Indonesia, demokrasi
terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian
nasional. Hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi
ekonomi yang memprihatinkan
Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan
politik dan pemerintah sering terjadi
penyimpangan yang dilakukan Presiden dan
juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila
dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD 1945
pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan
pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang
presiden dan lemahnya control yang seharusnya
dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan
• Pemerintah melakukan pengkultusan terhadap Pancasila
(menempatkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu yang
keramat sehingga tidak boleh diganggu gugat)
• Pemerintah secara formal juga menyosialisasikan nilai-nilai
Pancasila melalui TAP MPR NO II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di sekolah dan di
masyarakat
Akan tetapi cara melakukan pendidikan
semacam itu, terutama bagi generasi muda,
berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai
luhur, setelah dikemas dalam penataran P4,
ternyata justru mematikan hati nurani generasi
muda terhadap makna dari nilai luhur Pancasila
tersebut oleh karena pendidikan yang doktriner
tidak disertai dengan keteladanan yang benar
dari para pemimpin
PANCASILA ERA REFORMASI
• Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan
• Pancasila sebagai paradigma nasional bidang
ekonomi
• Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional bidang kebudayaan
• Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Nasional Bidang Hankam
• Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki
kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat.
Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu.
Sebab utamanya karena rejim Orde Lama dan Orde Baru
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang
otoriter.

yang diperlukan dalam era reformasi adalah


pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual,
komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan
relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai